Kata Pengantar
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, maka sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan, Kementerian Kesehatan
telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Kemudian Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah berkwajiban yang sama untuk menyusun Rencana Strategis (Renstra)
Dinas Kesehatan Provinsi Tahun 2011-2016 sebagai wujud penjabaran dari Dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2016.
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan
memuat berbagai program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan
untuk kurun waktu tahun 2011-2016, dengan penekanan pada pencapaian sasaran Prioritas Nasional,
Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan Millenium Development Goals (MDG’s).Tantangan pembangunan
kesehatan dan permasalahan pembangunan kesehatan makin bertambah berat, kompleks, dan bahkan
terkadang tidak terduga. Oleh sebab itu pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan memperhatikan
dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan, kerja sama
lintas sektoral serta mendorong peran serta aktif masyarakat. Melalui kesempatan ini saya mengajak kepada
semua unsur Dinas Kesehatan untuk saling bahu-membahu dalam menyelenggarakan pembangunan
kesehatan guna mewujudkan Visi Dinas Kesehatan yaitu “MASYARAKAT SULAWESI TENGAH MANDIRI UNTUK
HIDUP SEHAT MENUJU PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA YANG BERDAYA SAING”
Ikhtisar Eksekutif
Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Tengah tahun 2011-2016 merupakan penjabaran dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) dengan harapan mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat
yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti
derajat kesehatan, status gizi masyarakat ,meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh
kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan pertumbuhan
penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakatdan antar daerah.
Renstra ini berisikan Pendahuluan, Gambaran Pelayanan SKPD, Isu-Isu Strategis Berdasarkan
Tugas dan Fungsi, Visi Misi dan Sasaran, Strategis dan Kebijakan, Rencana Program dan Kegiatan,
Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif Tahun 2011-2016 dan Penutup.
Selanjutnya Rentra ini perlu dilaksanakan oleh seluruh petugas kesehatan, lintas sektor yang
terkait dengan kegiatan kesehatan, swasta dan masyarakat yang telah berkomitmen dalam
pembangunan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah, serta perlu dievaluasi secara berkala sesuai
dengan perkembangan dan permasalahan untuk mendapatkan masukan-masukan dan perubahan
Kata kunci : Pembangunan Kesehatan, Renstra, Komitmen, Evaluasi Berkala dan Perubahan.
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah
48
Lampiran-lampiran ....................................................................................
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
UUD 1945. Oleh karena itu pemerintah berkewajiban untuk menjamin tersedianya pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Disamping itu kesehatan juga harus dipandang sebagai kegiatan
investasi karena perannya dalam pembangunan manusia yang berkualitas.
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam
rangka tercapainya tujuan tersebut pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah,
berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya melalui peningkatan upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan,
manajemen dan informasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.
Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi
penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK),
serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral.
Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat serta upaya promotif
dan preventif. Pembangunan Nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik
selalu memperhatikan dampaknya terhadap kesehatan.
Kesinambungan dan keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh tersedianya
pedoman penyelenggaraan pembangunan kesehatan baik berupa dokumen perencanaan maupun
metode dan cara penyelenggaraannya. Undang-undang nomor 17 tahun 2007, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) memberikan arah pembangunan ke depan bagi
bangsa Indonesia. Di dalamnya juga telah tercantum arah pembangunan kesehatan dalam 20 tahun
ke depan sampai dengan tahun 2025. Dalam Undang-undang tersebut antara lain ditetapkan bahwa
pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata, serta mengutamakan manfaat dengan perhatian khusus pada
penduduk rentan, antara lain ibu, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK)
2005-2025 dalam tahapan ke-2 (2010 – 2014), kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah
mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai
Renstra Dinkes Hal 7
indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta
menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, telah ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah nomor 5 tahun 2010. Pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari
Pembangunan Nasional tercantum dalam BAB II RPJMN, dalam bidang pembangunan sosial
budaya dan berkehidupan beragama.
Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional pasal 15 bahwa RPJMD dalam penyusunannya mengacu pada Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Sulawesi Tengah merupakan dokumen perencanaan manajerial komperhensif sekaligus
sebagai perencanaan taktis strategis daerah, yang kemudian dijabarkan pada visi dan misi kepala
daerah yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Sulawesi Tengah.
Pembangunan di bidang kesehatan dalam lima tahun kedepan tidak terlepas dari pengaruh
lingkungan eksternal, yang mempengaruhi seluruh pembangunan termasuk pembangunan di bidang
kesehatan.
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah merupakan bagian integral dari
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Perencanaan Pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan demikian landasan Renstra adalah sama dengan landasan pembangunan nasional maupun
pembangunan daerah. Secara spesifik landasan tersebut adalah :
a. Landasan Idiil
Landasan Idiil yang digunakan yaitu Pancasila
b. Landasan Konstitusional
Landasan Konstitusional yaitu UUD 1945, khususnya:
1. Pasal 28 a; setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya, suatu berhak atas perlindungan dan kekerasan oleh diskriminasi.
2. pasal 28 b ayat (2); setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang.
3. Pasal 28 c ayat (1); setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
Landasan Operasional
a. Peraturan Per Undang-Undangan, meliputi:
1. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 1963 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi
Tengah
2. Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional
3. Undang–Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Undang–Undang nomor 04 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
5. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah
6. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, tambahan Lembaran Negara RI nomor 4437)
7. Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Dokumen rencana strategis SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2011-
2016 bertujuan untuk menjabarkan arah kebijakan pembangunan kesehatan yang menjadi acuan
penyusunan rencana kerja tahunan dari tahun 2011 sampai tahun 2015 dan difungsikan sebagai
pedoman resmi dalam menyusun rencana kerja serta berbagai kebijakan pembangunan kesehatan di
wilayah Provinsi Sulawesi Tengah dalam kurun waktu lima tahun.
Rencana strategis SKPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah merupakan acuan
penentuan pilihan-pilihan program kegiatan tahunan daerah yang disusun dengan maksud :
1. Sebagai acuan resmi bagi pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pembangunan kesehatan di
Provinsi Sulawesi Tengah dalam menentukan prioritas program dan kegiatan pembangunan
tahunan secara terpadu, terarah dan terukur yang akan di danai dari berbagai sumber pendanaan
baik dari APBD, APBN maupun sumber-sumber lainnya.
2. Sebagai tolok ukur untuk melakukan evaluasi kinerja tahunan pembangunan kesehatan di
Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Menjabarkan gambaran tentang kondisi pembangunan kesehatan secara umum di Provinsi
Sulawesi Tengah saat ini sekaligus memahami arah dan tujuan yang akan dicapai dalam rangka
mewujudkan visi-misi.
b. Kondisi Umum
Sulawesi Tengah sebagai salah satu provinsi di Sulawesi, letaknya diapit oleh 3 provinsi,
yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Kalimantan Timur dan
Gorontalo. Letak astronomisnya pada posisi 2022’ Lintang Utara dan 3048’ Lintang Selatan, serta
119022’ dan 124022’ bujur timur. Luas wilayah Sulawesi Tengah, adalah berupa daratan seluas
68.033,00 km2. Menurut lokasi geografi dan topograpi wilayah desa di Sulawesi Tengah antara
desa pesisir dan bukan pesisir berimbang, desa bukan pesisir jumlahnya mencapai 847 desa,
sementara desa di wilayah pesisir yaitu sebanyak 839 desa.
Jumlah penduduk Sulawesi Tengah mencapai 2,480.264 jiwa pada tahun 2009 (Proyeksi
Penduduk Tahun 2009, BPS) dan berdasarkan Sensus Penduduk (BPS) tahun 2010 meningkat
menjadi 2,633.420 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk selama periode 2000-2010
mencapai 1,94. Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah
penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin105,1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sulawesi Tengah adalah 69,34 pada tahun 2007 dan naik menjadi 70,70 pada tahun 2009.
Persentase penduduk miskin Sulawesi Tengah mencapai 22,42 % tahun 2006 dan terus menurun
menjadi 18,98 % pada tahun 2009.
Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tengah pada tahun 2007 sebesar 60 per 1000
Kelahiran Hidup (SDKI 2007). Kematian neonatal memberi kontribusi terbesar pada kasus
kematian bayi yaitu sekitar 80%. Dari data yang ada menunjukkan bahwa jumlah kematian
neonatal terbanyak pada umur 0-7 hari sebesar 344 kasus dari 488 atau sebesar (71%) dari kasus
kematian yang ada. Penyebab kematian neonatal pada tahun 2009 adalah BBLR, Asfiksia dan lain-
lain. Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 517 per 100.000 Kelahiran
Hidup (SP tahun 2000) dan menempati urutan tertinggi ke 7 di Indonesia. Penyebab utama kema-
tian ibu adalah perdarahan, eklampsi dan infeksi. Prevalensi kurang gizi pada balita di Provinsi
Sulawesi Tengah sebesar 27,6 % dengan rincian prevalensi gizi kurang sebesar 18,7 % dan
prevalensi gizi buruk sebesar 8,9%. (Riskesdas tahun 2007).
Selain masalah kesehatan masyarakat yang tersebut diatas di Sulawesi Tengah terdapat dua
masalah lain yang spesifik daerah yaitu gangguan mental emosional dengan prevalensi tertinggi
16% yang menduduki urutan ke tiga teratas dari prevalensi nasional. Masalah spesifik daerah
b. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor : 06 tahun 2008 tentang
organisasi dan tata kerja dinas-dinas Daerah Provinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Daerah
Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008 Nomor 06);
1. Kepala Dinas
4. Bidang Bina Pengendalian Masalah Kesehatan dengan membawahi 3 Seksi Bimdal yaitu :
a. Seksi Bimdal Pengendalian dan Pemberantasan penyakit
b. Seksi Bimdal Wabah dan Bencana
c. Seksi Bimdal Kesehatan Lingkungan
5. Bidang Bina Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dengan membawahi 3 Seksi
Bimdal yaitu :
a. Seksi Bimdal Perencanaan dan Pendayagunaan Nakes
b. Seksi Bimdal Pendidikan dan Pelatihan
c. Seksi Bimdal Registrasi dan Akreditasi
6. Bidang Bina Jaminan dan Sarana Kesehatan dengan membawahi 3 Seksi Bimdal
a. Seksi Bimdal Jaminan Kesehatan
b. Seksi Bimdal Sarana dan Peralatan Kesehatan dan
c. Seksi Bimdal Kefarmasian
a. Susunan Kepegawaian.
