“GINGIVAL ENLARGEMENT”
Oleh:
HENI TARIDA
19100707360804013
Perio
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
HALAMAN PERSETUJUAN
Padang, 20 April
2020
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
penambahan ukuran gingiva dan dapat menimbulkan efek negatif berupa
gangguan fungsi (Suryono, 2014).
Masalah yang sering dikeluhkan oleh pasien dengan kondisi gingival
enlargement adalah faktor estetika walaupun sebenarnya aspek kesehatan jaringan
pendukung gigi dan mulut juga mengalami gangguan. Gingival enlargement di
daerah papilla interdental, kontur gingiva yang menebal dan membulat, perasaan
tidak nyaman, penampakan morfologi mahkota gigi yang terkesan tidak baik
menjadikan permasalahan utama yang harus ditangani agar penampilan dan
fungsinya menjadi optimal (Suryono, 2014).
BAB II
ISI
5
Umum :Melibatkan gingiva diseluruh mulut
Marginal :Terbatas pada gingiva marginal
Papilar :Terbatas pada papila interdental
Difusi :Melibatkan marginal, attached gingiva dan papila
Terbatas :Tonjolan terilosasi atau pelebaran seperti tumor yang tidak merata
Intensitas gingival enlargement menurut Mc Graw index yang ditetapkan
berdasarkan catatan Cheklis yang dipantau pada masing- masing pasien dengan
ketentuan sebagai berikut (Ghafari, 2010) :
Grade 0: Tidak ada gingival enlargement (dengan margin tipis)
Grade 1: Gingival enlargement hanya pada papila interdental
Grade 2 :Gingival enlargement menutupi sekurang-kurangnya sepertiga mahkota
gigi (dental crown)
Grade 3:Gingival enlargement menutupi lebih dari sepertiga mahkota gigi
(dentalcrown)
6
Banyak sekali tipe pembesaran ginigva, yang bervariasi berdasarkan
faktor-faktor etiologi dan proses patologis yang membentuknya (Daliemunthe,
2008). Carranza dan Hogan mengemukakan beberapa tipe gingival enlargement
menurut faktor etiologi dan proses patologis, sebagai berikut (Carranza dkk,
2006):
1. Pembesaran gingiva karena Inflamasi (Inflamatory enlargement)
a. Kronis
b. Akut
2. Pembesaran gingiva dinduksi obat-obatan (Drug-induced enlargement)
a. Anticonvulsans
b. Imunosupresi
c. Calsium channel blocker
3. Pembesaran berkaitan dengan penyakit atau kondisi sistemik (Enlargement
assosiated with systemic diseases or conditions)
1) Pembesaran Kondisional (conditioned enlargement)
a. Pubertas
b. Kehamilan
c. Defisiensi vitamin C
2) Gingivitis sel plasma
a. Penyakit sistemik yang menyebabkan pembesaran gingiva (Systemic
diseases causing gingival enlargement)
b. Leukemia
c. Penyakit granulomatous (misal: Wegener’s granulomatosis, sarcadosis)
4. Pembesaran neoplastik/tumor gingiva (Neoplatic enlargement)
5. Pembesaran semu (False enlargement)
Peningkatan dari ukuran gingiva merupakan ciri utama dari penyakit
gingiva. Berikut ini klasifikasi gingival enlargement (Carranza dkk, 2006) :
7
pelampung yang mengelilingi gigi yang terlibat. Pembesaran bisa bertambah besar
sehingga menyelubungi sebagian mahkota gigi. Distribusi pembesaran pada
papila marginal lokalisata dan generalisata (Daliemunthe, 2008)
a. Akut
Gingival enlargement inflamasi akut berasal dari bakteri yang terbawa
jauh kedalam jaringan ketika substansi asing seperti bulu sikat gigi, sepotong serat
apel, atau pecahan cangkang lobster tertekan ke gingiva (Carranza dkk, 2006)
Gingival enlargement inflamasi akut ada dua tipe yaitu abses gingiva dan abses
periodontal. Abses gingiva merupakan lesi yang terlokalisir disertai nyeri yang
timbulnya biasanya secara tiba-tiba dan disebabkan oleh terbawanya bakteri jauh
masuk ke dalam jaringan. Abses periodontal adalah inflamsi dengan puluren yang
terlokalisir pada jaringan periodontal yang disebabkan perluasan inflamasi dari
