Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan.
Makanan dan minuman akan diproses didalam mulut dengan bantuan gigi- geligi,
lidah, saliva, dan otot. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu
upaya meningkatkan kesehatan. Rongga mulut mempunyai berbagai fungsi, yaitu
sebagai mastikasi, fonetik, dan juga estetik. Hal tersebut mengakibatkan rongga mulut
merupakan tempat paling rawan dari tubuh karena merupakan pintu masuk berbagai
agen berbahaya, seperti produk mikroorganisme, agen karsinogek, selain rentan
terhadap trauma fisik, kimiawi, dan mekanis.
Karies gigi masih menjadi salah satu masalah yang paling sering terjadi pada
masyarakat Indonesia, bukan hanya pada orang dewasa tetapi juga pada anak-anak.
Proses perkembangan karies dapat terjadi dimulai pada saat gigi anak pertama erupsi.
Karies sangat berhubungan erat dengan kebersihan rongga mulut, terlebih pada
anakanak. Anak yang tidak dibiasakan melakukan penyikatan gigi sejak dini dari
orang tua dapat mengakibatkan kesadaran dan motivasi anak kurang dalam menjaga
kesehatan dan kebersihan rongga mulutnya. Keadaan ini memudahkan anak terkena
resiko penyakit gigi dan mulut, khususnya pada anak usia di bawah 6 tahun.

Karies dengan pola yang khas dan sering terjadi pada anak usia di bawah 6
tahun biasa disebut Early Childhood Caries (ECC). Definisi ECC menurut The
American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) adalah adanya satu atau lebih
karies (kavitas atau non kavitas), adanya gigi yang hilang karena karies pada gigi
desidui anak usia 0-71 bulan. Biasanya anak dengan ECC mempunyai kebiasaan
minum Air Susu Ibu (ASI) ataupun susu botol setiap hari dalam waktu yang lama dan
kadang dibiarkan sampai anak tertidur sepanjang malam. ECC biasanya
membutuhkan perawatan yang lama dan apabila tidak diobati dapat merusak gigi
anak dan berpengaruh pada kesehatan umum anak. Gambaran klinis ECC adalah
khas, kerusakan yang paling parah pada jenis karies ini biasanya terjadi pada keempat
gigi insisivus atas maksila karena posisi lidah pada saat anak menghisap susu meluas
menutupi gigi anterior mandibula sehingga pada regio insisivus mandibular karies ini
jarang terjadi.
Oleh sebab itu, berdasarkan uraian latar belakang di atas, disusunlah makalah
mengenai gigi rusak pada anak ini berdasarkan kasus pada modul sehingga kami
dapat belajar dan memperoleh lebih banyak informasi mengenai kasus tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka adapun rumusan
masalah yang kita peroleh yaitu :
1.
2.
3.
4.

Jelaskan jenis kerusakan gigi pada anak!


Jelaskan proses kerusakan gigi pada anak!
Jelaskan penyebab kerusakan gigi pada anak!
Jelaskan efek kerusakan gigi pada anak!
2

5. Bagaimana cara menangani kerusakan gigi pada anak?


1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Menjelaskan mengenai pengertian kerusakan gigi pada anak.


Menjelaskan mengenai proses kerusakan gigi pada anak.
Menjelaskan penyebab kerusakan gigi pada anak.
Menjelaskan efek kerusakan gigi pada anak.
Menjelaskan tentang cara penanganan kerusakan gigi pada anak.

BAB II
BATASAN TOPIK
2.1 Skenario
Seorang ibu membawa putrinya yang berusia 3,5 tahun ke klinik dokter gigi
untuk memeriksakan semua gigi anterior rahang atas yang berwarna kuning

kecoklatan. Ibu tersebut mengkhawatirkan jika gigi anaknya akan mengalami sakit
dan keropos. Menurut ibunya, anaknya mengkonsumsi susu formula sejak lahir.
2.2 Pertanyaan Tutorial
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Jelaskan jenis karies pada anak!


Apa perbedaan mendasar dari ECC dan rampant karies?
Jelaskan etiologi dari ECC!
Apa saja faktor predisposisi penyebab terjadinya karies pada anak?
Jelaskan akibat dari ECC!
Jelaskan patomekanisme terjadinya ECC!
Bagaimana gambaran klinis ECC?
Jelaskan tahap perkembangan dari ECC!
Mengapa pada penderita ECC, insisivus mandibular tidak mengalami

kerusakan?
10. Bagaimana pemeriksaan klinis yang dilakukan untuk mendiagnosis kasus?
11. Apakah pemeriksaan penunjang yang diperlukan? Jelaskan!
12. Jelaskan perawatan yang tepat untuk kasus pada skenario!
13. Bagaimana pencegahan karies pada anak?
14. Bagaimana dampak ECC jika tidak ditangani?

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Jenis Karies Pada Anak


I.

Rampan karies
Definisi menurut Massler karies yang muncul tiba-tiba dan meluas karies
yang proses terjadinyasangat cepat terjadi dan tiba-tiba, secara progesive dan
melibatkan gigi anterior hingga molar kedua gigi susu. Penyebabnya adalah

II.

frekuensi mengkonsumsi makanan yang mengandung gula dankarbohidrat 9


Early childhood karies
11.1 Definisi
The American of pediatric dentistry (AAPD) mendefinisikan bahwa
penyakit karies yang terjadi di permukaan gigi susu pada usia 0-71 bulan,
AAPD juga mengatakan anak-anak usia diatas 3 tahun juga rentan terjadi
ECC. ECC adalah keadaan karies pada bayi dan anak yang menggunakan
botol susu dalam waktu yang lama.9
5

Nomenclature
Rampan caries
Nursing caries syndrome
Nursing bottle caries
Early childhood caries
Severe ECC (S-ECC) 10
Wyne (1991 ) membedakan 3 tipe ECC :
ECC tipe I ( ringan-moderate form) : adanya lesi karies pada molar dan/atau
insisivus ( biasanya terjadi pada usia 2-5 tahun )
ECC tipe II ( moderate form-severe form) : lesi karies pada bagian labial
dan palatal di insisivus maksila dan molar pertama.
ECC tipe III (severe form) : merusak hampir seluruhgigi, termasuk gigi
insisivus pada bagian mandibula, bentuk ini terjadi pada usia 3-5 tahun11

3.2 Perbedaan Rampan Karies dan Early Childhood Caries


Perbedaan mendasar ECC dan rampant caries8
ECC
1. Merupakan bentuk spesifik dari
rampant caries

Rampant
1. Jenis karies yang muncul secara
tiba-tiba dan meluas dengan cepat
menuju pulpa, dan mempengaruhi
gigi yang biasanya tidak mudah

terkena karies.
2. Dapat ditemukan pada semua umur,
2. Hanya terjadi pada bayi dan anakanak
3. Awalnya mempengaruhi gigi

termasuk remaja
3. Dapat mempengaruhi semua gigi,
termasuk gigi insisivus mandibula
4. Multifaktorial

insisivus maksila dan diikuti


dengan molar
4. Terjadi karena kebiasaan makan,
seperti pemakaian susu botol
jangka panjang dengan pemanis
5. Perawatan berdasarkan:
Pemberian DHE
Pencegahan dengan fluorida
topikal.
Pembuangan dan restorasi lesi
karies.

5. Perawatan berdasarkan:
Pembuangan lesi karies dan
pengurangan bakteri S. mutans.
Dilakukan restorasi untuk
penanganan jangka panjang.
Dilakukan follow up agar resiko
karies tetap rendah.
6. Dilakukan penyuluhan DHE pada
semua kalangan umut.

6. Dapat dilakukan konseling prenatal


pada ibu hamil tentang pola makan
dan oral hygiene

3.3 Etiologi Early childhood caries

substrat
gigi/host
MO kariogenik
plaq
waktu3

Seperti karies pada umumnya, etiologi dari ECC terbagi menjadi 4, yaitu:
1. Host
Gigi berperan sebagai host dimana mikroorganisme berkembang. Email yang
tipis pada gigi susu merupakan salah satu alasan mudahnya ECC terbentuk.

2. Mikroorganisme Patologis

Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme utama yang berkoloni pada


permukaan gigi setelah gigi erupsi pada rongga mulut. Umumnya
mikroorganisme ini dipindahkan pada bayi melalui ibunya. Mikroorganisme
ini memproduksi asam dalam jumlah besar dan juga polisakarida ekstraselular
yang membantu terbentuknya plak.
3. Substrat (Karbohidrat Terfermentasi)
Karbohidrat digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk dekstran yang
membantu perlekatan mikroorganisme pada permukaan gigi dan menginisiasi
pembentukan asam organik untuk mendemineralisasi gigi.
Pada bayi dan anak-anak, sumber utama karbohidrat terfermentasi adalah:
- Susu formula
- ASI
- Pemanis tambahan seperti jus atau compeng yang diberi madu atau
-

gula
Sirup manis
Cokelat atau makanan manis lainnya

4. Waktu
Semakin lama anak tidur dengan botol susu dimulutnya, resiko karies semakin
kiri. Hal ini disebabkan karena turunnya flow saliva dan menurunnya refleks
menelan yang menyebabkan akumulasi karbohidrat dalam mulut yang
digunakan oleh mikroorganisme untuk membentuk asam dan menghasilkan
karies.

Selain keempat faktor diatas, pembentukan ECC juga dapat terbantu oleh faktor
predisposisi seperti:
-

Kurangnya perhatian orang tua akan kesehatan gigi anak


Rumah yang terlalu ramai
Malnutrisi

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR, dibawah 2500 gram)


Gangguan glandula salivaris14

Faktor penunjang terjadinya early childhood caries


Menggunakan botol minuman sampai tertidur
Oral hygiene yang buruk
Konsumsi fluoride yang kurang
Pengetahuan orang tua yang minim tentang kesehatan mulut
Factor social ekonomi yang rendah
Adanya crowded atau gigi yang berjejal
Penderita hypoplasia3
3.4 Akibat Early childhood caries
Akibat yang ditimbulkan oleh Early Childhood Caries
Akibat dalam jangka waktu pendek
o Rasa sakit
o Infeksi misalnya abses
o Menghambat aktivitas anak sehari-hari seperti makan, berbicara, tidur,
dan bermain.
o Membutuhkan ekstraksi gigi
o Diperlukan perawatan dengan menggunakan anesthesia.
o Premature loss gigi molar sulung yang akan memicu terjadi maloklusi5,12
Akibat dalam jangka waktu panjang
o Oral hygiene yang buruk dan kondisi penyakit yang lebih buruk pada
saat dewasa
o Tingginya resiko terjadi karies pada fase gigi permanen.
o Berdampak pada kesehatan anak, misalnya menghambat tumbuh
kembang anak terutama pada tinggi dan berat anak.
o Berdampak pada kesulitan berbicara dan kekurangan nutrisi.5,12
Gejala yang jarang terjadi
o Sub-orbital cellulites
o Brain abscesses
o Recurrent fevers
o Acute otitis media5,12
3.5 Patomekanisme Terjadinya Early Childhood Caries

Kehadiran dari karbohidrat terfermentasi (misalnya sukrosa, glukosa,


fruktosa, zat pati) dan plak pada gigi akan membantu metabolisme dari
mikroorganisme asidogenik, menghasilkan substrat asam, yang dapat
memecah

ion

hydrogen

yang

ada

pada

kristal

hydroxyapatite

[Ca10(PO4)6(OH)2] pada lapisan email gigi.


Ca10(PO4)6(OH)2 + 10H+ 10Ca2 + 6H(PO4)3- + 2H2O
Pemecahan ion hydrogen ini akan menyebabkan email larut dan
membentuk kavitas atau terjadi karies.6
3.6 Tahap perkembangan ECC
1. Tahap inisial, ditandai dengan adanya white spot, lesi opaque demineralisasi
pada permukaan hals dari insisivus sulung rahang atas ketika anak berusia 10
20 bulan, atau bahkan lebih muda. White spt biasanya dapat terlihat dengan
jelas pada daerah servikal di permukaan labial/palatal insisivus rahang atas.
Pada tahap ini, lesi masih bersifat reversible tapi terkadang orang tua tidak
dapa melihat adaya lesi tersebut. Selain itu, lesi dapat didiagnosa hanya
setelah gigi diperhatikan dengan seksama.
2. Tahap kedua ketika anak berusia 16 - 24 bulan. White lesions telah mencapa
dentin dengan perkembangan yang cepat, hingga mengakibatkan enamel
kolaps. Dentin terlihat dan lesi mulai berwarna kuning. Gigi molar sulung
rahang atas memulai tahap inisial pada servikal, proksimal dan oklusal.
Pada tahap ini, anak mulai sensiif terhadap dingin, orangtua dapat melihat
adanya perubahan warna gigi.
3. Tahap ketiga, ketika anak berusia 20-36 bulan, dengan ciri lesi yang luas dan
dalam pada insisivus rahang atas dan pulpa telah mengalami iritasi. Anak
mulai mengeluhkan rasa sakit ketika mengunyah/ sikat gigi, bahkan rasa sakit
itu terkadang dirasakan secara spontan. Pada tahap ini, molar sulung rahang

10

atas pada tahap kedua, sedangkan tahap satu dapat didiagnosa pada molar
sulung rahang bawah dan caninus sulung rahang atas.
4. Tahap keempat, ketika anak berusia 30 48 tahun, ditandai dengan frakturnya
mahkota insisivus sulung rahang atas akibat dari amelodentinal destruction.
Pada tahap ini, insisivus sulung rahang atas mengalami nekrosis dan molar
sulung rahang atas pada tahap 3. Molar permanen dan caninus sulung rahang
atas dan molar sulung rahang bawah pada tahap 2. Anak terkadang sudah
sangat menderita dengan adanya lesi ini, tetapi tidak mampu untuk
5. Anak terkadang sudah sangat menderita dengan adanya lesi ini, tetapi tidak
mampu untuk mengekspresikan rasa sakit tersebut. Ditandai dengan tidur
terganggu dan susah makan. 4

3.7 Pemeriksaan Klinis Early Childhood Caries


Untuk mendeteksi karies dapat dilakukan dengan metode visual and
tactile inspection, radiography dan transillumination. Pemeriksaan objektif
untuk mengukur kedalaman karies tidak dianjurkan untuk menggunakan hand
instrument yang tajam karena dapat merusak email yang mengalami
demineralisasi dan dapat mentrasnfer bakteri kariogenik dari satu permukaan
ke permukaan gigi lainnya, sehingga dianjurkan terlebih dahulu dilakukan
pembersihan plak dan debris pada daerah yang terkena karies. Lalu melihat
lokasi, kedalaman, dan daerah perluasan karies serta warna dari permukaan
11

struktur gigi yang telah terkena karies. Diagnosis klinis lesi karies dan
restorasi dapat dilakukan apabila gigi pada keadaan bersih dan kering.
Gambaran klinis dari ECC dengan adanya opaque pada white spot dimana
pertama kali ada pada servikal 3 gigi anterior. Melibatkan permukaan oklusal
molar desidui atas, kaninus atas yang diikuti molar desidui bawah, kaninus
bawahdan insisivus bawah berkembang menjadi kekuningan dan lesi karies
kecoklatan. Pada S-ECC lesi berkembang untuk membuka jaringan pulpa dan
merusaknya yang diikuti oleh akar.7
Pemeriksaan penunjang
Gambaran radiologi dan teknik radiologi Bite wing radiografi

- Diagnosis awal khususnya pada karies bagian proksimal


- Memeriksa akhir margin dari restorasi dan mahkota di area
proksimal
- Tanda adanya perawatan endodontik di segmen posterior
- Dokumentasi dari akumulasi kalkulus di daerah proksimal pada gigi
posterior
- Kondisi dari alveolar ridge pada derah posterior,jika hubungan
proyeksi ideal
- Eksistensi dari maloklusi pada gigi posterior disebabkan oleh gigi
yang hilang, kehilangan kontak dengab gigi antagonisnya

