Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN ANAMNESIS KASUS

KONSERVASI GIGI

Disusun Oleh:

Rivandy Holil
1506730281

Pembimbing:

drg. Shalina Ricardo, Sp.KG(K)

DEPARTEMEN ILMU KONSERVASI GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
JAKARTA
2020
DAFTAR ISI

Data Pribadi Pasien ..................................................................................................... 3


Foto Intraoral Sebelum Perawatan ............................................................................ 4
Foto Radiograf Sebelum Perawatan .......................................................................... 5
BAB I PENGENALAN MASALAH UMUM ............................................................ 6
1.1 Temuan Masalah ................................................................................................ 6
1.2 Hubungan Antar Masalah .................................................................................. 7
1.3 Strategi Perawatan Umum .................................................................................. 8
1.4 Prioritas Perawatan Umum ................................................................................ 9
1.4.1 Perawatan Non Invasif ........................................................................... 9
1.4.2 Perawatan Invasif ................................................................................... 9
BAB II PENGENALAN MASALAH KONSERVASI ............................................. 10
2.1 Rekam Medik Konservasi .................................................................................. 10
2.2 Prioritas Rencana Perawatan .............................................................................. 10
2.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan ..................................................................... 11
BAB III TERAPI KONSERVASI .............................................................................. 14
3.1 Terapi Non Invasif ............................................................................................. 14
3.2 Terapi Invasif ..................................................................................................... 14
PROGNOSIS ................................................................................................................ 26
4.1 Prognosis Umum ................................................................................................ 26
4.2 Prognosis Lokal .................................................................................................. 26
DAFTAR REFERENSI ............................................................................................... 27

2
DATA PASIEN
Nama : David Handoko Tjipto
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Nikah : Menikah
Agama : Kristen
Alamat : Kalibaru Barat, Senen, Jakarta Pusat
Telepon : 08159863221
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Rujukan dari : Klinik Oral Diagnostik
Keadaan Umum : Baik, Compos mentis
Penyakit Sistemik : Disangkal

3
FOTO INTRAORAL SEBELUM PERAWATAN

4
Tampak Kanan Tampak Kiri

Tampak Depan

Tampak Oklusal RA Tampak Oklusal RB

FOTO RADIOGRAF SEBELUM PERAWATAN

5
Foto Dental Elemen 25,26

Foto Panoramik Elemen 25,26

6
BAB I
PENGENALAN MASALAH UMUM

1.1 Temuan Masalah


Pasien laki – laki usia 50 tahun datang dengan keluhan gigi kiri atas yang
berlubang besar sekali sehingga makanan sering terselip pada kavitas dan
menginginkan gigi tersebut untuk dirawat. Pasien juga mengakui adanya gigi di kiri
atas yang terasa sakit jika pasien membersihkan gigi tersebut dengan tusuk gigi dan
tusuk gigi tersebut menusuk ke dalam kavitas gigi. Pasien tidak mengeluhkan adanya
nyeri spontan serta tidak ada rasa nyeri saat pemeriksaan dilakukan. Saat ini pasien
belum melakukan perawatan apapun terhadap gigi tersebut.
Dari anamnesa diketahui pasien menyikat gigi dua kali sehari saat pagi dan
malam sebelum tidur dengan menggunakan pasta gigi berfluoride. Pasien
mengkonsumsi air putih sebanyak ± 2 liter / 8 gelas dalam sehari. Pasien mengaku tidak
pernah merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Pasien menyangkal adanya riwayat
penyakit sistemik, dan pasien menyangkal adanya riwayat alergi. Pada pemeriksaan
ekstraoral ditemukan wajah pasien simetris, kelenjar submandibula tidak teraba dan
tidak terasa sakit. Pada pemeriksaan intraoral diketahui mukosa, lidah, dan dasar mulut
tidak ada kelainan. Selain itu terdapat perdarahan ringan saat probing pada margin
gingival gigi di keseluruhan kuadran. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan debri,
plak, dan kalkulus pada keseluruhan kuadran (kuadran 1,2,3, dan 4) dengan skor OHIS
3,06 (buruk); dengan indeks plak 1,9; indeks perdarahan papila 0,96; dan indeks
kalkulus 1,7. Hubungan rahang ortognati. Pada rahang atas ditemukan karies D4 site 2
size 1 pada gigi 12, 11, dan 21. Pada regio kiri atas ditemukan gigi 25 dan 26 karies D6
dengan periodontitis apikalis kronis et causa nekrosis pulpa parsial dengan tes vitalitas
(+), perkusi (+), palpasi (-).
Pada pemeriksaan, hidrasi saliva tanpa stimulasi <30 detik, dan viskositasnya
jernih, cair. Pasien mengaku menggunakan pasta gigi berbahan fluor untuk menyikat
gigi geliginya. Pada anamnesis mengenai diet, dalam sehari pasien cukup sering
mengonsumsi gula dan asam. Pasien tidak sedang mengonsumsi obat peningkat saliva,
tidak memiliki penyakit yang menyebabkan mulut kering, tidak sedang memakai
protesa, dan terdapat karies aktif. Pasien sangat menyadari hal tersebut dan mau
memperbaiki kebiasaan dan konsisi gigi geliginya (status dan sikap pasien tergolong
dalam kategori 3A). Tingkat kekooperatifan pasien baik dan sangat ingin dirawat.
6
1.2 Hubungan Antar Masalah