saku periodontal, penyingkiran kalkulus yang tidak tuntas, atau perforasi akar gigi
saat perawatan endodonti (Daliemunthe, 2008)
8
(https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-abses-periodontal/5757/2)
b. Kronis
Pada gingival enlargement inflamasi kronis tampak pembengkakan sedikit
pada marginal dan interdental gingiva yang disebabkan oleh penumpukan plak
pada daerah tersebut. Faktor-faktor yang menyababkan penumpukan dan
akumulasi plak adalah OH yang buruk, iritasi oleh keadaan yang tidak normal,
restorasi yang buruk, dan piranti orthodonti (Carranza,dkk, 2006). Distribusinya
bisa diinterproksimal atau pada gingiva bebas atau gingiva cekat. Lesi bertangkai
ini lambat perkembangannya dan biasanya tidak disertai nyeri sakit. Lesi ini
mengecil secara spontan disertai eksaserbasi dan berlanjut pembesaran. Kadang-
kadang terjadi ulserasi yang disertai nyeri sakit yang hebat pada lipatan antara
masa bertangkai dengan gingiva yang berdekatan (Daliemunthe, 2008)
9
Gambar 4. Gingival enlargementkarena pemakai obat phenytoin
https://dentias.wordpress.com/2016/06/18/pembesaran-gingiva-pada-rongga-mulut/
Obat-obat yang dapat menyebabkan gingival enlargement adalah:
a) Phenytoin
Phenytoin pertama disintesa oleh Blitz pada tahun 1908 dan diperkenalkan
sebagai obat antiepilepsi. Aksi farmakologis utama dari phenytoin adalah fungsi
motorik susunan saraf pusat tanpa mempengaruhi efek sensoriknya. Phenytoin
merupakan obat antikonvulsan yang mempunyai pengaruh terhadap jaringan
gingiva yang menyebabkan gingival enlargement. Gingival enlargement terjadi
setelah 2 sampai 3 bulan penggunaan obat dan mencapai kondisi yang terparah
setelah 12 sampai 18 bulan.
Mekanisme terjadinya gingival enlargement karena penggunaan phenytoin
secara pasti belum dapat ditentukan. Menurut penelitian dengan pengkulturan
jaringan menunjukkan adanya stimulasi langsung oleh phenytoin pada proliferasi
fibroblast “fibroblast like cell”. Fibroblas dari gingival enlargement yang
disebabkan oleh phenytoin secara in vitro terlihat meningkatkan sintesa matrik
non kolagen seperti glycosaminoglycan dan proteoglycan, dalam jumlah yang
lebih banyak dari matrik kolagen. Phenytoin dapat merangsang penurunan
degradasi kolagen sebagai akibat dari produksi kolagen fibroplastik yang inaktif
(Gehrig, 2008).
b) Cyclosporine
Gingival enlargement adalah salah satu komplikasi yang paling rumit
ditimbulkan akibat efek samping penggunaan cyclosporine. Penggunaan obat ini
mempengaruhi gaya hidup pasien dan dapat melemahkan fungsi saluran
pencernaan (Ghafari dkk, 2010)
10
Mekanisme terjadinya gingival enlargement karena pemakaian obat-
obatan belum diketahui dengan jelas, gingival enlargement karena cyclosporine
menunjukkan terjadinya pengurangan degradasi kolagen yang menyebabkan
peningkatan jumlah fibroblast dan volume dari matrik ekstraseluler. Cyclosporin
menunjukkan adanya penekanan produksi antibodi terhadap antigen sel T. Sel
yang menjadi sasaran antara lain sel T-helper dan kemungkinan T-supresor.
Cyclosporine menekan respon imun seluler dengan memproduksi limpokin
(Carranza dkk, 2006).
Cyclosporine sangat cocok pada pasien yang telah menjalani transplantasi
jaringan maupun organ dan pengobatan penyakit autoimun. Penggunaan
cyclosporine secara klinis dilaporkan pada tahun 1978, sejak itu penggunaannya
telah meluas pada transpantasi ginjal, sumsum tulang, hati, kornea, jantung, paru-
paru. Ketika pasien menerima transplantasi organ, tubuh akan mencoba untuk
menolak transplantasi organ, maka cyclosporine akan bekerja mencegah respon
ini (Gehrig, 2008).