12

3.8 Penatalaksanaan Early Childhood Caries


Perawatan Early childhood caries :
1. Perawatan Profesional :
Mendidik orang tua tentang pentingnya gigi sulung
Diet Konseling
Pendidikan kesehatan gigi kepada orang tua mengenai membersihkan
gusi, menyikat gigi, sering berkumur

Advokasi suplemen fluoride jika diperlukan


Advokasi fluoride yang terkandung pada pasta gigi sekali sehari

setelah berumur empat tahun


Menerapkan fluoride topikal
Penerapan fissure sealanats di molar primer pertama dan kedua
Pemantauan rutin ke dokter gigi untuk kesehatan gigi
Memperkuat dan memotivasi orang tua untuk melanjutkan perawatan
di rumah1

2. Perawatan Rumah :

Penghapusan makanan yang bersifat kariogenik dari makanan


Penggantian dengan makanan yang ramah gigiMengecilkan makan

bootle di malam hari


Mencegah mengonsumsi susu botol malam hari
Menghentikan tidur dengan menggunakan dot pada malam hari
Kunjungan rutin ke klinik gigi sekali dalam enam bulan1

Restorasi
1. White Spot Lesi Karies

Pemberian Fluoride Tropical


Pengaplikasian fissure sealant

2. Lesi Karies di Enamel dan Dentin

Perawatan restorasi resin


Glass Ionomer Filling
Restorasi Komposit di gigi anterior dan posterior

13

Restorasi amalgam di gigi posterior


Nikel Krom Stainless Steel Crowns
Restorasi mahkota anterior dan posterior1

3. Lesi Karies yang melibatkan pulpa


Terapi pulpa dengan restorasi mahkota penuh
Ekstraksi dengan manajement spasi1
3.9 Pencegahan ECC
1. Pemberian Asupan Kariogenik dan Akusisi Primer Streptococcus mutans
(SM)
Minuman yang mengandung gula pada botol dapat meningkatkan frekuensi
terjadinya demineralisasi enamel. Contoh dari kebiasaan memberi minuman
yang mengandung gula atau susu dalam botol selama tidur memperkuat resiko
terjadinya karies karena kebersihan oral dan aliran saliva berkurang saat tidur.
Jadi kebiasaan minum pada botol harus dikurangi atau dihentikan.
Pencegahan akusisi primer dari ECC yaitu seperti mencegah atau menunda
adanya SM pada usia dini. Perawatan harus dilakukan pada masa prenatal dan
perinatal. Ibu atau yang menjadi pembawa karies harus segera dirawat.
Karena kalo tidak dirawat akan mengakibatkan resiko tinggi pemindahan
karies.
2. Memperbaiki Gaya Hidup
Hindari memakai sendok yang sama dengan anak. Ibu dinasihatkan agar tidak
memasukkan makanan ke dalam mulutnya sebelum memberikan makanan
tersebut kepada anak.
3. Intruksi Kebersihan Rongga Mulut
Orang tua seharusnya mulai membersihkan gigi anak segera setelah gigi
erupsi. Sehabis makan seharusnya gigi dan gusi anak dibersihkan agar tidak
terjadi penumpukan plak. Orang tua juga harus mengajari anak untuk
14

menyikat gigi. Selain itu dapat juga menggunakan dental floss. Metode lain
untuk membersihkan plak dengan menggunakan obat kumur.
4. Fluoridasi
Pemebrian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan
hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies. Ini terjadi
karena fluor dapat meningkatkan remineralisasi.
5. Topical Antimicrobial Therapy
Mengaplikasi topikal dari 10% providone-iodine setiap dua bulan sekali.
Dapat mengurangi resiko terkena ECC. Study mengusulkan providone-iodine
dapat menahan atau menghambat efek kolonisasi SM dalam mulut dan
mencegah dental karies. Bagaimanapun penggunaan providone-iodine
mempunyai efek bakterisidal yang kuat, sehingga bukan hanya virus
pathogen/bakteri yang di demolisis tapi flora normal dalam mulut juga. Jadi
penggunaan providone-iodine tidak seharusnya sering digunakan.
Sebuah penelitian menunjukkan saat kandungan ibu berusia 7 bulan dan rutin
berkumur dengan sodiumfluoride dan klorheksidin, kolonisasi bakteri pada
anak mereka terhambat sampai usia 4 bulan.
6. Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP)
Dapat menurunkan lesi karies dan meningkatkan aktivitas remineralisassi
secara in situ dan in vitro juga mencegah abrasif dan keasusan pada gigi
secara in vitro. Krim CPP-ACP itu leboh efektif dalam remineralisasi enamel
gigi primary dari

