Anda di halaman 1dari 10

2.

1 Poket Periodontal
Poket periodontal adalah pendalaman sulkus gingiva secara patologis.
2.1.1 Macam - Macam Poket Periodontal
Klasifikasi menurut Morf poket periodontal di klasifikasikan menjadi :
1. Gingival poket / relatif poket / false poket / pseudo poket
Dimana poket dibentuk oleh pembesaran gingiva dan tidak terjadi kerusakan jaringan pendukung dibawahnya.
Sulcus gingiva menjadi dalam karena bertambahnya ukuran gingiva.
2. Absolut poket / poket periodontal / true poket
Poket yang terjadi karena kerusakan jaringan periodontal pendukung.
Klasifikasi menurut letak kedalaman poket terhadap tulang alveolar
1. Supra boni pocket / supra crestal / supra alveolar
Dimana dasar poket berada pada daerah koronal dari tulang alveolar. Gambaran poket
periodontal suprabony :
 Dasar poket berada di koronal pada tulang alveolar
 Pola destruksi tulang pendukung pada arah horizontal
2. Infra Boni Poket
Intrabony poket merupakan poket bagian dasar poket berada di apikal dari tinggi tulang alveolar
sekitar. Pada tipe poket kedua ini, dinding poket lateral terdapat di antara permukaan gigi dan tulang alveolar.
Gambaran poket periodontal intrabony :
 Dasar poket berada di bawah atau apikal dari crest tulang alveolar
 Pola destruksi tulang pendukung pada arah vertikal (angular)

Gambar 27 Klasifikasi Poket A) Belum ada penurunnan tulang alveolar B)


Supraboni C) Infraboni

Klasifikasi berdasarkan banyaknya permukaan yang terkena:


1. Simple poket
Dimana hanya mengenai permukaan gigi
2. Compound poket
Poket yang hanya mengenai 2 atau > permukaan gigi.
3. Complex poket
Poket hanya mengenai 1 permukaan dengan ditambahkan additional poket.

2.1.2 Kandungan Poket


Secara umum poket periodontal mengandung debris yang terdiri dari :
1. Mikroorganisme dan produk mikroorganisme (enzim, endotoksin, dan produk
metabolik lain), mucin saliva, sel epitel deskuamasi, dan leukosit. Plak yang ditutupi
kalkulus.
2. Eksudat puruluen, jika ada, terdiri dari leukosit
3. Bakteri yang hidup dan mati
4. Serum

2.1.3 Patogenesis
Pembentukan poket periodontal terjadi karena serabut kolagen pada apikal dan epitel
yang mengalami penghancuran. Penghancuran kemungkinan terjadi dari:
1. Kolagen dan enzim lisomal yang dilepas PMN dan Makrofag penghancur kolagen
2. Fibroblas memfagosit serabut kolagen

2.1.4 Pemeriksaan Poket Periodontal


Pemeriksaan poket periodontal harus mempertimbangkan banyak hal, di antaranya
adalah keberadaan dan distribusi pada semua permukaan gigi, kedalaman poket, batas
perlekatan pada akar gigi, dan tipe poket (supraboni atau infraboni; simple, compound, atau
kompleks). Metode satu-satunya yang paling akurat untuk mendeteksi poket periodontal
adalah eksplorasi menggunakan probe periodontal. Poket tidak terdeteksi oleh pada
pemeriksaan radiografi. Probe periodontal adalah instrument genggam dengan ujung yang
tumpul atau membulat, berbentuk tipis dan tapered, mempunyai nilai kalibrasi pada
ujungnya, yang menandakan skala probe, satu garis skala pada probe bernilai satu
millimeter. Pemeriksaan ini dengan cara menyelipkan probe ke dalam poket sampai dasar
poket dengan probe yang masih menyentuh bagian anatomis mahkota gigi. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan tekanan ringan. Pemeriksaan pada daerah interproksimal, probe harus
sedikit dimiringkan karena adanya kontak proksimal gigi.
Menurut Carranza (2002), kedalaman poket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu.
1. Kedalaman Biologis, merupakan jarak antara margin gingival dengan dasar poket (ujung
koronal dari junctional epithelium)
2. Kedalaman Klinis, merupakan jarak di mana sebuah instrumen probe masuk ke dalam poket.
Kedalaman penetrasi probe tergantung pada ukuran probe, gaya yang diberikan, arah
penetrasi, resistansi jaringan dan kecembungan mahkota.
Kedalaman penetrasi probe dari apeks jaringan ikat ke junctional epithelium adalah +/-
0,3 mm. Gaya tekan pada probe yang dapat ditoleransi dan akurat adalah 0.75 N. Teknik
probing yang benar adalah probe dimasukkan paralel dengan aksis vertikal gigi dan berjalan
secara sirkumferensial mengelilingi permukaan setiap gigi untuk mendeteksi daerah dengan
penetrasi terdalam.
Klasifikasinya adalah :
1. 2-3 mm -> Normal sampai gingivitis sedang
2. > 3 mm -> Kelainan periodontal
3. > 5 mm -> Kelainan periodontal berat

