Anda di halaman 1dari 3

A.

Definisi Gerakan Sayang Ibu


Tolak ukur keberhasilan dari kemampuan pelyanan kesehatan satu
negara diukur dengan angka kematian ibu dan angka kematian prenatal.
Indonesia termasuk negara dengan angka kematian ibu yang cukup tinggi
bahkan tertinggi di ASEAN, yaitu sekitar 390/100.000, sedangkan angka
kematian prenatal sekitar 540/100.000 persalinan hidup (Manuaba, 2001).
Jika perkiraan persalinan sekitar 5.000.000 orang per tahun, AKI
menjadi 180.000-185.000 orang dan AKP menjadi 270.000 orang setiap
tahunnya di Indonesia. Bila dikaji seluruh dunia terdapat angka kematian ibu
500.000 orang dan kematian prenatal 10.000.000 orang, yang sebagian besar
terjadi di negara yang sedang berkembang (Manuaba, 2001).
Dalam beberapa upaya yang telah dilakukan ternyata belum mampu
menurunkan ang AKI dan AKP sehingga diperlukan pengembangan lebih
mantap dengan mengikutsertakan peran aktif dari masyarakat dan pemerintah
setempat, serta mencetuskan ide “Gerakan Sayang Ibu” (Manuaba, 2001).
Gerakan sayang ibu merupakan penjabaran dari Rumah Sakit Sayang
Ibu dan Rumah Sakit Sayang Bayi di tengah masyarakat, sehingga masyarakat
dapat ikut serta berperan aktif mempersoalkan kesehatan dan mencanangkan
konsep baru “Hospital Without Wall” (Manuaba, 2001).
Menurut Manuaba (2001), masalah Gerakan Sayang Ibu tidak dapat
dipisahkan dari pembahasan tentang komponen yang merupakan matarantai
sebagai berikut:
1. Tingginya angka kematian ibu dan prenatal di Indonesia.
2. Filosofi pelaksanaan kesehatan ibu dan anak.
3. Mata rantai pelayanan yang dicanangkan pemerintah.
4. Organisasi dan konsep Gerakan Sayang Ibu.
5. Audit kematian ibu dan prenatal.
6. Konsep “Well Born Baby” dan “Well Health Mother”.
B. Pelaksanaan “Gerakan Sayang Ibu”
Menurut Manuaba (2001), pelaksanaan “Gerakan Sayang Ibu” terbagi
atas beberapa hal, yaitu:
1. Mengikutsertakan semua lapisan masyarakat bekerjasama dengan
pemerintah, organisasi profesi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
2. Memperlihatkan aspek sosial budaya:
a Meningkatkan status wanita dengan segala upaya.
b Meningkatkan kesejahtraan keluarga dan masyarakat.
c Meningkatkan kemitrasejajaran pria dan wanita.
3. Memberikan pelayanan agar dapat:
a Memilah kehamilan dengan resiko tinggi yang memerlukan pelayanan
obstetri esensial darurat melalui Antenatal Care.
b Memperkecil kehamilan dengan resiko tinggi dengan gerakan keluarga
berencana.
c Meningkatkan kemampuan pada semua lini pelayanan kesehatan, agar
dapat menyelesaikan kasus yang berpedoman pada POED-PONED dan
POEK-PONEK.
4. Meningkatkan pelayanan rujukan.
5. Ditingkat rumah sakit, diselenggarakan gagasan Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Rumah Sakit Sayang Bayi, serta harapan AKI/AKP dapat diturunkan.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai