Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pormosi K3 ini dengan judul “Hubungan Promosi Kesehatan Kerja Dengan Kejadian Unsafe Action”.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Palu, 10 Maret 2019
Penulis DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................
Daftar Isi.............................................................................................................. BAB I.Pendahuluan ..................................................................................... A. Latar Belakang ................................................................................. B. Rumusan Masalah ............................................................................ C. Tujuan .............................................................................................. BAB II.Tinajuan Pustaka ............................................................................. A. Latar Belakang ................................................................................. B. Rumusan Masalah ............................................................................ C. Tujuan .............................................................................................. BAB III.Penutup .......................................................................................... Daftar Pustaka .............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi global saat ini berpengaruh terhadap stabilitas usaha di Indonesia dan memberikan dampak kurang menguntungkan dan berimbas pada aspek perlindungan ketenagakerjaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu aspek perlindungan ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar dari setiap tenaga kerja yang ruang lingkupnya telah berkembang sampai kepada keselamatan dan kesehatan masyarakat secara nasional. Oleh karena itu dalam kondisi apapun K3 wajib untuk dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan standar baik nasional maupun internasional (Depnakertrans RI, 2009). Industri merupakan suatu perusahaan yang terdapat berbagai macam alat yang diproses tersebut hingga menjadi produk jadi dari industri tersebut. Selain menggunakan tenaga manual dari para karyawan di industri tersebut, tentunya tenaga digunakan untuk melakukan proses produksi suatu barang. Banyak tahapan yang perlu dilakukan para keryawan guna menciptakan barang yang akan diproduksi. Tahapan tersebut secara garis besar terdiri dari persiapan yaitu dari masuknya barang baku, proses pembuatan bahanbaku dan penyelesaian akhir dari bahan baku yang telah mesin sangatlah dibutuhkan untuk membantu karyawan didalam memproduksi barang dengan cepat. Selain memperhitungkan jumlah waktu yang digunakan dalam proses produksi barang dari bahan baku hingga ke barang jadi tentunya mutu dan kualitas dari produk yang diproduksi menjadi harga mati bagi prusahaan. Artinya perusahaan akan sangat menjaga produk mereka dengan kualitas yang baik dan dapat memuaskan para konsumen (Hanggraeni, 2012). Data dari International Labour Organization (ILO), setiap hari terjadi sekitar 6.000 kecelakaan kerja yang mengakibatkan hilangnya nyawa pekerja, setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.3 Di Indonesia sendiri, terdapat 20 kasus kecelakaan yang setiap harinya dialami para buruh dari setiap 100 ribu tenaga kerja dan 30% di antaranya terjadi di sektor konstruksi (Destari, 2017). Kecelakaan kerja secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku tidak aman (unsafe behavior/unsafe action) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Heinrich (1980) dalam Suma’mur (1987) memperkirakan bahwa 85% kecelakaan kerja terjadi adalah kontribusi dari perilaku kerja yang tidak aman (Suma’mur, 1987). Santoso (2004), juga menyatakan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Penyebab kecelakaan kerja di Indonesia adalah perilaku dan peralatan yang tidak aman. Pencegahan dan pengurangan kecelakaan serta penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Penerapan SMK3 sebagaimana tercantum dalam PP 50 tahun 2012 yang menyebutkan bahwa komunikasi dalam hal ini komunikasi K3 merupakan bagian dari kegiatan pendukung (Destari, 2017). Salah satu bentuk Komunikasi K3 di Tempat kerja yaitu berupa Promosi K3. Promosi K3 adalah proses yang diterapkan baik di tingkat lokal, nasional bahkan internasional pada tiap individu, komunitas, pemerintahan termasuk juga pihak perusahaan dan organisasi non pemerintah yang bertujuan untuk peningkatan keselamatan. Proses ini termasuk semua usaha yang dapat melibatkan perubahan lingkungan (fisik, sosial, teknologi, politik, ekonomi dan organisasi) juga perubahan