Pada zaman sekarang ini industri sangat berkembang pesat dalam segala
aspek kehidupan salah satunya pada industri kimia. Bahan kimia sangat membantu
dalam berbagai kegiatan seperti bertani atau kegiatan praktikum di laboratorium.
Namun kita harus selalu mengingat bahwa bahan kimia tidak hanya membawa
keuntungan namun juga kerugian bagi makhluk hidup didarat maupun dilaut.
Pada tahun 1956 terdapat laporan kasus gadis berusia 5 tahun yang
menderita gejala kerusakan otak, gangguan bicara, dan hilangnya keseimbangan
sehingga tidak dapat berjalan. Lalu pada saat itu juga masyarakat mengadakan aksi
menentang Chisso. Kasus ini lama kelamaan terungkap pada tahun 1958 dimana
ditemukan bukti bahwa penyakit Minamata disebabkan oleh keracunan methyl-Hg.
Lalu pada tahun 1960 menyebutkan bahwa PT Chisso memiliki andil besar dalam
tragedi Minamata, karena ditemukan Methyl-Hg dari ekstrak kerang dari teluk
Minamata, sedimen habitat kerang tersebut mengandung 10-100 ppm Methyl- Hg,
sedang di dasar kanal pembuangan pabrik Chisso mencapai 2000 ppm.
Dengan adanya kasus seperti diatas seharusnya membuat kita sadar akan
bahayanya pencemaran merkuri atau logam berat. Untuk menekan pencemaran
limbah merkuri atau remediasi dapat dilakukan dengan menggunakan proses
kimiawi pada saat pemisahan ion logam berat atau dengan resin penukar ion
(exchange resins), serta metode lainnya seperti penggunaan karbon aktif,
electrodialysis dan reverse osmosis. Namun karena metode sangat membutuhkan
banyak biaya maka cara lain dengan menggunakan mikroorganisme yang lebih
murah dan aman bagi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Putranto, Thomas. T., 2011, ‘Logam Berat Merkuri (Hg) Pada Airtanah’, Jurnal
Ilmiah Bidang Kerekayasaan, Vol. 32, No. 1, ISSN 0852-1697.
Redhana, I. W., 2013, ‘Identifikasi Bahan Kimia Berbahaya Yang Digunakan
Dalam Praktikum SMA’, Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III.