Jika terdapat banyak kalkulus, biasanya sulit untuk mengukur kedalaman poket karena
kalkulus menghalangi masuknya probe. Maka, dilakukan pembuangan kalkulus terlebih
dahulu secara kasar (gross scalling) sebelum dilakukannya pengukuran poket. Selain
kedalaman poket, hal lain yang penting dalam diagnostik adalah penentuan tingkat
perlekatan (level of attachment). Kedalaman poket adalah jarak antara dasar poket dan
margin gingival. Kedalaman poket dapat berubah dari waktu ke waktu walaupun pada kasus
yang tidak dirawat sehingga posisi margin gingival pun berubah. Poket yang dangkal pada
1/3 apikal akar memiliki kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan poket dalam yang
melekat pada 1/3 koronal akar. Cara untuk menentukan tingkat perlekatan adalah pada saat
margin gingival berada pada mahkota anatomis, tingkat perlekatan ditentukan dengan
mengurangi kedalaman poket dengan jarak antara margin gingival hingga cement-enamel-
junction.

2.2 Terapi Periodontal Non Bedah


Terapi periodontal non bedah adalah terapi tahap pertama dalam rangkaian prosedur yang
menentukan perawatan periodontal. Tujuan dari tahap non-bedah ini adalah untuk mengurangi
etiologi mikroba dan faktor-faktor yang berperan dalam perkembangan penyakit gingiva dan
periodontal. Hasil akhirnya adalah menghentikan proses perkembangan penyakit serta
mengembalikan kondisi gingiva dan jaringan periodontal pada keadaan sehat dan nyaman. Tahap
terapi ini dapat juga disebut sebagai terapi inisial, nonsurgical periodontal therapy, cause- related
therapy, dan etiotropic phase of therapy.
Menurut Braun dkk, pembuangan biofilm dan deposit mineral dari permukaan gigi merupakan
aspek dasar dan penentu dari terapi periodontal. Data klinis menunjukkan bahwa keberhasilan jangka
panjang perawatan periodontal lebih bergantung pada hasil yang dicapai dalam terapi tahap pertama
dibandingkan terhadap terapi bedah spesifik. Terapi tahap ini memberikan kesempatan kepada dokter
gigi untuk mengevaluasi respon jaringan dan perilaku pasien terhadap perawatan periodontal, karena
kedua faktor ini sangat dibutuhkan untuk keberhasilan perawatan. Keberhasilan terapi periodontal
bergantung pada penatalaksanaan lingkungan negatif dan faktor kebiasaan serta pengurangan bakteri
patogen melalui kombinasi pengembalian lingkungan yang lebih baik, yaitu suasana kurang
anaerobik.
Berbagai metode perawatan, antara lain instrumentasi mekanis, ultrasonic debridement, irigasi
supragingiva, irigasi subgingiva, pemberian obat-obatan secara lokal, antibiotika sistemik, dan
modulasi respon inang. Prosedur yang termasuk dalam terapi ini dapat merupakan terapi satu-
satunya. Namun jika terapi ini tidak dapat mengatasi masalah pasien, harus dilakukan tahap
persiapan untuk terapi bedah.