500 ppm NaF. CPP-ACP stabilized amorphus celcium

phosphate lebih efektif dalam remineralisasi daripada fluoride dan CPP-ACP


itu sendiri. Semenjak kombinasi CPP-ACP dan fluoride menimbulkan effect
additive, maka CPP-ACP dapat digunakan sebagai topikal pada gigi anak
setelah menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluoride.
15

7. Dental Fluorosis
Penelitian menjelaskan bahwa fluoride varnish dapat membantu dalam
mencegah karies. Namun Fluoride varnish dapat membuat terjadinya
fluorosis. Bukti bahwa fluoride mempunyai keuntungan dalam mencegah
karies pada masa hamil dapat mengurangi karies ternyata tidak begitu benar.
Konsumsi Fluoride harus dibatasi hingga kurang dari 70mikron perhari.
Mengkonsumsi air dengan rendah kadar Fluoridenya di rekomendasikan
untuk digunakan selama kehamilan dan tidak boleh menggunakan suplemen
Fluoride pada bayi.
8. Melakukan Imunisasi
Perkembangan ilmu pengetahuan membawa kita pada pencegahan inovatif
untuk mencegah karies gigi yaitu imunisasi karies, penggunaan sinar laser
(laser O2 dengan panjang gelombang) dan metode prob molekuler.
Penggunaan metode ini masih memerlukan perhatian khusus. Samapai
sekarang metode ini masih dikembangkan untuk dapat digunakan secara
klinis.
9. Kontrol berkala
Orang tua seharusnya sudah membawa anaknya melakukan kunjungan ke
dokter gigi secara berkala sejak anak berumur 12-15bulan.
10. Peran Pediatrik
Pencegahan dan pengendalian dari dental karies dapat dipromosikan oleh
dokter anak selain dokter gigi jika sudah dilatih dengan tepat. Pediatrik dapat
memberikan rekomendasi pencegahan ECC untuk ibu & pengasuh. Anak
dapat diperiksa oleh penyedia perawatan anak /dokter anak untuk tanda awal
karies, seperti adanya daerah putih sekitar gingiva/lubang-lubang yang
16

berwarna coklat pada pit & fissure. Deteksi karies gigi dan arahan tepat
perawatan gigi profesional untuk pengobatan dianggap sebagai tindakan
pencegahan sekunder. 14,15
3.10 Dampak jika ECC tidak ditangani

Dampak jika ECC tidak ditangani yaitu dapat menimbulkan rasa sakit,
bacteremia, gangguan mastikasi, dan keracunan akibat overdosis

analgesik

(acetaminophen) dalam jangka waktu penggunaan yang lama. yang diikuti dengan
maloklusi pada gigi permanen, gangguan bicara, gangguan kesehatan, kurangnya rasa
percaya diri. Selain itu, ECC juga dapat menyebabkan gangguan anak dalam
mendapatkan/menaikkan

berat badan dimana dapat diperoleh kembali setelah

melakukan perawatan gigi.2

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Pengertian dental material digunakan pada dental praktik adalah sangat
penting untuk setiap operasi dental.Pada operatif dentistry, tujuan utama untuk