Sumberdaya tenaga kesehatan yang bekerja pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
termasuk UPT sebanyak 273 orang terdiri dari laki-laki 131 orang dan perempuan 142 orang.
Tenaga tersebut berasal dari berbagai disiplin ilmu dan tingkat pendidikan serta ditempatkan
sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
Tingkat pendidikan pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah umumnya berasal dari
latar belakang pendidikan kesehatan yaitu sekitar 69,6% hal ini telah sesuai mengingat Dinas
Kesehatan merupakan instansi teknis. Jika dilihat dari tingkat pendidikan diharapkan
kemampuan secara teknis dan manajerial dapat teratasi karena tenaga yang memiliki pendidikan
pasca sarjana kesehatan dan non kesehatan sudah cukup besar yaitu sebanyak 34 orang (12,46%)
sesuai terlihat pada tabel 2.
Pegawai pada Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah rata-rata berada pada pangkat/
golongan penata yaitu sebesar 69,2% dan terendah pada golongan pembina sebesar 8.5%.
Unit Kepangkatan/Golongan
Jmh
I & II % III % IV %
Dinkes dan UPT 63 22.3 189 69.2 23 8.5 273
teknis
Pada bagian ini diuraikan tentang aset atau sarana kesehatan sebagai penunjang pelayanan
kesehatan diantaranya Puskesmas, Rumah sakit, sarana produksi dan distribusi farmasi.
1. Puskesmas
Pada periode tahun 2002 sampai 2007 jumlah Puskesmas terus meningkat dari 132
unit pada tahun 2002 menjadi 161 pada tahun 2007. Peningkatan jumlah Puskesmas diiringi
peningkatan ratio puskesmas terhadap 100.000 penduduk, yaitu pada tahun 2002 sebesar 6,24
per 100.000 penduduk menjadi 6,72 per 100.000 penduduk pada tahun 2007. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap 100.000 penduduk dilayani oleh 6 sampai 7 unit puskesmas.
Sementara itu bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja puskesmas, sasaran penduduk
yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk, maka jumlah puskesmas per
30.000 penduduk pada tahun 2010 rata-rata 2 unit.
Rumah Sakit
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit antara
lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang diukur dengan jumlah rumah
sakit dan tempat tidur serta rasionya terhadap jumlah penduduk. Perkembangan jumlah
rumah sakit umum dan khusus tahun 2003 sampai tahun 2010 seperti pada tabel 4.
Tahun
Kab/Kota
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Palu 3 3 3 3 3 3 3
Donggala 0 1 1 1 1 1 1
Parimo 1 1 1 1 1 1 1
Poso 1 1 1 1 1 1 1
Touna 1 1 1 1 1 1 1
Banggai 1 1 1 1 1 1 1
Bangkep 0 1 1 1 1 1 1
Morowali 1 1 1 2 2 2 2
Tolitoli 1 1 1 1 1 1 1
Buol 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 10 12 12 13 13 13 13
Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan, jumlah
rumah sakit umum pemerintah pada periode 2004 sampai 2010 terus mengalami peningkatan
yaitu tahun 2004 sebanyak 10 unit dan bertambah menjadi 13 unit pada tahun 2010 dan
rumah sakit tersebut sudah tersebar di seluruh ibu kota kabuptane/kota. Untuk gambaran
2. Tanah
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah saat ini memiliki aset tanah seluas 28.125
m2 yang tersebar di beberapa lokasi di kota Palu. Luas tanah tersebut semua telah
dimanfaatkan yang di atasnya telah berdiri beberapa bangunan yaitu, perkantoran, gudang,
perumahan dinas dsb.
9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6- 24 bulan keluarga
miskin.
Hasil cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada tahun 2009 sebesar 0,58% dan
mengalami penurunan dibanding pada tahun 2008 sebesar 22,05%. Pada tahun 2010
jumlah anak balita yang menjadi sasaran program tersebut sebanyak 60.112 dan yang
mendapat MP-ASI sebanyak 2136 anak (3,55%). Target yang diharapkan pada standar
pelayanan minimal adalah 100%.
13. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit Acut Flacid Paralysis (AFP) rate
per 100.000 penduduk < 15 tahun.
Hasil pencapaian indicator tersebut pada tahun 2009 sebesar 1,17% dan tahun 2008
sebesar 0,01%. Pada tahun 2010 jumlah anak yang menderita sebanyak 20 orang atau
sebesar 2,76%. Target yang diharapkan adalah 2%.
Hasil pencapaian penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada tahun 2009
sebesar 100% dan tahun 2008 sebesar 75,3%. Pada tahun 2010 pencapaian kegiatan
tersebut sebesar 100% dan telah sesuai dengan target yang diharapkan didalam standar
pelayanan minimal sebesar 100%.
16. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD yang ditangani.
Hasil penemuan dan penanganan serta ditangani penderita penyakit demam berdarah
dengue pada tahun 2009 sebesar 100% dan mengalami peningkatan dibanding tahun 2008
sebesar 97,9%. Pada tahun 2010 prosentase DBD yang ditangani sebesar 100% dan telah
sesuai target yang diharapkan pada standar pelayanan minimal 100%.
20. Cakupan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang harus diberikan Sarana Kesehatan (RS)
di Kabupaten/Kota.
Hasil pencapaian pelayanan gawat darurat level 1 pada tahun 2009 adalah 100% dan
mengalami peningkatan dibanding tahun 2008 sebesar 31,25%. Pencapaian pada tahun
2010 sebesar 100% Target didalam SPM adalah 100%.
21. Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan Penyelidikan Epidemiologi <
24 jam.
Jumlah kasus KLB pada tahun 2009 sebesar 27 kasus dan semua telah dilakukan
penanganan <24 jam (100%). Pada tahun 2008 jumlah kasus sebesar 65 kejadian dan yang
ditangani di bawah 24 jam 65 kasus (100%). Pada atahun 2010 jumlah desa/kelurahan
yang mengalami KLB sebanyak 118 dengan jumlah kasus 118 dan semuanya dapat
ditangani. Target didalam SPM adalah semua kejadian KLB harus ditangani 100%.
Upaya Kesehatan di Sulawesi Tengah menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan hal
ini ditandai dari jumlah fasilitas kesehatan dan akses yang cukup baik. Di Sulawesi Tengah
terdapat 5 unit Rumah Sakit di Tingkat Provinsi dengan rincian sbb: 2 unit RSUD Tipe kelas B,
2 Unit RS milik TNI/POLRI, 1 Unit RS Jiwa dan 1 RS khusus mata sedangkan disetiap
Kabupaten/Kota didukung 12 RSUD untuk kabupaten Morowali terdapat 2 Unit RSUD yaitu
Kolonedale dan Bungku, disamping itu terdapat 4 RS Umum Swasta , 3 RB, 1 RSBA, dan 1
RSB. Sarana tempat tidur di RS secara keseluruhan di Sulawesi Tengah mempunyai rasio 80,91
per 10000 penduduk.
Sarana pelayanan dasar di Sulawesi Tengah didukung oleh 167 Unit Puskesmas atau
rata-rata 100.000 penduduk dilayani oleh 6-7 Puskesmas, dimana terdapat 73 Puskesmas dengan
perawatan dan diantaranya terdapat 45 Puskesmas yang telah mampu memberi Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang setara dengan 4,5 Puskesmas untuk melayani
500.000 penduduk (Standar WHO adalah 4 Puskesmas PONED untuk 500.000 penduduk) selain
itu didukung pula oleh 724 Puskesmas pembantu dengan rasio 29 unit Pustu melayani 100.000
penduduk.
Dilihat dari sisi akses pelayanan, Sulawesi Tengah relatif baik dan tidak jauh berbeda
dibanding dengan pencapaian akses nasional, Untuk akses pelayanan kesehatan kurang dari 5 km
mencapi 93,3 % (Nasional 94%). Sementara itu akses pelayanan kesehatan dengan jarak tempuh
< 15 menit di Sulawesi Tengah sebanyak 69,1 % dengan akses terbanyak di Kota Palu (89,6%)
dan terkecil di Kabupaten Morowali (48,5%).
Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mencapai 62,47% pada tahun
2009. Begitu juga cakupan pelayanan antenatal (K1) mencapai 90,7 % sedang (K4) mencapai
75,00 % pada tahun 2007,
Ketersediaan obat menjadi masalah secara nasional, obat esensial generik di sarana
pelayanan kesehatan baru mencapai 69,74% dari target 95%, anggaran untuk obat esensial
generik di sektor publik sebesar 14,47% dengan target setara dengan $ 2 US perkapita. Peresepan
Obat Generik Berlogo (OGB) di Puskesmas sudah sebesar 90%, namun di RSU sebesar 66% dan
di RS swasta dan apotek sebesar 49%. Pengadaan obat sering terkendala DIPA dan sistem
pengadaan yang berpotensi menimbulkan terputusnya ketersediaan obat dan vaksin. Walaupun
ketersediaan OGB tinggi, harga murah tetapi akses masyarakat terhambat karena adanya
asymmetric information dan praktek pemasaran yang kurang baik.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah telah menyusun Sistem Kesehatan Daerah
(SIKDA) walaupun belum dalam bentuk Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur. Untuk
membangun Sistem informasi Kesehatan Daerah telah disusun masterplan SIKDA dalam rangka
mendukung pengembangan SIKDA sebagai dasar bagi perencanaan tingkat daerah dan fasilitasi
penyediaan data tingkat nasional.
Gambaran dan analisis kondisi nyata derajat kesehatan masyarakat Sulawesi Tengah
dapat dilihat dari hasil cakupan indikator kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang
mengungkapkan tentang apa, bagaimana, dimana dan hendak kemana pembangunan kesehatan
masyarakat Sulawesi Tengah dalam memasuki abad ke 21 yang penuh tantangan dan
permasalahan kesehatan yang berat dan kompleks sehingga dituntut suatu perencanaan yang arif
bijaksana dan terbuka dalam mengantar masyarakat Sulawesi Tengah mencapai status derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Hasil Evaluasi Pembangunan Kesehatan di Sulawesi Tengah, menunjukkan adanya
keberhasilan hal tersebut ditandai dengan beberapa indikator telah mengalami perbaikan kecuali
untuk angka kematian bayi justru mengalami sedikit peningkatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) secara nasional menunnjukkan angka 517 /100.000
kelahiran hidup pada tahun 2000 (sensus 2000) dan mengalami penurunan menjadi 228/100.000
kelahiran hidup (SDKI, 2007) . Prevalensi gizi kurang pada balita, menurun dari 31,57.% pada
tahun 2003 menjadi sebesar 27,6 % pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007). Angka Kematian Bayi
(AKB) di Sulawesi Tengah pada periode 1997- 2003 menurun secara bermakna dari 94,5/1000
KH pada tahun 1997 menjadi 52/1000 KH pada tahun 2002–2003 akan tetapi mengalami
peningkatan menjadi 60/1000 KH tahun 2007 (SDKI tahun 2007) sementara itu pencapaian
secara nasional pada tahun 2007 adalah 34 per 1000 KH, sedang sasaran secara nasional adalah
41/1000 KH pada tahun 2010. Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 63,3 tahun pada
tahun 2003 menjadi 66,3 tahun pada tahun 2007 (Susenas 2007) sementara itu capaian secara
nasional adalah 69,09 tahun pada tahun 2007.
Pencapaian indikator pembangunan kesehatan masyarakat tersebut belum seperti yang
diharapkan, apalagi bila melihat target pencapaian secara nasional untuk tahun 2014-2015
mendatang, diperlukan suatu upaya strategis guna percepatan pencapaian indikator untuk
Sulawesi Tengah. Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan dari 6 subsistem
dari sistem kesehatan nasional yaitu: 1) Upaya kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber
Renstra Dinkes Hal 26
daya manusia kesehatan, 4) Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5)Manajemen dan
informasi kesehatan, dan 6) Pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis
kekuatan, kelemahan, dari subsistem tersebut serta bagaimana peluang dan tantangan yang
dihadapi saat ini.
a. Kekuatan
Upaya Kesehatan di Sulawesi tengah menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan
hal ini ditandai dari jumlah fasilitas kesehatan dan akses yang cukup baik. Di Sulawesi
Tengah terdapat 5 unit Rumah Sakit di tingkat Provinsi dengan rincian sbb: 2 unit RSUD
Tipe kelas B, 2 Unit RS milik TNI/POLRI, 1 Unit RS Jiwa dan 1 RS khusus mata sedangkan
disetiap Kabupaten/Kota didukung 12 RSUD dimana untuk kabupaten Morowali terdapat 2
Unit RSUD yaitu Kolonedale dan Bungku, disamping itu terdapat 4 RS Umum Swasta , 3
RB, 1 RSBA, dan 1 RSB. Sarana tempat tidur di RS secara keseluruhan di Sulawesi Tengah
mempunyai rasio 80,91 per 10000 penduduk.
Sarana pelayanan dasar di Sulawesi Tengah didukung oleh 167 Unit Puskesmas atau
rata-rata 100.000 penduduk dilayani oleh 6-7 Puskesmas, dimana terdapat 73 Puskesmas
dengan perawatan dan diantaranya terdapat 45 Puskesmas yang telah mampu memberi
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) yang setara dengan 4,5 Puskesmas
untuk melayani 500.000 penduduk (Standar WHO adalah 4 Puskesmas PONED untuk
500.000 penduduk) selain itu didukung pula oleh 724 Puskesmas pembantu dengan rasio 29
unit Pustu melayani 100.000 penduduk.
Dilihat dari sisi akses pelayanan, Sulawesi Tengah relatif baik dan tidak jauh berbeda
dibanding dengan pencapaian akses nasional, Untuk akses pelayanan kesehatan kurang dari 5
km mencapi 93,3 % (Nasional 94%). Sementara itu akses pelayanan kesehatan dengan jarak
tempuh < 15 menit di Sulawesi Tengah sebanyak 69,1 % dengan akses terbanyak di Kota
Palu (89,6%) dan terkecil di Kabupaten Morowali (48,5%). Cakupan persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan mencapai dari 62,47% pada tahun 2009. Begitu juga cakupan
pelayanan antenatal (K1) mencapai 90,7 % sedang (K4) mencapai 75,00 % pada tahun 2007,
Pembiayaan Kesehatan yang bersumber dari APBD Provinsi/Kabupaten/kota
terhadap sektor kesehatan relatif menunjukkan angka peningkatan terutama dibeberapa
kabupaten. Prosentase masyarakat yang memiliki jaminan kesehatan di Sulawesi Tengah,
mencapai 63,44 %. Jaminan pelayanan kesehatan masih di dominasi oleh Jamkeskin 35,52%,
b. Kelemahan
Pembiayaan Kesehatan yang bersumber dari APBD Sulawesi Tengah terhadap
sektor kesehatan relatif sangat kecil dengan kisaran antara 2 persen dari total anggaran
pemerintah provinsi. Jaminan Kesehatan Daerah masih belum memiliki sinergitas antar
kabupaten, masing masing daerah memiliki sistem sendiri sehingga portabilitas belum
terjamin. Regulasi dibidang kesehatan di tingkat daerah masih banyak yang perlu dilakukan
sebagai konsekwesi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007, sistem
kesehatan daerah belum memiliki kekuatan hukum.
Sistem informasi masih belum terintegrasi, data dan informasi untuk evidence
planning tidak tersedia tepat waktu. Sistem Informasi Kesehatan (Siknas) online yang
berbasis fasilitas sudah terintegrasi, akan tetapi masih banyak faktor yang mempengaruhi
seperti ketersediaan jaringan.
c. Peluang
Kebijakan di bidang kesehatan di tingkat pusat telah banyak disusun, baik pada
tingkatan strategis, manajerial maupun teknis seperti Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan yang merupakan penyesuaian (revisi) dari Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992; Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran; dan
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Berbagai kebijakan dalam
tingkatan manajerial juga tersedia, seperti Sistem Kesehatan Nasional (SKN), Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (Renstra Kementerian Kesehatan) serta
rencana pemberlakuan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dalam upaya pencapaian
universal coverage pada 2015.
d. Tantangan
Berdasarkan hasil riskesdas 2007, Prevalensi perokok setiap hari penduduk umur 10
tahun keatas adalah 24,6%. Sekitar 62,3 % perokok saat ini, yang berumur 10 tahun keatas
dengan rerata menghisap 1-12 batang rokok setiap hari. Sekitar 93,3 % di semua kabupaten
dengan perilaku merokok di dalam rumah. Sedikit sekali (8,5%) penduduk umur 10 tahun
SE
Kelompok Fungsional
Subag Umum & Su
Kepegawaian
Seksi Kesehatan Rujukan Seksi Bimdal Wabah & Seksi Pendidikan &
Bencana
Tabel 2.1
PENCAPAIAN KINERJA PELAYANAN SKPD DINAS KESEHATAN
UPTD BALAI LABKES UPTD BALAI PELKES UPTD BALAI SURDA
PROVINSI SULAWESI TENGAH
TAR GET
IK SES UAI T AR GET R ENS TR A SKP D T AHUN KE RE ALIS AS I C AP AIAN T AHU N K
NO TUG AS & SPM I N D I K AT
FUNGS I S KPD IK K OR
( 18 IK ) L AI N N Y A
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Jamkesmas 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Persentase Desa Siaga 80% 30 % 30 % 35% 40% 45% 100% 100% 100% 100%
Aktif
Persentase Sekolah 20% 20% 25% 30% 40% 100% 100% 100% 100%
Dasar yang
TAR GET
IK SES UAI T AR GET R ENS TR A SKP D T AHUN KE RE ALIS AS I C AP AIAN T AHU N K
NO TUG AS & SPM I N D I K AT
FUNGS I S KPD IK K OR
( 18 IK ) L AI N N Y A
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009
mempromosikan
kesehatan
Persentase ibu hamil, 80% 63% 63% 67% 72% 80% 100% 100% 100% 100%
bersalin dan nifas yang
mendapat penanganan
komplikasi
Persentase pasangan 70% 62% 62% 63% 64% 70% 100% 100% 100% 100%
usia subur yang menjadi
KB Aktif (CPR)
Bumil yang mendapat 95 % - 88% 88% 90% 93% 95% 100% 100% 100% 100%
pelayanan antenatal (K4)
Ibu nifas yang mendapat 90% 86% 86% 88% 89% 90% 100% 100% 100% 100%
pealayanan kesehatan (
Cakupan Pertelongan 90% 75% 75% 77% 80% 90% 100% 100% 100% 100%
Persalinan oleh Tenaga
Kesehatan
Cakupan Pelayanan 90% 85% 85% 86% 87% 90% 100% 100% 100% 100%
kesehatan bayi
Cakupan pelayanan 90% 80% 80% 81% 83% 90% 100% 100% 100% 100%
kesehatan anak balita
Meningkatnya 45% 50% 55% 60% 65% 100% 100% 100% 100%
persentase rumah
tangga berprilaku hidup
bersih dan sehat
menjadi 70 %
Meningkatnya 30% 35% 40% 45% 60% 100% 100% 100% 100%
persentase Posyandu
Purnama dan Mandiri
menjadi 40%
Cakupan pengunaan air 62% 70% 78% 86% 95% 100% 100% 100% 100%
bersih (Kota)
Cakupan pengunaan air 52% 60% 63% 76% 85% 100% 100% 100% 100%
bersih (Desa)
Cakupan keluarga 80% 82% 84% 86% 90% 100% 100% 100% 100%
jamban sehat (kota)
Cakupan keluarga 67% 71% 75% 80% 85% 100% 100% 100% 100%
jamban sehat (desa)
Cakupan air bersih yang 62% 73% 79% 85% 90% 100% 100% 100% 100%
memenuhi
Meningkatnya 79% 82% 82% 83% 85% 100% 100% 100% 100%
persentase tempat-
tempat umum (TTU)
yang memenuhi syarat
kesehatan 80%.
Cakupan penanganan 80% 65% 65% 70% 75% 80% 100% 100% 100% 100%
neonatal komplikasi
Cakupan penjaringan 100% 90% 90% 92% 94% 95% 100% 100% 100% 100%
siswa SD kelas I dan
setingkat
Balita Gizi Buruk 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Mendapat Perawatan
Tersedianya Bufferstock 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
MP-ASI
Persentase RS yang 100% 70% 70% 80% 90% 100% 100% 100% 100% 100%
melaksanakan pelayanan
gawat darurat sesuai
standar
Penderita Yang diobati 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Desa/Kelurahan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
mengalami KLB
Dilakukan Penyelidikan 100% 24 Jam 24 24 24 24 100% 100% 100% 100%
Epidemiologi < 24 jam
Jam Jam Jam Jam
Persentase RS yang 50% 55% 60% 65% 80% 100% 100% 100% 100%
TAR GET
IK SES UAI T AR GET R ENS TR A SKP D T AHUN KE RE ALIS AS I C AP AIAN T AHU N K
NO TUG AS & SPM I N D I K AT
FUNGS I S KPD IK K OR
( 18 IK ) L AI N N Y A
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009
melaksanakan
pelayanan gawat
darurat sesuai standar
Jumlah RS Daerah 1 RS 2 RS 3 RS 1 RS 2 RS
menjadi BLU
RS Yang terakreditasi 50% 55% 60% 65% 70% 100% 100% 100% 100%
Persentase RS yang 10% 20% 30% 40% 100% 100% 100% 100%
melaksanakan PONEK
Tercapainya 20.000 20.00 21.00 23.00 25.00 100% 100% 100% 100%
Pemeriksaan Sampel Sampel
0 0 0 0
Samp Samp Samp Samp
el el el el
Persentase Desa 65% 65% 74% 83% 91% 100% 100% 100% 100%
memiliki tenaga Bidan
Tenaga Kesehatan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
tertentu telah
teregistrasi
Semua Pelatihan tenaga 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
kesehatan telah
dilakukan akreditasi
Pelatihan
Sediaan farmasi sesuai 65% 70% 75% 90% 100% 100% 100% 100% 100%
kebutuhan
Pengadaan obat esensial 60% 70% 80% 90% 100% 100% 100% 100% 100%
Pengadaan Obat Generik 80% 85% 95% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Tersedianya Kebijakan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
strategis pembang
unan kesehatan
Tersedianya dokumen 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok
perencanaan dan
penganggaran
Tersedianya costing 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
SPM di Kab/Kota
Tersedianya data 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
kepegawaian
berdasarkan SIMKA di
Provinsi dan 10
Kab/Kota
PALU, 1
PEBRUARI
2012
KEPALA DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
SULAWESI
TENGAH
dr. ABDULLAH,
DHSM., M.Kes
PEMBINA
UTAMA MADYA
NIP.19550111
198403 1 005
TABEL 2.2
ANGGARAN DAN REALISASI PENDANAAN PELAYANAN SKPD
(DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH)
1. Pelayanan Adm.
2.284.86 1.756.8 819.983 873.013 2.092.2 1.745.1 814.976 819.983
Perkantoran
4 19 31 20
Aparatur
3. Peningkatan 25.050. 150.000 95.005 74.700 25.050 148.974 94.905 74.700
Kapasitas
Sumberdaya
Aparatur
4. Obat dan 371.290 950.000 880.000 1.009.0 371.290 919,099 876.625 1.007.8
Perbekes 44 84
an
Kesehatan
7. Perbaikan 1.100.00 1.000.0 800.000 1.136.5 990.644 781.101 1.132.1
Gizi 0 00 00 87
8. Pengemban 1.084.15 600.000 650.000 1.169.7 598.707 642.251 1.162.6
gan 7 30 31
Lingkungan
Sehat
9. Pencegahan 2.863.10 3.100.0 2.410.0 2.548.6 3.073.9 2.398.0 2.541.5
& Penang 4 00 00 12 69 44 20
gulangan
Penyakit
Menular
10. Upaya 2.275.61 2.135.0 1.155.5 1.203.0 2.097.8 1.106.4 1.183.2
Kesehatan 6 00 86 58 51 13 90
.
Peroranga
n
11. Kebijakan 2.245.22 1.870.4 3.038.5 3.591.0 1.860.0 3.025.7 3.590.9
dan Pem 5 00 74 68 38 04 67
bangunan
Kesehatan
12. Sumberda 1.336.71 1.500.0 1.609.8 2.382.2 1.601.5 2.363.9
ya 0 00 30 89 22 75
Kesehatan
13. UPTD 845.724 1.286.9 1.437.4 1.256.7 1.41772
Pelkes 55 22 63 0
PALU, 1
PEBRUARI
2012
KEPALA DINAS
KESEHATAN
PROVINSI
SULAWESI
TENGAH
dr. ABDULLAH,
DHSM., M.Kes
PEMBINA
UTAMA MADYA
NIP.19550111
198403 1 005
BAB III
Hasil analisis dan kecenderungan pembangunan kesehatan di Provinsi Sulawesi Tengah masih
menghasilkan berbagai permasalahan dihadapi saat ini dan dimasa periode yang akan datang yang
akan mempengaruhi pencapaian derajat kesehatan masyarakat. Diantara isu isu strategis tersebut
adalah :
3.1.1. Adanya lingkungan strategis baik internal maupun eksternal yang masih kurang
mendukung pembangunan kesehatan. Pada masa yang akan datang tuntutan akselerasi
pembangunan kesehatan memerlukan perhatian dengan dukungan lingkungann yang
kondusif termasuk dukungan komitmen pemerintah daerah baik eksekutif maupun
legislative.
3.1.2. Pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu belum maksimal
terutama pada daerah terpencil dan kepulauan serta perhatian pada masyarakat miskin dan
kelompok berisiko masih perlu mendapatkan perhatian yang optimal.
3.1.3. Pemerataan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia kesehatan belum sepenuhnya
menunjang penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Pada beberapa daerah dan institusi
kesehatan termasuk rumah sakit masih kekurangan tenaga yang strategis seperti dokter
spesialis, dokter, bidan dan perawat serta tenaga tehnis lainnya.
3.1.4. Pencapaian indicator status kesehatan masyarakat yang masih di bawah rata-rata nasional
dan target MDGs seperti masih tingginya angka kematian ibu, angka kematian anak, masih
tinggi angka status gizi buruk dan kurang serta angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit menular seperti TBC, malaria, demam berdarah serta beberapa penyakit infeksi
lainnya,
3.1.5. Adanya perubahan epidemiologi dan demografi serta keadaan lingkungan fisik dan social
budaya yang kurang menunjang sehingga mengakibatkan beberapa indicator derajat
kesehatan yang belum optimal.
3.1.6. Terjadinya kecenderungan peningkatan penyakit tidak menular yang mempunyai kontribusi
besar terhadap angka kesakitan dan kematian.
3.1.7. Adanya kecenderungan peningkatan prevalensi shistosomiasis di daerah Lindu dan Napu.
Penyakit tersebut merupakan penyakit spesifik di Provinsi Sulawesi Tengah dan hanya ada
di Indonesia yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih intensif.
3.1.8. Belum semua penduduk terutama penduduk miskin dan kelompok rentan lainnya
mempunyai jaminan kesehatan sehingga target pencapaian universal coverage belum dapat
tercapai sesuai yang diharapkan.
3.1.10. Sarana dan prasarana kesehatan RSU daerah pada umumnya masih terbatas, sehingga
kurang mendukung dan menunjang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan yang prima.
3.1.11. Keterbatasan data yang berpengaruh dalam pemetaan dan penyusunan kebijakan serta
pemanfaatan data belum optimal dan surveilans yang belum terlaksana secara menyeluruh
pada semua level institusi kesehatan.
3.1.12. Anggaran pembiayaan kesehatan masih terfokus pada alokasi upaya curative dan
rehabilitative, perlu pemerataaan anggaran untuk upaya yang bersifat promotif dan
preventif serta diperlukan peningkatan anggaran kesehatan sesuai amanat undang-undang
kesehatan
3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan bidang sosial budaya yang
diarahkan untuk mencapai sasaran peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang ditandai dengan
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pencapaian sasaran tersebut sangat
ditentukan oleh angka pencapaian indikator usia harapan hidup yang merupakan fungsi dari sektor
kesehatan. Sesuai visi dari Gubernur Sulawesi Tengah pada periode 2011-2016 yaitu menjadikan
provinsi Sulawesi Tengah sejajar dengan provinsi maju di kawasan timur Indonesia yang menitik
beratkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang berdaya saing pada tahun 2020.
Kualitas sumberdaya yang bersaing ditandai dengan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) melalui upaya penciptaan kualitas hidup manusia yang mencakup kualitas fisik, intelektual,
moral, iman dan taqwa sehingga tercipta kualitas manusia secara utuh. Pada masa yang akan
datang diharapkan kondisi masyarakat di daerah Sulawesi Tengah ditunjukkan dengan membaiknya
berbagai sektor pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat serta menurunnya kesenjangan antar individu antar kelompok masyarakat
dan antara daerah.
Memperhatikan visi tersebut di atas sangat jelas bahwa peranan sektor kesehatan
mempunyai andil yang sangat besar untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi
tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata dengan perhatian khusus pada
penduduk rentan antara lain penduduk miskin, ibu, bayi anak dan lanjut usia. Memperhatikan
kondisi derajat kesehatan masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah yang masih rendah terutama
angka kematian bayi dan kematian ibu melahirkan maka upaya yang perlu mendapat prioritas
utama adalah melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan .
1. Kondisi geografis yang sulit dan masih terbatasnya transportasi dan infrastruktur khusus pada
beberapa daerah tertinggal terpencil perbatasan dan kepulauan (DTPK) akan menjadi kendala
dalam peningkatan dan pemerataan akses pelayanan kesehatan masyarakat.
2. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan pada beberapa daerah merupakan faktor
penghambat dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat
3. Akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit khususnya pada
penduduk miskin akan menjadi terkendala karena masih terbatasnya jumlah ruang perawatan
kelas III di beberapa rumah sakit pemerintah.
4. Jumah dan mutu tenaga kesehatan khususnya tenaga strategis (dokter spesialis, dokter umum,
bidan dan perawat ) yang belum merata akan memberikan dampak terhadap akses dan kualitas
pelayanan kesehatan kepada masyarakat
5. Kondisi lingkungan fisik serta perilaku masyarakat dalam hidup bersih dan sehat yang masih
rendah menjadi potensi timbulnya berbagai penyakit yang selanjutnya berkontribusi besar
terhadap kesakitan dan kematian.
6. Akibat dari alokasi pembiayaan kesehatan yang masih cenderung lebih besar kearah kuratif
dibandingkan pada promotif dan preventif akan mengakibatkan pengeluaran yang tidak efektif
dan efisien yang berpotensi pada rendahnya cakupan pelayanan kesehatan masyarakat yang
dilaksanakan oleh institusi Puskesmas dan jaringannya.
7. Masih tingginya prosentase masyarakat yang belum terlindungi dan memiliki jaminan
kesehatan mengakibatkan rendahnya akses masyarakat dan risiko pembiayaan kesehatan yang
berakibat pada timbulnya kemiskinan.
8. Masih tingginya jumlah penduduk miskin dibeberapa daerah sangat mempengaruhi upaya
penurunan angka status gizi buruk dan kurang.
9. Adanya desentralisasi dan otonomi daerah di kabupaten/kota menjadi faktor penghambat dan
kendala dalam pemetaan masalah kesehatan karena terbatasnya data serta tidak optimalnya
sistem informasi kesehatan.
Untuk mewujudkan tercapainya visi dan misi pembangunan di daerah Provinsi Sulawesi para
pelaku dibidang pembangunan kesehatan perlu memperhatikan faktor-faktor pendorong antara
lain:
1. Dalam pembangunan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan merupakan salah satu isu
utama yang perlu mendapat perhatian terutama terkait dengan jumlah, jenis dan distribusi.
Kondisi di Provinsi Sulawesi Tengah jumlah institusi pendidikan kesehatan di daerah cukup
mendukung dengan menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang siap pakai setiap tahunnya
sperti tenaga perawat, bidan, sarjana kesehatan masyarakat serta beberapa fakultas kedokteran.
Diharapkan tenaga tersebut dapat direkruitmen dan dimanfaatkan sebagai tenaga kesehatan
untuk mengisi kekurangan tenaga dibeberapa institusi pelayanan kesehatan terutama di
Puskesmas dan desa yang belum memiliki tenaga bidan.
2. Terbitnya Undang-undang kesehatan no 36 tahun 2009 yang diharapkan mampu mendorong
daerah untuk mengalokasikan anggaran pembangunan kesehatan sebesar 10% dari alokasi
anggaran daerah. Telah ditetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yang
bersifat wajib dilaksanakan oleh setiap daerah merupakan salah satu faktor yang sangat
mendukung untuk percepatan pencapaian target pembangunan kesehatan karena SPM
merupakanbentuk implementasi dan pedoman setiap daerah untuk melaksanakan kegiatan
sesuai standar serta mengalokasikan anggaran sesuai kebutuhan.
3. Kebijakan pemerintah pusat yang meluncurkan program Jamkesmas serta adanya pemerintah
daerah yang mengembangkan Jaimnan kesehatan daerah merupakan suatu pendorong untuk
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
4. Kebijkan pemerintah pusat melalui Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis
Kompetensi (PPDSBK) yang memberikan peluang kepada tenaga kesehatan khususnya tenaga
dokter untuk melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis yang kedepannya diharapkan
mampu menjawab permasalahan bagi setiap rumah sakit di daerah yang mengalami kekurangan
dokter spesialis. Selain itu kebijakan pemenuhan pegawai tidak tetap (PTT) bagi tenaga dokter
dan bidan menjadi faktor yang sangat menentukan untuk mengisi kekurangan dokter di
Puskesmas serta kekurangan bidan di desa.
5. Perkembangan jumlah desa siaga di Provinsi SulawesiTtengah yang menunjukkan
peningkatan secara kuantitas diharapkan mampu memudahkan bagi masyarakat untuk
mengakses pelayanan kesehatan serta dapat mendorong percepatan pencapaian rumah tangga
dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Gambaran dan analisis kondisi nyata derajat kesehatan masyarakat Sulawesi Tengah dapat
dilihat dari hasil cakupan indikator kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang
mengungkapkan tentang apa, bagaimana, dimana dan hendak kemana pembangunan kesehatan
masyarakat Sulawesi Tengah dalam memasuki abad ke 21 yang penuh tantangan dan permasalahan
kesehatan yang berat dan kompleks sehingga dituntut suatu perencanaan yang arif bijaksana dan terbuka
dalam mengantar masyarakat Sulawesi Tengah mencapai status derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Hasil Evaluasi Pembangunan Kesehatan di Sulawesi Tengah, menunjukkan adanya
keberhasilan hal tersebut ditandai dengan beberapa indikator telah mengalami perbaikan kecuali untuk
angka kematian bayi justru mengalami sedikit peningkatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) secara nasional menunnjukkan angka 517 /100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2000 (sensus 2000) sedang pencapaian nasional 228/100.000 kelahiran hidup (SDKI,
2007) . Prevalensi gizi kurang pada balita, menurun dari 31,57.% pada tahun 2003 menjadi sebesar 27,6
% pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007). Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tengah pada periode
1997- 2003 menurun secara bermakna dari 94,5/1000 KH pada tahun 1997 menjadi 52/1000 KH pada
tahun 2002–2003 akan tetapi mengalami peningkatan menjadi 60/1000 KH tahun 2007 (SDKI tahun
2007) sementara itu pencapaian secara nasional pada tahun 2007 adalah 34 per 1000 KH, sedang sasaran
secara nasional adalah 41/1000 KH pada tahun 2010.
Umur Harapan Hidup (UHH) meningkat dari 63,3 tahun pada tahun 2003 menjadi 66,3
tahun pada tahun 2007 (Susenas 2007) sementara itu capaian secara nasional adalah 69,09 tahun pada
tahun 2007.
Namun pencapaian indikator pembangunan kesehatan masyarakat tersebut belum seperti yang
diharapkan, apalagi bila melihat target pencapaian secara nasional untuk tahun 2014-2015 mendatang,
diperlukan suatu upaya strategis guna percepatan pencapaian indikator untuk Sulawesi Tengah.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan dari 6 subsistem dari sistem kesehatan
nasional yaitu: 1) Upaya kesehatan, 2) Pembiayaan kesehatan, 3) Sumber daya manusia kesehatan, 4)
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 5)Manajemen dan informasi kesehatan, dan 6)
Pemberdayaan masyarakat.
Dapat diuraikan suatu analisis kekuatan, kelemahan, dari sub sistem tersebut serta bagaimana
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang dihadapi, uraiannya seagai berikut :
e. Kekuatan
Upaya Kesehatan di Sulawesi tengah menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan hal ini ditandai :
1. Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit disetiap kabupaten/kota, Puskesmas
disetiap kecamatan dan Poskesdes/Desa siaga di setiap desa.
2. Adanya program pembiayaan kesehatan bagi masyarakat miskin melalui program Jamkesmas,
Jampersal dan Jamkesda baik di Provinsi maupun di kabupaten/Kota.
5. Tersedianya undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 yang mengatur sistem kesehatan
termasuk besarnya anggaran kesehatan yang harus dialokasikan oleh pemerintah propinsi dan
kab/kota minimal 10%.
7. Pembangunan kesehatan merupakan salah prioritas dalam tujuan Millenium Development Goals
(MDGs), dari 8 tujuan MDGs 5 diataranya merupakan sektor kesehatan.
f. Kelemahan
1. Sistem informasi kesehatan yang belum mendukung perencanaan dan evaluasi pembangunan
kesehatan.
2. Kualitas dan sebaran tenaga kesehatan yang belum merata disetiap daerah.
5. Jaminan Kesehatan Daerah masih belum memiliki sinergitas antar kabupaten, masing masing
daerah memiliki sistem sendiri sehingga portabilitas belum terjamin.
6. Regulasi dibidang kesehatan di tingkat daerah masih banyak yang perlu dilakukan sebagai
konsekwesi dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007, sistem kesehatan daerah
belum memiliki kekuatan hukum.
7. Sistem informasi masih belum terintegrasi, data dan informasi untuk evidence planning tidak
tersedia dan tidak tepat waktu.
g. Peluang
1. Tingkat ekonomi masyarakat yang semakin membaik
2. Tingkat pendidikan masyarakat semakin membaik yang dapat memberikan dampak positif
terhadap pemahaman konsep sehat/sakit masyarakat
3. Meningkatnya demand masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan.
4. Adanya dukungan dan komitmen politik pemerintah daerah.
5. Adanya Kebijakan di bidang kesehatan di tingkat pusat telah banyak disusun, baik pada tingkatan
strategis, manajerial maupun teknis.
6. Adanya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang merupakan penyesuaian
(revisi) dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992; Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran.
7. Keluarnya Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
8. Adanya kebijakan dalam tingkatan manajerial juga tersedia, seperti Sistem Kesehatan Nasional
(SKN), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (Renstra Kementerian
Kesehatan)
h. Ancaman
1. Koordinasi lintas sector yang masih lemah
2. Adanya globalisasi yang menuntut kualitas SDM disamping persaingan dalam penyediaan tenaga
dan pelayanan kesehatan.
3. Masih adanya sosial budaya/ kebiasaan yang belum mendukung terciptanya perilaku hidup sehat
4. Adanya transisi epidemiologi yang mengakibatkan multiple borden (beban yang bertubi-tubi)
dalam penanggulangan masalah kesehatan.
5. Kondisi giografis yang rawan bencana.
6. Rumah tangga yang memanfaatkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM) masih
rendah.
7. Peredaran narkotika dan zat adiktif yang semakin merasuk sampai ke pelosok-polosok daerah
terpencil.
