Anda di halaman 1dari 6

Cara Pemeriksaan Gingivitis

Warna. Gingiva normal berwarna merah muda, tetapi banyak bervariasi untuk
tiap-tiap orang. Adanya sel mela nin (melanosit) pada penduduk Afrika dan
Asia adalah normal. Pada gingivitis warna gingiva menjadi kemerahan.

Ukuran. Pada gingiva normal, papillary gingiva mengisi ruang interdental;


marginal gingiva membentuk knife edge pada permukaan gigi; kedalaman sulkus
kurang dari 3 mm. Pada gingivitis terjadi pertambahan ukuran gingiva dan
pembentukan false pocket (poket yang terbentuk oleh pembesaran gingiva tanpa
kerusakan jaringan periodontal) dan poket tidak lebih dari 3mm.

Konsistensi. Pada keadaan yang sehat, konsistensi gingival keyal dan melekat erat
pada tulang di bawahnya. Pada gingivitis konsistensi halus; tekanan menstimulasi
pitting karena adanya edema.

Tekstur permukaan. Secara normal terlihat adanya stippling di gingiva cekat;


hilangnya stippling merupakan tanda adanya penyakit periodontal. Stippling
terjadi karena proyeksi lapisan papilar lamina propria, yang mendorong epitel
menjadi tonjolan-tonjolan bulat yang berselang seling dengan perlekukan epitel.
Kecenderungan perdarahan pada palpasi atau probing. Gingiva sehat tidak
berdarah saat sonde (probe) peridontal dimasukkan ke dalam sulkus dengan
hati-hati, atau bila free gingiva dipalpasi dengan jari. Sebaliknya pada
gingivitis akan berdarah saat di probing. (Lindhe, 2003). Palpasi mukosa oral pada
area lateral dan apikal juga dapat membantu menentukan tempat rasa sakit yang
menyebar dan tidak dapat ditemukan pasien (Carranza,1990).

Gambar The normal anatomic landmarks of the gingival tissue


Sumber: Clinical Assessment | Pocket Dentistry www.pocketdentistry.com

Pengukuran Poket Periodontal

Pemeriksaan poket periodontal harus mempertimbangkan: keberadaan dan


distribusi pada semua permukaan gigi, kedalaman poket, batas perlekatan pada
akar gigi, dan tipe poket (supraboni atau infraboni; simple, compound atau
kompleks). Metode satu-satunya yang paling akurat untuk mendeteksi poket
periodontal adalah eksplorasi menggunakan probe periodontal. Poket tidak akan
terdeteksi oleh pemeriksaan radiografi. Periodontal poket adalah perubahan
jaringan lunak. Radiografi hanya menunjukkan area yang kehilangan tulang
dimana dicurigai adanya poket. Radiografi tidak menunjukkan kedalaman poket
sehingga radiografi tidak menunjukkan perbedaan antara sebelum dan sesudah
penyisihan poket kecuali kalau tulangnya sudah diperbaiki.

Menurut Carranza (1990), kedalaman poket periodontal dibedakan menjadi dua


jenis, antara lain:

Gambar Kedalaman biologis dan kedalaman probing

1. Kedalaman biologis
Kedalaman biologis adalah jarak antara margin gingiva denga dasar poket
(ujung koronal dari junctional epithelium).
2. Kedalaman klinis atau kedalaman probing
Yaitu jarak dimana sebuah istrumen ad hoc (probe) masuk kedalam poket.
Kedalaman penetrasi probe tergantung pada ukuran probe, gaya yang
diberikan, arah penetrasi, resistensi jaringan dan kecembungan mahkota.
Kedalaman penetrasi probe dari apeks jaringan ikat ke junctional
epithelium adalah ± 0.3 mm. Gaya tekan pada probe yang dapat ditoleransi
dan akurat adalah 0.75 N. Teknik probing yang benar adalah probe
dimasukkan pararel dengan aksis vertikal gigi dan “berjalan” secara
sirkumferensial mengelilingi permukaan setiap gigi untuk mendeteksi
daerah penetrasi terdalam (Carranza, 1990).

Gambar Jalan probe untuk mengeksplor seluruh poket.

Jika terdapat banyak kalkulus biasanya, sulit untuk mengukur


kedalaman poket karena kalkulus menghalangi masuknya probe. Oleh
karena itu, harus dilakukan pembuangan kalkulus terlebih dahulu secara
kasar (gross scaling) sebelum dilakukan pengukuran poket periodontal.
Untuk mendetesi adanya interdental craters, maka probe
diletakkan secara oblique baik dari permukaan fasial dan lingual
sehinggga dapat mengeksplorasititik terdalam pada poket yang terletak
dibawah titik kontak (Carraza, 1990).
Gambar. Insersi probe secara vertikal (kiri) tidak mendeteksi interdental
crater; probe dengan posisi oblique (kanan) mencapai titik terdalam carter.

Pada gigi berakar jamak harus diperiksa dengan teliti karena


adanya furkasi. Probe dengan desain khusus (Nabers probe) memudahkan
dan lebih akurat untuk mengeksplorasi komponen horizontal pada lesi
furkasi.

Gambar Probing dengan (Nabers probe)


Insersi probe pada dasar poket akan mengeluarkan darah apaila
gingiva mengalami inflamasi dan epithelium poket atrofi atau terulserasi.
Untuk mengecek perdarahan setelah probing, probe perlahan-lahan
dimasukkan ke dasar poket dan dengan berpindah sepanjang dinding
poket. Perdarahan seringkali muncul segera setelah penarikan probe,
namun perdarahan juga sering tertunda hingga 30-60 detiksetelah probing
(carranza,1990)
Selain kedalaman poket, hal lain yang penting dalam diagnostik
adalah penentuan tingkat perlekatan (level of attachment). Kedalaman
poket adalah jaak antara dasar poket dan margin gingiva. Kedalaman
poket dapat berubah dari waktu ke waktu walaupun pada kasus yang tidak
dirawat sehingga posisi margin gingiva pun berubah. Poket yang dangkal
pada 1/3 apikal akar akan memiliki kerusakan yang lebih parah
dibandingkan dengan poket dalam yang melekat pada 1/3 koroal akar.
Cara untuk menentukan tingkat perlekatan adalah pada saat margin
gingiva berada pada mahkota anatomis. Dan ukuran perlekatannya diukur
dengan mengurangi kedalaman poket dengan jarak antara margin gingiva
hingga CEJ. Jika keduanya sama maka kehilangan lekatan adalah 0. Jika
margin gingiva tepat pada CEJ kehilangan lekatan adalah sama dengan
kedalaman poket dan saat margin gingiva bearada lebih apikal dari CEJ
kehilangan lekatan berarti lebih besar dari kedalaman poket, maka dari itu
jarak antara CEJ dan margin gingiva harus dijumlahkan dengan kedalaman
poket sehingga loss of attachment akan diketahui.

Sumber:
Crranza, F.A.1990. Glickman’s Clinical Periodontology. 7th Edition.
Philadelphia: W.B Saunders
Lindhe, Jan et.all. 2003. Clinical Periodontology and Implant Dentistry.
4th Edition. USA: Blackwell Munksgaard

Anda mungkin juga menyukai