17

bahan restorasi adalah untuk mengembalikan struktur gigi yang telah hilang karena
karies, dipindahkan dengan operasi untuk treatment pada lesi kries dan hilangnya
struktur gigi karena atrisim abrasi, erosi, dan fraktur.Dengan bahan restorative,
gigi sebisa mungkin di restorasi untuk estetik, bentuk dan fungsi yang ideal.Pada
pengetahuan tentang dental material, penelitian pada bahan digunakan pada
berbagai cabang pada bidang kedokteran gigi telah selesai.Operative dentistry
pada material tersebut digunakan untuk restorasi yang mengubah dan
mempertahankan kesehatan baik pada pulpa dan sekitar jaringan.
Bahan restorasi komposit, amalgam dan glass ionomer kini marak digunakan
oleh masyarakat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan
kesehatan gigi dan mulut. Penggunaan bahan restorasi tersebut sesuai dengan
indikasinya dan masing-masing bahan tersebut memiliki karakteristik, kelebihan
serta kekurangan dari komposisi yang terkandung di dalamnya.
Perawatan restorasi pada gigi yang mengalami karies merupakan salah satu
alternative untuk mengembalikan bentuk, fungsi, dan estetik gigi yang rusak akibat
kecelakan,

penyakit

maupun

kesalahan

operator.

Perawatan

restorasi

menggunakan bahan-bahan restorasi yang sesuai dengan indikasinya. Tindakan


restorasi terdiri dari dua macam, yakni restorasi direct yang dilakukan secara intra
oral (contohnya komposit resin dan amalgam), dan restorasi indirect yang
dilakukan secara extra oral (contohnya komposit dan porcelain inlay dan onlay).
Setelah dilakukan perawatan perlu adanya tindakan preventif berupa
pemberian edukasi kepada pasien mengenai hal-hal apa saja yang dapat
menyebabkan karies, tindakan pencegahan maupun tindakan dalam masa

18

perawatan yang harus dipatuhi oleh pasien sesuai dengan instruksi seorang dokter
gigi.

19

DAFTAR PUSTAKA
1

Principles and Practice of PEDODONTICS Jaypee Brothers Medical Pub; 3


edition (July 2012) Arathi Rao MDS Professor and Head, Department of
Pedodontics and Preventative Dentistry, Manipal College of Dental Sciences,

Manipal University, Mangalore, Karnataka, India


Prakash P Subramaniam P, Durgesh B H, Konde S. Prevalence of early
childhood caries and associated risk factors in preschool children of urban
bangaalore, India: A cross-sectional study. Eur J Dent., 2012;volume 6( no.

2) : 141-152
Early childhood caries: etiology. clinical consideration, consequences and
management

4. Msefer Souad. Importance of Early Diagnosis of Early Childhood Caries.


Journal de IOrdre des dentistes du Quebec. April 2006
5

Coruh H C, Dalli D M, Hamidi M M. Early childhood caries update: A review


of causes, diagnoses,

and treatments. Journal of Natural Science, Biology

and Medicine, 2013; Volume 4: 28-38


Yumiko K, Mayasu K,Toshiyuki S. Early childhood caries. International

Journal of Dentistry,2011;17.
Cameron A C, Widmer R P. Handbook of pediatric dentistry, 3rd edition.

Canberra: Mosby Elsevier, 2008. P. 42-43.


Referensi: Chaudary Mayur, Shweta Dixit Chaudary. Essectials of Pediatric
Oral Pathology. New others Medical Publishers. 2011.

9. McDonald RE, Avery, Dean. Dentistry for the child and adolescent: dental
caries in child and adolescent. 8th ed. United States of America: Mosby Co;
2004. p.208
-210
10. Millett Declan, Welbury. Orthodontics and pediatric dentistry. London New
york: 2000.

p.85-88

11 .Borutta Annerosa, Wagner, Kneitst. Ealry childhood caries: A multi-factorial


disease. Jurnal l IX- No.1- March,2010; p.33
20

12 . Zafar S, Harnekar S Y, Siddiqi A. Early childhood caries: etiology, clinical


considerations,consequences and management. International Dentistry SA;
Volume 11 (No. 4): 25-36
13 McDonald R E, Avery D R, Dean J A. Dentistry for child and adolescent, 8 th
edition. USA: Mosby, 2004.P. 214-215
14 Review Article Early Chilhood Ceries, Yumiko Kawashita, Masayasu
Kitamura, and Toshiyuki Saito 2011 jurnal
15 Jurnal early childhood caries, chyntia perdana putri, 2012

21

Anda mungkin juga menyukai