2. Poket Periodontal
Poket periodontal adalah pendalaman sulkus gingiva atau gusi (normal 1-2 mm)
secara patologis karena adanya penyakit periodontal (Carranza, et.al., 2006).
Pendalaman sulkus dapat terjadi karena pergerakan tepi gingiva (margin gingiva)
kearah koronal seperti pada gingivitis, perpindahan epitel junctional ke arah apikal dan
bagian koronal epitel terlepas dari permukaan gigi atau kombinasi keduanya (Carranza,
et.al., 2006).
Klasifikasi poket
Berdasarkan morfologi dan hubungan dengan struktur terdekat yaitu :
A. Poket gingiva
Poket terbentuk karena pembesaran gingiva tanpa disertai kerusakan jaringan
periodontal atau tulang alveolar (gambar 2A). Saku gingiva terjadi ketika
marginal gingiva mengalami reaksi inflamasi, baik karena iritasi lokal, ganguan
sistemik, atau obat-obat yang menginduksi terjadinya hiperplasi gingiva
(Newman, et.al., 2011). Poket gingiva (pseudopocket) disebut juga false pocket
(poket semu) karena tidak ada jaringan ikat yang melekat. Pendalaman pada
sulkus gingiva sebagai akibat dari pembesaran gingival. Tidak ada migrasi epitel
junctional ke apikal atau resorpsi puncak tulang alveolar (Herbert, 2006).
B. Poket periodontal
Poket ini dihasilkan karena adanya kerusakan jaringan penyangga periodontal
yang menyebabkan kegoyangan dan terlepasnya gigi. Ada dua jenis poket
periodontal berdasarkan hubungannya dengan tulang crestal (shantypriya, 2008),
yaitu:
Berdasarkan hubungannya dengan tulang crestal
a. Suprabony (supracrestal atau supraalveolar), pada bagian bawah poket
dan epitel junctional lebih koronal dibanding puncak tulang alveolar
(gambar 2B). Poket ini dihubungkan dengan kerusakan tulang secara
horizontal dan serat transeptal yang bersifat horizontal. (Larry, 2009)
b. Infrabony (subcrestal atau intraalveolar), pada bagian bawah poket dan
epitel junctional terletak lebih ke apikal dibanding puncak tulang
alveolar. Pada tipe ini, dinding lateral dari poket terletak diantara
permukaan gigi dan tulang alveolar (gambar 2C). Dihubungkan dengan
kerusakan tulang secara vertikal atau angular, yaitu kehilangan tulang
yang membentuk sudut tajam terhadap permukaan akar dan serat
transeptal yang bersifat oblique. (Larry, 2009).
Menurut Carranza (2002), kedalaman poket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kedalaman biologis, kedalaman biologis adalah jarak antara margin gingiva
dengandasar poket (ujung koronal dari junctional epithelium).
2. Kedalaman klinis atau kedalaman probing, merupakan jarak dimana
sebuah instrumen ad hoc (probe) masuk kedalam poket. Kedalaman
penetrasi probe tergantung pada ukurang probe, gaya yang diberikan, arah
penetrasi, resistansi jaringan, dan kecembungan mahkota.
Gambar 6 : probing untuk menentukan kedalaman poket,
resesi dan loss attachment
Daftar pustaka :
Carranza FA, et al. 2002 : Clinical Periodontology , 9th. Philadelphia, W.B. Saunders Co.Ltd.
Newman MG, Takei HH, Carranza FA, & Klokkevold PR. 2006. Carranza's clinical
periodontology, 11 ed. St.Louis: Saunders Elsevier. Hal. 332.
th
Newman et al. Carranza’s Clinical Periodontology 11nd edition. Elsevier, Saunders. 2011. Page 127-134.
Reddy, Shantipriya. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics 2 nd edition. Jaypee, New
Delhi. 2008. Page 192-193.
Trijani Suwandi. 2010. Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita periodontitis
kronis dewasa (The initial treatment of mobile teeth closure diastema in chronic adult
periodontitis). Jurnal PDGI. Vol. 59, No. 3, Hal. 105-109.
Wolf, Herbert F. colors Atlas of Dental Hygiene: Periodontology. Germany. 2006. Page 79.
Wolff, Larry. Periodontology 1. University of Minnesota: School of Dentistry. 2009. Page 3-6.