Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PERIODONSIA 1

1. Derajat Kegoyangan Gigi (Indeks kegoyangan gigi)


Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala penyakit periodontal yang ditandai
dengan hilangnya perlekatan serta kerusakan tulang vertikal (Suwandi, 2010).
Kegoyangan dapat disebabkan adanya kerusakan tulang yang mendukung gigi,
trauma dari oklusi, dan adanya perluasan peradangan dari gingiva ke jaringan
pendukung yang lebih dalam, serta proses patologik rahang (Suwandi, 2010).
Menurut (Fedi dkk, 2000) kegoyangan gigi diklasifikasikan menjadi tiga derajat :
Derajat 1 yaitu kegoyangan sedikit lebih besar dari normal.
Derajat 2 yaitu kegoyangan sekitar 1 mm, dan
Derajat 3 yaitu kegoyangan > 1 mm pada segala arah dan/atau gigi dapat ditekan
ke arah apikal (Suwandi, 2010).

2. Poket Periodontal
Poket periodontal adalah pendalaman sulkus gingiva atau gusi (normal 1-2 mm)
secara patologis karena adanya penyakit periodontal (Carranza, et.al., 2006).
Pendalaman sulkus dapat terjadi karena pergerakan tepi gingiva (margin gingiva)
kearah koronal seperti pada gingivitis, perpindahan epitel junctional ke arah apikal dan
bagian koronal epitel terlepas dari permukaan gigi atau kombinasi keduanya (Carranza,
et.al., 2006).
Klasifikasi poket
Berdasarkan morfologi dan hubungan dengan struktur terdekat yaitu :
A. Poket gingiva
Poket terbentuk karena pembesaran gingiva tanpa disertai kerusakan jaringan
periodontal atau tulang alveolar (gambar 2A). Saku gingiva terjadi ketika
marginal gingiva mengalami reaksi inflamasi, baik karena iritasi lokal, ganguan
sistemik, atau obat-obat yang menginduksi terjadinya hiperplasi gingiva
(Newman, et.al., 2011). Poket gingiva (pseudopocket) disebut juga false pocket
(poket semu) karena tidak ada jaringan ikat yang melekat. Pendalaman pada
sulkus gingiva sebagai akibat dari pembesaran gingival. Tidak ada migrasi epitel
junctional ke apikal atau resorpsi puncak tulang alveolar (Herbert, 2006).
B. Poket periodontal
Poket ini dihasilkan karena adanya kerusakan jaringan penyangga periodontal
yang menyebabkan kegoyangan dan terlepasnya gigi. Ada dua jenis poket
periodontal berdasarkan hubungannya dengan tulang crestal (shantypriya, 2008),
yaitu:
Berdasarkan hubungannya dengan tulang crestal
a. Suprabony (supracrestal atau supraalveolar), pada bagian bawah poket
dan epitel junctional lebih koronal dibanding puncak tulang alveolar
(gambar 2B). Poket ini dihubungkan dengan kerusakan tulang secara
horizontal dan serat transeptal yang bersifat horizontal. (Larry, 2009)
b. Infrabony (subcrestal atau intraalveolar), pada bagian bawah poket dan
epitel junctional terletak lebih ke apikal dibanding puncak tulang
alveolar. Pada tipe ini, dinding lateral dari poket terletak diantara
permukaan gigi dan tulang alveolar (gambar 2C). Dihubungkan dengan
kerusakan tulang secara vertikal atau angular, yaitu kehilangan tulang
yang membentuk sudut tajam terhadap permukaan akar dan serat
transeptal yang bersifat oblique. (Larry, 2009).

Gambar 1: gingiva normal (kiri) menjadi poket periodontal (kanan)


Gambar 2 : Tipe poket periodontal; A, poket gingiva, tidak ada kerusakan pada jaringan
periodontal. B, poket suprabony, terjadi pengeroposan tulang secara horizontal C, poket
infrabony, terjadi pengeroposan tulang secara vertical.

3. A. Cara Mengukur Kedalaman Poket Periodontal


Periodontal probe digunakan untuk mengukur kedalaman poket gingiva dan untuk
menentukan konfigurasinya. Kerikan mengukur kedalaman poket, probe dimasukkan
dengan tekanan yang ringan dan hati-hati hingga mencapai dasar saku gingiva. Leher
probe diarahkan hingga sejajar dengan sumbu panjang gigi. Pilih beberapa titik
pengukuran untuk menentukan dalamnya perlekatan sepanjang permukaan gigi.
(Newman, et.al., 2006)
Gambar 3 : Pemeriksaan poket menggunakan dental probe (Newman, et.al., 2006)

