Anda di halaman 1dari 86

DINAS KESEHATAN

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Kata Pengantar

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, maka sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan
telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Kemudian Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah berkwajiban yang sama untuk menyusun Rencana Strategis (Renstra)
Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2011-2016 sebagai wujud penjabaran dari Dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2016.

Renstra Dinas Kesehatan Provinsi merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan
memuat berbagai program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan
untuk kurun waktu tahun 2011-2016, dengan penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional,
Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Millenium Development Goals (MDG’s).Tantangan pembangunan
kesehatan dan permasalahan pembangunan kesehatan makin bertambah berat, kompleks, dan bahkan
terkadang tidak terduga. Oleh sebab itu pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan memperhatikan
dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan, kerja sama
lintas sektoral serta mendorong peran serta aktif masyarakat. Melalui kesempatan ini saya mengajak kepada
semua unsur Dinas Kesehatan untuk saling bahu-membahu dalam menyelenggarakan pembangunan
kesehatan guna mewujudkan Visi Dinas Kesehatan yaitu “MASYARAKAT SULAWESI TENGAH MANDIRI UNTUK
HIDUP SEHAT MENUJU PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA YANG BERDAYA SAING”

Renstra Dinkes Hal 1


Akhirnya semoga Rencana Strategis ini sebagai bagian dari dokumen perencanaan dapat
bermanfaat dalam pelaksanaan tugas pemerintahan dan pembangunan di Provinsi Sulawesi Tengah,
Khususnya di Bidang Kesehatan.

Palu, 2 Pebruari 2012

Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tengah,

dr. Abdullah, DHSM., M.Kes

Pembina Utama Madya

NIP.19550111 198403 1 005

Ikhtisar Eksekutif

Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2011-2016 merupakan penjabaran dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) dengan harapan mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat
yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti
derajat kesehatan, status gizi masyarakat ,meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh
kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan pertumbuhan
penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakatdan antar daerah.

Renstra Dinkes Hal 2


Penyusunan Renstra SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah disusun oleh Tim Penyusun
Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah yang dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Dinas kesehatan
Provinsi Sulawesi Tenagh Nomor :900/15.12 tanggal 22 tentang Penetapan Tim Penyusunan Restra
Tahun 2011–2016 Bidang Kesehatan, dengan berdasarkan kepada landasan idiil Pancasila, landasan
konstitusional UUD 1945 dan landasan operasional adalah seluruh Peraturan Perundangan yang berlaku
dan terkait dengan Renstra. Penyusunan Renstra ini dilaksanakan secara internal yang dibagi dalam
kelompok kerja, didiskusikan dan diseminarkan secara lintas program di Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah, selanjutnya diseminarkan lintas sektoral ,pemangku kebijakan di bidang kesehatan dan
petugas Kabupaten/Kota dan Puskesmas untuk mendapatkan masukan-masukan guna perbaikan dan
penyesuaian.

Renstra ini berisikan Pendahuluan, Gambaran Pelayanan SKPD, Isu-Isu Strategis Berdasarkan
Tugas dan Fungsi, Visi Misi dan Sasaran, Strategis dan Kebijakan, Rencana Program dan Kegiatan,
Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif Tahun 2011-2016 dan Penutup.

Selanjutnya Rentra ini perlu dilaksanakan oleh seluruh petugas kesehatan, lintas sektor yang
terkait dengan kegiatan kesehatan, swasta dan masyarakat yang telah berkomitmen dalam
pembangunan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah, serta perlu dievaluasi secara berkala sesuai
dengan perkembangan dan permasalahan untuk mendapatkan masukan-masukan dan perubahan

Kata kunci : Pembangunan Kesehatan, Renstra, Komitmen, Evaluasi Berkala dan Perubahan.

Renstra Dinkes Hal 3


Daftar Isi

1. KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

2. DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

3. IKHTISAR EKSEKUTIF ........................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1. Latar belakang............................................................................... 1

1.2. Landasan Hukum ………………………………………………………………......... 2

1.3. Maksud dan Tujuan ……………………………………………………………………. 5

1.4. Sistematika Penyusunan ................................................................ 6

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD ..................................................... 9

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi …………………………………………. 9

2.2. Sumber Daya SKPD………………………………………………….................... 11

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD…………………………………………….................... 14

2.4. Tantangan dan Peluan Pengembangan Pelayanan SKPD……………….. 20

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI……….. 25

3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi


Pelayanan………………………………………………………………………………….
25

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah

Renstra Dinkes Hal 4


…………………………………………………………………………………….. 26

3.3. Telaahan Rencana Strategis Provinsi Dan Renstra Dinas Kesehatan


Provinsi Sulawesi Tengah
35
……………………………………………………………

3.4. Telahaan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan


Hidup Strategis…………………………………………………………………………..
36

3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis………………………………………………………… 35

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI KEBIJAKAN ................... 38

4.1. Visi dan Misi SKPD................................................................................... 38

4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD................................... 39

4.3. Strategi dan Kebijakan SKPD ............................................................ 40

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK 46


SASARAN DAN PENDAAN INDIKATIF ........................................................

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 46

2. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur 46

3. Program Kebijakan Dan Manajemen Pembangunan Kesehatan 46

4. Program Obat Dan Perbekalan Kesehatan 47

48

5. Program Upaya Pelayanan Kesehatan


6. Program Upaya Kesehatan Perorangan 49

7. Program Pembiayaan Dan Jaminan Kesehatan 52

8. Program Gizi Masyarakat 53

9. Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular 55

Renstra Dinkes Hal 5


10. Program Lingkungan Sehat 57

11. Program Pengembangan Dan Pendayagunaan Sumberdaya Tenaga 58


Kesehatan
12. Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat 59

13. Program Peningkatan Pelayanan Laboratorium Kesehatan 60

14. Program Penigkatan Balai Pelatihan Kesehatan 60

15. Program Pengembangan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan Dan 61


Data Informasi

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN


SASARAN RPJMD .....................................................................................
64

Lampiran-lampiran ....................................................................................

Renstra Dinkes Hal 6


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
UUD 1945. Oleh karena itu pemerintah berkewajiban untuk menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Disamping itu kesehatan juga harus dipandang sebagai kegiatan
investasi karena perannya dalam pembangunan manusia yang berkualitas.
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam
rangka tercapainya tujuan tersebut pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah,
berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya melalui peningkatan upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan,
manajemen dan informasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.
Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi
penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK),
serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral.
Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif
dan preventif. Pembangunan Nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik
selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan.
Kesinambungan dan keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh tersedianya
pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan baik berupa dokumen perencanaan maupun
metode dan cara penyelenggaraannya. Undang-undang nomor 17 tahun 2007, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) memberikan arah pembangunan ke depan bagi
bangsa Indonesia. Di dalamnya juga telah tercantum arah pembangunan kesehatan dalam 20 tahun
ke depan sampai dengan tahun 2025. Dalam Undang-undang tersebut antara lain ditetapkan bahwa
pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta mengutamakan manfaat dengan perhatian khusus pada
penduduk rentan, antara lain ibu, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK)
2005-2025 dalam tahapan ke-2 (2010 – 2014), kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah
mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai
Renstra Dinkes Hal 7
indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta
menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, telah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah nomor 5 tahun 2010. Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari
Pembangunan Nasional tercantum dalam BAB II RPJMN, dalam bidang pembangunan sosial
budaya dan berkehidupan beragama.
Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional pasal 15 bahwa RPJMD dalam penyusunannya mengacu pada Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Sulawesi Tengah merupakan dokumen perencanaan manajerial komperhensif sekaligus
sebagai perencanaan taktis strategis daerah, yang kemudian dijabarkan pada visi dan misi kepala
daerah yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Sulawesi Tengah.
Pembangunan di bidang kesehatan dalam lima tahun kedepan tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan eksternal, yang mempengaruhi seluruh pembangunan termasuk pembangunan di bidang
kesehatan.

1.2. Landasan Hukum

Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah merupakan bagian integral dari
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Perencanaan Pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan demikian landasan Renstra adalah sama dengan landasan pembangunan nasional maupun
pembangunan daerah. Secara spesifik landasan tersebut adalah :
a. Landasan Idiil
Landasan Idiil yang digunakan yaitu Pancasila
b. Landasan Konstitusional
Landasan Konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:
1. Pasal 28 a; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya, suatu berhak atas perlindungan dan kekerasan oleh diskriminasi.
2. pasal 28 b ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang.
3. Pasal 28 c ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

Renstra Dinkes Hal 8


pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan ummat manusia.
4. Pasal 28 h (1); setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehtan, ayat (3); setiap orang berhak atas jaminan social yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
5. Pasal 34 ayat (2) Negara mengembangkan system jaminan sisal bagi seluruh rakyat dan
meberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat
kemanusiaan, dan ayat (3); Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasiltas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
6. Inpres Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Kesehatan; (1)
Semakin tinggi %tase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih; (2)
Sekamin tinggi %tase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal; (3) Semakin
tinggi %tase fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan KB sesuai standar;
(4) Semakin besar cakupan kunjungan neonatal pertama; (5) Semakin besar cakupan
pelayanan kesehatan bayi; (6) Semakin besar cakupan pelayanan kesehatan anak balita; (7)
Semakin banyak jumlah puskesmas yang mendapat bantuan operasional kesehatan dan
menyelenggarakan lokakarya mini untuk menunjang pencapaian Standar Pelayanan
Minimal (SPM); (8) 8481 puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi
penduduk miskin.

Landasan Operasional
a. Peraturan Per Undang-Undangan, meliputi:
1. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 1963 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi
Tengah
2. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional
3. Undang–Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Undang–Undang nomor 04 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
5. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
6. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara RI nomor 4437)
7. Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Renstra Dinkes Hal 9


8. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025
9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
11. Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
12. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
13. Undang Undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
b. Peraturan Pemerintah, meliputi :
1. Keputusan Presiden Nomor 136 Tahun 1999 tentang Kedudukan tugas, susunan
organisasi dan tata kerja Departemen sebagaiman telah diubah dgn Kepres
no.147/1999
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular
3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Litbangkes
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan beracun
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, mutu dan Gizi
Pangan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Penyusunan dan Penerapan
SPM
8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang tentang Pengendalian dan
Evaluasi.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembahagian Urusan
Pemerintah, Provinsi dan Kab/kota
10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah
11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
12. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tatacara kerjasama antar Daerah
13. Peraturan Pemerintah Nomor 08 Tahun 2008 tentang Penyusunan, pengendalian,
evaluasi pembangunan Daerah
14. Perpres no 5 tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014

Renstra Dinkes Hal 10


c. Keputusan Menteri, meliputi:
1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/kota
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor hk. 03.01/160/1/2010 tentang rencana strategis
kementrian kesehatan tahun 2010 – 2014
d. Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 06 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sulawesi Tengah (Lembaran
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008 No. 06)
2. Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2009 tentang RPJP Sulawesi Tengah 2005-2025
3. Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 13 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas
Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
4. Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) tahun 2011-2016 Nomor 4 tanggal 22 November tahun 2011
5. Visi dan Misi Gubernur Sulawesi Tengah Tahun 2011 s.d 2016

1.3. Maksud dan Tujuan

Dokumen rencana strategis SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011-
2016 bertujuan untuk menjabarkan arah kebijakan pembangunan kesehatan yang menjadi acuan
penyusunan rencana kerja tahunan dari tahun 2011 sampai tahun 2015 dan difungsikan sebagai
pedoman resmi dalam menyusun rencana kerja serta berbagai kebijakan pembangunan kesehatan di
wilayah Provinsi Sulawesi Tengah dalam kurun waktu lima tahun.
Rencana strategis SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah merupakan acuan
penentuan pilihan-pilihan program kegiatan tahunan daerah yang disusun dengan maksud :
1. Sebagai acuan resmi bagi pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan kesehatan di
Provinsi Sulawesi Tengah dalam menentukan prioritas program dan kegiatan pembangunan
tahunan secara terpadu, terarah dan terukur yang akan di danai dari berbagai sumber pendanaan
baik dari APBD, APBN maupun sumber-sumber lainnya.
2. Sebagai tolok ukur untuk melakukan evaluasi kinerja tahunan pembangunan kesehatan di
Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Menjabarkan gambaran tentang kondisi pembangunan kesehatan secara umum di Provinsi
Sulawesi Tengah saat ini sekaligus memahami arah dan tujuan yang akan dicapai dalam rangka
mewujudkan visi-misi.

Renstra Dinkes Hal 11


1.4. Sistematika Penulisan

a. Hubungan Dengan Dokumen Perencanaan Lain


1. Sesuai dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN), maka Renstra SKPD Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah ini harus mengacu kepada Dokumen Perencanaan Jangka Panjang
Nasional (DPJPN). Sedangkan RPJMN dan RPJMD Provinsi Sulawesi Tengah merupakan
dokuman perencanaan berwawasan 5 tahunan yang menjadi acuan utama dalam menyusun
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah.
2. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2010-2014 merupakan penjabaran teknis
bidang kesehatan atas RPJM Nasional. Dokumen perencanaan tersebut merupakan
dokumen perencanaan teknis bidang kesehatan memuat arah kebijakan pembangunan
kesehatan dan rencana program kegiatan bidang kesehatan setiap fungsi pemerintahan
untuk jangka waktu 5 tahun. Dokumen renstra tersebut menjadi rujukan acuan untuk
penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. Selain itu
penekanan pada pencapaian sasaran prioritas nasional yaitu Millenium Development Goals
(MDG’s).
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010–2014, telah
ditetapkan dengan Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2010. Pembangunan Kesehatan
sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tercantum dalam BAB II RPJMN,
dalam pembangunan sosial budaya dan kehidupan beragama. Sesuai dengan amanat
Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
maka sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, Kementrian telah menyusun
Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014.
4. Rencana Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2005-2025, Dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005–2025 dalam
tahapan ke-2 (2010–2014), kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu
mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditujukan dengan membaiknya berbagai
indikator pembangunan sumber daya manusia seperti meningkatnya derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang
optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok dan antar daerah.

Renstra Dinkes Hal 12


5. Masterplan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2008-2013 merupakan penjabaran dari
RPJMD, dapat berupa penyusunan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dan dapat menjadi acuan serta pedoman bagi
pengambil kebijakan bidang kesehatan.

b. Kondisi Umum
Sulawesi Tengah sebagai salah satu provinsi di Sulawesi, letaknya diapit oleh 3 provinsi,
yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Kalimantan Timur dan
Gorontalo. Letak astronomisnya pada posisi 2022’ Lintang Utara dan 3048’ Lintang Selatan, serta
119022’ dan 124022’ bujur timur. Luas wilayah Sulawesi Tengah, adalah berupa daratan seluas
68.033,00 km2. Menurut lokasi geografi dan topograpi wilayah desa di Sulawesi Tengah antara
desa pesisir dan bukan pesisir berimbang, desa bukan pesisir jumlahnya mencapai 847 desa,
sementara desa di wilayah pesisir yaitu sebanyak 839 desa.
Jumlah penduduk Sulawesi Tengah mencapai 2,480.264 jiwa pada tahun 2009 (Proyeksi
Penduduk Tahun 2009, BPS) dan berdasarkan Sensus Penduduk (BPS) tahun 2010 meningkat
menjadi 2,633.420 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk selama periode 2000-2010
mencapai 1,94. Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin105,1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sulawesi Tengah adalah 69,34 pada tahun 2007 dan naik menjadi 70,70 pada tahun 2009.
Persentase penduduk miskin Sulawesi Tengah mencapai 22,42 % tahun 2006 dan terus menurun
menjadi 18,98 % pada tahun 2009.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tengah pada tahun 2007 sebesar 60 per 1000
Kelahiran Hidup (SDKI 2007). Kematian neonatal memberi kontribusi terbesar pada kasus
kematian bayi yaitu sekitar 80%. Dari data yang ada menunjukkan bahwa jumlah kematian
neonatal terbanyak pada umur 0-7 hari sebesar 344 kasus dari 488 atau sebesar (71%) dari kasus
kematian yang ada. Penyebab kematian neonatal pada tahun 2009 adalah BBLR, Asfiksia dan lain-
lain. Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 517 per 100.000 Kelahiran
Hidup (SP tahun 2000) dan menempati urutan tertinggi ke 7 di Indonesia. Penyebab utama kema-
tian ibu adalah perdarahan, eklampsi dan infeksi. Prevalensi kurang gizi pada balita di Provinsi
Sulawesi Tengah sebesar 27,6 % dengan rincian prevalensi gizi kurang sebesar 18,7 % dan
prevalensi gizi buruk sebesar 8,9%. (Riskesdas tahun 2007).
Selain masalah kesehatan masyarakat yang tersebut diatas di Sulawesi Tengah terdapat dua
masalah lain yang spesifik daerah yaitu gangguan mental emosional dengan prevalensi tertinggi
16% yang menduduki urutan ke tiga teratas dari prevalensi nasional. Masalah spesifik daerah

Renstra Dinkes Hal 13


lainnya yaitu penyakit Schistosomiasis yang prevalensinya tahun 2005 0,57% sudah dibawah target
< 1% namun meningkat menjadi 4,52% pada tahun 2008 dan mengalami penurunan menjadi 3,6%
di tahun 2009.
Pada tahun 2009 pelayanan rujukan Rumah Sakit di Sulawesi Tengah didukung oleh 5 unit
Rumah Sakit di tingkat Provinsi dengan rincian sbb: 2 unit RSUD Tipe kelas B, 2 Unit RS milik
TNI/POLRI, 1 Unit RS Jiwa dan 1 RS khusus mata sedangkan disetiap Kabupaten/Kota didukung
minimal 1 RSUD dimana untuk kabupaten Morowali terdapat 2 Unit RSUD yaitu Kolonedale dan
Bungku, disamping itu terdapat 4 RS Umum Swasta , 3 RB, 1 RSBA, dan 1 RSB. Sarana pelayanan
dasar di Sulawesi Tengah didukung oleh 167 Unit Puskesmas atau rata-rata 100.000 penduduk
dilayani oleh 6-7 Puskesmas, dimana terdapat 73 Puskesmas dengan perawatan dan diantaranya
terdapat 45 Puskesmas yang telah mampu memberi Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED). Selain itu didukung pula oleh 724 Puskesmas Pembantu.

Renstra Dinkes Hal 14


BAB II

GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi

a. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi


Berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah nomor 03 Tahun 2001 bahwa Dinas
Kesehatan Provinsi mempunyai tugas Dekonsentrasi di Bidang Kesehatan dan Peraturan
Gubernur nomor 13 tahun 2009 tentang uraian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Kesehatan
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Pembinaan program kesehatan skala provinsi atau lintas Kabupaten/Kota melalui


perumusan kebijakan, koordinasi pengelolaan data dan informasi perencanaan
pembangunan kesehatan dan program kesehatan, evaluasi dan pelaporan serta penelitian
dan pengembangan sistem kesehatan berskala provinsi atau lintas kabupaten/kota.
2. Pembinaan dan pengembangan tenaga kesehatan skala daerah provinsi melalui koordinasi
perumusan kebutuhan dan program pendidikan tenaga kesehatan, pelatihan tenaga,
mobilisasi serta pendayagunaan tenaga kesehatan, perizinan dan akreditasi tenaga
kesehatan dan perizinan dan akreditasi penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan.
3. Penyelenggaraan pelayanan medik RS, pembinaan pelayanan medik dasar puskesmas,
pelayanan medik khusus dan pengawasan instalasi medik, perizinan dan akreditasi
pelayanan medik dan penunjang medik skala provinsi, pengaturan izin RS/Sarana
pelayanan medik dan penunjang medik, bimbingan pengendalian penyelenggaraan
pelayanan medik, sarana pelayanan, kesehatan lain, penetapan prosedur dan pola tarif
pelayanan kesehatan dan rujukannya.
4. Pembinaan kesehatan masyarakat melalui koordinasi perumusan program peran serta
masyarakat, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, dan sistem pembiayaan
kesehatan, promosi kesehatan dan budaya hidup sehat, kesehatan kerja, kesehatan keluarga,
gizi dan kesehatan institusi.
5. Pembinaan teknis serta pengawasan penerapan standar kualitas kesehatan lingkungan,
penyehatan air wilayah provinsi, pengawasan aspek kesehatan, mengenai dampak
lingkungan dari perencanaan tata ruang provinsi serta kesehatan matra (kesehatan lapangan,
kelautan dan bawah air serta dirgantaraan) dan penanggulangan bencana.
6. Perencanaan dan pengadaan obat sangat esensial untuk pelayanan medik dasar, pembinaan
teknis dan operasional berkaitan dengan upaya pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan obat, narkotika psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya lingkup
provinsi, sertifikasi, akreditasi perizinan terhadap asarana produksi, pengadaan distribusi,
obat, kosmetika, alat kesehatan, makanan dan minuman serta bahan berbahaya lintas
kabupaten / kota.
7. Pelayanan penunjang teknis administratif dalam rangka pembinaan teknis, operasional
dengan kegiatan lain yang meliputi :
a. Administrasi Umum dan Perlengkapan
b. Administrasi Kepegawaian
c. Administrasi Keuangan
d. Ketatalaksanaan Hukum dan Kehumasan.
8. Pelaksanaan pembinaan pengelolaan unit pelaksana teknis dan jabatan fungsional.

Renstra Dinkes Hal 15


Tugas dan fungsi masing masing bidang dan seksi/sub bagian, tertuang dalam uraian Tugas
Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam melaksanakan tugas tersebut urusan
pemerintah daerah di bidang kesehatan berdasarkan azas otonomi dan tugas perbantuan, maka
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah menyelenggakan fungsi sebagai berikut :

1. Melaksanakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan


2. Melaksanakan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
kesehatan.
3. Melaksanakan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan
4. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang kesehatan yang diberikan oleh Gubernur

b. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor : 06 tahun 2008 tentang
organisasi dan tata kerja dinas-dinas Daerah Provinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Daerah
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008 Nomor 06);

Susunan organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai berikut :

1. Kepala Dinas

2. Sekretaris Dinas dengan membawahi 3 sub bagian yaitu :


a. Subag Perencanaan Program
b. Subag Keuangan dan aset
c. Subag Kepegawaian

3. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan dengan membawahi 3 Seksi Bimdal yaitu:


a. Seksi Bimdal Kesehatan Dasar
b. Seksi Bimdal Kesehatan Rujukan
c. Seksi Bimdal Kesehatan Khusus

4. Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan dengan membawahi 3 Seksi Bimdal yaitu :
a. Seksi Bimdal Pengendalian dan Pemberantasan penyakit
b. Seksi Bimdal Wabah dan Bencana
c. Seksi Bimdal Kesehatan Lingkungan

5. Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dengan membawahi 3 Seksi
Bimdal yaitu :
a. Seksi Bimdal Perencanaan dan Pendayagunaan Nakes
b. Seksi Bimdal Pendidikan dan Pelatihan
c. Seksi Bimdal Registrasi dan Akreditasi

6. Bidang Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan dengan membawahi 3 Seksi Bimdal
a. Seksi Bimdal Jaminan Kesehatan
b. Seksi Bimdal Sarana dan Peralatan Kesehatan dan
c. Seksi Bimdal Kefarmasian

7. UPTD Balai Laboratorium


a. Subag TU
b. Seksi Pengendalian Mutu
c. Seksi Pengujian laboratorium
Renstra Dinkes Hal 16
8. UPTD Pelatihan Kesehatan
a. Subag Tata Usaha
b. Seksi Tata Operasional
c. Seksi Tata Program

9. UPTD Promosi Kesehatan


a. Kabag TU
b. Seksi Kemitraan dan Peran Serta Masyarakat
c. Komunikasi Informasi Edukasi dan Sarana

10. UPTD Data dan Survelansce


a. Kabag TU
b. Seksi Data dan Informasi
c. Seksi Surveilans dan Epidemiologi

11. Kelopok Fungsional

2.2. Sumber Daya SKPD

a. Susunan Kepegawaian.
Sumberdaya tenaga kesehatan yang bekerja pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
termasuk UPT sebanyak 273 orang terdiri dari laki-laki 131 orang dan perempuan 142 orang.
Tenaga tersebut berasal dari berbagai disiplin ilmu dan tingkat pendidikan serta ditempatkan
sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

Tabel 1. Jumlah Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng

No Unit/UPT Jmlh Jenis Kelamin Ket


Laki-laki Perempuan
1 Dinkes Prov 212 108 104
2 Laboratorium kes 29 9 20
3 Bapelkes 32 114 18
Jumlah 273 131 142

Tingkat pendidikan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah umumnya berasal dari
latar belakang pendidikan kesehatan yaitu sekitar 69,6% hal ini telah sesuai mengingat Dinas
Kesehatan merupakan instansi teknis. Jika dilihat dari tingkat pendidikan diharapkan
kemampuan secara teknis dan manajerial dapat teratasi karena tenaga yang memiliki pendidikan
pasca sarjana kesehatan dan non kesehatan sudah cukup besar yaitu sebanyak 34 orang (12,46%)
sesuai terlihat pada tabel 2.

Renstra Dinkes Hal 17


Tabel 2. Tingkat Pendidikan Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng

No Tingkat Pendidikan Jumlah %


1 SD 1 0,32
2 SMP 7 2,57
3 SMA sederajat 63 23,08
4 D1 Kesehatan 14 5,13
5 D3 Kesehatan 51 18,69
6 D3 Non Kesehatan 11 4,03
7 S1 Kesehatan Masyarakat 64 23,45
8 Dokter/Dokter Gigi 13 4,77
9 S1 Non Kesehatan Masyarakat 15 5,50
S2 Kesehatan Masyarakat
10 S2 Non Kesehatan 27 9.89
11 Masyarakat 7 2,57
Jumlah 273 100

Pegawai pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah rata-rata berada pada pangkat/
golongan penata yaitu sebesar 69,2% dan terendah pada golongan pembina sebesar 8.5%.

Tabel 3. Jumlah Kepangkatan Pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng.

Unit Kepangkatan/Golongan
Jmh
I & II % III % IV %
Dinkes dan UPT 63 22.3 189 69.2 23 8.5 273
teknis

b. Aset / Sarana Kesehatan

Pada bagian ini diuraikan tentang aset atau sarana kesehatan sebagai penunjang pelayanan
kesehatan diantaranya Puskesmas, Rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi.

1. Puskesmas
Pada periode tahun 2002 sampai 2007 jumlah Puskesmas terus meningkat dari 132
unit pada tahun 2002 menjadi 161 pada tahun 2007. Peningkatan jumlah Puskesmas diiringi
peningkatan ratio puskesmas terhadap 100.000 penduduk, yaitu pada tahun 2002 sebesar 6,24
per 100.000 penduduk menjadi 6,72 per 100.000 penduduk pada tahun 2007. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 6 sampai 7 unit puskesmas.
Sementara itu bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja puskesmas, sasaran penduduk
yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk, maka jumlah puskesmas per
30.000 penduduk pada tahun 2010 rata-rata 2 unit.

Renstra Dinkes Hal 18


Untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas telah diupayakan dengan
meningkatkan status puskesmas menjadi puskesmas perawatan terutama pada daerah-daerah
kepulauan/terpencil ,jauh dari rumah sakit serta pada jalur rawan kecelakaan. Jumlah
puskesmas perawatan pada tahun 2007 sebanyak 64 unit dan meningkat menjadi 73 unit
pada tahun 2010 yang tersebar di 11 kabupaten/kota.

Untuk puskesmas keliling berupa kendaraan roda 4 maupun Puskesmas keliling


perahu bermotor cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2005 sebanyak 153 unit dan
meningkat menjadi 183 unit pada tahun 2007 terdiri dari puskesmas keliling roda 4 sebanyak
165 buah dan Puskesmas perahu bermotor 18 unit. Pada tahun 2010 jumlah puskesmas
keliling bertambah menjadi 167 buah artinya bahwa semua puskesmas telah memiliki
puskesmas keliling.

Rumah Sakit

Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara
lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang diukur dengan jumlah rumah
sakit dan tempat tidur serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Perkembangan jumlah
rumah sakit umum dan khusus tahun 2003 sampai tahun 2010 seperti pada tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Jumlah Rumah Sakit di Provinsi Sulawesi Tengah


Tahun 2003 – 2010

Tahun
Kab/Kota
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Palu 3 3 3 3 3 3 3
Donggala 0 1 1 1 1 1 1
Parimo 1 1 1 1 1 1 1
Poso 1 1 1 1 1 1 1
Touna 1 1 1 1 1 1 1
Banggai 1 1 1 1 1 1 1
Bangkep 0 1 1 1 1 1 1
Morowali 1 1 1 2 2 2 2
Tolitoli 1 1 1 1 1 1 1
Buol 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 10 12 12 13 13 13 13
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, jumlah
rumah sakit umum pemerintah pada periode 2004 sampai 2010 terus mengalami peningkatan
yaitu tahun 2004 sebanyak 10 unit dan bertambah menjadi 13 unit pada tahun 2010 dan
rumah sakit tersebut sudah tersebar di seluruh ibu kota kabuptane/kota. Untuk gambaran

Renstra Dinkes Hal 19


cakupan ketersedian tempat tidur dapat dilihat dari rasio tempat tidur rumah sakit per 100.000
penduduk. Rasio tersebut terus mengalami peningkatan yaitu pada pada tahun 2003 52,5
per 100.000 penduduk menjadi 74,96 pada tahun 2010. Melihat angka tersebut jika
dibandingkan dengan pertambahan penduduk terutama penduduk miskin, maka masih perlu
dilakukan penambahan tempat tidur khususnya kelas III untuk pelayanan kesehatan
khususnya pada penduduk miskin yang akan dirujuk ke rumah sakit.

2. Tanah
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah saat ini memiliki aset tanah seluas 28.125
m2 yang tersebar di beberapa lokasi di kota Palu. Luas tanah tersebut semua telah
dimanfaatkan yang di atasnya telah berdiri beberapa bangunan yaitu, perkantoran, gudang,
perumahan dinas dsb.

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD.

Terselenggarannya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah daerah


untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan serta cita-cita bangsa bernegara.
Untuk mengukur keberhasilan tersebut pemerintah telah menerapkan sistem pertanggungjawaban
yang tepat, jelas, terukur dan legitimate melalui Inpres nomor 7 tahun 1999 tentang akuntabilitas
kinerja instansi pemeritah. Inpres tersebut mewajibkan setiap instansi pemerintah atau SKPD
sebagai unsur penyelenggaran pemerintah negara untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsinya. Pengukuran hasil kinerja SKPD telah dilakukan setiap tahun oleh
pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Berdasarkan hasil evaluasi laporan akuntabilitas kinerja pemerintah oleh inspektorat


daerah Provinsi Sulawesi Tengah sebagai bentuk pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Daerah
Provinsi Sulawesi Tengah pada 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan kinerja. Pada
tahun 2008 nilai capaian kinerja sebesar 60,10% dan termasuk kategori cukup, tahun 2009
capaian kinerja meningkat menjadi 79,01% dan termasuk kategori baik. Pada tahun 2010 capaian
kinerja sebesar 88,3% yang termasuk dalam kategori baik.

Untuk mengukur keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah ditetapkan


beberapa indikator kinerja kunci. Indikator tersebut merupakan ukuran yang digunakan untuk
menilai kinerja pembangunan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah yang juga terdapat di dalam
kewenangan wajib standar pelayanan minimal bidang kesehatan. Hasil pencapaian indicator
tersebut merupakan bentuk laporan penyelenggaran pemerintah daerah pada tahun 2010 yang
hasilnya adalah sbb :

A. Pelayanan Kesehatan Dasar

1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K4)


Hasil pencapaian indicator tersebut pada tahun 2009 sebesar 75,33%. Pencapaian tersebut
mengalami penurunan dibanding pada tahun 2008 yaitu 79,18%. Pada tahun 2010
pencapaian K4 sebesar 78%. Target yang harus dicapai sesuai yang tercantum dalam
renstra dan SPM adalah 92%.

Renstra Dinkes Hal 20


2. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani.
Hasil pencapaian komplikasi kebidanan pada tahun 2009 sebesar sebesar 8,69% dan
mengalami peningkatan dibanding pada tahun 2008 2,60%. Pencapaian pada tahun 2010
meningkat menjadi 40,1%. .Target yang diharapkan adalah 90%.

3. Cakupan Pertolongan Persalinan oleh tenaga kesehatan


Cakupan pertolongan persalinan pada tahun 2009 sebesar 73,28% dan mengalami
peningkatan dibanding pada tahun 2008 68,34. Pada tahun 2010 meningkat menjadi
77,8%. Target yang harus dicapai sesuai renstra dan standar pelayanan minimal adalah
90%.

4. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas


Cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2009 sebesar 79,58% dan mengalami penurunan
dibanding pada tahun 2008 yaitu 86,03%. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 74,5%.
Target yang harus dicapai sesuai renstra dan SPM adalah 90%.

5. Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani


Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani pada ahun 2009 sebesar 10,5% dan
mengalami peningkatan disbanding tahun 2008 sebesar 9,97%. Pada tahun 2010
pencapain mengalami peningkatan menjadi 30,85%. Target yang diharapkan dalam SPM
adalah 80%.

6. Cakupan Kunjungan Bayi


Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2009 sebesar 79% dan mengalami peningkatan
dibanding tahun 2008 sebesar 77,79%. Pada tahun 2010 pencapaian meningkat menjadi
84,6%. Target yang diharapkan dalam SPM adalah 90%.

7. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)


Cakupan UCI pada tahun 2009 sebesar 76,6% dan mengalami penurunan dibanding pada
tahun 2008 sebesar 81,79%. Pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 78%. Target
yang diharapkan sesuai pada standar pelayanan minimal adalah 100%.

8. Cakupan Pelayanan Anak Balita


Cakupan pelayanan anak balita pada tahun 2009 sebesar 60% dan mengalami penurunan
disbanding pada tahun 2008 sebesar 88,64%. Pada tahun 2010 cakupan kunjungan anak
balita sebesar 44% sedangkan target yag diharapkan pada SPM adalah 90%.

9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6- 24 bulan keluarga
miskin.
Hasil cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada tahun 2009 sebesar 0,58% dan
mengalami penurunan dibanding pada tahun 2008 sebesar 22,05%. Pada tahun 2010
jumlah anak balita yang menjadi sasaran program tersebut sebanyak 60.112 dan yang
mendapat MP-ASI sebanyak 2136 anak (3,55%). Target yang diharapkan pada standar
pelayanan minimal adalah 100%.

Renstra Dinkes Hal 21


10. Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan
Hasil pencapaian anak balita gizi buruk yang mendapat perawatan sebesar 35,15% dan
mengalami penurunan disbanding pada tahun 2008 sebesar 81,57%. Pada tahun 2010
pencapaian meningkat menjadi 100% dan hasil tersebut telah sesuai dengan target yang
diharapkan didalam standar pelayanan minimal adalah 100%.

11. Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD setingkat


Cakupan penjaringan siswa SD pada tahun 2009 sebesar 51,87% dan mengalami
peningkatan dibanding pada tahun 2008 sebesar 24,87%. Pada tahun 2010 jumlah
puskesmas yang melaksanakan penjaringan anak sekolah sebanyak 88 puskesmas 52,7%.
(Target yang diharapkan di dalam standar pelayanan minimal adalah 100%.

12. Cakupan Peserta KB Aktif


Hasil cakupan peserta KB aktif pada tahun 2009 sebesar 111,5% dan mengalami
peningkatan dibanding pada ahun 2008 sebesar 71,07%. Pada tahun 2010 pencapaian
meningkat menjadi 80,3% dan telah melampaui target yang diharapkan di dalam standar
pelayanan minimal sebesar 70%.

13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Acut Flacid Paralysis (AFP) rate
per 100.000 penduduk < 15 tahun.
Hasil pencapaian indicator tersebut pada tahun 2009 sebesar 1,17% dan tahun 2008
sebesar 0,01%. Pada tahun 2010 jumlah anak yang menderita sebanyak 20 orang atau
sebesar 2,76%. Target yang diharapkan adalah 2%.

14. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Pneumonia


Balita

Hasil pencapaian penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada tahun 2009
sebesar 100% dan tahun 2008 sebesar 75,3%. Pada tahun 2010 pencapaian kegiatan
tersebut sebesar 100% dan telah sesuai dengan target yang diharapkan didalam standar
pelayanan minimal sebesar 100%.

15. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita baru TB BTA Positif


Hasil pencapaian penanganan penderita pasien TB BTA positif pada tahun 2009 sebesar
29,03% dan pencapaian tersebut mengalai penurunan dibanding tahun 2008 sebesar
32,68%. Pada tahun 2010 pencapaian meningkat menjadi 45%. Target yang diharapkan
didalam standar pelayanan minimal adalah 100%.

16. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD yang ditangani.
Hasil penemuan dan penanganan serta ditangani penderita penyakit demam berdarah
dengue pada tahun 2009 sebesar 100% dan mengalami peningkatan dibanding tahun 2008
sebesar 97,9%. Pada tahun 2010 prosentase DBD yang ditangani sebesar 100% dan telah
sesuai target yang diharapkan pada standar pelayanan minimal 100%.

Renstra Dinkes Hal 22


17. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Diare
Hasil pencapaian penemuan dan penanganan penderita penyakit diare pada tahun 2009
sebesar 100% dan meningkat dibanding pada tahun 2008 sebesar 80,29%. Pada tahun
2010 pencapaian sebesar 100% dan sesuai target yang diharapkan pada standar pelayanan
minimal 100%.

18. Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Pasien Masyarakat Miskin


Hasil pencapaian pelayanan dasar pada penduduk miskin pada tahun 2009 adalah jumlah
penduduk miskin yang berkunjung pada RJTP I sebanyak 467.194 dari jumlah sasaran
711.411 (65,67%) dan mengalami peningkatan dibanding pada tahun 2008 sebesar
45,46%. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin yang berkunjung ke RJTP I sebesar
73%.

B. Pelayanan Kesehatan Rujukan

19. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin


Hasil pelayanan kesehatan pasien penduduk miskin di rumah sakit pada tahun 2008
sebesar 41,91% sedangkan pada tahun 2009 jumlah pasien maskin yang rawat jalan ke
rumah sakit sebanyak 31.144 kunjungan dengan rawat inap sebanyak 15.582 ( 50,03%)
dari total kunjungan. Target yang diharapkan adalah 100%.

20. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS)
di Kabupaten/Kota.
Hasil pencapaian pelayanan gawat darurat level 1 pada tahun 2009 adalah 100% dan
mengalami peningkatan dibanding tahun 2008 sebesar 31,25%. Pencapaian pada tahun
2010 sebesar 100% Target didalam SPM adalah 100%.

C. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB

21. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan Penyelidikan Epidemiologi <
24 jam.
Jumlah kasus KLB pada tahun 2009 sebesar 27 kasus dan semua telah dilakukan
penanganan <24 jam (100%). Pada tahun 2008 jumlah kasus sebesar 65 kejadian dan yang
ditangani di bawah 24 jam 65 kasus (100%). Pada atahun 2010 jumlah desa/kelurahan
yang mengalami KLB sebanyak 118 dengan jumlah kasus 118 dan semuanya dapat
ditangani. Target didalam SPM adalah semua kejadian KLB harus ditangani 100%.

D. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

22. Cakupan Desa Siaga Aktif


Jumlah desa siaga pada tahun 2008 sebanyak 880 desa dari jumlah desa 1.123 desa
(78,36%) yang termasuk desa siaga aktif sebesar 15%. Pada tahun 2009 jumlah desa
siaga aktif meningkat menjadi 25,2% dari target 1601 desa. Pada tahun 2010 jumlah desa
siaga aktif tetap 25,2% atau tidak mengalami perubahan dibanding pada tahun
sebelumnya. Target yang diharapkan pada SPM desa siaga aktif sampai pada tahun
2015 adalah 80%.

Renstra Dinkes Hal 23


2.3.1. Upaya Kesehatan

Upaya Kesehatan di Sulawesi Tengah menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan hal
ini ditandai dari jumlah fasilitas kesehatan dan akses yang cukup baik. Di Sulawesi Tengah
terdapat 5 unit Rumah Sakit di Tingkat Provinsi dengan rincian sbb: 2 unit RSUD Tipe kelas B,
2 Unit RS milik TNI/POLRI, 1 Unit RS Jiwa dan 1 RS khusus mata sedangkan disetiap
Kabupaten/Kota didukung 12 RSUD untuk kabupaten Morowali terdapat 2 Unit RSUD yaitu
Kolonedale dan Bungku, disamping itu terdapat 4 RS Umum Swasta , 3 RB, 1 RSBA, dan 1
RSB. Sarana tempat tidur di RS secara keseluruhan di Sulawesi Tengah mempunyai rasio 80,91
per 10000 penduduk.

Sarana pelayanan dasar di Sulawesi Tengah didukung oleh 167 Unit Puskesmas atau
rata-rata 100.000 penduduk dilayani oleh 6-7 Puskesmas, dimana terdapat 73 Puskesmas dengan
perawatan dan diantaranya terdapat 45 Puskesmas yang telah mampu memberi Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang setara dengan 4,5 Puskesmas untuk melayani
500.000 penduduk (Standar WHO adalah 4 Puskesmas PONED untuk 500.000 penduduk) selain
itu didukung pula oleh 724 Puskesmas pembantu dengan rasio 29 unit Pustu melayani 100.000
penduduk.

Dilihat dari sisi akses pelayanan, Sulawesi Tengah relatif baik dan tidak jauh berbeda
dibanding dengan pencapaian akses nasional, Untuk akses pelayanan kesehatan kurang dari 5 km
mencapi 93,3 % (Nasional 94%). Sementara itu akses pelayanan kesehatan dengan jarak tempuh
< 15 menit di Sulawesi Tengah sebanyak 69,1 % dengan akses terbanyak di Kota Palu (89,6%)
dan terkecil di Kabupaten Morowali (48,5%).

Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mencapai 62,47% pada tahun
2009. Begitu juga cakupan pelayanan antenatal (K1) mencapai 90,7 % sedang (K4) mencapai
75,00 % pada tahun 2007,

2.3.2. Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan Kesehatan yang bersumber dari APBD Provinsi/Kabupaten/kota terhadap


sektor kesehatan relatif menunjukkan angka peningkatan terutama dibeberapa kabupaten.
Prosentase masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan di Sulawesi Tengah, mencapai 55,17 %.
Jaminan pelayanan kesehatan masih di dominasi oleh Jamkeskin 32,31%, Jamkesda 12,71 %
Askes 8,79 % , dana sehat 0,44%, TNI/POLRI 0,36 %, Jamsostek 0,56.

Renstra Dinkes Hal 24


Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebesar 69,6% masyarakat di Sulawesi Tengah
membiayai sendiri untuk biaya rawat inap. Sebanyak 10,6% RT biaya rawat inapnya dibiayai
Askeskin/Surat keterangan tidak mampu (SKTM) dan 1,5% dari Dana Sehat dari Pemda
(pemerintah daerah). Kabupaten yang banyak memanfaatkan askeskin untuk rawat inap adalah
kabupaten Morowali (21%), Poso (12,5%), Donggala (11,8%), Buol (13,6) dan Tojo Una-Una
(18,2). Sementara kabupaten Banggai Kepulauan adalah yang paling banyak (82,8%) membayar
sendiri dalam menjalani rawat inapnya.

2.3.3. Sumber Daya Manusia Kesehatan

Keberadaan Sumber Daya Manusia yang menunjang pelayanan kesehatan seperti


dokter, dokter spesialis, perawat, bidan dan tenaga kefarmasian di Sulawesi Tengah berdasarkan
Profil Tenaga Kesehatan Sulawesi Tengah tahun 2010 menunjukkan jumlah dokter umum
sebanyak 393, dokter spesialis sebanyak 88 orang, tenaga perawat 3707 orang dan tenaga bidan
sebanyak 1916 orang serta tenaga kefarmasian sebanyak 420 orang

2.3.4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan

Ketersediaan obat menjadi masalah secara nasional, obat esensial generik di sarana
pelayanan kesehatan baru mencapai 69,74% dari target 95%, anggaran untuk obat esensial
generik di sektor publik sebesar 14,47% dengan target setara dengan $ 2 US perkapita. Peresepan
Obat Generik Berlogo (OGB) di Puskesmas sudah sebesar 90%, namun di RSU sebesar 66% dan
di RS swasta dan apotek sebesar 49%. Pengadaan obat sering terkendala DIPA dan sistem
pengadaan yang berpotensi menimbulkan terputusnya ketersediaan obat dan vaksin. Walaupun
ketersediaan OGB tinggi, harga murah tetapi akses masyarakat terhambat karena adanya
asymmetric information dan praktek pemasaran yang kurang baik.

2.3.5. Manajemen dan Informasi Kesehatan

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah telah menyusun Sistem Kesehatan Daerah
(SIKDA) walaupun belum dalam bentuk Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur. Untuk
membangun Sistem informasi Kesehatan Daerah telah disusun masterplan SIKDA dalam rangka
mendukung pengembangan SIKDA sebagai dasar bagi perencanaan tingkat daerah dan fasilitasi
penyediaan data tingkat nasional.

Renstra Dinkes Hal 25


2.3.6. Pemberdayaan Masyarakat

Dalam hal pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan, secara kelembagaan telah


dibentuk UPTD Promosi Kesehatan yang dimaksudkan untuk lebih meningkatkan upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.

2.4. Tantangan dan Peluan Pengembangan Pelayanan SKPD.

Gambaran dan analisis kondisi nyata derajat kesehatan masyarakat Sulawesi Tengah
dapat dilihat dari hasil cakupan indikator kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang
mengungkapkan tentang apa, bagaimana, dimana dan hendak kemana pembangunan kesehatan
masyarakat Sulawesi Tengah dalam memasuki abad ke 21 yang penuh tantangan dan
permasalahan kesehatan yang berat dan kompleks sehingga dituntut suatu perencanaan yang arif
bijaksana dan terbuka dalam mengantar masyarakat Sulawesi Tengah mencapai status derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Hasil Evaluasi Pembangunan Kesehatan di Sulawesi Tengah, menunjukkan adanya
keberhasilan hal tersebut ditandai dengan beberapa indikator telah mengalami perbaikan kecuali
untuk angka kematian bayi justru mengalami sedikit peningkatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) secara nasional menunnjukkan angka 517 /100.000
kelahiran hidup pada tahun 2000 (sensus 2000) dan mengalami penurunan menjadi 228/100.000
kelahiran hidup (SDKI, 2007) . Prevalensi gizi kurang pada balita, menurun dari 31,57.% pada
tahun 2003 menjadi sebesar 27,6 % pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007). Angka Kematian Bayi
(AKB) di Sulawesi Tengah pada periode 1997- 2003 menurun secara bermakna dari 94,5/1000
KH pada tahun 1997 menjadi 52/1000 KH pada tahun 2002–2003 akan tetapi mengalami
peningkatan menjadi 60/1000 KH tahun 2007 (SDKI tahun 2007) sementara itu pencapaian
secara nasional pada tahun 2007 adalah 34 per 1000 KH, sedang sasaran secara nasional adalah
41/1000 KH pada tahun 2010. Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 63,3 tahun pada
tahun 2003 menjadi 66,3 tahun pada tahun 2007 (Susenas 2007) sementara itu capaian secara
nasional adalah 69,09 tahun pada tahun 2007.
Pencapaian indikator pembangunan kesehatan masyarakat tersebut belum seperti yang
diharapkan, apalagi bila melihat target pencapaian secara nasional untuk tahun 2014-2015
mendatang, diperlukan suatu upaya strategis guna percepatan pencapaian indikator untuk
Sulawesi Tengah. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan dari 6 subsistem
dari sistem kesehatan nasional yaitu: 1) Upaya kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber
Renstra Dinkes Hal 26
daya manusia kesehatan, 4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5)Manajemen dan
informasi kesehatan, dan 6) Pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis
kekuatan, kelemahan, dari subsistem tersebut serta bagaimana peluang dan tantangan yang
dihadapi saat ini.
a. Kekuatan
Upaya Kesehatan di Sulawesi tengah menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan
hal ini ditandai dari jumlah fasilitas kesehatan dan akses yang cukup baik. Di Sulawesi
Tengah terdapat 5 unit Rumah Sakit di tingkat Provinsi dengan rincian sbb: 2 unit RSUD
Tipe kelas B, 2 Unit RS milik TNI/POLRI, 1 Unit RS Jiwa dan 1 RS khusus mata sedangkan
disetiap Kabupaten/Kota didukung 12 RSUD dimana untuk kabupaten Morowali terdapat 2
Unit RSUD yaitu Kolonedale dan Bungku, disamping itu terdapat 4 RS Umum Swasta , 3
RB, 1 RSBA, dan 1 RSB. Sarana tempat tidur di RS secara keseluruhan di Sulawesi Tengah
mempunyai rasio 80,91 per 10000 penduduk.
Sarana pelayanan dasar di Sulawesi Tengah didukung oleh 167 Unit Puskesmas atau
rata-rata 100.000 penduduk dilayani oleh 6-7 Puskesmas, dimana terdapat 73 Puskesmas
dengan perawatan dan diantaranya terdapat 45 Puskesmas yang telah mampu memberi
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang setara dengan 4,5 Puskesmas
untuk melayani 500.000 penduduk (Standar WHO adalah 4 Puskesmas PONED untuk
500.000 penduduk) selain itu didukung pula oleh 724 Puskesmas pembantu dengan rasio 29
unit Pustu melayani 100.000 penduduk.
Dilihat dari sisi akses pelayanan, Sulawesi Tengah relatif baik dan tidak jauh berbeda
dibanding dengan pencapaian akses nasional, Untuk akses pelayanan kesehatan kurang dari 5
km mencapi 93,3 % (Nasional 94%). Sementara itu akses pelayanan kesehatan dengan jarak
tempuh < 15 menit di Sulawesi Tengah sebanyak 69,1 % dengan akses terbanyak di Kota
Palu (89,6%) dan terkecil di Kabupaten Morowali (48,5%). Cakupan persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan mencapai dari 62,47% pada tahun 2009. Begitu juga cakupan
pelayanan antenatal (K1) mencapai 90,7 % sedang (K4) mencapai 75,00 % pada tahun 2007,
Pembiayaan Kesehatan yang bersumber dari APBD Provinsi/Kabupaten/kota
terhadap sektor kesehatan relatif menunjukkan angka peningkatan terutama dibeberapa
kabupaten. Prosentase masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan di Sulawesi Tengah,
mencapai 63,44 %. Jaminan pelayanan kesehatan masih di dominasi oleh Jamkeskin 35,52%,

Renstra Dinkes Hal 27


Jamkesda 16,74 % Askes 9,67 % lainnya 10 %. Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa
sebesar 69,6% masyarakat di Sulawesi Tengah membiayai sendiri untuk biaya rawat inap.
Sebanyak 10,6% RT biaya rawat inapnya dibiayai Askeskin/Surat keterangan tidak
mampu (SKTM) dan 1,5% dari Dana Sehat dari Pemda (pemerintah daerah). Kabupaten yang
banyak memanfaatkan askeskin untuk rawat inap adalah kabupaten Morowali (21%), Poso
(12,5%), Donggala (11,8%), Buol (13,6) dan Tojo Una-Una (18,2). Sementara kabupaten
Banggai Kepulauan adalah yang paling banyak (82,8%) membayar sendiri dalam menjalani
rawat inapnya. Keberadaan Sumber Daya Manusia yang menunjang pelayanan kesehatan
seperti dokter, dokter spesialis, perawat, bidan dan tenaga kefarmasian di Sulawesi Tengah
berdasarkan Profil Tenaga Kesehatan Sulawesi Tengah tahun 2010 menunjukkan jumlah
dokter umum sebanyak 393, dokter spesialis sebanyak 88 orang, tenaga perawat 3707 orang
dan tenaga bidan sebanyak 1916 orang serta tenaga kefarmasian sebanyak 420 orang
Ketersediaan obat menjadi masalah secara nasional, obat esensial generik di sarana
pelayanan kesehatan baru mencapai 69,74% dari target 95%, anggaran untuk obat esensial
generik di sektor publik sebesar 14,47% dengan target setara dengan $ 2 US perkapita.
Peresepan Obat Generik Berlogo (OGB) di Puskesmas sudah sebesar 90%, namun di RSU
sebesar 66% dan di RS swasta dan apotek sebesar 49%. Perhatian perlu diberikan pada
ketersediaan bahan baku yang didominasi dari impor yang mencapai 85% dari kebutuhan,
selain itu pengadaan obat sering terkendala DIPA dan sistem pengadaan yang berpotensi
menimbulkan terputusnya ketersediaan obat dan vaksin. Walaupun ketersediaan OGB tinggi,
harga murah tetapi akses masyarakat terhambat karena adanya asymmetric information dan
praktek pemasaran yang kurang baik, dan sekitar 30% obat resep dijual langsung oleh dokter,
bidan atau perawat.
Sisi kebijakan dan manajemen, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah sejak
beberapa tahun yang lalu telah menyusun Sistem Kesehatan Daerah walaupun belum dalam
bentuk Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur. Untuk membangun Sistem informasi
Kesehatan Daerah juga telah disusun suatu Masterplan SIKDA dimaksudkan untuk
mendukung pengembangan SIKDA sebagai dasar bagi perencanaan tingkat daerah dan
mendukung penyediaan data tingkat nasional. Dalam hal pemberdayaan masyarakat dibidang
kesehatan, secara kelembagaan telah dibentuk unit pelaksana teknis dinas Promosi Kesehatan

Renstra Dinkes Hal 28


yang dimaksudkan untuk lebih meningkatkan upaya upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat.

b. Kelemahan
Pembiayaan Kesehatan yang bersumber dari APBD Sulawesi Tengah terhadap
sektor kesehatan relatif sangat kecil dengan kisaran antara 2 persen dari total anggaran
pemerintah provinsi. Jaminan Kesehatan Daerah masih belum memiliki sinergitas antar
kabupaten, masing masing daerah memiliki sistem sendiri sehingga portabilitas belum
terjamin. Regulasi dibidang kesehatan di tingkat daerah masih banyak yang perlu dilakukan
sebagai konsekwesi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007, sistem
kesehatan daerah belum memiliki kekuatan hukum.

Sistem informasi masih belum terintegrasi, data dan informasi untuk evidence
planning tidak tersedia tepat waktu. Sistem Informasi Kesehatan (Siknas) online yang
berbasis fasilitas sudah terintegrasi, akan tetapi masih banyak faktor yang mempengaruhi
seperti ketersediaan jaringan.

c. Peluang
Kebijakan di bidang kesehatan di tingkat pusat telah banyak disusun, baik pada
tingkatan strategis, manajerial maupun teknis seperti Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan yang merupakan penyesuaian (revisi) dari Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992; Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; dan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Berbagai kebijakan dalam
tingkatan manajerial juga tersedia, seperti Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (Renstra Kementerian Kesehatan) serta
rencana pemberlakuan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam upaya pencapaian
universal coverage pada 2015.

d. Tantangan
Berdasarkan hasil riskesdas 2007, Prevalensi perokok setiap hari penduduk umur 10
tahun keatas adalah 24,6%. Sekitar 62,3 % perokok saat ini, yang berumur 10 tahun keatas
dengan rerata menghisap 1-12 batang rokok setiap hari. Sekitar 93,3 % di semua kabupaten
dengan perilaku merokok di dalam rumah. Sedikit sekali (8,5%) penduduk umur 10 tahun

Renstra Dinkes Hal 29


keatas yang mengkonsumsi cukup buah dan sayur. Sementara itu hanya satu diantara tiga
penduduk umur 10 tahun keatas berperilaku cuci tangan dengan sabun benar.
Rumah tangga yang memanfaatkan UKBM masih rendah dalam 3 bulan terakhir.
Alasan tidak memanfaatkan UKBM lebih dari separuhnya (>59,8%) karena pelayanannya
tidak lengkap dan sekitar sepertiganya karena lokasinya jauh. Menghadapi pasar global
tantangan kita antara lain adalah peningkatan mutu tenaga kesehatan dan mutu pelayanan
kesehatan, peredaran narkotika dan zat adiktif yang semakin merasuk sampai ke pelosok.
Perubahan iklim juga menjadi isu yang penting dalam pelaksanaan pembangunan dibidang
kesehatan.

Renstra Dinkes Hal 30


Renstra Dinkes Hal 31
KADINKES

SE

Kelompok Fungsional
Subag Umum & Su
Kepegawaian

Bidang Bina Pelayanan Bidang Pengendalian Masalah Bidang Bina Peng


Kesehatan Kesehatan SDM Keseh

Seksi Bimdal Kesehatan Seksi Bimdal Pengendalian & Seksi Bimdal


Pemberantasan Penyakit
Dasar Pendayagunaa

Seksi Kesehatan Rujukan Seksi Bimdal Wabah & Seksi Pendidikan &
Bencana

Seski Kesehatan Khusus Seksi Bimdal Kesehatan Seksi Registrasi &


Lingkungan

Tabel 2.1
PENCAPAIAN KINERJA PELAYANAN SKPD DINAS KESEHATAN
UPTD BALAI LABKES UPTD BALAI PELKES UPTD BALAI SURDA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

TAR GET
IK SES UAI T AR GET R ENS TR A SKP D T AHUN KE RE ALIS AS I C AP AIAN T AHU N K
NO TUG AS & SPM I N D I K AT
FUNGS I S KPD IK K OR
( 18 IK ) L AI N N Y A
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Jamkesmas 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Persentase Desa Siaga 80% 30 % 30 % 35% 40% 45% 100% 100% 100% 100%
Aktif
Persentase Sekolah 20% 20% 25% 30% 40% 100% 100% 100% 100%
Dasar yang
TAR GET
IK SES UAI T AR GET R ENS TR A SKP D T AHUN KE RE ALIS AS I C AP AIAN T AHU N K
NO TUG AS & SPM I N D I K AT
FUNGS I S KPD IK K OR
( 18 IK ) L AI N N Y A
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009

mempromosikan
kesehatan
Persentase ibu hamil, 80% 63% 63% 67% 72% 80% 100% 100% 100% 100%
bersalin dan nifas yang
mendapat penanganan
komplikasi
Persentase pasangan 70% 62% 62% 63% 64% 70% 100% 100% 100% 100%
usia subur yang menjadi
KB Aktif (CPR)
Bumil yang mendapat 95 % - 88% 88% 90% 93% 95% 100% 100% 100% 100%
pelayanan antenatal (K4)
Ibu nifas yang mendapat 90% 86% 86% 88% 89% 90% 100% 100% 100% 100%
pealayanan kesehatan (
Cakupan Pertelongan 90% 75% 75% 77% 80% 90% 100% 100% 100% 100%
Persalinan oleh Tenaga
Kesehatan
Cakupan Pelayanan 90% 85% 85% 86% 87% 90% 100% 100% 100% 100%
kesehatan bayi
Cakupan pelayanan 90% 80% 80% 81% 83% 90% 100% 100% 100% 100%
kesehatan anak balita

Meningkatnya 45% 50% 55% 60% 65% 100% 100% 100% 100%
persentase rumah
tangga berprilaku hidup
bersih dan sehat
menjadi 70 %
Meningkatnya 30% 35% 40% 45% 60% 100% 100% 100% 100%
persentase Posyandu
Purnama dan Mandiri
menjadi 40%
Cakupan pengunaan air 62% 70% 78% 86% 95% 100% 100% 100% 100%
bersih (Kota)
Cakupan pengunaan air 52% 60% 63% 76% 85% 100% 100% 100% 100%
bersih (Desa)
Cakupan keluarga 80% 82% 84% 86% 90% 100% 100% 100% 100%
jamban sehat (kota)
Cakupan keluarga 67% 71% 75% 80% 85% 100% 100% 100% 100%
jamban sehat (desa)
Cakupan air bersih yang 62% 73% 79% 85% 90% 100% 100% 100% 100%
memenuhi
Meningkatnya 79% 82% 82% 83% 85% 100% 100% 100% 100%
persentase tempat-
tempat umum (TTU)
yang memenuhi syarat
kesehatan 80%.
Cakupan penanganan 80% 65% 65% 70% 75% 80% 100% 100% 100% 100%
neonatal komplikasi
Cakupan penjaringan 100% 90% 90% 92% 94% 95% 100% 100% 100% 100%
siswa SD kelas I dan
setingkat
Balita Gizi Buruk 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Mendapat Perawatan
Tersedianya Bufferstock 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
MP-ASI
Persentase RS yang 100% 70% 70% 80% 90% 100% 100% 100% 100% 100%
melaksanakan pelayanan
gawat darurat sesuai
standar
Penderita Yang diobati 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Desa/Kelurahan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
mengalami KLB
Dilakukan Penyelidikan 100% 24 Jam 24 24 24 24 100% 100% 100% 100%
Epidemiologi < 24 jam
Jam Jam Jam Jam
Persentase RS yang 50% 55% 60% 65% 80% 100% 100% 100% 100%
TAR GET
IK SES UAI T AR GET R ENS TR A SKP D T AHUN KE RE ALIS AS I C AP AIAN T AHU N K
NO TUG AS & SPM I N D I K AT
FUNGS I S KPD IK K OR
( 18 IK ) L AI N N Y A
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009

melaksanakan
pelayanan gawat
darurat sesuai standar
Jumlah RS Daerah 1 RS 2 RS 3 RS 1 RS 2 RS
menjadi BLU
RS Yang terakreditasi 50% 55% 60% 65% 70% 100% 100% 100% 100%
Persentase RS yang 10% 20% 30% 40% 100% 100% 100% 100%
melaksanakan PONEK
Tercapainya 20.000 20.00 21.00 23.00 25.00 100% 100% 100% 100%
Pemeriksaan Sampel Sampel
0 0 0 0
Samp Samp Samp Samp
el el el el
Persentase Desa 65% 65% 74% 83% 91% 100% 100% 100% 100%
memiliki tenaga Bidan
Tenaga Kesehatan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
tertentu telah
teregistrasi
Semua Pelatihan tenaga 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
kesehatan telah
dilakukan akreditasi
Pelatihan
Sediaan farmasi sesuai 65% 70% 75% 90% 100% 100% 100% 100% 100%
kebutuhan
Pengadaan obat esensial 60% 70% 80% 90% 100% 100% 100% 100% 100%
Pengadaan Obat Generik 80% 85% 95% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Tersedianya Kebijakan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
strategis pembang
unan kesehatan
Tersedianya dokumen 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok
perencanaan dan
penganggaran
Tersedianya costing 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
SPM di Kab/Kota
Tersedianya data 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
kepegawaian
berdasarkan SIMKA di
Provinsi dan 10
Kab/Kota

PALU, 1
PEBRUARI
2012

KEPALA DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
SULAWESI
TENGAH
dr. ABDULLAH,
DHSM., M.Kes
PEMBINA
UTAMA MADYA
NIP.19550111
198403 1 005

TABEL 2.2
ANGGARAN DAN REALISASI PENDANAAN PELAYANAN SKPD
(DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH)

Razio Antara Rata2


Anggaran Pd Thn Ke (Ribuan
Program Realisasi Angg. Pd Thn Ke Realisasi & Pertumbuh
Rupiah)
Anggaran Thn Ke an
200 200 201 201 Ang Realisa
2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011
8 9 0 1 g si
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. Pelayanan Adm.
2.284.86 1.756.8 819.983 873.013 2.092.2 1.745.1 814.976 819.983
Perkantoran
4 19 31 20

2. Peningkatan 2.284.88 1.556.7 528.500 1.134.3 1.284.8 1.527.2 522.022 1.134.3


Sarana 6. 80 54 64 96 54

Aparatur
3. Peningkatan 25.050. 150.000 95.005 74.700 25.050 148.974 94.905 74.700
Kapasitas
Sumberdaya
Aparatur
4. Obat dan 371.290 950.000 880.000 1.009.0 371.290 919,099 876.625 1.007.8
Perbekes 44 84

5. Upaya 2.258.36 5.221.0 2.347.8 4.549.3 2.258.3 5.140.3 2.315.8 4.543.1


Kesmas 5 00 26 03 65 97 11 67

6. Promkes & 1.500.00 2.500.0 1.485.0 1.491.8 2.227.0 1.483.6 1.491.8


Pemberdaya 0 00 00 82 88 21 82

an
Kesehatan
7. Perbaikan 1.100.00 1.000.0 800.000 1.136.5 990.644 781.101 1.132.1
Gizi 0 00 00 87
8. Pengemban 1.084.15 600.000 650.000 1.169.7 598.707 642.251 1.162.6
gan 7 30 31

Lingkungan
Sehat
9. Pencegahan 2.863.10 3.100.0 2.410.0 2.548.6 3.073.9 2.398.0 2.541.5
& Penang 4 00 00 12 69 44 20

gulangan
Penyakit
Menular
10. Upaya 2.275.61 2.135.0 1.155.5 1.203.0 2.097.8 1.106.4 1.183.2
Kesehatan 6 00 86 58 51 13 90

.
Peroranga
n
11. Kebijakan 2.245.22 1.870.4 3.038.5 3.591.0 1.860.0 3.025.7 3.590.9
dan Pem 5 00 74 68 38 04 67

bangunan
Kesehatan
12. Sumberda 1.336.71 1.500.0 1.609.8 2.382.2 1.601.5 2.363.9
ya 0 00 30 89 22 75

Kesehatan
13. UPTD 845.724 1.286.9 1.437.4 1.256.7 1.41772
Pelkes 55 22 63 0

14. UPTD 417.742 1.883.0 1.654.6 1.854.8 1.625.2


Labes 00 82 53 12

15. UPTD = = 2.192.0 3.262.7 2.181.7 3.262.7


Promkes 30 12 67 12

16. UPTD = = 1.071.7 1.303.9 1.067.0 1.298.4


Surdatin 36 04 29 59

PALU, 1
PEBRUARI
2012

KEPALA DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
SULAWESI
TENGAH
dr. ABDULLAH,
DHSM., M.Kes
PEMBINA
UTAMA MADYA
NIP.19550111
198403 1 005

BAB III

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1 . Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

Hasil analisis dan kecenderungan pembangunan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah masih
menghasilkan berbagai permasalahan dihadapi saat ini dan dimasa periode yang akan datang yang
akan mempengaruhi pencapaian derajat kesehatan masyarakat. Diantara isu isu strategis tersebut
adalah :

3.1.1. Adanya lingkungan strategis baik internal maupun eksternal yang masih kurang
mendukung pembangunan kesehatan. Pada masa yang akan datang tuntutan akselerasi
pembangunan kesehatan memerlukan perhatian dengan dukungan lingkungann yang
kondusif termasuk dukungan komitmen pemerintah daerah baik eksekutif maupun
legislative.

3.1.2. Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum maksimal
terutama pada daerah terpencil dan kepulauan serta perhatian pada masyarakat miskin dan
kelompok berisiko masih perlu mendapatkan perhatian yang optimal.

3.1.3. Pemerataan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan belum sepenuhnya
menunjang penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Pada beberapa daerah dan institusi
kesehatan termasuk rumah sakit masih kekurangan tenaga yang strategis seperti dokter
spesialis, dokter, bidan dan perawat serta tenaga tehnis lainnya.

3.1.4. Pencapaian indicator status kesehatan masyarakat yang masih di bawah rata-rata nasional
dan target MDGs seperti masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian anak, masih
tinggi angka status gizi buruk dan kurang serta angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit menular seperti TBC, malaria, demam berdarah serta beberapa penyakit infeksi
lainnya,

3.1.5. Adanya perubahan epidemiologi dan demografi serta keadaan lingkungan fisik dan social
budaya yang kurang menunjang sehingga mengakibatkan beberapa indicator derajat
kesehatan yang belum optimal.
3.1.6. Terjadinya kecenderungan peningkatan penyakit tidak menular yang mempunyai kontribusi
besar terhadap angka kesakitan dan kematian.

3.1.7. Adanya kecenderungan peningkatan prevalensi shistosomiasis di daerah Lindu dan Napu.
Penyakit tersebut merupakan penyakit spesifik di Provinsi Sulawesi Tengah dan hanya ada
di Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih intensif.

3.1.8. Belum semua penduduk terutama penduduk miskin dan kelompok rentan lainnya
mempunyai jaminan kesehatan sehingga target pencapaian universal coverage belum dapat
tercapai sesuai yang diharapkan.

3.1.9. Terbatasnya pemberdayaan masyarakat dan advokasi kesehatan untuk meningkatkan


partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

3.1.10. Sarana dan prasarana kesehatan RSU daerah pada umumnya masih terbatas, sehingga
kurang mendukung dan menunjang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan yang prima.

3.1.11. Keterbatasan data yang berpengaruh dalam pemetaan dan penyusunan kebijakan serta
pemanfaatan data belum optimal dan surveilans yang belum terlaksana secara menyeluruh
pada semua level institusi kesehatan.

3.1.12. Anggaran pembiayaan kesehatan masih terfokus pada alokasi upaya curative dan
rehabilitative, perlu pemerataaan anggaran untuk upaya yang bersifat promotif dan
preventif serta diperlukan peningkatan anggaran kesehatan sesuai amanat undang-undang
kesehatan

3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan bidang sosial budaya yang
diarahkan untuk mencapai sasaran peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang ditandai dengan
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pencapaian sasaran tersebut sangat
ditentukan oleh angka pencapaian indikator usia harapan hidup yang merupakan fungsi dari sektor
kesehatan. Sesuai visi dari Gubernur Sulawesi Tengah pada periode 2011-2016 yaitu menjadikan
provinsi Sulawesi Tengah sejajar dengan provinsi maju di kawasan timur Indonesia yang menitik
beratkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang berdaya saing pada tahun 2020.
Kualitas sumberdaya yang bersaing ditandai dengan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) melalui upaya penciptaan kualitas hidup manusia yang mencakup kualitas fisik, intelektual,
moral, iman dan taqwa sehingga tercipta kualitas manusia secara utuh. Pada masa yang akan
datang diharapkan kondisi masyarakat di daerah Sulawesi Tengah ditunjukkan dengan membaiknya
berbagai sektor pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat serta menurunnya kesenjangan antar individu antar kelompok masyarakat
dan antara daerah.
Memperhatikan visi tersebut di atas sangat jelas bahwa peranan sektor kesehatan
mempunyai andil yang sangat besar untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata dengan perhatian khusus pada
penduduk rentan antara lain penduduk miskin, ibu, bayi anak dan lanjut usia. Memperhatikan
kondisi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah yang masih rendah terutama
angka kematian bayi dan kematian ibu melahirkan maka upaya yang perlu mendapat prioritas
utama adalah melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan .

Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan pembangunan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah


beberapa faktor penghambat yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi sbb :

1. Kondisi geografis yang sulit dan masih terbatasnya transportasi dan infrastruktur khusus pada
beberapa daerah tertinggal terpencil perbatasan dan kepulauan (DTPK) akan menjadi kendala
dalam peningkatan dan pemerataan akses pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan pada beberapa daerah merupakan faktor
penghambat dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat
3. Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit khususnya pada
penduduk miskin akan menjadi terkendala karena masih terbatasnya jumlah ruang perawatan
kelas III di beberapa rumah sakit pemerintah.
4. Jumah dan mutu tenaga kesehatan khususnya tenaga strategis (dokter spesialis, dokter umum,
bidan dan perawat ) yang belum merata akan memberikan dampak terhadap akses dan kualitas
pelayanan kesehatan kepada masyarakat
5. Kondisi lingkungan fisik serta perilaku masyarakat dalam hidup bersih dan sehat yang masih
rendah menjadi potensi timbulnya berbagai penyakit yang selanjutnya berkontribusi besar
terhadap kesakitan dan kematian.
6. Akibat dari alokasi pembiayaan kesehatan yang masih cenderung lebih besar kearah kuratif
dibandingkan pada promotif dan preventif akan mengakibatkan pengeluaran yang tidak efektif
dan efisien yang berpotensi pada rendahnya cakupan pelayanan kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan oleh institusi Puskesmas dan jaringannya.
7. Masih tingginya prosentase masyarakat yang belum terlindungi dan memiliki jaminan
kesehatan mengakibatkan rendahnya akses masyarakat dan risiko pembiayaan kesehatan yang
berakibat pada timbulnya kemiskinan.
8. Masih tingginya jumlah penduduk miskin dibeberapa daerah sangat mempengaruhi upaya
penurunan angka status gizi buruk dan kurang.
9. Adanya desentralisasi dan otonomi daerah di kabupaten/kota menjadi faktor penghambat dan
kendala dalam pemetaan masalah kesehatan karena terbatasnya data serta tidak optimalnya
sistem informasi kesehatan.

Untuk mewujudkan tercapainya visi dan misi pembangunan di daerah Provinsi Sulawesi para
pelaku dibidang pembangunan kesehatan perlu memperhatikan faktor-faktor pendorong antara
lain:

1. Dalam pembangunan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan merupakan salah satu isu
utama yang perlu mendapat perhatian terutama terkait dengan jumlah, jenis dan distribusi.
Kondisi di Provinsi Sulawesi Tengah jumlah institusi pendidikan kesehatan di daerah cukup
mendukung dengan menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang siap pakai setiap tahunnya
sperti tenaga perawat, bidan, sarjana kesehatan masyarakat serta beberapa fakultas kedokteran.
Diharapkan tenaga tersebut dapat direkruitmen dan dimanfaatkan sebagai tenaga kesehatan
untuk mengisi kekurangan tenaga dibeberapa institusi pelayanan kesehatan terutama di
Puskesmas dan desa yang belum memiliki tenaga bidan.
2. Terbitnya Undang-undang kesehatan no 36 tahun 2009 yang diharapkan mampu mendorong
daerah untuk mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 10% dari alokasi
anggaran daerah. Telah ditetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yang
bersifat wajib dilaksanakan oleh setiap daerah merupakan salah satu faktor yang sangat
mendukung untuk percepatan pencapaian target pembangunan kesehatan karena SPM
merupakanbentuk implementasi dan pedoman setiap daerah untuk melaksanakan kegiatan
sesuai standar serta mengalokasikan anggaran sesuai kebutuhan.
3. Kebijakan pemerintah pusat yang meluncurkan program Jamkesmas serta adanya pemerintah
daerah yang mengembangkan Jaimnan kesehatan daerah merupakan suatu pendorong untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
4. Kebijkan pemerintah pusat melalui Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis
Kompetensi (PPDSBK) yang memberikan peluang kepada tenaga kesehatan khususnya tenaga
dokter untuk melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis yang kedepannya diharapkan
mampu menjawab permasalahan bagi setiap rumah sakit di daerah yang mengalami kekurangan
dokter spesialis. Selain itu kebijakan pemenuhan pegawai tidak tetap (PTT) bagi tenaga dokter
dan bidan menjadi faktor yang sangat menentukan untuk mengisi kekurangan dokter di
Puskesmas serta kekurangan bidan di desa.
5. Perkembangan jumlah desa siaga di Provinsi SulawesiTtengah yang menunjukkan
peningkatan secara kuantitas diharapkan mampu memudahkan bagi masyarakat untuk
mengakses pelayanan kesehatan serta dapat mendorong percepatan pencapaian rumah tangga
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

ANALISIS SITUASI KESEHATAN MASYARAKAT

Gambaran dan analisis kondisi nyata derajat kesehatan masyarakat Sulawesi Tengah dapat
dilihat dari hasil cakupan indikator kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang
mengungkapkan tentang apa, bagaimana, dimana dan hendak kemana pembangunan kesehatan
masyarakat Sulawesi Tengah dalam memasuki abad ke 21 yang penuh tantangan dan permasalahan
kesehatan yang berat dan kompleks sehingga dituntut suatu perencanaan yang arif bijaksana dan terbuka
dalam mengantar masyarakat Sulawesi Tengah mencapai status derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Hasil Evaluasi Pembangunan Kesehatan di Sulawesi Tengah, menunjukkan adanya
keberhasilan hal tersebut ditandai dengan beberapa indikator telah mengalami perbaikan kecuali untuk
angka kematian bayi justru mengalami sedikit peningkatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) secara nasional menunnjukkan angka 517 /100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2000 (sensus 2000) sedang pencapaian nasional 228/100.000 kelahiran hidup (SDKI,
2007) . Prevalensi gizi kurang pada balita, menurun dari 31,57.% pada tahun 2003 menjadi sebesar 27,6
% pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007). Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tengah pada periode
1997- 2003 menurun secara bermakna dari 94,5/1000 KH pada tahun 1997 menjadi 52/1000 KH pada
tahun 2002–2003 akan tetapi mengalami peningkatan menjadi 60/1000 KH tahun 2007 (SDKI tahun
2007) sementara itu pencapaian secara nasional pada tahun 2007 adalah 34 per 1000 KH, sedang sasaran
secara nasional adalah 41/1000 KH pada tahun 2010.
Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 63,3 tahun pada tahun 2003 menjadi 66,3
tahun pada tahun 2007 (Susenas 2007) sementara itu capaian secara nasional adalah 69,09 tahun pada
tahun 2007.
Namun pencapaian indikator pembangunan kesehatan masyarakat tersebut belum seperti yang
diharapkan, apalagi bila melihat target pencapaian secara nasional untuk tahun 2014-2015 mendatang,
diperlukan suatu upaya strategis guna percepatan pencapaian indikator untuk Sulawesi Tengah.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan dari 6 subsistem dari sistem kesehatan
nasional yaitu: 1) Upaya kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber daya manusia kesehatan, 4)
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5)Manajemen dan informasi kesehatan, dan 6)
Pemberdayaan masyarakat.

Dapat diuraikan suatu analisis kekuatan, kelemahan, dari sub sistem tersebut serta bagaimana
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang dihadapi, uraiannya seagai berikut :
e. Kekuatan
Upaya Kesehatan di Sulawesi tengah menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan hal ini ditandai :
1. Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit disetiap kabupaten/kota, Puskesmas
disetiap kecamatan dan Poskesdes/Desa siaga di setiap desa.
2. Adanya program pembiayaan kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program Jamkesmas,
Jampersal dan Jamkesda baik di Provinsi maupun di kabupaten/Kota.

3. Tersedianya tenaga kesehatan sampai ke desa-desa khususnya bidan diBidan diDesa)

4. Tersedianya Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan di Provinsi dan di beberapa Kabupaten/Kota.

5. Tersedianya undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 yang mengatur sistem kesehatan
termasuk besarnya anggaran kesehatan yang harus dialokasikan oleh pemerintah propinsi dan
kab/kota minimal 10%.

6. Kuantitas aparatur tenaga kesehatan yang cukup memadai.

7. Pembangunan kesehatan merupakan salah prioritas dalam tujuan Millenium Development Goals
(MDGs), dari 8 tujuan MDGs 5 diataranya merupakan sektor kesehatan.

f. Kelemahan
1. Sistem informasi kesehatan yang belum mendukung perencanaan dan evaluasi pembangunan
kesehatan.

2. Kualitas dan sebaran tenaga kesehatan yang belum merata disetiap daerah.

3. Manajemen pelayanan kesehatan yang masih lemah

4. Koordinasi lintas program belum optimal seperti yang diharapkan

5. Jaminan Kesehatan Daerah masih belum memiliki sinergitas antar kabupaten, masing masing
daerah memiliki sistem sendiri sehingga portabilitas belum terjamin.
6. Regulasi dibidang kesehatan di tingkat daerah masih banyak yang perlu dilakukan sebagai
konsekwesi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007, sistem kesehatan daerah
belum memiliki kekuatan hukum.
7. Sistem informasi masih belum terintegrasi, data dan informasi untuk evidence planning tidak
tersedia dan tidak tepat waktu.

g. Peluang
1. Tingkat ekonomi masyarakat yang semakin membaik
2. Tingkat pendidikan masyarakat semakin membaik yang dapat memberikan dampak positif
terhadap pemahaman konsep sehat/sakit masyarakat
3. Meningkatnya demand masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan.
4. Adanya dukungan dan komitmen politik pemerintah daerah.
5. Adanya Kebijakan di bidang kesehatan di tingkat pusat telah banyak disusun, baik pada tingkatan
strategis, manajerial maupun teknis.
6. Adanya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang merupakan penyesuaian
(revisi) dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992; Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran.
7. Keluarnya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
8. Adanya kebijakan dalam tingkatan manajerial juga tersedia, seperti Sistem Kesehatan Nasional
(SKN), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (Renstra Kementerian
Kesehatan)

h. Ancaman
1. Koordinasi lintas sector yang masih lemah
2. Adanya globalisasi yang menuntut kualitas SDM disamping persaingan dalam penyediaan tenaga
dan pelayanan kesehatan.
3. Masih adanya sosial budaya/ kebiasaan yang belum mendukung terciptanya perilaku hidup sehat
4. Adanya transisi epidemiologi yang mengakibatkan multiple borden (beban yang bertubi-tubi)
dalam penanggulangan masalah kesehatan.
5. Kondisi giografis yang rawan bencana.
6. Rumah tangga yang memanfaatkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) masih
rendah.
7. Peredaran narkotika dan zat adiktif yang semakin merasuk sampai ke pelosok-polosok daerah
terpencil.
8. Perubahan iklim juga menjadi isu yang penting dalam pelaksanaan pembangunan dibidang
kesehatan.

Dari kekuatan, kelemahan peluang serta tantangan yang kita hadapi maka isu
strategis yang menjadi fokus perhatian kita adalah
Tabel 3.1. Matriks SWOT

VARIABEL STRATEGI KEKUATAN ( S ) KELEMAHAN ( W )


1. Tersedianya fasilitas pelayanan 1. Sistem informasi kesehatan yang
ANALISIS kesehatan seperti rumah sakit belum mendukung perencanaan
disetiap kabupaten/kota, Puskesmas dan evaluasi pembangunan

LINGKUNGAN disetiap kecamatan dan kesehatan.


Poskesdes/Desa siaga di setiap desa.
2. Kualitas dan sebaran tenaga
2. Adanya program pembiayaan
INTERNAL kesehatan yang belum merata
kesehatan bagi masyarakat miskin
disetiap daerah.
melalui program Jamkesmas,
3. Manajemen pelayanan kesehatan
Jampersal dan Jamkesda baik di
yang masih lemah
Provinsi maupun di kabupaten/Kota.
4. Koordinasi lintas program belum
3. Tersedianya tenaga kesehatan
optimal seperti yang diharapkan
sampai ke desa-desa khususnya
bidan diBidan diDesa) 5. Jaminan Kesehatan Daerah masih
belum memiliki sinergitas antar
4. Tersedianya Institusi Pendidikan
kabupaten, masing masing daerah
Tenaga Kesehatan di Provinsi dan di
memiliki sistem sendiri sehingga
beberapa Kabupaten/Kota.
portabilitas belum terjamin.
5. Tersedianya undang-undang
6. Regulasi dibidang kesehatan di
kesehatan nomor 36 tahun 2009 yang
tingkat daerah masih banyak yang
ANALISIS mengatur sistem kesehatan termasuk
perlu dilakukan sebagai
besarnya anggaran kesehatan yang
LINGKUNGAN harus dialokasikan oleh pemerintah
konsekwesi dari pelaksanaan
EKSTERNAL Peraturan Pemerintah No. 38 tahun
propinsi dan kab/kota minimal 10%.
2007, sistem kesehatan daerah
6. Kuantitas aparatur tenaga kesehatan
yang cukup memadai. belum memiliki kekuatan hukum.
7. Sistem informasi masih belum
7. Pembangunan kesehatan merupakan
terintegrasi, data dan informasi
salah prioritas dalam tujuan
untuk evidence planning tidak
Millenium Development Goals
tersedia dan tidak tepat waktu.
(MDGs), dari 8 tujuan MDGs 5
8. Kemampuan dan skill tenaga
diataranya merupakan sektor
kesehatan yang belum
kesehatan.
maksimal.
STRATEGI
STRATEGI MENGGUNAKAN
MENGURANGI
KEKUATAN UNTUK
PELUANG (O ) KELEMAHAN UNTUK
MEMANFAATKAN PELUANG
MEMANFAATKAN
(S.O)
PELUANG (W.O)

1. Tingkat ekonomi masyarakat yang 1. Meningkatkan pengendalian, 1. Meningkatkan


semakin membaik pengawasan, monitoring dan ketersdiaan data dan
2. Tingkat pendidikan masyarakat evaluasi informasi yang akurat
semakin membaik yang dapat 2. Memanfaatkan tenaga dan tepat waktu
memberikan dampak positif kesehatan yang bersedia untuk 2. Meningkatkan
terhadap pemahaman konsep meningatkan dan menjalin koordinasi dengan
sehat/sakit masyarakat kerjasama dengan sector terkait pemerintah daerah
3. Meningkatnya demand masyarakat 3. Meningkatkan kualitas sarana dalam upaya penyediaan
akan mutu pelayanan kesehatan. dan prasarana pelayanan dan penempatan tenaga
4. Adanya dukungan dan komitmen kesehatan di sektor pelayanan kesehatan sesuai dengan
politik pemerintah daerah. 4. Memanfaatkan fasilitas kebutuhan.
5. Adanya Kebijakan di bidang pelayanan kesehatan yang 3. Menyusun suatu
kesehatan di tingkat pusat telah tersedia untuk meningkatkan regulasi/MOU dengan
banyak disusun, baik pada tingkatan cakupan dan akses pelayanan pemerintah daerah
strategis, manajerial maupun teknis. kesehatan kepada masyarakat dalam penyelenggaraan
6. Adanya Undang-Undang Nomor 36
serta sebagai sarana pusat jaminan kesehatan
Tahun 2009 tentang Kesehatan
informasi kesehatan daerah.
yang merupakan penyesuaian
5. Memanfaatkan institusi 4. Mendorong tenaga
(revisi) dari Undang-Undang
pendidikan yang ada sebagai kesehatan untuk
Nomor 23 Tahun 1992; Undang-
mitra untuk mendidik dan meningkatkan
Undang Nomor 29 Tahun 2004
mencetak tenaga kesehatan pengetahuan dan
tentang Praktik Kedokteran.
yang berkualitas dan siap kemampuan melalui
7. Keluarnya Undang-Undang Nomor
didayagunakan pelatihan dan
44 Tahun 2009 tentang Rumah
6. Memanfaatkan tujuan MDGs pendidikan lanjutan
Sakit.
sebagai alat untuk menjalin
8. Adanya kebijakan dalam tingkatan
kerjasama dengan lintas terkait
manajerial juga tersedia, seperti
serta untuk mendapatkan
Sistem Kesehatan Nasional (SKN),
alokasi pembiayaan kesehatan
Rencana Pembangunan Jangka
yang memadai.
Panjang Bidang Kesehatan (Renstra
Kementerian Kesehatan
STRATEGI MENGGUNAKAN STRATEGI MENGURANGI
KEKUATAN UNTUK KELEMAHAN UNTUK
ANCAMAN ( T )
MENCEGAH/MENGATASI MENCEGAH/MENGATASI
ANCAMAN (S.T) ANCAMAN ( W.T )

1. Koordinasi lintas sector yang 1. Meningkatkan promosi 1. Meningkatkan kualitas


masih lemah kesehatan dalam berprilaku dan mutu sarana
2. Adanya globalisasi yang menuntut hidup yang bersih dan sehat. pelayanan kesehatan.
kuslitas SDM disamping 2. Menyiapkan tenaga
2. Meningkatkan kemampuan
persaingan dalam penyediaan kesehatan yang
kelembagaan dalam upaya
tenaga dan pelayanan kesehatan. berkualitas diseluruh
memperluas jangkauan
3. Masih adanya sosial budaya/ jenjang pelayanan
pelayanan kesehatan.
kebiasaan yang belum mendukung kesehatan.
3. Meningkatkan koordinasi,
terciptanya perilaku hidup sehat 3. Membangun sistem
integrasi dan sinkronisasi
4. Adanya transisi epidemiologi yang informasi kesehatan
perencanaan antar program
mengakibatkan multiple borden disetiap kabupaten/kota.
(beban yang bertubi-tubi) dalam 4. Meningkatkan capacity 4. Membangun sistem
penanggulangan masalah building kelembagaan perencanaan yang
kesehatan. pembangunan dibidang berbasis evidence based
5. Kondisi giografis yang rawan kesehatan. dengan prinsip
bencana. transparan dan
5. Meningkatkan sistem
6. Rumah tangga yang memanfaatkan akuntabel.
surveilans di setiap wilayah
upaya kesehatan bersumber
kab/kota.
masyarakat (UKBM) masih rendah.
7. Peredaran narkotika dan zat adiktif
yang semakin merasuk sampai ke
pelosok-polosok daerah terpencil.
8. Perubahan iklim juga menjadi isu
yang penting dalam pelaksanaan
pembangunan dibidang kesehatan.

3.2. Telaahan Rencana Strategis Provinsi dan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi
Pada bagian ini mengemukakan faktor-faktor penghambat ataupun faktor-faktor pendorong dari
pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari sasaran Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai berikut :

Faktor Penghambat Faktor Pendorong

1. Sarana dan prasarana kesehatan RSU Daerah pada 1. Adanya dukungan dan
umumnya masih terbatas, sehingga kurang mendukung komitmen politik Pemerintah
dan menunjang pelaksanaan kegiatan pelayanan Daerah
kesehatan yang prima.
2. Sumber daya manusia khususnya tenaga kesehatan 2. Adanya upaya kesehatan
medis dan non medis masih terbatas dan belum
memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas 3. Tersedianya alokasi
sehingga pelaksanaan tugas belum mencapai tingkat pembiayaan kesehatan
maksimal. walaupun masih terbatas
3. Faktor sosial, ekonomi, pendidikan dan perilaku
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masih belum 4. Adanya sumberdaya manusia
mendukung. kesehatan, namun belum
4. Penyebaran tenaga medis dan paramedis di memadai
Kabupaten/kota di Sulawesi Tengah belum merata
5. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan 5. Adanya sedaiaan farmasi,
masih kurang makanan dan alat kesehatan
6. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit masih
6. Adanya manajemen dan
tinggi
informasi kesehatan
7. Masih tingginya penyebaran penyakit menular seperti
malaria, ispa
7. Adanya pemberdayaan
8. Kurangnya pengetahuan masyaraklat terkait PHBS, masyarakat
tingkat ekonomi masyarakat masih rendah, tingkat
pendidikan masyarakat masih rendah
9. Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan yang Rendah
10. Status kesehatan ibu dan anak masih rendah
11. Status gizi masyarakat masih rendah
12. Ketersediaan tenaga kesehatan masih terbatas
13. Ketersediaan obat dan pengawasan obat-makanan
masih terbatas
14. Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan
perlindungan kesehatan masyarakat masih terbatas
15. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
kesehatan belum optimal
16. Manajemen pembangunan kesehatan belum efektif
17. Akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan yang berkualitas masih rendah

3.4. Telahaan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Berdasarkan Peraturan Daerah prtovinsi Sulawesi Tengah tantang Rencana Tata Ruang Wilayah
2010 – 2030, yang saat ini pada tahap penyelesaian, menggambarkan bahwa Pola Ruang Sulawesi
Tengah terdiri atas:
a. Kawasan Lindung ; dan
b. Kawasan Budi Daya
Kawasan lindung meliputi, kawasan hutan lindung,kawasan perlindungan setempat, kawasan cagar
budaya, kawasan suaka alam dan pelestarian alam, kawasan rawan bencana alam geologi. Sedang
Kawasan budi daya, meliputi kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan perikanan,
kawasan pertambangan, kawasan perindustrian, kawasan pariwisata.

Dalam rangka mendukung pola ruang wilayah tersebut , pada dasarnya semua aspek perencanaan
strategis bidang kesehatan harus memperhitungkan pola kawasan, dengan skala prioritas dan
dilakukan pentahapan pada wilayah wilayah yang terkait dengan aktivitas manusia.

Kawasan lindung, antara lain merupakan kawasan yang dapat dijadikan kawasan penelitian bahan
baku obat yang berasal dari tumbuh tumbuhan akan bermanfaat bagi kepentingan nasional.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Sulawesi Tengah, maka pada kawasan budi daya ada
beberapa hal yang penting di lihat dari aspek kesehatan yang perlu menjadi perhatian a.l;

a. Kawasan hutan produksi dan kawasan pertanian, aspek kesehatan yang menjadi tantangan dimasa
datang adalah pengawasan dan pengendalian penggunaan pestisida untuk pertanian.

b. Kawasan perikanan di 7 wilayah kabupaten , aspek kesehatan yang perlu mendapat perhatian
adalah, pengembangan kesehatan matra untuk nelayan.

c. Kawasan peruntukan pertambangan,dan kawasan peruntukan industry , aspek kesehatan yang


perlu menjadi perhatian adalah masalah pencemaran lingkungan, penyakit akibat kerja, serta
berkembangnya penyakit menular tertentu.( a.l. HIV/AIDS)

d. Kawasan peruntukan pariwisata, aspek kesehatan penting yang akan menjadi tantangan adalah
masih tingginya prevalensi penyakit tertentu, a.l malaria, diwilayah tersebut serta mengendalikan
penularan penyakit rabies, dan penyakit bersumber binatang lainnya. Pada kawasan
pengembangan pariwisata, perlu diperhitungkan pengembangan fasilitas kesehatan yang memadai
bagi wisatawan.

Pola ruang wilayah , yang telah disusun oleh pemerintah provinsi, harus dibarengi dengan
peningkatan PHBS dan peningkatan survieilans dan kewaspadaan dini terhadap penyakit penyakit
yang berpotensi muncul sesuai dengan karakteristik kawasan peruntukan.

3.5. Penentuan Isu-isu Strategis

Memperhatikan berbagai permasalahan kesehatan dan tantangan yang dihadapi pada masa yang
akan datang dan sasaran jangka menengah pembangunan daearah serta merujuk pada beberapa
komitmen global, maka isu pokok pembangunan kesehatan yang perlu menjadi perhatian di Provinsi
Sulawesi Tengah yaitu :
1. Peningkatan pembiayaan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat.
2. Peningkatan kesehatan masyarakat untuk mempercepat target MDGs
3. Pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan
4. Peningkatan ketersediaan, pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan terutama didaerah terpencil,
kepulauan dan perbatasan.
5. Perbedaan gender terhadap prevalensi penyakit dan akses secara fisik dan psikologis terhadap
sarana pelayanan kesehatan
Penjabaran dari isu-isu pembangunan kesehatan tersebut di atas adalah sbb :

1. Sarana dan prasarana kesehatan Rumah Sakit Umum daerah pada umumnya masih terbatas,
sehingga kurang mendukung dan menunjang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan yang
prima.
2. Sumberdaya manusia khususnya tenaga kesehatan medis dan non medis masih terbatas dan belum
memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas sehingga pelaksan aan tugas belum mencapai
tingkat maksimal
3. Faktor sosial, ekonomi, pendidikan dan perilaku masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masih
belum mendukung.
4. Penyebaran tenaga medis dan paramedis di kabupaten/kota yang belum merata.
5. Angka kematian dan kesakitan akibat penyakit masih tinggi
6. Akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang rendah
7. Status kesehatan ibu dan anak masih rendah
8. Status gizi masyarakat masih rendah
9. Ketersediaan tenaga kesehatan masih terbatas
10. Ketersdiaan obat dan pengawasan obat makanan masih terbatas
11. Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan masih tervatas.
12. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan belum optimal
13. Manajemen pembangunan kesehatan belum efekti
14. Akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas masih rendah.
BAB IV

VISI, MISI DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

4.1. VISI DAN MISI


a. Visi
Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumberdaya
manusia, serta memiliki kontribusi yang sangat besar dalam meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), oleh karena itu menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta dan
masyarakat untuk dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan dan kesejahteraan
seluruh masyarakat Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka pembangunan kesehatan Sulawesi Tengah
diselenggarakan dalam upaya mendukung Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia, yaitu
”INDONESIA SEHAT”, dan Visi Kementerian Kesehatan yaitu “MASYARAKAT SEHAT
YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN”, serta bendasarkan kepada analisis perkembangan
situasi dan kondisi, memperhatikan dasar penyelenggaraan pembangunan dalam RPJM Nasional
bidang kesehatan, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah serta visi Gubernur Sulawesi Tengah periode 2011-
2016 yaitu MENJADIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH SEJAJAR DENGAN PROVINSI
MAJU DIKAWASAN TIMUR INDONESIA, maka ditetapkan VISI DINAS KESEHATAN
PROVINSI SULAWESI TENGAH sebagai berikut :

MASYARAKAT SULAWESI TENGAH MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT MENUJU


PENINGKATAN KUALITAS SDM YANG BERDAYA SAING

Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi masyarakat Sulawesi
Tengah yang sadar, mau, dan mampu mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat terbebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan
karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku
yang tidak mendukung untuk hidup sehat.

b. Misi
Untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan maka dirumuskan misi sebagai berikut:
1. Menggerakkan Pembangunan Daerah Yang Berwawasan Kesehatan

2. Mendorong Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Sehat Melalui Pemberdayaan Masyarakat


dan promosi kesehatan.
3. Mencegah Meningkatnya Risiko Penyakit dan Masalah Kesehatan

4. Menjamin Tersedianya Upaya Kesehatan yang Paripurna, Berkeadilan, Merata Dan Bermutu
dengan perhatian khusus pada daerah perdesaan dan pesisir.

5. Meningkatkan Kerjasama Antar Lembaga Pemerintah , Swasta.Organisasi Dalam Konteks


Kemitraan,

4.2. TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH SKPD

a. Tujuan
Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, maka
tujuan pembangunan kesehatan yang akan dicapai adalah “Meningkatnya Pengetahuan,
Kesadaran, Kemauan Dan Kemampuan Hidup Sehat Bagi Setiap Orang Agar Dapat Terwujud
Derajat Kesehatan Masyarakat Setinggi-Tingginya”

b. Sasaran

1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 66,3 tahun pada tahun 2007 menjadi 70
tahun pada tahun 2016
2. Menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dari 60 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2007 menjadi 40 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2016
3. Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2007 menjadi 250 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016
4. Menurunnya prevalensi kurang gizi pada anak balita dari 27,6 % pada tahun 2007 menjadi
≤ 15 % pada tahun 2016 (Konfersi Riskesdas 2010)
4.3. STRATEGI DAN KEBIJAKAN SKPD

a. Strategi
Untuk mewujudkan Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, maka
dalam periode 2011–2016 pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut:
1. Sosialisasi dan Advocacy
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata hanya ditentukan oleh hasil
kerja jajaran kesehatan saja, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja dan kontribusi
positif berbagai SKPD lainnya serta peran serta aktif dari segenap komponen masyarakat.
Oleh karena itu agar segenap komponen pembangunan di daerah dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap pembangunan bidang kesehatan, maka harus diupayakan
masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pembangunan di daerah sehingga dapat
diwujudkan upaya pembangunan daerah yang berwawasan kesehatan.
Untuk terselenggaranya pembangunan daerah yang berwawasan kesehatan perlu
dilaksanakan kegiatan advokasi, sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan sehingga
segenap pemangku kepentingan (stake holders) memberikan kontribusi positif terhadap
pencapaian perilaku dan lingkungan sehat.

2. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam pembangunan kesehatan


Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan saat ini dan masa yang akan
datang menjadi sangat penting, karena pada dasarnya permasalahan kesehatan hanya dapat
diatasi apabila ada sinergis yang nyata antara masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu
upaya menggerakkan dan memberdayakan masyarakat (temasuk swasta dan dunia usaha)
dalam pembangunan kesehatan harus lebih dimantapkan. Masyarakat harus ditempatkan
sebagai subyek atau penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah melibatkan masyarakat untuk
aktif dalam pengabdian/pelayanan masyarakat (to serve), aktif dalam pelaksanaan advokasi
kesehatan (to advocate) dan aktif dalam mengkritisi pelaksanaan upaya kesehatan (to
watch).
Wujud nyata dari gerakan pemberdayaan masyarakat adalah keterlibatan aktif
masyarakat dalam pengembangan Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM),
seperti pengembangan desa siaga aktif, posyandu, posmaldes, maupun UKBM lainnya.
Selain itu banyak permasalahan kesehatan yang wewenang dan tanggungjawabnya
berada di luar SKPD Dinas Kesehatan, sehingga perlu dikembangkan kemitraan/kerjasama
antar masyarakat, antar kelompok serta antar SKPD (Dinas, Badan, Instansi) dalam rangka
pembangunan berwawasan kesehatan.
Upaya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat juga harus didukung dengan
penerapan promosi kesehatan yang efektif sehingga mampu mengoptimalkan peran agent of
change setempat, serta mampu memobilisasi segenap sumberdaya yang ada untuk
kepentingan kesehatan.

3. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan, dengan pengutamaan pada upaya
promotif-preventif.
Pembangunan kesehatan harus mampu menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang berkualitas bagi seluruh masyarakat, yang didukung dengan
kemudahan akses (baik dari aspek ketersediaan/jarak maupun pembiayaan). Jaminan akses
terutama difokuskan pada upaya pengembangan dan penguatan sarana pelayanan kesehatan
di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK), sehingga disparitas status kesehatan
antar kabupaten / kota dapat dikurangi.
Upaya kesehatan harus lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif dalam
rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi angka kesakitan sebagai
penerapan Paradigma Sehat itu indah dan Gratis. Upaya promotif dan preventif dilakukan
dengan berbagai cara antara lain dengan memaksimalkan pemanfatan dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) serta merevitalisasi peran dan fungsi puskesmas. Selain
fungsi puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama, maka fungsi puskesmas
sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan dan pusat pemberdayaan masyarakat
harus lebih ditingkatkan.

4. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan.


Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil dan dimanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin
terselenggaranya program-program pembangunan kesehatan. Oleh karena itu perlu
dilakukan upaya advocacy dan sosialisasi kepada pemerintah daerah agar dapat
mengalokasikan dukungan APBD kesehatan sebesar 10% diluar gaji yang diprioritaskan
untuk kepentingan pelayanan publik.
Pembiayaan kesehatan diupayakan untuk memenuhi target pencapaian Standard
Pelayanan Minimal (SPM). Perencanaan pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin
tersedianya data PHA & DHA, sehingga mampu mensinkronisasikan dan menghimpun
sumber-sumber pembiayaan dari APBN dan APBD baik dilingkungan SKPD Kesehatan
maupun dukungan pembiayaan kesehatan dari SKPD lainnya. Disamping itu pembiayaan
kesehatan juga diupayakan dari peran serta masyarakat termasuk swasta. Disamping itu
pembiayaan kesehatan harus lebih ditingkatkan untuk menjamin tercapainya Jaminan
Kesehatan Sosial menuju Universal Coverage.

5. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang yang berkualitas harus didukung
dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan yang kompeten dan
terdistribusi secara adil dan merata. Dalam rangka pengembangan dan pemberdayaan SDM
kesehatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : (1) Pemenuhan ketersediaan
tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi, (2) Pemerataan tenaga
kesehatan melalui pendistribusian tenaga-tenaga setrategis sesuai kebutuhan, serta (3)
Pemenuhan dan pemanfaatan tenaga kesehatan di saranan kesehatan sesuai dengan
kompetensi

6. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan obat, alat kesehatan serta


sarana kesehatan lainnya
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang yang berkualitas harus didukung
dengan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan yang bermutu serta terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. Upaya peningkatan ketersediaan, keterjangkauan dan
pemerataan obat dan perbekalan kesehatan perlu didukung dengan perencanaan dan
pengadaan yang baik, optimalisasi pemanfaatan dana, efektifitas penggunaan serta
pengendalian persediaan dan pendistribusian.
Untuk menjamin pemerataan obat dan perbekalan kesehatan diperlukan harmonisasi
dan integrasi pengelolaan obat pelayanan kesehatan dasar, obat program, obat bencana, obat
pelayanan kesehatan khusus dan vaksin, oleh karena itu pendistribusian obat dan perbekalan
kesehatan harus dilakukan melalui satu pintu (one gate policy).

7. Mengurangi resiko terjadinya penyakit, kecelakaan dan dampak bencana


Pengendalian masalah kesehatan merupakan penjabaran pembangunan nasional
yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Terlindunginya masyarakat dari penyakit,
kecelakaan, kecacatan dan dampak bencana yang merupakan tujuan dari pengendalian
masalah kesehatan, berbagai upaya yang telah dilakukan dengan memutus rantai penularan
pada populasi rawan tertular dan menularkan untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit
dilakukan secara komprehensif dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
mengurangi dampak sosial ekonomi serta meningkatkan jangkauan dan kualitas
pengendalian secara bertahap berdasarkan epidemiologi dengan menggunakan setiap sumber
daya mengikut sertakan seluruh komponen masyarakat.
Masalah kesehatan adalah sesuatu yang kompleks, multidimensial, lintas sektor,
lintas program dan lintas disiplin ilmu, determinan utama kesehatan atau variabel-variabel
yang mempengaruhi derajat kesehatan dan menunjukkan derajat kesehatan suatu wilayah.

8. Meningkatkan Kebijakan dan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan,


berdayaguna dan berhasil guna
Faktor manajemen kesehatan mempunyai peranan yang sangat besar dalam
menentukan keberhasilan program pembangunan kesehatan. Beberapa faktor yang berperan
adalah ketersediaan data dan informasi kesehatan, dukungan ilmu pengetahun dan teknologi,
sistem perencanaan serta faktor regulasi. Mengingat kondisi geografis daerah Provinsi
Sulawesi Tengah yang cukup sulit dan berdampak pada ketersediaan data yang valid dan
tepat waktu, maka perlu dikembangkan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi dan on
line pada semua level fasilitas pelayanan kesehatan baik di Puskesmas, Kabupaten sampat
ke tingkat Provinsi. Keberhasilan tersebut perlu didukung penyiapan fasilitas dan tenaga
yang berkaitan dengan pengelolaan data.
Dalam upaya memecahkan permasalahan kesehatan yang sangat kompleks perlu
didukung dengan pengembangan ilmu pengetahuan melalui upaya operasional riset dan
penelitian dibidang kesehatan. Sistem perencanaan dan pengelolaan keuangan merupakan
hal yang sangat menentukan dalam pencapaian target program pembangunan kesehatan,
untuk itu perlu dikembangkan sistem perencanaan terpadu yang berbasis pada masalah
kesehatan wilayah. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu diupayakan penyiapan fasiltas dan
sumberdaya tenaga dibidang perencanaan maupun tenaga pengelola keuangan yang cermat
dan akuntabel.
Pelaksanaan pembangunan kesehatan diperlukan dukungan system kesehatan
termasuk bebeberapa peraturan atau regulasi. Upauya tersebut akan diarhkan pada
penyusunan beberapa peraturan daerah atapun bentuk peraturan lainnya seperti dalam
bentuk komitmen dan politis dari berbagai pelaku kesehatan baik pemerintah, swasta
maupun masyarakat yang bersifat mengikat untuk berperan aktif dalam upaya pembangunan
kesehatan baik dalam fungsi pelaksanaan maupun fungsi pengawasan.
b. Kebijakan SKPD
Dengan memperhatikan Analisis Situasi, Isu-isu strategis, serta Visi & Misi Dinas
Kesehatan, maka Pembangunan bidang Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2011-2016
lebih diarahkan pada upaya promotif dan preventif serta upaya untuk menjamin akses
(ketersediaan dan keterjangkauan), pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan.
Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan lebih diutamakan dalam rangka
mengurangi kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antar wilayah, gender dan tingkat
status ekonomi dengan keberpihakan kepada masyarakat miskin, masyarakat di daerah
tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK).
Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan juga diarahkan melalui (1)
regionalisasi sistem rujukan, (2) pengembangan sarana kesehatan di DTPK, (3) pengembangan
mutu layanan yang terstandardisasi (akreditasi/ISO,dll), (4) pengembangan kerjasama antar
wilayah

Upaya kesehatan diprioritaskan pada upaya yang mempunyai daya ungkit besar terhadap
pencapaian target MDG’s yang meliputi :
a. Pengembangan sistem jaminan pembiayaan kesehatan, menuju universal coverage/ jaminan
kesehatan social bagi seluruh masyarakat secara bertahap pada tahun 2012-2014.
b. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita, dengan intervensi inovatif antara lain melalui
Program Persiapan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), pengembangan
Poned/Ponek, persalinan gratis di rumah sakit kelas III, serta inisiasi menyusu Dini (IMD).
c. Perbaikan status gizi masyarakat, dengan kebijakan prioritas : (1) PMT pemulihan
diberikan pada anak gizi kurang dan ibu hamil miskin dan KEK, serta (2) Perawatan gizi
buruk dilaksanakan dengan pendekatan rawat inap di Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit
dan Pusat Pemulihan Gizi (Terapheutic Feeding Centre) maupun rawat jalan di Puskesmas
dan Pos Pemulihan Gizi berbasis Masyarakat (Community Feeding Centre)
d. Pengendalian penyakit dan masalah kesehatan
Upaya pengendalian penyakit dan masalah kesehatan difocuskan pada upaya menurunkan
endemisitas penyakit menular seperti Demam berdarah dengue, malaria, TBC dan penyakit
menular seksual (termasuk HIV dan AIDS) yang kasusnya saat ini cenderung meningkat.
Sementara itu untuk pengendalian penyakit tidak menular difocuskan pada upaya
pengendalian factor resiko melalui upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.
Sedangkan upaya peningkatan kualitas lingkungan sehat didorong untuk mengembangkan
kabupaten/kota sehat dengan pendekatan kawasan sehat, serta upaya pemberdayaan
masyarakat untuk Stop Buang Air Besar Sembarangan melalui Pengembangan Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
e. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan
obat serta pengawasan obat dan makanan harus terjamin, terutama bila terjadi Kejadian
Luar Biasa (KLB). Upaya ini dilaksanakan mulai dari proses perencanaan dan pengadaan
yang baik, optimalisasi pemanfaatan dana, efektifitas penggunaan serta pengendalian
persediaan dan pendistribusiannya.
f. Pemberdayaan masyarakat dan Promosi Kesehatan.
Upaya ini dilaksanakan melalui integrasi program prmosi kesehatan secara lintas program
& lintas sektor dengan memfocuskan pada upaya peningkatan Pendidikan Kesehatan
Masyarakat, dengan memaksimalkan Pengembangan metode dan Teknologi Informasi
Kesehatan serta penerapan strategi advocacy, bina suasana dan gerakan pemberdayaan.
Pemberdayaan masyarakat lebih ditingkatkan melalui upaya penggerakan masyarakat
didorong untuk mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), yang
diintegrasikan dengan melalui Pengembangan Desa Siaga Aktif
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK
SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
TAHUN 2011 S.D 2016

Memperhatikan gambaran pelayanan SKPD dan Isu-isu stategi berdasarkan tugas dan fungsi, visi, misi
dan sasaran strategi dan kebijakan pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2011 s.d 2016
maka program-program yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
16. PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
17. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR
1. Tujuan
Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur dilingkungan Dinas Kesehatan
2. Sasaran Program
Tersedianya laporan yang akuntabilitas
3. Indikator
a. Tercapainya laporan hasil pemeriksaan yang ditindaklanjuti tepat waktu sebesar 90 %
b. Menurunnya persentase temuan oleh auditor
c. Meningkatnya kualitas laporan akuntabilitas kinerja dilingkungan Dinas kesehatan Provinsi
sebesar 100 %
4. Kegiatan Pokok
a. Pembinaan dan Pengawasan aparatur.
b. Pendidikan dan pelatihan aparatur.

18. PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN


1. Tujuan :
Berkembangnya kebijakan dan manajemen kesehatan guna mendukung lancarnya
penyelenggaraan administrasi program pembangunan kesehatan.
2. Sasaran Program
Meningkatnya pelaksanaan koordinasi, pengawasan, pembinaan dan pengembangan sistem
kesehatan.
3. Indikator
a. Tersedianya kebijakan strategis pembangunan kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota
b. Tersedianya dokumen perencanaan dan penganggaran di provinsi dan kabupaten/kota
c. Tersedianya laporan kinerja pembangunan kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota
d. Terlaksananya costing Standar Pelayanan Minimal (SPM) di kabupaten/kota
e. Tersedianya alokasi anggaran pembangunan kesehatan Daerah ≥ 10% di provinsi dan
kabupaten/kota.
f. Tersedianya data kepegawaian berdasarkan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
(SIMKA) di provinsi dan kabupaten/kota.
g. Tersedianya Laporan Akuntabilitas Keuangan (LAK) di provinsi dan kabupaten/kota
h. Terselesaikannya tindak lanjut hasil audit keuangan.
i. Tersedianya peraturan perundang-undangan yang mendukung manajemen dibidang
kesehatan.
j. Tersedianya dokumen anggaran perencanaan Dinas Kesehatan
k. Terlaksananya Pelatihan perencanaan dan penganggaran
l. Tersedianya dokumen kesepakatan Rapat Kerja Kesehatan Daerah (RAKERKESDA)
m. Tersedianya sarana penunjang perencanaan dan penganggaran.
4. Kegiatan Pokok
a. Penyusunan Dokumen Kebijakan Strategis Pembangunan Kesehatan.
b. Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan.
c. Monitoring dan Evaluasi Kinerja Program
d. Pengembangan dan Pembinaan SPM Bidang Kesehatan
e. Pengembangan dan Pembinaan Administrasi Kepegawaian
f. Pembinaan, Pengawasan dan Pengelolaan LAK
g. Penyusunan dan Pembinaan Organisasi Tatalaksana Penyelenggaraan Pembangunan
Kesehatan.
h. Penyusunan peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan

4. PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN


1. Tujuan
Terjaminnya ketersediaan, pemerataan, keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan termasuk
obat tradisional dan kosmetika serta makanan
2. Sasaran
Meningkatnya sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yg memenuhi syarat standar dan
terjangkau oleh masyarakat.
3. Indikator
a. Tersedianya Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
b. Terbinanya program distribusi obat publik, perbekalan kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga
c. Terbinanya pelayanan kefarmasian
d. Terbinanya penggunaan obat rasional
e. Terlaksananya pembinaan, pengawasan terhadap pengelolaan dan penggunaan obat, obat
tradisional, kosmetik dan makanan
4. Kegiatan Pokok
a. Peningkatan Ketersediaan Obat Publik dan Perbekalan kesehatan
b. Peningkatan Distribusi Perbekalan kesehatan dan PKRT
c. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian
d. Peningkatan penggunaan obat rasional
e. Peningkatan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan dan penggunaan obat, obat
tradisional, kosmetik dan makanan

5. PROGRAM UPAYA PELAYANAN KESEHATAN


1. Tujuan
a. Meningkatnya mutu pelayanan, pemerataan dan keterjangkauan melalui kegiatan
peningkatan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatf.
b. Meningkatnya jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat
khususnya masyarakat miskin, rentan dan resiko tinggi di puskesmas dan jaringannya
2. Sasaran Program
a. Tersedianya akses dan mutu upaya kesehatan baik pada strata pertama, kedua dan ketiga.
b. Meningkatnya dan menguatnya manajemen Puskesmas dan jaringannya
c. Meningkatnya mutu dan memperluas jangkauan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat,
kesehatan indra (mata & telinga), kesehatan kerja, kesehatan olahraga, kesehatan gigi &
mulut, kesehatan haji dan kesehatan lanjut usia.
3. Indikator
1) Puskesmas PONED yang melaksanakan sistem manajemen mutu sejumlah 18 Puskesmas
2) Perpanjangan Sertifikat Puskesmas ISO setahun 2 kali sebanyak 18 Puskesmas
3) Terlaksananya review dan evaluasi puskesmas sejumlah 11 puskesmas
4) Puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan dasar sebanyak 179 puskesmas
5) Puskesmas yang berfungsi baik sebesar 100 %
4. Kegiatan Pokok
1) Pertemuan/pelatihan pengembangan system manajemen mutu di puskesmas
2) Pelatihan kegawat daruratan untuk tenaga kesehatan di puskesmas perawatan
3) Pelatihan tenaga perawat dan bidan di puskesmas pelayanan obstetric neonatal emergency
dasar (PONED)
4) Pengembangan kesehatan terpadu dan tim mobile DTPK di kabupaten/kota
5) Pengadaan peralatan medis/non medis untuk puskesmas
6) Pengembangan perkesmas dan kebidanan di puskesmas

6. PROGRAM UPAYA KESEHATAN PERORANGAN


1. Tujuan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
mencegah menyembuhkan penyakit serta pemulihan kesehatan perorangan bagi setiap
masyarakat menuju terciptanya pelayanan medic prima 2011
2. Sasaran Program
Tersedianya akses dan mutu upaya kesehatan baik pada strata pertama, kedua dan ketiga.
3. Indikator
a. Jumlah Kab/Kota yg memiliki RS tipe B 5 RS
b. persentase RS yg melaksanakan SIRS baik online maupun manual 100 %
c. Persentase RSUD dgn penggelolaan keuangan BLU100 %
d. Persentase RS yang melaksanakan PONEK 100 %
e. Persentase RS, Kab/Kota yg menerapkan SPM RS 100 %
f. Persentase RS yg siap melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi ( PPI )
100%
g. Persentase RS yang melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar 100%
h. Prosentase RS yang terakreditasi 100%
i. Prosentase RS yang menerapkan MPKP 70 %
j. RS yang Memiliki BDRS 6 Rumah Sakit
4. Kegiatan Pokok
1) Pengembangan Sistim Rujukan Kesehatan
2) Pengembangan Sistim Informasi Rumah Sakit
3) Pengembangan PPK – BLU RSUD
4) Pengembangan Manajemen PONEK – PONED
5) Pengembangan Manajemen mutu RSUD
6) Pemantapan Inisiasi Menyusui Dini ( IMD ) di RS
7) Pemantapan Penerapan Strategy DOT’s di RS
8) Fasilitasi, Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas SDM di RS
9). Rujukan dokter ahli ke rumah sakit kabupaten/kota
10).Peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa di rumah sakit umum daerah

Kegiatan-Kegiatan Pendukung
a. Upaya Kesehatan Khusus
1) Kabupaten/kota yang menjalankan Tim Pengarah Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-
KJM) sejumlah 11 kab/Kota
2) Kabupaten/Kota yang melaksanakan program kesehatan kerja difasilitas kesehatan
(Puskesmas, RS, laboratorium dan instalasi farmasi) sebesar 55 %
3) Kabupaten/Kota yang minimal mempunyai 4 puskesmas yang telah melaksanakan upaya
kesehatan kerja sebesar 50 %
4) Angka kematian jamaah haji sejumlah < 2 /1.000 calon jemaah haji
5) Kabupaten/kota yang melaksanakan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji sesuai
standar sebesar 100 %
6) Kabupaten/kota yang memiliki minimal 2 puskesmas yang menyelenggarakan program
kesehatan indera sebesar 100 %
7) Jumlah puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi sebesar 100 %
8) Kabupaten/kota minimal memiliki 2 puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan
olahraga sejumlah 5 Puskesmas
9) Kabupaten/kota minimal memiliki 2 puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan
perkotaan sebesar 5 Puskesmas
10) Kabupaten/kota minimal memiliki 2 puskesmas yang menyelenggarakan yankes
tradisional sejumlah 5 Puskesmas
11) Persentase kab/ kota dengan fasilitas kesehatan (Puskesmas, RS, Laboratorium, Instalasi
farmasi)
12) Cakupan kunjungan usia lanjut sebesar 80 %
13) Puskesmas santun usia lanjut sebesar 55 %

b. Kegiatan Kesehatan Khusus


1) Kesehatan Jiwa
a) Pelatihan program kesehatan jiwa
b) Pelacakan kasus gangguan kesehatan jiwa
c) Meningkatkan pencapaian puskesmas yang melayani kesehatan jiwa dan Napza
2) Kesehatan Kerja
a) Pendidikan dan pelatihan kesehatan kerja
b) Revitalisasi Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
c) Jumlah perusahaan yang telah menerapkan pelayanan kesehatan kerja
3) Kesehatan Haji
a) Pelatihan kesehatan haji dan penjamah makanan
b) Pengawasan pelayanan kesehatan haji diasrama haji
c) Pemeriksaan sampel air di asrama haji
d) Pemeriksaan food security diasrama haji
e) Pemeriksaan surveilans
f) Pemeriksaan rectal swab diasrama haji
g) Pengamanan kesehatan haji diembarkasi/ debarkasi balikpapan
4) Kesehatan Indera
a) Pelatihan kesehatan indera
5) Kesehatan Gigi dan Mulut
a) Peningkatan jumlah tenaga perawat gigi di puskesmas
b) Jumlah murid yang decay (D), Missing (M), Filling (F), Treatment (T) dari sekolah
yang dibina
c) Prevalensi DMF-T difasilitas pelayanan dasar
6) Kesehatan Olahraga
a) Pertemuan/advokasi/workshop pengembangan program kesehatan olahraga
7). Kesehatan Perkotaan
a). Pengembangan kesehatan perkotaan
b). Sosialisasi dan advokasi pengembangan kesehatan perkotaan tingkat kabupaten
8). Kesehatan Tradisional
a). Pembinaan dan pengawasan upaya kesehatan tradisonal
9). Kesehatan Usia Lanjut
a) Advokasi dan sosialisasi program kesehatan usia lanjut
b) Deteksi dini dan pemeliharaan kesehatan usia lanjut
c) Konseling bagi usia lanjut di pelayanan kesehatan
d) Melakukan fasilitasi pembentukan dan pembinaan kelompok usia lanjut
7. PROGRAM PEMBIAYAAN DAN JAMINAN KESEHATAN
1. Tujuan Umum
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal secara efisien dan efektif bagi seluruh peserta Jamskesmas/Jamkesda.
2. Tujuan Khusus :
a. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan pada peserta diseluruh jaringan PPK
Jamkesma/Jamkesda
b. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan
sehingga terkendali mutu dan biayanya
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
3. Sasaran
Penduduk miskin dan kurang mampu, Jamkesmas 851.027 Jiwa dan Jamkesda 333.057 Jiwa
4. Indikator
a. Persentase penduduk miskin yang mendapat jaminan kesehatan sebesar 100%
b. Persentase kabupaten/kota yang memiliki data DHA sebesar 100%
c. Persentase Rumah Sakit yang melayanai pasien miskin peserta Jamkesmas, Jamkesda
sebesar 100%.
5. Kegiatan Pokok
a. Peningkatan Pembinaan pembiayaan kesehatan
b. Pengembangan pembiayaan jaminan kesehatan
c. Peningkatan Dukungan Manajemen dalam menunjang program Jamkesda dan Jamkesmas

Kegiatan Pengelolaan Sarana Prasarana Dan Peralatan Kesehatan


1. Tujuan:
Meningkatnya kualitas sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Sasaran Program
Terpenuhinya sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
standar dan aman.
3. Indikator
a. Puskesmas dan Jaringannya yang memiliki sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang
memenuhi standar sebesar 100 %
b. Rumah sakit yang memiliki sarana, prasarana dan peralatan kesehatan yang memenuhi
standar sebesar 100 %
c. Puskesmas yang melaksanakan Kalibrasi alat kesehatan sebesar 100 %
d. Rumah Sakit yang melaksanakan Kalibrasi alat kesehatan sebesar 100 %
e. Kabupaten/Kota yang memiliki Tim Mobile Pemeliharaan Alat Kesehatan di sarana
Pelayanan Kesehatan sebesar 100 %
4. Kegiatan Pokok
a. Pembinaan dan pengawasan pada sarana pelayanan kesehatan.
b. Peningkatan koordinasi dengan pengelola program dalam proses pemenuhan sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan.
c. Pelaksanaan pengujian dan kalibrasi peralatan kesehatan
d. Pendidikan dan pelatihan

8. PROGRAM GIZI MASYARAKAT (PENINGKATAN KESEHATAN IBU & ANAK)


1. Tujuan
Menurunnya angka kesakitan dan kematian ibu dan anak, meningkatnya kesehatan Ibu dan anak
serta terlaksananya penanggulangan masalah gizi di Sulawesi Tengah
2. Sasaran Program
b. Terlaksananya penanggulangan masalah gizi pada kelompok rawan gizi.
c. Menurunnya angka kesakitan dan kematian ibu dan anak
d. Meningkatnya derajat kesehatan ibu/anak
3. Indikator
a. Program Gizi Masyarakat
1) Balita gizi buruk mendapat perawatan sebesar 100 %
2) Balita ditimbamg berat badannya sebesar 80 %
3) Bayi usia 0 – 6 bulan mendapat ekslusif sebesar 70 %
4) Rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium sebesar 90 %
5) Balita 6 – 59 bulan mendapat kapsul vitamin A sebesar 90 %
6) Ibu hamil mendapat 90 tablet FE sebesar 90 %
7) Kabupaten/Kota yang melaksanakan surveilans 95 %
8) Tersedianya Bufferstock MP-ASI sebesar 100 %
b. Program Kesehatan Anak
1) Cakupan Kunjungan Neonetal (KN1) sebesar 90 %
2) Cakupan kunjungan Neonatal lengkap sebesar 88 %
3) Cakupan pelayanan kesehatan bayi sebesar 90 %
4) Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sebesar 85 %
5) Cakupan penanganan neonatal komplikasi sebesar 80 %
6) Cakupan penjaringan siswa SD kelas 1 dan setingkat sebesar 95 %
7) Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 4 Puskesmas mampu laksanakan Peningkatan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
8) Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 2 Puskesmas yang mampu tatalaksana
Kekerasan Terhadap Anak (KTA) sejumlah 11 Kabupaten/Kota
c. Program Kesehatan Ibu
1) Ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 90 %
2) Persentase ibu hamil mendapat Ante Natal Care (ANC) K1 sebesar 99 %
3) Persentase ibu hamil yang mendapat pelayanan Ante Natal Care (ANC) K4 95 %
4) Ibu bersalin ditolong oleh Tenaga Kesehatan difasilitas kesehatan sebesar 60 %
5) Ibu Nifas yang mendapatkan pelayanan sebesar 90 %
6) Ibu hamil bersalin dan nifas yang mendapatkan penanganan komplikasi kebidanan
(cakupan PK) sebesar 75 %
7) Pasangan usia subur yang menjadi KB aktif (CPR) sebesar 65 %
8) Puskesmas rawat inap mampu Peningkatan Kesehatan Reproduksi essensial (PKRE)
terpadu sebesar 70 %
9) Fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan KB sesuai standar sebesar 100%
4. Kegiatan Pokok
a. Program Gizi
1) Peningkatan kegiatan Surveilans Gizi
2) Pemantauan Status Gizi dan Kadarzi
3) Penanggulangan Kekurangan Vitamin A
4) Penanggulangan Masalah GAKI
5) Penanggulangan dan pencegahan Gizi Kurang dan Gizi Buruk
6) Penanggulangan dan pencegahan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik
7) Penanggulangan dan pencegahan Anemia Gizi Besi
b. Program Kesehatan Anak
1) Peningkatan manajemen bayi berat lahir rendah (BBLR)
2) Peningkatan manajemen asfiksia
3) Peningkatan manajemen terpadu bayi muda (MTBM) dan manajemen terpadu balita sakit
(MTBS)
4) Peningkatan upaya kesehatan sekolah (UKS)
5) Peningkatan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
6) Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak (KTA)
c. Program Kesehatan Ibu
1) Peningkatan manajemen PWS-KIA dan KB
2) Kemitraan bidan dengan dukun bayi
3) Penulusuran kematian ibu
4) Peningkatan Kesehatan Reproduksi Essensial (PKRE)
5) Peningkatan KB pasca salin
6) Peningkatan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

9. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR


1. Tujuan
Menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit
2. Sasaran
a. Pengendalian Penyakit
Menurunnya angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak
menular
b. Penanggulangan Wabah dan Bencana
Untuk memberikan pelayanan kesehatan secara optimal kepada masyarakat dalam kondisi
yang berbeda dari kesehariannya.
3. Indikator
a. Pengendalian Penyakit
1) Persentase jangkauan pelayanan imunisasi di semua desa sebesar 100%.
2) Prevalensi rate penderita shistomiasis sebesar < 1%
3) Angka penemuan kasus malaria menjadi < 1 / 1000 penduduk.
4) Presentase penderita malaria yang mendapat pengobatan sebesar 100%.
5) Persentase kasus filariasis yang ditangani sebesar 100%
6) Persentase kasus penderita rabies yang ditangani sebesar 100%
7) Persentase penderita ODHA yang mendapatkan ART sebesar 100%
8) Persentase angka kasus baru TB Paru BTA positif > 70%
9) Persentase kasus pneumonia yang ditangani tatalaksana standar sebesar 100%
10) Persentase kasus balita dengan diare yang ditangani sebesar 100%
11) Persentase penderita frambusia yang ditangani sebesar 100%.
12) Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pengendalian FR PTM sebesar 10%.
b. Penanggulangan Wabah dan Bencana
1) Persentase penanganan bencana di Kabupaten/Kota < 24 Jam sebesar 100 %
2) Persentase angka kesakitan penyakit berpotensi KLB (Malaria, Diare) di lokasi
transmigrasi < 5 %
3) Persentase angka kecatatan akibat penyelam < 1 %
4) Persentase pos pelayanan kesehatan dalam situasi khusus sebesar 100 %
4. Kegiatan Pokok
a. Pengendalian Penyakit
1) Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
2) Peningkatan Imunisasi
3) Penemuan dan tatalaksana penderita
4) Peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah
5) Peningkatan KIE pencegahan dan pemberantasan penyakit
6) Pengendalian penyakit bersumber binatang
7) Pengendalian Penyakit Menular Langsung
8) Pengendalian Penyakit Tidak Menular
b. Penanggulangan Wabah dan Bencana
1) Kesehatan dalam bencana
a) Kesiapsiagaan bencana dan tanggap darurat bencana
b) Peningkatan SDM Manajemen Bencana dan Sistim Informasi Komunikasi
c) Geomedik Mapping Bencana
d) Rakon dan Monev
e) Kesiapan/pemeliharaan logistic
2) Kesehatan Transmigrasi
a) Penguatan jejaring kesehatan transmigrasi
b) Penguatan Kader Kesehatan Transmigrasi
c) Pengamatan dan Pengawasan Kesehatan Transmigrasi
3) Kesehatan Penyelam dan Hiperbarik
a) Pembinaan dan pelayanan kesehatan pada daerah pesisir
b) Peningkatan SDM para penyelam
4) Kesehatan Dalam Situasi Khusus
Penguatan pelayanan kesehatan
10. PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT
1. Tujuan
Terwujudnya kualitas lingkungan sehat, baik fisik, kimia dan biologi, di udara, air dan tanah.
2. Sasaran
Meningkatnya kualitas air minum dan sanitasi dengan pengendalian resiko pencemaran
lingkungan melalui pembinaan dan pengawasan kesehatan lingkungan pada rumah sakit, sekolah,
pemukiman, tempat-tempat umum, tempat pengelolaan makanan, tempat penelolaan Pestisida dan
kegiatan klinik sanitasi serta pemantauan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
3. Indikator
a. Persentase Penduduk yg memiliki akses terhadap air minum yg berkualitas sebesar 75 %
b. Persentase kualitas air minum yg memenuhi syarat sebesar 95 %
c. Persentase penduduk Stop Buang Air Besar sebesar 75 %
d. Jumlah desa yg melaksanakan STBM sebesar 500 desa
e. Persentase fasilitasi STBM sebesar 90 %
f. Persentase Penduduk Yang Menggunakan Jamban sehat sebesar 80 %
g. Perentase cakupan TTU sehat sebesar 90 %
h. Persentase cakupan rumah sehat sebesar 90 %
i. Persentase Cakupan Tempat Pengolahan Makanan Sehat
j. Persentase cakupan daerah potensial yg melaksanakan strategi adapatasi dampak kesehatan
akibat perubahan iklim sebesar 85 %
k. Persentase sarana RS mengelola limbah sebesar 75 %
l. Persentase RS yg memenuhi syarat Kesling sebesar 90 %
m. Persentase Dokumen Amdal/UKL-UPL yg memenuhi syarat Kesmas sebesar 90 %
n. Persentase Kab/Kota/kawasan yg telah melaksanakan Kab/Kota/Kawasan sehat sebesar 85 %
o. Persentase cakupan rumah sehat sebesar 90 %
p. Persentase cakupan TPM sehat sebesar 85 %
4. Kegiatan Pokok
a. pengawasan kualitas sarana air minum/bersih dan penyediaan sanitasi dasar
b. Pengawasan Kualitas Lingkungan
c. Pengendalian Dampak Resiko Pencemaran Lingkungan
d. Pengembangan wilayah sehat
11. PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA TENAGA
KESEHATAN
1. Tujuan
Meningkatnya jumlah, jenis, mutu dan pemerataan penyebaran tenaga kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pembangunan kesehatan.
2. Sasaran
Terpenuhinya tenaga kesehatan di Sulawesi Tengah baik jumlah, jenis, mutu yang merata di unit
pelayanan kesehatan.
3. Indikator
a. Setiap Rumah Sakit kabupaten/kota minimal memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 4 dokter
spesialis penunjang sebanyak 80 orang
b. Setiap Desa telah memiliki tenaga Bidan sebesar 100 %
c. Setiap Rumah Sakit telah memiliki D4 mitra dokter spesialis sesuai keberadaan dokter
spesialis sebanyak 80 orang
d. Setiap Puskesmas telah memiliki tenaga minimal sesuai dengan standar (Pedoman
Revitalisasi Puskesmas) sebesar 100 %
e. Setiap Rumah Sakit dan PMI telah memiliki tenaga transfusi darah sebesar 100 %
f. Setiap RS telah memiliki tenaga tehnik elektromedik dan rekam medik sebesar 100 %
g. Tenaga Kesehatan telah terintegrasi sebesar 100 %
h. Semua Pelatihan tenaga kesehatan telah diakreditasi pelatihan sebesar 100 %
i. Tersusunnya profil tenaga kesehatan di Provinsi dan kabupaten/kota
4. Kegiatan Pokok
a. Pendidikan dan Pelatihan
1). Untuk pengembangan tenaga kesehatan dilakukan kegiatan Pendidikan Formal (D1,
D3, D4, S1,S2, Widyaiswara, dokter /dokter gigi spesialis), dan Pendidikan Nonformal
(Pelatihan-pelatihan teknis manajemen dan fungsional).
2). Koordinasi dengan Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan untuk meningkatkan dan
mempertahankan mutu lulusan.
b. Perencanaan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan
1) Penyusunan profil tenaga kesehatan sebagai bahan perencanaan kebutuhan untuk
tenaga kesehatan.
2) Penempatan Tenaga Dokter PTT dan Bidan PTT serta Tenaga khusus DTPK
3) Penempatan tenaga kesehatan strategis lainnya.
4) Pemindahan tenaga tertentu antara kabupaten kota
c. Registrasi dan Akreditasi
1) Melakukan uji kompetensi tenaga kesehatan.
2) Melakukan registrasi dan sertifikasi tenaga kesehatan.
3) Melakukan akreditasi pelatihan.
4) Melakukan koordinasi dengan organisasi profesi kesehatan.

12. PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


1. Tujuan
Terwujudnya pemberdayaan individu, keluarga dan masyarakat agar mampu menumbuhkan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) serta berkembangnya Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM).
2. Sasaran :
Terselenggaranya upaya advokasi, bina suasana dan penggerakan masyarakat yang berhasilguna
dan berdayaguna dalam rangka meningkatkan perilaku sehat individu, keluarga dan masyarakat
serta peran serta masyarakat dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat melalui upaya promosi
kesehatan yang terintegrasi secara lintas program, lintas sektor, swasta dan masyarakat.
3. Indikator .
a. Terwujudnya Rumah Tangga yang melaksanakan PHBS sebesar 80 %
b. terwujudnya Desa Siaga Aktif sebesar 50 %
c. Meningkatnya Sekolah Dasar yang mempromosikan kesehatan sebesar 45 %
d. dikembangkannya kebijakan tehnis promosi Kesehatan yg terintegrasi dalam upaya
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan sebesar 7 buah
e. meningkatnya Kab/Kota yang menetapkan kebijakan yg berwawasan kesehatan sebesar 11
Kabupaten/Kota
f. Meningkatnya Posyandu Purnama & Mandiri ( Posyandu Aktif ) sebesar 100 %
4. Kegiatan Pokok
a. Pengembangan metode dan teknologi promosi Kesehatan.
b. Pengembangan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) dalam rangka memberdayakan
perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat
c. Pengembangan Kemitraan dengan berbagai Sektor formal dan non formal
d. Pengembangan Kebijakan Berwawasan Kesehatan
e. Pengengembangan dan Pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
f. Upaya Pengembangan Desa/Kelurahan Siaga Aktif
g. Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Promosi Kesehatan
h. Meningkatnya kinerja promosi kesehatan dalam pencapaian PHBS di 5 tatanan (Rumah
Tangga, Institusi Pendidikan, Tempat-tempat Umum, Institusi Kesehatan dan Tempat Kerja)
i. Pengembangan model promosi kesehatan

13. PROGRAM PENINGKATAN PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN


1. Tujuan
Meningkatnya mutu pelayanan laboratorium kesehatan melalui peningkatan efisiensi dan
efektifitas serta melaksanakan sistem pelayanan laboratorium kesehatan rujukan secara berjenjang
2. Sasaran
a. Meningkatnya mutu pelayanan laboratorium kesehatan
b. Meningkatnya pembinaan laboratorium kesehatan secara berjenjang
3. Indikator
a. Tercapainya pemeriksaan sampel sebesar 27.000
b. Terpenuhinya kebutuhan bahan pemeriksaan spesimen sebesar 4 triwulan
c. Terlaksananya kegiatan pemantapan mutu sebesar 2 siklus
d. Meningkatnya rujukan teknis laboratorium puskesmas dan rumah sakit sebanyak 11
kabupaten/Kota
e. Jumlah SDM laboratorium kesehatan yang ditingkatkan sebanyak 2 orang
f. Tercapainya pengawasan mutu sejumlah 2 kabupaten/Kota
4. Kegiatan Pokok
a. Pelayanan kesehatan di bidang laboratorium
b. Penyelenggaraan pemeriksaan laboratorium yang bermutu
c. Pelaksanaan pembinaan laboratorium kesehatan

14. PROGRAM PENIGKATAN BALAI PELATIHAN KESEHATAN


1. Tujuan

2. Sasaran

3. Indikator
Tercapainya mutu SDM Kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi
4. Kegiatan Pokok
15. PROGRAM PENGEMBANGAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN
DAN DATA INFORMASI
1. Tujuan
Tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan untuk
pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program
kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon Kejadian Luar Biasa (KLB) yang cepat dan
tepat.
2. Sasaran
Terlaksananya sistem surveilans epidemiologi kesehatan dan respon cepat KLB. Ruang lingkup
surveilans meliputi :
a. Surveilans epidemiologi penyakit menular
b. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
c. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku
d. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
e. Surveilans epidemiologi kesehatan matra
3. Indikator
a. Tersusunnya peraturan penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan provinsi
dan kabupaten/kota.
b. Provinsi dan kabupaten/kota memiliki profil surveilans setiap tahun sebesar 100 %
c. Penemuan Kasus Non Polio AFP Rate per 100.000 anak < 15 tahun sebesar ≥ 2.
d. Adanya Ketepatan laporan SKD-KLB.
e. Adanya Penyelidikan Epidemiologi (PE) <24 jam pada Desa/Kelurahan yang mengalami
KLB . sebesar 100 %.
4. Kegiatan Pokok
a. Penyusunan Peraturan Gubernur tentang Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
b. Pengembangan dan penguatan jejaring surveilans epidemiologi
c. Pengembangan sistem surveilans epidemiologi kesehatan
d. Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Penyakit
e. Penyelidikan epidemiologi kasus dan verifikasi rumor
Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
1. Tujuan
Tersedianya Data Dan Informasi Kesehatan Untuk Bahan Pengambilan Keputusan Dalam
Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan, Dan Evaluasi Program Kesehatan Yang Cepat Dan
Tepat.
2. Sasaran
Terlaksananya Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi.
3. Indikator
a. Ketersediaan Master Plan SIKDA sejumlah 11 Kabupaten/Kota
b. Provinsi dan Kabupaten/Kota yang mempunyai Profil Kesehatan sebesar 100 %
c. Provinsi dan Kabupaten/Kota yang mempunyai Bank Data sejumlah 11
d. Jumlah Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi sebesar 6 Sub Sistem
e. Kabupaten/Kota dengan data terpilah sebesar 100 %
4. Kegiatan Pokok
a. Pengembangan master plan SIKDA
b. Pengembangan Bank Data.
c. Penyusunan profil
d. Peningkatan kapasitas Petugas pengelola data.

Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan


1. Tujuan
Meningkatnya ketersediaan dan pemanfaatan data dan informasi kesehatan berdasarkan hasil-
hasil riset/penelitian
2. Sasaran
Terlaksananya pembinaan dan pelaksanaan riset/penelitian kesehatan serta kajian
pengembangan kesehatan, publikasi dan transformasi hasil-hasil penelitian untuk mendukung
perumusan kebijakan provinsi dibidang kesehatan.
3. Indikator
1. Terbentuknya jejaring kemitraan penelitian sebesar 3 dokumen
2. Jumlah riset operasional/penelitian bidang kesehatan yang dilaksanakan sebesar 2 penelitian
3. Jumlah kegiatan kajian bidang kesehatan yang dilaksanakan sebanyak 3 kegiatan
4. Persentase publikasi & transformasi hasil-hasil penelitian sebesar 100 %
4. Kegiatan Pokok
1. Pengembangan & Pelaksanaan Riset/Penelitian Kesehatan
2. Pembentukan & Pembinaan Jejaring Kemitraan Penelitian
3. Kajian & Analisis Hasil-Hasil Riset/Penelitian Kesehatan
4. Publikasi & Transformasi Hasil-Hasil Penelitian.
PROYEKSI KAPASITAS RIIL PEMBIAYAAN RPJMD PROVINSI SULAWESI TENGAH

BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA

TAHUN 2011-2016

Kode

Uraian Lokasi Kegiatan


Program Kegiatan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tah

1 2 3 5 6 6
1.11.01.01 Pelayanan Administrasi Perkantoran Provinsi 225.700.000 800.000.000 954.440.325

Peningkatan Sarana dan Prasarana


1.11.01.02 Provinsi
331.500.000 1.200.000.000 1.380.000.000
Aparatur

Peningkatan Pengembangan
1.11.01.03 Provinsi
75.000.000,00 250.000.000,00 350.000.000,00
SistemPelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan

1.11.01.17 Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan Kab/Kota 1.206.307.000,00 1.315.000.000,00 1.446.500.000,00

1.11.01.18 Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Kab/Kota 868.725.000,00 868.725.000,00 955.597.500,00
Gender Dalam Pembangunan

1.11.01.19 Kualitas Hidup dan Kualitas Perencanaan,


Pemantauan, Pengendalian dan Pelaporan Kab/Kota 407.964.750,00 800.000.000,00 936.000.000,00
Pembangunan

Peningkatan Perlindungan Perempuan dan


1.11.01.20 Kab/Kota
732.214.000,00 1.085.000.000,00 1.323.700.000,00
Anak
Anak
1.11.01.21 Pembinaan Peran Serta Masyarakat Dalam Kab/Kota 695.727.250,00 1.088.052.927,00 1.327.424.570,94
Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi

1.11.01.22 Program Pengembangan Data dan Kebijakan 300.000.000,00 1.150.000.000,00 1.265.000.000,00


Kab/Kota
Kelembagaan Perempuan dan Anak

1.11.01.23 Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga Kab/Kota 1.042.182.000,00 1.250.000.000,00 1.375.000.000,00

1.11.01.24 Program Peningkatan Penanggulangan Kab/Kota 333.580.000,00 500.000.000,00 600.000.000,00


PMS, HIV/AIDS bagi perempuan

6.218.900.000 10.306.777.927 11.913.662.396


BAB VI
INDIKATOR KINERJA SATUAN KINERJA PERANGKAT DAERAH

Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari pencapaian indicator usia harapan
hidup, angka kematian ibu melahirkan, angka kematian anak serta status gizi masyarakat. Kondisi di
Provinsi Sulawesi Tengah indikator tersebut terus menunjukkan perkembangan yang membaik. Untuk
mewujudkan capaian tersebut maka perlu penajaman tujuan dan sasaran sesuai yang tercantum di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2011-2016 dimana tujuan yang akan
dicapai adalah mewujudkan suatu kondisi yang mendorong masyarakat menyadari, mau dan mampu
mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi sehingga dapat bebas dari
gangguan kesehatan baik yang disebabkan oleh penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana,
maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Pada periode 2011-2016
rencana strategis pembangunan kesehatan akan difokuskan melalui upaya peningkatan pencapaian
indicator indeks pembangunan kesehatan masyarakat termasuk didalamnya indicator MDGs dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan.
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD (Tabel 6.1)
TARGET KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN

Kondisi
kinerja awal Kondisi
RPJMD Kinerja
Program Indikator Tahun 2011 Target Capaian Setiap Tahun Pada Akhir
Periode
RPJMD

Tahun 0 2012 2013 2014 2015 2016 Target

1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Tingkat layanan administrasi yang 55% 60% 65% 70% 80% 85% 75%
Pelayanan Administrasi tepatadministrasi yang tepat
Perkantoran waktu %

Peningkatan Sarana dan - Tingkat pemenuhan kebutuhan 35% 40% 50% 60% 70% 80% 70%
Prasarana Aparatur sarana dan prasarana kerja
aparatur sesuai standar daerah %
- Tingkat pemeliharaan sarana dan 25% 35% 50% 60% 70% 75% 77%
prasarana operasional SKPD (%)

Disiplin Aparatur - Tingkat disiplin Aparatur yang 60% - 70% - - - 70%


menggunakan pakaian dinas

Obat dan Perbekalan - Ketersediaan obat dan vaksin & 85% 85% 90% 90% 100% 100% 100%
Kesehatan perbekalan kesehatan
- Persentase tingkat kecukupan 70% 70% 75% 75% 100% 100% 100%
obat, Vaksin dan perbekalan
kesehatan
Program Upaya - Terpenuhinya Kesehatan Anak
Kesehatan Masyarakat - Cakupan Kunjungan Neonatal 86% 88% 89% 90% 90% 90% 90%
(KN1)
- Cakupan Kunjungan Neonatal 82% 84% 86% 88% 88% 88% 88%
Lengkap

1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Cakupan Kesehatan Bayi 85% 86% 87% 90% 90% 90% 90%

- Cakupan pelayanan Kesehatan 80% 81% 83% 85% 85% 85% 85%
Anak Balita
- Cakupan Penanganan Neonatal 65% 70% 75% 80% 80% 80% 80%
Komplikasi
- Cakupan penjaringan siswa SD 90% 92% 94% 95% 95% 95% 95%

- Kab Kota yang memiliki minimal 4 60% 70% 80% 90% 90% 90% 90%
Pusk. Mampu melaksanakan
PKPR
- Kab/Kota yang memiliki 2 Pusk 4 8 16 22 22 22 22
Yang mampu melaksanakan
KTA(Puskesmas)
- Ibu Bersalin yang ditolong oleh 77% 77% 80% 85% 87% 89% 89%
tenaga kesehatan
- ibu hamil mendapat ANC (K1) 96% 97% 98% 99% 99% 100% 100%
- Ibu hamil yang mendapat 88% 90% 93% 95% 95% 96% 96%
pelayanan entenatal (K4)
- Ibu bersalin ditolong oleh nakes 52% 55% 57% 60% 60% 60% 60%
difasilitas kesehatan
- Ibu Nifas yang mendapatkan 86% 88% 89% 90% 90% 90% 90%
pelayanan
- Ibu bersalin yang mendapatkan 63% 67% 72% 75% 75% 75% 75%
penanganan komplikasi
Kebidanan (cakupan PK)
- Pasangan usia subur yang 62% 63% 64% 65% 65% 65% 65%
menjadi KB Aktif(CPR)
- Pusk. Rawat inap mampu PKRE 60% 62% 65% 70% 70% 70% 70%
terpadu
- Fasilitas kesehatan yang 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
memberikan pelayanan KB
- Pusk. PONED yang 6 9 12 15 18 20 20
melaksanakan sistem
Manajemen Mutu(Puskesmas)

Upaya Kesehatan - Jumlah Kab / Kota yang memiliki 1 2 3 4 5 5 5


Perorangan RS tipe B
- RS yang melaksanakan SIRS 70% 75% 80% 90% 100% 100% 100%
baik online maupun manual
- RS yang dengan pengelolaan 35% 40% 50% 60% 100% 100% 100%
keuangan BLU
- RS yang melaksanakan Ponek 80% 85% 85% 95% 100% 100% 100%
- RS yang memiliki BDRS (Rumah 6 RS 6 RS 6 RS 6 RS 6 RS 6 RS 6 RS
Sakit)
- RS yang Terakredirasi 70% 85% 100% 100% 100% 100% 100%

- RS Kab/Kota yang memiliki SPM 20% 40% 60% 75% 100% 100% 100%
RS (%)
- RS yang Menerapkan MPKP (%) 20% 205% 85% 90% 100% 100% 100%

- RS yang siap melaksanakan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
pencegahan & pengendalian
penyakit infeksi (PPI) (%)
Pembiayaan dan - RS yang melaksanakan 70% 80% 90% 100% 100% 100% 100%
Jaminan Kesehatan pelayanan darurat (%)
- RS melayani pasien masyarakat 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Miskin peserta jamkesmas

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perbaikan Gizi - Balita Gizi Buruk mendapat 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Masyarakat perawatan
- Balita Ditimbang berat badannya 65% 70% 75% 80% 80% 80% 80%

- Bayi Usia 0-6 Bulan ditimbang 50% 60% 65% 70% 70% 70% 70%
berat badannya
- RT yang mengkonsumsi garam 77% 80% 85% 90% 90% 90% 90%
beryodium
- Balilta 6-59 Bulan mendapat 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90%
Vitaman A
- Ibu Hamil mendapat 90 Tablet FE 75% 78% 81% 85% 85% 85% 85%

- Kab/Kota melaksanakan 70% 80% 90% 95% 95% 95% 95%


Survelens
- Tersedianya Baferstok MP-ASI 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Pencegahan dan - Prevelensi rate penderita 4% 3% 2% 1% <1 <1 <1


Penanggulangan Shistomiasis
Penyakit Menular
- Angka Penemuan kasus malaria <1 <1 <1 <1 <1 <1 <1

- % angka kasus baru TB Paru 40% 45% 50% 60% 70% 80% 90%
BTA Posistif
- % Penderita ODHA yang 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
mendapatkan ART
- % Penangganan bencana di 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Kabupaten/Kota < 24 Jam
- % angka kesakita penyakit KLB <25 <20 <15 <10 <5 <5 <5
(Malaria, Diare) di lokasi
transmigrasi)

Pengembangan - Cakupan akses air minum dan 62.5% 63% 63.5% 67% 75% 75% 75%
Lingkungan Sehat sanitasi dasar
- Cakupan air minum yang 90% 92% 93% 94% 95% 95% 95%
berkualitas
- Cakupan keluarga dengan jamban 64% 67% 69% 72% 75% 75% 75%
sehat
- Cakupan TPM yang memenuhi 60% 65% 70% 75% 85% 85% 85%
syarat kesehatan
- Cakupan rumah sehat 75% 79% 82% 85% 90% 90% 90%

- Cakupan TTU yang memenuhi 79% 80% 82% 85% 90% 90% 90%
syarat kesehatan
- RS yang memenuhi syarat kesling 25% 50% 62.5% 75% 85% 85% 85%

- Kab/Kota yang melaksanakan 18% 36% 55% 75% 85% 85% 85%
Kab/Kota sehat
- Masyarakat stop BABs 64% 67% 69% 72% 80% 80% 80%

Sumberdaya Kesehatan - Rumah Sakit Kabupaten minimal 4 RS 5 RS 6 RS 7 RS 8 RS 8 RS 8 RS


memiliki 4 dokter
- Setiap Rumah Sakit Kab/Kota 2 RS 2 RS 3 RS 3 RS 4 RS 5 RS 5 RS
Minimal Memiliki 4 dr Spesialis
Dasar dan 4 dr. Spesialis
Penunjang
- Desa Mimilki Tenaga Bidan 65% 70% 75% 80% 85% 100% 100%
2 3 4 5 6 7 8 9
1
- RS yang memiliki D4 mitra dokter 3 RS 3 RS 4 RS 5 RS 6 RS 7 RS 7 RS
spesialis sesuai keberadaan
dokter spesialis
- Pusk. Memeliki tenaga minimal 27 Pusk 54 Pusk 81 Pusk 108 Pusk 135 Pusk 136 Pusk 136 Pusk
sesuai dengan standar
- UTD/UTD-RS yang memiliki 4 UTD 4 UTD 5 UTD 6 UTD 7 UTD 7 UTD 4 UTD
transfursi darah
- RS telah memiliki tenaga teknik 10 RS 10 RS 11 RS 12 RS 13 RS 13 RS 13 RS
Elektromedik dan rekam medik
- Tenaga kesehatan tertentu telah 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
teregrasi

Kebijakan Manajemen - Tersedianya costing Standar 11 Kab 11 Kab 11 Kab 11 Kab 11 Kab 11 Kab 11 Kab
dan Pembangunan pelayanan minimal di Kab/Kota
Kesehatan
- Tersedianya LAKIP Dinkes 1 Lap. 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap
(Dokumen)
- Tersedianya Dokumen 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok
Perencanaan dan penggaran
- Tersedianya data Kepegawaian 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Berdasarkan SIMKA
- Terciptanya Sistem Pengelolaan/ 85% 90% 90% 90z5 100% 100% 100%
Penatausahaan Keuangan yang
transparan
- Tertatanya administrasi 70% 80% 80% 90% 100% 100% 100%
pengeloaan asset yang didukung
dengan data yang valid/akurat
- Tersedianya dokumen 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
kesepakatan Rapat Kerja
Kesehatan Daerah

UPTD PROMKES
Promosi Kesehatan dan - Rumah Tangga yang 55% 60% 65% 70% 80% 80% 80%
Pemberdayaan melaksanakan PHBS
Masyarakat - Desa Siaga Aktif 30% 35% 40% 45% 50% 85% 85%

- Sekolah Dasar yang 20% 25% 30% 40% 45% 45% 45%
mempromosikan kesehatan
- Kebijakan teknis promosi 2 3 4 5 7 7 7
kesehatan yang terintegrasi dlm
upaya pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan
- Kab/kota yang menetapkan 2 4 6 8 11 11 11
kebijakan yg berwawasan
Kesehatan
- Posyandu Purnama dan Mandiri 30% 35% 40% 45% 50% 50% 50%

UPT LEBKES
Upaya Laboratorium - Tercapaianya pemeriksaan 20.000 21.000 23.000 25.000 27.000 30.000 30.000
Kesehatan sampel (Sampel)

UPTD BAPELKES
Peningkatan Upaya Balai - Pelatihan tenaga kesehatan telah 120 Orang 3.000 3.200 3.400 3.450 3.500 3.500
Pelatihan Kesehatan dilakukan akreditasi (Orang)

UPT SUDARTIN
Pengembangan - Tersusunnya Pergub penyeleng 1 - - - - - -
Survailans epidemiologi & garaan Sistem Survelens
SIK Epidemiologi Kesehatan Provinsi
dan Kabupaten Kota
- Ketersediaan profil Provinsi dan 12 12 12 12 12 12 12
Kab/Kota (Dokumen)
- AFP rate < 15 Tahun >2 >2 >2 >2 >2 >2 >2
- Jumlah sitem survelens 3 4 5 5 5 5 5
epidemiologi terlaksana

2 3 4 5 6 7 8 9
1
Updating, Data Analisis - Ketersediaan Masterplan SIKDA 2 4 6 8 11 11 11
dan Penyebarluasan (Dokumen)
Informasi
- Provinsi memiliki profil kesehatan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

- Mempunyai Bank Data 4 website 4 website 9 website 11 website 11 website 11 11 website


website
- Sistem Informasi Terintegrasi 2 4 6 6 6 6 6

- Data Terpilah 20% 40% 60% 80% 100% 100% 100%

- Laporan Mingguan (SKPD KLB 35% 40% 45% 50% 55% 55% 55%
Pusk. RS)
- Buletin survelns epidemiologi 1 1 1 1 1 1 1
yang terbit setiap bulan
- Penerbitan Buletin SKD 24 48 52 52 52 52 52

- Desa / Kel mengalami KLB 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
dilakukan penyelidikian
Epidemiologi < 24 Jam
AB VII

PENUTUP

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dapat digunakan sebagai acuan
dan pedoman perencanaan, pelaksanaan dan penilaian upaya Dinas Kesehatan dalam kurun waktu lima
tahun kedepan (Periode 2011-2016)

dalam pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat.
Renstra ini berisi isu strategis, tantangan, visi, misi ,arah pembangunan dan program-program yang
selanjutnya perlu dijabarkan dan menjadi acuan dalam penyusunan rencana kerja setiap tahun sehingga
hasil pencapaiannya dapat diukur dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja
tahunan Dinas Kesehatan.

Semoga upaya Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan tahun 2016 dapat
lebih terarah dan terukur. Dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja dan sebagai masukan bagi
perencanaan selanjutnya, Renstra Dinas Kesehatan Proovinsi ini juga akan dievaluasi pada pertengahan
(2013) dan akhir periode 5 tahun (2016) sesuai ketentuan yang berlaku.

Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi 2011-2016 melibatkan stakeholder terkait baik
pusat dan daerah. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Renstra ini diucapkan terima
kasih. Tentunya Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011-2016 ini dapat dilaksanakan dan mencapai
tujuannya, bila dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari segenap aparatur kesehatan
di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi dan jajarannya baik di Provinsi maupun pada Kabupaten/Kota,
serta masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai