Anda di halaman 1dari 15

BLOK 20

EDENTULUS PENUH

LAPORAN KELOMPOK PEMICU 1


GIGI TIRUAN KU KOK TIDAK NYAMAN?

KELOMPOK 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN
2019
DISUSUN OLEH

KETUA : NINDA PRATIWI 160600021


SEKRETARIS : FITRI RAMADHANI 160600034
ANGGOTA :
1. TESSYA INDAH EKAPUTRI 160600019
2. DIENDA YUNIDRA 160600020
3. AVI SYAFITRI 160600023
4. RAHMADHANI HARAHAP 160600024
5. SHINTA APRILIANI 160600025
6. SITI AMINAH 160600026
7. IMELDA WILIANTY 160600027
8. JASVER FULVIAN 160600028
9. MAULIDA ULFA 160600029
10. NURUL AISYAH 160600030
11. ANNI KHOLILAH DAULAY 160600031
12. NURUL MAULYDINA DEWI NASUTION 160600032
13. NASRIYANI YS 160600033
14. JULI HAFRIYANTI DELIMUNTHE 160600035
15. WIDYA NURUL AKMALIA 160600036
16. DINDA TRI YULIANA 160600037
17. AURELLIA GEMA RESKA 160600038
18. VISHAALINI A/P RADHAKRISHNAN 160600230
19. KALAIARASEE A/P ELANGIO 160600231
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Hasil Diskusi Pemicu 1 dengan judul “Gigi Tiruan Ku Kok Tidak
Nyaman?” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Pemicu ini merupakan sebuah forum untuk
diskusi kelompok dalam memahami, menyelesaikan, serta memberikan tanggapan terhadap
suatu kasus atau kondisi tertentu serta penatalaksanaannya di bidang kedokteran gigi. Hasil
diskusi ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari Bapak/Ibu Dosen untuk peningkatan kualitas penulisan kami. Demikian yang
dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak/ Ibu Dosen, kami mengucapkan terima kasih.

Medan, 17 April 2019

Kelompok Pemicu 2
PEMICU 1

I. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Nama Pemicu : Gigi Tiruan Ku Kok Tidak Nyaman?


Penyusun : Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM, Dr. Ameta Primasari, drg., MKes.,
Sp.PMM dan Prof. Slamat Tarigan, drg., MS., PhD
Hari/ Tanggal : Jum’at/ 29-03-2019
Jam : 14.00 – 16.00 WIB

Harapan seorang dokter gigi adalah agar pasiennya tetap memiliki gigi-geligi alami
yang berfungsi dengan baik sepanjang hidupnya. Meskipun demikian, baik dalam waktu
dekat atau lama, beberapa pasien usia lanjut akan membutuhkan pembuatan gigi tiruan untuk
menggantikan gigi alaminya yang sudah rusak ataupun sudah tidak ada sama sekali atau yang
biasa disebut dengan kondisi edentulus.
Edentulus adalah kondisi tidak ada gigi, tanpa gigi alami dalam mulut, seperti saat
lahir atau setelah pencabutan semua gigi. Penting untuk diperhatikan bahwa kehilangan gigi,
dapat menimbulkan kondisi patologi yang tidak dirasakan pasien secara langsung.
Bagaimanapun juga, seiring berjalannya waktu, kondisi patologis seperti ini dapat timbul dan
menyebabkan perubahan yang merugikan pada jaringan tulang residual, mukosa oral, sendi
temporomandibula, otot-otot pengunyahan, dan sistem persarafan. Oleh karena itu, penting
bagi seorang dokter gigi untuk mampu memahami dan menguasai pemeriksaan tersebut demi
kepentingan diagnosis dan rencana perawatan prostodonti pasien. Hal ini akan dibahas lebih
lanjut dalam laporan kasus pemicu 1 ini.
1.2. DESKRIPSI TOPIK