8. Perubahan iklim juga menjadi isu yang penting dalam pelaksanaan pembangunan dibidang
kesehatan.
Dari kekuatan, kelemahan peluang serta tantangan yang kita hadapi maka isu
strategis yang menjadi fokus perhatian kita adalah
Tabel 3.1. Matriks SWOT
3.2. Telaahan Rencana Strategis Provinsi dan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi
Pada bagian ini mengemukakan faktor-faktor penghambat ataupun faktor-faktor pendorong dari
pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari sasaran Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) sebagai berikut :
1. Sarana dan prasarana kesehatan RSU Daerah pada 1. Adanya dukungan dan
umumnya masih terbatas, sehingga kurang mendukung komitmen politik Pemerintah
dan menunjang pelaksanaan kegiatan pelayanan Daerah
kesehatan yang prima.
2. Sumber daya manusia khususnya tenaga kesehatan 2. Adanya upaya kesehatan
medis dan non medis masih terbatas dan belum
memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas 3. Tersedianya alokasi
sehingga pelaksanaan tugas belum mencapai tingkat pembiayaan kesehatan
maksimal. walaupun masih terbatas
3. Faktor sosial, ekonomi, pendidikan dan perilaku
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masih belum 4. Adanya sumberdaya manusia
mendukung. kesehatan, namun belum
4. Penyebaran tenaga medis dan paramedis di memadai
Kabupaten/kota di Sulawesi Tengah belum merata
5. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan 5. Adanya sedaiaan farmasi,
masih kurang makanan dan alat kesehatan
6. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit masih
6. Adanya manajemen dan
tinggi
informasi kesehatan
7. Masih tingginya penyebaran penyakit menular seperti
malaria, ispa
7. Adanya pemberdayaan
8. Kurangnya pengetahuan masyaraklat terkait PHBS, masyarakat
tingkat ekonomi masyarakat masih rendah, tingkat
pendidikan masyarakat masih rendah
9. Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan yang Rendah
10. Status kesehatan ibu dan anak masih rendah
11. Status gizi masyarakat masih rendah
12. Ketersediaan tenaga kesehatan masih terbatas
13. Ketersediaan obat dan pengawasan obat-makanan
masih terbatas
14. Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan
perlindungan kesehatan masyarakat masih terbatas
15. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
kesehatan belum optimal
16. Manajemen pembangunan kesehatan belum efektif
17. Akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan yang berkualitas masih rendah
3.4. Telahaan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Berdasarkan Peraturan Daerah prtovinsi Sulawesi Tengah tantang Rencana Tata Ruang Wilayah
2010 – 2030, yang saat ini pada tahap penyelesaian, menggambarkan bahwa Pola Ruang Sulawesi
Tengah terdiri atas:
a. Kawasan Lindung ; dan
b. Kawasan Budi Daya
Kawasan lindung meliputi, kawasan hutan lindung,kawasan perlindungan setempat, kawasan cagar
budaya, kawasan suaka alam dan pelestarian alam, kawasan rawan bencana alam geologi. Sedang
Kawasan budi daya, meliputi kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan perikanan,
kawasan pertambangan, kawasan perindustrian, kawasan pariwisata.
Dalam rangka mendukung pola ruang wilayah tersebut , pada dasarnya semua aspek perencanaan
strategis bidang kesehatan harus memperhitungkan pola kawasan, dengan skala prioritas dan
dilakukan pentahapan pada wilayah wilayah yang terkait dengan aktivitas manusia.
Kawasan lindung, antara lain merupakan kawasan yang dapat dijadikan kawasan penelitian bahan
baku obat yang berasal dari tumbuh tumbuhan akan bermanfaat bagi kepentingan nasional.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Sulawesi Tengah, maka pada kawasan budi daya ada
beberapa hal yang penting di lihat dari aspek kesehatan yang perlu menjadi perhatian a.l;
a. Kawasan hutan produksi dan kawasan pertanian, aspek kesehatan yang menjadi tantangan dimasa
datang adalah pengawasan dan pengendalian penggunaan pestisida untuk pertanian.
b. Kawasan perikanan di 7 wilayah kabupaten , aspek kesehatan yang perlu mendapat perhatian
adalah, pengembangan kesehatan matra untuk nelayan.
d. Kawasan peruntukan pariwisata, aspek kesehatan penting yang akan menjadi tantangan adalah
masih tingginya prevalensi penyakit tertentu, a.l malaria, diwilayah tersebut serta mengendalikan
penularan penyakit rabies, dan penyakit bersumber binatang lainnya. Pada kawasan
pengembangan pariwisata, perlu diperhitungkan pengembangan fasilitas kesehatan yang memadai
bagi wisatawan.
Pola ruang wilayah , yang telah disusun oleh pemerintah provinsi, harus dibarengi dengan
peningkatan PHBS dan peningkatan survieilans dan kewaspadaan dini terhadap penyakit penyakit
yang berpotensi muncul sesuai dengan karakteristik kawasan peruntukan.
Memperhatikan berbagai permasalahan kesehatan dan tantangan yang dihadapi pada masa yang
akan datang dan sasaran jangka menengah pembangunan daearah serta merujuk pada beberapa
komitmen global, maka isu pokok pembangunan kesehatan yang perlu menjadi perhatian di Provinsi
Sulawesi Tengah yaitu :
1. Peningkatan pembiayaan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat.
2. Peningkatan kesehatan masyarakat untuk mempercepat target MDGs
3. Pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan
4. Peningkatan ketersediaan, pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan terutama didaerah terpencil,
kepulauan dan perbatasan.
5. Perbedaan gender terhadap prevalensi penyakit dan akses secara fisik dan psikologis terhadap
sarana pelayanan kesehatan
Penjabaran dari isu-isu pembangunan kesehatan tersebut di atas adalah sbb :
1. Sarana dan prasarana kesehatan Rumah Sakit Umum daerah pada umumnya masih terbatas,
sehingga kurang mendukung dan menunjang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan yang
prima.
2. Sumberdaya manusia khususnya tenaga kesehatan medis dan non medis masih terbatas dan belum
memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas sehingga pelaksan aan tugas belum mencapai
tingkat maksimal
3. Faktor sosial, ekonomi, pendidikan dan perilaku masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masih
belum mendukung.
4. Penyebaran tenaga medis dan paramedis di kabupaten/kota yang belum merata.
5. Angka kematian dan kesakitan akibat penyakit masih tinggi
6. Akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang rendah
7. Status kesehatan ibu dan anak masih rendah
8. Status gizi masyarakat masih rendah
9. Ketersediaan tenaga kesehatan masih terbatas
10. Ketersdiaan obat dan pengawasan obat makanan masih terbatas
11. Pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan perlindungan kesehatan masih tervatas.
12. Pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan belum optimal
13. Manajemen pembangunan kesehatan belum efekti
14. Akses masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas masih rendah.
BAB IV
Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi masyarakat Sulawesi
Tengah yang sadar, mau, dan mampu mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat terbebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan
karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku
yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
b. Misi
Untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan maka dirumuskan misi sebagai berikut:
1. Menggerakkan Pembangunan Daerah Yang Berwawasan Kesehatan
4. Menjamin Tersedianya Upaya Kesehatan yang Paripurna, Berkeadilan, Merata Dan Bermutu
dengan perhatian khusus pada daerah perdesaan dan pesisir.
a. Tujuan
Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, maka
tujuan pembangunan kesehatan yang akan dicapai adalah “Meningkatnya Pengetahuan,
Kesadaran, Kemauan Dan Kemampuan Hidup Sehat Bagi Setiap Orang Agar Dapat Terwujud
Derajat Kesehatan Masyarakat Setinggi-Tingginya”
b. Sasaran
1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 66,3 tahun pada tahun 2007 menjadi 70
tahun pada tahun 2016
2. Menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) dari 60 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2007 menjadi 40 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2016
3. Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2007 menjadi 250 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016
4. Menurunnya prevalensi kurang gizi pada anak balita dari 27,6 % pada tahun 2007 menjadi
≤ 15 % pada tahun 2016 (Konfersi Riskesdas 2010)
4.3. STRATEGI DAN KEBIJAKAN SKPD
a. Strategi
Untuk mewujudkan Visi dan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, maka
dalam periode 2011–2016 pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan strategi sebagai berikut:
1. Sosialisasi dan Advocacy
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata hanya ditentukan oleh hasil
kerja jajaran kesehatan saja, tetapi sangat dipengaruhi pula oleh hasil kerja dan kontribusi
positif berbagai SKPD lainnya serta peran serta aktif dari segenap komponen masyarakat.
Oleh karena itu agar segenap komponen pembangunan di daerah dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap pembangunan bidang kesehatan, maka harus diupayakan
masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pembangunan di daerah sehingga dapat
diwujudkan upaya pembangunan daerah yang berwawasan kesehatan.
Untuk terselenggaranya pembangunan daerah yang berwawasan kesehatan perlu
dilaksanakan kegiatan advokasi, sosialisasi, orientasi, kampanye dan pelatihan sehingga
segenap pemangku kepentingan (stake holders) memberikan kontribusi positif terhadap
pencapaian perilaku dan lingkungan sehat.
3. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan, dengan pengutamaan pada upaya
promotif-preventif.
Pembangunan kesehatan harus mampu menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang berkualitas bagi seluruh masyarakat, yang didukung dengan
kemudahan akses (baik dari aspek ketersediaan/jarak maupun pembiayaan). Jaminan akses
terutama difokuskan pada upaya pengembangan dan penguatan sarana pelayanan kesehatan
di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK), sehingga disparitas status kesehatan
antar kabupaten / kota dapat dikurangi.
Upaya kesehatan harus lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif dalam
rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengurangi angka kesakitan sebagai
penerapan Paradigma Sehat itu indah dan Gratis. Upaya promotif dan preventif dilakukan
dengan berbagai cara antara lain dengan memaksimalkan pemanfatan dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) serta merevitalisasi peran dan fungsi puskesmas. Selain
fungsi puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama, maka fungsi puskesmas
sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan dan pusat pemberdayaan masyarakat
harus lebih ditingkatkan.
