KONSERVASI GIGI
Disusun Oleh:
Rivandy Holil
1506730281
Pembimbing:
2
DATA PASIEN
Nama : David Handoko Tjipto
Usia : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Nikah : Menikah
Agama : Kristen
Alamat : Kalibaru Barat, Senen, Jakarta Pusat
Telepon : 08159863221
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Rujukan dari : Klinik Oral Diagnostik
Keadaan Umum : Baik, Compos mentis
Penyakit Sistemik : Disangkal
3
FOTO INTRAORAL SEBELUM PERAWATAN
4
Tampak Kanan Tampak Kiri
Tampak Depan
5
Foto Dental Elemen 25,26
6
BAB I
PENGENALAN MASALAH UMUM
1. Pasien laki – laki 50 1. Hidrasi saliva baik (< 30 1. Skor OHIS 3,06 (buruk)
tahun detik dengan viskositas 2. Pasien menyikat gigi
2. Keadaan umum baik jernih, cair) dua kali sehari saat pagi
3. Latar belakang 2. Pola diet (kebiasaan hari dan malam
pendidikan dan sosial konsumsi gula > 2x/hari; sebelum tidur
ekonomi menengah konsumsi asam < 2x/hari) 3. Pasien sudah
keatas 3. Fluor hanya pada pasta mengetahui waktu
4. Pasien sudah menikah gigi menyikat gigi yang
4. Faktor modifikasi: tidak benar namun belum
menggunkan protesa dan mengerti teknik
terdapat karies aktif menyikat gigi yang
5. Pasien mau mengubah benar
sikap
Adanya tambalan gigi yang tidak Nekrosis pulpa parsial yang terjadi
adekuat dengan kontur tidak sesuai diakibatkan karena akumulasi retensi
anatomis (overhanging), serta plak dan makanan yang terkumpul
karies pada palatal gigi dalam kavitas
7
Strategi Diagnosis
8
menggunakan dental floss demi menjaga kesehatan dan kebersihan gusi di daerah
sekitar interdental gigi geligi pasien untuk mencegah terjadinya retensi / perlekatan
sisa – sisa makanan yang dikonsumi pasien
9
b. Gigi 25 Perawatan Saluran Akar Vital dan Restorasi Mahkota Tiruan Pasak
c. Gigi 26 Perawatan Saluran Akar Vital dan Restorasi Onlay
d. Gigi 12,11,21 Restorasi Resin Komposit
e. Pembuatan GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan) pada region – region gigi yang
missing
10
BAB II
PENGENALAN MASALAH KONSERVASI
41 81 38
42 82 37
43 83 36
44 84 35 75
45 85 34 74
46 33 73
47 32 72
48 31 71
Elemen yang tidak ada K: Karies D1-D6/KS; TV : Tes Vitalitas: +/-
11
2. Gigi 26 Karies Periodontitis PSA vital + PSA vital + Baik
D6 Apikalis Kronis resin Onlay
et causa komposit
Nekrosis Pulpa PSA vital +
Parsial Onlay
3. Gigi 12,11,21 Site 2 Size 1 Restorasi Restorasi RK Baik
Karies D4 resin
komposit
Restorasi
GIC
12
periodontal di daerah periapikal. Apeks gigi sudah menutup sempurna, foramen
apikal sudah terbentuk sempurna, dan gigi masih dapat direstorasi pasca
endodontik. Perawatan saluran akar dilakukan untuk membersihkan ruang pulpa
dan saluran akar dari bakteri dan produknya, serta untuk menyembuhkan jaringan
periapikal. Restorasi paska endodontik yang dipilih adalah mahkota tiruan pasak
karena gigi tersebut telah kehilangan banyak struktur mahkota sehingga tidak
cukup kuat untuk menahan beban kunyah dan kemungkinan terjadinya fraktur
menjadi lebih besar.
2. Gigi 26
Diagnosis : Periodontitis apikalis kronis et causa nekrosis pulpa parsial
Pemeriksaan:
a. Pemeriksaan subjektif
Pasien laki-laki usia 50 tahun datang dengan keluhan gigi kiri atasnya yang
berlubang besar sekali sehingga makanan sering terselip di kavitas serta pasien
menginginkan gigi tersebut untuk dirawat. Pasien mengatakan tidak merasakan
adanya nyeri spontan dan tidak nyeri saat pemeriksaan dilakukan.
b. Pemeriksaan objektf
Pemeriksaan tes vitalitas dengan tes termal menggunakan ethyl chloride peka,
menunjukkan pulpa vital. Tes perkusi peka menunjukkan adanya kelainan
periapikal. Tes palpasi tidak peka.
c. Pemeriksaan radiograf
Terlihat gambaran kehilangan struktur mahkota dan gambaran radiolusensi yang
mencapai pulpa. Saluran akar normal, akar normal, gambaran saluran akar
vertucci tipe 1 yaitu adanya 1 kanal dari kamar pulpa hingga mencapai apeks
pada akar mesiobukal, distobukal dan palatal. Terdapat pelebaran ruang
periodontal di ujung apikal dan lamina dura normal.
14
BAB III
TERAPI KONSERVASI
14
c. Preparasi/akses kamar pulpa
Regangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa. Pada
gigi 25 regangan kavitas berbentuk oval. Seluruh jaringan karies dan sisa
jaringan gigi yang lemah dibuang sampai bersih.
Gunakan bur intan bulat, bur diposisikan sejajar sumbu gigi dan
ditembuskan ke kamar pulpa. