Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS KONSERVASI

Oleh :
Sheynna Azka Afifah

1406528296

Supervisor:
Drg. Iffi Aprillia Soedjono, Sp. KG

DEPARTEMEN ILMU KONSERVASI GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
JAKARTA 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

Data Pribadi Pasien .................................................................................................................... 3

Foto Intraoral Sebelum Perawatan ............................................................................................. 4

Foto Radiograf Sebelum Perawatan........................................................................................... 5

BAB I PENGENALAN MASALAH UMUM .......................................................................... 6

1.1 Temuan Masalah ....................................................................................................... 6

1.2 Hubungan Antar Masalah .......................................................................................... 8

1.3 Strategi Perawatan Umum ......................................................................................... 9

1.4 Prioritas Perawatan Umum ...................................................................................... 10

BAB II PENGENALAN MASALAH KONSERVASI ........................................................... 11

2.1 Rekam Medik Status Konservasi (11 April 2019) ................................................... 11

2.2 Prioritas Rencana Perawatan.................................................................................... 11

2.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan .......................................................................... 13

BAB III TERAPI KONSERVASI ........................................................................................... 16

3.1 Terapi Non Invasif ................................................................................................... 16

3.2 Terapi Invasif .......................................................................................................... 16

BAB IV PROGNOSIS ............................................................................................................. 23

4.1 Prognosis Umum ...................................................................................................... 23

4.2 Prognosis Lokal ....................................................................................................... 23

DAFTAR REFERENSI ........................................................................................................... 24

2
Data Pribadi Pasien

Nama : Syifa Ulya Syahidah

Tempat Tanggal Lahir : 25 April 1998

Suku : Jawa

Jenis Kelamin: : Perempuan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat Tetap : Pasar Minggu

Telepon : 087720966050

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Mahasiswa

Penyakit sistemik : Disangkal

3
Foto Intraoral Sebelum Perawatan

4
Foto Radiograf Sebelum Perawatan

5
BAB I
PENGENALAN MASALAH UMUM

1.1 Temuan Masalah (Kunjungan 11 April 2019)

Pasien wanita usia 21 tahun, datang ke Klinik RSKGM-P FKG UI dengan keluhan gigi atas
depan kanan berlubang besar sejak tujuh bulan yang lalu dan sering terselip makanan. Pasien
pernah mengalami riwayat sakit berdenyut sekitar satu bulan yang lalu dan hilang saat
meminum obat amoxicillin. Saat ini gigi tersebut sering terasa nyeri tumpul terutama jika
dipakai mengunyah. Pasien belum pernah melakukan perawatan pada gigi tersebut.

Berdasarkan anamnesis, diketahui bahwa pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi 1x


sehari saat mandi pagi dan jarang menyikat gigi ketika malam karena terlalu lelah setelah
pulang kuliah. Pasien mengaku sering mengkonsumsi minuman manis, kopi maupun soda.
Pasien mengaku mengkonsumsi air putih kurang lebih 4,5 L per hari. Riwayat alergi dan sistemik
disangkal.

Pada pemeriksaan ekstraoral ditemukan wajah pasien simetris, bibir sehat, kelenjar
submandibula tidak teraba dan tidak terasa sakit. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan adanya
plak di regio 1, 2, 3, dan 4 (plaque index = 1,04). Terjadi perdarahan saat probing pada margin
gingiva di regio 1, 2, 3, dan 4 (papilla bleeding index = 0,4) dan terdapat kalkulus supragingiva
dan subgingiva pada regio 1, 2, dan 3, (calculus index = 0,7). Oral hygiene pasien sedang
(OHIS = 1,74). Keadaan gingiva hiperemi dan oedem. Mukosa terdapat cheek biting. Palatum,
lidah, dan dasar mulut sehat. Pada pemeriksaan klinis gigi-geligi terlihat bahwa pasien telah
kehilangan 1 gigi dan terdapat beberapa sisa akar serta adanya malposisi pada beberapa gigi.
Selain itu, terdapat karies D6 pada gigi 13 dengan periodontitis apikalis kronis, vitalitas (+),
perkusi (+), palpasi (-); karies D4 pada gigi 11, 21 (site 2 size 2); karies D4 pada gigi 17, 27
(site 1 size 2); karies D3 pada gigi 37, 47 (site 1 size 1).