5. Meningkatkan pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang yang berkualitas harus didukung
dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan yang kompeten dan
terdistribusi secara adil dan merata. Dalam rangka pengembangan dan pemberdayaan SDM
kesehatan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : (1) Pemenuhan ketersediaan
tenaga kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi, (2) Pemerataan tenaga
kesehatan melalui pendistribusian tenaga-tenaga setrategis sesuai kebutuhan, serta (3)
Pemenuhan dan pemanfaatan tenaga kesehatan di saranan kesehatan sesuai dengan
kompetensi
Upaya kesehatan diprioritaskan pada upaya yang mempunyai daya ungkit besar terhadap
pencapaian target MDG’s yang meliputi :
a. Pengembangan sistem jaminan pembiayaan kesehatan, menuju universal coverage/ jaminan
kesehatan social bagi seluruh masyarakat secara bertahap pada tahun 2012-2014.
b. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita, dengan intervensi inovatif antara lain melalui
Program Persiapan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), pengembangan
Poned/Ponek, persalinan gratis di rumah sakit kelas III, serta inisiasi menyusu Dini (IMD).
c. Perbaikan status gizi masyarakat, dengan kebijakan prioritas : (1) PMT pemulihan
diberikan pada anak gizi kurang dan ibu hamil miskin dan KEK, serta (2) Perawatan gizi
buruk dilaksanakan dengan pendekatan rawat inap di Puskesmas Perawatan, Rumah Sakit
dan Pusat Pemulihan Gizi (Terapheutic Feeding Centre) maupun rawat jalan di Puskesmas
dan Pos Pemulihan Gizi berbasis Masyarakat (Community Feeding Centre)
d. Pengendalian penyakit dan masalah kesehatan
Upaya pengendalian penyakit dan masalah kesehatan difocuskan pada upaya menurunkan
endemisitas penyakit menular seperti Demam berdarah dengue, malaria, TBC dan penyakit
menular seksual (termasuk HIV dan AIDS) yang kasusnya saat ini cenderung meningkat.
Sementara itu untuk pengendalian penyakit tidak menular difocuskan pada upaya
pengendalian factor resiko melalui upaya pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat.
Sedangkan upaya peningkatan kualitas lingkungan sehat didorong untuk mengembangkan
kabupaten/kota sehat dengan pendekatan kawasan sehat, serta upaya pemberdayaan
masyarakat untuk Stop Buang Air Besar Sembarangan melalui Pengembangan Program
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
e. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan
obat serta pengawasan obat dan makanan harus terjamin, terutama bila terjadi Kejadian
Luar Biasa (KLB). Upaya ini dilaksanakan mulai dari proses perencanaan dan pengadaan
yang baik, optimalisasi pemanfaatan dana, efektifitas penggunaan serta pengendalian
persediaan dan pendistribusiannya.
f. Pemberdayaan masyarakat dan Promosi Kesehatan.
Upaya ini dilaksanakan melalui integrasi program prmosi kesehatan secara lintas program
& lintas sektor dengan memfocuskan pada upaya peningkatan Pendidikan Kesehatan
Masyarakat, dengan memaksimalkan Pengembangan metode dan Teknologi Informasi
Kesehatan serta penerapan strategi advocacy, bina suasana dan gerakan pemberdayaan.
Pemberdayaan masyarakat lebih ditingkatkan melalui upaya penggerakan masyarakat
didorong untuk mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), yang
diintegrasikan dengan melalui Pengembangan Desa Siaga Aktif
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK
SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
TAHUN 2011 S.D 2016
Memperhatikan gambaran pelayanan SKPD dan Isu-isu stategi berdasarkan tugas dan fungsi, visi, misi
dan sasaran strategi dan kebijakan pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2011 s.d 2016
maka program-program yang akan dilaksanakan sebagai berikut :
16. PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
17. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR
1. Tujuan
Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur dilingkungan Dinas Kesehatan
2. Sasaran Program
Tersedianya laporan yang akuntabilitas
3. Indikator
a. Tercapainya laporan hasil pemeriksaan yang ditindaklanjuti tepat waktu sebesar 90 %
b. Menurunnya persentase temuan oleh auditor
c. Meningkatnya kualitas laporan akuntabilitas kinerja dilingkungan Dinas kesehatan Provinsi
sebesar 100 %
4. Kegiatan Pokok
a. Pembinaan dan Pengawasan aparatur.
b. Pendidikan dan pelatihan aparatur.
Kegiatan-Kegiatan Pendukung
a. Upaya Kesehatan Khusus
1) Kabupaten/kota yang menjalankan Tim Pengarah Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-
KJM) sejumlah 11 kab/Kota
2) Kabupaten/Kota yang melaksanakan program kesehatan kerja difasilitas kesehatan
(Puskesmas, RS, laboratorium dan instalasi farmasi) sebesar 55 %
3) Kabupaten/Kota yang minimal mempunyai 4 puskesmas yang telah melaksanakan upaya
kesehatan kerja sebesar 50 %
4) Angka kematian jamaah haji sejumlah < 2 /1.000 calon jemaah haji
5) Kabupaten/kota yang melaksanakan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji sesuai
standar sebesar 100 %
6) Kabupaten/kota yang memiliki minimal 2 puskesmas yang menyelenggarakan program
kesehatan indera sebesar 100 %
7) Jumlah puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi sebesar 100 %
8) Kabupaten/kota minimal memiliki 2 puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan
olahraga sejumlah 5 Puskesmas
9) Kabupaten/kota minimal memiliki 2 puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan
perkotaan sebesar 5 Puskesmas
10) Kabupaten/kota minimal memiliki 2 puskesmas yang menyelenggarakan yankes
tradisional sejumlah 5 Puskesmas
11) Persentase kab/ kota dengan fasilitas kesehatan (Puskesmas, RS, Laboratorium, Instalasi
farmasi)
12) Cakupan kunjungan usia lanjut sebesar 80 %
13) Puskesmas santun usia lanjut sebesar 55 %
2. Sasaran
3. Indikator
Tercapainya mutu SDM Kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan yang terakreditasi
4. Kegiatan Pokok
15. PROGRAM PENGEMBANGAN SISTEM SURVEILANS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN
DAN DATA INFORMASI
1. Tujuan
Tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan untuk
pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program
kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon Kejadian Luar Biasa (KLB) yang cepat dan
tepat.
2. Sasaran
Terlaksananya sistem surveilans epidemiologi kesehatan dan respon cepat KLB. Ruang lingkup
surveilans meliputi :
a. Surveilans epidemiologi penyakit menular
b. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
c. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku
d. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
e. Surveilans epidemiologi kesehatan matra
3. Indikator
a. Tersusunnya peraturan penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan provinsi
dan kabupaten/kota.
b. Provinsi dan kabupaten/kota memiliki profil surveilans setiap tahun sebesar 100 %
c. Penemuan Kasus Non Polio AFP Rate per 100.000 anak < 15 tahun sebesar ≥ 2.
d. Adanya Ketepatan laporan SKD-KLB.
e. Adanya Penyelidikan Epidemiologi (PE) <24 jam pada Desa/Kelurahan yang mengalami
KLB . sebesar 100 %.
4. Kegiatan Pokok
a. Penyusunan Peraturan Gubernur tentang Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
b. Pengembangan dan penguatan jejaring surveilans epidemiologi
c. Pengembangan sistem surveilans epidemiologi kesehatan
d. Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Penyakit
e. Penyelidikan epidemiologi kasus dan verifikasi rumor
Kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah
1. Tujuan
Tersedianya Data Dan Informasi Kesehatan Untuk Bahan Pengambilan Keputusan Dalam
Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan, Dan Evaluasi Program Kesehatan Yang Cepat Dan
Tepat.
2. Sasaran
Terlaksananya Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi.
3. Indikator
a. Ketersediaan Master Plan SIKDA sejumlah 11 Kabupaten/Kota
b. Provinsi dan Kabupaten/Kota yang mempunyai Profil Kesehatan sebesar 100 %
c. Provinsi dan Kabupaten/Kota yang mempunyai Bank Data sejumlah 11
d. Jumlah Sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi sebesar 6 Sub Sistem
e. Kabupaten/Kota dengan data terpilah sebesar 100 %
4. Kegiatan Pokok
a. Pengembangan master plan SIKDA
b. Pengembangan Bank Data.
c. Penyusunan profil
d. Peningkatan kapasitas Petugas pengelola data.
TAHUN 2011-2016
Kode
1 2 3 5 6 6
1.11.01.01 Pelayanan Administrasi Perkantoran Provinsi 225.700.000 800.000.000 954.440.325
Peningkatan Pengembangan
1.11.01.03 Provinsi
75.000.000,00 250.000.000,00 350.000.000,00
SistemPelaporan
Capaian Kinerja dan Keuangan
1.11.01.18 Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Kab/Kota 868.725.000,00 868.725.000,00 955.597.500,00
Gender Dalam Pembangunan
Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari pencapaian indicator usia harapan
hidup, angka kematian ibu melahirkan, angka kematian anak serta status gizi masyarakat. Kondisi di
Provinsi Sulawesi Tengah indikator tersebut terus menunjukkan perkembangan yang membaik. Untuk
mewujudkan capaian tersebut maka perlu penajaman tujuan dan sasaran sesuai yang tercantum di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2011-2016 dimana tujuan yang akan
dicapai adalah mewujudkan suatu kondisi yang mendorong masyarakat menyadari, mau dan mampu
mengenali, mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi sehingga dapat bebas dari
gangguan kesehatan baik yang disebabkan oleh penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana,
maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat. Pada periode 2011-2016
rencana strategis pembangunan kesehatan akan difokuskan melalui upaya peningkatan pencapaian
indicator indeks pembangunan kesehatan masyarakat termasuk didalamnya indicator MDGs dan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan.
