Anda di halaman 1dari 74

PPT IKGK 2

Skenario 3
Lesi Dini
Monica Tanady
2106722120
Kelompok 1
Jabaran Skenario
Pasien anak perempuan usia 13 tahun datang ke klinik dengan
keluhan gigi belakang bawahnya kehitaman pada permukaan,
namun pasien tidak pernah merasa ngilu pada gigi tersebut.
Pasien mengatakan bahwa suka makan manis kurang dari satu
kali sehari dan menyikat gigi pagi dan malam hari sebelum tidur.
Pada pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan kelainan. Pada
pemeriksaan intra oral ditemukan gigi 36 di bagian oklusal dan
pit bukal tampak ceruk kehitaman, gigi 46 pit fisur dalam.
Terlihat plak pada regio 3,4 dan kalkulus pada regio 3,4 anterior.

Pemeriksaan risiko karies :


1. Hidrasi kurang dari 30 detik, pH saliva 6, pH plak 6,
2. Minum manis lebih dari 2x, menyikat gigi 1x sehari, OHIS 2,4.
Ibu anak tersebut ingin anaknya dirawat agar giginya sehat kembali.
Daftar Isi
01 Perawatan Preventif Non Invasif
02 Restorasi Karies
01
Perawatan
Preventif
Non Invasif
Perawatan Preventif Non Invasif
Diagnosis Faktor Risiko Karies
Faktor Eksternal
Kondisi sosioekonomi.
Anak-anak dan remaja yang hidup dalam kemiskinan menderita kerusakan gigi dua kali lebih banyak
daripada teman sebaya mereka yang memiliki ekonomi yang lebih baik dan penyakit mereka lebih mungkin
untuk tidak diobati.

Keberadaan dental appliance dan restorasi.


a. Partial denture, space maintainer, dan peralatan ortodonti mendorong retensi sisa makanan dan
plaque material yang menghasilkan peningkatan populasi bakteri
b. Struktur gigi pada interface dengan bahan restorative rentan terhadap karies
(Tinano, dkk menemukan bahwa jumlah salivary S.mutans yang lebih tinggi pada pasien setelah
mereka menerima pengobatan restoratif.
c. Program pencegahan yang efektif dibutuhkan untuk melindungi pasien dari karies tambahan dan
untuk lebih membenarkan investment dalam perawatan restoratif.

Mc Donald, Dentistry for The Child and Adolescent 9th ed., 2011
Perawatan Preventif Non Invasif
Diagnosis Faktor Risiko Karies
Faktor Eksternal
Konsumsi karbohidrat.
Berdasarkan penelitian :
a. Gustafsson, dkk mengungkap, orang yang mengkonsumsi tinggi lemak, rendah karbohidrat, dan
bebas gula memiliki aktivitas karies yang rendah.
b. Gula ditambahkan dalam bentuk suplemen saat makan : ada sedikit atau tidak ada aktivitas karies.
c. Caramel diberikan antara waktu makan : peningkatan signifikan dalam jumlah lesi karies baru.
d. Aktivitas dental karies dapat meningkat dengan mengonsumsi gula apabila gula dalam bentuk yang
mudah tertahan di permukaan gigi.
e. Sweetened liquid yang diberikan pada anak-anak dalam botol menyusui menyebabkan potensi
kariogenik yang sangat besar.
f. Carbonated soft drinks, minuman manis meningkatkan dan mempercepat perkembangan karies.

Mc Donald, Dentistry for The Child and Adolescent 9th ed., 2011
Perawatan Preventif Non Invasif
Diagnosis Faktor Risiko Karies
Faktor Eksternal
Kebersihan oral.
Hal ini berkaitan dengan frekuensi menyikat gigi, oral hygiene, kesehatan gusi, dan karies :
a. Anak-anak yang kebersihan giginya konsisten baik memiliki peningkatan karies yang
lebih rendah dibandingkan dengan anak yang kebersihan giginya konsisten buruk.
b. Menyikat gigi yang diawasi dengan instruksi menyebabkan skor plaque yang secara
signifikan dan konsisten lebih rendah
c. Flossing interdental yang sering akan menyebabkan pengurangan 50% insiden karies
proksimal pada gigi sulung selama periode 20 bulan.

Mc Donald, Dentistry for The Child and Adolescent 9th ed., 2011
Perawatan Preventif Non Invasif
Diagnosis Faktor Risiko Karies
Faktor Internal
Mikroorganisme.
Ada tiga bakteri yang sering mengakibatkan karies yaitu:
1. Lactobacillus, bakteri ini populasinya dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Bakteri ini
hanya dianggap faktor pembantu karies
2. Streptococcus, bakteri kokus gram positif ini jumlahnya terbanyak dalam mulut dan
merupakan penyebab utama karies gigi karena bakteri ini mampu memproduksi
senyawa glukan (mutan) dalam jumlah yang besar dari sukrosa dengan pertolongan
enzim, salah satu spesiesnya yaitu Streptococcus mutans
3. Actinomyces, semua spesies ini memfermentasikan glukosa, terutama membentuk
asam laktat, asetat, dan asam format

Mc Donald, Dentistry for The Child and Adolescent 9th ed., 2011
Perawatan Preventif Non Invasif
Diagnosis Faktor Risiko Karies
Faktor Internal
Anatomi gigi.
1. Gigi permanen, tampak rentan terhadap karies gigi saat mereka muncul
2. Molar permanen umumnya memiliki pit dan fisura yang menyatu secara tidak sempurna yang
memungkinkan plak gigi tertahan di dasar defek, terkadang berkontak dengan dentin yang terbuka.
3. Lingual pits pada molar permanen rahang atas, buccal pits pada molar permanen mandibula, dan
lingual pits pada gigi insisivus lateral permanen rahang atas juga menjadi area yang rentan di mana
proses karies gigi dapat berlangsung dengan cepat.

Susunan gigi.
1. Gigi yang berjejal dan tidak teratur tidak mudah dibersihkan saat proses pengunyahan alami.
2. Hal ini menjadikan pasien untuk sulit membersihkan mulut dengan benar dengan sikat gigi dan
benang gigi jika gigi berjejal atau tumpang tindih.
3. Oleh karena itu, kondisi Arrangement of Teeth dapat berkontribusi pada masalah karies gigi

Mc Donald, Dentistry for The Child and Adolescent 9th ed., 2011
Perawatan Preventif Non Invasif
Diagnosis Faktor Risiko Karies
Faktor Perlindungan Alami (Saliva)
1. Saliva memainkan peran utama dalam melindungi gigi terhadap tantangan asam, serta
melindungi jaringan lunak mulut dan saluran pencernaan terhadap dehidrasi dan potensi
iritasi patologis.
2. Saliva jenuh dengan ion Ca2+ dan HPO42- sehingga mereka tersedia untuk menggantikan ion
yang hilang dari permukaan gigi sebagai akibat dari demineralisasi asam
3. Pelikel, lapisan glikoprotein dari saliva adalah bagian dari lapisan biofilm oral pada
permukaan gigi dan memberikan tingkat perlindungan yang tinggi terhadap tantangan
asam.
4. Penyangga bikarbonat (HCO3), ada sistem penyangga bikarbonat yang sangat efektif
dalam saliva terstimulasi yang memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap asam
organik dan erosif pada permukaan gigi.