2.2.1 Instrumentasi Mekanis


Instrumentasi mekanis terhadap akar dengan menggunakan kuret merupakan perawatan yang
efektif pada pasien dengan periodontitis ringan sampai berat, yaitu dengan kerusakan perlekatan
jaringan klinis kurang dari 5 mm. . Secara umum instrumentasi mekanis telah berhasil menstabilkan
tingkat perlekatan klinis pada pasien periodontitis ringan sampai moderat. Jika hasil yang diharapkan
ialah penambahan tulang dan penurunan kedalaman poket dalam skala yang besar, maka dibutuhkan
prosedur bedah. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa penghalusan akar dapat
mengurangi kedalaman poket, meningkatkan perlekatan klinis jaringan dan menghambat
progresivitas penyakit. Peningkatan perlekatan klinis jaringan mengarah pada perlekatan jaringan ikat
baru, yaitu serat periodontal baru yang ada di dalam sementum, atau pembentukan long junctional
epithelium.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang dikutip oleh Perry dkk, mengindikasikan bahwa
skeling dan penghalusan akar sangat efektif dalam penanganan penyakit periodontal. Penelitian
dalam jangka waktu 1 bulan hingga 2 tahun menunjukan adanya pengurangan perdarahan saat
probing hingga 80% dan penurunan kedalaman poket mulai 2 mm hingga 3 mm. Skeling dan
penghalusan permukaan akar dapat membuka tubuli dentin dan menyebabkan invasi patogen
periodontal sehingga banyak bakteri akan kembali menginfeksi poket. Dibutuhkan perawatan
selanjutnya yang terdiri dari debridement supragingiva dan subgingiva dengan interval 3-4 bulan
untuk mempertahankan efek yang sudah didapatkan sebelumnya.

2.2.2 Ultrasonic debridement


Istilah ultrasonic debridement mengarah pada pembersihan permukaan akar dengan alat
mekanis vibrasi. Prosedur ini berbeda dengan tindakan penghalusan akar, tetapi menurut beberapa
penelitian didapatkan hasil yang hampir sama dengan skeling dan penghalusan akar terhadap
penurunan kedalaman poket, peningkatan perlekatan klinis dan penurunan inflamasi klinis.
Penelitian Greenstein dkk memperlihatkan bahwa pada daerah dengan kedalaman poket lebih
dari 4 mm, terjadi penurunan rata-rata kedalaman poket antara 1,2-2,3 mm setelah penghalusan akar
dan 1,7-1,9 mm setelah ultrasonic debridement. Ultrasonic debridement tidak menyebabkan
overinstrumentasi pada akar sehingga tidak menyebabkan dentin hipersensitif. Ultrasonic
debridement mengurangi waktu kerja dan kelelahan pada operator dibandingkan terhadap
instrumentasi manual. Tetapi sebaliknya penghalusan akar menghasilkan permukaan akar yang lebih
halus secara mikroskopis dibandingkan ultrasonic debridement, walaupun perbedaan tersebut tidak
terlihat secara klinis.
Instrumentasi ultrasonik menyebabkan terjadinya aerosol yang mengandung darah dan bakteri.
Aerosol dapat terjadi dalam jarak beberapa meter dari operator dan dapat berada di udara selama 30
menit. Klinisi harus memakai masker dan suction kecepatan tinggi, serta pasien diminta untuk
menggunakan obat kumur sebelum tindakan untuk mengurangi jumlah bakteri dalam saliva.
Penggunaan alat ultrasonik atau tip mikroultrasonik (lebar <0,5 mm) sama efektifnya dengan skeling
dan penghalusan akar. Dapat juga diberikan tambahan perawatan berupa irigasi obat- obatan pada
poket yang dalam.

2.2.3 Irigasi Supragingiva


Pada awal tahun 1980, terdapat keraguan apakah irigasi supragingiva dapat memberikan
keuntungan yang lebih dibandingkan dengan penyikatan gigi pada kontrol plak dan gingivitis. Sejak
itu dilakukan penelitian yang menyatakan irigasi supragingiva dapat meningkatkan efek penyikatan
gigi dan mengurangi inflamasi gingiva pada pasien dengan kebersihan mulut tidak baik. Penurunan
inflamasi gingiva berkisar antara 6,5- 54%. Hal ini terjadi akibat penurunan jumlah plak
supragingiva dan penetrasi irigan subgingiva sekunder yang membasuh bakteri keluar dari poket.
Berbagai penelitian menunjukkan kemampuan irigasi supragingiva. Hal ini terbukti melalui irigasi
supragingiva dengan tip irigasi standar mampu menghantarkan air atau obat- obatan sedalam 3 mm
subgingiva atau mendekati setengah dari kedalaman poket 6 mm (gambar 1A,C). Alat lain, yaitu
pik pocket (Teledyne) jika ditempatkan 1 mm subgingiva dapat memfasilitasi penetrasi irigan
sampai 90% pada poket 6 mm.

Gambar 1. A. Kedalaman poket 6 mm sebelum perawatan. B. Insersi awal pemberian minosiklin mikrosfer.
C. Penempatan tip pada dasar poket

Beberapa penelitian pada awal tahun 1990 juga menyatakan bahwa kontrol plak supragingiva yang baik
dapat mengurangi populasi bakteri di dalam poket sampai kedalaman 5 mm. Penelitian tersebut membuktikan
bahwa irigasi supragingiva bermanfaat terhadap kontrol plak supragingiva dan subgingiva dan mengurangi
inflamasi gingiva sehingga dapat berperan sebagai alat bantu tambahan dalam meningkatkan kebersihan mulut.
Meskipun demikian harus diingat bahwa irigasi subgingiva tidak meningkatkan hasil yang dicapai oleh skeling
dan penghalusan akar. Terdapat satu penelitian yang mengemukakan bahwa irigasi selama 5 menit setiap gigi
dengan tetrasiklin konsentrasi 10% jika digunakan bersamaan dengan penghalusan akar dapat meningkatkan
perlekatan klinis dibandingkan dengan perlakuan penghalusan akar saja, yaitu 1,8 mm berbanding 1 mm.

2.2.4 Pemberian Obat-Obatan Lokal


Penggunaan doxycycline hyclate 10%, gel metronidazole 25%, dan serat tetrasiklin
impegrated terbukti memperlihatkan hasil yang sama dengan perlakuan penghalusan akar, dengan
penurunan kedalaman poket (1 mm) dan peningkatan perlekatan klinis. Jika dilakukan penghalusan
akar saja dibandingkan dengan penghalusan akar dan penempatan perio chip, dapat terjadi perbedaan
kedalaman poket sebesar 2 mm. Hasil yang baik ini terutama didapatkan dengan terapi kombinasi.
Untuk mencapai hal ini peneliti menempatkan chip dua atau tiga kali pada 60% lokasi selama 9 bulan
periode evaluasi.
Pemberian obat-obatan secara lokal tidak efektif terhadap organisme invasif jaringan seperti
A. actinomycetemcomitans. Dengan demikian klinisi harus mempertimbangkan pasien yang
bukanlah merupakan metode terbaik dalam membuang biofilm, agregat bakteri, sehingga tidak dapat
digunakan sebagai pengganti penyikatan gigi atau perawatan pemeliharaan secara berkala.
2.2.5 Irigasi Subgingiva
Beberapa penelitian menemukan bahwa irigasi subgingiva dengan berbagai macam obat- obatan
mampu mengurangi jumlah bakteri patogen subgingiva. Akan tetapi satu kali irigasi tidak
merespons baik obat-obatan lokal ini untuk diberikan obat-obatan secara sistemik. Menurut
Sweeting dkk, lokasi yang dapat diberikan obat- obatan secara lokal antara lain poket > 5 mm
dengan perdarahan gingival, setelah skeling dan penghalusan akar awal, poket > 5 mm dengan
perdarahan gingiva atau lokasi > 6 mm, lokasi yang direncanakan untuk pemberian cangkokan
tulang, abses periodontal, kedalaman poket pada distal-fasial line angle dari molar kedua yang
berhubungan dengan pencabutan gigi molar ketiga jika tindakan intervensi bedah menghasilkan
kondisi kompromis, peri-implanitis yang bukan indikasi tindakan bedah, serta keterlibatan furkasi
kelas II (dangkal atau dalam) yang tidak akan dilakukan tindakan bedah.
Dokter gigi harus mengestimasi jumlah waktu kunjungan yang dibutuhkan berdasarkan keadaan
pasien. Salah satu contoh yang dapat dilakukan adalah menjadwalkan sebuah kunjungan yang lama
atau dua kunjungan singkat sementara pasien menerima agen antimikrobial, lalu jadwalkan
kunjungan berikutnya selama masa penyembuhan. Rangkaian perawatan ini disebut juga perawatan
anti-infeksi atau disinfeksi. Data dari penelitian sebelumnya menunjukan adanya perbaikan pada
kedalaman poket dan pengurangan periodontal patogen pada kelompok yang memakai agen
antimikroba.
2.2.6 Antibiotik Sistemik
Terapi antibiotika sistemik memberikan keuntungan lebih banyak dibandingkan dengan yang
diberikan secara lokal. Antibiotika sistemik dapat diberikan melalui serum ke dasar poket dan
mempengaruhi organisme invasif jaringan seperti A.actinomycetemcomitans. Selain itu juga dapat
mempengaruhi sumber dari reinfeksi bakteri, yaitu saliva, tonsil, dan mukosa. Obat sistemik ini juga
lebih murah biayanya dan mempersingkat waktu perawatan pasien.
2.2.7 Modulasi respons inang
Terdapat pendekatan untuk meningkatkan perawatan konvensional dari periodontitis termasuk
pemberian obat modulasi respons inang untuk menghambat aspek destruktif dari respon imun. Food