sikap dan prilaku karena pelaksanaannya dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap perilaku keselamatan (WHO, 1998). Pelaksanaan Promosi K3 di tempat kerja dapat dilakukan dengan dengan berbagai upaya agar peraturan perundangan mengenai K3 dapat disampaikan dengan baik, sehingga dapat meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya K3 untuk dirinya, tenaga kerja, perusahaan, maupun masyarakat sekitar perusahaan. Bentuk promosi K3 di perusahaan yaitu berupa poster, rambu-rambu keselamatan, spanduk, safety talk, safety induction, tool box meeting, safety permit, pelatihan K3, razia kedisplinan dll (Tarwaka, 2015). Semua tempat kerja membutuhkan program promosi K3 sebagai sarana pemberian informasi kepada pekerja sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah (Destari, 2017). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan kerja. 2. Apa tujuan promosi kesehatan kerja. 3. Apa saja manfaat promosi kesehatan kerja di tempat kerja. 4. Siapa saja sasaran dari promosi kesehatan ditempat kerja. 5. Bagaimana startegi promosi kesehatan di tempat kerja. 6. Apa saja program promosi kesehatan kerja, 7. Apa yang dimaksud dengan unsafe action. 8. Bagaimana hubungan promosi k3 dengan kejadian unsafe action. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui definisi promosi kesehatan kerja. 2. Untuk mengetahui tujuan promosi kesehatan kerja. 3. Untuk mengetahui manfaat promosi kesehatan kerja di tempat kerja. 4. Untuk mengetahui sasaran dari promosi kesehatan ditempat kerja. 5. Untuk mengetahui bagaimana startegi promosi kesehatan di tempat kerja. 6. Untuk mengetahui apa saja program promosi kesehatan kerja, 7. Untuk mengetahui pengertian unsafe action. 8. Untuk mengetahui hubungan promosi k3 dengan kejadian unsafe action. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Promosi Kesehatan Kerja Promosi kesehatan pekerja didefnisikan sebagai upaya untuk mengubah perilaku yang merugikan kesehatan populasi pekerja (ontologi), agar didapat kesehatan dan kapasitas kerja yang optimal (aksiologi) dengan acara mengkombinasikan dukungan pendidikan, organisasi kerja, lingkungan dan keluarga (epistemiologi) (Halajur, 2018). Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan komponen kegiatan pelayanan pemeliharaan/perlindungan kesehatan pekerja dari suatu pelayanan kesehatan kerja. Promosi kesehatan kerja didefinisikan sebagai proses yang memungkinkan pekerja untuk meningkatkan kontrol terhadap kesehatannya. Jika dilihat dalam konteks yang lebih luas, promosi kesehatan di tempat kerja adalah rangkaian kesatuan kegiatan yang mencakup manajemen dan pencegahan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit yang berhubungan dengan perilaku serta peningkatan kesehatan pekerja secara optimal (Halajur, 2018). B. Tujuan Promosi Kesehatan Ditempat Kerja Menurut Halajur (2018), adapun beberapa tujuan promosi kesehatan ditempat kerja adalah: 1. Memberikan informasi kesehatan dan meningkatkan kemampuan bekerja untuk mengenali masalah kesehatan yang potensial didalam maupun diluar tempat kerja. 2. Menumbuhkan perilaku PHBS ditempat kerja, mengurangi absen, menurunkan angka PAK dan lingkungan kerja, menumbuhkan kebiasaan kerja dan gaya hidup sehat. C. Manfaat Promosi Kesehatan Ditempat Kerja Menurut Halajur (2018), secara umum manfaat dari program promosi ditempat kerja adalah: 1. Bagi Perusahaan a. Mengurangi tingkat kecelakaan kerja ditempat kerja b. Meningkatkan produktivitas dan efiiensi produksi akibat kecelakaan kerja c. Mengurangi cacat produksi akibat kecelakaan kerja d. Memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada pihak manajemen akan pentingnya APD bagi perusahaan 2. Bagi Pekerja a. Meningkatkan kesadaran pekerja akan pentingnya APD b. Meningkatkan kesehatan kerja atau mengurangi sakit akibat kerja c. Meningkatkan pengetahuan pekerja akan bahaya ditempat kerja dan alat-alat pelindung diri d. Memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada pihak manajemen akan pentingnya APD bagi pekerja D. Sasaran Menurut Halajur (2018), sasaran dari promosi ditempat kerja adalah: 1. Primer : Karyawan ditempat kerja 2. Sekunder : Pengelola K3, serikat atau organisasi pekerja 3. Tertier : Pengusaha dan manajer/Direktur E. Strategi Promosi Kesehatan di Tempat Kerja Menurut Halajur (2018), ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan kerja ditempat kerja yaitu: 1. Lebih mengkomunikasikan dengan karyawan tentang perhatian dan tujuan yang terkait dengan kesehatan 2. Mengimplementasikan program promosi kesehatan untuk membuat pemahaman ditempat kerja 3. Membuat komitmen tetap untuk memlihara kesehatan dan kesejahtraan karyawan 4. Memulai kegiatan program kesehatan F. Program Promosi Kesehatan Pekerja Ottawa Charter merupakan hasil konferensi yang memberikan perhatian lebih pada perkembangan paradigma baru dalam kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Berikut ini adalah tahapan dalam penerapan promosi kesehatan yaitu: 1. Build Health Public Policy untuk memastikan bahwa pengembangan kebijakan dilakukan oleh semua sektor terkait yang berkontribusi terhadap kesinambungan penerapan promosi kesehatan. 