Klasifikasi Karies
Pit dan Fissure Caries
Jenis karies ini lebih sulit dideteksi daripada karies yang terjadi pada permukaan
lunak. Salah satu cara untuk mengetahui adanya karies jenis ini adalah dengan melihat
ada atau tidaknya stain (noda) pada bagian fissure dan pit. Cara ini dipilih karena sulitnya
membedakan ketajaman lengkung fissure dan pit akibat adanya karies dengan keadaan
anatominya sendiri.Tahapan proses karies yang terjadi pada tipe ini adalah :
1
Small Pit. Masa dimana mikroorganisme mulai menyerang salah satu bagian gigi
junction, maka akan terlihat sebagai kavitas besar yang berwarna coklat muda.
Pulpitis. Pulpa mulai diserang, yang mengakibatkan infeksi, yang disebut dengan
pulpitis.
Apical Abscess. Pada masa ini, pulpa sudah mati dan gigi sudah tidak baik lagi
karena pulpitis mulai merambah ke ligament periodontal.
Enamel pit dan fissure pada permukaan oklusal molar dan premolar, buccal pit
pada molar, dan palatal pit pada insisivus atas
Smooth-Surface Karies
Karies jenis ini kebanyakan ditemukan pada bagian kontak interproksimal, namun
juga
dapat terjadi pada permukaan lunak yang lain. Karies ini ditandai dengan adanya bercak
putih yang kemudian akan menghancurkan enamel. Jika berlanjut, keadaan ini akan
menyebabkan terbentuknya lubang. Perawatan/tindakan yang dapat dilakukan pada masa
awal karies adalah diet dan pemberian mineral untuk membantu proses remineralisai
enamel. Pada masa ini, karies masih bersifat reversible.
3
perbedaannya adalah pada tahap 1 dan 2 dari pit dan fissure. Masa awal karies ini adalah
rusaknya bagian cementum dan dentin sehingga terbentuk kavitas pada bagian tersebut.
Langkah berikutnya sama dengan tahapan pada pit dan fissure caries. Karies ini
kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Secondary Caries
Karies sekunder menurut Tarigan (1995) merupakan salah satu kegagalan tumpatan
yaitu timbulnya proses karies baru di permukaan gigi, dinding kavitas, di tepi, dan
dibawah tumpatan. Sedangkan, menurut Tarigan Kidd dan Vechal, karies sekunder adalah
karies yang tetap terjadi dijaringan sekitar tumpatan sehingga menggagalkan tumpatan
tersebut. Karies sekunder biasa disebut karies rekuren. Karies ini dapat terjadi akibat :
preparasi kavitas yang kurang baik, restorasi yang kurang efektif, terdapat celah disekitar
tambalan amalgam, atau kombinasi dari beberapa hal tersebut. Terjadinya karies sekunder
di bawah tambalan yang mungkin disebabkan karena kebocoran tambalan sehingga
bakteri dapat berpenetrasi ke jaringan gigi dan kembali menyebabkan karies.
Klasifikasi Karies Yang Dibedakan Berdasarkan Cara Meluasnya Karies
Penetrirende Karies
Ialah karies yang meluas dari email ke dentin dalam bentuk kerucut. Perluasannya secara
penetrasi yaitu merembes kedalam.
Unterminirende Karies
Ialah karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah samping, sehingga
disebut juga dengan undermind karies.
Karies Superficialis
Ialah karies yang baru mengenai enamel saja, sedangkan dentin belum terkena.
Karies Media
Ialah karies yang sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
Karies Profunda
Ialah karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa. Karies ini dibagi lagi menjadi:
Karies Profunda Stadium I: karies yang telah melewati setengah dentin, pulpa belum
meradang.
Karies Profunda Stadium II: masih dijumpai lapisan yang membatasi karies dengan
Tipe karies yang lain adalah Rampant Caries, yang biasa terjadi pada anak-anak yang
suka mengonsumsi makanan kecil atau pasien yang mengalami Xerostomia sebagai hasil dari
radioterapi penyembuhan yang dilakukannya. Jenis karies dapat digolongkan berdasarkan
waktu terbentuknya, yaitu:
1
Karies primer : terbentuk pada lokasi yang belum memiliki riwayat karies
sebelumnya
Karies sekunder : terbentuk pada lokasi yang memiliki riwayat karies sebelumnya,
3
4
Klasifikasi Kavitas Lesi Karies (Menurut G.J Mount dan W.R Hume)
Lesi karies hanya terjadi di tiga tempat (sites) pada mahkota atau akar gigi. Oleh karena itu,
parameter pertama untuk klasifikasi kavitas adalah tiga tempat:
-
Site 3: Sepertiga servikal mahkota, atau diikuti resesi gingiva, akar terekspos
Kelas I : Pada gigi anterior terdapat pada bagian singulum, sedangkan pada gigi
fraktur gigi)
Kelas V : Pada area servical
Kelas VI : Pada cusp tip
Ukuran Lesi
Ukuran lesi terbagi menjadi lima:
-
Size 0 : Lesi paling awal yang dapat diidentifikasi sebagai tingkat permulaan
demineralisasi. Memerlukan perawatan non-invasif.
Size 1: Kavitas permukaan minimal yang melibatkan dentin sedikit diluar perawatan
remineralisasi. Beberapa bentuk restorasi diperlukan untuk mengembalikan
permukaan yang halus dan mencegah akumulasi plak lebih lanjut.
Size 2: Sedikit mengenai dentin. Kavitas ini masih menyisakan enamel yang disokong
dengan baik oleh dentin dan masih dapat beroklusi dengan normal. Struktur gigi yang
masih tersisa cukup kuat untu menyokong restorasi.
Size 3: Lesitelah membesar. Struktur gigi yang tersisa telah lemah, cusp ataupun
incisal edge telah rusak, dan sudah tidak dapat beroklusi dengan baik.
Size 4: Karies besar atau kehilangan struktur gigi dalam jumlah besar.
Hubungan Klasifikasi Karies G.V Black dengan Konsep Site-Size (G.J Mount)
a. Site 1: Size 0, 1, 2, 3, 4 pit and fissure caries
Kavitas di permukaan oklusal (posterior) atau incisal (anterior) dan kerusakan
enamel pada permukaan halus gigi.Black Class I diklasifikasikan ke dalam Site
1, Size 2 (1.2)
email gigi.
Karies Mencapai Pulpa Vital (KMPV)
Karies yang mencapai pulpa, teraba bagian atap pulpa yang terbuka, tampak adanya
perdarahan, dan ada reaksi berdenyut bila ada perangsangan.
Karies Mencapai Pulpa Non-Vital (KMPnV)
Karies yang mencapai pulpa, teraba bagian atas kamar pulpa yang terbuka, tidak ada
perdarahan, tidak ada rasa nyeri dan bila peradangan berlanjut kearah periodontal ->
abses akut/kronis.
Cara untuk mengetahui gambaran penyebaran karies gigi sulung yang dipakai di Jepang telah
dikemukakan oleh Ochiai (1963). Klasifikasi penyebab karies gigi sulung tersebut dinyatakan
sebagai berikut :
Kelas I
namun,
lebih
kepada
tindakan
peringatan
dini
yang
Metode ini
Compliance
Gaya hidup
Status sosial ekonomi
Elemen kedua dari model TL-M adalah matriks. Matriks ini didesain
dengan maksud untuk menilai status penyakit pasien dan sikap pasien
untuk merawat kesehatan mulut mereka. Matriks ini merupakan penilaian
subjective operator medis (dokter gigi), namun, pengumpulan informasi
ini dalam periode waktu tertentu akan memberikan informasi yang sangat
berguna untuk mengukur kemampuan atau keinginan pasien untuk
mengikuti perawatan yang telah disiapkan. Sikap menuju kesehatan mulut
diberi skor A, B, atau C pada aksis vertikal. Status penyakit sekarang
diberi skor 1, 2 atau 3 pada aksis horizontal.
STATUS PENYAKIT
AP SIK
A
B
C
Kriteria penilaian:
Sikap
a)
b)
c)
Penilaian Saliva
Saliva memiliki peran yang sangat penting dalam kesehatan rongga mulutdan
modifikasi pada fungsi saliva dapat memberikan efek yang merugikan pada
jaringan keras dan lunak dan juga dapat memberikan efek negative pada
kualitas hidup pasien.
Saliva memiliki tiga fungsi utama:
1) Untuk membersihkan asam dan gula dari makanan di mulut
2) Untuk memnjadi buffer terhadap asam yng diproduksi biofilm
3) Untuk menyediakan reservoir ion untuk remineralisasi
Saliva secara umum terdiri dari campuran unstimulated saliva dan stimulated
saliva. Sebuah investigasi menyatakan bahwa unstimulated saliva harus diambil
sebelum test stimulated saliva.
Kontribusi
Submandibular
60%
Parotid
20%
Sublingual
5%
Minor
15%
saat mastikasi. Kelenjar saliva minor yang digunakan pada test ini
adalah kelenjar saliva yang memiiki lokasi di dalam mulut bawah,
hal ini karena tidak ada perubahan yang berhubungan dengan umur
seperti yang terjadi pada kelenjar minor yang ada di palatum.
a. Tahapannya klinis
b. Interpretasi
a) Merah
Menandakan
Dehidrasi berat
Ketidakseimbangan hormon
b) Kuning
Dehidrasi
mulut
dan
catat
rupa
Interpretasi
Saliva yang kental memiliki kandungan air yang rendah
sehingga kurang protektif untut melindungi jaringan keras dan
Merah
sedikit tebal
Encer dengan penyatuan saliva, film tipis Hijau
berkilau pada lantai mulut
3. Ph unstimulated saliva
pH saliva itu berkisar antara 5.3 sampai 7.8. Karena rongga
mulut itu paling lama dilapisi oleh unstimulated saliva, jadi
unstimulated saliva inilah yang dianggap setara dengan pH
mulut
a. Tahapannya
menandakan
menandakan
berbahaya.
lingkungan
demineralisasi.
mulutnya
Lampu
sangat
asam
merah
dan
harus
tetap
mengunyah
selama
menit
dan
Merah
3,5 5 ml / menit
Kuning
> 5 ml / 5 menit
Hijau
asam
dan
ini
bergantung
pada
konsentrasi
bikarbonat.
a. Tahapannya
- Ambil
sampel
saliva
yang
telah
kelebihan
saliva
pada
Vivadent
TL-M
Rendah
Sedang
Merah
Kuning
Hijau
2)
3)
Jumlah
S.
mutans
yang
tinggi
pada
saliva
memberikan
Ambil sampel saliva yang telah dikumpulkan pada tes flow rate
dari
tes
ini
harus
dianggap
semi
kuantitatif
dan
Lactobacilli
Tidak
dapat Tidak
digunakan
digunakan
Merah
dapat Kuning
Hijau
Pasien diminta untuk mencatat apa yang mereka konsumsi dalam 5 hari,
contohnya 3 hari kerja dan 2 hari libur
Dianjurkan untuk tidak menggunakan term diet analysis karena pasien
cederung tidak memasukan sumber gula dan asam seperti obat pada
catatan mereka
Fluoride
Fluoride memberikan proteksi terhadap karies dalam tiga tingkatan:
perubahan yang dibutuhkan untuk menghilanggkan atau memodifikasi factorfaktor yang dapat menyebabkan karies.