Status Umum Faktor Resiko Karies Faktor Kebersihan Mulut

1. Pasien laki – laki 50 1. Hidrasi saliva baik (< 30 1. Skor OHIS 3,06 (buruk)
tahun detik dengan viskositas 2. Pasien menyikat gigi
2. Keadaan umum baik jernih, cair) dua kali sehari saat pagi
3. Latar belakang 2. Pola diet (kebiasaan hari dan malam
pendidikan dan sosial konsumsi gula > 2x/hari; sebelum tidur
ekonomi menengah konsumsi asam < 2x/hari) 3. Pasien sudah
keatas 3. Fluor hanya pada pasta mengetahui waktu
4. Pasien sudah menikah gigi menyikat gigi yang
4. Faktor modifikasi: tidak benar namun belum
menggunkan protesa dan mengerti teknik
terdapat karies aktif menyikat gigi yang
5. Pasien mau mengubah benar
sikap

Faktor Lokal Gigi 12,11, 21 Faktor Lokal Gigi 25,26

 Adanya tambalan gigi yang tidak  Nekrosis pulpa parsial yang terjadi
adekuat dengan kontur tidak sesuai diakibatkan karena akumulasi retensi
anatomis (overhanging), serta plak dan makanan yang terkumpul
karies pada palatal gigi dalam kavitas

7
Strategi Diagnosis

1. Gigi 25,26 Periodontitis Apikalis Kronis e.c. Nekrosis Pulpa Parsial


2. Gigi 12,11,21 Karies Sekunder D4 site 2 size 1
3. Klasifikasi Kennedy kelas 2 Mod 1 pada rahang bawah
Perawatan Umum
1.2.1 Strategi
Rencana Perawatan

1. Pembersihan karang gigi di seluruh regio


2. Gigi 25 Perawatan Saluran Akar Vital + Restorasi Mahkota Tiruan
Pasak
3. Gigi 26 Perawatan Saluran Akar Vital + Restorasi Onlay
4. Gigi 12,11, 21 Restorasi Resin Komposit
5. Konsul prostodonsia untuk pembuatan GTSL (Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan)
Perawatan Non Invasif
Berdasarkan pengumpulan informasi dan pemeriksaan klinis pasien, berbagai
faktor memegang peran penting dalam timbulnya masalah yang terdapat pada rongga
mulut pasien, salah satunya adalah faktor umum yang meliputi kesadaran dan
pengetahuan pasien akan kesehatan rongga mulutnya yang masih rendah. Demi
tercapainya keberhasilan dalam merawat pasien, maka yang harus dilakukan pertama
kali adalah memberikan edukasi kepada pasien mengenai bagaimana cara merawat
gigi dan mulutnya dengan baik dan benar. Ini dapat dikatakan sebagai perawatan non
invasif.
Perawatan non invasif ini meliputi edukasi mengenai waktu dan teknik sikat
gigi yang baik dan benar, yaitu menyikat gigi 2x sehari saat pagi 30 menit setelah
sarapan dan malam segera sebelum tidur. Sikat gigi dilakukan 30 menit setelah
makan, karena setelah makan saliva akan bekerja untuk menetralkan asam di dalam
mulut, memberikan kesempatan bagi gigi untuk remineralisasi setelah terjadinya
proses demineralisasi akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri. Saat tidur, laju aliran
saliva berkurang sehingga fungsi proteksi saliva sebagai buffer menjadi menurun.
Oleh karena itu, gigi geligi harus sudah bersih dari plak saat tidur. Menyikat gigi
dengan metode Bass modifikasi, membentuk sudut 45 derajat antara kepala sikat gigi
dengan gigi, mengarah ke gusi, dan digerakkan vertikal dari gusi ke gigi. Penyikatan
dilakukan pada permukaan luar, dalam, dan permukaan kunyah gigi serta
menggunakan sikat gigi dengan ujung yang lembut sehingga dapat menjangkau sela –
sela gigi dan tidak mengiritasi gusi. Selain itu, pasien juga dianjurkan untuk

8
menggunakan dental floss demi menjaga kesehatan dan kebersihan gusi di daerah
sekitar interdental gigi geligi pasien untuk mencegah terjadinya retensi / perlekatan
sisa – sisa makanan yang dikonsumi pasien

1.2.2 Strategi Perawatan Invasif


Setelah seluruh perawatan non invasif diberikan, perawatan selanjutnya adalah
perawatan invasif yang mencakup scaling pada seluruh regio gigi geligi untuk
membersihkan plak dan kalkulus. Selanjutnya perawatan invasif berdasarkan keluhan
utama pasien pada gigi 26 yaitu perawatan saluran akar vital dan restorasi onlay karena
mengalami karies mencapai pulpa dengan adanya periodontitis apikalis kronis et causa
nekrosis pulpa pasrsial. Kemudian gigi 25 yaitu perawatan saluran akar vital dan
restorasi mahkota tiruan pasak karena mengalami karies mencapai pulpa dengan adanya
periodontitis apikalis kronis et causa nekrosis pulpa parsial. Selanjutnya perawatan
restorasi gigi 12,11,21 yang mengalami karies D4 (2.2) dengan resin komposit.

1.3 Prioritas Perawatan Umum

1.3.1 Perawatan Non Invasif


a. Mengevaluasi dan meningkatkan kebersihan mulut
 Anjuran kepada pasien untuk menyikat gigi 2 kali sehari saat pagi 30 menit
setelah sarapan dan malam segera sebelum tidur dengan cara yang benar pada
seluruh permukaan gigi. Gerakan menyikat gigi dilakukan dengan tekanan
ringan, mengarahkan bulu sikat hingga membentuk sudut 45o terhadap sumbu
gigi, kemudian gerakan dari arah gusi ke mahkota.
 Instruksi untuk scaling setiap 6 bulan sekali untuk mencegah pembentukan
plak dan kalkulus yang merupakan tempat ideal untuk retensi bakteri
penyebab karies gigi.
 Anjuran kepada pasien untuk mengurangi konsumsi gula harian yang berlebih.
 Mempertahankan asupan air putih yaitu sebanyak 2 liter (8 gelas) setiap
harinya.