and Drug Administration (FDA) telah menyetujui penggunaan obat-obat sistemik sebagai tambahan
skeling dan penghalusan akar. Periostat merupakan inhibitor kolagenase yang terdiri dari 20 mg
doxycycline hyclate untuk pemberian secara oral. Walaupun periostat merupakan antibiotika, tetapi
diberikan dalam dosis yang rendah sehingga tidak terjadi aktivitas bakteri.
Rata-rata peningkatan perlekatan klinis dengan kedalaman poket awal 4-6 mm adalah 1,03 mm
setelah penghalusan akar dan pemberian dosis subantibakteri doksisiklin (SDD) dan 0,86 mm setelah
penghalusan akar saja, terdapat perbedaan sebesar 0,17 mm. Pada daerah dengan kedalaman probing
awal 7 mm atau lebih, rata-rata peningkatan perlekatan klinis adalah 1,55 mm pada penghalusan akar
dan SDD, dan 1,17 mm pada penghalusan akar saja; terdapat perbedaan sebesar 0,38 mm. Pada
daerah dengan kedalaman poket awal 4-6 mm, rata-rata penurunan kedalaman poket adalah 0,95 mm
setelah penghalusan akar dan SDD, dan 0,69 mm setelah penghalusan akar saja; berbeda 0,26 mm.
Pada daerah dengan kedalaman poket awal 7 mm atau lebih, rata-rata penurunan kedalaman poket
adalah 1,68 mm setelah penghalusan akar dan SDD, dan 1,20 mm setelah penghalusan akar saja;
terdapat perbedaan 0,48 mm. Para klinisi harus berusaha mengeliminasi bakteri menggunakan terapi
konvensional sebelum menggunakan obat sistemik yang mampu mengubah respons inang terhadap
patogen.
2.2.8 Aplikasi Laser
Belakangan ini, penggunaan laser mulai diminati dalam perawatan poket periodontal, seperti
ablasi jaringan lunak dan keras, detoksifikasi permukaan akar, debridement poket, eliminasi bakteri.
Penggunaan laser ini juga disarankan sebagai instrumentasi mekanis konvensional tambahan. Untuk
pembuangan kalkulus subgingiva dapat digunakan laser Er:YAG karena tidak menyebabkan
perubahan suhu pada permukaan akar. Er:YAG menggunakan pendingin air yang efektif tanpa
mengurangi efektivitasnya. Beberapa penelitian pada binatang menunjukkan secara histologis tidak
ada efek merugikan terhadap jaringan pulpa akar setelah debridement dengan laser Er:YAG.
2.3 Terapi Bedah Periodontal
Bedah periodontal adalah komponen perawatan periodontal fase kedua setelah fase pertama dilakukan
yaitu penghilangan faktor etiologi dengan skeling dan root planing.
2.3.1 Tujuan
1. Menghilangkan poket
2. Pembersihan dan penghalusan akar
3. Menghilangkan plak terutama pada poket periodontal
4. Eliminasi aktivitas pendalamanpoket dan inflamasi
5. Meningkatkan regenerasi jaringan
6. Menciptakan morfologi fisiologis daerah periodontal dan batas mukogingival
2.3.2 Indikasi
1. Area dengan kontur tulang tidak teratur, membentuk kawah dalam, dan berbagai defects yang
memerlukan bedah
2. Poket pada gigi dimana akses untuk membuang iritan mengindikasikan untuk dilakukan
bedah
3. Keterlibatan furkasi grade II dan III
4. Intrabony poket pada distal molar terakhir
5. Inflamasi persisten
2.3.3 Kontraindikasi
1. Orang dengan riwayat penyakit sistemik
2. Perokok
3. Ibu hamil
2.3.4 Jenis
1. Untuk menghilangkan poket yaitu terapi poket :
 Kuretase
Kuretase adalah suatu perawatan bedah periodontal dengan cara mengerok atau membuang dinding
poket (dinding jaringan lunak poket/dinding lateral poket) yang mengalami granulasi/fibroblastik dan
terinflamasi.
a. Tujuan
Mendapatkan efek pengerutan (shrinkage) sehingga dapat mengeliminasi poket. Kemudian juga untuk
mendapatkan perlekatan baru
b. Indikasi :
1. Jaringan yang edema dan terinflamasi
2. Poket dangkal-moderat (3-5mm)
3. Poket supraboni
4. Kehilangan perlekatan dan tulang alveolar yang progresif
5. Meningkatnya jumlah mikroorganisme
6. Kontraindikasi bedah periodontik lanjutan
7. Kontur gingiva relatif baik
c. Kontra Indikasi :
1. Dinding poket fibrotik
2. Poket yang dalam
8
3. Keterlibatan furkasi
4. Daerah sulit dijangkau
 Flap
Flap adalah pemisahan gingiva dan/atau mukosa dari jaringan yang mendasarinya untuk
penyediaan akses ke tulang alveolar dan akar.
a. Tujuan:
Meningkatkan akses pada deposit akar, mengeliminasi atau menurunkan kedalaman poket dengan
reaksi dinding poket, membuka area untuk melakukan metode regeneratif.

b. Indikasi:
1. Semua tipe periodontitis
2. kedalaman poket >6mm
3. lesi sudah sampai furkasi.

c. Kontraindikasi:
1. Attached gingiva yang sempit
2. poket yang dangkal.

 Gingivektomi
Gingivektomi berfungsi untuk menghilangkan dan reshape gingiva berpenyakit agar poket dapat
dieliminasi.
a. Tujuan
Mengembalikan bentuk fisiologis gingiva dengan menghilangkan poket yang biasanya disertai dengan
recontouring gingiva yang patologi.

b. Fungsi
1. Memberikan aksesibilitas untuk menghilangkan kalkulus secara keseluruhan
2. Memudahkan penghalusan permukaan akar
3. Menciptakan lingkungan yang baik untuk proses penyembuhan gingiva
4. Restorasi kontur fisiologis gingiva

c. Syarat
1. Zona gingiva cukup lebar
2. Bentuk puncak tulang alveolar normal
3. Kehilangan tulang horizontal
4. Tidak terdapat poket infraboni

d. Hal – hal yang perlu diperhatikan


a. Terpeliharanya keratinisasi gingiva

b.Minimalisasi pembuangan jaringan gingiva untuk mempertahankan estetik

c. Akses yang adekuat ke defek tulang agar dapat melakukan koreksi dengan baik

d.Minimalisasi perdarahan dan rasa tidak nyaman setelah pembedahan. 9


e. Indikasi:
1. Poket supraboni
2. Pembesaran gingiva menetap
3. Kerusakan furkasi
4. Hiperplasia gingiva akibat konsumsi obat
5. Hiperplasia gingiva Inflamasi kronis
6. Menghilangkan abses periodontal yang supraboni

f. Kontraindikasi:
1. Membutuhkan bedah tulang
2. poket lebih ke apical mucogingival junction (Infraboni poket)
3. Penyakit sistemik tidak terkontrol
4. Gigi hipersensitif
5. Pertimbangan estetik, regio anterior maksila
6. Penebalan margin tulang alveolar anterior

2.3.5 Instruksi Pasca Pembedahan


1. Tidak berkumur terlalu keras atau meludah selama 1 jam
2. Tidak melepaskan periodontal pack selama 1 minggu, apabila terlepas segera hubungi
operator
3. Tidak mengonsumsi makanan/minuman panas
4. Tidak memakan makanan yang keras atau padat
5. Tidak merokok
6. Apabila terjadi pembengkakan dilakukan kompres dingin pada pipi atau bibir sisi pasca beda
7. Tidak menyikat gigi pada daerah operasi
8. Tidak menyentuh atau memainkan dengan lidah bagian luka
9. Apabila terjadi pendarahan, segera hubungi operator.

10

Anda mungkin juga menyukai