Gingival enlargement karena cyclosporine dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu pemakaian secara kombinasi, lama pemakaian, dosis cyclosporine,
usia, jenis kelamin, kontrol plak, oral higiene. Diperkirakan 25% pasien yang
menggunakan cyclosporine sebagai pengobatan sistemik mengalami gingival
enlargement (Dannewizt, 2007)
c. Nifedipine
Nifedipine merupakan obat vasodilator yang dipergunakan secara luas
pada perawatan gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi, angina pectoris,
ventricular arhytmias. Kerja utama dari nifedipine yaitu merelaksasikan otot-otot
polos pembuluh jantung dengan menghambat pergerakan kalsium melalui kanal
kalsium tanpa merubah konsentrasi kalsium dalam darah. Proses kontraksi dari
otot jantung dan otot polos pembuluh tergantung pada pergerakan ion kalsium
ekstraseluler ke dalam sel melalui kanal ion, dengan menghambat pergerakan
kalsium, nifedipine menghambat proses kontraksi yang selanjutnya akan
menyebabkan dilatasi arteri jantung dan keseluruhan tubuh (Gehrig, 2008)
Gingival enlargement yang dipengaruhi oleh obat nifedipine ditandai
dengan terjadinya peningkatan fibroblast gingiva dan matriks estraseluler jaringan
11
ikat, dengan berbagai tingkat peradangan kronis (Fernandes dkk, 2010). Efek
samping penggunaan nifedipine dapat menyebabkan gingival enlargement.
Gingival enlargement terjadi setelah 1 sampai 2 bulan pemberian nifedipine
dengan dosis 90 mg per hari. Mekanisme terjadinya gingival enlargement belum
dapat dipastikan, dari hasil penelitian menyatakan bahwa perubahan level kalsium
intraseluler pada sel gingiva berperan penting akan terjadinya gingival
enlargement akibat penggunaan obat tersebut jika berkombinasi adanya inflamasi
gingiva (Gehrig, 2008).
Gambaran klinis dari gingival enlargement karena obat-obatan adalah :
a. Tahap awal gingiva terlihat tanda-tanda pembesaran papila interdental
yang diikuti dengan pembentukan lobul-lobul yang meluas kearah labial
dan lingual.
b. Mempunyai warna merah muda, berkonsistensi keras, kaku dan lenting.
Kadang-kadang dijumpai stippling, permukaan bergranul atau licin dan
tidak mudah berdarah.
c. Bila lesi bertambah besar, pembesaran margin gingiva dan interdental
gingiva menyatu dan berkembang menjadi massa yang besar sehingga
menutupi setengah bahkan seluruh permukaan mahkota gigi sehingga
mengganggu fungsi pengunyahan (Daliemunthe, 2008).
3. Pembesaran Berkaitan dengan Penyakit Sistemik
Gambaran klinis dari gingival enlargement kerena penyakit sistemik adalah :
a. Warna gingiva yang terlibat biasanya merah kebiru-biruan dengan
permukaan yang berkilat.
b. Konsistensinya agak padat, tetapi ada kecenderungan menjadi friabel
(mudah tercabik) dan pendarahan yang terjadi secara spontan atau dengan
iritasi ringan.
c. Inflamasi necrotizing ulcerative kadang-kadang terjadi di servikal dan
gingiva membesar dan permukaan gigi terputus.
d. Pembesaran leukemia bisa difus, marjinal, lokal atau umum.
e. Gingival enlargement pada pasien penyakit Wegener’s granulomatosis
berbentuk buah strawberry
12
f. Gingival enlargement pada pasien penyakit sarcoidosis gingiva cenderung
membesar secara merata dan berwarna kemerahan.
1) Pembesaranyang terkondisi
Pembesaran kondisional terjadi apabila kondisi sitemik pasien
memperhebat atau mengubah respon gingiva terhadap plak dental, dan
memodifikasi gambaran klinis dari gingivitis kronis yang terjadi. Perbedaan
bentuk perubahan gamabaran klinis pembesaran gingiva kondisional dari
gambaran klinis gingivitis kronis tergantung dari bentuk sistemik yang
memodifikasinya. Untuk memicu pembesaran kondisional diperlukan keberadaan
iritan lokal (Daliemunte, 2008).
a. Pubertas
Gingiva enlargement terlihat dikedua papila interdental dan marginal yang
ditandai dengan adanya tonjolan bulat pada papila interproksimal. Gingival
enlargement selama pubertas mempunyai ciri yang sama dengan penyakit
inflamasi kronis gingiva. Pubertas merupakan suatu tahap dalam perkembangan
dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan untuk
reproduksi. Periode masa pubertas biasanya usia 12-18 tahun. Pubertas terjadi
karena tubuh mulai memproduksi hormon-hormon seks seperti steroid seks.