1.3.2 Perawatan Invasif


a. Scaling pada seluruh regio gigi geligi.

9
b. Gigi 25 Perawatan Saluran Akar Vital dan Restorasi Mahkota Tiruan Pasak
c. Gigi 26 Perawatan Saluran Akar Vital dan Restorasi Onlay
d. Gigi 12,11,21 Restorasi Resin Komposit
e. Pembuatan GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan) pada region – region gigi yang
missing

10
BAB II
PENGENALAN MASALAH KONSERVASI

2.1 Rekam Medik Konservasi (5 Maret 2020)


Perawatan Invasif
T Diagnosi Rencana T Rencana
Elemen K Elemen K Diagnosis
V s Perawatan V Perawatan
18 21 61 D4 + D4 (2.1) RK
17 22 62
16 23 63
15 55 24 64
Periodontitis
Apikalis PSA Vital +
Kronis e.c Mahkota
14 54 25 65 D6 +
Nekrosis Tiruan
Pulpa Pasak
Parsial
Periodontitis
Apikalis
Kronis e.c PSA Vital +
13 53 26 D6 +
Nekrosis Onlay
Pulpa
Parsial
D D4 (2.1) RK
12 52 4
+ 27
D D4 (2.1) RK
11 51 4
+ 28

41 81 38
42 82 37
43 83 36
44 84 35 75
45 85 34 74
46 33 73
47 32 72
48 31 71
Elemen yang tidak ada K: Karies D1-D6/KS; TV : Tes Vitalitas: +/-

2.2 Prioritas Rencana Perawatan


Alternatif Perawatan yang
No. Masalah Diagnosis Prognosis
Perawatan Dipilih
1. Gigi 25 Karies Periodontitis  PSA vital + PSA vital + Baik
D6 Apikalis Kronis restorasi mahkota tiruan
et causa resin pasak
Nekrosis Pulpa komposit
Parsial  PSA vital +
mahkota
tiruan pasak

11
2. Gigi 26 Karies Periodontitis  PSA vital + PSA vital + Baik
D6 Apikalis Kronis resin Onlay
et causa komposit
Nekrosis Pulpa  PSA vital +
Parsial Onlay
3. Gigi 12,11,21 Site 2 Size 1  Restorasi Restorasi RK Baik
Karies D4 resin
komposit
 Restorasi
GIC

2.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan


1. Gigi 25
Diagnosis : Periodontitis apikalis kronis et causa nekrosis pulpa parsial
Pemeriksaan:
a. Pemeriksaan subjektif
Pasien laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan gigi kiri atas terasa sakit
jika membersihkan makanan dengan tusuk gigi dan menusuk ke dalam rongga
kavitas. Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri spontan dan tidak merasakan
nyeri saat pemeriksaan dilakukan.
b. Pemeriksaan objektf
Pemeriksaan tes vitalitas dengan tes termal menggunakan ethyl chloride peka,
menunjukkan pulpa vital. Tes perkusi peka menunjukkan adanya kelainan
periapikal. Tes palpasi tidak peka.
c. Pemeriksaan radiograf
Terlihat gambaran radiolusensi pada bagian mahkota gigi yang sudah mencapai
kamar pulpa. Saluran akar normal, akar normal, vertucci tipe 1 yaitu adanya 1
kanal dari kamar pulpa hingga mencapai apeks, terdapat pelebaran ruang
periodontal di ujung apikal dan lamina dura normal.

Rencana Perawatan : Perawatan saluran akar vital + mahkota tiruan pasak.


Alasan : Pada kasus ini, gigi tersebut mengalami karies namun tidak
dirawat sehingga gigi menjadi rapuh. Dinding atap kamar pulpa yang tipis
sehingga toksin bakteri menyebabkan peradangan pada daerah periapikal. Kelainan
periapikal yang ditunjukkan dengan foto radiograf berupa adanya pelebaran ruang

12
periodontal di daerah periapikal. Apeks gigi sudah menutup sempurna, foramen
apikal sudah terbentuk sempurna, dan gigi masih dapat direstorasi pasca
endodontik. Perawatan saluran akar dilakukan untuk membersihkan ruang pulpa
dan saluran akar dari bakteri dan produknya, serta untuk menyembuhkan jaringan
periapikal. Restorasi paska endodontik yang dipilih adalah mahkota tiruan pasak
karena gigi tersebut telah kehilangan banyak struktur mahkota sehingga tidak
cukup kuat untuk menahan beban kunyah dan kemungkinan terjadinya fraktur
menjadi lebih besar.

2. Gigi 26
Diagnosis : Periodontitis apikalis kronis et causa nekrosis pulpa parsial
Pemeriksaan:
a. Pemeriksaan subjektif
Pasien laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan gigi kiri atasnya yang
berlubang besar sekali sehingga makanan sering terselip di kavitas serta pasien
menginginkan gigi tersebut untuk dirawat. Pasien mengatakan tidak merasakan
adanya nyeri spontan dan tidak nyeri saat pemeriksaan dilakukan.
b. Pemeriksaan objektf
Pemeriksaan tes vitalitas dengan tes termal menggunakan ethyl chloride peka,
menunjukkan pulpa vital. Tes perkusi peka menunjukkan adanya kelainan
periapikal. Tes palpasi tidak peka.
c. Pemeriksaan radiograf
Terlihat gambaran kehilangan struktur mahkota dan gambaran radiolusensi yang
mencapai pulpa. Saluran akar normal, akar normal, gambaran saluran akar
vertucci tipe 1 yaitu adanya 1 kanal dari kamar pulpa hingga mencapai apeks
pada akar mesiobukal, distobukal dan palatal. Terdapat pelebaran ruang
periodontal di ujung apikal dan lamina dura normal.

Rencana Perawatan : Perawatan saluran akar vital + onlay.


Alasan : Pada kasus ini, gigi tersebut mengalami karies namun tidak
dirawat sehingga gigi menjadi rapuh. Karies yang meluas hingga mencapai pulpa
menyebabkan terjadinya nekrosis pulpa sebagian / parsial sehingga perawatan
saluran akar dilakukan untuk membersihkan kamar pulpa dan saluran akar dari
jaringan nekrotik. Apeks gigi sudah menutup sempurna, foramen apikal sudah
13
terbentuk sempurna, dan gigi masih dapat direstorasi pasca endodontik. Adapun
restorasi pasca endodontik yang dipilih adalah onlay karena gigi molar paska PSA
yang menjadi rentan fraktur akibat hilangnya atap pulpa sehingga restorasi onlay
berfungsi menyatukan dinding – dinding mahkota gigi dengan adanya kontra bevel
dan melindungi gigi dari tekanan oklusal berlebih saat berfungsi.

3. Gigi 12, 11, 21


Diagnosis : Karies D4 Site 2 Size 2
Pemeriksaan:
a. Pemeriksaan subjektif
Tidak terdapat keluhan subjektif.
b. Pemeriksaan objektif
Terdapat bayangan kehitaman di daerah interdental dan palatal
c. Pemeriksaan radiograf
Terdapat gambaran radiolusensi mencapai dentin.

Rencana Perawatan : Restorasi RK .


Alasan : Jaringan karies hanya mencapai dentin terbatas di bagian
palatal gigi 12, 11, dan 21 sehingga diperlukan bahan restorasi dengan preparasi
minimal. Bahan restorasi resin komposit juga memiliki warna yang serupa dengan
gigi(estetis).

14
BAB III
TERAPI KONSERVASI

3.1 Terapi Non Invasif


a. Mengevaluasi dan meningkatkan kebersihan mulut
 Anjuran kepada pasien untuk menyikat gigi 2 kali sehari saat pagi 30 menit
setelah sarapan dan malam sebelum tidur dengan cara yang benar pada seluruh
permukaan gigi. Gerakan menyikat gigi dilakukan dengan tekanan ringan,
mengarahkan bulu sikat hingga membentuk sudut 45o terhadap sumbu gigi ke
arah gusi.
 Instruksi untuk scaling setiap 6 bulan sekali untuk mencegah pembentukan
plak dan kalkulus yang merupakan tempat ideal untuk retensi bakteri
penyebab karies gigi.
b. Modifikasi diet
 Pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula harian yang berlebih
 Mempertahankan asupan air putih yaitu sebanyak 2 liter (8 gelas) setiap
harinya.

3.2 Terapi Invasif


1. Scaling dilakukan unutk menghilangkan kalkulus subgingiva dan supragingiva.
Scaling dilakukan untuk mencegah terjadinya karies baru pada gigi geligi karena
kalkulus dapat menjadi retensi plak serta bakteri yang dapat memproduksi asam
sehingga mempercepat terjadinya proses demineralisasi.
2. Gigi 25 : Periodontitis Apikalis Kronis et causa Nekrosis Pulpa Parsial  PSA vital
+ MTP
Tahapan perawatan:
a. Foto radiograf preoperatif
Lakukan foto radiograf dental pada gigi yang akan dirawat. Ukur panjang gigi
pada radiograf, kemudian kurangi 2-3 mm untuk digunakan sebagai panjang
kerja estimasi.
b. Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja (PSA vital)
Lakukan anestesi intraligamen/intrapulpa di mukosa bukal. Kemudian isolasi
daerah kerja dengan menggunakan cotton roll selama perawatan.

14
c. Preparasi/akses kamar pulpa
 Regangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa. Pada
gigi 25 regangan kavitas berbentuk oval. Seluruh jaringan karies dan sisa
jaringan gigi yang lemah dibuang sampai bersih.
 Gunakan bur intan bulat, bur diposisikan sejajar sumbu gigi dan
ditembuskan ke kamar pulpa. Selanjutnya kavitas dilebarkan dengan
gerakan laterooklusal untuk mengangkat seluruh atap kamar pulpa sesuai
regangan kavitas dengan menggunakan bur diamendo.
 Akses dikatakan selesai bila:
o Sudah tidak ada jaringan karies yang tersisa.
o Atap kamar pulpa telah terangkat seluruhnya, ketika diperiksa dengan
menggunakan sonde lurus atau sonde berkait tidak ada hambatan.
o Pandangan ke orifis terlihat jelas.
o Jarum endo dapat masuk dengan mudah tanpa hambatan.
o Sesuai dengan bentuk regangan kavitas.
o Bentuk kavitas menyediakan retensi untuk tambalan sementara.
o Terdapat toilet of cavity (untuk fasilitasi irigasi).
d. Penjajakan saluran akar dan ekstirpasi jaringan pulpa
 Penjajakan saluran akar dilakukan dengan menggunakan k-file no.10
sepanjang 2/3 panjang kerja radiograf dengan gerakan clockwise
counterclockwise.
 Ekstirpasi jaringan pulpa dengan jarum ekstirpasi yang sesuai diameter
saluran akar, masukkan sepanjang akar, dan putar 180 o, lalu tarik. Ulangi
hingga saat ditarik jarum ekstirpasi sudah bersih dan ketika saluran akar
diirigasi, sudah tidak terlihat sisa-sisa jaringan pulpa. (PSA vital)
e. Penentuan panjang kerja sebenarnya
 Gunakan k-file minimal no.20 agar terlihat jelas pada foto radiograf.
 Tentukan titik acuan yang stabil, tidak berubah pada bidang oklusal, mudah
terlihat, dan menyentuh stopper selama perawatan.
 Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah
dihitung tersebut.
 Masukkan file tersebut ke dalam saluran akar sampai stopper menyentuh
titik acuan.

16
 Lakukan foto radiograf.
 Panjang kerja sebenarnya ditentukan dengan mengukur perbedaan antara
ujung file dan apeks radiograf dan menjumlahkan dengan panjang kerja
estimasi dari radiograf awal, lalu panjang kerja dikurangi 0,5-1 mm agar
panjang kerja mencapai konstriksi apikal.
f. Penentuan File Awal (FA)
File awal adalah file terbesar yang dapat masuk sepanjang kerja saluran akar
yang belum diprerasi dan terasa pas pada 1/3 apikal.
 Tentukan file awal tanpa gerakan memutar
 Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%
g. Preparasi 1/3 apikal
 Setelah FA sudah didapatkan, tandai k-file dengan stopper yang sesuai
dengan panjang kerja.
 Preparasi apikal dilakukan dengan memasukkan file awal sepanjang kerja
dengan gerakan reaming (masukkan sepanjang kerja, rotasi 90o searah jarum
jam lalu tarik sedikit keatas dan masukkan kembali hingga terasa longgar)
dan filing (k-file digerakan naik-turun pada saluran akar).
 Preparasi dilanjutkan dengan file satu nomor lebih besar sesuai panjang
kerja. Ulangi sampai mendapatkan File Apikal Utama (FAU), yaitu file
terbesar yang dapat masuk sepanjang kerja setelah preparasi saluran akar
dan terasa pas di 1/3 apikal.
 Setelah FAU didapatkan, lakukan percobaan Kon Guttap Utama (KGU)
sesuai panjang kerja dan harus terdapat apical stop karena ada konstriksi
apikal dan ada tug back (tahanan di 1/3 apikal saat ditarik keluar).
 Oleskan file dengan EDTA sebelum digunakan dan irigasi dengan NaOCl
2,5% sebanyak 1 cc. Lakukan juga rekapitulasi.
h. Preparasi Step Back
 Preparasi step back dilakukan untuk mempertahankan saluran akar
berbentuk taper.
 Preparasi dilakukan dengan gerakan circumferential filing (gerakan
mengelilingi saluran akar dengan gerakan naik-turun) lakukan berulang kali
hingga terasa longgar.
 Tandai k-file dengan stopper.

17
 Preparasi menggunakan file satu nomor lebih besar dari FAU sedalam
panjang kerja dikurangi 2 mm dengan gerakan circumferential filing.
Rekapitulasi
 Preparasi menggunakan file dua nomor lebih besar dari FAU sedalam
panjang kerja dikurangi 3 mm dengan gerakan circumferential filing.
Rekapitulasi.
 Preparasi menggunakan file tiga nomor lebih besar dari FAU sedalam
panjang kerja dikurangi 4 mm dengan gerakan circumferential filing.
Rekapitulasi.
 Rekapitulasi menggunakan FAU dengan gerakan circumferential filing
sepanjang kerja untuk menghilangkan step pada saluran akar.
 Setiap pergantian file, lakukan irigasi menggunakan NaOCl 2,5% dan oles
file menggunakan EDTA sebelum dimasukkan ke saluran akar.
 Preparasi saluran akar dianggap telah selesai bila:
o Terdapat apical stop dan tug back
o Tidak terdapat sisa jaringan nekrotik saat irigasi
o Seluruh dinding saluran akar halus
o Besar Kon Guttap Utama (KGU) sama dengan besar File Apikal
Utama (FAU).
o Hasil preparasi saluran akar berbentuk kerucut (flaring) yang dicek
dengan menggunakan spreader berukuran 1 nomor di bawah KGU
yang dapat masuk 2 mm lebih pendek dari panjang kerja.
 Lakukan pengecekan menggunakan kon utama yang dimasukkan sepanjang
kerja kemudian spreader berukuran 1 nomor di bawah KGU masih dapat
masuk 2 mm lebih pendek dari panjang kerja sebenarnya.
 Lakukan foto radiograf untuk KGU.
 Keringkan saluran akar menggunakan paper point dengan ukuran sesuai
nomor FAU. Masukkan paper point ke dalam saluran akar menggunakan
pinset dan ulangi hingga paper point terlihat kering saat dikeluarkan dari
saluran akar.
i. Medikasi antar kunjungan
Medikasi saluran akar bertujuan untuk menjaga supaya saluran akar tetap steril
setelah preparasi dan irigasi, serta membantu proses penyembuhan apabila