Mc Donald, Dentistry for The Child and Adolescent 9th ed., 2011
Perawatan Preventif Non Invasif
Diagnosis Faktor Risiko Karies
Faktor Perlindungan Alami (Saliva)
Laju Alir Saliva
● Saliva dapat mencegah karies dilihat dari strukturnya yang berbentuk cairan dan akan diproduksi secara
terus menerus oleh kelenjar saliva di dalam rongga mulut dan akan membentuk sebuah aliran tetap atau
yang biasa disebut laju alir saliva. Aliran ini berfungsi untuk membantu membersihkan rongga mulut dari
sisa sisa makanan dan juga mikroorganisme. Itulah sebabnya mengapa pada anak dengan laju saliva tinggi,
angka terjadinya karies lebih rendah dibandingkan dengan anak yang memiliki laju aliran saliva lebih rendah.
● Kualitas dan kuantitas air liur yang dikeluarkan akan bervariasi sepanjang hari tetapi akan mengalami
penurunan selama tidur. Saliva yang tidak distimulasi mengandung sedikit buer bicarbonate, dengan lebih
sedikit ion Ca2+ tetapi lebih banyak ion HPO42- dibandingkan plasma
● Stimulasi refleks aliran saliva dengan mengunyah, atau melalui kehadiran makanan asam, dapat
meningkatkan aliran saliva, kemudian setelah terstimulasi, konsentrasi buer bikarbonat dapat meningkat
enam puluh kali sehingga berbanding lurus dengan kemampuan resistensi pH saliva
● Kadar ion Ca2+ akan meningkat sebanding dengan laju aliran saliva
● Pengurangan laju alir saliva menjadi kurang dari 0,7 mL/menit dapat meningkatkan risiko karies

Mc Donald, Dentistry for The Child and Adolescent 9th ed., 2011
Perawatan Preventif Non Invasif
Diagnosis Faktor Risiko Karies
Faktor Perlindungan Alami (Saliva)
Saliva dan Karies Dental
● Sejumlah studi klinis menunjukan bahwa kemampuan produksi saliva yang menurun
berkaitan dengan terjadinya karies
● Studi terkini mengenai saliva dan demineralisasi gigi menemukan bahwa individu dengan
unstimulated whole saliva flow rates 0.16ml/min atau kurang, memiliki tingkat demineralisasi
gigi yang lebih tinggi
● Kapasitas buer dari saliva juga harus dipertimbangkan. Pada keadaan pH normal, kapasitas
buer saliva yang tinggi dapat proteksi terhadap karies, dengan mengurangi laju
demineralisasi gigi
● Konsentrasi bikarbonat pada saliva bergantung pada laju sekresi, konsentrasi rendah
ditemukan pada laju sekresi rendah

Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Perawatan Preventif Non Invasif
Diagnosis Faktor Risiko Karies
Faktor Perlindungan Alami (Saliva)
Kapasitas Buer
● Kapasitas buer saliva telah digunakan dan direkomendasikan sebagai ‘caries test’
● Tetapi kegunaannya masih dipertanyakan: tidak menunjukan korelasi yang kuat terhadap
terjadinya karies
● Hal ini karena buer test menggunakan protein dan fosfat buer system sebagai indikator,
karena karbondioksida (bikarbonat) hilang ke atmosfer
● Selain itu, karies terjadi di dalam plaque dan dibawah permukaan enamel. mekanisme buer
pada lokasi ini berbeda dengan di saliva
● Maka, kapasitas buer saliva tidak memiliki pengaruh besar terhadap perubahan pH yang
disebabkan oleh mikroflora di plaque

Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Perawatan Preventif Non Invasif
Diagnosis Faktor Risiko Karies
Faktor Perlindungan Alami (Saliva)
Makromolekul
● Flushing eects dari saliva merupakan yang terpenting dalam proteksi rongga mulut dan gigi
manusia dari penyakit infeksi
● Saliva menghilangkan mikroorganisme dan produknya ke dalam sistem pencernaan dan juga
memastikan adanya faktor non-immune dan immune di mulut secara terus menerus
● Komponen immunoglobulin dan non-imunoglobulin di saliva saling berinteraksi untuk membentuk
sistem antimikroba
● Contoh interaksi positif: IgA dan peroxidase, lactoferrin dan lysozyme, lysozyme dan histatin
● Menaikan konsentrasi protein antimikroba dalam saliva tidak memberi proteksi lebih baik terhadap
dental karies dibanding saliva normal
● Tetapi penggunaan antimikroba dapat terlihat pada pasien dengan mulut kering

Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard
Perawatan Preventif Non Invasif
Metode Peningkatan Kebersihan Mulut
Menggosok Gigi

Manual toothbrush
● Pegangan sesuai usia
● Head of toothbrush = ukuran mulut
● Susunan filamen nilon bundar yg bulat & keras
● Harus diganti setiap 3 bulan atau bulu sudah bengkok
Powered toothbrush
● Memiliki circular head dengan ukuran kecil (gerakan osilasi, rotasi, kontra-rotasi)
● Memiliki fitur waktu sesuai dengan waktu efektif
Metode
● Roll, brush di vestibule dengan arah memutar
● Charters, di oklusal gerakan maju mundur
● Horizontal scrubbing, horizontal pada buccal dan lingual gerakan maju mundur
● Modified stillman, vibration dengan brush di mucogingival line

Leal, S. C., & Takeshita, E. M. (Eds.). (2019). Pediatric Restorative Dentistry. Springer International Publishing.
Perawatan Preventif Non Invasif
Metode Peningkatan Kebersihan Mulut
Menggosok Gigi

Interdental brush
● Membersihkan bagian yang tidak terjangkau dengan
sikat gigi pada saat menyikat
● Interdental brush memiliki brush lebih kecil dengan
berbagai ukuran, bisa disesuaikan
● Single tufted brush
● Floss holder dan floss

Leal, S. C., & Takeshita, E. M. (Eds.). (2019). Pediatric Restorative Dentistry. Springer International Publishing.
Perawatan Preventif Non Invasif
Metode Peningkatan Kebersihan Mulut
Mouthwash Chlorhexidine

Bersifat bakterisida dan fungisida antiplaque dan anti gingivitis agent dan berperan dalam
mencegah dan mengontrol dental caries. Memiliki bahan aktif, yaitu chlorhexidine dan
fluoride. Sifat :
1. Molekul katonik : bermuatan positif, dan karena itu tertarik ke dinding sel bakteri yang
bermuatan negatif
2. Pada konsentrasi tinggi : chlorhexidin bersifat bakterisidal, menyebabkan kebocoran
konstituen sel dengan berat molekul rendah dan pengendapan isi sel
3. Pada konsentrasi rendah : efeknya bersifat bakteriostatik, menyebabkan gangguan pada
fungsi membran normal atau kebocoran konstituen sel

Leal, S. C., & Takeshita, E. M. (Eds.). (2019). Pediatric Restorative Dentistry. Springer International Publishing.
Perawatan Preventif Non Invasif
Terminologi
Manajemen Kontrol Karies

Kontrol karies dilakukan dengan cara mengganggu pembentukan atau pertumbuhan


biofilm dan memodifikasi susunan apatit
● Oral hygiene berupa penghilangan plak secara mekanis maupun kimia
● Modifikasi plak dengan bahan kimia (antimikrobial)
● Penggunaan fluoride
● Komposisi diet
● Komposisi dan stimulasi saliva
Dengan begitu karies dapat dihindari. Namun, tentu dipengaruhi oleh tingkat perilaku
dan kooperasi pasien.