2. Create Supportive Environment (fisik, sosial, ekonomi, budaya, dan spiritual) yang mendeteksi secara cepat perubahan di masyarakat, khususnya dalam bidang teknologi dan organisasi di tempat kerja, dan memastikan bahwa terdapat kontribusi yang positif terhadap kesehatan masyarakat. 3. Strengthen Community Action sehingga komunitas memiliki kapasitas untuk mengatur prioritas dan membuat keputusan untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan mereka. 4. Develop Personal Skills untuk mengajarkan skill dan pengetahuan kepada masyarakat agar dapat mengatasi perubahan dalam komunitas mereka. 5. Reorient Health Services untuk menciptakan sistem yang berfokus pada kebutuhan setiap orang dan merangkul partner sejati di antara provider dan user pelayanan kesehatan (WHO, 1986). G. Unsafe Action Unsafe action adalah tindakan yang salah dalam bekerja dan tidak sesuai dengan yang telah ditemukan (human eror), biasaanya terjadi karena ketidak seimbangan fisik tenaga kerja dan kurangnya pendidikan. H. Hubungan Promosi K3 Dengan Perilaku Aman (Safe Action) Poster yang merupakan bentuk media dari rambu - rambu K3 dapat dipakai untuk pengarahan sesuatu sikap atau tindakan yang aman dan selamat (Suma’mur, 1987). Indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan kedalam otak adalah mata. Kurang lebih 75%-87% dari pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui mata. Sedangkan 13%- 27% lainnya melalui indra yang lain. Hal ini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi. Dalam hal ini, alat visual dapat berupa gambar, bagan, peta, dan sebagainya yang dimuat dalam rambu – rambu K3 (Notoadmodjo, 2003). Keberadaan rambu – rambu K3 tersebut masih belum menyentuh para pekerja untuk membenahi atau mengarahkan perilaku kerja yang aman Kondisi observasi peneliti selama beberapa hari di lapangan ditemukan pada setiap stasiun kerja telah dipasang rambu – rambu K3. Rambu – rambu K3 yang dipasang di setiap stasiun kerja tersebut memiliki kekurangan,dimana rambu – rambu K3 cukup banyak yang kurang terlihat dengan jelas secara visual karena kotor berminyak akibat kurang dirawat kebersihannya khususnya oleh para pekerja. Pekerja sendiri menyatakan rambu – rambu K3 kurang menarik karena kotor dan seharusnya sudah diganti menjadi lebih baik lagi secara periodik (Sipayung, 2014). Hal yang dapat meningkatkan efektifitas rambu-rambu K3 adalah ganti rambu, poster, dan alat bantu visual lainnya secara periodik. Pesan visual yang terlalu lama digunakan lama kelamaan akan menyatu dengan latar dan tidak dikenali lagi. Sesuai dengan prinsip di atas maka rambu rambu K3 tidak dapat berdiri sendiri sebagai faktor terhadap perilaku aman (safe behavior) para pekerja (Goestsch dalam Syaaf, 2008). Pelatihan yang berhubungan dengan perilaku aman (safe behavior) menjadi dasar bahwa pelatihan di perusahaan bagi setiap karyawan sangatlah penting sejak rekruitmen para karyawan. Berbagai peraturan di Indonesia tentang pelatihan telah diatur seperti pada UU no. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pada Bab V, PP 50 tahun 2012 tentang SMK3 pada bagian Perencanaan K3, dll. Setiap peraturan mengenai pelatihan tersebut sangatlah bermanfaat guna menigkatkan kinerja dan keterampilan pekerja dan secara khusus di bidang K3 untuk mencegah pekerja dari kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Sipayung, 2014). Kondisi yang ditemukan saat melakukan penelitian adalah pengawasan tersebut diterapkan, namun pada aplikasi perilaku kerja di lapangan ternyata mayoritas pekerja berperilaku tidak aman. Para pekerja mayoritas kurang hati – hati dalam bekerja dan tidak pakai APD lengkap sesuai kuesioner jawaban responden. Mandor atau perusahaan mengingatkan mereka namun jarang memberikan teguran kepada pekerja yang melanggarnya hingga tindakan tersebut dianggap tidak menjadi masalah dalam bekerja. Selain itu,kesadaran pribadi untuk berperilaku aman kemungkinan tidak dimiliki oleh sebagian pekerja. Hal ini bermakna bahwa penerapan pengawasan aspek K3 di tempat kerja tersebut tidak dapat berdiri sendiri sebagai faktor perilaku aman (safe behavior) para pekerja (Sipayung, 2014). Komunikasi pesan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diterapkan di bagian produksi pengolahan menggunakan berbagai meda baik lisan maupun tertulis. Komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja digunakan untuk mendorong perilaku, sehingga pekerja termotivasi untuk bekerja dengan selamat. Winarsono (2013) menyatakan bahwa manfaat komunikasi kesehatan keselamatan kerja adalah agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit kerja sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan selamat (Sipayung, 2014). Komunikasi pesan K3 meliputi Safety talk (pesan-pesan K3) secara lisan , penyebarluasan informasi K3 dengan alat bantu media seperti madding, dan pemberian buku saku K3 berupa PP 50 tahun 2012 tentang SMK3 yang mulai didistribusikan sejak bulan Juli 2013 (Sipayung, 2014). BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Promosi kesehatan di tempat kerja merupakan komponen kegiatan pelayanan pemeliharaan/perlindungan kesehatan pekerja dari suatu pelayanan kesehatan kerja. 2. Adapun beberapa tujuan promosi kesehatan ditempat kerja adalah: Memberikan informasi kesehatan dan meningkatkan kemampuan bekerja untuk mengenali masalah kesehatan yang potensial didalam maupun diluar tempat kerja serta menumbuhkan perilaku PHBS ditempat kerja, mengurangi absen, menurunkan angka PAK dan lingkungan kerja, menumbuhkan kebiasaan kerja dan gaya hidup sehat. 3. Adapun manfaat dari promosi kesehatan kerja terbagi atas dua yaitu untuuk perusahaan dan pekerja. 4. Adapun sasaran dari promosi kesehatan kerja terbagi tiga yaitu primer, sekunder, tertier. 5. Adapun beberapa startegi yang dapat dilakukan dalam promosi kesehatan kerja adalah Lebih mengkomunikasikan dengan karyawan tentang perhatian dan tujuan yang terkait dengan kesehatan, Mengimplementasikan program promosi kesehatan untuk membuat pemahaman ditempat kerja, Membuat komitmen tetap untuk memlihara kesehatan dan kesejahtraan karyawan dan Memulai kegiatan program kesehatan. 6. Adapun program dalam promosi kesehatan kerja seperti Build Health Public Policy,Create Supportive Environment, Strengthen Community Action, Develop Personal Skills dan Reorient Health Services. 7. Unsafe action adalah tindakan yang salah dalam bekerja dan tidak sesuai dengan yang telah ditemukan (human eror), biasaanya terjadi karena ketidak seimbangan fisik tenaga kerja dan kurangnya pendidikan. 8. Pelatihan yang berhubungan dengan perilaku aman (safe behavior) menjadi dasar bahwa pelatihan di perusahaan bagi setiap karyawan sangatlah penting sejak rekruitmen para karyawan. Berbagai peraturan di Indonesia tentang pelatihan telah diatur seperti pada UU no. 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pada Bab V, PP 50 tahun 2012 tentang SMK3 pada bagian Perencanaan K3, dll. Setiap peraturan mengenai pelatihan tersebut sangatlah bermanfaat guna menigkatkan kinerja dan keterampilan pekerja dan secara khusus di bidang K3 untuk mencegah pekerja dari kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). B. Saran Melihat promosi K3 khususnya pelatihan dan kegiatan – kegiatan bulan K3 yang mayoritas masih buruk, disarankan kepada perusahaan lebih meningkatkan pelatihan yang lengkap ( Pelatihan APD, instruksi kerja, pemadaman kebakaran, tanggap darurat dan P3K) khususnya kepada karyawan bagian produksi pengolahan secara merata karena pekerja tersebut lebih berisiko terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Daftar Pustaka Depnakertrans RI. 2009. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No : KEP. 268/MEN/XII/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional. Jakarta : Depnakertrans RI. Destari, Nurhuda. 2017. ‘Analisis Implementasi Promosi K3 Dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di Pt X (Proyek Pembangunan Gedung Y Semarang)’. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 5. No. 1. Hanggraeni, Dewi. 2012. Manajemen Sumber Data Manusia. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta. Sipayung. Riska Theodora. 2014. ‘Hubungan Promosi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Karyawan Bagian Produksi Pengolahan Minyak Sawit Di Ptpn Iv Kebun Dolok Ilir’. Jurnal Kesehatan Lingkungan Dan Keselamatan Kerja. Vol. 3. No. 3. Suma’mur. keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT Saksama; 1987. Suma’mur, P. K. 2009. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto. Syaaf, M. 2008. Analisis Perilaku berisiko di PT. X Jakarta. Skripsi. Depok : FKM UI. Tarwaka. Keselamatan Kerja dan Ergonomi (K3E) Dalam Perspektif Bisnis. Surakarta: Harapan Press; 2015. WHO. Safety and safety Promotion: Conceptual and Operational Aspects. Canada; 1998.