EDENTULUS PENUH
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meskipun wajah hanya mewakili sebagian kecil dari permukaan tubuh, wajah dapat
mewujudkan identitas sosial kita dan merupakan salah satu hal utama dalam komunikasi
interpersonal. Penampilan wajah yang menyimpang dari konsep daya tarik yang dapat
diterima secara budaya telah terbukti tidak menguntungkan bagi individu. Perubahan
negatif dalam penampilan wajah sering dianggap dapat merubah karakteristik dari
individu itu sendiri. Oleh karena itu perawatan prostodontik tidak hanya mengelola
bagaimana prinsip biomekanik pada rongga mulut, namun juga estetik yang dapat
diharapkan oleh pasien.
Filosofi dalam perawatan prostodontik adalah selain mengganti suatu yang hilang,
tapi juga melestarikan apa yang ada. Hal InI dimaksud bahwa dalam melakukan
perawatan sebaiknya praktisi atau drg dapat mempertimbangkan banyak hal dalam
melakukan perawatan prostodontik.
2
Pemeriksaan klinis:
1. Ekstra Oral:
o Profil wajah cekung
o Rahang bawah terlihat lebih maju ke depan saat menutup mulut
o TMJ : krepitasi + , nyeri +
o Sudut mulut terlihat turun
2. Intra Oral:
o Edentulus RA dan RB
o Lengkung rahang RB terlihat lebih besar daripada RA
o Lidah relatif besar
Pemeriksaan rontgen foto: kondilus telah mengalami erosi
Learning issue:
1. Pengaruh kehilangan gigi terhadap perubahan jaringan rongga mulut dan sekitarnya
serta sistem stomagtonasi.
2. Dampak aging terhadap perubahan karakter pasien lansia.
3. Kelainan Sendi Tempotomandibular.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jelaskan etiologi dan mekanisme terjadinya sakit kepala, telinga berdengung
dan nyeri di sekitar telinga yang dirasakan oleh pasien tersebut !
Etiologi:
Proses penuaan dan kehilangan gigi secara keseluruhan dalam waktu yang lama
dan tidak segera digantikan yang menyebabkan terjadinya kelainan
temporomandibular. Sakit kepala, telinga berdengung ( tinnitus ) dan nyeri di
sekitar telinga yang dirasakan oleh pasien terjadi karena adanya kelainan
temporomandibular 1
Mekanisme:
Secara embriologi atau anatomical terdapat hubungan fungsional antara TMJ
dengan telinga tengah (middle ear). Struktur dari persatuan antara dua daerah
anatomi ini disebut dengan discomalleolar ligament atau Pinto’s Ligament yang
akan menghubungan antara medial retrodiscal dari TMJ dan malleus dari telinga
tengah.2 Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang erat dan saling
berdekatan antara satu sama lain sehingga jika terjadi ketegangan atau perubahan
dari keadaan ligament ini yang mengarah kepada abnormalnya pembukaan mulut
dan tekanan pada saat mastikasi oleh TMJ maka pada saat membuka dan menutup
mulut, mempengaruhi kepada disfungsi dari telinga tengah juga, yang ditandai
dengan adanya telinga yang berdengung hingga resiko gangguan pendengaran.
1
Keadaan ini sering disebut dengan costen syndrome. Hal ini dapat dikaitkan
dengan kasus dimana pasien sudah 2 tahun edentulous dan tidak menggantikan
giginya yang hilang dengan memakai gigi tiruan maka beban kunyah dari proses
mastikasi akan di tanggung seluruhnya oleh TMJ, sehingga keadaan TMJ dapat
terjadi erosi, telinga berdengung dan pusing pada kepala.
4
Mekanisme :3,4
5
Mekanisme:
Resorpsi tulang alveolar terjadi setelah pencabutan gigi terutama pada tahun
pertama. Tingkat kecepatan resorpsi lingir alveolar berbeda antara rahang atas
dengan rahang bawah, dengan perbandingan rata-rata 1:4. Kecepatan resorpsi
rahang bawah lebih besar daripada rahang atas. Resorpsi pada lingir alveolar
bagian anterior rahang atas cenderung ke arah belakang dan ke atas dengan tingkat
kehilangan tulang yang cukup progresif. Pada bagian posterior rahang atas
resorpsi cenderung ke arah atas dan ke dalam sehingga lingir alveolar mengecil
secara progresif. Sedangkan lingir alveolar rahang bawah anterior dan posterior
mengalami resorpsi ke arah depan dan bawah. Kondisi ini menyebabkan lengkung
rahang atas seperti berada dalam kurungan lengkung rahang bawah karena rahang
bawah menjadi lebih prognati (terlihat lebih besar) pada kondisi edentulus yang
telah berlangsung lama, sehingga terjadi hubungan rahang pseudo klas III.5
6
- Teknik Pencetakan Neutral Zone7
Neutral zone adalah daerah yang pergerakan pipi, bibir dan lidah dalam
keadaan seimbang. Pada zona ini gigi-gigi alami berada tepat pada posisinya
tempat gigi artifisial sebaiknya diposisikan. Area ini akan didapat dengan
teknik pencetakan neutral zone.