Fejerskov O, Kidd E. Dental Caries: The Disease and Its Clinical Management. Blackwell Munksgaard. 2003
Perawatan Preventif Non Invasif
Terminologi
Non Operative Caries of Lesions (NOC)

Management lesi yang dilakukan pada saat lesi masih pada tahap awal yang aktif. Tujuannya
untuk meremineralisasi lesi awal karies dan memperlambat atau menghentikan
perkembangan lesi. Terdiri dari initial active dan moderate active :
Initial Active
● Fluoride topikal yang diterapkan secara klinis (untuk anak berusia 6 tahun khususnya)
● Kebersihan mulut dengan pasta gigi F (1000 ppm) sejak erupsi gigi pertama
● Penghapusan biofilm secara mekanis. Pengawasan dianjurkan min usia 8 tahun
● Sealant berbasis resin (di permukaan interproksimal: sealant/ infiltran berbasis resin)
Moderate Active
● Sealant berbahan dasar resin. Jika sealant tidak memungkinkan (kesulitan isolasi gigi),
pilihan untuk gigi sulung adalah preparasi gigi non-gigi preformed metal/strip crown

ICCMS™ Quick Reference Guide for Practitioners and Educators. hps://www.acglobal.org/wp-content/uploads/2019/07/ICCMS_Quick_Reference_Guide_Oct_2015.pdf


Perawatan Preventif Non Invasif
Terminologi
Tooth Preserving Operative Care
● Management lesi yang dilakukan
pada lesi yang telah masuk tahap
moderat atau lanjut.
● Terdiri dari Moderate Active,
Moderate Inactive, Extensive
Active, Extensive Inactive
● Termasuk (untuk gigi sulung)
penempatan preformed metal atau
strip crowns

ICCMS™ Quick Reference Guide for Practitioners and Educators. hps://www.acglobal.org/wp-content/uploads/2019/07/ICCMS_Quick_Reference_Guide_Oct_2015.pdf


Perawatan Preventif Non Invasif
Agen Remineralisasi Eksterna
● Remineralisasi adalah proses perbaikan alami untuk lesi karies
● Peningkatan kadar fluoride pasta gigi efektif dalam pengerasan lesi karies
● Fungsi agen remineralisasi ialah untuk memperbaiki keadaan gigi hipomineralisasi
dan mendukung perbaikan ion mineral. Komponen saliva yang diperlukan untuk
remineralisasi adalah kalsium dan fosfat. Fluoride meningkatkan remineralisasi
● Syarat agen remineralisasi :
1. Dapat deliver calcium dan fosfat hingga sub-surface
2. Tidak boleh memberikan kelebihan kalsium
3. Tidak mendukung pembentukan kalkulus
4. Dapat bekerja pada pH asam untuk menghentikan demineralisasi
5. Dapat bekerja pada pasien xerostomia karena saliva tidak dapat secara
efektif menghentikan proses karies
6. Dapat meningkatkan sifat remineralisasi dari saliva

Sakaguchi R, Powers J. Craig’s restorative dental materials. 13th ed. St. Louis, Mo.: Elsevier/Mosby; 2012.
Shashi Prabha Tyagi. An update on remineralizing agents. Journal of Interdisciplinary Dentistry. Volume 3. 2013. hp://repository.unissula.ac.id/23412/5/BAB%20I.pdf
Perawatan Preventif Non Invasif
Agen Remineralisasi Eksterna
Mekanisme Kerja Fluoride dalam Email
● Kehadiran fluoride selama siklus remineralisasi/demineralisasi menyebabkan
penggabungannya ke dalam struktur kristal hidroksiapatit berkarbonasi, yang
tidak hanya menurunkan kelarutan kristal, tetapi juga meningkatkan laju
pengendapan mineral email dengan adanya kalsium dan fosfat karena lebih
rendah kelarutan fluorapatit.
● Fluorida menurunkan kelarutan email dalam dua cara:
1. Ion fluorida lebih stabil dalam kisi kristal daripada ion hidrogen
2. Ion fluorida berinteraksi dengan ion kalsium pada permukaan kristal,
berinteraksi erat dan mengikat secara kuat.

Frencken J.E., Peters M.C., Manton D.J., Leal S.C., Gordan V.V., Eden E. Minimal Intervention Dentistry for Managing Dental Caries—A Review: Report of a FDI Task Group. Int. Dent. J.
2012;62:223–243. doi: 10.1111/idj.12007.
Perawatan Preventif Non Invasif
Agen Remineralisasi Eksterna
Efek dan penetrasi fluoride ke dalam biofilm tergantung pada jenis produk
berfluoride dan waktu pemaparan. Ketika biofilm klinis terkena 1.000 ppm (0,22%)
larutan natrium fluorida, paparan hingga 120 detik hanya meningkatkan konsentrasi
fluoride permukaan plak, sementara paparan 30 menit memungkinkan penetrasi lebih
dari 1.000 ppm (0,22%) fluoride hingga 900 m ke dalam plak.

Peran kalsium dan fosfat


1. Efektivitas fluoride untuk remineralisasi enamel bergantung pada ketersediaan
ion kalsium dan fosfat
2. Sumber intrinsik kalsium dan fosfat yaitu air liur, mineral gigi terlarut, cairan
sulkus gingiva.

Frencken J.E., Peters M.C., Manton D.J., Leal S.C., Gordan V.V., Eden E. Minimal Intervention Dentistry for Managing Dental Caries—A Review: Report of a FDI Task Group. Int. Dent. J.
2012;62:223–243. doi: 10.1111/idj.12007.
Perawatan Preventif Non Invasif
Agen Remineralisasi Eksterna
Mekanisme Kerja Fluoride dalam Email
● Kehadiran fluoride selama siklus remineralisasi/demineralisasi menyebabkan
penggabungannya ke dalam struktur kristal hidroksiapatit berkarbonasi, yang
tidak hanya menurunkan kelarutan kristal, tetapi juga meningkatkan laju
pengendapan mineral email dengan adanya kalsium dan fosfat karena lebih
rendah kelarutan fluorapatit.
● Fluorida menurunkan kelarutan email dalam dua cara:
1. Ion fluorida lebih stabil dalam kisi kristal daripada ion hidrogen
2. Ion fluorida berinteraksi dengan ion kalsium pada permukaan kristal,
berinteraksi erat dan mengikat secara kuat.

Frencken J.E., Peters M.C., Manton D.J., Leal S.C., Gordan V.V., Eden E. Minimal Intervention Dentistry for Managing Dental Caries—A Review: Report of a FDI Task Group. Int. Dent. J. 2012;62:223–243. doi: 10.1111/idj.12007.
Perawatan Preventif Non Invasif
Agen Remineralisasi Eksterna
Agar remineralisasi terjadi selama peningkatan risiko karies, penting untuk
meningkatkan efektivitas agen yang bergantung pada peningkatan kalsium
dan fosfat yang tersedia.
1. Peningkatan kalsium dan fosfat dapat distabilkan oleh makromolekul
yang melekat pada saliva dan plak.
2. Namun, konsentrasi protein dan peptida ini terbatas sehingga diperlukan
suatu metode untuk meningkatkan efektivitas stabilisasi kalsium dan
fosfat di lingkungan mulut.

Frencken J.E., Peters M.C., Manton D.J., Leal S.C., Gordan V.V., Eden E. Minimal Intervention Dentistry for Managing Dental Caries—A Review: Report of a FDI Task Group. Int. Dent. J.
2012;62:223–243. doi: 10.1111/idj.12007.
Perawatan Preventif Non Invasif
Agen Remineralisasi Eksterna
Casein Phosphopeptide‐Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP)
● Casein phosphopeptide‐amorphous calcium phosphate (CPP‐ ACP) dalam pasta topikal, krim,
rinses dan permen karet telah terbukti menghambat demineralisasi, meningkatkan remineralisasi
email dan memberikan aktivitas anti-kariogenik
● CPP‐ACP nano‐complexes mudah larut dalam air liur dan terlokalisasi di plak, mereka memasuki
lesi karies sebagai kompleks utuh, melepaskan ion ikatan kompleksnya (ikatan kalsium-fosfat)
dan akhirnya didepositkan ke dalam crystal voids
● Mekanisme aksi CPP-ACP memungkinkan ion penetrasi lebih dalam, remineralisasi hingga body
of lesion tidak hanya sampai surface layer
● Ini dapat memperbaiki estetika dan meningkatkan kekuatan serta mendeposit mineral tahan
asam sehingga meningkatkan resistensi terhadap asam pada area tersebut
● Efektivitas ACP dipengaruhi oleh pH, semakin kondisi pH meningkat maka jumlah ikatan ACP
meningkat, menstabilkan calcium dan phosphate dan memberikan efek antikalkulus

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd ed. Mosby, 2016.
Shashi Prabha Tyagi. An update on remineralizing agents. Journal of Interdisciplinary Dentistry. Volume 3. 2013.
Perawatan Preventif Non Invasif
Agen Remineralisasi Eksterna
Casein Phosphopeptide‐Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP)

Memiliki aktivitas anti kariogenik :


● Mengikat molekul adhesi pada Streptokokus mutans
sehingga adhesi tidak terjadi
● Membantu buering/menetralkan pH pada plak :
Meningkatkan kadar ion kalsium plak untuk
menghambat fermentasi plak
● Menyediakan protein dan buer fosfat untuk
menghambat pertumbuhan spesies aciduric ketika
karbohidrat yang dapat difermentasi berlebihan

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd ed. Mosby, 2016.
Shashi Prabha Tyagi. An update on remineralizing agents. Journal of Interdisciplinary Dentistry. Volume 3. 2013.
Perawatan Preventif Non Invasif
Agen Remineralisasi Eksterna
Fluoride
● Dapat meningkatkan remineralisasi gigi
● Konsentrasi F dalam plak dan saliva secara simultan
menghambat demineralisasi dan mempercepat remineralisasi
dengan cara meningkatkan pengikatan ion kalsium dengan
fosfat membentuk fluoroapatite yang lebih resisten terhadap
asam
● Selain itu meningkatkan remineralisasi melalui ikatan ionik
selama pembentukan pelikel plak, menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dan metabolismenya
● Dalam pH asam, fluoride bergabung dengan hidrogen membentuk HF yang berdifusi ke dalam sel
bakteri, melepaskan ion fluoride yang mengganggu enzim esensial aktivitas bakteri
● F- juga bertahan dalam jaringan keras gigi dan plak gigi sehingga demineralisasi dapat berkurang
dan remineralisasi meningkat

Sundaram S, Rajendran A. Shafer’s Textbook of Oral Pathology. 7th ed. Elsevier Health Science; 2012.
Rahayu CY. 2013. Peran Agen Remineralisasi Pada Lesi Karies Dini. Jember: Department of Oral Biology Faculty of Dentistry University of Jember.
Perawatan Preventif Non Invasif
Agen Remineralisasi Eksterna
Xylitol

● Xylitol merupakan gula pengganti yang banyak ditambahkan dalam permen karet
● Xylitol adalah gula alkohol yang non fermentable sehingga tidak memiliki efek
kariogenik
● Memiliki efek antikariogenik dengan inaktivasi S. mutans dan penghambatan
kemampuan plak untuk menghasilkan asam dan polisakarida yang digunakan untuk
pengikatan bakteri satu sama lain → penumpukan plak berkurang & pH dapat
terkontrol
● Ketika dikonsumsi sebagai mint atau permen karet → merangsang peningkatan
salivary flow → peningkatan kapasitas buering → pH naik → remineralisasi dapat
terjadi

Arifa, M. K., Ephraim, R., & Rajamani, T. (2019). Recent Advances in Dental Hard Tissue Remineralization: A Review of Literature. International journal of clinical pediatric dentistry, 12(2), 139–144.
hps://doi.org/10.5005/jp-journals-10005-1603
Rahayu CY. 2013. Peran Agen Remineralisasi Pada Lesi Karies Dini. Jember: Department of Oral Biology Faculty of Dentistry University of Jember.
Perawatan Preventif Non Invasif
Agen Remineralisasi Eksterna
Pasta Gigi Fluoride
● Dapat mencegah pertumbuhan bakteri penyebab karies, memperlambat perkembangan
karies yang sudah ada, mengurangi keparahan karies, dan dapat mengganggu proses
ketika bakteri memetabolisme gula untuk menghasilkan asam yang dapat melarutkan
struktur email
● Gunakan dua kali dalam sehari

Fluoride Varnish
● Diaplikasikan secara topikal dan letakkan di dalam gigi selama beberapa jam. Waktu kontak
yang lama antara email dan konsentrasi fluorida yang tinggi dapat meningkatkan efek fluorida
● Memperlambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi dari lesi enamel
● Aplikasikan setiap 3-6 bulan sekali

Prevention and treatment of dental caries with mercurt free products and minimal intervention [Internet]. [Place unknown]: World Health Organization; 2022 Mar 16 [cited 2022 Nov 6].
Available from: hps://www.who.int/publications-detail-redirect/9789240046184
Perawatan Preventif Non Invasif
Agen Remineralisasi Eksterna
GIC Sealant
● Diaplikasikan di seluruh pit and fissure pada gigi
● Secara struktural, GIC sealant mencegah perkembangan karies dengan menciptakan hard shield yang
menjaga makanan dan bakteri dari masuk ke groove-grooeve yang ada di gigi. Secara kimiawi, ia berikatan
dengan email gigi dan dentin dan ‘menyegel’nya. Ia juga melepaskan ion fluoride yang memperkuat email,
meremineralisasi lesi email awal, dan mencegah pertumbuhan bakteri dan karies
● Memiliki sensitivitas kelembapan yang rendah

Silver Diamond Fluoride


● Dapat diaplikasikan secara topikal pada pit and fissure dan kavitas terbuka
● Biasanya kandungan fluoridenya itu sebesar 38%
● Indikasi utamanya ialah untuk menahan karies dengan mengoleskannya ke permukaan gigi pada
kavitas akar atau koronal

Prevention and treatment of dental caries with mercurt free products and minimal intervention [Internet]. [Place unknown]: World Health Organization; 2022 Mar 16 [cited 2022 Nov 6].
Available from: hps://www.who.int/publications-detail-redirect/9789240046184
Perawatan Preventif Non Invasif
Konsep Intervensi Minimal FDI
Definisi
Prinsip MID (FDI 2016): menjaga sebanyak mungkin struktur gigi sehat dan menjaga gigi tetap berfungsi.
Minimal Intervention Dentistry (MID):
● Konservasi jaringan gigi yang utuh dan dapat remineralisasi
● Gigi tetap berfungsi seumur hidup
● Jaringan gigi sebaiknya tidak dicabut jika tidak perlu
Komponen utama MID (FDI 2016):
● Deteksi dini lesi karies dan menilai risiko dan aktivitas karies
● Remineralisasi enamel dan dentin yang demineralisasi
● Pengukuran optimal untuk menjaga gigi yang utuh untuk tetap sehat
● Dental recall sesuai dengan kebutuhan pasien
● Intervensi operasi yang minimally invasive untuk memastikan kelangsungan hidup gigi
● Memperbaiki daripada mengganti restorasi yang rusak

Frencken, J. E., Peters, M. C., Manton, D. J., Leal, S. C., Gordan, V. V., & Eden, E. (2012). Minimal Intervention Dentistry for Managing Dental Caries. International Dental Journal, 62(5), 223–243.
hps://doi.org/10.1111/idj.12007
Perawatan Preventif Non Invasif
Konsep Intervensi Minimal FDI
Komponen
Prinsip MID (FDI 2002)
1. Modifikasi oral flora, fokus utamanya adalah mengontrol infeksi, kontrol plak dan mengurangi
konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat.
2. Edukasi pasien mengenai etiologi karies
3. Remineralisasi dari non-cavitated lesion pada enamel dan dentin
4. Minimal O=operative intervention of cavitated lesions :
a. Untuk indikasi yang spesifik
b. Berfokus mempertahankan struktur alami gigi, dibatasi enamel rapuh dan dentin terinfeksi
c. Preparasi kavitas minimal dapat direstorasi dengan material adhesif
5. Memperbaiki restorasi yang cacat

Tassery H, Levallois B, Terrer E, Manton DJ, Otsuki M, Koubi S, Gugnani N, Panayotov I, Jacquot B, Cuisinier F, Rechmann P. Use Of New Minimum Intervention Dentistry Technologies In Caries
Management. Aust Dent J 2013; 58: 40-59.
Perawatan Preventif Non Invasif
Konsep Intervensi Minimal FDI
Komponen
Modification of Oral Flora
1. Berfokus pada kontrol infeksi, kontrol plak, dan mengurangi pasokan karbohidrat
2. Kontrol plak dengan melakukan :
a. Menyikat gigi secara teratur
b. Membersihkan daerah interdental dengan melakukan flossing
c. Menggunakan mouth rinse terapeutik

Patient Education
1. Menjelaskan etiologi dari dental caries dengan pencegahannya melalui diet dan oral hygiene
2. Etiologi karies : konsumsi makanan karbohidrat, pH saliva yang rendah, kontrol plak yang tidak
memadai, kontrol mikroflora gagal, kekurangan proteksi saliva dan kekurangan ion fluoride

Tassery H, Levallois B, Terrer E, Manton DJ, Otsuki M, Koubi S, Gugnani N, Panayotov I, Jacquot B, Cuisinier F, Rechmann P. Use Of New Minimum Intervention Dentistry Technologies In Caries
Management. Aust Dent J 2013; 58: 40-59.
Perawatan Preventif Non Invasif
Konsep Intervensi Minimal FDI
Komponen
Remineralization of Non-Cavitated Lesions of Enamel and Dentin
1. Penilaian kuantitas dan kualitas saliva, saliva berperan dalam demineralisasi remineralisasi
2. Lesi yang belum membentuk kavitas tidak selalu membutuhkan restorasi, namun dapat di
remineralisasi terlebih dahulu
3. Remineralisasi dibagi menjadi :
a. Remineralisasi internal
Terjadi pada dinding kavitas menggunakan GIC
(sudah ada kavitas)
b. Remineralisasi eksternal
Pada permukaan gigi melalui saliva, aplikasi topical fluor/CPP-ACP
(tindakan preventif karies)

Tassery H, Levallois B, Terrer E, Manton DJ, Otsuki M, Koubi S, Gugnani N, Panayotov I, Jacquot B, Cuisinier F, Rechmann P. Use Of New Minimum Intervention Dentistry Technologies In Caries
Management. Aust Dent J 2013; 58: 40-59.
Perawatan Preventif Non Invasif
Konsep Intervensi Minimal FDI
Komponen
Minimal Operative Intervention of Cavitated Lesion
1. Tindakan operatif dilakukan jika terdapat indikasi spesifik
(kavitas besar atau terdapat kebutuhan estetik/fungsional)
2. Intervensi operatif mengutamakan
a. Mempertahankan struktur gigi alami
b. Tindakan terbatas pada pengangkatan enamel yang rapuh dan infected dentin

Repair of Defective Restorations


1. Ukuran kavitas dapat membesar jika restorasi lama dihilangkan
2. Sebaiknya dilakukan perbaikan/merapikan hasil restorasi untuk menjaga struktur gigi alami

Tassery H, Levallois B, Terrer E, Manton DJ, Otsuki M, Koubi S, Gugnani N, Panayotov I, Jacquot B, Cuisinier F, Rechmann P. Use Of New Minimum Intervention Dentistry Technologies In Caries
Management. Aust Dent J 2013; 58: 40-59.
Perawatan Preventif Non Invasif
Konsep Intervensi Minimal FDI
Keunggulan MID
Tujuan dasar kedokteran gigi adalah untuk memastikan pasien menjaga gigi asli mereka selama
mungkin. Kedokteran gigi invasif minimal memungkinkan dokter gigi untuk mencapainya dengan
memprioritaskan pencegahan berbagai masalah gigi umum. Kemudian, ketika ada masalah, dokter gigi
dapat merekomendasikan restorasi yang mempertahankan sebagian besar struktur gigi alami pasien.
Tiga fitur utama kedokteran gigi invasif minimal adalah diet, profilaksis gigi, dan restorasi gigi yang
kurang invasif. Manfaatnya antara lain:
1. Lebih sedikit melibatkan rasa tidak nyaman dan kesulitan
2. Mempertahankan struktur gigi, fungsi, dan penampilan gigi
3. Membantu menghindari siklus perbaikan yang berulang
4. Jauh lebih murah

Tassery H, Levallois B, Terrer E, Manton DJ, Otsuki M, Koubi S, Gugnani N, Panayotov I, Jacquot B, Cuisinier F, Rechmann P. Use Of New Minimum Intervention Dentistry Technologies In Caries
Management. Aust Dent J 2013; 58: 40-59.
Christensen GJ. The Advantages Of Minimally Invasive Dentistry. J Am Dent Assoc. 2005;136(11):1563-1565. doi:10.14219/jada.archive.2005.0088
02
Restorasi
Karies
Pit and Fissure
Klasifikasi

Tipe U Tipe V

Lebar di bagian atas dan Lebar di bagian atas,


bawah relatif sama. menyempit ke arah
bawah.
Tidak terlalu dangkal,
medium depth dengan Dangkal/shallow
rata-rata kedalaman 0,53 dengan rata-rata
mm. kedalaman 0,56 mm
Self-cleansing, caries Self-cleansing, caries
resistant. resistant.
Karies mulai dari setengah Karies mulai dari bagian
bagian bawah. bawah.

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure
Klasifikasi

Tipe I Tipe IK

Celah dalam dan Celah dalam dan


sempit dengan sempit, terdapat ruang
rata-rata kedalaman besar di bagian bawah.
1,15 mm. Rata-rata kedalaman
Rentan terkena 1,11 mm.
karies. Rentan terkena karies.
Karies biasa dimulai Karies biasa dimulai
dari bagian atas. dari bagian atas.

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure
Klasifikasi
Tipe Inverted Y
Ada struktur yang
berbentuk pearl di
dalam pit.
Asal pembentukan
belum diketahui.
Ada pearl dengan
inti dentin dan
lapisan luar
enamel.
Jarang ditemukan.

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. P15-20
Marya CM, Gupta P, Dhingra S, Kataria S. Pit and Fissure Sealants: An Unused Caries Prevention Tool. JOHCD 4(1). January 2010
Pit and Fissure
Klasifikasi

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. P15-20
Marya CM, Gupta P, Dhingra S, Kataria S. Pit and Fissure Sealants: An Unused Caries Prevention Tool. JOHCD 4(1). January 2010
Pit and Fissure Sealant
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi
1. Seluruh molar permanen pada anak-anak dengan risiko karies yang medium atau tinggi.
Premolar juga harus di-sealed jika anak-anak risikonya tinggi
2. Pada anak-anak dengan risiko rendah, hanya fissure yang dalam dan retentif yang harus di-sealed
3. Gigi sulung posterior pada anak-anak dengan risiko karies yang tinggi
4. Gigi menunjukkan tanda-tanda karies
5. Gigi permanen yang memiliki retentive pit dan fissures yang dalam

Kontraindikasi
1. Anak-anak dan dewasa muda yang memiliki risiko rendah terhadap karies
2. Gigi dengan fossa dan groove yang mudah untuk dibersihkan
3. Stained occlusal pit and fissures
4. Kasus dimana isolasi gigi sulit dilakukan
5. Gigi menunjukkan resistensi terhadap karies 3-4 tahun setelahnya

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure Sealant
Material
Resin Sealant

● Aman dan efektif.


● memiliki flow yang baik dan berpenetrasi baik ke pit dan fissure.
● Tipe resin : filled (opak dan warna: seperti warna gigi atau material putih) dan
unfilled bahan transparan tidak berwarna).
● Produk yang disebarkan komersial : UDMA atau bis-GMA monomer yang
dipolimerisasi dengan chemical activation(amine-benzoyl peroxide ) atau light
activation.
● Aliran ke fissure yang dalam dan retensi lebih baik dari GIC.
● Ketika menggunakan resin sealant, moisture control sangat penting.

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure Sealant
Material
GIC Sealant

● Melekat secara kimiawi pada email dan dentin


● Memiliki kemampuan untuk melepaskan fluoride dan memberikan perlindungan dari karies.
● Kekurangan
○ GIC umumnya kental dan sulit untuk penetrasi hingga kedalaman fissure.
○ Rapuh/brile dan kurang resisten terhadap occlusal wear.
○ Tingkat retensi jauh lebih rendah daripada resin.
○ limited compressive strength and wear resistance
● Sangat efektif untuk fissure terbuka.
● GIC memungkinkan untuk mengembangkan adhesi pada email melalui mekanisme
pertukaran ion.
● Tidak terlalu terpengaruh oleh sedikit kelembapan selama penempatan

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure Sealant
Material
Bahan Preventif
Bahan :
Pengertian
1. Resin
Preventive dental material adalah semen, pelapis, atau
2. GIC
bahan restoratif yang menutup lubang dan celah (pit and
fissure) atau melepaskan therapeutic agent seperti
fluorida dan ion mineralisasi untuk mencegah atau Polimerisasi :
menghambat demineralisasi struktur gigi 1. Self cure
2. Light cure
Syarat
Dapat mencegah masalah mulut
Filler :
Dapat disimpan dalam waktu yang lama
Memiliki biokompatibilitas yang baik 1. Filled Sealant
2. Unfilled Sealant

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure Sealant
Material
Light Cure
Komposisinya :
1. Matrix (Monomer Bis-GMA dan Monomer UDMA), dicampur dengan triethylene glycol
dimethacrylate, untuk menghasilkan resin dengan viskositas rendah yang mengalir mudah.
Sifat sealant jauh lebih cair untuk memungkinkannya menembus lubang, celah, dan area
terukir pada enamel untuk meningkatkan retensi sealant.
2. Filler (Inorganic silica glass)
3. Bonding Agent (Silane sebagai pengikat matriks dan filler).
Kebanyakan sealant diaktifkan dengan light-curing → diketone dan aliphatic amine. Sealant
diaplikasikan pada pit and fissure dengan aplikator dan di-curing selama 20 detik. Ujung dari sumber
cahaya sekitar 1-2 mm jaraknya dari permukaan. Sealant diaplikasikan per lapis tipis;sekitar 20 detik
per eksposur. Keuntungan menggunakan light-cured sealant adalah waktu kerja dapat dikendalikan
operator.

Craig, R., Powers, J. and Sakaguchi, R. (2012). Craig’s restorative dental materials. 13th ed. St. Louis, Mo.: Mosby Elsevier, pp.339-341
Pit and Fissure Sealant
Material
Flowable Resin Composite as Sealants
Digunakan untuk berbagai aplikasi, seperti restorasi resin preventif, rongga liner, perbaikan restorasi,
restorasi serviks.
Syarat :
1. Harus memiliki ketahanan aus yang lebih baik
2. Memberikan retensi yang baik dan resistensi karies setelah 24 bulan
3. Viskositas rendah untuk memperpanjang restorasi ke celah yang berdekatan sebagai sealant
Sediaan : jarum suntik atau kompul untuk aplikasi langsung ke lubang atau celah.
Kelebihan :
1. Memberikan retensi yang baik dan ketahanan karies setelah 24 bulan
2. Viskositasnya yang rendah (memperpanjang restorasi ke celah yang berdekatan sebagai sealant)
Aplikasi : udara yang terperangkap di dalam sealant harus dihindari.

Craig, R., Powers, J. and Sakaguchi, R. (2012). Craig’s restorative dental materials. 13th ed. St. Louis, Mo.: Mosby Elsevier, pp.339-341
Pit and Fissure Sealant
Material
Flowable Resin Composite as Sealants

Craig, R., Powers, J. and Sakaguchi, R. (2012). Craig’s restorative dental materials. 13th ed. St. Louis, Mo.: Mosby Elsevier, pp.339-341
Pit and Fissure Sealant
Teknik Perawatan
● Sealant = physical barrier antara mikroorganisme di pit dan fissure dengan nutrien di
rongga mulut. Sealant terletak pada permukaan gigi.
● Indikasi:
1. PREVENTIVE SEALANTS (dulu)
Mencegah lesi karies di oklusal
2. THERAPEUTIC SEALANTS (sekarang)
Kontrol perkembangan lanjutan lesi karies dan manajemen lesi yang ada di luar dentin
3. Sesuai filosofi MID (Minimum Intervention Dentistry) yaitu struktur gigi yang sehat
dan dapat diremineralisasi seharusnya dipertahankan sepenuhnya.
● Perawatan yang sangat efektif (prosedur mudah) dan ekonomis (biaya rendah) untuk
mengurangi resiko karies.

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure Sealant
Teknik Perawatan
● Lesi karies dini pada pit dan fissure sangat sulit untuk ditentukan dengan tepat ada atau tidak
sehingga prosedur ini dapat dilakukan pada pasien berisiko dengan usia berapa pun.
● Sesuai dilaksanakan jika :
○ Ada resiko berkembang karies terutama yang resiko tinggi
○ Ditemukan adanya lesi karies dini
○ Semua anak usia dini dapat dianggap beresiko mengalami karies. Email pada gigi yang
baru erupsi relatif masih mudah larut (immature). Perlu mengambil waktu
bertahun-tahun untuk termineralisasi sempurna.

PFS menghentikan Mengubah Mencegah akses gula sederhana


perkembangan biokimia ke bakteri yang tersisa di biofilm
penyakit lingkungan pit dan fissure

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 3rd ed. Mosby, 2016.
S. C. Leal, E. M. Takeshita (eds.), Pediatric Restorative Dentistry. 2019
Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20

Pit and Fissure Sealant


Teknik Perawatan
Material yang awal digunakan adalah resin dalam berbagai bentuk (filled/unfilled, light-cure/auto-cure).
Sekarang ada pula GIC serta bervariasi teknik mulai dari pengendapan silver nitrate hingga melelehkan
email menggunakan laser untuk menutupi fissure. Efektivitas material PFS:
● Retensi, resin lebih baik
● Efek preventif karies, GIC dan resin sama baiknya
Pit and Fissure Sealant
Teknik Perawatan
1. Isolasi gigi dengan rubber dam
a. Jika gigi tidak dapat diisolasi, harus diaplikasikan high
dose fluoride treatment (seperti fluoride varnish atau
material GIC)
b. Pantau erupsi gigi setelah beberapa bulan dan ketika gigi
sudah cukup erupsinya, letakkan fissure sealant
2. Hilangkan debris dengan probe yang tumpul, dan jika perlu,
bersihkan permukaan oklusal menggunakan oil-free pumice
dan air
a. Pada beberapa kasus, perluasan minimal fisura oklusal
dengan diamond fissure bur yang tipis, kecil, dan lancip
akan memfasilitasi penetrasi material sealant ke dalam
kedalaman fissure
b. Ini juga menghilangkan lapisan permukaan email yang
lebih tahan asam yang melapisi dinding fisura oklusal
c. Namun, lebih baik untuk menghindari pengangkatan
struktur gigi jika memungkinkan.
Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure Sealant
Teknik Perawatan
3. Etsa gigi dengan gel etchant selama 20
detik dan bilas dengan air serta
keringkan dengan air irrigation selama 20
detik
4. Jika gigi terkontaminasi, harus dietsa
ulang selama 15 detik
5. Aplikasikan lapisan tipis dari sealant ke pit
dan fissure, pastikan untuk mencakup
perluasan bukal pada molar RB dan palatal
groove pada molar RA. Kemudian,
aplikasikan polymerization light selama
20 detik
6. Lepas rubber dam dan cek oklusi

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure Sealant
Teknik Perawatan
Aplikasi Sealant

Chemically Cured Sealant


● Mengikuti instruksi pabrik
● Pencampuran yang tepat tanpa agitasi yang kuat → mencegah pembentukan gelembung udara
● Penambahan katalis ke dalam base → dimulai polimerisasi material → sehingga diperlukan waktu yang
cepat untuk menumpatkan ke gigi yang sudah dietcha dan dikeringkan
● Working time → terbatas
Visible Light Cured Sealant
● Mengikuti instruksi pabrik
● Working time → lebih lama dari chemical
● Cara aplikasi ke gigi → sealant ditumpatkan diatas pit and fissure dan ditekan menggunakan brush/probe
supaya dapat memasuki celah pit and fissure
● Pengaplikasian harus hati-hati → menghindari gelembung udara → diambil sedikit demi sedikit
● Menggunakan light cure sealant→ mengurangi terjadinya gelembung udara

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure Sealant
Teknik Perawatan
Aplikasi Sealant

GIC Sealant

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure Sealant
Teknik Perawatan
Aplikasi Sealant

Flowable Resin Sealant

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Pit and Fissure Sealant
Teknik Perawatan
Aplikasi Sealant

Flowable Resin Sealant

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. p15-20
Restorasi Preventif
Klasifikasi
CAR (Conservative Adhesive Restoration)
PRR adalah perawatan konservatif yang meliputi ekskavasi terbatas dari jaringan karies,
restorasi karies dengan resin komposit, serta aplikasi sealant di atas area yang direstorasi
serta area pit and fissure yang dalam dan masih dalam kondisi sound.
Conservative Adhesive Restoration (CAR) hadir sebagai pengembangan konsep dan istilah
dari Preventive Resin Restoration (PRR). Restorasi ini sekarang disebut sebagai CAR untuk
mencerminkan fakta bahwa bahan adhesive lain dapat digunakan dalam restorasi ini.
Istilah CAR dikemukakan oleh Simon dan Stallard pada 1977 dan disempurnakan pada tahun
1985

Jain, S., Pati, R.U., Diwan, P., Rajput, S., Meshram, S., & Kak, S. (2020). Principles and Practice of Conservative Adhesive Restorations: A brief review. International Journal of Dentistry Research.
hp://www.dentistryscience.com/IJDR_202052_15.pdf
Restorasi Preventif
Klasifikasi
PRR (Preventive Resin Restoration)
Merupakan prosedur alternatif untuk merestorasi gigi permanen muda (baru
erupsi) yang hanya membutuhkan preparasi gigi minimal untuk menghilangkan
karies serta juga memiliki fissure yang rentan yang berdekatan
Restorasi resin preventif digunakan pada permukaan oklusal gigi premolar,
molar permanen, dan molar sulung
Simonsen dan Stallard, menjelaskan teknik PRR hanya menghilangkan struktur
gigi karies pada kavitas kelas I kecil. Kemudian diaplikasikan restorasi resin,
serta pit and fissure yang berdekatan ditutup pada waktu yang sama
Henderson dan Setcos, menjelaskan teknik PRR untuk pasien dengan gigi
permanen yang baru erupsi dengan indikasi karies pit and fissure yang minimal,
serta digunakan untuk non-stress-bearing area sehingga keausan restorasi
resin minimal.

Dean JA. McDonald and Avery’s Dentistry for the child and Adolescent. 10th ed. Elsevier. 2016.
Restorasi Preventif
Klasifikasi
PRR (Preventive Resin Restoration)
Pit and Simonsen
Fissure
Sealant
Klasifikasi PRR berdasarkan besar dan kedalaman lesi :
Tipe A
Karies terbatas email pada pit dan fissure yang rentan.
Tak membutuhkan anestesi lokal dalam perawatannya.
Bur bulat ½ atau ¼ kecepatan rendah, air abrasion
digunakan untuk preparasi, kemudian sealant diaplikasi
ke kavitas serta pit and fissure

Dean JA. McDonald and Avery’s Dentistry for the child and Adolescent. 10th ed. Elsevier. 2016.
Restorasi Preventif
Klasifikasi
PRR (Preventive Resin Restoration)
Pit Fissure
Sealant Simonsen
Resin
Komposit Klasifikasi PRR berdasarkan besar dan kedalaman lesi :
Base Tipe B
Lesi karies kecil terbatas pada pit and fissure tetapi
memanjang bisa sampai ½ terdalam email atau dentin.
Ekskavasi dan preparasi dilakukan dengan bur nomor ½,
ditumpat dengan resin komposit flowable, kemudian pit
and fissure diberi sealant.

Dean JA. McDonald and Avery’s Dentistry for the child and Adolescent. 10th ed. Elsevier. 2016.
Restorasi Preventif
Klasifikasi
PRR (Preventive Resin Restoration)
Pit Fissure
Sealant
Simonsen
Posterior Resin
Komposit Klasifikasi PRR berdasarkan besar dan kedalaman lesi :
Base Tipe C
Lesi karies lebih ekstensif, mencapai dentin, melebar.
Diperlukan bur nomor 2 untuk ekskavasi dan preparasi.
Anestesi lokal digunakan saat prosedur.

Dean JA. McDonald and Avery’s Dentistry for the child and Adolescent. 10th ed. Elsevier. 2016.
Restorasi Preventif
Material
PRR (Preventive Resin Restoration)
● Merupakan prosedur alternatif untuk merestorasi gigi permanen muda (baru
erupsi) yang membutuhkan preparasi gigi minimal untuk menghilangkan
karies serta juga memiliki fissure yang rentan yang berdekatan
● Restorasi resin preventif digunakan pada permukaan oklusal gigi premolar,
molar permanen, dan molar sulung
● Simonsen dan Stallard, menjelaskan teknik PRR hanya menghilangkan
struktur gigi karies pada kavitas kelas I kecil. Kemudian diaplikasikan restorasi
resin, serta pit and fissure yang berdekatan ditutup pada waktu yang sama
● Henderson dan Setcos, menjelaskan teknik PRR untuk pasien dengan gigi
permanen yang baru erupsi dengan indikasi karies pit and fissure yang
minimal, serta digunakan untuk non-stress-bearing area sehingga keausan
restorasi resin minimal

Dean JA. McDonald and Avery’s Dentistry for the child and Adolescent. 10th ed. Elsevier. 2016.
Craig, R., Powers, J. and Sakaguchi, R. (2012). Craig’s restorative dental materials. 13th ed. St. Louis, Mo.: Mosby Elsevier

Restorasi Preventif
Material
Composition and Properties
● Powder-nya mirip dengan glass ionomer
● Cairannya mengandung monomer, poliasid, dan air
● Properties :
○ Resin-modified glass ionomers berikatan dengan enamel gigi tanpa bonding agent
○ Biasanya, gigi di-etsa dengan polyacrylic acid atau primer sebelum menggunakan hybrid ionomer
○ Melepas fluoride yang hampir sama dengan glass ionomers
Ripa, L.W. and Wol, M.S. Preventive resin restorations: indications, technique, and success. Quintessence International, 23(5).