18
terjadi kelainan periapikal. Medikamen diharapkan dapat berpenetrasi ke tubuli
dentin dan membunuh bakteri.
 Bersihkan dan keringkan saluran akar.
 Saluran akar diberikan medikasi antar kunjungan berupa ChKM
(Chlorophenol Champhoro Menthol). Pemakaian ChKM dilakukan dengan
mengaplikasikannya pada kapas, kemudian diperas dan diletakkan di dalam
kamar pulpa. Setelah itu, tumpat sementara dengan cavit.
j. Pengisian saluran akar
 Pengisian saluran akar hanya boleh dilakukan apabila:
o Preparasi saluran akar telah selesai
o Tidak ada keluhan lebih lanjut (gigi asimptomatik dan tidak sensitif)
o Pada pemeriksaan objektif, gigi tidak peka terhadap tes perkusi dan
palpasi
o Saluran akar telah kering dan tidak berbau
o Saat irigasi, sudah tidak ada jaringan nekrotik yang keluar
Tahapan pengisian saluran akar:
 Bongkar restorasi sementara.
 Irigasi dengan NaOCl 2,5%, rekapitulasi, irigasi, keringkan dengan paper
point.
 Saluran akar telah bersih dan kering.
 Pemilihan KGU = FAU kemudian cek di radiograf apakah ujung KGU
sudah tepat 0,5 mm diatas kontriksi apikal.
 Pengadukan sealer dilakukan dengan mencampurkan bubuk semen dan
liquid kemudian aduk semen sampai homogen dan konsistensi seperti krim
(diangkat 2 cm tidak putus).
 Olesi KGU dengan semen, masukkan ke dalam saluran akar secara
perlahan-lahan agar udara dan kelebihan semen dapat keluar. Tarik sedikit
satu dua kali kemudian dimasukkan kembali sampai panjang kerja.
 KGU ditekan dengan spreader sampai rapat ke dinding saluran akar.
Spreader ditekan ke apikal hingga 2 mm dari panjang kerja, putar ke kiri
dan kanan lalu keluarkan dari saluran akar. Masukkan kon tambahan
(lateral condensing technique). Tahap ini diulangi sampai padat.

19
 Bahan pengisi dipotong sebatas orifis dengan instrumen yang ujungnya telah
dipanaskan (cement stopper). Kemudian lakukan kondensasi vertikal dengan
alat pemampat bahan pengisi (plugger), sampai kira-kira 1 mm di bawah
orifis.
 Isi kavitas dengan cotton pellet, lalu lakukan foto radiograf untuk evaluasi
pengisian saluran akar. Bila hasil sudah baik, keluarkan cotton pellet dari
kavitas. Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 2,5%.
 Letakkan basis GIC setebal 1mm. Setelah GIC mengeras, letakkan cotton
pellet lalu tumpat sementara dengan cavit.
k. Kontrol obturasi
Pasien diminta untuk datang kontrol minimal satu minggu setelah PSA yang
bertujuan untuk melihat adaptasi bahan pengisian terhadap jaringan periapikal
serta memastikan ada tidaknya keluhan subjektif pasien. Selain itu, saat kontrol
pun direncanakan pembuatan restorasi tetap yang sesuai.

Tahapan mahkota tiruan pasak:


a. Bongkar restrorasi sementara dengan scaler atau bur metal bulat.
b. Preparasi sisa mahkota, lakukan retraksi gingival untuk bagian servikal.
c. Preparasi saluran akar yaitu pengambilan bahan isi hingga mencapai 2/3
panjang kerja.
d. Pencetakan saluran akar untuk pembentukan pola malam pasak inti.
e. Pembuatan mahkota tiruan sementara.
f. Hasil cetakan saluran akar dikirim ke laboratorium untuk dibuatkan pasak inti
logam.
g. Pemasangan pasak inti logam dan sementasi (ZnPO4).
h. Pencetakan mahkota dan pembuatan model kerja.
i. Pembuatan dan pemasangan mahkota tiruan sementara.
j. Pencatatan gigit.
k. Pemasangan model kerja di artikulator.
l. Pembuatan coping logam.
m. Try-in coping logam.
n. Pembuatan facing porcelain.
o. Try-in facing porcelain dan sementasi sementara.

20
p. Sementasi tetap mahkota tiruan pasak.
q. Evaluasi dan kontrol.

3. Gigi 26 : Periodontitis Apikalis Kronis et causa Nekrosis Pulpa Parsial  PSA vital
+ Onlay
Tahapan perawatan:
a. Foto radiograf preoperatif
Lakukan foto radiograf dental pada gigi yang akan dirawat. Ukur panjang gigi
pada radiograf, kemudian kurangi 2-3 mm untuk digunakan sebagai panjang
kerja estimasi.
b. Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja (PSA vital)
Lakukan anestesi berupa intraligamen/intrapulpa di mukosa bukal bagian akar
mesial untuk anestesi N. Alveolaris Superior Medii dan bagian akar distal untuk
anestesi N. Alveolaris Superior Posterior. Kemudian isolasi daerah kerja dengan
menggunakan cotton roll selama perawatan.
c. Preparasi/akses kamar pulpa
 Regangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa. Pada
gigi 26 regangan kavitas berbentuk segitiga dengan basis di bukal dan
puncak di palatal sesuai dengan letak ketiga orifisnya. Seluruh jaringan
karies dan sisa jaringan gigi yang lemah dibuang sampai bersih.
 Gunakan bur intan bulat, bur diposisikan sejajar sumbu gigi dan
ditembuskan ke kamar pulpa. Selanjutnya kavitas dilebarkan dengan
gerakan laterooklusal untuk mengangkat seluruh atap kamar pulpa sesuai
regangan kavitas dengan menggunakan bur diamendo.
 Akses dikatakan selesai bila:
o Sudah tidak ada jaringan karies yang tersisa.
o Atap kamar pulpa telah terangkat seluruhnya, ketika diperiksa dengan
menggunakan sonde lurus atau sonde berkait tidak ada hambatan.
o Pandangan ke orifis terlihat jelas.
o Jarum endo dapat masuk dengan mudah tanpa hambatan.
o Sesuai dengan bentuk regangan kavitas.
o Bentuk kavitas menyediakan retensi untuk tambalan sementara.
o Terdapat toilet of cavity (untuk fasilitasi irigasi).

