Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karies gigi pada anak adalah suatu penyakit yang kompleks dan memliki penyebab
multifaktorial.1 Karies gigi dimodifikasi oleh makanan berupa karbohidrat dan saliva yang
mengalir kurang baik sehingga menjadi suatu penyakit yang berbahaya pada gigi. Karies
merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, mulai dari
permukaan gigi hingga meluas ke arah pulpa. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi
merupakan suatu penyakit dimana bakteri merusak struktur jaringan keras gigi (enamel, dentin
dan sementum). Jaringan tersebut rusak dan menyebabkan lubang pada gigi.1
Karies gigi masih merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di dunia. Karies
gigi dapat mengenai gigi sulung maupun gigi permanen. Karies gigi menjadi penting dalam
dunia kedokteran gigi karena kelainan pada gigi yang dapat menyerang siapa saja tanpa
memandang usia. Pada anak balita karies yang sering dijumpai adalah karies botol.
Maka berdasarkan dari uraian diatas, kami tertarik untuk menyajikan makalah dengan
mengambil judul Fakto-faktor yang mengakibatkan Nursing Bottle Caries Pada Gigi Susu
Anak-Anak di PAUD Kelurahan Pasar Minggu I dan II

1.2. Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi pasien anak-anak yang menderita Nursing Bottle Caries dan
kepedulian orang tua dan pasien terhadap kesehatan gigi dan mulut di PAUD daerah
Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu I dan II Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan.

1
B. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui prevalensi pasien anak-anak yang menderita Nursing Bottle Caries dan
kepedulian orang tua dan pasien terhadap kesehatan gigi dan mulut di PAUD daerah
Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu I dan II Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan
berdasarkan anak-anak yang menderita Nursing Bottle Caries, pemberian susu melalui botol,
dan jenis kelamin.

1.3. Manfaat Penelitian

A. Manfaat bagi Puskesmas

Memberikan informasi mengenai persentase karies dan kepedulian pasien terhadap


kesehatan gigi di PAUD daerah Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu I dan II Kecamatan
Pasar Minggu Jakarta Selatan.

Pihak puskesmas dapat memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang optimal
dan dapat meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat Indonesia, khususnya di
daerah Kelurahan Pasar Minggu Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan.

B. Manfaat bagi FKG Univ. Prof. DR. Moestopo (Beragama)

Sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya

Sebagai ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan pembaca lainnya

C. Manfaat bagi masyarakat

Memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang karies khususnya pada anak balita.

Memberikan pengetahuan bagi masyarakat mengenai pentingnya merawat dan menjaga


kebersihan mulut.

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan penitngnya kesehatan gigi dan mulut.

2
1.4. Ruang Lingkup

PAUD Bougenvil Biru RW 02 Ps. Minggu, Jakarta Selatan

PAUD Matoa RW 10 Jati Padang, Ps. Minggu, Jakarta Selatan

3
BAB II

TINJAUAN DAERAH KERJA

2.1 Letak Geografi dan Demografi


Kelurahan Pasar Minggu kecamatan Pasar Minggu terletak di bagian Selatan kota Jakarta
dengan ketinggian 15-20 meter di atas permukaan laut dengan suhu 27 C yang ditetapkan
sebagain wilayah pemukiman dan sebagian kecil sentra sekunder perdagangan, dengan batas-
batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Jl. Pejaten Raya, kelurahan Pejaten Barat


Sebelah Timur : Jl. Raya Pasar Minggu, kelurahan Pasar Minggu dan Jl. Lenteng
Agung, kelurahan Tanjung Barat

Sebelah Selatan : Jl. WR. Supratman, kelurahan Lenteng Agung dan kelurahan
Kebagusan

Sebelah Barat : Jl. Mujair, Jl. D (AUP Barat), Jl. Jati Raya, Jl. Holtikultura dan Jl.
Salihara kelurahan Jati Padang

2.2 Data Geografi


Luas wilayah kelurahan Pasar Minggu : 278,6 Ha
Jumlah RW : 10 RW
Jumlah RT : 110 RT

2.3 Data Demografi



Jumlah penduduk : 29.467 jiwa

Jumlah penduduk laki-laki : 16.212 jiwa

Jumlah penduduk perempuan : 13.255 jiwa

Kepadatan penduduk : 107 jiwa/km2

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 KARIES

A. Definisi Karies Gigi Anak

4
Karies gigi anak merupakan penyakit gigi yang memliki banyak penyebab.1,2 Penyakit ini
disebabkan oleh beberapa tipe bakteri penghasil asam yang dapat merusak kristal email. Asam
yang dihasilkan oleh bakteri tersebut berasal dari reaksi fermentasi glukosa. Asam ini
menyebabkan terjadinya penurunan pH pada permukaan email gigi. Ketika pH turun menjadi di
bawah 5,5, maka proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari proses remineralisasi. Hal ini
menyebabkan lebih banyak kristal email yang rusak dan membuat lubang pada gigi.1

Gambar 1. Karies Gigi


(http://nafnafian.blogspot.com/)

B. Faktor-Faktor Penyebab Karies Gigi Anak


Karies berkaitan dengan pembentukan plak pada gigi.1,2 Menurut Sturdevant plak
merupakan suatu lapisan tipis dan kuat yang berakumulasi pada permukaan gigi. 3 Plak gigi
terdiri dari bakteri asidogenik dan bakteri asidodurik. Bakteri yang berada di dalam plak dan
dianggap sebagai penyebab utama terjadinya karies adalah Streptococcus mutans.1,2
Plak dapat terlihat pada gigi setelah 1-2 hari apabila kebersihan mulut diabaikan.
Biasanya plak dapat terlihat pada daerah yang tidak dapat dibersihkan secara mekanis. Plak juga
terdapat pada pit, fissure, tumpatan dan lain-lain. Proses pembentukan plak dibedakan menjadi 3
tahap yaitu: (1) pembentukan pelikel pada permukaan gigi, (2) kolonisasi inisial bakteri, dan (3)
kolonisasi sekunder disertai maturasi plak.3

5
Gambar 2. Faktor-Faktor Penyebab Karies Gigi Anak
(Handbook of Pediatric Dentistry, pg. 40)

Lokasi dan skor plak tergantung pada masing-masing indvidu dan beberapa faktor seperti
kebersihan mulut, faktor diet dan komposisi aliran saliva. Namun, secara umum ada
empat faktor yang berperan menyebabkan karies atau lubang gigi, yakni gigi
dan saliva (host), bakteri (plak/agent), karbohidrat atau sukrosa (substrate)
dan waktu (time).1,2,

1. Host (Gigi)
Terdapat tiga faktor penyebab karies yang saling berhubungan yaitu host (gigi), mikroba
dan diet. Ketiga faktor tersebut adalah bentuk sederhana dari hubungan yang kompleks di dalam
rongga mulut. Kualitas struktur gigi dan saliva merupakan faktor host utama yang harus
dipertimbangkan dalam proses pembentukan karies.2 Perubahan kuantitas atau kualitas saliva
memiliki efek pada lingkungan mulut secara menyeluruh, antara lain: mempengaruhi tingkat
karies, kenyamanan mulut, kesehatan periodontal dan resistensi terhadap infeksi.1,2
Pit dan fissure pada permukaan gigi adalah lokasi yang memiliki resiko tertinggi terkena
karies dimana karies tersebut nantinya akan menghasilkan suatu retensi bagi mikroorganisme.1

2. Bakteri

6
Bakteri yang paling umum menyebabkan karies gigi adalah Streptococcus mutans.
Bakteri yang terdapat di dalam plak ini mensintesa polisakarida ekstraseluler dari sukrosa
dengan menggunakan enzim glukosalisil transferase. Pertumbuhan bakteri ini amat pesat pada
permukaan gigi ataupun gigi tiruan. Kolonisasi bakteri hanya dapat terjadi pada satu permukaan
gigi saja. Perkembangan bakteri streptococcus mutans pada permukaan gigi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu diet, kadar flour pada permukaan gigi, kebersihan mulut, komposisi dan
aliran saliva, interaksi mikroba pada plak dan imunitas host.3

Gambar 3. Preparat Streptococcus mutans


(http://id.wikipedia.org/wiki/Karies_gigi)

3. Substrat
Bahan makanan (karbohidrat) yang berkontak dengan gigi secara terus menerus dalam
jangka waktu yang lama dapat memicu terjadinya karies gigi. Karbohidrat dapat dijumpai pada
hampir semua makanan yang disukai oleh anak-anak seperti : permen, cokelat,dan kue. Beberapa
jenis karbohidrat yang sering dijumpai dalam makanan, yaitu : polisakarida, sukrosa, dan
glukosa. Jenis karbohidrat yang memiliki jumlah terbanyak dalam diet adalah sukrosa.Pada
metabolisme bakteri, sukrosa akan diubah oleh bakteri di dalam mulut menjadi asam laktat
melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi. Asam laktat ini akan berkontak pada
permukaan gigi dan mengakibatkan penurunan PH pada permukaan email gigi. PH pada
permukaan email gigi akan terus menurun dengan hingga mencapai level terendah yang dapat
menimbulkan proses demineralisasi gigi. 2,3

7
Gambar 4. Substrat sebagai penyebab karies gigi
(http://kidzdentalcare.blogspot.com/2011/03/karies-gigi-pada-balita.html)

4. Waktu
Ketika asam terjadi secara berulang, kristal enamel menjadi rusak dan kemudian
mengakibatkan kerusakan yang lebih lanjut pada permukaan gigi. Ini mungkin memerlukan
waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tergantung pada intensitas dan frekuensi keasaman.
Proses demineralisasi dan remineralisasi enamel secara konstan berputar antara kehilangan dan
bertambahnya mineral gigi. Faktor etiologi dari perputaran jangka panjang tersebut terdiri dari:
(1) komposisi dan jumlah plak, (2) konsumsi gula (frekuensi dan waktu), (3) kadar flour pada
permukaan gigi, (4) aliran dan kualitas saliva, (5) kualitas enamel, dan (6) respon imun. Berarti
di dalam mulut selalu terdapat proses demineralisasi dan remineralisasi enamel, sehingga
individu tidak akan pernah bebas dari karies gigi.2
Waktu/frekuensi kontak antara gigi dengan semua faktor etiologi adalah hal yang paling
penting. Semakin tinggi frekuensi kontak antara gigi dengan faktor faktor etiologi, semakin
tinggi pula resiko terkena karies. Sebaiknya makanan dibersihkan dari permukaan gigi dengan
cara menyikatnya, sehingga kemungkinan besar tidak akan ada plak yang menempel dan akan
mengurangi terjadinya resiko terkena karies gigi. 3

3.2 NURSING BOTTLE CARIES


A. Definisi

8
Karies anak usia dini atau Early Childhood Caries adalah bentuk spesifik dari karies
yang parah yang mempengaruhi bayi dan anak-anak. Hal itu didefinisikan sebagai keberadaan
lebih dari satu karies (lesi non-kavitas atau kavitas), hilang (karena karies), atau karies pada
permukaan gigi dalam setiap gigi susu pada anak 71 bulan atau lebih muda. 1,4 Presentasi dari
karies gigi ini sebelumnya disebut "baby bottle tooth decay" dan "Nursing Bottle Caries". Ada
tanda-tanda adanya karies permukaan halus pada anak lebih muda dari 3 tahun merupakan
indikasi dari ECC yang parah. Antara usia 3 dan 5, keparahan ECC didefinisikan sebagai satu
atau lebih kavitas, hilang (karena karies), atau karies pada seluruh permukaan halus di gigi susu
rahang atas anterior atau, gigi rusak, hilang, atau permukaan gigi memiliki (dmfs) skor lebih
besar dari 4 (usia 3), lebih besar dari 5 (usia 4), atau lebih besar dari 6 (usia 5). Sebuah fitur ECC
tidak tersirat dalam definisinya adalah perkembangan karies yang cepat.1 Mereka juga
menetapkan bahwa, pada anak-anak lebih muda dari usia 3 tahun, tanda-tanda karies permukaan
halus merupakan indikasi dari karies dini pada anak yang parah (S-ECC).4

Gambar 5. Early Childhood Caries


(Sumber: http://www.studiodentaire.com/articles/en/providing-the-best-dental-care-for-your-kids.php )

Selama bertahun-tahun telah diakui bahwa, setelah erupsi gigi susu dimulai, pemberian
makanan yang berlebihan/ sering minum susu dari botol dan / pemberian ASI dikaitkan dengan
karies dini yang merajalela. Penampilan klinis dari gigi S-ECC pada anak 2, 3, atau 4 tahun
adalah khas dan mengikuti pola tertentu.4

9
Gambar 6. (kiri atas) Gigi incisivus atas daerah yang paling sering terkena, (kanan atas) Gigi molar atas dan
bawah daerah yang kadang-kadang terkena, dan (bawah) Gigi incisivus bawah daerah yang biasanya tidak
terkena.
(Sumber: http://www.animated-teeth.com/tooth_decay/t5_tooth_decay_children.htm)

Ada keterlibatan awal karies pada gigi anterior rahang atas, maksila dan molar mandibula
pertama gigi susu, dan kadang-kadang gigi kaninus rahang bawah. Gigi insisivus rahang bawah
biasanya tidak terpengaruh. Sebuah diskusi dengan orang tua mengungkapkan pola makan yang
tidak tepat: anak telah tidur pada waktu tidur siang, sore dan / atau di malam hari dengan botol
susu atau minuman yang mengandung gula. Anak tertidur, dan cairan menggenang di sekitar gigi

10
(gigi anterior rahang bawah cenderung dilindungi oleh lidah). Akan terlihat bahwa cairan yang
mengandung karbohidrat mengandung medium kultur yang sangat baik untuk mikroorganisme
asidogenik. Aliran saliva juga menurun selama tidur, dan pembersihan cairan dari rongga mulut
diperlambat.4
Gardner, Norwood, dan Eisenson melaporkan empat kasus di mana pola karies yang
sama diamati, dan dalam setiap anak kondisi ini disebabkan kebiasaan menyusui tertentu. Dalam
setiap kasus dijelaskan bahwa susu manusia/ ASI adalah sumber utama nutrisi. Para peneliti
merekomendasikan bahwa sejak bayi lahir harus diberikan ASI. Anak yang tertidur saat
menyusui harus bersendawa dan kemudian ditempatkan di tempat tidur. Selain itu, orangtua
harus mulai menyikat gigi anak segera setelah erupsi gigi dan harus menghentikan menyusui
segera setelah anak dapat minum dari cangkir sekitar usia 12 bulan.4
AAPD mendukung pernyataan kebijakan dari American Academy of Pediatrics (APP)
tentang menyusui dan penggunaan susu manusia/ ASI. Pernyataan APP meliputi pengakuan
bahwa "menyusui menjamin kesehatan yang terbaik serta pengembangan terbaik dan hasil
psikososial untuk bayi". Namun, organisasi mencegah frekuensi yang diperpanjang (dari ASI
atau botol) dan mendorong langkah-langkah kebersihan mulut yang tepat untuk bayi dan balita.4
Dilley dan Machen mengamati sejumlah besar anak-anak dengan karies pada kebiasaan
menyusui yang berkepanjangan dan menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan
menyusui dan latar belakang keluarga, kecuali bahwa keluarga itu terutama dari kelompok sosial
ekonomi rendah. Orang tua juga menunjukkan bahwa mereka tidak tahu kapan kebersihan oral
harus diterapkan. Para penulis juga mengamati pola karies yang hampir simetris.4
Hallonsten dkk menyaring 3000 anak usia 18 bulan untuk karies gigi dan kebiasaan
menyusui yang berkelanjutan. Dua belas (19,7%) dari 61 anak-anak yang masih diberikan ASI
memiliki karies, sementara 51 (1,7%) dari 2939 anak-anak tidak diberi ASI memiliki karies. Para
penulis menemukan bahwa anak-anak yang mengalami menyusu yang berkepanjangan
cenderung untuk mengembangkan kebiasaan makan yang tidak cocok untuk mereka pada risiko
karies usia dini.4
Ada bukti ilmiah yang cukup besar dari percobaan in vitro dan pada hewan model yang
menunjukkan bahwa produk susu seperti susu sapi dan keju serta susu manusia tidak kariogenik
dan sebenarnya bisa menjadi pelindung struktur gigi dan merangsang remineralisasi dalam
kondisi tertentu. Percobaan serupa menunjukkan bahwa susu formula, dengan aditif makanan