Restorasi Preventif
Indikasi
● PRR digunakan pada permukaan oklusal dari gigi premolar, molar
permanen, dan molar sulung.
● Walaupun ada banyak studi terkait prosedur PRR, belum ada indikasi
utama yang ditetapkan.
● Akan tetapi, terdapat pernyataan:
○ “A preventive resin restoration is indicated when the carious lesion
in a pit or fissure is small and discrete”
○ “ PRR diindikasikan saat lesi karies terdapat pada pit atau fissure
gigi yang masih bersifat kecil dan terlihat perbedaannya”
● Maka, yang perlu diperhatikan seorang dokter gigi terhadap lesi karies
pada PRR dalam menentukan diagnosis yaitu :
○ keberadaannya,
○ ukuran,
○ lokasi,
○ dan keputusan dari rencana perawatan yang menentukan bahwa
PRR adalah perawatan restorasi yang paling tepat dalam kasus tsb.
Restorasi Preventif
Indikasi
Identifikasi Karies
Karies diidentifikasi dengan pemeriksaan visual dari
permukaan oklusal gigi yang kering dengan menggunakan
explorer yang tajam, cermin, dan lampu. Tanda kertas
artikulasi pada gigi akan menunjukkan titik kontak oklusal

Preparasi
Melakukan isolasi dan memeriksa ulang sehingga luasnya
proses karies dapat ditentukan. Bur no. 329 (bur carbide)
digunakan untuk mendapatkan akses ke kedalaman lesi
dan untuk menghilangkan jaringan yang terkena karies.
Preparasi, tidak boleh meluas ke tanda kontak oklusal,
dicuci, dikeringkan, dan diperiksa

Dean JA. McDonald and Avery’s Dentistry for the child and Adolescent. 10th ed. Elsevier. 2016.
Restorasi Preventif
Indikasi
Etching
Kavitas dan enamel di samping susceptible grooves di
etsa menggunakan gel atau cairan asam fosfat 37%
biasanya selama 20 detik. Gigi dicuci bersih selama kurang
lebih 30 sampai 40 detik dan benar-benar kering. Lingual
groove molar RA dan buccal groove molar RB biasanya
dietsa dan disealent

Aplikasi bonding agent


Aplikasikan selapis tipis bonding agent pada kavitas.
Gunakan air stream untuk mengencerkan bonding agent
dan untuk mencegah berkumpulnya bonding agent pada
kavitas

Dean JA. McDonald and Avery’s Dentistry for the child and Adolescent. 10th ed. Elsevier. 2016.
Restorasi Preventif
Indikasi
Aplikasi resin
Kavitas diisi dengan composite light-curing
atau resin-modified glass ionomer. Polimerisasi
menggunakan light cure sesuai manufaktur

Finishing
Rubber dam dilepas, dan periksa kontak
oklusal. Gunakan small-particle diamond rotary
instrument untuk menghilangkan sealant yang
berlebih

Dean JA. McDonald and Avery’s Dentistry for the child and Adolescent. 10th ed. Elsevier. 2016.
Restorasi Preventif
Evaluasi Visual
Terbagi menjadi 2 :
1. Evaluasi klinis
a. Melihat langsung restorasi.
b. Kesesuaian warna dan bentuk, harus mengetahui perkiraan dari warna dan bentuk
asli gigi pada umumnya
c. Dari evaluasi ini, dapat diketahui restorasi tersebut tergolong estetik atau tidak.
2. Evaluasi radiografis
Mutu radiograf
Hal yang diperhatikan :
i. Radiodensitas, restorasi estetik bersifat radiolusen atau sedikit radiopak.
ii. Over/under contouring, evaluasi bentuk kontur yang sesuai dengan gigi atau
berlebih atau bahkan kurang dari kontur gigi

CAMBRA Caries Management by Risk Assessment A Comprehensive Caries Management Guide for Dental Professionals. CDA. 2019.
Restorasi Preventif
Evaluasi Visual
2. Evaluasi radiografis
iii. Overhanging, kelebihan restorasi yang
menimbulkan step pada sisi proksimal di
perbatasan gigi asli dengan restorasi
menyebabkan penyakit periodontal.
iv. Adaptasi restorasi terhadap kavitas, jika tidak
dapat beradaptasi maka kavitas menyisakan
ruang untuk bakteri membentuk lagi karies
sekunder.
v. Negative/reverse ledges
vi. Ada atau tidaknya titik kontak
vii. Ada atau tidaknya titik lining material,
radiodensitas dari lining material

CAMBRA Caries Management by Risk Assessment A Comprehensive Caries Management Guide for Dental Professionals. CDA. 2019.
Restorasi Preventif
Evaluasi Fisik
Evaluasi dengan melakukan pengecekan secara fisik menggunakan tangan dengan instrumen,
biasanya sonde.
Setelah setelah melakukan penumpatan, perlu dicek :
1. Tekstur permukaan tumpatan, halus atau setara dengan gigi sebelahnya.
2. Perbatasan antara tumpatan dengan gigi asli → overhanging/overcontour.
3. Struktur anatomis tumpatan pada gigi → over/under contour.
Kegagalan yang sering terjadi :
1. Pada komposit → adhesi pada marginal restorasi menghilang
2. Pada GIC → waktu dan konsistensi tumpatan yang kurang tepat, sehingga saat
diaplikasikan menghasilkan tumpatan cembung. Cirinya : lengket pada instrumen ketika
diangkat.

CAMBRA Caries Management by Risk Assessment A Comprehensive Caries Management Guide for Dental Professionals. CDA. 2019.
Referensi
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.

Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management 2nd ed. Singapore: Blackwell Munksgaard

Mc Donald, Dentistry for The Child and Adolescent 9th ed., 2011

Ripa, L.W. and Wol, M.S. Preventive resin restorations: indications, technique, and success. Quintessence International, 23(5).

Leal, S. C., & Takeshita, E. M. (Eds.). (2019). Pediatric Restorative Dentistry. Springer International Publishing.

Bekes K. Pit and Fissure Sealants. 1st ed. Austria: Springer. 2018. P15-20

Craig, R., Powers, J. and Sakaguchi, R. (2012). Craig’s restorative dental materials. 13th ed. St. Louis, Mo.: Mosby Elsevier, pp.339-341

Marya CM, Gupta P, Dhingra S, Kataria S. Pit and Fissure Sealants: An Unused Caries Prevention Tool. JOHCD 4(1). January 2010

Tassery H, Levallois B, Terrer E, Manton DJ, Otsuki M, Koubi S, Gugnani N, Panayotov I, Jacquot B, Cuisinier F, Rechmann P. Use Of New Minimum
Intervention Dentistry Technologies In Caries Management. Aust Dent J 2013; 58: 40-59.

Christensen GJ. The Advantages Of Minimally Invasive Dentistry. J Am Dent Assoc. 2005;136(11):1563-1565. doi:10.14219/jada.archive.2005.0088

Sundaram S, Rajendran A. Shafer’s Textbook of Oral Pathology. 7th ed. Elsevier Health Science; 2012.

Rahayu CY. 2013. Peran Agen Remineralisasi Pada Lesi Karies Dini. Jember: Department of Oral Biology Faculty of Dentistry University of Jember.

Frencken J.E., Peters M.C., Manton D.J., Leal S.C., Gordan V.V., Eden E. Minimal Intervention Dentistry for Managing Dental Caries—A Review:
Report of a FDI Task Group. Int. Dent. J. 2012;62:223–243. doi: 10.1111/idj.12007.
Pertanyaan
1. Apakah perbedaan fluoride untuk anak-anak dan dewasa? Mulai umur
berapa anak-anak bisa menggunakan fluoride?
2. Mengapa kelebihan kalsium dapat menyebabkan kalkulus?
3. Apakah agen remineralisasi xylitol memiliki efek samping? Apakah ada
anjuran dalam konsumsi xylitol?

Anda mungkin juga menyukai