Seorang laki-laki berusia 59 tahun datang ke dokter gigi dengan membawa dua set
gigi tiruan penuh dengan keluhan gigi tiruan tersebut sudah tidak nyaman dipakai. Pasien
merasa tidak puas dengan perawatan beberapa dokter gigi sebelumnya karena tidak ada
yang mau menuruti kemauannya. Pasien meminta dokter gigi untuk membuat gigi tiruan
rahang atas tanpa menutup seluruh langit-langitnya agar lebih nyaman. Hasil anamnesis
menunjukkan pasien baru pensiun satu tahun yang lalu, dan menderita penyakit diabetes
mellitus lebih kurang selama 10 tahun dan tidak rutin ke dokter.
Pemeriksaan extra oral terlihat:
- Profil wajah dari samping terlihat cekung
- Sudut mulut turun
- Rahang bawah terlihat lebih maju daripada rahang atas
Pemeriksaan intra oral terlihat:
- Seluruh gigi sudah dicabut
- Mukosa rongga mulut pucat dan tipis
- Lengkung rahang bawah lebih besar daripada rahang atas
- Linggir rahang bawah datar
Pemeriksaan gigi tiruan:
- Retensi (-)
- Stabilisasi (-)

Pertanyaan :
1. Jelaskan etiologi dan mekanisme profil wajah terlihat cekung dan rahang bawah
terlihat lebih maju daripada rahang atas!
2. Jelaskan etiologi dan mekanisme sudut mulut turun!
3. Jelaskan etiologi dan patogenesis jumlah saliva sedikit dan kental!
4. Bagaimana cara pemeriksaan laju aliran saliva yang sesuai dengan kasus ini?
5. Jelaskan etiologi dan patogenesis mukosa yang pucat dan tipis!
6. Jelaskan etiologi dan patogenesis linggir datarpada rahang bawah!
7. Jelaskan pengaruh saliva yang sedikit dan kental terhadap pemakaian!
8. Jelaskan pengaruh mukosa yang pucat dan tipis terhadap pemakaian!
9. Apakah tipe watak pasien tersebut dan bagaimana teknik komunikasi yang tepat?
10. Bagaimana prognosa perawatan prostodonsia pada pasien tersebut berdasarkan
perubahan kondisi fisik, rongga mulut dan watak pasien?
II. PEMBAHASAN

2.1. Jelaskan etiologi dan mekanisme profil wajah terlihat cekung dan rahang bawah
terlihat lebih maju daripada rahang atas!

Etiologi dan mekanisme profil wajah pasien terlihat cekung dan rahang bawah terlihat
lebih maju daripada rahang atas sesuai kasus diatas adalah :

1. Kehilangan gigi

Pada pasien Edentulus penuh, vertikal dimensi akan mengalami perubahan yang diperoleh
dengan tidak digantinya gigi pasien dengan prostesa. Dengan hilangnya vertikal dimensi dan
posisi sentris, maka pasien tidak bergigi mempunyai kecenderungan untuk memajukan
mandibula yang protrusif menyebabkan perubahan ekspresi wajah terlihat seperti rahang
bawah yang maju kedepan serta karena kondisi ini dapat menyebabkan malposisi tmj.1

2. Pola resorbsi rahang atas dan rahang bawah

Pada umumnya pola resorbsi rahang atas adalah ke arah atas dan palatal sedangkan rahang
bawah ke arah bawah dan bukal, sehingga lengkung maksila akan berkurang menjadi lebih
kecil dan rahang bawah meluas ke depan sehingga akan menyebabkan dagu pasien semakin
maju atau rahang bawah terlihat lebih maju dari pada rahang atas.1

3. Kondisi sistemik pasien

Pada kasus dikatakan pasien menderita Diabetes Mellitus. Kondisi sistemik seperti Diabetes
dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang berkaitan dengan resoprsi tulang. Insulin dan
regulasi Diabetes mempunyai pengaruh pada metabolisme tulang karena insulin
meningkatkan uptake asam amino dan sintesis kolagen pada tulang. Regulasi tubuh yang
buruk pada kondisi Diabetes menyebabkan peningkatan hormone paratiroid sehingga proses
resorpsi tulang meningkat dan merangsang makrofag untuk sintesis beberapa sitokin yang
akan meningkatkan resopsi tulang. Karena pola resorpsi rahang atas dan rahang bawah
berbeda, rahang atas cenderung ke atas dan palatal dan rahang bawah cenderung ke bawah
dan bukal sehingga seolah-olah terlihat rahang bawah yang maju kedepan dan wajah terlihat
cekung.2
2.2. Jelaskan etiologi dan mekanisme sudut mulut turun!

Etiologi dan mekanisme sudut mulut pasien turun sesuai kasus diatas : 3

1. Etiologi Utama: Penurunan Vertikal Dimensi

Vertikal Dimensi yang tepat sangat penting untuk menciptakan hubungan oklusi yang
harmonis, kenyamanan, dan estetik pada wajah pasien. Pada pasien ini, dengan kondisi sudah
kehilangan gigi secara keseluruhan baik pada rahang atas dan rahang bawah akan kehilangan
occlusal stop (gigi geligi), sehingga jarak vertikal dimensi pada saat oklusi akan berkurang
dan pada kondisi tersebut penutupan rahang yang berlebihan (overclosure) dapat
mengakibatkan lipatan pada sudut mulut dan menyebabkan sudut mulut turun. Selain itu,
diketahui pada kasus bahwa GTP yang lama tidak stabil dan tidak retentif, kemungkinan GTP
yang lama dibuat dengan desain yang tidak tepat yang akan menyebabkan beban oklusal yang
tidak seimbang di seluruh permukaan jaringan pendukung yang ada, terjadilah resorpsi pada
linggir alveolar yang juga akan menyebabkan vertikal dimensi dan sudut mulut turun.

2. Etiologi Pendukung: Penuaan pada kulit dan otot-otot terutama daerah wajah dan bibir.

Pada lansia, kulit akan mengalami atrofi sehingga menjadi kendur, tidak elastis, kering dan
berkerut. Selain itu, pada pasien edentulous aktivitas pengunyahan menurun sehingga stimuli
pada otot-otot pada wajah terutama daerah bibir (musculus orbicularis oris) akan mengalami
penurunan jumlah dan digantikan oleh lemak sehingga otot-ototnya menjadi kendur
mengikuti hukum gaya gravitasi sehingga lebih mudah turun dan berkerut dan akhirnya
menyebabkan sudut mulut turun.

2.3. Jelaskan etiologi dan patogenesis jumlah saliva sedikit dan kental!

Lansia menghsilkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirahat, saat
berbicara maupun saat makan. Kecepatan aliran saliva juga rendah. Keadaan ini disebabkan
oleh beberapa hal sebagai berikut : 4
1. Penyakit sistemik

Pada kasus, diketahui pasien menderita Diabetes Mellitus lebih kurang selama 10 tahun dan
tidak rutin ke dokter. Pada penderita Diabetes, berkurangnya saliva dipengaruhi oleh faktor
angiopati dan neuropati diabetik, perubahan pada kelenjar parotis dan karena poliuria yang
berat. Selain itu karena adanya kerusakan pada nervus kranial Vll ( nervus facial) dan nervus
kranial lX ( nervus gloasofaringeal) yang menginervasi kelenjar parotis (69%). Pada pasien
Diabetes Melitus, glukosa yang berlebihan diubah oleh aldose reduktase menjadi sorbitol.
Sorbitol ini bersifat higroskopis sehingga menarik dan meningkatkan tekanan osmotik dalam
sel syaraf yang menyebabkan rusaknya syaraf. Gangguan ini menyebabkan fungsi ATP-ase
yang berperan dalam konduksi sel syaraf menjadi terganggu, sehingga produksi saliva
berkurang. Derajat pengeluaran saliva dikontrol melalui saraf-saraf otonom. Baik stimulasi
simpatis maupun parasimpatis berfungsi meningkatkan sekresi saliva, tetapi jumlah,
karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Stimulasi parasimpatis berperan
dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar
dan kaya enzim sedangkan stimulasi simpatis menghasilkan volume saliva yang jauh lebih
sedikit dengan konsistensi kental dan kaya mukous, karena stimulasi simpatis menyebabkan
sekresi saliva dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya, misal pada
saat keadaan stress.

2. Usia

Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses aging. Terdapat perubahan dan kemunduran
fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang dan akan tergantikan oleh jaringan
ikat dan lemak. Keadaan ini akan mengakibatkan pengurangan jumlah aliran saliva.
Perubahan atrofi yang terjadi di kelenjar submandibula sesuai dengan pertambahan usia juga
akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya. Sesuai kasus, pasien berusia
59 tahun. Berdasarkan WHO, 59 tahun termasuk middle age, dimana pasien akan semakin
mendekati usia lansia, sehingga akan terjadi penurunan fungsi pada tubuhnya.