21
d. Penjajakan saluran akar dan ekstirpasi jaringan pulpa
 Penjajakan saluran akar dilakukan dengan menggunakan protaper S1 untuk
preparasi orifis sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi dengan gerakan
balancing movement. (rekapitulasi dengan K-file #15 dan irigasi dengan
larutan NaOCl 2.5% setiap penggantian alat)
 Dilanjutkan dengan menggunakan protaper S2 untuk preparasi orifis
sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi dengan gerakan balancing movement.
(rekapitulasi dengan K-file #15 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat)
 Ekstirpasi jaringan pulpa dengan jarum ekstirpasi yang sesuai diameter
saluran akar, masukkan sepanjang akar, dan putar 180o, lalu tarik. Ulangi
hingga saat ditarik jarum ekstirpasi sudah bersih dan ketika saluran akar
diirigasi, sudah tidak terlihat sisa-sisa jaringan pulpa. (PSA vital)
e. Penentuan Panjang Kerja Sebenarnya
 Gunakan k-file minimal no.20 agar terlihat jelas pada foto radiograf.
 Tentukan titik acuan yang stabil, tidak berubah pada bidang oklusal, mudah
terlihat, dan menyentuh stopper selama perawatan.
 Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah
dihitung tersebut.
 Masukkan file tersebut ke dalam saluran akar sampai stopper menyentuh
titik acuan.
 Lakukan foto radiograf.
 Panjang kerja sebenarnya ditentukan dengan mengukur perbedaan antara
ujung file dan apeks radiograf dan menjumlahkan dengan panjang kerja
estimasi dari radiograf awal, lalu panjang kerja dikurangi 0,5-1 mm agar
panjang kerja mencapai konstriksi apikal.
f. Penentuan File Awal
 File awal adalah file terbesar yang dapat masuk sepanjang kerja saluran akar
yang belum diprerasi dan terasa pas pada 1/3 apikal.
 Tentukan file awal tanpa gerakan memutar.
 Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%.
g. Preparasi 1/3 Apikal

22
 Setelah FA sudah didapatkan, tandai k-file dengan stopper yang sesuai
dengan panjang kerja.
 Preparasi apikal dimulai dengan preparasi sepanjang kerja dengan protaper
S1 (rekapitulasi dengan K-file #15 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat).
 Dilanjutkan dengan preparasi sepanjang kerja dengan protaper S2
(rekapitulasi dengan K-file #20 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat).
 Dilanjutkan dengan preparasi sepanjang kerja dengan protaper F1
(rekapitulasi dengan K-file #20 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat).
 Dilanjutkan dengan preparasi sepanjang kerja dengan protaper F2
(rekapitulasi dengan K-file #25 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat).
 Dilanjutkan dengan preparasi sepanjang kerja dengan protaper F3
(rekapitulasi dengan K-file #30 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat).
 Preparasi saluran akar dianggap telah selesai bila:
o Terdapat apical stop dan tug back
o Tidak terdapat sisa jaringan nekrotik saat irigasi
o Seluruh dinding saluran akar halus
o Besar Kon Guttap Utama (KGU) sama dengan besar File Apikal Utama
(FAU).
 Lakukan foto radiograf untuk KGU.
 Keringkan saluran akar menggunakan paper point dengan ukuran sesuai
nomor FAU. Masukkan paper point ke dalam saluran akar menggunakan
pinset dan ulangi hingga paper point terlihat kering saat dikeluarkan dari
saluran akar.
h. Medikasi Antar Kunjungan
Medikasi saluran akar bertujuan untuk menjaga supaya saluran akar tetap steril
setelah preparasi dan irigasi, serta membantu proses penyembuhan apabila
terjadi kelainan periapikal. Medikamen diharapkan dapat berpenetrasi ke tubuli
dentin dan membunuh bakteri.

23
 Bersihkan dan keringkan saluran akar.
 Saluran akar diberikan medikasi antar kunjungan berupa ChKM
(Chlorophenol Champhoro Menthol). Pemakaian ChKM dilakukan dengan
mengaplikasikannya pada kapas, kemudian diperas dan diletakkan di dalam
kamar pulpa. Setelah itu, tumpat sementara dengan cavit.
i. Pengisian Saluran Akar
 Pengisian saluran akar hanya boleh dilakukan apabila:
o Preparasi saluran akar telah selesai
o Tidak ada keluhan lebih lanjut (gigi asimptomatik dan tidak sensitif)
o Pada pemeriksaan objektif, gigi tidak peka terhadap tes perkusi dan
palpasi
o Saluran akar telah kering dan tidak berbau
o Saat irigasi, sudah tidak ada jaringan nekrotik yang keluar

Tahapan pengisian saluran akar:


 Bongkar restorasi sementara.
 Irigasi dengan NaOCl 2,5%, rekapitulasi, irigasi, keringkan dengan paper
point.
 Saluran akar telah bersih dan kering.
 Pemilihan KGU = FAU kemudian cek di radiograf apakah ujung KGU sudah
tepat 0,5 mm diatas kontriksi apikal.
 Pengadukan sealer dilakukan dengan mencampurkan bubuk semen dan liquid
kemudian aduk semen sampai homogen dan konsistensi seperti krim
(diangkat 2 cm tidak putus).
 Olesi KGU dengan semen, masukkan ke dalam saluran akar secara perlahan-
lahan agar udara dan kelebihan semen dapat keluar. Tarik sedikit satu dua
kali kemudian dimasukkan kembali sampai panjang kerja.
 Bahan pengisi dipotong sebatas orifis dengan instrumen yang ujungnya telah
dipanaskan (cement stopper). Kemudian lakukan kondensasi vertikal dengan
alat pemampat bahan pengisi (plugger), sampai kira-kira 1 mm di bawah
orifis.