Pada pemeriksaan faktor risiko karies, ditemukan hidrasi saliva tanpa stimulasi <30
detik dengan viskositas jernih dan cair. Kesimpulan akhir penilaian saliva adalah hijau. Pasien
menggunakan pasta gigi berflouride sehingga penilaian akhir flour adalah hijau. Pasien
mengaku mengkonsumsi minuman manis lebih dari 2x dan asam lebih dari 2x per hari, maka
penilaian akhir diet adalah merah. Pada pemeriksaan faktor modifikasi pasien tidak
menggunakan obat peningkat aliran saliva, tidak memiliki penyakit penyebab mulut kering,
6
dan tidak menggunakan protesa. Pasien memiliki karies aktif pada beberapa giginya. Pasien
sangat menyadari hal tersebut dan mau memperbaiki kebiasaan dan kondisi gigi geliginya
(status dan sikap pasien tergolong dalam kategori 3A). Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penilaian akhir faktor modifikasi adalah hijau.

7
1.2 Hubungan Antar Masalah

Status Umum Faktor Risiko Karies Faktor Kebersihan Mulut


 Paisen perempuan 21 tahun  Hidrasi saliva <30 detik  Skor OHIS (sedang) PI :
 Keadaan umum baik Viskositas jernih , cair 1.04
 Latar belakang  Fluor dari pasta gigi CI : 0.7
pendidikan tinggi dan  Diet  Pasien menyikat gigi 1 kali sehari,
sosial ekonomi Gula > 2x/hari saat mandi pagi
menengah ke atas Asam > 2x/hari  Pasien belum mengetahui waktu
 Faktor modifikasi  Terdapat dan teknik menyikat gigi yang
 Pasien belum menikah
karies aktif benar
 Pasien mau mengubah sikap

Faktor Kebersihan Mulut


- Faktor OHIS : 1.74 (sedang)
- Pasien mengaku menyikat 1x/hari pagi hari saat
mandi pagi
- Cara menyikat gigi masih salah sehingga
terdapat banyak plak terutama di gigi posterior

Faktor Lokal Gigi 13 Faktor Lokal Gigi Faktor Lokal Gigi 37,47
 Durasi, frekuensi, dan teknik 11,21,17,27  Durasi, ferueknsi, dan teknik
pembersihan yang kurang  Durasi, frekuensi, dan teknik pembersihan yang kurang
tepat sehingga menyebabkan pembersihan yang kurang tepat sehingga menyebabkan
menumpuknya plak dan tepat dan daerah yang sulit menumpuknya plak dan
kalkulus terjangkau menyebabkan kalkulus
 Titik kontak yang tidak baik menumpuknya plak dan  Anatomi pit dan fisur dalam
memudahkan retensi kalkulus
makanan sehingga akumulasi  Titik kontak yang tidak baik
plak dan kalkulus meningkat memudahkan retensi
Diagnosis
makanan sehingga akumulasi Gigi 37, 37 Karies D3
plak dan kalkulus meningkat (site 1 size 1)

Diagnosis
Gigi 13 Periodontitis
Apikalis Kronis e.c Diagnosis
Pulpitis Kronis Gigi 11,21 Karies D4
(site 2 size 2)
Gigi 17,27 Kareis D4
(site 1 size 2)

8
1.3 Strategi Perawatan Umum

Berdasarkan pengumpulan informasi yang diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan


klinis pasien, berbagai faktor memegang peran penting dalam timbulnya masalah yang terdapat
pada rongga mulut pasien. Faktor umum yang mempengaruhi adalah kurangnya kesadaran
pengetahuan pasien akan kesehatan rongga mulut. Dari penilaian faktor risiko karies pasien,
didapatkan bahwa pasien memiliki hidrasi saliva <30 detik dan salivanya jernih. Selain itu,
pasien mengaku sering mengkonsumsi makanan atau minuman manis setidaknya 2x per hari
dan mengkonsumsi minuman atau makanan asam, yakni >2x per hari.

Untuk mencapai keberhasilan dalam merawat pasien, hal terpenting yang dilakukan
adalah memberi edukasi pada pasien mengenai bagaimana cara merawat gigi dan mulutnya
dengan baik dan benar. Edukasi kepada pasien tergolong dalam perawatan non invasif. Edukasi
yang diberikan meliputi waktu dan teknik menyikat gigi, yaitu menyikat gigi dua kali sehari,
pagi setelah sarapan, malam sebelum tidur selama kurang lebih dua menit dengan metode Bass
modifikasi (membentuk sudut 45 derajat antara kepala sikat gigi dengan gigi, mengarah ke gusi,
dan digerakkan vertikal dari gusi ke gigi). Penyikatan dilakukan pada permukaan luar, dalam
dan permukaan kunyah gigi. Pasien juga di edukasi untuk menggunakan dental floss untuk
membersihkan sela-sela gigi yang sulit dijangkau oleh bulu sikat gigi. Selain itu, pasien
dianjurkan untuk mengurangi gula dan cemilan diantara waktu makan utama, dan
meningkatkan konsumsi air putih.

Setelah diberikan perawatan non invasif, selanjutnya dilakukan perawatan invasif.


Perawatan invasif yang dilakukan mencakup scaling untuk membersihkan rongga mulut dan
meningkatkan oral hygiene pasien. Untuk terapi konservasi selanjutnya dilakukan perawatan
gigi geligi dengan prioritas utama sesuai dengan keluhan utama pasien yakni perawatan
saluran akar pada gigi 13 yang masih vital dilanjutkan dengan restorasi akhir dowel crown.
Setelah perawatan pada gigi 13 selesai, perawatan dilanjutkan dengan restorasi komposit untuk
gigi 11, 21 karies D4 (2.2), restorasi resin komposit untuk gigi 17, 27 karies D4 (site 1 size 2)
dan restorasi GIC untuk gigi 37, 47 karies D3 (site 1 size 1).

9
1.4 Prioritas Perawatan Umum
1.4.1 Perawatan Non Invasif
a. Mengevaluasi dan meningkatkan kesehatan mulut
 Sikat gigi dua kali sehari, pagi setelah sarapan (setidaknya 30 menit setelah
makan) dan malam sebelum tidur dengan metode Bass modifikasi
 Anjuran menggunakan dental floss untuk membersihkan sela-sela gigi yang
sulit dijangkau oleh bulu sikat gigi, terutama pada gigi yang berjejal.
 Anjuran diet mengurangi gula dan cemilan diantara waktu makan utama
 Anjuran untuk meningkatkan konsumsi air putih
b. Instruksi untuk scaling setiap 6 bulan sekali untuk mencegah pembentukan plak
dan kalkulus yang merupakan tempat ideal untuk retensi bakteri penyebab karies
gigi.

1.4.2 Perawatan Invasif


a. Scaling semua regio untuk membersihkan gigi geligi dari plak dan kalkulus.
b. Gigi 13  Perawatan saluran akar vital dengan restorasi akhir dowel crown
c. Gigi 11, 21, 17, 27  Restorasi resin komposit
d. Gigi 37, 47  Restorasi GIC

10
BAB II
PENGENALAN MASALAH KONSERVASI

2.1 Rekam Medik Status Konservasi (11 April 2019)


PERAWATAN INVASIF
Rencana Rencana
Elemen K TV Diagnosis Elemen K TV Diagnosis
Perawatan Perawatan

18 21 61 D4 + Site 2 size 2 Resin Komposit


17 D4 + Site 1 size 2 Resin Komposit 22 62
16 23 63
15 55 24 64
14 54 25 65
13 53 D6 + PAK e.c Pulpitis PSA vital + 26
Kronis Dowel crown
12 52 27 D4 + Site 1 size 2 Resin Komposit
11 51 D4 + Site 2 size 2 Resin Komposit 28

41 81 38
42 82 37 D3 + Site 1 size 1 GIC

43 83 36
44 84 35 75
45 85 34 74
46 33 73
47 D3 + Site 1 size 1 GIC 32 72
48 31 71
Elemen yang tidak ada K : Karies D1-D6 /KS ; TV: Tes Vitalitas : +/- RK : Resin Komposit

2.2 Prioritas Rencana Perawatan

No. Masalah Diagnosis Alternatif Perawatan Prognosis


Perawatan Restorasi yang
Dipilih
1. Gigi 13 Periodontitis  PSA Vital  Dowel Crown PSA vital Baik
D6 Apikalis + Dowel
Kronis e.c Crown
Pulpitis
Kronis
2. Gigi 11 Site 2 Size 2  Restorasi RK RK Baik
D4  Restorasi GIC
3. Gigi 21 Site 2 size 2  Restorasi RK RK Baik
D4  Restorasi GIC

11
4 Gigi 17 Site 1 size 2  Restorasi GIC RK Baik
D4  Restorasi RK
5 Gigi 27 Site 1 size 2  Restorasi GIC RK Baik
D4  Restorasi RK
6 Gigi 37 Site 1 size 1  Restorasi GIC GIC Baik
D3  Restorasi RK
7 Gigi 47 Site 1 size 1  Restorasi GIC GIC Baik
D3  Restorasi RK

12
2.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan
2.3.1 Gigi 13
Diagnosis : Periodontitis Apikalis Kronis et causa Pulpitis Kronis
Alasan : Pada pemeriksaan klinis dengan tes vitalitas didapatkan hasil gigi vital,
selain itu pada tes perkusi positif, menandakan terdapat kelainan periapikal.
Pada pemeriksaan radiografis, tampak gambaran radiolusensi di mahkota
bagian mesial mencapai tanduk pulpa bagian mesial.
Pemeriksaan :
a. Pemeriksaan subjektif :
Pasien wanita usia 54 tahun datang ke RSGMP FKG UI dengan keluhan gigi atas
depan kanan berlubang besar sejak kurang lebih tujuh bulan yang lalu dan sering
terselip makanan. Pasien pernah mengalami riwayat sakit berdenyut dan hilang saat
meminum obat amoxicillin. Saat ini gigi tersebut sering terasa nyeri tumpul terutama
jika dipakai mengunyah. Pasien belum pernah melakukan perawatan pada gigi tersebut.
b. Pemeriksaan objektif :
 Terdapat karies mencapai pulpa
 Pemeriksaan tes vitalitas dengan tes termal (dengan ethyl chloride) peka
menunjukkan gigi masih vital
 Tes perkusi peka menunjukkan ada kelainan periapikal
 Tes palpasi tidak peka menunjukkan tidak adanya fluktuasi
c. Radiograf :
 Terdapat radiolusensi meluas pada mahkota bagian mesial hingga tanduk
pulpa bagian mesial
 Terdapat penyempitan kamar pulpa, saluran akar dan bentuk akar normal
 Terdapat pelebaran ruang periodontal di 1/3 tengah mesial mencapai apikal gigi
dengan lamina dura utuh

 Jumlah akar 1, jumlah saluran akar 1


Rencana perawatan : Perawatan Saluran Akar Vital
Rencana restorasi : Dowel Crown

Alasan:
Pada kasus ini karies sudah mencapai tanduk pulpa sehingga toksisitas bakteri
dan produknya telah mencapai jaringan pulpa, mengakibatkan terjadinya iritasi pulpa.
PSA dilakukan untuk membersihkan ruang pulpa dan saluran akar dari bakteri dan
13
produknya. Apeks gigi sudah terbentuk sempurna, foramen apikal sudah terbentuk
sempurna, dan gigi masih dapat direstorasi pasca endodontic. Restorasi pasca
endodontik yang dipilih adalah dowel crown karena paska perawatan endodontik gigi
telah kehilangan struktur mahkota dan atap pulpa sehingga dibutuhkan restorasi
ekstrakorona yang mampu mengembalikan struktur gigi yang hilang untuk menunjang
fungsi gigi. Oklusi dan artikulasi normal.

2.3.2 Gigi 11 dan 21


Diagnosis : Karies D4 site 2 size 2
Pemeriksaan subjektif : Pasien merasa gigi depannya ada lubang besar
Pemeriksaan objektif : Karies mencapai dentin dan terdapat bayangan kehitaman
pada permukaan mesial dan distal

Rencana perawatan : Restorasi resin komposit


Alasan : Karies dentin pada sisi mesial dan distal dapat menggunakan
restorasi direk sewarna gigi. Restorasi gigi anterior dibutuhkan
estetik yang baik sehingga resin komposit dipilih karena
memberikan sifat estetik yang paling baik jika dibandingkan
dengan kompomer, RMGIC, dan GIC. Resin komposit juga
digunakan untuk mengembalikan titik kontak yang hilang

2.3.3 Gigi 17 dan 27


Diagnosis : Karies D4 site 1 size 2

Pemeriksaan subjektif : Terdapat titik kehitaman pada permukaan kunyah gigi yang tidak dapat
hilang jika dibersihkan
Pemeriksaan objektif : Terdapat bayangan kehitaman pada permukaan oklusal dan
menyangkut saat disusuri dengan sonde di area pit dan fissure.
Rencana Perawatan : Restorasi Resin Komposit
Alasan : Karies yang terjadi melebihi pit dan fissure gigi molar sehingga
membutuhkan bahan tambal dengan compressive strength yang
besar. Selain itu, restorasi RK juga memiliki sifat tensile
strength yang lebih baik dari GIC dan juga lebih bersifat estetis.

