Anda di halaman 1dari 31

CASE REPORT

“GINGIVAL ENLARGEMENT”

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Melengkapi


Kepaniteraan Klinik Di Bagian Periodonsia

Oleh:

HENI TARIDA

19100707360804013

Pembimbing : drg. Netta Aggraini, MdSc, Sp.

Perio

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan CR yang berjudul “GINGIVAL ENLARGEMENT”
untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
kepanitraan klinik. Dalam penulisan laporan kasus ini penulis
menyadari, bahwa semua proses yang telah dilalui tidak lepas
dari bimbingan drg. Netta Aggraini, MdSc, Sp. Perio selaku dosen
pembimbing, bantuan dan dorongan yang telah diberikan
berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Akhir kata
penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Padang, 20 April 2020

Penulis

2
HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui CR yang berjudul “GINGIVAL


ENLARGEMENT” Untuk Memenuhi Syarat Dalam Melengkapi
Kepaniteraan Klinik Di Bagian Periodonsia.

Padang, 20 April

2020

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing

( drg. Netta Aggraini,

MdSc, Sp. Perio)

3
BAB I
PENDAHULUAN

Jaringan periodontal merupakan suatu jaringan yang mengelilingi dan


mendukung gigi. Struktur periodontal secara anatomis terdiri dari gingiva,
membran periodontal, prosesus alveolar dan sementum (Prasetyo, 2003;
Anonymous, 2009). Gingiva merupakan salah satu jaringan periodonsium yang
mendukung dan mengelilingi gigi. Salah satu fungsi dari gingiva adalah
melindungi jaringan yang dibalutnya. Gingiva yang sehat berwarna merah muda
pucat terkadang bervariasi menjadi warna lainnya dengan kepekatan pigmen yang
terlihat (Daliemunthe, 2008). Ciri-ciri gingiva sehat yaitu berwarna merah muda,
kenyal, tidak oedem, melekat erat pada gigi dan prosesus alveolaris, sulkus
gingiva ≤ 2 mm, tidak ada eksudat dan tidak mudah berdarah (Mamede dkk,
2001).
Salah satu keadaan patologis gingiva yang sangat mengganggu estetika
dan fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva (gingival enlargement)
(Pramitasari dkk, 2013). Pembesaran gingiva didefinisikan sebagai pertumbuhan
jaringan gingiva yang tidak normal. Kelainan ini menyebabkan perubahan bentuk
gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal (Turkkahraman dkk,
2005).Gingival enlargement bisa bersifat sementara, maupun menetap, inflamasi
gingiva/gingiva yang bersifat kronis bisa berkembang menjadi gingival
enlargement yang bersifat permanen. Gingival enlargement ditandai dengan

4
penambahan ukuran gingiva dan dapat menimbulkan efek negatif berupa
gangguan fungsi (Suryono, 2014).
Masalah yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan kondisi gingival
enlargement adalah faktor estetika walaupun sebenarnya aspek kesehatan jaringan
pendukung gigi dan mulut juga mengalami gangguan. Gingival enlargement di
daerah papilla interdental, kontur gingiva yang menebal dan membulat, perasaan
tidak nyaman, penampakan morfologi mahkota gigi yang terkesan tidak baik
menjadikan permasalahan utama yang harus ditangani agar penampilan dan
fungsinya menjadi optimal (Suryono, 2014).

BAB II
ISI

A. Pengertian dan Gambaran Klinis Gingiva


Periodonsium merupakan jaringan pendukung dalam perlekatan gigi pada
tulang alveolar. Ini termasuk jaringan lunak gingiva, ligamen periodontal, dan
jaringan keras sementum serta tulang alveolar. Gingiva merupakan salah satu
jaringan periodonsium yang mendukung dan mengelilingi gigi. Salah satu fungsi
dari gingiva adalah melindungi jaringan yang dibalutnya. Gingiva yang sehat
berwarna merah muda pucat terkadang bervariasi menjadi warna lainnya dengan
kepekatan pigmen yang terlihat(Daliemunthe, 2008 ; Yina, 2018).

B. Pengertian Gingiva Enlargement


Gingival enlargement adalah keadaan dimana besar gingiva bertambah
dari normal. Keadaan ini merupakan gambaran yang sering menyertai penyakit
gingiva (Daliemunthe, 2008 danCarranza dkk, 2006). Gingival enlargement
adalah istilah deskriptif klinis yang tepat dan menghindari konotasi patologis
yang salah dari istilah yang digunakan di masa lalu, seperti gingivitis hipertrofi
atau hiperplasia gingiva (Carranzadan hogan, 2006).
Gingival enlargement dengan menggunakan kriteria letak dan penyebarannya,
dapat digambarkan seperti berikut (Carranza dkk, 2006) :
Terlokasi : Terbatas pada gingiva di dekat satu gigi atau sekelompok gigi

5
Umum :Melibatkan gingiva diseluruh mulut
Marginal :Terbatas pada gingiva marginal
Papilar :Terbatas pada papila interdental
Difusi :Melibatkan marginal, attached gingiva dan papila
Terbatas :Tonjolan terilosasi atau pelebaran seperti tumor yang tidak merata
Intensitas gingival enlargement menurut Mc Graw index yang ditetapkan
berdasarkan catatan Cheklis yang dipantau pada masing- masing pasien dengan
ketentuan sebagai berikut (Ghafari, 2010) :
Grade 0: Tidak ada gingival enlargement (dengan margin tipis)
Grade 1: Gingival enlargement hanya pada papila interdental
Grade 2 :Gingival enlargement menutupi sekurang-kurangnya sepertiga mahkota
gigi (dental crown)
Grade 3:Gingival enlargement menutupi lebih dari sepertiga mahkota gigi
(dentalcrown)

C. Etiologi Gingival Enlargement


Penyebab gingival enlargement terdiri dari faktor lokal dan faktor
sistemik, faktor lokalnya adalah: kesehatan mulut yang buruk, malposisi gigi, cara
menyikat gigi yang salah, trauma oklusi, tambalan kurang baik, iritasi, cangkolan
protesa, alat orthodontik dan kebiasaan bernapas melalui mulut. Faktor
sistemiknya adalah: kelainan hormonal, malnutrisi, kelainan darah, obat- obatan
dan sebab- sebab lain yang tidak diketahui (Usri dkk , 2006).
Gingival enlargement disebabkan juga oleh pemaparan dalam jangka
waktu yang lama oleh plak gigi. Faktor-faktor yang memudahkan penumpukan
plak dan retensi termasuk diantaranya kebersihan rongga mulut yang jelek seperti
iritasi yang disebabkan oleh abnormal anatomis dan penambalan yang tidak tepat
serta alat-alat orthodonti. Gingival enlargement dihasilkan oleh bakteri yang
terbawa ke bagian dalam jaringan sewaktu adanya benda – benda asing yang
masuk (misalnya bulu sikat gigi, pecahan biji apel, bagian cangkang lobster atau
kepiting) yang tertanam kuat kedalam gingiva (Carranza dkk, 2006).

D. Klasifikasi Gingival Enlargement

6
Banyak sekali tipe pembesaran ginigva, yang bervariasi berdasarkan
faktor-faktor etiologi dan proses patologis yang membentuknya (Daliemunthe,
2008). Carranza dan Hogan mengemukakan beberapa tipe gingival enlargement
menurut faktor etiologi dan proses patologis, sebagai berikut (Carranza dkk,
2006):
1. Pembesaran gingiva karena Inflamasi (Inflamatory enlargement)
a. Kronis
b. Akut
2. Pembesaran gingiva dinduksi obat-obatan (Drug-induced enlargement)
a. Anticonvulsans
b. Imunosupresi
c. Calsium channel blocker
3. Pembesaran berkaitan dengan penyakit atau kondisi sistemik (Enlargement
assosiated with systemic diseases or conditions)
1) Pembesaran Kondisional (conditioned enlargement)
a. Pubertas
b. Kehamilan
c. Defisiensi vitamin C
2) Gingivitis sel plasma
a. Penyakit sistemik yang menyebabkan pembesaran gingiva (Systemic
diseases causing gingival enlargement)
b. Leukemia
c. Penyakit granulomatous (misal: Wegener’s granulomatosis, sarcadosis)
4. Pembesaran neoplastik/tumor gingiva (Neoplatic enlargement)
5. Pembesaran semu (False enlargement)
Peningkatan dari ukuran gingiva merupakan ciri utama dari penyakit
gingiva. Berikut ini klasifikasi gingival enlargement (Carranza dkk, 2006) :

1. Pembesaran gingiva karena inflamasi


Gingival enlargement merupakan hasil dari proses inflamasi akut atau
kronis, dimana kondisi inflamasi kronis lebih umum ditemukan (Carranza dkk,
2006). Stadium awal pembesaran ini adalah berupa pembesaran berbentuk

7
pelampung yang mengelilingi gigi yang terlibat. Pembesaran bisa bertambah besar
sehingga menyelubungi sebagian mahkota gigi. Distribusi pembesaran pada
papila marginal lokalisata dan generalisata (Daliemunthe, 2008)
a. Akut
Gingival enlargement inflamasi akut berasal dari bakteri yang terbawa
jauh kedalam jaringan ketika substansi asing seperti bulu sikat gigi, sepotong serat
apel, atau pecahan cangkang lobster tertekan ke gingiva (Carranza dkk, 2006)
Gingival enlargement inflamasi akut ada dua tipe yaitu abses gingiva dan abses
periodontal. Abses gingiva merupakan lesi yang terlokalisir disertai nyeri yang
timbulnya biasanya secara tiba-tiba dan disebabkan oleh terbawanya bakteri jauh
masuk ke dalam jaringan. Abses periodontal adalah inflamsi dengan puluren yang
terlokalisir pada jaringan periodontal yang disebabkan perluasan inflamasi dari
saku periodontal, penyingkiran kalkulus yang tidak tuntas, atau perforasi akar gigi
saat perawatan endodonti (Daliemunthe, 2008)

Gambar 1. Abses gingiva


(https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-abses-periodontal/5757/2)

Gambar 2. Abses periodontal

8
(https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-abses-periodontal/5757/2)
b. Kronis
Pada gingival enlargement inflamasi kronis tampak pembengkakan sedikit
pada marginal dan interdental gingiva yang disebabkan oleh penumpukan plak
pada daerah tersebut. Faktor-faktor yang menyababkan penumpukan dan
akumulasi plak adalah OH yang buruk, iritasi oleh keadaan yang tidak normal,
restorasi yang buruk, dan piranti orthodonti (Carranza,dkk, 2006). Distribusinya
bisa diinterproksimal atau pada gingiva bebas atau gingiva cekat. Lesi bertangkai
ini lambat perkembangannya dan biasanya tidak disertai nyeri sakit. Lesi ini
mengecil secara spontan disertai eksaserbasi dan berlanjut pembesaran. Kadang-
kadang terjadi ulserasi yang disertai nyeri sakit yang hebat pada lipatan antara
masa bertangkai dengan gingiva yang berdekatan (Daliemunthe, 2008)