24
 Isi kavitas dengan cotton pellet, lalu lakukan foto radiograf untuk evaluasi
pengisian saluran akar. Bila hasil sudah baik, keluarkan cotton pellet dari
kavitas. Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 2,5%.
 Letakkan basis GIC setebal 1mm. Setelah GIC mengeras, letakkan cotton
pellet lalu tumpat sementara dengan cavit.
j. Kontrol Obturasi
Pasien diminta untuk datang kontrol minimal satu minggu setelah PSA yang
bertujuan untuk melihat adaptasi bahan pengisian terhadap jaringan periapikal
serta memastikan ada tidaknya keluhan subjektif pasien. Selain itu, saat kontrol
pun direncanakan pembuatan restorasi tetap yang sesuai.

Tahapan Onlay:
a. Bongkar tumpatan sementara
b. Reduksi oklusal ± 1mm agar didapatkan ketinggian gigi untuk menentukan
divergensi kavitas
c. Dilanjutkan dengan preparasi kavitas dengan preparasi dinding aksial sejajar /
divergen 5-10° lalu dasar kavitas diratakan
d. Lakukan bevel
 Intrabevel 0.5mm dengan sudut 40° untuk kompensasi shrinkage pemuaian
logam
 Kontrabevel 1.5mm dengan sudut 30°
 Gingival bevel 0.5mm dengan sudut 30° untuk mendpaatkan adaptasi
marginal yang baik dan membuang tepi enamel yang lemah
 Bulatkan sudut yang tajam
 Cek preparasi bevel dan buat catatan gigit dengan 2 lapis wax pada gigi yang
dipreparasi (jika hasil bevel baik, maka diindikasikan dengan tidak adanya
jejas pada wax)
e. Cuci kavitas dengan CHX / akuades steril
f. Cetak dengan polysiloxane impression (double impression / rubber base) pada
region yang dipreparasi dan alginate pada rahang antagonis
g. Tumpat sementara, kirimkan cetakan ke lab yang terdiri dari cetakan model
kerja yang telah ditandai batas tepi preparasi dengan pensil, catatan gigit, serta
instruksi kepada tekniker

25
h. Jika onlay telah selesai, bongkar tumpatan sementara kemudian cuci kavitas
i. Cobakan onlay pada kavitas, cek kerapatan tepi restorasi dan titik kontak
j. Foto radiografis untuk mengecek adaptasi onlay
k. Jika adaptasi sudah baik, aduk GIC tipe I dengan rasio powder : liquid = 1 : 2
smapai konsistensi krim (diangkat 2.5cm tidak putus)
l. Oleskan semen pada permukaan intaglio onlay, sebagian lain semen dimasukkan
kedalam kavitas hingga ½ penuh lalu masukkan onlay kedalam kavitas
m. Bersihkan kelebihan semen dengan kapas dan sonde. Bagian proksimal
dibersihkan dengan dental floss
n. Kontrol 1 minggu kemudian

4. Gigi 12, 11, 21: Karies D4 site 2 size 2  Restorasi RK


Tahapan perawatan:
a. Pembersihan Jaringan Karies dan Preparasi kavitas
 Ekskavasi jaringan karies dengan ekskavator dan preparasi kavitas
dengan metal round bur no. 10 hingga tersisa dentin yang sehat, tanpa
menyisakan unsupported enamel
 Bevel seluruh margin kavitas dan haluskan dinding kavitas

b. Tumpat dengan Resin Komposit


 Isolasi daerah kerja dengan cotton roll
 Aplikasikan etsa dengan syringe ke seluruh kavitas selama 15 detik
untuk membuka enamel rod dan tubulus dentin
 Cuci kavitas sampai seluruh etsa hilang dengan air lalu keringkan kavitas
hingga tampak frosty white lalu lembabkan kavitas dengan cotton pellet
yang dibasahkan dengan air sehingga kavitas tampak mengkilat namun
tidak menggenang air
 Letakkan matriks celluloid pada interdental gigi 12-11, 11-21
 Aplikasikan bonding agent dengan microbrush, tunggu selama 20 detik
untuk memberikan waktu bonding untuk masuk kedalam tubulus dentin
dan enamel rod. Semprotkan udara untuk meratakan dan menipiskan
bonding serta mendorong bonding lebih dalam kedalam tubulus dentin
dan enamel rod. Sinari selama 10 detik

26
 Tumpat kavitas dengan resin komposit dan bentuk anatomis
 Lakukan finishing menggunakan fine bur dan polishing menggunakan
enhance

BAB IV
PROGNOSIS

4.1 Prognosis Umum


Baik. Alasan:
a. Pasien berusia 50 tahun dan tidak memiliki penyakit sistemik, sikap yang
kooperatif, serta motivasi yang tinggi untuk memperbaiki kebersihan dan kesehatan
mulutnya.

4.2 Prognosis Lokal


a. Gigi 25 dan 26 : Prognosis baik
Alasan, karena kerusakan telah mencapai pulpa namun gigi masih dapat dilakukan
perawatan saluran akar dan jaringan yang tersisa masih dapat direstorasi paska
endodontik.
b. Gigi 12,11, dan 21: Prognosis baik
Alasan, karena kerusakan hanya melibatkan dentin terbatas, jaringan gigi yang
tersisa memiliki retensi dan resistensi yang adekuat untuk dilakukan restorasi.

27
DAFTAR REFERENSI

1. Cohen s, Hargreaves KM. Pathways of the Pulp. 9th ed: Elsevier; 2006.
2. Ingle J, Bakland L, Baumgartner C. Endodontics. 6th ed. Shelton: PMPH; 2008.
3. Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2nd ed.
Queensland: Knowledge Books and Software; 2005.
4. Torabinejad, M dan Walton, RE. 2009. Endodontics Principles and Practice 4th Ed.
St.Louis: Saunders Elsevier
5. Vertucci FJ. 2005. Root canal morphology and its relationship to endodontic
procedures. Endodontic Topics: Vol. 10. 3-29.

28

Anda mungkin juga menyukai