14
2.3.4 Gigi 37 dan 47
Diagnosis : Karies D3 site 1 size 1
Pemeriksaan subjektif : Tidak ada
Pemeriksaan objektif : Kehilangan struktur email di bagian pit dan fisur gigi dan
menyangkut saat disusuri dengan sonde
Rencana Perawatan : Restorasi GIC
Alasan : Kehilangan struktur email terbatas di bagian pit dan fisur gigi
yang memerlukan restorasi dengan preparasi minimal, sehingga
tidak membutuhkan bahan tambal dengan compressive
strength yang besar karena struktur gigi yang sehat masih
banyak. Restorasi GIC memiliki ikatan kimiawi, sehingga lebih
retentif tanpa membutuhkan preparasi yang besar. Selain itu
GIC juga melepaskan fluor yang membantu proses
remineralisasi.

15
BAB III

TERAPI KONSERVASI

3.1 Terapi Non Invasif


Dental Health Education:
1. Pembersihan gigi dan mulut
Sikat gigi dua kali sehari, pagi setelah sarapan setidaknya 30 menit setelah
makan dan malam sebelum tidur dengan metode Bass modifikasi, membentuk 45
derajat antara kepala sikat gigi dengan gusi dan gigi. Penyikatan dilakukan pada
permukaan luar, dalam dan permukaan kunyah gigi. Menggunakan sikat gigi
dengan bulu sikat yang halus. Bulu sikat gigi yang keras dapat menyebabkan gusi
menjadi mudah terluka dan bulu sikat tidak dapat menjamah hingga ke sela-sela
gigi. Adapun penggunaan dental floss dianjurkan untuk membersihkan daerah
interdental gigi yang mengalami malposisi.

2. Modifikasi Diet
Pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula/manis diantara waktu
makan utama. Jika tidak memungkinkan pasien dianjurkan untuk makan manis
bersamaan dengan makan utama atau 2-3 jam setelah makan utama. Pasien juga
dianjurkan untuk mengganti cemilan manis dengan permen karet xylitol.

3. Menigkatkan asupan air putih


Pasien dianjurkan untuk meningkatkan asupan air putih untuk
menurunkan faktor resiko karies, air putih merupakan sumber asupan
cairan yang paling baik.

3.2 Terapi Invasif


3.2.1 Scaling untuk menghilangkan plak dan kalkulus yang ada berada
di rongga mulut

Scaling dilakukan untuk menghilangkan plak dan kalkulus baik


supragingiva maupun subgingiva dari seluruh permukaan koronal sampai dengan
junctional epithelium. Scaling dilakukan untuk mencegah terjadinya karies baru
pada gigi geligi karena deposit kalkulus merupakan tempat ideal bagi retensi
bakteri yang memproduksi asam sehingga dapat

16
mempercepat demineralisasi.

3.2.2 Gigi 13 : Periodontitis Apikalis Kronis e.c Pulpitis Kronis


Rencana Perawatan : PSA vital + Restorasi Dowel Crown

Tahapan kerja PSA Vital:

a. Kontrol infeksi daerah kerja, dental unit, alat, dan bahan perawatan
b. Lakukan foto radiograf preoperative untuk menentukan panjang kerja estimasi
c. Anastesi infiltrasi di mukobukal fold gigi 13
d. Ekskavasi jaringan karies dengan bur metal bulat
e. Preparasi akses menggunakan bur intan bulat no. 10 pada permukaan palatal
sejajar dengan sumbu gigi 13. Preparasi dilakukan hingga terasa jeblos ke kamar
pulpa dan dilanjutkan dengan gerakan arah lateroinsisal sesuai dengan bentuk
regangan hingga seluruh atap pulpa terangkat. Bentuk regangan untuk gigi 13
berupa ovoid/oval. Gunakan diamendo bur untuk meratakan dan menghaluskan
dinding kamar pulpa. Periksa menggunakan sonde berkait untuk memastikan
seluruh atap pulpa terangkat, dinding kamar pulpa halus, dan tidak ada step.
Preparasi akses dikatakan selesai apabila kavitas telah bebas dari karies dan
restorasi yang buruk, atap kamar pulpa telah terangkat sempurna, pandangan ke
orifis dan saluran akar jelas, jarum endo dapat keluar dan masuk tanpa
hambatan, bentuk kavitas dapat memberi retensi yang baik untuk tambalan
sementara.
f. Haluskan tepi regangan agar tidak ada undercut, serta dinding kavitas yang dapat
menghalangi arah masuknya alat dapat dibuang. Periksa menggunakan sonde berkait
untuk memastikan seluruh atap pulpa terangkat, dinding kamar pulpa halus, dan tidak
ada step. Preparasi akses dikatakan selesai apabila kavitas telah bebas dari karies dan
restorasi yang buruk, atap kamar pulpa telah terangkat sempurna, pandangan ke orifis
dan saluran akar jelas, jarum endo dapat keluar dan masuk tanpa hambatan, bentuk
kavitas dapat memberi retensi yang baik untuk tambalan sementara.
g. Irigasi kavitas dengan NaOCl 2,5% menggunakan spuit dengan tekanan ringan dengan
tujuan untuk membersihkan debri, melarutkan smear layer, dan sebagai pelumas.
h. Penjajakan saluran akar dengan file no.8-15 yang telah diolesi EDTA dengan gerakan
watch winding sepanjang kerja estimasi tanpa tekanan di apikal, kemudian irigasi

17
i. Ekstirpasi jaringan pulpa dengan jarum ekstirpasi yang sesuai dengan diameter saluran
akar yang dapat dibandingkan dengan foto radiograf praoperatif, masukan sepanjang
2/3 panjang kerja estimasi, putar 360o lalu tarik, kemudian lakukan irigasi
j. Tentukan titik yang akan dijadian acuan selama preparasi atau pengisian saluran akar,
yang stabil dan tidak berubah pada bidang oklusal yang paling mudah terlihat dan
menyentuh stopper selama perawatan. Lakukan foto alat dengan kfile minimal no 20
sesuai panjang kerja estimasi yaitu dari pengukuran panjang gigi di radiograf
preoperatif dikurangi 2mm untuk toleransi kesalahan pemotretan. Panjang kerja yang
tepat ditentukan dengan mengukur perbedaan antara ujung file dan apeks radiograf dan
menjumlahkan dengan panjang kerja diagnosis dari radiograf awal, lalu panjang kerja
dikurangi 1 mm agar panjang kerja mencapai konstriksi apikal.
k. Coronal preflaring dapat dilakukan dengan ProTaper SX, S1 dan S2 sampai 2/3
panjang kerja estimasi. Protaper selalu diolesi EDTA dan kemudian lakukan irigasi.
l. Preparasi 1/3 apikal dengan teknik crown down
 Preparasi saluran akar dengan S1 sampai sepanjang kerja dengan gerakan
continuous clockwise.
 Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%. Rekapitulasi dengan file no. 10. File
selalu diolesi dengan EDTA.
 Preparasi saluran akar dengan S2 sampai sepanjang kerja.. File selalu diolesi
dengan EDTA.
 Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%. Rekapitulasi dengan file no.15.
 Preparasi saluran akar dengan F1 sampai sepanjang kerja. File selalu diolesi
dengan EDTA gel.
 Irigasi akar dengan
 NaOCl 2,5 %. Apical gauging dengan file No. 20
 Preparasi saluran akar dengan F2 sampai sepanjang kerja. File selalu diolesi
dengan EDTA gel.
 Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%. Apical gauging dengan file no 25.
m. Lakukan foto radiograf untuk melihat ketepatan ujung kon. Pemeriksaan hasil
preparasi:
 Seluruh dinding saluran akar telah halus
 Besar dari kon guttap utama = besar file apikal utama
 Panjangnya 0,5mm dari ujung apeks gigi
 Guttap masuk tanpa paksaan dan ada tahanan
 Terdapat snug
 Cairan irigasi bersih

18
 Tidak ada keluhan pasien

n. Setelah dilakukan preparasi akses dan saluran akar, saluran akar diberikan medikasi
antar kunjungan berupa ChKM, kemudian ditumpat sementara dengan cavit dan
kontrol 1 minggu kemudian.
o. Pengisian saluran akar hanya dilakukan apabila preparasi saluran akar telah selesai,
saluran akar telah bersih, kering, dan tidak berbau, tidak ada eksudat, dan pasien tidak
ada keluhan (asimptomatik), perkusi dan palpasi negatif.
p. Bongkar restorasi sementara dengan scaler. Irigasi dengan NaOCL 2.5 %, rekapitulasi,
irigasi, keringkan dengan paper point. Campurkan semen saluran akar dan aduk semen
sampai konsistensinya menyerupai krim (diangkat 2 cm tidak putus). Lakukan
pengisian dengan teknik single cone. Olesi KGU dengan semen, masukkan ke dalam
saluran akar sambil digeserkan ke seluruh dinding. Olesi kembali KGU dengan semen,
masukkan sepanjang kerja. Bahan pengisi dipotong sebatas orifis dengan instrumen
yang ujungnya telah dipanaskan. Kemudian lakukan kondensasi vertikal dengan alat
pemampat bahan pengisi, sampai kira-kira 1 mm di bawah orifis. Lakukan foto
radiograf untuk evaluasi pengisian saluran akar.
q. Kamar pulpa dibersihkan dengan irigasi H202 3%, kemudian dasar kamar pulpa
dilapisi dengan basis semen fosfat setebal + 2 mm. Tutup dengan tumpatan sementara
dan kontrol satu minggu kemudian.
r. Restorasi pasca endodontik untuk kasus ini digunakan dowel crown untuk gigi
13.

3.2.3 Gigi 11 dan 21 (2.2) : Restorasi Resin Komposit


Tahap kerja:
a. Pembersihan Jaringan Karies dan Preparasi
 Pembuangan jaringan karies dilakukan dengan ekskavasi
menggunakan bur metal bulat.
 Cek tepi kavitas, kavitas harus bebas dari karies serta email yang
tidak terdukung. Setelah itu, kavitas dibersihkan dan dikeringkan
dengan kapas agar kavitas tetap lembab, tetapi bebas dari saliva
atau darah.
b. Penumpatan dengan Resin Komposit

 Isolasi daerah kerja dengan cotton roll dan untuk gigi 13 dipasangkan
matriks seluloid karena kavitas berada di daerah titik kontak

19
 Aplikasikan etsa dengan syringe ke seluruh kavitas selama 15 detik untuk
membuka enamel rod dan tubulus dentin
 Cuci kavitas sampai seluruh etsa hilang dengan air lalu keringkan kavitas
hingga tampak frosty white lalu lembabkan kavitas dengan cotton pellet
yang dibasahkan dengan air sehingga kavitas tampak mengkilat namun
tidak menggenang air
 Aplikasikan bonding agent dengan microbrush, tunggu selama 20 detik
untuk memberikan waktu bonding untuk masuk kedalam tubulus dentin dan
enamel rod. Semprotkan udara untuk meratakan dan menipiskan bonding
serta mendorong bonding lebih dalam kedalam tubulus dentin dan enamel
rod. Sinari selama 10 detik.
 Tumpat kavitas dengan resin komposit dan bentuk anatomis, cek oklusi dan
artikulasi.
c. Pemolesan

 Pemolesan dilakukan langsung setelah penumpatan dengan


menggunakan enhance dengan tekanan ringan, putaran rendah,
secara intermiten dan dalam keadaan basah.
 Pemolesan dilakukan agar tumpatan halus dan mengkilap sehingga
mencegah terjadinya retensi makanan yang dapat menyebabkan
terjadinya karies sekunder.

3.2.4 Gigi 17 dan 27 (1.2) : Restorasi Resin Komposit


Tahap kerja:
a. Pembersihan Jaringan Karies dan Preparasi
 Pembuangan jaringan karies dilakukan dengan ekskavasi
menggunakan bur metal bulat.
 Cek tepi kavitas, kavitas harus bebas dari karies serta email yang
tidak terdukung. Setelah itu, kavitas dibersihkan dan dikeringkan
dengan kapas agar kavitas tetap lembab, tetapi bebas dari saliva
atau darah.

b. Penumpatan dengan Resin Komposit

20
 Aplikasi etsa selama 15 detik, bilas, keringkan namun biarkan dalam
keadaan lembab. Aplikasikan etsa dengan syringe ke seluruh kavitas selama
15 detik untuk membuka enamel rod dan tubulus dentin
 Cuci kavitas sampai seluruh etsa hilang dengan air lalu keringkan kavitas
hingga tampak frosty white lalu lembabkan kavitas dengan cotton pellet
yang dibasahkan dengan air sehingga kavitas tampak mengkilat namun
tidak menggenang air
 Aplikasikan bonding agent dengan microbrush, tunggu selama 20 detik
untuk memberikan waktu bonding untuk masuk kedalam tubulus dentin dan
enamel rod. Semprotkan udara untuk meratakan dan menipiskan bonding
serta mendorong bonding lebih dalam kedalam tubulus dentin dan enamel
rod. Sinari selama 10 detik.
 Tumpat kavitas dengan resin komposit dan bentuk anatomis, cek oklusi dan
artikulasi.

b. Pemolesan
 Pemolesan dilakukan langsung setelah penumpatan dengan
menggunakan enhance dengan tekanan ringan, putaran rendah,
secara intermiten dan dalam keadaan basah.
 Pemolesan dilakukan agar tumpatan halus dan mengkilap sehingga
mencegah terjadinya retensi makanan yang dapat menyebabkan
terjadinya karies sekunder.

3.2.5 Gigi 37 dan 47 (1.1) : Restorasi GIC

Tahap Kerja:
a. Pembersihan Jaringan Karies dan Preparasi
 Pembuangan jaringan karies dilakukan dengan ekskavasi menggunakan bur
metal bulat hingga tersisa affected dentin.
 Cek tepi kavitas, kavitas harus bebas dari karies serta email yang tidak
terdukung.
 Setelah itu, kavitas dibersihkan dan dikeringkan dengan kapas agar kavitas
tetap lembab, tetapi bebas dari saliva atau darah. Kavitas harus dalam
keadaan lembab, tidak boleh terlalu kering, karena pada waktu ionomer

21
mengeras dapat menarik cairan dalam tubuli dentin yang akan
menimbulkan rasa ngilu setelah penumpatan.
b. Penumpatan dengan GIC
 Ambil bubuk GIC dengan sendok khusus dan letakkan di atas kertas
khusus. Teteskan 1 tetes liquid GIC, aduk sampai homogen dengan spatula
plastik.
 Masukkan GIC kedalam kavitas dengan menggunakan plastic instrument
sedikit demi sedikit sampai seluruh kavitas terisi dengan baik. Hindari
terbentuknya gelembung udara.
 Buang kelebihan dengan ekskavator atau stone putih.
 Lapisi permukaan tumpatan dengan varnish, agar tidak terjadi perubahan
selama mengeras, karena GIC bersifat water loss and water in.
c. Pemolesan

Pemolesan dilakukan minimal 24 jam setelah penumpatan dengan


menggunakan rubber putih dengan tekanan ringan, putaran rendah, secara
intermiten dan dalam keadaan basah. Hal ini agar sesuai dengan sifat GIC yang
setting dalam 24 jam pertama setelah penumpatan. Pemolesan dilakukan agar
tumpatan halus dan mengkilap, sehingga mencegah terjadinya retensi makanan
yang dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder.

22
BAB IV

PROGNOSIS

4.1 Prognosis Umum

Baik. Alasan :

1. Keadaan umum pasien baik

2. Pasien memiliki sikap yang kooperatif, serta motivasi yang tinggi untuk memperbaiki
dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan mulutnya.

4.2 Prognosis Lokal

4.2.1 Gigi 13 : Baik

Alasan:
a. Gigi masih dapat dirawat dengan perawatan saluran akar
b. Sisa jaringan gigi adekuat untuk direstorasi paska endodontik
c. Kamar pulpa dan saluran akar normal

4.2.2 Gigi 11, 17, 21, 27 : Baik

Alasan:

a. Gigi masih vital, sisa jaringan adekuat, memiliki retensi dan resistensi
yang baik untuk menerima restorasi

4.2.3 Gigi 37 dan 47 : Baik

Alasan:

a. Karies aktif terbatas mencapai email, tidak ada kavitas terbuka.

b. Sisa jaringan adekuat, memiliki retensi dan resistensi yang baik untuk
menerima restorasi

23
DAFTAR REFERENSI

1. Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. 2nd ed.
Queensland: Knowledge books and software; 2005.
2. Walton RE, Torabinejad M. Principles and Practice of Endodontics, 3rd ed. 2002.
Philadelphia: Saunders
3. Cohen S, Burns RC. Pathways of the Pulp, 8th ed. 2002. St. Louis: Mosby.
4. Grossman L.C, Oliet D., dan Rio E.D. Ilmu Endodontik Dalam Praktek 11th ed. 1995. ,
EGC, Jakarta.
5. Heymann, Harald O, Edward J Swift, and Andre V Ritter. Sturdevant's Art & Science
Of Operative Dentistry. 1st ed. Saint Louis: Elsevier Health Sciences, 2012. Print.
6. Suprastiwi E, Nursasongko B, Putranto AW, Maharti ID, Kusumasari C, Aprillia I.
Standar Prosedur Operasional Restorasi Resin Komposit Jilid 1. Jakarta: Departemen
Konservasi.

24
3

Anda mungkin juga menyukai