Anda di halaman 1dari 33

HIV/AIDS

Definisi, klasifikasi, patogenesis


Definisi
HIV = human immunodeficiency virus
AIDS = acquired immune deficiency syndrome
= istilah yang digunakan untuk sekelompok
kelainan yang dicirikan oleh imunodefisiensi
(menurunnya sistem imun) yang diperantarai
oleh sel karena adanya supresi limfosit T oleh
HIV yang bersifat ireversibel
HIV
HIV merupakan virus limfotropik (menyerang kelenjar
getah bening) yang masuk dalam famili Retroviridae.
Virus ini merupakan tipe virus RNA (materi genetik
memiliki strand tunggal) serta memiliki envelope.
Retroviridae terdiri dari 3 subfamili:
Lentivirus: menyebabkan penyakit yang keberlanjutan
penyakitnya lambat, bersifat sitopatik. Yang termasuk jenis
ini adalah HIV-1 dan HIV-2.
Oncovirus: menyebabkan tumor. Yang termasuk antara
lain human T-cell leukaemia virus (HTLV-I) yang
menyebabkan adult T-cell leukaemia-lymphoma (ATLL),
serta HTLV-II yang berhubungan dengan hairy cell
leukaemia.
Spumavirus: bukan patogen manusia
HIV
Retrovirus memiliki kemampuan untuk
mengubah informasi genetik mereka dari RNA
ke DNA dengan enzim yang disebut reverse
transcriptase, setelah masuk ke tubuh
penjamu.
Virus ini menyerang dan merusak sel- sel
limfosit T-helper (CD4) sehingga sistem imun
penderita turun dan rentan terhadap berbagai
infeksi dan keganasan.
Jenis-Jenis HIV
HIV-1: lebih sering. Dibagi lagi menjadi dua
kelompok besar.
M (Main): terdiri dari 10 subtipe yaitu A-D, F-H, J-
K, dan tipe lain (other). Merupakan jenis virus
yang paling sering menyebabkan infeksi di seluruh
dunia.
O (Outlier): terdiri dari virus-virus yang heterogen
N: bukan tipe M dan O (non-main and outlier)
HIV-2: berasal dari Afrika Barat dan menyebar
ke Afrika Tengah, Eropa, dan Amerika.
Memiliki sifat biologis yang mirip, namun
berbeda di profil antigen dan asam nukleat.
AIDS
AIDS adalah penyakit berbahaya yang memiliki ciri khas
berupa adanya infeksi oportunistik (jamur, virus,
mikobakteri), keganasan (khususnya Kaposis sarcoma
dan limfoma yang dapat diinduksi oleh virus), dan
kelainan autoimun.
Berkembangnya HIV menjadi AIDS pada orang dewasa
di negara maju rata-rata selama 8-11 tahun dan
biasanya lebih cepat di negara berkembang.
Hampir dari setengah orang yang didiagnosis
menderita AIDS meninggal.
Jika tidak ditangani, waktu bertahan hidup sekitar 1
tahun setelah didiagnosis dan 95% meninggal dalam 5
tahun.
Klasifikasi AIDS Menurut CDC

Grup A Grup B
(AIDS-defining
(Infeksi HIV akut)
complex)

Grup C
(Full-blown AIDS)
Grup A : Infeksi HIV Akut
Pasien mengalami persistent generalized
lymphadenopathy (PGL) terjadi
pembesaran kelenjar getah bening yang tidak
sakit, asimetris, dan melibatkan bagian
submandibula dan servikal.
Grup B : AIDS-Defining Complex
Pasien merasakan gejala namun bukan gejala
penentu AIDS, seperti : kelelahan, demam,
hilang berat badan, candidiasis, diare, hairy
leukoplakia, herpes zoster, dan herpes
perianal.
Grup B : AIDS-Defining Complex
Grup C : Full-blown AIDS
Pasien memiliki gejala penentu AIDS.
Biasanya diderita 50-70% orang yang terinfeksi
HIV, dengan waktu kelangsungan hidup sekitar
18 bulan.
Gejalanya dibagi menjadi infeksi oportunistik
dan neoplasma sekunder.
Grup C : Full-blown AIDS
Klasifikasi AIDS Menurut WHO
Clinical Staging berdasarkan temuan/gejala
klinis. Tidak memerlukan jumlah sel CD4.

WHO clinical staging of established HIV Infection

Gejala terkait HIV WHO clinical stage


Asymptomatic 1
Mild symptoms 2
Advanced symptoms 3
Severe symptoms 4
Klasifikasi Menurut WHO
Stage 1: asimtomatik, persistent generalized
lymphadenopathy
Stage 2: kehilangan BB sedang (kurang dari
10%) tanpa sebab, infeksi saluran pernapasan
rekuren, herpes zoster, angular cheilitis,
ulserasi mulut rekuren, erupsi papuler
pruritus, dermatitis seboroik, infeksi jamur
pada kuku
Klasifikasi Menurut WHO
Stage 3: kehilangan BB >10%, diare kronis >1
bulan, demam >36,7oC selama >1 bulan,
kandidiasis mulut persisten, oral hairy
leukoplakia, TBC paru, infeksi bakteri parah,
NUS/NUG/NUP, anemia, neutropenia,
trombositopenia kronis
Stage 4: HIV wasting syndrome, pneumocytis
pneumonia, pneumonia bakteri parah rekuren,
infeksi herpes simpleks kronis >1 bulan,
kandidiasis oesophageal, TBC ekstrapulmoner,
Kaposis sarcoma, CMV, toxoplasmosis SSP,
encelopathy, infeksi mikrobakteri non TBC yang
menyebar, leukoencelopathy multifokal, dan
lainnya
Klasifikasi Menurut WHO

Jumlah CD4 terkait umur


HIV-terkait >5 tahun (jumlah
<11 bulan 12-35 bulan 36-59 bulan
immunodefisiensi pasti per mm3
(%CD4+) (%CD4+) (%CD4+)
atau %CD4+)
Tidak ada atau
>35 >30 >25 >500
tidak signifikan
Mild 30-35 25-30 20-25 350-499
Advanced 25-29 20-24 15-19 200-349
Severe <25 <20 <15 <200 atau <15%
Struktur HIV
Virus HIV berbentuk bola dan dilapisi oleh
selubung (envelope) yang terbuat dari lapisan
lipid bilayer (didapatkan dari sel inang)
Terdapat struktur protein yang menonjol
keluar (kurang lebih 72 buah) yang disebut
Env.
Env tersusun atas stem (batang) yang tersusun
atas 3 molekul gp41 (glikoprotein 41) dan cap
(topi) yang tersusun atas 3 molekul gp120
Struktur HIV
Struktur HIV
Di dalam selubung terdapat inti/capsid yang
terdiri atas sekitar 2000 buah protein p24.
Capsid melindungi dua strand RNA mengkode
9 gen virus HIV.
3 dari 9 gen tersebut adalah gen struktural (gag,
pol, env) untuk membuat stem dan cap pada
selubung.
2 gen (tat, rev) untuk regulasi
4 gen (nef, vif, vpr, vpu) untuk protein
aksesoris
Struktur HIV
Patogenesis HIV/AIDS
Sel target HIV adalah CD4 yang merupakan T
helper sehingga ketika sel ini diserang
imunitas akan menurun.
Infeksi HIV yang tidak dirawat akan mengalami
3 fase, yaitu infeksi primer, periode latensi
tanpa manifestasi klinis selama 5 10 tahun,
dan periode dengan manifestasi klinis
Patogenesis HIV/AIDS
Infeksi dimulai ketika HIV menempel pada jaringan mukosa
yang terdapat ulserasi dan inflamasi sel dendritic yang
terdapat pada mukosa mengeluarkan molekul disebut DC
SIGN yang memiliki afinitas tinggi terhadap gp 120 HIV
virion HIV berikatan dengan DC SIGN DC SIGN pada sel
dendritic berjalan ke nodus limfa gp120 dikeluarkan dan
diberikan pada sel T mengenai sel target HIV yaitu CD4
(CD4+ T limfosit, monosit, dan makrofag) molekul virus
gp120 langsung terikat kuat pada molekul CD4 kemudian
virus gp120 berfusi dengan molekul CD4 dan ikut
bereplikasi beringan dengan CD4 CD8 yang bersifat
sitotoksik akan membunuh molekul asing yaitu CD4
terinfeksi jumlah CD4 menurun imunitas menurun
Patogenesis HIV/AIDS
Proses replikasi : adsorpsi penetrasi
uncoating transkripsi sintesis komponen
virus pelepasan
Patogenesis HIV/AIDS - Adsorpsi

Tahap 1: molekul gp120 berikatan erat dengan reseptor permukaan molekul CD4
Terjadi perubahan bentuk pada gp120
Tahap 2: berikatan dengan molekul koreseptor (CCR5, CXCR4) ke-2 pada permukaan
sel host. Jika berikatan dengan CCR5 = R5 virus, jika CXCR4 = X4 virus. Keduanya
dapat menginfeksi dan membunuh limfosit T. R5 menginfeksi makrofag dan dikaitkan
dengan tahap awal infeksi, sedangkan X4 membunuh sel T dan dikaitkan dengan gejala
AIDS.
Patogenesis HIV/AIDS - Penetrasi

virus masuk ke sitoplasma sel CD4 dengan


bantuan gp41 dengan proses fusi membran,
protein envelope akan tertinggal di
permukaan sel host
Patogenesis HIV/AIDS - Uncoating

lepasnya selubung membran lipid dan


protein capsid yang mengelilingi asam
nukleat virus, sehingga mereka dengan
bebas beraksi sebagai template untuk
sintesis mRNA virus
Patogenesis HIV/AIDS Transkripsi

enzim reverse transkriptase akan membawa RNA virus dan


mentranskripsikan RNA virus dan dengan menggunakan nukleotida host
akan mengubahnya menjadi DNA rantai tunggal. Setelah itu, reverse
transcriptase akan mentranskripsikan lagi DNA rantai tunggal menjadi
DNA rantai ganda. Enzim integrase akan membawa DNA ke nukleus sel
host lalu menggabungkannya ke kromosom host. Di sinilah mulai terjadi
infeksi. Setelah itu, enzim RNA polimerase datang dan membentuk
mRNA virus.
Patogenesis HIV/AIDS Sintesis Komponen Virus

mRNA virus akan mengkodekan protein virus lain dan pergi ke di


ribosom. Terbentuk envelope protein yang akan menuju permukaan sel
dan bergabung dengan envelope protein lain yang tadi tertinggal,
sehingga terdapat cluster envelope protein di sana. Di waktu yang
sama, mRNA lain akan membentuk rantai polipeptida (multi-protein
chain) di ribosom, dimana rantai ini akan ditransportasikan ke
permukaan sel yang tadi ada banyak envelope protein dan membentuk
virion baru yang belum matang.
Patogenesis HIV/AIDS - Pelepasan

virus masuk ke sitoplasma sel CD4 dengan


bantuan gp41 dengan proses fusi membran,
protein envelope akan tertinggal di
permukaan sel host
Patogenesis
Pada infeksi awal, terjadi event virologis,
imunologis, dan klinis yang cepat dalam 4
sampai 8 minggu pertama (infeksi primer)
terjadi peningkatan plasma viremia (adanya
virus dalam plasma darah) yang cepat dan
penempatan virus di seluruh jaringan limfoid
tubuh aktivitas imun meningkat dengan
diproduksinya 10 milyar virion perhari +
perusakan dan penggantian 2 milyar limfosit
CD4+ perhari
Patogenesis
Biasanya tanpa gejala, namun 40-90%
menampilkan gejala akut virus seperti demam,
fatigue, ruam makulopapuler, sakit kepala,
limfadenopati, faringitis, myalgia, arthalgia,
penyakit gastrointestinal, keringat malam hari,
dan ulser oral/genital.
Respon imun normal akan menimbulkan efek
yang merugikan karena limfosit CD4+ yang baru
terbentuk akan menjadi target baru infeksi HIV
dan peningkatan produksi sitokin dapat
mencetuskan viral expression
Patogenesis
Respon cell-mediated imun spesifik (limfosit CD8+)
bertindak mengurangi viremia. Respon seluler
produksi antibodi penetral HIV pengurangan viremia
penurunan viral setpoint mulainya periode laten
klinis. Walaupun jumlah virus dalam darah berkurang,
mereka tetap dalam jumlah yang tinggi (1000x lebih
banyak) di jaringan limfoid.
Keberlanjutan menjadi AIDS bervariasi. Ada yang
terkena AIDS setelah 2-3 tahun terkena HIV, ada juga
10-17% baru 10 tahun setelahnya
Cara HIV bertahan dalam tubuh dipengaruhi banyak
faktor sepetri predisposisi dari gen host, patogenitas
host, tingginya laju mutasi virus, gangguan pemrosesan
dan presentasi antigen, kelatenan provirus.
1. Greenberg, M., Glick, M., Ship, J.A. Burkets Oral
Medicine. 11th Ed. 2008. Hamilton: BC Decker
Inc.
2. World Health Organization. WHO Case
Definitions of HIV for Surveillance and Revised
Clinical Staging and Immunological Classification
of HIV-Related Disease in Adults and Children ;
2007.
3. Neville, Brad W., dkk. Oral and Maxillofacial
Pathology. 2nd Ed. Philadelphia: Saunders, 2002.

Anda mungkin juga menyukai