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD (Tabel 6.1)
TARGET KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN
Kondisi
kinerja awal Kondisi
RPJMD Kinerja
Program Indikator Tahun 2011 Target Capaian Setiap Tahun Pada Akhir
Periode
RPJMD
1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Tingkat layanan administrasi yang 55% 60% 65% 70% 80% 85% 75%
Pelayanan Administrasi tepatadministrasi yang tepat
Perkantoran waktu %
Peningkatan Sarana dan - Tingkat pemenuhan kebutuhan 35% 40% 50% 60% 70% 80% 70%
Prasarana Aparatur sarana dan prasarana kerja
aparatur sesuai standar daerah %
- Tingkat pemeliharaan sarana dan 25% 35% 50% 60% 70% 75% 77%
prasarana operasional SKPD (%)
Obat dan Perbekalan - Ketersediaan obat dan vaksin & 85% 85% 90% 90% 100% 100% 100%
Kesehatan perbekalan kesehatan
- Persentase tingkat kecukupan 70% 70% 75% 75% 100% 100% 100%
obat, Vaksin dan perbekalan
kesehatan
Program Upaya - Terpenuhinya Kesehatan Anak
Kesehatan Masyarakat - Cakupan Kunjungan Neonatal 86% 88% 89% 90% 90% 90% 90%
(KN1)
- Cakupan Kunjungan Neonatal 82% 84% 86% 88% 88% 88% 88%
Lengkap
1 2 3 4 5 6 7 8 9
- Cakupan Kesehatan Bayi 85% 86% 87% 90% 90% 90% 90%
- Cakupan pelayanan Kesehatan 80% 81% 83% 85% 85% 85% 85%
Anak Balita
- Cakupan Penanganan Neonatal 65% 70% 75% 80% 80% 80% 80%
Komplikasi
- Cakupan penjaringan siswa SD 90% 92% 94% 95% 95% 95% 95%
- Kab Kota yang memiliki minimal 4 60% 70% 80% 90% 90% 90% 90%
Pusk. Mampu melaksanakan
PKPR
- Kab/Kota yang memiliki 2 Pusk 4 8 16 22 22 22 22
Yang mampu melaksanakan
KTA(Puskesmas)
- Ibu Bersalin yang ditolong oleh 77% 77% 80% 85% 87% 89% 89%
tenaga kesehatan
- ibu hamil mendapat ANC (K1) 96% 97% 98% 99% 99% 100% 100%
- Ibu hamil yang mendapat 88% 90% 93% 95% 95% 96% 96%
pelayanan entenatal (K4)
- Ibu bersalin ditolong oleh nakes 52% 55% 57% 60% 60% 60% 60%
difasilitas kesehatan
- Ibu Nifas yang mendapatkan 86% 88% 89% 90% 90% 90% 90%
pelayanan
- Ibu bersalin yang mendapatkan 63% 67% 72% 75% 75% 75% 75%
penanganan komplikasi
Kebidanan (cakupan PK)
- Pasangan usia subur yang 62% 63% 64% 65% 65% 65% 65%
menjadi KB Aktif(CPR)
- Pusk. Rawat inap mampu PKRE 60% 62% 65% 70% 70% 70% 70%
terpadu
- Fasilitas kesehatan yang 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
memberikan pelayanan KB
- Pusk. PONED yang 6 9 12 15 18 20 20
melaksanakan sistem
Manajemen Mutu(Puskesmas)
- RS Kab/Kota yang memiliki SPM 20% 40% 60% 75% 100% 100% 100%
RS (%)
- RS yang Menerapkan MPKP (%) 20% 205% 85% 90% 100% 100% 100%
- RS yang siap melaksanakan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
pencegahan & pengendalian
penyakit infeksi (PPI) (%)
Pembiayaan dan - RS yang melaksanakan 70% 80% 90% 100% 100% 100% 100%
Jaminan Kesehatan pelayanan darurat (%)
- RS melayani pasien masyarakat 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Miskin peserta jamkesmas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perbaikan Gizi - Balita Gizi Buruk mendapat 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Masyarakat perawatan
- Balita Ditimbang berat badannya 65% 70% 75% 80% 80% 80% 80%
- Bayi Usia 0-6 Bulan ditimbang 50% 60% 65% 70% 70% 70% 70%
berat badannya
- RT yang mengkonsumsi garam 77% 80% 85% 90% 90% 90% 90%
beryodium
- Balilta 6-59 Bulan mendapat 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90%
Vitaman A
- Ibu Hamil mendapat 90 Tablet FE 75% 78% 81% 85% 85% 85% 85%
- % angka kasus baru TB Paru 40% 45% 50% 60% 70% 80% 90%
BTA Posistif
- % Penderita ODHA yang 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
mendapatkan ART
- % Penangganan bencana di 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Kabupaten/Kota < 24 Jam
- % angka kesakita penyakit KLB <25 <20 <15 <10 <5 <5 <5
(Malaria, Diare) di lokasi
transmigrasi)
Pengembangan - Cakupan akses air minum dan 62.5% 63% 63.5% 67% 75% 75% 75%
Lingkungan Sehat sanitasi dasar
- Cakupan air minum yang 90% 92% 93% 94% 95% 95% 95%
berkualitas
- Cakupan keluarga dengan jamban 64% 67% 69% 72% 75% 75% 75%
sehat
- Cakupan TPM yang memenuhi 60% 65% 70% 75% 85% 85% 85%
syarat kesehatan
- Cakupan rumah sehat 75% 79% 82% 85% 90% 90% 90%
- Cakupan TTU yang memenuhi 79% 80% 82% 85% 90% 90% 90%
syarat kesehatan
- RS yang memenuhi syarat kesling 25% 50% 62.5% 75% 85% 85% 85%
- Kab/Kota yang melaksanakan 18% 36% 55% 75% 85% 85% 85%
Kab/Kota sehat
- Masyarakat stop BABs 64% 67% 69% 72% 80% 80% 80%
Kebijakan Manajemen - Tersedianya costing Standar 11 Kab 11 Kab 11 Kab 11 Kab 11 Kab 11 Kab 11 Kab
dan Pembangunan pelayanan minimal di Kab/Kota
Kesehatan
- Tersedianya LAKIP Dinkes 1 Lap. 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap
(Dokumen)
- Tersedianya Dokumen 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok 5 Dok
Perencanaan dan penggaran
- Tersedianya data Kepegawaian 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Berdasarkan SIMKA
- Terciptanya Sistem Pengelolaan/ 85% 90% 90% 90z5 100% 100% 100%
Penatausahaan Keuangan yang
transparan
- Tertatanya administrasi 70% 80% 80% 90% 100% 100% 100%
pengeloaan asset yang didukung
dengan data yang valid/akurat
- Tersedianya dokumen 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 Dok
kesepakatan Rapat Kerja
Kesehatan Daerah
UPTD PROMKES
Promosi Kesehatan dan - Rumah Tangga yang 55% 60% 65% 70% 80% 80% 80%
Pemberdayaan melaksanakan PHBS
Masyarakat - Desa Siaga Aktif 30% 35% 40% 45% 50% 85% 85%
- Sekolah Dasar yang 20% 25% 30% 40% 45% 45% 45%
mempromosikan kesehatan
- Kebijakan teknis promosi 2 3 4 5 7 7 7
kesehatan yang terintegrasi dlm
upaya pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan
- Kab/kota yang menetapkan 2 4 6 8 11 11 11
kebijakan yg berwawasan
Kesehatan
- Posyandu Purnama dan Mandiri 30% 35% 40% 45% 50% 50% 50%
UPT LEBKES
Upaya Laboratorium - Tercapaianya pemeriksaan 20.000 21.000 23.000 25.000 27.000 30.000 30.000
Kesehatan sampel (Sampel)
UPTD BAPELKES
Peningkatan Upaya Balai - Pelatihan tenaga kesehatan telah 120 Orang 3.000 3.200 3.400 3.450 3.500 3.500
Pelatihan Kesehatan dilakukan akreditasi (Orang)
UPT SUDARTIN
Pengembangan - Tersusunnya Pergub penyeleng 1 - - - - - -
Survailans epidemiologi & garaan Sistem Survelens
SIK Epidemiologi Kesehatan Provinsi
dan Kabupaten Kota
- Ketersediaan profil Provinsi dan 12 12 12 12 12 12 12
Kab/Kota (Dokumen)
- AFP rate < 15 Tahun >2 >2 >2 >2 >2 >2 >2
- Jumlah sitem survelens 3 4 5 5 5 5 5
epidemiologi terlaksana
2 3 4 5 6 7 8 9
1
Updating, Data Analisis - Ketersediaan Masterplan SIKDA 2 4 6 8 11 11 11
dan Penyebarluasan (Dokumen)
Informasi
- Provinsi memiliki profil kesehatan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
- Laporan Mingguan (SKPD KLB 35% 40% 45% 50% 55% 55% 55%
Pusk. RS)
- Buletin survelns epidemiologi 1 1 1 1 1 1 1
yang terbit setiap bulan
- Penerbitan Buletin SKD 24 48 52 52 52 52 52
- Desa / Kel mengalami KLB 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
dilakukan penyelidikian
Epidemiologi < 24 Jam
AB VII
PENUTUP
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dapat digunakan sebagai acuan
dan pedoman perencanaan, pelaksanaan dan penilaian upaya Dinas Kesehatan dalam kurun waktu lima
tahun kedepan (Periode 2011-2016)
dalam pembangunan Provinsi Sulawesi Tengah baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat.
Renstra ini berisi isu strategis, tantangan, visi, misi ,arah pembangunan dan program-program yang
selanjutnya perlu dijabarkan dan menjadi acuan dalam penyusunan rencana kerja setiap tahun sehingga
hasil pencapaiannya dapat diukur dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja
tahunan Dinas Kesehatan.
Semoga upaya Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan tahun 2016 dapat
lebih terarah dan terukur. Dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja dan sebagai masukan bagi
perencanaan selanjutnya, Renstra Dinas Kesehatan Proovinsi ini juga akan dievaluasi pada pertengahan
(2013) dan akhir periode 5 tahun (2016) sesuai ketentuan yang berlaku.
Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi 2011-2016 melibatkan stakeholder terkait baik
pusat dan daerah. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Renstra ini diucapkan terima
kasih. Tentunya Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2011-2016 ini dapat dilaksanakan dan mencapai
tujuannya, bila dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari segenap aparatur kesehatan
di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi dan jajarannya baik di Provinsi maupun pada Kabupaten/Kota,
serta masyarakat.