Posisi gigi artifisial tepat pada pencetakan ini.
Prosedur pencetakan:
Prosedur pencetakan yaitu pada cetakan atas
dan bawah dibuat bite rim atas dan sendok cetak bawah dibuat khusus.
Sendok cetak bawah dibuat dari akrilik, tanpa pegangan, dengan kawat yang
ditempatkan di bagian atas lengkung. Hal ini berfungsi untuk menambah retensi
dari bahan cetak.
(Kiri pilar pada sendok cetak RB, Kanan sendok cetak RA dan RB di dalam mulut pasien)
7
(Viscogel)
8
8. Pernahkah mengalami perubahan saat menggigit akhir-akhir ini?
9. Pernahkah berobat untuk nyeri wajah atau masalah sendi rahang yang
sulit dijelaskan ?
b. Pemeriksaan fisik pada TMJ:
1. Inspeksi
Untuk melihat ada atau tidaknya kelainan pada TMJ. Perhatikan gigi, sendi
rahang, dan otot pada wajah serta kepala dan wajah. Perhatikan juga
pergerakan saat membuka dan menutup mulut, apakah pasien menggerakkan
mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau pasien seperti menjaga
gerakan dari mandibulanya.
2. Palpasi
Untuk mengetahui kesimetrisan pergerakan sendi dan ada atau tidaknya
rasa nyeri saat di lakukan palpasi. palpasi dilakukan pada:
- Temporalis muscle : anterior, media, posterior
- Masseter muscle
- Lateral pterygoid muscle
- Medial ptrerygoid muscle
- Digastric muscle
- Sternodeidomastoid muscle
- Trapezus muscle
- Palpasi TMJ dilakukan pada saat proses membuka dan menutup mulut
- Pada gerakan membuka mulut, palpasi dilakukan tepat di bawah os
zygomaticus, di anterior dari proc. condylaris mandibulae
9
- Pada gerakan menutup mulut, palpasi dilakukan melalui anterior tragus
di dalam meatus acusticus externus. Rasakan apakah ada gerakan dari
arah anterior yang merupakan aspek posterior condylus
10
Tanda gangguan sendi temporomandibula didapat dari pemeriksaan fisik
berdasarkan Dysfunction index (Di).10
11
menentukan kondilus normal atau tidak. Skenario hasil pemeriksaan rontgen
foto yaitu kondilus telah mengalami erosi. Kondilus yang erosi yaitu
tergerusnya sebagian daerah kepala kondilus disertai penurunan densitas pada
daerah tersebut.
12
Indifferent mind(Acuh):
Pasien tidak peduli akan penampilan dan makanan yang dikonsumsinya
Menurutnya, pemasangan gigi tiruan adalah suatu hal yang tidak perlu
Biasanya pasien datang atas dorongan dari orang lain, sehingga dapat
bersifat apatis, tidak tertarik dan motivasinya kurang
Pasien tidak memperhatikan instruksi, tidak kooperatif, dan cenderung
menyalahkan drg untuk kesehatan gigi dan mulut yang buruk.
Prognosis biasanya kurang baik sehingga diperlukan motivasi dan edukasi
yang baik dari awal perawatan oleh drg.13
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam menangani kasus edentulous baik sebagian maupun penuh tidak terlepas dari
anamnesis dan diagnose yang tepat dari dokter gigi. Anamnesis diperlukan untuk
mengetahui riwayat pasien dengan berbagai latar belakang kesehatan yang berbeda-beda.
Sebagai dokter gigi harus mampu menggali informasi yang baik dan lengkap untuk
menunjang keberhasilan dari perawatan yang diberikan. Edukasi dan komunikasi yang
baik juga penting diberikan agar pasien dapat menjaga keadaan rongga mulutnya tetap
sehat baik terdapat gigi asli maupun gigi tiruan, terutama komunikasi dengan pasien
lansia atau berusia tua. Komunikasi yang baik juga dapat menghilangkan rasa cemas atau
kekhawatirean yang berlebihan pada pasien dengan pengalaman yang buruk ke dokter
gigi sebelumnya maupun pengalaman orang lain yang ia dengar. Perawatan prostodontik
yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan rongga mulut pasien dan
didiskusikan bersama perawatan yang mana yang terbaik bagi pasien.
14
DAFTAR PUSTAKA
15