11
olahan, menyebabkan berkembangnya karies. Isu-isu ini dibahas secara lebih rinci nanti.
Cukuplah untuk mengatakan di sini bahwa kita belum banyak belajar tentang perkembangan
karies pada kedua penyakit yang lebih khas dan bentuk merajalela. Bijaksana untuk memberikan
nasihat bagi orangtua untuk praktek langkah-langkah kebersihan mulut yang baik untuk anak dan
untuk menghindari kebiasaan makan yang tidak tepat yang berhubungan dengan S-ECC.4
S-ECC dapat dicegah dengan konseling untuk orang tua. Hal ini adalah salah satu alasan
untuk mengatakan bahwa anak-anak dapat menerima pemeriksaan pertama gigi mereka antara 6
dan 12 bulan usia, ketika S-ECC tidak mungkin berkembang. Dalam sebuah laporan
komprehensif yang disiapkan untuk Sub-komite Oral Health Koalisi Ibu Sehat Bayi Sehat-, Ripa.
"Prioritas harus diberikan untuk program pendidikan nasional yang diarahkan untuk mendidik
publik mengenai karies karena menyusui." Program pendidikan harus melibatkan kontak
langsung dengan wanita hamil, orang tua, dan pengasuh anak dalam subkelompok populasi
dengan prevalensi karies karena susu yang tinggi.4

B. Etiologi Nursing Bottle Caries


Karies gigi pada anak adalah suatu penyakit yang kompleks dan memiliki penyebab
multifaktorial. Karies gigi dimodifikasi oleh makanan berupa karbohidrat dan saliva yang
mengalir kurang baik sehingga menjadi suatu penyakit yang berbahaya pada gigi. Karies
merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, mulai dari
permukaan gigi hingga meluas ke arah pulpa. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi
merupakan suatu penyakit dimana bakteri merusak struktur jaringan keras gigi (enamel, dentin
dan sementum). Jaringan tersebut rusak dan menyebabkan lubang pada gigi.1
Karies gigi pada anak merupakan penyakit yang dapat bertransmisi. Dimana karies gigi
dipengaruhi proses yang kompleks berupa demineralisasi dan remineralisasi enamel yang mana
zat organic dibentuk oleh mikroorganisme pada plak.1
Early Childhood Caries (ECC) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
karies yang terjadi pada gigi susu anak-anak. Pada banyak kasus, ECC berhubungan dengan
konsumsi minuman yang mengandung gula dari botol. Minuman buah juga berhubungan dengan
Nursing Bottle Caries. Walaupun mengandung gula yang rendah atau tidak ada tambahan
gula juga dapat mengakibatkan karies.5

12
Gambar 7. Anak seharusnya tidak dibiarkan menggunakan botol saat tidur
(Sumber: http://www.westsomervilledental.com/child/)

ECC adalah hasil dari interaksi faktor-faktor yang terlibat dalam jenis lain dari karies gigi
(bakteri kariogenik, karbohidrat halus, dan faktor host). Namun, faktor makanan juga termasuk
sering mengkonsumsi cairan yang mengandung karbohidrat yang difermentasi, khususnya
melalui botol susu pada waktu tidur. Jus, soda, susu formula bayi dan minuman manis telah
terlibat dalam ECC. Ketika menyusui menggunakan botol saat bayi tidur, cairan susu
menggenang di sekitar gigi insisivus rahang atas dan dapat menyebabkan kerusakan parah dari
struktur gigi yang cepat dan progresif. Hubungan antara susu sapi dan ECC adalah agak
kontroversial. Banyak laporan menyatakan terlibatnya susu sebagai faktor etiologi untuk ECC.
Namun, studi laboratorium telah menunjukkan bahwa ASI tidak bersifat kariogenik dan bahkan
dapat melindungi permukaan gigi karena kandungan kalsium yang tinggi. ASI manusia telah
terlibat dalam ECC pada anak-anak yang terlibat dalam perawatan terbatas. Namun, penelitian
dengan manusia tidak menunjukkan bahwa susu manusia kariogenik. Mungkin ada faktor lain di
tempat kerja dalam keluarga yang membuat menyusui ASI mengakibatkan berkembangnya
ECC.1
American Academy of Pediatric Dentisty merekomendasikan bahwa bayi tidak ditidurkan
dengan botol dan bahwa menyusui nokturnal yang terbatas harus dihindari setelah erupsi gigi
susu pertama. Orangtua harus mendorong bayi mereka untuk minum dari cangkir saat anak
mendekati ulang tahun pertama; pemberian susu botol sebaiknya dilakukan pada 12 sampai 14
bulan usia. Botol atau tidak boleh digunakan untuk konsumsi cairan yang mengandung
karbohidrat difermentasi secara berulang dan berkepanjangan. Langkah-langkah kebersihan oral

13
harus diterapkan pada saat erupsi gigi pertama. Konsultasi kesehatan oral awal anak harus
dilakukan dalam waktu 6 bulan setelah erupsi gigi pertama tetapi tidak lebih dari usia 12 bulan.1,4
Konsumsi yang terlalu sering merupakan faktor utamanya. Anak-anak yang terkena
biasanya menyusui melalui botol pada saat tidur agar merasa nyaman, atau menggunakan botol
seharian. Peneliti menunjukkan bahwa anak-anak yang tertidur dengan botol minum di mulutnya
biasanya terkena ECC, dan mungkin ini karena faktor meningkatnya saliva anak-anak di waktu
tidur. Bagaimanapun, hubungan antara kebiasaan menyusui melalui botol dan ECC tidak pasti
dan penelitian telah menemukan penyebab lainnya, seperti kerusakan enamel dan malnutrisi
yang menjadi peranan penting etiologi pada kondisi ini. 5
Ada kemungkinan lain terjadinya ECC pada beberapa kasus adalah ECC dapat
berhubungan dengan lamanya menyusui. ASI mengandung 7% laktosa dan konsumsi ASI yang
lama dan sering dapat menjadi salah satu faktor etiologi yang sangat penting. Kebanyakan anak-
anak terkena pada saat anak tertidur dengan orang tuanya, menyusui pada malam hari dan
terkadang masih menyusui hinggan usia 2 tahun atau lebih. Sangatlah penting untuk diketahui
bahwa ini bukan merupakan hal yang normal apabila menyusui lebih dari usia 1 tahun dan sangat
buruk untuk gigi, namun apabila menyusui dalam jangka waktu yang panjang dan sering pada
usia tersebut maka dapat menyebabkan gigi karies.5

C. Perawatan Pencegahan
Perawatan pencegahan karies seharusnya dilakukan secara dini. Banyak sekali yang
menganggap bahwa perawatan pencegahan bukan bagian dari perawatan gigi. memperbaiki
kerusakan yang diakibatkan oleh karies gigi juga penting, tetapi prosedur ini akan berhasil
apabila diketahui apa penyebab dari kerusakan gigi itu.5
Contoh-contoh perawatan pencegahan karies ang dapat dilakukan adalah pengaplikasian
florida, fissure sealant, sikat gigi dan mengatur pola makan yang baik.

1. Aplikasi Florida
Orang tua disarankan untuk menyikat gigi anaknya dengan pasta gigi berflorida saat
pertama kali gigi erupsi yaitu sekitar usia 6 bulan. Pasta gigi yang mengandung 450-600
p.p.m florida dianjurkan untuk di gunakan. Pasta gigi dengan konsentrasi florida yang rendah
juga ada, tetapi diragukan manfaatnya. Konsentrasi yang tinggi (1000-1500 p.p.m) harus

14
dihindari pada anak-anak, khususnya pada usia di bawah 3 tahun, karena pengkonsumsian
florida yang berlebih dapat mengurangi fluor enamel pada gigi permanen. Anak-anak yang
dianggap memiliki resiko yang tinggi terhadap karies agar disarankan mengganti pasta
giginya yang mengandung fluor sebesar 1000 p.p.m pada usia 6 tahun.5

Gambar 8. Pasta Gigi


(http://www.hanifagrafika.com/2011/10/beberapa-pasta-gigi-odol-paling-aneh-di.html)

2. Fissure sealant
Namun tidak seringkali digunakan pada gigi susu, fissure sealant dapat digunakan
pada molar molar susu (khususnya gigi molar dua susu) yang mana satu atau lebih molar
susu sudah mengalami karies oklusal.5

Gambar 9. Fissure sealant


(http://syimiekitty.blogspot.com/2011/12/fissure-sealant.html)
3. Sikat Gigi

15
Pembersihan plak dengan menggunakan sikat gigi berbulu lembut dan kepala yang
kecil disertai pasta gigi 500 p.p.m. seharusnya dilakukan sejak gigi pertama kali erupsi.5

Gambar 10. Sikat gigi


(http://www.parenting.co.id/images/article/04/001/003/201/P&w=300&h=343&ei=pM5ST-
HLD46ZiQeNgaXYCw&zoom=1)

Anak-anak pra-sekolah membutuhkan bantuan orangtua apabila pembersihan mulut


yang efektif diperlukan, oleh karena itu peran orang tua sangat penitng saat mereka menyikat
gigi. Orang tua disarankan agar memantau anaknya agar menyikat giginya dua kali sehari.
Berdiri atau jongkok dibelakang anak di depan wastafel atau kaca seringkali yang paling
gampang untuk membantu menyikat gigi anak yang masih kecil.5

4. Pola Makan
Seringnya mengkonsumsi minuman dan makan yang manis adalah salah satu faktor
penyebab dari karies yang seringkali terjadi pada anak usia pra-sekolah. Mengurangi
mengkonsumsi minuman dan makanan yang manis agar diberitahukan kepada orang tua.
Banyak anak-anak dengan ECC juga poor eater, orang tua mereka melaporkan bahwa
anaknya tidak makan dengan baik. Anak seperti itu kalorinya disertai dengan mengkonsumsi
minuman jus buah diantara makannya. Riwayat anak yang tidak bisa tidur karena harus
tidur dengan menggunakan botol susu juga harus diatur.5
Apabila keadaan tersebut sulit untuk dihentikan dan banyak orang tua yang merasa
bersalah bahwa anaknya mengalami lubang pada gigi, sehingga memiliki perasaan bahwa

16
mereka telah melakukan sesuatu hal yang salah. Konseling dibutuhkan untuk orang tua agar
tidak merasakan hal tersebut namun orang tua agar memerhatikan penyebab dari kondisi
tersebut. Menghentikan kebiasaan minum susu melalui botol pada malam hari berhasil pada
sebagian orang tua, tetapi dapat juga sulit untuk orang tua lainnya. 5

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey, yaitu dimana penelitian
dilakukan dengan pemeriksaan klinis secara langsung dan menggunakan kuisioner sebagai data
primer yang diisi oleh orang tua pasien di PAUD Bougenvil Biru RW 02 Pasar Minggu dan

17
PAUD MATOA RW 10 Jatipadang-Pasar Minggu pada tanggal 1-3 Mei 2012 sebagai alat
pengumpulan data yang pokok.

4.2 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan dengan pemeriksaan klinis secara langsung dan


menggunakan kuisioner yang diisi oleh orang tua pasien yang datang mengantarkan anak-
anaknya di PAUD Bougenvil Biru RW 02 dan PAUD MATOA RW 10 secara langsung. Alat dan
bahan yang digunakan pada pemeriksaan klinis yaitu 2 kaca mulut, 1 sonde half moon, 1 pinset
dan ekskavator. Data yang didapat kemudian dianalisis lalu dibuat kesimpulan dan data yang
diambil adalah keadaan gigi pasien dengan ada atau tidaknya karies.

4.3 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah secara sederhana menggunakan table-tabel Prevalensi


frekuensi dan disertai dengan perhitungan berupa persentase.

4.4 Waktu dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PAUD Bougenvil Biru RW 2 Pasar Minggu dan PAUD
MATOA RW 10 Jatipadang-Pasar Minggu. Penelitian dilakukan pada tanggal 1-3 Mei 2012.