Hormon steroid seks yang mempengaruhi perempuan adalah estrogen dan
progesteron sedangkan pada laki-laki diproduksi adalah testosteron (Yassin,
2011).
Masa pubertas kadang-kadang dapat terjadi gingival enlargement, baik
pada laki-laki maupun perempuan, dan terjadinya pada daerah-daerah yang ada
iritan lokal seperti plak bakteri. Keparahan respon gingiva pada inflamasi yang
dihubungkan dengan peningkatan sirkulasi hormon estrogen dan progesteron pada
perempuan dan testosteron pada laki-laki disaat masa pubertas. Hal ini terjadi
karena ketidak seimbangan hormon pada masa pubertas yang menimbulkan
perubahan permeabilitas dan peningkatan akumulasi cairan pada jaringan gingiva,
yang menimbulkan oedema dan gingival enlargementm dengan adanya plak
bakteri (Daliemunthe, 2008 ; Gehrig, 2008).
13
Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena pubertas adalah
gambaran mikroskopik adalah bahwa peradangan kronis dengan edema menonjol
dan perubahan degeneratif yang terkait (Carranza dkk, 2006).
14
Gambar 6. Gingival enlargement karena kehamilan
(http://bentengkehidupan.wordpress.com/2011/03/26/pembekakan-gusi-saat-hamil/)
Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena kehamilan
adalah angiogranuloma. Pembesaran marjinal terdiri dari massa pusatdari
jaringan ikat, dengan berbagai difus diatur, yang baru terbentuk, dan membesar
kapiler dilapisi oleh selendotel berbentuk kubusdan stroma cukup berserat dengan
berbagai tingkat edema dan inflamasi kronis menyusup. Epitel skuamosa
bertingkat kental, dengan retepegs menonjol dan beberapa derajat jembatan antar
sel, dan infiltrasi leukocytic. Meskipun temuan mikroskopis merupakan ciri khas
dari pembesaran gingiva pada kehamilan, tetapi tidak pthognomonic karena tidak
dapat digunakan untuk didiferensiasi pasien hamildan tidak hamil(Daliemunthe,
2008 ).
c. Defisiensi vitamin C
Secara akut kekurangan vitamin C tidak menyebabkan perdarahan,
degenerasi kolangen dan edema dijaringan ikat gingiva. Perubahan ini mengubah
respon dari gingiva ke plak menjadi gingival enlargement. Ciri-cirinya adalah
berwarna kebiruan merah, lunak, gembur, permukaan mengkilat (Daliemunthe,
2008).
Defisiensi vitamin C mempunyai manifestasi di rongga mulut seperti gusi
mudah berdarah dan pembesaran jaringan gingiva. Pembesaran yang terjadi
karena defisiensi vitamin C merupakan respon akibat adanya plak bakteri.
Defisiensi vitamin C tidak menyebabkan hemoragik, degenerasi kolagen dan
edema pada jaringan ikat gingiva. Perubahan ini memodifikasi respon gingiva
terhadap iritan lokal sehingga reaksi terhadap pertahanan yang normal terhambat
dan inflamasi bertambah parah. Kombinasi efek defisiensi vitamin C akut dengan
inflamasi menyebabkan gingival enlargement yang mencolok (Yedriwati, 2006).
15
Gambaran histopatologi dari gingival enlargement karena defesiensi
vitamin C adalah gingiva memiliki infiltrasi seluler kronis inflamasi akut dengan
respon dangkal. Ada daerah yang tersebar perdarahan, dengan membesar kapiler.
Ditandai menyebar edema, degenerasi kolagen, dan kekurangan fibril kolagen
atau fibroblas adalah temuan mencolok (Carranza dkk, 2006).
16
yang berbatasan. Pada leukemia lapisan inflamasi gingiva kronis simpel tanpa
keterlibatan sesl-sel leukemia dengan gambaran klinis dan mikroskopis yang
serupa dengan gambaran yang dijumpai pada pasien non leukemia. Kebanyakan
gingival enlargement yang disebabkan leukemia dijumpai sekaligus gambaran
inflamasi kronis simpel dan infiltrat. Gingival enlargement yang disebabkan
leukemia biasanya terjadi pada penderita leukemia akut, bisa juga terjadi pada
penderita leukemia sub akut. Lesi ini jarang sekali terjadi pada penderita leukemia
kronis (Daliemunte, 2008).
17
gingiva atau dari ligamen periodontal. Tumbuhnya lambat, tumor berbentuk bulat
yang cendrung menjadi kenyal atau kuat, serta bernodul tapi cendrung menjadi
lunak dan mudah berdarah. Fibroma yang keras pada gingiva jarang terjadi.
Kebanyakan lesinya yang di diagnosa secara klinis sebagai fibroma adalah
gingival enlargement karena peradangan (Carranza,dkk, 2006).
5. Pembesaran Semu
False enlargement sebenarnya bukan dari jaringan gingiva tetapi mungkin
muncul sebagai akibat dari peningkatan ukuran di underlying osseous dan
jaringan gigi. (Carranza,dkk, 2006).
a. Lesi di bawah tulang
Enlargement di bawah tulang yang paling umum terjadi pada exostosis,
tetapi bisa terjadi pada fibrous dysplasia, cherubism, central giant cell
granuloma, osteoma, osteosarcoma.
E. Pengertian Gingivektomi
Gingivekvomi adalah eksisi gingiva yang bertujuan untuk menyingkirkan
saku periodontal, dan dalam prosedurnya tercakup pembentukan kembali
(reshaping) gingiva. Disingkirkannya dinding saku yang terinflamasi akan
diperbaiki visibilitas dan aksesbilitas ke permukaan akar gigi sehingga
penyingkiran iritan lokal berupa deposit dapat dilakukan secara tuntas.
Tersingkirkannya jaringan yang terinflamasi dan iritan lokal akan menciptakan
lingkungan yang menguntungkan bagi penyembuhan gingiva dan restorasi kontur
gingiva yang fisiologis (Daliemunthe, 2006). Keuntungan gingivektomi adalah
teknik sederhana, dapat mengeliminasi poket secara sempurna, lapangan
18
penglihatan baik, morfologi gingiva dapat diramalkan sesuai keinginan (Lies,
1997; Goldman dan Cohen 1980; Cohen, 1989)
G. ProsedurGingivektomi
Tahapan kerja gingivektomisebagai berikut ( Daliemunthe, 2006):
1. Asepsis daerahkerjadenganpovidon iodine.
2. Anestesipada daerah yang dikerjakan terlebih dulu diberi anestesi lokal.
3. Penandaan dasar saku, dengan memakai alat yaitu pocketmarker.
4. Mereseksi gingiva, reseksi gingiva dapat dilakukan dengan beberapa
macam alat yaitu pisau gingivektomi, pisau bedah (skalpel), gunting, alat
bedah elektro (laser).
5. Menyingkirkan gingiva bebas dan gingiva interdental, gingiva yang telah
direseksi disingkirkan dengan menggunakan kuret.Alat kuret diselipkan
sedalam mungkin ke daerah yang diinsisi sampai berkontak dengan
permukaan gigi, lalu dengan sapuan kearah koronal jaringan yang telah
direseksi disingkirkan.
19
6. Penyingkiran jaringan granulasi dan kalkulus, setelah gingiva bebas dan
gingiva interdental disingkirkan akan tersingkap jaringan granulasi yang
terinflamasi dan kalkulus yang belum tersingkirkan pada fase terapi inisial.
7. Pembersihan daerah kerja, daerah yang di gingivektomi dibilas dengan
aqudes atau larutan garam fisiologis.
8. Pemasangan pembalut periodontal, setelah bekuan darah terbentuk, luka
bedah ditutup dengan pembalut periodontal
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Kasus
Seorang pasien wanita berusia 20 tahun datang ke RSGM dengan
keluhan gusi bengkak pada rahang atas dan rahang bawah.
Pasienmengatakansudahmembersihkankaranggigiseminggu yang lalu di
RSGM Baiturrahmahtapigusinyamasihtetapbengkak.Pasienmerasa
pembengkakan tersebut mengganggu penampilan ketika sedang tertawa dan
tidak sakit. Pasien tidak memakai kawat gigi dan tidak memiliki alergi
terhadap obat. Pemeriksaan klinis ditemukan adanya pembesaran pada regio
12 dan 22 dengan keadaan jaringan periodontal normal, warna coral pink.
20
B. Identifikasi pasien
1. Pemeriksaan
a. Data Pasien
Nama : Nn. H
Umur : 20 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Ampang
Tanggal Pemeriksaan : 3 Juli 2019
b. Pemeriksaan subyektif
Keluhan Utama :
Pasien datang ke RSGM Universitas Baiturrahmah Padang dengan
keluhangusibengkak
Keluhan Tambahan :
1. Pasien tidaknyamandantidakpercayadiridengankeadaangusi yang
membesarpadagigidepanatas
Riwayat Medis Gigi dan Mulut : Pasientelah di scallingsatuminggulalu
Riwayat Medis Umum : Pasien tidak sedang dalam perawatan dokter dan
tidak mengkonsumsi obat-obatan, serta tidak ada riwayat alergi.
Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut :
Menyikat Gigi
Interval :1 kali sehari
Waktu :Pagi sewaktu mandi
Gerakan :Horizontal
Yang disikat :Bagian vestibular dan oral
Pasta :Pepsodent
Obat kumur :Tidakada
c. Pemeriksaan obyektif
Ekstra Oral
TMJ : Normal
Lympnode : Normal
Bibir : Normal
21
Intra Oral
Mukosa Lidah : Normal
Mukosa Palatum : Normal
Mukosa Pipi : Normal
Mukosa Bibir : Normal
Dasar Mulut : Normal
Gigi
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 44 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
22
OHI = DI + CI = 1,6 + 0,3 = 1,9 (sedang)
Skor OHI: 0 - 1,2 = Baik
1,3 - 3,0 = Sedang
3,1 - 6,0 = Buruk
d. Pemeriksaan Rontgen Foto
Pemeriksaan rontgen foto tidak dilakukan.
e. Pemeriksaan Oklusi
Statis : Normal
Berfungsi : Normal
Protesa : (-)
2. Diagnosa
Gingivaenlargementinflamasikronis pada gigi 12 dan 22 karena
penumpukan plak dan kalkulus dalam jumlah banyak disertai dengan cara dan
waktu penyikatan gigi yang salah.
3. Prognosis
Prognosis untuk perawatan pasien adalah sedang, dengan alasan sebagai
berikut:
a. Gingival enlargement dapat kembali lagi jika pasien tidak bisa menjaga
oral hygiene nya dengan baik
b. Pasienkooperatif
c. Pasien masih muda dan tidak mempunyai penyakit sistemik
d. OH pasien didapatkan sebesar 1,9 dimana berdasarkan Skor OHI level
kebersihan oral pasien adalah sedang
e. Pasien bisa datang dalam waktu yang telah disepakati
4. Gambar Pasien Sebelum Perawatan
23
BAB IV
A. Rencana Perawatan
Rencana perawatan dilakukan sesudah menegakkan diagnosis penyakit
dan setelah meramalkan prognosis. Perawatan yang diberikan dengan tiga kali
kunjungan
Kunjungan I (Fase inisial)
a. Melakukan pengukuran Oral Hygiene Index (Debris Index dan Calculus
Index)
DI = Jumlah gigi seluruhnya
24
Jumlah total gigi yang diperiksa
CI = Jumlah permukaan gigi dengan calculus
Jumlah Seluruh Permukaan Gigi
OHI = DI + CI
b. Melakukan pengukuran gingivaindex pada bagian distal, palatal, mesial
dan bucal pada rahang atas dan rahang bawah
GI = Jumlah seluruh gigi /4
Jumlah gigi yang diperiksa
c. Melakukan pengukuran Plaque Control Record
PCR = Jumlah Permukaan yang terkena (RA & RB) x 100%
Jumlah Gigi x 4
d. Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial tengah
distal bagian vestibular oral pada gigi yang mengalami pembesaran
gingiva.
e. Penskeleran kalkulus/karang gigi supragingival dan subgingival pada
rahang atas dan rahang bawah
f. Memberitahu ke pasien untuk datang 1 minggu lagi untuk dilakukan
tindakan
Kunjungan II (Fase Kuratif)
a. Melakukan pengukuran Plaque Control Record kembali
PCR = Jumlah Permukaan yang terkena (RA & RB) x 100%
Jumlah Gigi x 4
b. Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS) pada bagian mesial tengah
distal bagian vestibular oral pada gigi yang mengalami pembesaran
gingiva.
c. Melakukan tindakan Gingivektomi
Prosedur :
1) Dudukkan pasien di dental unit
2) Pemasangan celemek pada pasien
3) Operator cuci tangan terlebih dulu
4) Pemasangan masker + handscoon pada operator
5) Asepsis lapangan kerja dengan providone iodine
25
Gambar 10. Asepsis Daerah Kerja (DokumentasiPribadi, 2019)
6) Anastesi interdental pada bagian mesial, distal gingiva yang akan dibedah
26
8) Reseksi gingiva dengan menggunakan scalpel dengan blade no 15, insisi
dibuat 1mm ke arah apikal dari bleeding point dengan membentuk sudut
450 ke permukaan gigiataudapatjugadigunakanpisau kirkland untuk bagian
vestibular, kemudian pada bagian interdental dengan pisau orban.
Padaperawatanini operator menggunakanscalpel dengan bladeno.15 dan
orban untuk reseksi gingiva.
27
Gambar 14. Daerah Bedah yang TelahDikeringkan (DokumentasiPribadi, 2019)
12) Intruksi pasca bedah, dimana pasien perlu diberi informasi yang lengkap
tentang cara-cara perawatan pascaoperasi. Berikut instruksi pasca bedah,
yaitu:
a) Hindari makan atau minum selama 1 jam.
b) Jangan minum-minuman panas atau alkohol selama 24 jam. Jangan
berkumur-kumur satu hari setelah operasi.
c) Jangan makan makanan yang keras, kasar atau lengket dan kunyahlah
makanan dengan sisi yang tidak dioperasi.
d) Minumnlah obat yang telah diresepkan secara teratur sesuai anjuran.
Dimana penggunakaan obat analgesik bila anda merasa sakit setelah efek
anestesi hilang. Gunakan larutan kumur salin hangat setelah satu hari.
Gunakan obat kumur di pagi hari dan malam hari bila anda tidak dapat
melakukan pengontrolan plak secara mekanis. Larutan ini dapat langsung
digunakan pada hari pertama setelah operasi asalkan tidak dikumurkan
terlalu kuat di dalam mulut.
e) Bila terjadi perdarahan, tekanlah dressing selama 15 menit dengan
menggunakan sapu tangan bersih yang sudah dipanaskan; jangan
berkumur; hubungi dokter anda bila perdarahan tidak juga berhenti.
f) Sikat bagian mulut yang tidak dioperasi saja.
g) Bila tahap pascaoperasi tidak menimbulkan gangguan namun sakit dan
bengkak timbul 2-3 hari kemudian, segeralah hubungi dokter anda.
13) Pemberian obat
28
S 3 d d tab I pc
S 3 d d tab I pc
S1dd
B. HasilPerawatan
1. Pengukuran Kedalaman Saku, Attached Gingiva, Level Attachment,
Tahap Kedalama
Attached Level Keratined Resesi
Perawata n
Gingiva Attachment gingiva Gingiva
n Saku
Setting I 233 5 3 8 0
Setting II 233 5 3 8 0
Setting III 0 1 1 5 1 6 0
29
2. Pengukuran Plaque Index
3. DokumentasiPascaPerawatan
BAB V
PENUTUP
pada gingival yang disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor lokal maupun
faktor sistemik, yang paling utama adalah faktor lokal yaitu plak, bakteri. Tanda
klinis yang muncul yaitu gingival membesar, halus, mengkilat, konsistensi lunak,
warna merah dan pinggirannya tampak membulat. Hal ini menimbulkan estetik
30
Carranza dan Hogan pada tahun 2006, mengemukakan klasifikasi pembesaran
akar gigi sehingga penyingkiran iritan lokal berupa deposit dapat dilakukan secara
tuntas. Padakasusinidilakukangingivektomipadagigi 22
pasiensehinggadiharapkansetelahperawatanestetis gingivapasiendapatterkoreksi.
31