Gambar 3.Gingival enlargement karena penumpukan karang gigi


(https://www.dictio.id/t/apa-saja-penyebab-pembesaran-gingiva-atau-gusi/33060)
2. Pembesaran gingiva karena obat-obatan
Gingiva enlargement yang terjadi merupakan kombinasi dari pertambahan
ukuran karena obat- obatan dan komplikasi inflamasi karena bakteri. Pertumbuhan
mulai berupa pembesaran pada papila interdental dan meluas ke marginal gingiva
fasial dan lingual. Gingival enlargement papila dan marginal menyatu, serta bisa
berkembang kelipatan jaringan besar yang mencakup bagian mahkota yang luas,
dan bisa mengganggu oklusi (Carranza dkk, 2006).
Secara umum gingival enlargement berkembang beberapa bulan
pemakaian terapi obat-obatan, biasanya menyeluruh. Gingival enlargement yang
terjadi karena obat-obatan dapat terjadi pada mulut yang bebas iritasi dan dapat
pula tidak terjadi pada mulut dimana iritasi lokal menumpuk (Daliemunthe, 2008).

9
Gambar 4. Gingival enlargementkarena pemakai obat phenytoin
https://dentias.wordpress.com/2016/06/18/pembesaran-gingiva-pada-rongga-mulut/
Obat-obat yang dapat menyebabkan gingival enlargement adalah:
a) Phenytoin
Phenytoin pertama disintesa oleh Blitz pada tahun 1908 dan diperkenalkan
sebagai obat antiepilepsi. Aksi farmakologis utama dari phenytoin adalah fungsi
motorik susunan saraf pusat tanpa mempengaruhi efek sensoriknya. Phenytoin
merupakan obat antikonvulsan yang mempunyai pengaruh terhadap jaringan
gingiva yang menyebabkan gingival enlargement. Gingival enlargement terjadi
setelah 2 sampai 3 bulan penggunaan obat dan mencapai kondisi yang terparah
setelah 12 sampai 18 bulan.
Mekanisme terjadinya gingival enlargement karena penggunaan phenytoin
secara pasti belum dapat ditentukan. Menurut penelitian dengan pengkulturan
jaringan menunjukkan adanya stimulasi langsung oleh phenytoin pada proliferasi
fibroblast “fibroblast like cell”. Fibroblas dari gingival enlargement yang
disebabkan oleh phenytoin secara in vitro terlihat meningkatkan sintesa matrik
non kolagen seperti glycosaminoglycan dan proteoglycan, dalam jumlah yang
lebih banyak dari matrik kolagen. Phenytoin dapat merangsang penurunan
degradasi kolagen sebagai akibat dari produksi kolagen fibroplastik yang inaktif
(Gehrig, 2008).
b) Cyclosporine
Gingival enlargement adalah salah satu komplikasi yang paling rumit
ditimbulkan akibat efek samping penggunaan cyclosporine. Penggunaan obat ini
mempengaruhi gaya hidup pasien dan dapat melemahkan fungsi saluran
pencernaan (Ghafari dkk, 2010)

10
Mekanisme terjadinya gingival enlargement karena pemakaian obat-
obatan belum diketahui dengan jelas, gingival enlargement karena cyclosporine
menunjukkan terjadinya pengurangan degradasi kolagen yang menyebabkan
peningkatan jumlah fibroblast dan volume dari matrik ekstraseluler. Cyclosporin
menunjukkan adanya penekanan produksi antibodi terhadap antigen sel T. Sel
yang menjadi sasaran antara lain sel T-helper dan kemungkinan T-supresor.
Cyclosporine menekan respon imun seluler dengan memproduksi limpokin
(Carranza dkk, 2006).
Cyclosporine sangat cocok pada pasien yang telah menjalani transplantasi
jaringan maupun organ dan pengobatan penyakit autoimun. Penggunaan
cyclosporine secara klinis dilaporkan pada tahun 1978, sejak itu penggunaannya
telah meluas pada transpantasi ginjal, sumsum tulang, hati, kornea, jantung, paru-
paru. Ketika pasien menerima transplantasi organ, tubuh akan mencoba untuk
menolak transplantasi organ, maka cyclosporine akan bekerja mencegah respon
ini (Gehrig, 2008).
Gingival enlargement karena cyclosporine dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu pemakaian secara kombinasi, lama pemakaian, dosis cyclosporine,
usia, jenis kelamin, kontrol plak, oral higiene. Diperkirakan 25% pasien yang
menggunakan cyclosporine sebagai pengobatan sistemik mengalami gingival
enlargement (Dannewizt, 2007)
c. Nifedipine
Nifedipine merupakan obat vasodilator yang dipergunakan secara luas
pada perawatan gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi, angina pectoris,
ventricular arhytmias. Kerja utama dari nifedipine yaitu merelaksasikan otot-otot
polos pembuluh jantung dengan menghambat pergerakan kalsium melalui kanal
kalsium tanpa merubah konsentrasi kalsium dalam darah. Proses kontraksi dari
otot jantung dan otot polos pembuluh tergantung pada pergerakan ion kalsium
ekstraseluler ke dalam sel melalui kanal ion, dengan menghambat pergerakan
kalsium, nifedipine menghambat proses kontraksi yang selanjutnya akan
menyebabkan dilatasi arteri jantung dan keseluruhan tubuh (Gehrig, 2008)
Gingival enlargement yang dipengaruhi oleh obat nifedipine ditandai
dengan terjadinya peningkatan fibroblast gingiva dan matriks estraseluler jaringan

11
ikat, dengan berbagai tingkat peradangan kronis (Fernandes dkk, 2010). Efek
samping penggunaan nifedipine dapat menyebabkan gingival enlargement.
Gingival enlargement terjadi setelah 1 sampai 2 bulan pemberian nifedipine
dengan dosis 90 mg per hari. Mekanisme terjadinya gingival enlargement belum
dapat dipastikan, dari hasil penelitian menyatakan bahwa perubahan level kalsium
intraseluler pada sel gingiva berperan penting akan terjadinya gingival
enlargement akibat penggunaan obat tersebut jika berkombinasi adanya inflamasi
gingiva (Gehrig, 2008).
Gambaran klinis dari gingival enlargement karena obat-obatan adalah :
a. Tahap awal gingiva terlihat tanda-tanda pembesaran papila interdental
yang diikuti dengan pembentukan lobul-lobul yang meluas kearah labial
dan lingual.
b. Mempunyai warna merah muda, berkonsistensi keras, kaku dan lenting.
Kadang-kadang dijumpai stippling, permukaan bergranul atau licin dan
tidak mudah berdarah.
c. Bila lesi bertambah besar, pembesaran margin gingiva dan interdental
gingiva menyatu dan berkembang menjadi massa yang besar sehingga
menutupi setengah bahkan seluruh permukaan mahkota gigi sehingga
mengganggu fungsi pengunyahan (Daliemunthe, 2008).
3. Pembesaran Berkaitan dengan Penyakit Sistemik
Gambaran klinis dari gingival enlargement kerena penyakit sistemik adalah :
a. Warna gingiva yang terlibat biasanya merah kebiru-biruan dengan
permukaan yang berkilat.
b. Konsistensinya agak padat, tetapi ada kecenderungan menjadi friabel
(mudah tercabik) dan pendarahan yang terjadi secara spontan atau dengan
iritasi ringan.
c. Inflamasi necrotizing ulcerative kadang-kadang terjadi di servikal dan
gingiva membesar dan permukaan gigi terputus.
d. Pembesaran leukemia bisa difus, marjinal, lokal atau umum.
e. Gingival enlargement pada pasien penyakit Wegener’s granulomatosis
berbentuk buah strawberry

12
f. Gingival enlargement pada pasien penyakit sarcoidosis gingiva cenderung
membesar secara merata dan berwarna kemerahan.
1) Pembesaranyang terkondisi
Pembesaran kondisional terjadi apabila kondisi sitemik pasien
memperhebat atau mengubah respon gingiva terhadap plak dental, dan
memodifikasi gambaran klinis dari gingivitis kronis yang terjadi. Perbedaan
bentuk perubahan gamabaran klinis pembesaran gingiva kondisional dari
gambaran klinis gingivitis kronis tergantung dari bentuk sistemik yang
memodifikasinya. Untuk memicu pembesaran kondisional diperlukan keberadaan
iritan lokal (Daliemunte, 2008).
a. Pubertas
Gingiva enlargement terlihat dikedua papila interdental dan marginal yang
ditandai dengan adanya tonjolan bulat pada papila interproksimal. Gingival
enlargement selama pubertas mempunyai ciri yang sama dengan penyakit
inflamasi kronis gingiva. Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan
dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan untuk
reproduksi. Periode masa pubertas biasanya usia 12-18 tahun. Pubertas terjadi
karena tubuh mulai memproduksi hormon-hormon seks seperti steroid seks.
Hormon steroid seks yang mempengaruhi perempuan adalah estrogen dan
progesteron sedangkan pada laki-laki diproduksi adalah testosteron (Yassin,
2011).
Masa pubertas kadang-kadang dapat terjadi gingival enlargement, baik
pada laki-laki maupun perempuan, dan terjadinya pada daerah-daerah yang ada
iritan lokal seperti plak bakteri. Keparahan respon gingiva pada inflamasi yang
dihubungkan dengan peningkatan sirkulasi hormon estrogen dan progesteron pada
perempuan dan testosteron pada laki-laki disaat masa pubertas. Hal ini terjadi
karena ketidak seimbangan hormon pada masa pubertas yang menimbulkan
perubahan permeabilitas dan peningkatan akumulasi cairan pada jaringan gingiva,
yang menimbulkan oedema dan gingival enlargementm dengan adanya plak
bakteri (Daliemunthe, 2008 ; Gehrig, 2008).

13
Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena pubertas adalah
gambaran mikroskopik adalah bahwa peradangan kronis dengan edema menonjol
dan perubahan degeneratif yang terkait (Carranza dkk, 2006).

Gambar 5.Gingival enlargement karena pubertas


(http://www.klikdokter.com/userfiles/periodental2/, )
b. Kehamilan
Selama kehamilan terjadi peningkatan kadar progesteron dan estrogen,
yang pada akhir trimester ketiga, mencapai tingkat 10 dan 30 kali tingkat selama
siklus menstruasi, masing-masing. Perubahan hormon ini menyebabkan
perubahan dalam permeabilitas pembuluh darah menyebabkan gingiva edema dan
respon inflamasi meningkat menjadi plak gigi. Mikrobiota subgingiva juga dapat
mengalami perubahan, termasuk peningkatan Prevotella intermedia (Newman.,
Takei., Carranza, 2006).
Gambaran klinis dari gingival enlargement karena kehamilan adalah :
a. Lesi muncul seperti jamur, massa bulat pipih yang menonjol dari margin
gingiva atau lebih umum di ruang interproksimal.
b. Cenderung untuk memperluas lateral, dan tekanan dari lidah dan pipi
memerah. Warna kehitaman atau magenta, memiliki permukaan halus,
berkilau yang sering menunjukkan merah tua.
c. Lesi dangkal dan biasanya tidak menyerang tulang yang mendasarinya
(Carranza dkk, 2006).

14
Gambar 6. Gingival enlargement karena kehamilan
(http://bentengkehidupan.wordpress.com/2011/03/26/pembekakan-gusi-saat-hamil/)
Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena kehamilan
adalah angiogranuloma. Pembesaran marjinal terdiri dari massa pusatdari
jaringan ikat, dengan berbagai difus diatur, yang baru terbentuk, dan membesar
kapiler dilapisi oleh selendotel berbentuk kubusdan stroma cukup berserat dengan
berbagai tingkat edema dan inflamasi kronis menyusup. Epitel skuamosa
bertingkat kental, dengan retepegs menonjol dan beberapa derajat jembatan antar
sel, dan infiltrasi leukocytic. Meskipun temuan mikroskopis merupakan ciri khas
dari pembesaran gingiva pada kehamilan, tetapi tidak pthognomonic karena tidak
dapat digunakan untuk didiferensiasi pasien hamildan tidak hamil(Daliemunthe,
2008 ).
c. Defisiensi vitamin C
Secara akut kekurangan vitamin C tidak menyebabkan perdarahan,
degenerasi kolangen dan edema dijaringan ikat gingiva. Perubahan ini mengubah
respon dari gingiva ke plak menjadi gingival enlargement. Ciri-cirinya adalah
berwarna kebiruan merah, lunak, gembur, permukaan mengkilat (Daliemunthe,
2008).
Defisiensi vitamin C mempunyai manifestasi di rongga mulut seperti gusi
mudah berdarah dan pembesaran jaringan gingiva. Pembesaran yang terjadi
karena defisiensi vitamin C merupakan respon akibat adanya plak bakteri.
Defisiensi vitamin C tidak menyebabkan hemoragik, degenerasi kolagen dan
edema pada jaringan ikat gingiva. Perubahan ini memodifikasi respon gingiva
terhadap iritan lokal sehingga reaksi terhadap pertahanan yang normal terhambat
dan inflamasi bertambah parah. Kombinasi efek defisiensi vitamin C akut dengan
inflamasi menyebabkan gingival enlargement yang mencolok (Yedriwati, 2006).

15
Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena defesiensi
vitamin C adalah gingiva memiliki infiltrasi seluler kronis inflamasi akut dengan
respon dangkal. Ada daerah yang tersebar perdarahan, dengan membesar kapiler.
Ditandai menyebar edema, degenerasi kolagen, dan kekurangan fibril kolagen
atau fibroblas adalah temuan mencolok (Carranza dkk, 2006).

Gambar 7.Gingival enlargement karena defisiensi vitamin C


(http://www.klikdokter.com/userfiles/periodental2/)

d. Gingivitis sel plasma


Gingiva enlargement ini disebut juga atipikal dan sel plasma
gingivostomatitis yang dimulai dari marginal meluas ke gingiva. Secara klinis
gingiva tampak merah, bulat, dan berdarah dengan mudah (Carranza dkk, 2006).
2) Penyakit sistemik yang menyebabkan pembesaran gingiva
Pembesaran gingivayang tidak terkondisi seperti :
a) Leukemia
Gingival Enlargement yang disebabkan oleh zat kimia bisa lokalisata atau
generalisata. Pembesarannya bisa berupa pembesaran difus yang melibatkan
gingiva, berupa pembesaran pada gingiva bebas, atau masa seperti tumor diskret
di interproksimal. Warna gingiva yang terlibat biasanya merah kebiru-biruan
dengan permukaan yang berkilat. Konsistensinya agak padat, tetapi ada
kecenderungan menjadi friable (mudah tercabik), dan pendarahan yang terjadi
secara spontan atau dengan iritasi ringan.
Kadang-kadang bisa terjadi inflamasi ulseratif nekrosis akut pada celah
yang berbentuk antara perbatasan gingiva yang membesar dengan permukaan gigi

16
yang berbatasan. Pada leukemia lapisan inflamasi gingiva kronis simpel tanpa
keterlibatan sesl-sel leukemia dengan gambaran klinis dan mikroskopis yang
serupa dengan gambaran yang dijumpai pada pasien non leukemia. Kebanyakan
gingival enlargement yang disebabkan leukemia dijumpai sekaligus gambaran
inflamasi kronis simpel dan infiltrat. Gingival enlargement yang disebabkan
leukemia biasanya terjadi pada penderita leukemia akut, bisa juga terjadi pada
penderita leukemia sub akut. Lesi ini jarang sekali terjadi pada penderita leukemia
kronis (Daliemunte, 2008).

Gambar 8. Gingival enlargemet karena leukimia


https://www.slideshare.net/SaifKhan37/influence-of-hematological-disorder-on-periodontium

b) Penyakit granulomatosa (Wegener’s granulomatosis, Sarcoidosis)


Penyebab pembesaran gingiva pada Wegener’s granulomatosis tidak
diketahui, tetapi kondisi ini dianggap sebagai cedera jaringan imunologi.
Pembesaran gingiva biasanya terjadi pada saat pasien telah mengalami gagal
ginjal dalam beberapa bulan, tetapi baru-baru ini penggunaan obat imunosupresif
telah menghasilkan pengurangan kejadiaan tersebut lebih dari 90% pasien
(Carranza,dkk, 2006). Gingiva enlargement pada penyakit granulomatosa secara
klinis berwarna merah keunguan, mudah berdarah (Newman., Takei., Carranza,
2006).
4. Pembesaran Neoplastik/Tumor Gingiva
Epulis adalah istilah yang digunakan secara klinis untuk menandai semua
tumor yang tersebar, dan massa seperti tumor yang berada di gingiva ini hanya
untuk menentukan lokasinya bukan untuk menerangkan tumor itu sendiri.
Kebanyakan lesi yang dirujuk sebagai ‘epulis’ adalah lebih kepada peradangan
dibandingkan dengan neoplastik. Tumor pada gingiva muncul dari jaringan ikat

17
gingiva atau dari ligamen periodontal. Tumbuhnya lambat, tumor berbentuk bulat
yang cendrung menjadi kenyal atau kuat, serta bernodul tapi cendrung menjadi
lunak dan mudah berdarah. Fibroma yang keras pada gingiva jarang terjadi.
Kebanyakan lesinya yang di diagnosa secara klinis sebagai fibroma adalah
gingival enlargement karena peradangan (Carranza,dkk, 2006).
5. Pembesaran Semu
False enlargement sebenarnya bukan dari jaringan gingiva tetapi mungkin
muncul sebagai akibat dari peningkatan ukuran di underlying osseous dan
jaringan gigi. (Carranza,dkk, 2006).
a. Lesi di bawah tulang
Enlargement di bawah tulang yang paling umum terjadi pada exostosis,
tetapi bisa terjadi pada fibrous dysplasia, cherubism, central giant cell
granuloma, osteoma, osteosarcoma.

b. Bawah jaringan gigi


Tahap erupsi gigi primer gingiva sudah menunjukkan distorsi marginal
disebabkan oleh superimposition yang menonjol dari enamel setengah gingiva
dimahkota (Yassin, 2011).

E. Pengertian Gingivektomi
Gingivekvomi adalah eksisi gingiva yang bertujuan untuk menyingkirkan
saku periodontal, dan dalam prosedurnya tercakup pembentukan kembali
(reshaping) gingiva. Disingkirkannya dinding saku yang terinflamasi akan
diperbaiki visibilitas dan aksesbilitas ke permukaan akar gigi sehingga
penyingkiran iritan lokal berupa deposit dapat dilakukan secara tuntas.
Tersingkirkannya jaringan yang terinflamasi dan iritan lokal akan menciptakan
lingkungan yang menguntungkan bagi penyembuhan gingiva dan restorasi kontur
gingiva yang fisiologis (Daliemunthe, 2006). Keuntungan gingivektomi adalah
teknik sederhana, dapat mengeliminasi poket secara sempurna, lapangan

18
penglihatan baik, morfologi gingiva dapat diramalkan sesuai keinginan (Lies,
1997; Goldman dan Cohen 1980; Cohen, 1989)

F. Indikasi dan kontraindikasi gingivektomi


Indikasi gingivektomi:
a. Penyingkiran saku supraboni,tanpa melihat kedalamannya, bila
konsistensi dinding sakunya fibrous dan padat serta zona gingiva cekatnya
adekuat.
b. Penyingkiran gingival enlargement.
c. Penyingkiran abses periodontal dengan saku supraboni.
Kontraindikasi gingivektomi
a. Terdapat cacat tulang yang memerlukan koreksi atau pemeriksaan bentuk
dan morfologi tulang alveolar.
b. Dasar saku berada dekat atau diapikal batas muko gingiva.
c. Gingival enlargement yang terlalu besar, sepeti hiperplasia gingiva yang
diinduksi obat-obatan.

G. ProsedurGingivektomi
Tahapan kerja gingivektomisebagai berikut ( Daliemunthe, 2006):
1. Asepsis daerahkerjadenganpovidon iodine.
2. Anestesipada daerah yang dikerjakan terlebih dulu diberi anestesi lokal.
3. Penandaan dasar saku, dengan memakai alat yaitu pocketmarker.
4. Mereseksi gingiva, reseksi gingiva dapat dilakukan dengan beberapa
macam alat yaitu pisau gingivektomi, pisau bedah (skalpel), gunting, alat
bedah elektro (laser).
5. Menyingkirkan gingiva bebas dan gingiva interdental, gingiva yang telah
direseksi disingkirkan dengan menggunakan kuret.Alat kuret diselipkan
sedalam mungkin ke daerah yang diinsisi sampai berkontak dengan
permukaan gigi, lalu dengan sapuan kearah koronal jaringan yang telah
direseksi disingkirkan.

19
6. Penyingkiran jaringan granulasi dan kalkulus, setelah gingiva bebas dan
gingiva interdental disingkirkan akan tersingkap jaringan granulasi yang
terinflamasi dan kalkulus yang belum tersingkirkan pada fase terapi inisial.
7. Pembersihan daerah kerja, daerah yang di gingivektomi dibilas dengan
aqudes atau larutan garam fisiologis.
8. Pemasangan pembalut periodontal, setelah bekuan darah terbentuk, luka
bedah ditutup dengan pembalut periodontal

BAB III
LAPORAN KASUS

A. Kasus
Seorang pasien wanita berusia 20 tahun datang ke RSGM dengan
keluhan gusi bengkak pada rahang atas dan rahang bawah.
Pasienmengatakansudahmembersihkankaranggigiseminggu yang lalu di
RSGM Baiturrahmahtapigusinyamasihtetapbengkak.Pasienmerasa
pembengkakan tersebut mengganggu penampilan ketika sedang tertawa dan
tidak sakit. Pasien tidak memakai kawat gigi dan tidak memiliki alergi
terhadap obat. Pemeriksaan klinis ditemukan adanya pembesaran pada regio
12 dan 22 dengan keadaan jaringan periodontal normal, warna coral pink.

20
B. Identifikasi pasien
1. Pemeriksaan
a. Data Pasien
Nama : Nn. H
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Ampang
Tanggal Pemeriksaan : 3 Juli 2019
b. Pemeriksaan subyektif
Keluhan Utama :
Pasien datang ke RSGM Universitas Baiturrahmah Padang dengan
keluhangusibengkak
Keluhan Tambahan :
1. Pasien tidaknyamandantidakpercayadiridengankeadaangusi yang
membesarpadagigidepanatas
Riwayat Medis Gigi dan Mulut : Pasientelah di scallingsatuminggulalu
Riwayat Medis Umum : Pasien tidak sedang dalam perawatan dokter dan
tidak mengkonsumsi obat-obatan, serta tidak ada riwayat alergi.
Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut :
Menyikat Gigi
Interval :1 kali sehari
Waktu :Pagi sewaktu mandi
Gerakan :Horizontal
Yang disikat :Bagian vestibular dan oral
Pasta :Pepsodent
Obat kumur :Tidakada
c. Pemeriksaan obyektif
Ekstra Oral
TMJ : Normal
Lympnode : Normal
Bibir : Normal

21
Intra Oral
Mukosa Lidah : Normal
Mukosa Palatum : Normal
Mukosa Pipi : Normal
Mukosa Bibir : Normal
Dasar Mulut : Normal
Gigi
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 44 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Kondisi jaringan periodontal gigi 1212


Jaringan periodontal : Pembesaran Gingiva
Warna : Coral pink

Pemeriksaan kebersihan mulut


Debris Calculus
Kana
Ant. Kiri Total Kanan Ant. Kiri Total
n
Atas 2/- 1/- 2/- 5/- Atas 1/- 0/- 0/- 1/-
Bawa Bawa
-/2 -/1 -/2 -/5 -/0 -/1 -/0 -/1
h h

Jumlah skor debris 10


DI = = =1,6
Jumlah gigi yang diperiksa 6

Jumlah skor calculus 2


CI = = =1,5
Jumlah gigi yang diperiksa 6

22
OHI = DI + CI = 1,6 + 0,3 = 1,9 (sedang)
Skor OHI: 0 - 1,2 = Baik
1,3 - 3,0 = Sedang
3,1 - 6,0 = Buruk
d. Pemeriksaan Rontgen Foto
Pemeriksaan rontgen foto tidak dilakukan.
e. Pemeriksaan Oklusi
Statis : Normal
Berfungsi : Normal
Protesa : (-)
2. Diagnosa
Gingivaenlargementinflamasikronis pada gigi 12 dan 22 karena
penumpukan plak dan kalkulus dalam jumlah banyak disertai dengan cara dan
waktu penyikatan gigi yang salah.
3. Prognosis
Prognosis untuk perawatan pasien adalah sedang, dengan alasan sebagai
berikut:
a. Gingival enlargement dapat kembali lagi jika pasien tidak bisa menjaga
oral hygiene nya dengan baik
b. Pasienkooperatif
c. Pasien masih muda dan tidak mempunyai penyakit sistemik
d. OH pasien didapatkan sebesar 1,9 dimana berdasarkan Skor OHI level
kebersihan oral pasien adalah sedang
e. Pasien bisa datang dalam waktu yang telah disepakati
4. Gambar Pasien Sebelum Perawatan

Gambar 9. Foto pasien sebelum perawatan – vestibular

23
BAB IV

RENCANA PERAWATAN DAN HASIL PERAWATAN

A. Rencana Perawatan
Rencana perawatan dilakukan sesudah menegakkan diagnosis penyakit
dan setelah meramalkan prognosis. Perawatan yang diberikan dengan tiga kali
kunjungan
Kunjungan I (Fase inisial)
a. Melakukan pengukuran Oral Hygiene Index (Debris Index dan Calculus
Index)
DI = Jumlah gigi seluruhnya

24
Jumlah total gigi yang diperiksa
CI = Jumlah permukaan gigi dengan calculus
Jumlah Seluruh Permukaan Gigi
OHI = DI + CI
b. Melakukan pengukuran gingivaindex pada bagian distal, palatal, mesial
dan bucal pada rahang atas dan rahang bawah
GI = Jumlah seluruh gigi /4
Jumlah gigi yang diperiksa
c. Melakukan pengukuran Plaque Control Record
PCR = Jumlah Permukaan yang terkena (RA & RB) x 100%
Jumlah Gigi x 4
d. Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial tengah
distal bagian vestibular oral pada gigi yang mengalami pembesaran
gingiva.
e. Penskeleran kalkulus/karang gigi supragingival dan subgingival pada
rahang atas dan rahang bawah
f. Memberitahu ke pasien untuk datang 1 minggu lagi untuk dilakukan
tindakan
Kunjungan II (Fase Kuratif)
a. Melakukan pengukuran Plaque Control Record kembali
PCR = Jumlah Permukaan yang terkena (RA & RB) x 100%
Jumlah Gigi x 4
b. Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial tengah
distal bagian vestibular oral pada gigi yang mengalami pembesaran
gingiva.
c. Melakukan tindakan Gingivektomi
Prosedur :
1) Dudukkan pasien di dental unit
2) Pemasangan celemek pada pasien
3) Operator cuci tangan terlebih dulu
4) Pemasangan masker + handscoon pada operator
5) Asepsis lapangan kerja dengan providone iodine

25
Gambar 10. Asepsis Daerah Kerja (DokumentasiPribadi, 2019)

6) Anastesi interdental pada bagian mesial, distal gingiva yang akan dibedah

Gambar 11. AnastesiLokalInfiltrasi (DokumentasiPribadi, 2019)

7) Bleeding point, dengan menggunakan pocket marker atau prob + sonde


dengan cara memasukkan bagian lurus kedalam saku sampai dengan dasar
saku, kemudian jepit sehingga terdapat titik-titik pendarahan pada bagian
vestibular. Padaperawatanini operator menggunakanprob periodontal +
sondeuntuk bleeding point.

Gambar 12. Bleeding Point (DokumentasiPribadi, 2019)

26
8) Reseksi gingiva dengan menggunakan scalpel dengan blade no 15, insisi
dibuat 1mm ke arah apikal dari bleeding point dengan membentuk sudut
450 ke permukaan gigiataudapatjugadigunakanpisau kirkland untuk bagian
vestibular, kemudian pada bagian interdental dengan pisau orban.
Padaperawatanini operator menggunakanscalpel dengan bladeno.15 dan
orban untuk reseksi gingiva.

Gambar 13. InsisiMenggunakan Scalpel dengan Blade no 15 (DokumentasiPribadi, 2019)

9) Lakukan kuretase, dengan mata pisau mengarah ke gingiva, untuk


menyingkirkan jaringan granulasi dan sisa kalkulus subgingiva.
10) Irigasi dengan Nacl 0.9% + kompres dengan kassa hingga pendarahan
berhenti.
11) Keringkan daerah yang dibedah, pemasanganpack periodontal.

27
Gambar 14. Daerah Bedah yang TelahDikeringkan (DokumentasiPribadi, 2019)

Gambar 15. Pemasangan Pack Periodontal pada Gigi 12 dan 22 (DokumentasiPribadi,


2019)

12) Intruksi pasca bedah, dimana pasien perlu diberi informasi yang lengkap
tentang cara-cara perawatan pascaoperasi. Berikut instruksi pasca bedah,
yaitu:
a) Hindari makan atau minum selama 1 jam.
b) Jangan minum-minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Jangan
berkumur-kumur satu hari setelah operasi.
c) Jangan makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan kunyahlah
makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.
d) Minumnlah obat yang telah diresepkan secara teratur sesuai anjuran.
Dimana penggunakaan obat analgesik bila anda merasa sakit setelah efek
anestesi hilang. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari.
Gunakan obat kumur di pagi hari dan malam hari bila anda tidak dapat
melakukan pengontrolan plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung
digunakan pada hari pertama setelah operasi asalkan tidak dikumurkan
terlalu kuat di dalam mulut.
e) Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit dengan
menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan; jangan
berkumur; hubungi dokter anda bila perdarahan tidak juga berhenti.
f) Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
g) Bila tahap pascaoperasi tidak menimbulkan gangguan namun sakit dan
bengkak timbul 2-3 hari kemudian, segeralah hubungi dokter anda.
13) Pemberian obat

R/ Amoxycilin tab 50 mg No. XV

28
S 3 d d tab I pc

R/Ibuoprofen tab 500 mg No. XV

S 3 d d tab I pc

R/ Vit. C tab 250 mg No. V

S1dd

Fase ke III (Fase Maintenance)


Dimana pada fase ini dalam rentang waktu 1 minggu setelah dilakukan tindakan
pembuangan gingiva enlargement yaitu fase penyembuhan diri.
Padafaseinidilakukankembaliyaitu:
a. Melakukan pengukuran Plaque Control Record kembali
PCR = Jumlah Permukaan yang terkena (RA & RB) x 100%
Jumlah Gigi x 4
b. Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial tengah
distal bagian vestibular oral pada gigi yang mengalami pembesaran
gingiva.

B. HasilPerawatan
1. Pengukuran Kedalaman Saku, Attached Gingiva, Level Attachment,

keratined gingiva dan Resesi Gingiva

Tahap Kedalama
Attached Level Keratined Resesi
Perawata n
Gingiva Attachment gingiva Gingiva
n Saku
Setting I 233 5 3 8 0
Setting II 233 5 3 8 0
Setting III 0 1 1 5 1 6 0

29
2. Pengukuran Plaque Index

Setting I Setting II Setting III


50 % 46,4 % 25%

3. DokumentasiPascaPerawatan

Gambar 16. Gingiva Gigi 22 PascaGingivektomi (DokumentasiPribadi, 2019)

BAB V

PENUTUP

Pembesaran gingiva atau gingival enlargement adalah suatu peradangan

pada gingival yang disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor lokal maupun

faktor sistemik, yang paling utama adalah faktor lokal yaitu plak, bakteri. Tanda

klinis yang muncul yaitu gingival membesar, halus, mengkilat, konsistensi lunak,

warna merah dan pinggirannya tampak membulat. Hal ini menimbulkan estetik

yang kurang baik, sehingga diperlukan perawatan yaitu gingivektomi. Menurut

30
Carranza dan Hogan pada tahun 2006, mengemukakan klasifikasi pembesaran

gingiva yang didasarkan pada faktor etiologi dan perubahan patologisnya,

pembesaran gingival dibedakan menjadi lima tipe yaitu pembesaran gingival

inflamatori, pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan, pembesaran gingival

berkaitan penyakit atau kondisi sistemik, pembesaran neoplastik atau tumor

gingival dan pembesaran semu gingiva.

Perawatan yang dilakukan untuk pembesaran gingival ialah gingivektomi.

Gingivektomi berarti eksisi dari gingival, dengan cara disingkirkannya dinding

saku yang terinflamasi akan diperbaiki visibilitas dan aksesibilitas ke permukaan

akar gigi sehingga penyingkiran iritan lokal berupa deposit dapat dilakukan secara

tuntas. Padakasusinidilakukangingivektomipadagigi 22

dengantujuanmengembalikanbentukanatomis normal dari gingiva

pasiensehinggadiharapkansetelahperawatanestetis gingivapasiendapatterkoreksi.

31

Anda mungkin juga menyukai