Departemen Pedodonsia
Penatalaksanaan severe early childhood caries pada pasien
dengan cleft palate : Laporan kasus
Oleh:
Mir’atunisa
04074882326021
Dosen Pembimbing:
drg. Purwandito P.MM, Sp. KGA
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................6
2.1 Early Childhood Caries..................................................................6
2.1.1 Definisi..................................................................................6
2.1.2 Etiologi..................................................................................9
2.1.2.1 Faktor primer............................................................11
2.1.2.2 Faktor risiko.............................................................11
2.1.3 Patofisiologi..........................................................................15
2.1.4 Gambaran klinis....................................................................15
2.1.5 Diagnosis..............................................................................15
2.1.6 Penatalaksanaan....................................................................15
2.2 Cleft Palate.....................................................................................30
2.2.1 Definisi..................................................................................6
2.2.2 Etiologi..................................................................................9
2.2.3 Klasifikasi.............................................................................15
2.2.4 Gambaran klinis....................................................................15
2.2.5 Penatalaksanaan....................................................................15
2.2 Hubungan Cleft Palate dan ECC....................................................30
BAB 3 LAPORAN KASUS............................................................................31
BAB 4 DISKUSI..............................................................................................31
BAB 5 KESIMPULAN...................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................55
BAB 1
PENDAHULUAN
Karies gigi merupakan penyakit anak yang paling umum terjadi dan
mempunyai dampak kesehatan dan ekonomi yang signifikan secara global. American
Academy of Pediatrics menunjukkan bahwa infeksi gigi dan mulut terus menginfeksi
anak-anak, khususnya anak-anak yang masih sangat kecil. Karies pada gigi sulung
merupakan penyakit yang dapat dicegah dan disembuhkan jika ditangani sejak dini,
namun bila tidak ditangani akan menimbulkan nyeri, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan, bakteremia, premature tooth loss, peningkatan biaya perawatan,
gangguan bicara, kehilangan kepercayaan diri, dan berdampak negatif pada gigi
permanen penggantinya. Karies pada gigi sulung mempunyai pola, beberapa istilah
dan terminologi yang digunakan untuk menjelaskannya. Istilah early childhood
caries (ECC) adalah yang paling sesuai untuk mencerminkan proses etiologi
multifaktorial, dan dapat digunakan untuk mewakili segala jenis karies pada bayi dan
anak-anak prasekolah. Lesi awal ECC berupa lesi karies permukaan halus yang
mempengaruhi gigi insisivus rahang atas. Kerusakan awal muncul pada permukaan
oklusal gigi molar pertama rahang atas, yang selanjutnya menyebar ke gigi sulung
lainnya dan mengakibatkan kerusakan gigi sulung.
Pemahaman mengenai etiologi, penyelidikan epidemiologi dan pemantauan
facial clefts tetap penting baik dari sudut pandang penelitian maupun kesehatan
masyarakat. Facial clefts merupakan salah satu kelainan bawaan yang paling umum
terjadi. Prevalensi facial clefts di Tiongkok hampir satu dari 1.000 kelahiran hidup.
Anak-anak yang memiliki cleft lip and palate sering mengalami masalah makan,
bicara, dan menelan serta kesehatan gigi yang lebih buruk. Literatur mengungkapkan
bahwa anak-anak dengan oral clefts memiliki risiko lebih tinggi terkena karies pada
gigi sulung dibandingkan anak-anak pada usia yang sama tanpa kelainan bawaan. Hal
ini menunjukkan bahwa anak-anak prasekolah dengan oral clefts memiliki prevalensi
dan insidensi karies gigi lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol tanpa clefts.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1 Faktor primer
1. Substrat
Gula (seperti sukrosa, fruktosa, dan glukosa) dan karbohidrat lain yang dapat
difermentasi memainkan peran penting dalam inisiasi dan perkembangan karies gigi.
Sukrosa merupakan makanan kariogenik yang paling signifikan karena mengubah
makanan non-kariogenik/antikariogenik menjadi kariogenik. Sukrosa mendorong
peningkatan proporsi Streptococcus mutans dan Lactobacillus, sekaligus menurunkan
kadar Streptococcus sanguinis. Pembersihan karbohidrat melalui mulut paling rendah
saat tidur, ketika saliva menurun dan kontak antara plak dan substrat meningkat,
maka akan mendukung pertumbuhan spesies kariogenik. Biofilm yang sehat
kemudian diubah menjadi biofilm yang sakit, sehingga meningkatkan demineralisasi.2
2. Gigi yang rentan / host
Beberapa faktor dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi. Faktor risiko
utama terjadinya karies adalah berkurangnya saliva, faktor imunologi, adanya
kerusakan email yang ditandai dengan hipoplasia, email yang belum matang,
morfologi gigi dan karakteristik genetik gigi (ukuran, permukaan, kedalaman fossa
dan fisura) serta crowding gigi.
Saliva merupakan sistem pertahanan utama tubuh terhadap karies. Saliva
menghilangkan makanan dan bakteri serta memberikan tindakan penyangga terhadap
asam yang dihasilkan. Saliva juga berfungsi sebagai reservoir mineral untuk kalsium
dan fosfat yang diperlukan untuk remineralisasi email. Laju aliran saliva menurun
saat tidur sehingga mengurangi kapasitas buffer yang akan menyebabkan gigi rentan
terhadap karies.
3. Mikroorganisme kariogenik
Mikroorganisme kariogenik utama adalah Streptococcus, (Streptococcus
mutans, Streptococcus sobrinus) dan Lactobacillus. Mikroorganisme patogen ini
dapat berkolonisasi pada permukaan gigi. Proses metabolisme dimulai oleh bakteri,
menghasilkan produk akhir yang bersifat asam dan menyebabkan demineralisasi
email, sehingga berkontribusi terhadap karies.
4. Dental plaque
Plak gigi berhubungan dengan insidensi karies pada anak-anak. Bakteri dalam
biofilm selalu aktif secara metabolik sehingga akan menyebabkan fluktuasi pH saliva.
Fermentasi karbohidrat oleh bakteri plak kariogenik menghasilkan asam organik,
yang berperan dalam peningkatan resiko karies.
2.1.3 Patofisiologi
ECC secara biologis merupakan proses infeksi yang dikatalisis oleh pemaparan yang
sering dan dalam jangka waktu lama dari susu, formula, dan jus buah terhadap permukaan
gigi. Hal ini diawali oleh kebiasaan membiarkan anak menggunakan botol susu saat tidur
pada siang dan malam hari, sehingga terpapar cairan gula yang akan menyebabkan genangan
berjam-jam di sekeling gigi bayi dan anak-anak. Cairan gula selanjutnya akan berkontak
dengan email gigi dan bergabung dengan bakteri seperti Streptococcus mutans yang muncul
setelah gigi pertama erupsi. Gula berperan pada awal perkembangan ECC. Demineralisasi
email dan dentin gigi disebabkan oleh produksi asam yang dihasilkan oleh Steptococcus
mutans dan lactobacilli. Plak yang melekat pada gigi secara subtansi terdiri dari bakteri,
asam, food debris dan saliva. Setiap anak yang meminum cairan manis, asam akan
menyerang gigi minimal 20 menit dan setelah itu gigi akan mengalami kerusakan.3
2) Tahap dua, kerusakan/karies terjadi ketika anak berusia 16-24 bulan. Lesi putih
pada insisivus berkembang dengan cepat dan menyebabkan demineralisasi enamel
sehingga mengenai dan terbukanya dentin.4
3) Tahap tiga (lesi yang dalam), terjadi ketika anak berusia 20-36 bulan, lesi sudah
meluas pada insisivus sulung maksila, hingga terjadi iritasi pulpa.4
4) Tahap empat (traumatik), terjadi ketika anak berusia antara 30-48 bulan. Lesi
meluas dengan cepat ke seluruh permukaan enamel dan dentin, mengelilingi
permukaan servikal, dalam waktu singkat, terjadi kerusakan yang parah di seluruh
mahkota gigi hingga terjadi fraktur dan hanya akar yang tersisa.4
2.1.5 Diagnosis
1. Tipe I (mild to moderate) ECC
Adanya lesi karies yang melibatkan gigi molar atau gigi insisivus. Etiologi
biasanya kombinasi makanan semi padat atau padat kariogenik dan kurangnya
kebersihan mulut. Jumlah gigi yang terkena biasanya meningkat seiring dengan
berlanjutnya risiko kariogenik. ECC tipe I ini biasanya ditemukan pada anak-anak
yang berusia 2-5 tahun.
2.1.6 Penatalaksanaan
Mempertahankan gigi sulung dalam kondisi sehat penting bagi kesejahteraan
anak. Gigi sulung yang sehat diperlukan untuk proses pengunyahan yang tepat,
estetika, fonetik, pemeliharaan ruang, dan untuk pencegahan bad oral habit.
Mengurangi pembentukan plak gigi, mengubah komposisi bakteri pada plak, dan
mengubah kebiasaan makan sangat penting untuk pencegahan karies gigi.1
Topical fluoride dapat diaplikasikan pada lesi white spot. Aplikasi bahan
topical fluoride seperti calcium fluoride (CaF2) terbentuk pada plak, pada permukaan
gigi, atau pada lesi karies awal. CaF2 digunakan ketika nilai pH menurun selama
karies sebagai reservoir ion fluorida untuk dilepaskan. Fluoride yang terdapat pada
permukaan email akan membentuk fluoroapatit yang memiliki struktur lebih tahan
lama dibandingkan hidroksiapatit. Hal ini diyakini sebagai mekanisme utama aksi
fluoride dalam remineralisasi email. Aplikasi topical fluoride akan meningkatkan pH
plak dan menghambat jalur metabolisme bakteri secara tidak langsung, sehingga
demineralisasi email berkurang dan remineralisasi meningkat.
Pulpitis reversibel adalah kondisi dimana pulpa gigi mengalami peradangan
dan kembali normal setelah faktor penyebabnya dihilangkan. Peradangan jaringan
pulpa pada pulpitis reversibel umumnya ringan sampai sedang. Misalnya seseorang
yang mengalami ketidaknyamanan saat mengonsumsi makanan dingin atau manis.
Rasa sakit tersebut akan hilang setelah stimulus dihilangkan. Vitalitas pulpa pada
pulpitis reversibel dapat dipertahankan jika gigi dirawat, biasanya dengan
menghilangkan karies, dan kemudian direstorasi. Diperlukan evaluasi berkala untuk
memastikan penyembuhan kondisi secara menyeluruh.
Pulpitis ireversibel memerlukan terapi endodontik, namun pemberian
ibuprofen satu jam sebelum injeksi anestesi lokal merupakan metode yang efektif
untuk mencapai anestesi yang dalam selama perawatan endodontik. Penyembuhan
yang memadai dibuktikan secara klinis setelah perawatan saluran akar dengan
resolusi gejala dan secara radiografi dengan pengisian tulang di area radiolusen di
puncak akar. Antibiotik (misalnya penisilin VK 500 mg setiap 6 jam; untuk pasien
yang alergi terhadap penisilin, klindamisin 150 mg atau 300 mg setiap 6 jam, atau
metronidazol 500 mg setiap 8 jam) efektif untuk diberikan ketika tanda-tanda infeksi
sistemik muncul pada pasien. Konsultasi medis lebih lanjut atau ekstraksi gigi dapat
dilakukan jika gejala tetap menetap atau memburuk.
2.2.2 Etiologi
Cleft palate terjadi dikarenakan adanya kegagalan perkembangan selama
masa kehamilan. Perkembangan embriologi bibir dimulai dari minggu ke-4 dengan
dimulai dari prominansia maksilarius dan frontonasal. Pada minggu ke-5, prosesus
nasal medial dan lateral berkembang dari invaginasi plakoda nasal. Prominansia
maksilarius memanjang secara medial pada minggu ke-6 sampai ke-7. Keduanya
bertemu prosesus nasal untuk membentuk bibir bagian atas.
2.2.3 Klasifikasi
Cleft palate dapat terjadi secara unilateral atau bilateral, lengkap atau tidak
lengkap. Complete cleft melibatkan langit-langit primer dan sekunder sedangkan
incomplete cleft hanya melibatkan langit-langit sekunder.7
Sistem Veau mengklasifikasikan celah orofasial menjadi empat kelas
berdasarkan apakah palatum sekunder atau primer terpengaruh dan berdasarkan
lateralitasnya.7
Veau Kelas I: Incomplete cleft, hanya pada soft palate (tidak ada
sebutan unilateral/bilateral)
Veau Kelas II: Hard dan soft palate, hanya pada langit-langit sekunder
(tidak ada sebutan unilateral/bilateral)
Veau Kelas III: Complete unilateral cleft termasuk bibir (langit-langit
primer dan sekunder)
Veau Kelas IV: Complete bilateral cleft.7
2.2.5 Penatalaksanaan
Penanganan cleft palate harus dilakukan sedini mungkin agar didapatkan hasil
yang maksimal dan tidak menganggu fungsi tubuh. Beberapa prinsip yang perlu
diketahui dalam penanganan cleft palate antara lain:
3. Usia 3 bulan
Operasi sumbing bibir (labioplasty) dapat dilaukan pada bayi apabila telah
terpenuhi semua syarat operasi yang merujuk kepada rule of ten, yaitu berat lebih dari
10 pon (5 kg), kadar hemoglobin sebesar 10 g/dl, dan umur lebih dari 10 minggu (3
bulan).
4. Usia 12 – 24 bulan
Pada rentang usia ini, dilakukan operasi sumbing langit-langit (palatoplasty)
untuk mengoreksi langit-langit dan masalah bicara pada bayi sumbing
5. Usia 3 – 6 tahun
Terapi dengan pendekatan multidisipliner bersama dokter spesialis THT, anak,
dan rehabilitasi medik untuk melakukan evaluasi dan terapi fungsi bicara dengan
melihat fungsi fonasi dan vokal perbendaharaan kata dengan baik. Apabila
diperlukan, dapat dilakukan koreksi fungsi langit-langit tambahan.
6. Usia prasekolah
Apabila masih terdapat beberapa gangguan fungsi dan estetika, dapat
dilakukan operasi revisi perbaikan sumbing untuk menyempurnakan hasil dan
membantu pasien untuk mencapai fungsi bicara dan kualitas hidup yang baik.
7. Usia 9 – 16 tahun
Pada usia 9–11 tahun, pasien akan dilakukan perawatan orthodonti yang
dilakukan oleh dokter gigi spesialis untuk mempersiapkan lengkung gigi dan rahang
pasien sebelum dilakukan prosedur cangkok tulang (alveolar bone graft).
Gambar 12. Penggunaan face mask pada kelainan kraniofasial.
Seorang pasien laki-laki berusia 3 tahun datang ke Klinik Gigi Anak Monastir
dengan keluhan nyeri pada gigi yang rusak parah (Gambar 14).
Terlihat jelas bahwa anak tersebut sangat pemalu, mempunyai hubungan yang
sangat terbatas dengan anak-anak lain, dan mempunyai masalah pengucapan. Pasien
memiliki riwayat pemberian susu botol dan pemberian ASI yang tidak teratur. Grafik
pola makan menunjukkan tingginya frekuensi konsumsi minuman dan makanan
ringan dengan kandungan gizi rendah.
Pemeriksaan intraoral menunjukkan adanya celah langit-langit dan lesi karies
multiple dengan keterlibatan pulpa pada gigi 54, 52, 51, 61,64,74,72,71,81,82 dan 84.
Mahkota gigi rahang atas yang mengalami karies mengalami kerusakan parah
(Gambar 15,16,17).
Gambar 15. Foto lengkung rahang atas sebelum operasi
Fenestrasi diamati pada tulang alveolar anterior yang disebabkan oleh infeksi
kronis pada tulang 81 (Gambar 18).
Gambar 18. Foto yang menunjukkan fenestrasi tulang anterior
Rencana perawatan :
Langkah pertama yaitu perawatan endodontik gigi 74 diikuti restorasi dengan
mahkota stainless (Gambar 19).
Langkah kedua adalah ekstraksi gigi 81 dan penyembuhan tulang alveolar yang
dicapai dalam dua minggu. Pulpotomi diputuskan dilakukan pada gigi 84, 64, dan 54
yang dilanjutkan dengan pemasangan mahkota (Gambar 20).
Gambar 20. Restorasi gigi molar atas dan bawah
Terapi endodontik merupakan intervensi pilihan untuk gigi 51, 61, 62, 82, 71.
Ekstraksi gigi 52, 72 diindikasikan (Gambar 21).
Gambar 21. Foto setelah perawatan endodontik dan mahkota stainless lengkung gigi
mandibula
Pasien dan orang tua terlihat sangat puas dengan hasilnya. Pasien dapat
dirujuk ke ahli terapi wicara untuk memperbaiki postur lidahnya dan ke bagian bedah
maksilofasial untuk operasi kedua (Gambar 24,25).
Pasien kembali untuk kontrol setiap 3 bulan untuk melepas dan membersihkan
alat serta mengamati jaringan periodontal dan akar yang tersisa.
BAB 4
DISKUSI
BAB 5
KESIMPULAN