3. Fungsi mastikasi yang tidak maksimal

Gerakan mengunyah diketahui mampu merangsang sekresi saliva. Kemungkinkan pada


kasus, pasien tersebut tidak memakai gigi tiruannnya, akibatnya pasien sulit untuk makan dan
mungkin karena sulit makan tersebut, pasien jadi malas untuk makan, akibatnya gerakan
mengunyah menurun, rangsangan untuk keluarnya saliva berkurang sehingga sekresi saliva
menurun.

2.4. Bagaimana cara pemeriksaan laju aliran saliva yang sesuai dengan kasus ini?

Cara pemeriksaan laju aliran saliva pada pasien tersebut adalah dengan stimulus.
Karena dengan pemeriksaan ini, pasien lansia yang koordinasi neuromuskularnya yang lama
sehingga perlu distimulasi. Seperti dengan minuman asam untuk merangsang kelenjar saliva
menghasilkan saliva.

Metode pemeriksaan laju aliran saliva yang tepat pada pasien ini adalah :

1. Metode section : saliva disedot dengan menggunakan pipa suction yang dilakukan dalam
mulut pasien dalam waktu tertentu.
2. Metode swab : menggunakan geuze sponge yang diletakkan didalam mulut pasien dalam
waktu tertentu
Alasan memilih metode swab dan suction, karena mengingat kondisi pasien lansia
yang cepat lelah dan pada kasus pasien yang kritis sehingga metode ini lebih tepat
digunakan. 5

2.5. Jelaskan etiologi dan patogenesis mukosa yang pucat dan tipis!

Proses penuaan dapat mengakibatkan tampilan klinis mukosa oral berbeda dari
keadaan normal. Pada mukosa rongga mulut dilapisi stratified squamous Epithelium dan
secara fisiologi sel terlepas pada lapisan permukaan dan digantikan dengan sel yang baru
melalui proses mitosis selanjutnya perubahan yang berlaku pada sel epithel mukosa mulut
berupa penipisan ketebalan sel.6
Penipisan epitel diakibatkan rendahnya kemampuan sel-sel epitel untuk memperbaiki
diri. Hal ini berhubungan dengan terganggunya asupan nutrisi pada mukosa. Pada proses
penuaan,penumpukan serat-serat kolagen akan semakin bertambah pada pembuluh darah, ini
akan berakibat hilangnya elastisitas pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan semakin
kaku, aliran darah pun juga akan terganggu, sehingga asupan nutrisi untuk sel-sel epitel akan
memburuk. Perubahan struktural ini mengakibatkan mukosa tampak makin pucat,
tipis,halus,kering dan hilangnya stippling.6
2.6. Jelaskan etiologi dan patogenesis linggir datar pada rahang bawah!

Etiologi pada kasus ini adalah desain gigi tiruan yang tidak tepat. Kehilangan tulang
sangat bervariasi dari pasien ke pasien tetapi perubahan signifikan lebih banyak terjadi pada
lengkung rahang mandibula. Tall Gian dan Atwood and Coy menemukan rasio kehilangan
tulang maksila dan mandibula 1:4 pada pasien penggunaan gigi tiruan penuh karena lebih
banyak tekanan yang terjadi pada mandibula dibandingkan maksila, pada pemakaian gigi
tiruan akibat dari lebih sedikitnya denture bearing area dari mandibula dibandingkan
maksila. Pada kasus, pasien datang dengan keluhan gigi tiruan tidak nyaman dipakai mungkin
disebabkan oleh desain gigi tiruan yang salah sehingga banyak tekanan yang terjadi pada
mandibula dan mengakibatkan linggir mandibula resorbsi. 7

2.7. Jelaskan pengaruh saliva yang sedikit dan kental terhadap pemakaian!

Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan normal
pada proses penuaan. Namun jumlah saliva yang sedikit dan kental memengaruhi beberapa
hal : 8
a. Mukosa mulut jadi kering dan tidak elastis, bibir pecah –pecah , menyebabkan fisur pada
lidah dan mukosa oral, denture sore di bawah gigitiruan.
b. Ketidak nyamanan saat memakai gigitiruan (merasa sakit di bawah gigitiruan)
c. Retensi yang buruk:

* Saat gigitiruan tertarik dari jaringan, saliva akan masuk ke ruangan yang terbentuk di
bawah gigitiruan. Daya retentive dihasilkan dari resistensi terhadap aliran saliva
dihasilkan oleh sifat viscous dari saliva dan dimensi dari kanal yang dilalui saliva.
Semakin kecil kanal dan tingginya viskositas saliva, maka semakin baik retensi. Tapi saat
saliva semakin kental, retensi gigitiruan akan menjadi buruk.

* Retensi yang rendah ini mungkin karena viskositas saliva yang terlalu kental
menyebabkan terbentuknya film atau lapisan tebal dan terputus diantara gigitiruan dan
mukosa. Adanya diskontinuitas seperti gelembung udara pada lapisan saliva ini
menurunkan retensi secara drastis karena aliran udara lebih banyak dari saliva dan
memberikan sangat sedikit resistensi terhadap perpindahan gigitiruan.

d. Kualitas hidup pasian menurun.


2.8 Jelaskan pengaruh mukosa yang pucat dan tipis terhadap pemakaian!

Pengaruh mukosa mulut yang pucat dan tipis terhadap pemakaian GTP dapat
menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap gesekan atau trauma
yang ditimbulkan oleh GTP. Kondisi ini juga diperparah dengan berkurangnya aliran saliva di
rongga mulut.9

Mukosa yang pucat dan tipis terjadi karena adanya perubahan pada sel epitel mukosa
mulut berupa penipisan lapisan sel, berkurangnya elastisitas serta berkurangnya vaskularisasi.
Ketebalan mukosa dapat memberikan dampak terhadap kemampuan mukosa untuk menerima
tekanan yang sama dari basis gigi tiruan. Mukosa yang tipis, lebih dulu merasakan tekanan
beban yang diteruskan dari basis gigi tiruan dibandingkan pada mukosa yang tebal. Tekanan
dibawah gigi tiruan ini bisa menjadi penyebab awal terjadinya iritasi kemudian menyebabkan
rasa nyeri, selain itu juga akan mendukung terjadinya inflamasi dan meningkatkan
sensitivitas.9

2.9 Apakah tipe watak pasien tersebut dan bagaimana teknik komunikasi yang tepat?

Tipe watak pasien adalah kritikal (kritis). Pasien tipe ini cenderung merasa tidak puas
sebelum mendapat penjelasan, kritis dan sukar menerima pendapat orang lain.
Teknik komunikasi yang tepat yaitu dengan teknik komunikasi dua arah (setara) atau
dengan teknik pendekatan Interpretive (dokter dan pasien berdiskusi alternative pengobatan).
Teknik ini dapat dilakukan dengan cara : 10
- Komunikasi yang baik dan harmonis
- Menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan pasien
- Beri perhatian yang cukup ke pasien
- Mendekatkan diri ke pasien dengan memperhatikan 3 hal penting yaitu rasa hormat,
memahami kultur dan budaya pasien
- Memberikan informasi yang sejelas-jelasnya
- Meyakinkan pasien pada pemakaian gigi tiruan
- Membantu pasien jika ingin beri keputusan
- Membantu daya ingat pasien karena pasien lansia sering lupa terhadap kondisi
kesehatannya.
2.10. Bagaimana prognosa perawatan prostodonsia pada pasien tersebut berdasarkan
perubahan kondisi fisik, rongga mulut dan watak pasien?

a. Kondisi Fisik Pasien


Pasien menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 selama 10 tahun dan tidak rutin ke dokter.
Pada penyakit DM terjadi peningkatan resorbsi tulang alveolar, hiposalivasi, rentan
infeksi, dan jika terjadi luka akan sulit sembuh. Dapat diatasi dengan mengedukasi
pasien dan dirujuk ke dokter yang merawat penyakit sistemiknya agar dikontrol
sehingga kadar glukosa pasien kembali normal.
b. Kondisi Rongga Mulut
datar → pemanfaatan aktivitas otot-otot orofasial dalam pembuatan gigi tiruan agar
dapat memberikan kestabilan yang optimal. Kondisi ini dapat dilakukan tindakan
- mulut pucat dan tipis.
- Saliva sedikit dan kental → dapat digunakan salivary reservoir denture pada gigi
tiruan penuh.
Lengkung rahang Dari pemeriksaan yang telah dilakukan :
- Seluruh gigi telah dicabut.
- Mukosa rongga bawah lebih besar daripada rahang atas → gigi tiruan akan
disusun sesuai bentuk rahang yang ada agar gigi tiruannya tidak mengganggu
aktivitas otot sekitarnya.
- Linggir rahang bawah bedah seperti vestibuloplasti untuk membangun tambahan
jaringan pendukung GTP dengan memperdalam sulkus alveolar linggir yang rata.
c. Watak Pasien
Sikap pasien yang kritis/ exacting mind karena pasien sudah pernah memakai GTP
namun tidak puas dalam penggunaannya, sehingga pasien tidak mudah percaya
kepada dokter gigi. Oleh karena itu, dapat dilakukan teknik komunikasi yang baik
sesuai watak pasien dengan menciptakan hubungan yang harmonis, serta memberikan
penjelasan dan menanyakan pendapat pasien tentang GTP yang baik.11

Jadi, jika pasien telah mendapatkan penjelasan yang baik maka pasien dapat
mempercayai dokter gigi, menjadi kooperatif dengan mengontrol penyakit
sistemiknya, beberapa kondisi rongga mulut yang menyulitkan dapat diatasi asalkan
pasien bersedia dan kooperatif → Prognosa Baik.
III. PENUTUP
KESIMPULAN

Kehilangan gigi akan mengganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut sehingga akan
mempunyai dampak pada kualitas hidup pasien. Kehilangan gigi sejalan dengan proses
penuaan. Pada rongga mulut lansia terjadi penurunan fungsi fisiologis. Pada lansia, masalah-
masalah yang dijumpai kaitannya dengan rongga mulut antara lain kesehatan rongga mulut
yang buruk, xerostomia, mukosa mulut yang pucat dan tipis, atropi otot, serta indera
pengecap yang mulai hilang yang dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan dan status
nutrisi. Selain itu juga dapat menyebabkan profil wajah pasien lansia terlihat cekung, dan
rahang bawah terlihat maju, serta sudut mulut turun. Oleh karena itu, penting bagi seorang
dokter gigi untuk mampu memahami dan menguasai hubungan antara edentulus, faktor
penuaan, dan faktor penyakit sistemik terkait dalam hubungannya dengan perubahan yang
terjadi pada pasien lansiat demi kepentingan diagnosis dan rencana perawatan prostodonti
pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tarigan AP. Proses penuaan dari aspek kedokteran gigi. Medan : USU Press, 2017 : 81-
2.
2. Janitra FE, Sandika D. Hubungan control glukosa darah dengan Penurunan Vaskularisasi
Perifer Pada Pasien Diabetes Mellitus. Janitra 2018 ; 4(1) : 18-22.
3. Barnes IE, Walls A. Perawatan Gii Terpadu Untuk Lansia. Alih Bahasa Cornella
Hutauruk. EGC; 2006: 208-10.
4. Sari RK, Agung W. Pengaruh komplikasi neuropati terhadap xerostomia pada penderita
DM type ll. IDJ 2012;1(2):20-6.
5. Humairo M, Apriasari ML. Descriptive study of salivary flow in patiens with diabetes
mellitus in RSUD Ulin Banjarmasin. J PDGI 2014; 63(1): 8-13.
6. Zarb G, Hobkrik JA, Eckert SE, Jacob RF. Prosthodontic Treatment For Edentulus
Patients: Complete Dentures and Implant-Supported Prostheses. 13th ed. St.Louis:
Elsevier Mosby, 2013:50-51.
7. Babu BD,Jain V.effect of denture softliner on mandibular ridge resorption in complete
denture. J indian prosthodontic society 2017;17:228.
8. Prosthetic: Treatment of the Edentulous Patient R.M Basker, J.C. Davenport hal 61-62.
9. Sumarsongko T, Adenan A. Rasa Nyeri pada Mukosa Jaringan Pendukung GTP dan
Penanggulangannya. Dentofasial 2011; 10(3): 190-5.
10. Moordiningsih. Relasi Psikologis Dokter-Pasien Dalam Layanan Kesehatan: Persepsi,
Komunikasi, Empati, dan Unsur Kepercayaan. J Psikologika. 2006;11(22):85-91.
11. Goiato MC, Filho HG, Santos DM, Barao VAR, Freitas ACJ. Insertion and follow-up of
complete dentures: A literature review. J Gerodontol 2011; 28: 200-12.

Anda mungkin juga menyukai