Instrument periodontal didesain khusus untuk penggunaannya seperti


membersihkan kalkulus, rencana perawatan saluran akar, kuret, dan menghilangkan
jaringan yang rusak (Newman, 2011).
Metode satu-satunya yang paling akurat untuk mendeteksi poket periodontal
adalah eksplorasi menggunakan probe periodontal. Poket tidak akan terdeteksi pada
pemeriksaan radiografik. Probe periodontal adalah instrument genggam dengan ujung
yang tumpul atau membulat. Berbentuk tipis dan tapered, mempunyai nilai kalibrasi
pada ujungnya yang menandakan skala probe (satu skala pada probe bernilai satu
millimeter). Probe WHO memiliki tanda pada bagian blade dalam satuan millimeter,
kecil, dan berbentuk bulat pada ujungnya. Idealnya, probe berbentuk tipis dan pada
bagian shank-nya miring atau membulat untuk memudahkan pada saat akan insersi atau
memasukkan ke dalam poket. Area furkasi akan menjadi evaluasi terbaik dengan
menggunakan probe berbentuk curve (melengkung) pada probe jenis Nabers yang
ujungnya tumpul (Newman, 2011).
Gambar 4: Curve. Nabers probe untuk mendeteksi area furkasi
dengan color-code sebagai tanda (3, 6, 9, dan 12 mm)

Ketika akan mengukur kedalaman poket, probe di masukkan dengan cara


menyelipkannya hingga ke dasar poket dan dengan tekanan yang ringan. Dilakukan
pada tiga titik (distal, tengah, dan mesial) pada bagian vestibular (labial ataupalatal) dan
pada tiga titik (distal, tengah, dan mesial) pada bagain oral (palatal atau lingual).
Pemeriksaan pada daerah interproksimal, probe harus sedikit dimiringkan karena
adanyakontak proksimal gigi. Pada Shank seharusnya sejajar dengan sumbu panjang
permukaan gigi yang akan diperiksa (Newman, 2011).

Gambar 5 : Cara mengukur kedalam poket

Menurut Carranza (2002), kedalaman poket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kedalaman biologis, kedalaman biologis adalah jarak antara margin gingiva
dengandasar poket (ujung koronal dari junctional epithelium).
2. Kedalaman klinis atau kedalaman probing, merupakan jarak dimana
sebuah instrumen ad hoc (probe) masuk kedalam poket. Kedalaman
penetrasi probe tergantung pada ukurang probe, gaya yang diberikan, arah
penetrasi, resistansi jaringan, dan kecembungan mahkota.
Gambar 6 : probing untuk menentukan kedalaman poket,
resesi dan loss attachment

Kedalaman penetrasi probe dari apeks jaringan ikat ke junctional epithelium


adalah ± 0.3 mm dengan gaya tekan pada probe yang dapat ditoleransi dan akurat
adalah 0.75 N. Teknik probing yang benar adalah probe dimasukkan pararel dengan
aksis vertikal gigi dan “berjalan” secara sirkumferensial mengelilingi permukaan setiap
gigi untuk mendeteksi daerah dengan penetrasi terdalam (Carranza, 2002).
Klasifikasinya adalah sebagai berikut:
a. 2 - 3 mm  Gingivitis sedang
b. 2 > 3 mm  Kelainan Periodontal
c. 3 > 5mm  Periodontal berat
Insersi probe pada dasar poket akan mengeluarkan darah apabila gingiva
mengalami inflamasi dan epithelium poket atrofi atau terulserasi. Untuk mengecek
perdarahan setelahprobing, probe perlahan-lahan dumasukkan ke dasar poket dan
dengan berpindah sepanjang dinding poket. Perdarahan seringkali muncul segera setelah
penarikan probe, kurang lebih setelah 10-15 detik, namun perdarahan juga sering
tertunda hingga 30-60 detik setelah probing (Carranza, 2002).

B. Cara Mengukur LOA (level of attachment).


Selain kedalaman poket, hal lain yang penting dalam diagnostik adalah penentuan
tingkat perlekatan (level of attachment). Cara untuk menentukan tingkat perlekatan
adalah pada saat margin gingiva berada padamahkota anatomis, tingkat perlekatan
ditentukan dengan mengurangi kedalaman poket dengan jarak antara margin gingiva
hingga cemento-enamel junction (Carranza, 2002).
Kehilangan perlekatan atau Loss of Attachment (LOA) adalah kerusakan pada
struktur yang mendukung gigi. LOA terjadi pada periodontitis dan ditandai oleh
relokasi epitel junctional ke akar gigi, perusakan serat gingiva (Carranza, 2006).

Daftar pustaka :

Carranza FA, et al. 2002 : Clinical Periodontology , 9th. Philadelphia, W.B. Saunders Co.Ltd.
Newman MG, Takei HH, Carranza FA, & Klokkevold PR. 2006. Carranza's clinical
periodontology, 11  ed. St.Louis: Saunders Elsevier. Hal. 332.
th

Newman et al. Carranza’s Clinical Periodontology 11nd edition. Elsevier, Saunders. 2011. Page 127-134.
Reddy, Shantipriya. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics 2 nd edition. Jaypee, New
Delhi. 2008. Page 192-193.
Trijani Suwandi. 2010. Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis
kronis dewasa (The initial treatment of mobile teeth closure diastema in chronic adult
periodontitis). Jurnal PDGI. Vol. 59, No. 3, Hal. 105-109.
Wolf, Herbert F. colors Atlas of Dental Hygiene: Periodontology. Germany. 2006. Page 79.
Wolff, Larry. Periodontology 1. University of Minnesota: School of Dentistry. 2009. Page 3-6.

Anda mungkin juga menyukai