18
BAB V

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian mengenai Pengaruh kebiasaan makan pada gigi susu anak-anak yang
mengakibatkan Nursing Bottle Caries dengan pemeriksaan klinis secara langsung dan
menggunakan kuisioner yang diisi oleh orang tua pasien di PAUD Bougenvil biru dan BKB
PAUD MATOA Pasar Minggu. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel
sebagai berikut:

19
TABEL 1

Frekuensi Prevalensi studi populasi

NO. Pertanyaan Frekuensi (n) Persentase (%) Persentase


PSM 1 PSM 2 PSM 1 PSM 2 (%)
1. Pendidikan terakhir orang tua
a. SMP/ sederajat 8 11 13,3% 18,3% 31,6%
b. SMA/ sederajat 20 11 33,3% 18,3% 51,6%
c. Dll. 7 3 11,8% 5% 16,8%
2. Pekerjaan Orang tua
a. Pegawai Negeri 1 0 1,7% 0% 1,7%
b. Pegawai Swasta 8 10 13,3% 16,7% 30%
c. Dll. 26 15 43,3% 25% 63,3%
3. Penghasilan (per bulan)
a. < 1juta 5 12 8,3% 20% 28,3%
b. 2-3 juta 15 7 25% 11,7% 36,7%
c. Dll. 15 6 25% 10% 35%
4. Frekuensi menyikat gigi
a. Sikat gigi pada malam
hari ? 20 14 33,3% 23,4% 56,7%
Ya 15 11 25% 18,3% 43,3%
Tidak
b. Sikat gigi setelah
makan ?
Ya 16 13 26,7% 21,7% 48,4%
Tidak 20 11 33,3% 18,3% 21,6%
c. Sikat gigi teratur ?
Ya 24 20 40% 33,3% 73,3%
Tidak 11 5 18,3% 8,3% 26,6%
TABEL 1

Frekuensi Prevalensi studi populasi (Lanjutan)

NO. Pertanyaan Frekuensi (n) Persentase (%) Persentase


PSM 1 PSM 2 PSM 1 PSM 2 (%)
5. Tidur sambil minum susu
botol ?
Ya 14 9 23,3% 15% 38,3%
Tidak 21 16 35% 26,7% 61,7%
6. Anak diajari cara menyikat
gigi ?

20
Ya 35 25 58,3% 41,7% 100%
Tidak 0 0 0% 0% 0%
7. Sering mengkonsumsi
makanan/minuman manis ?
(contoh: permen/minuman
bersoda)
Ya 33 20 55% 33,3% 88,3%
Tidak 2 5 3,3% 8,3% 11,6%
8. Pemberian makanan 4 sehat 5
sempurna ? (nasi, lauk pauk,
sayur-sayuran, buah-buahan
+susu)
Ya 35 25 58,3% 41,7% 100%
Tidak 0 0 0% 0% 0%
9. Kontrol setiap 6/12 bulan
sekali ke dokter gigi ?
Ya 4 3 6,7% 5% 11,7%
Tidak 31 22 51,7% 36,6% 88,3%
10. Adik /kakak memiliki gigi
berlubang ?
Ya 13 10 21,7% 16,7% 38,4%
Tidak 22 15 36,6% 25% 61,6%
11. Jarak dari rumah ke
Puskesmas jauh ?
Ya 15 10 25% 16,7% 41,7%
Tidak 20 15 33,3% 25% 58,3%
12. Apakah ada perasaan takut
untuk ke dokter gigi ?
Ya 17 14 28,3% 23,4% 51,7%
Tidak 18 11 30% 18,3% 48,3%

Berdasarkan table diatas, jumlah 60 anak-anak usia 3-5 tahun dari PAUD yang dipilih
diberikan kuisioner. Dimana tabel 1 menunjukkan hasil kuisioner yang diisi oleh orang tua
murid.

Dari tabel tersebut ditemukan beberapa data yang menarik perhatian, antara lain adalah
tingginya persentase anak yang tidur tidak sambil minum susu di botol yaitu 38,3%(n=23)
menjawab ya dan 61,7%(n=37) menjawab tidak. Dimana mungkin berhubungan dengan
pengawasan orang tua dirumah dengan cara mengajari anaknya menyikat gigi, 100%(n=60)
menjawab ya serta pemberian makanan 4sehat 5 sempurna yang diberikan sebanyak 100% oleh

21
semua orang tua. Tapi tetap banyak mengkonsumsi makanan/minuman manis, sebanyak 88,3%
(n=53) menjawab ya dan cuman 11,7%(n=7) yang menjawab tidak.

TABEL 2

Prevalensi Nursing Bottle Caries berdasarkan pemberian susu saat tidur

Pemberian Dengan Nursing Bottle Caries Tanpa Nursing Bottle Caries Total n (%)
susu n (%) n (%)

Ya 15 (65,2%) 8 (34,8%) 23 (100%)

Tidak 22 (59,5%) 15 (40,5%) 37 (100%)

Total 37 (61,7%) 23 (38,3%) 60 (100%)

Berdasarkan Tabel 2 di atas, anak-anak sebanyak 65,2% (n=15) diberi susu saat tidur
mengalami Nursing Bottle Caries dan anak-anak sebanyak 34,8% (n=8) diberi susu saat tidur
namun tidak mengalami Nursing Bottle Caries. Sedangkan anak-anak sebanyak 59,5% (n=22)
tidak diberi susu saat tidur mengalami Nursing Bottle Caries dan anak-anak sebanyak 40,5%
(n=15) tidak diberi susu saat tidur tidak mengalami Nursing Bottle Caries.

TABEL 3

Prevalensi jenis kelamin yang berhubungan dengan Nursing Bottle Caries

Jenis Kelamin Dengan Nursing Bottle Tanpa Nursing Bottle Caries Total n (%)
Caries n (%) n (%)

Laki-laki 15 (40,5%) 5 (21,7%) 20 (33,3%)

Perempuan 22 (59,5%) 18 (78,3%) 40 (66,7%)

Total 37 (100%) 23 (100%) 60 (100%)

22
TABEL 4

Prevalensi anak-anak berdasarkan usia yang memperlihatkan tanda-tanda dan gejala


Nursing Bottle Caries

Usia Dengan Nursing Bottle Tanpa Nursing Bottle Caries Total n (%)
Caries n (%) n (%)

2-3 tahun 2 (5,4%) 2 (8,7%) 4 (6,7%)

3-4 tahun 12 (32,4%) 8 (34,8%) 20 (33,3%)

4-5 tahun 22 (59,5%) 11 (47,8%) 33 (55%)

5-6 tahun 1 (2,7%) 2 (8,7%) 3 (5%)

Total 37 (100%) 23 (100%) 60 (100%)

Berdasarkan tabel 4 diatas, anak-anak usia 2-3 tahun sebanyak 5,4% (n=2) menderita
Nursing Bottle Caries dan 8,7% (n=2) tidak menderita Nursing Bottle Caries. Kemudian anak-
anak usia 3-4 tahun sebanyak 32,4% (n=12) menderita Nursing Bottle Caries dan 34,8% (n=8)
tidak menderita Nursing Bottle Caries. Kemudian anak-anak usia 4-5 tahun sebanyak 59,5%
(n=22) menderita Nursing Bottle Caries dan 47,8% (n=11) tidak menderita Nursing Bottle
Caries. Dan yang terakhir anak-anak usia 5-6 tahun sebanyak 2,7% (n=1) menderita Nursing
Bottle Caries dan 8,7% (n=2) tidak menderita Nursing Bottle Caries.

23
BAB VI

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Menurut hasil penelitian dari 60 orang anak-anak yang diteliti di BKB PAUD Bougenvil
Biru RW 02 Pasar Minggu dan BKB PAUD MATOA RW 10 Jatipadang Pasar Minggu dalam hal
pendidikan terakhir dari orang tua , menunjukkan hasil terbanyak dengan pendidikan terakhir
SMA sebanyak 31 orang tua murid (51,7%), sedangkan juga masih terdapat juga dengan
pendidikan terakhir yang lebih rendah yaitu SMP sebanyak 19 orang tua murid (31,7%) dan
pendidikan terakhir lain termasuk SD sebanyak 10 orang tua murid (16,6%), hal tersebut
mempengaruhi tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua mengenai kesehatan dan

24
kebersihan mulut anak-anaknya sehingga orang tua mereka dapat memberi pendidikan kepada
anak-anak mereka. Semakin tinggi pendidikan orang tua maka semakin rendah juga untuk
terjadinya karies. Chan dkk. di Hongkong memperlihatkan bahwa hanya 7,6% anak-anak
terkena ECC dikarenakan ibu yang memiliki suatu pengetahuan kesehatan mulut yang sangat
tinggi. 6
Berdasarkan penelitian terhadap 60 perilaku anak-anak yang diteliti akan rasa takut untuk
berkunjung dokter gigi, memperlihatkan hasil terbanyak menjawab Ya sebesar 51,7% dari 31
orang anak. Alasan mereka takut untuk datang kedokter gigi adalah karena mereka takut dengan
alatnya, dan tindakan yang akan dilakukan oleh dokter nantinya. Disini peranan seorang orang
tua sangat penting untuk meyakinkan kepada anak bahwa dokter gigi tidaklah menyeramkan bagi
mereka dan keyakinan itu harus dimulai dari orang tua mereka sendiri. Karena rasa takut anak
terhadap dokter gigi maka untuk melakukan control 6 atau 12 bulan sekali sangatlah kecil yaitu
sebesar 88,3% dari 53 anak yang menjawab Tidak.
Berdasarkan penelitian terhadap 60 orang anak-anak yang terbiasa minum susu botol saat
tidur, memperlihatkan hasil terbanyak penggunaan susu botol saat tidur yang dapat
mengakibatkan Nursing Bottle Caries sebanyak persentase 65,2% dari 15 orang anak yang
mengkonsumsi susu botol saat tidur, karena sebagian orang tua mempercayai apabila anak
tersebut rewel ataupun mau tidur, anak tersebut akan merasa lebih nyaman apabila diberi susu
melalui botol. Sebagian orang tua pada saat anak mereka tertidur dengan botol susu, mereka lupa
untuk melepasnya dari mulut sehingga susu tergenang pada palatum gigi anterior anak kemudian
mengalir ke bagian posterior atas gigi anak dan jatuh ke daerah posterior gigi bawah anak yang
mana bila dilakukan terus menerus akan terbentuk suatu karies. Namun hasil juga menunjukkan
anak sebanyak 40,5% dari 15 orang anak tidak menggunakan susu botol saat tidur dan tidak
terdapat Nursing Bottle Caries, dikarenakan sebagian anak sudah tidak mau minum susu dari
botol lagi dan lebih terbiasa dengan menggunakan gelas. Informasi tentang cara praktis untuk
mengendalikan pemberian makan waktu tidur pada usia anak-anak muda harus dilakukan para
ibu-ibu. Pentingnya tindakan tersebut adalah untuk menekankan sebelum terjadinya kebiasaan
makan yang buruk.7

Berdasarkan tabel 3 diatas, anak laki-laki sebanyak 40,5% (n=15) menderita Nursing
Bottle Caries dan 21,7% (n=5) tidak menderita Nursing Bottle Caries. Sedangkan anak
perempuan sebanyak 59,5% (n=22) menderita Nursing Bottle Caries dan 78,3% (n=18) tidak

25
menderita Nursing Bottle Caries. Hasil penelitian menurut jenis kelamin 60 anak dengan
kebiasaan minum susu botol saat tidur, memperlihatkan hasil terbanyak yang menderita Nursing
Bottle Caries adalah anak perempuan sebanyak persentase 59,5% dari 22 orang anak
dibandingkan dengan berjenis kelamin laki-laki yaitu sejumlah 40,5% dari 38 orang anak.
Keadaan ini dikarenakan anak perempuan yang dilaporkan lebih manja dan rewel apabila anak
tersebut tidak diberi botol susu saat tidur.

Hasil penelitian berdasarkan usia anak sebanyak 60 orang anak yang memiliki kebiasaan
minum susu botol saat tidur, memperlihatkan hasil terbanyak yang menderita Nursing Bottle
Caries pada usia 4-5 tahun sebesar 59,5% dari 22 orang anak. Pada tahun 1979-80an, Grytten
dkk6 melakukan penelitian di kota Norwegia yang memperlihatkan usia 30 bulan adanya
prevalensi ECC / Nursing Bottle Caries sebesar 20% pada anak-anak dan juga memperlihatkan
peningkatan tingkat ECC saat mereka tumbuh lebih besar yang mana hampir sama dengan
penelitian kami.

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari anak-anak yang bersekolah di BKB PAUD
Bougenvil RW 02 Pasar Minggu dan BKB PAUD MATOA Jatipadang Pasar Minggu Jakarta
Selatan pada tanggal 1-3 Mei 2012 didapatkan hasil terbanyak pada pendidikan terakhir orang
tua dengan persentase 51,7%.

26
Sedangkan hasil yang didapat dari perilaku anak-anak yang diteliti akan rasa takut untuk
berkunjung dokter gigi, memperlihatkan hasil terbanyak menjawab Ya sebesar 51,7%, dan
didapatkan hasil terbanyak tidak kontrol 6 atau 12 bulan sekali ke dokter gigi sebanyak 88,3%.

Hasil yang didapat dari anak-anak yang terbiasa minum susu botol saat tidur,
memperlihatkan hasil terbanyak penggunaan susu botol saat tidur yang dapat mengakibatkan
Nursing Bottle Caries sebanyak persentase 65,2% dan ada pula juga anak yang menggunakan
susu botol saat tidur dan tidak terdapat Nursing Bottle Caries hasil sebanyak 34,8% dari 8anak
merupakan hal yang jarang tejadi.

Berdasarkan jenis kelamin dalam yang menderita Nursing Bottle Caries memberikan
hasil terbanyak pada anak perempuan sebanyak persentase 59,5% dari 22 orang anak, dan jarang
terjadi pada anak laki-laki yang tidak menderita Nursing Bottle Caries sebanyak 21,7% dari 5
anak.

Kemudian berdasarkan usia anak yang menderita Nursing Bottle Caries, memberikan
hasil terbanyak terjadi pada usia 4-5 tahun dengan persentase 59,5% dari 22 orang anak.

Oleh karena itu disimpulkan bahwa pemberian susu botol pada malam hari atau saat tidur
merupakan suatu penyebab dari Nursing Bottle Caries. Pendidikan orang tua juga berpengaruh
besar terhadap kebersihan mulut anaknya.

Studi ini menunjukkan suatu prevalensi Nursing Bottle Caries yang tinggi pada BKB
PAUD Bougenvil Biru dan BKB PAUD MATOA yang dimana orang tua harus diberikan
pengetahuan yang lebih luas mengenai faktor resiko yang akan terjadi mengenai Nursing Bottle
Caries ini. Maka orang tua diharapkan untuk menjadi contoh untuk anak-anaknya dan agar diberi
dorongan untuk membuktikan kebiasaan kebersihan mulut anak-anaknya.

7.2 Saran

Kami menyarankan pada para praktisi kesehatan dan teman sejawat untuk selalu
menganjurkan kepada para orang tua untuk merubah kebiasaan meminum susu dengan botol saat
tidur, juga membiasakan menyikat gigi dua kali sehari kepada anak-anak dan membiasakan
untuk memeriksa giginya minimal 6 bulan sekali.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Pinkham J.R. et al. Pediatric Dentistry: Infancy Through Adolescence. 4th ed. Elsevier:

Saunders; 2005. pg. 199, 203-204, 532-535, 547-549 .

2. Cameron A.C, Widmer R.P. Handbook of Pediatric Dentistry. 3rd ed. Edinburgh: Mosby-

Elsevier; 2008. pg. 39-41, 87

3. Rao A. Principles and Practice of Pedodontics. 2nd ed. Jaypee; 2008. pg. 164,166-168, 171,

237

28
4. McDonald R.E. et al. Dentistry for the Child and Adolescent. 8th ed. Mosby; 2006. pg. 209-
210
5. Welbury R.R. Paediatric Dentistry.2nd ed. Oxford: University Press; 2007. Pg. 117-131
6. Chan, S.C.L., Tsai, J.S.J. and King, N.M.: Feeding and oral hygiene habits of preschool
children; in Hongkong and their caregivers dental knowledge and attitude. Int J
Pediatric Dent 12: 322-331, 2002.
7. Ripa, L.W.: Nursing habits and dental decay in infants: Nursing bottle caries. J Dent Child
45: 274-275, 1978.

MAKALAH PUSKESMAS

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGAKIBATKAN NURSING


BOTTLE CARIES PADA GIGI SUSU ANAK-ANAK DI PAUD
KELURAHAN PASAR MINGGU I DAN II
(Periode 27 April-3 Mei 2012)

29
Disusun oleh:

NITA ADITYARINI 2011-16-036

PANGERAN HIDAYAT MUIN 2011-16-037

VIDIE ANTARESSA 2011-16-041

DIAZ WIRAISY 2011-16-042

Pembimbing: drg. Inggrid M.A

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIV. PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2012

30

Anda mungkin juga menyukai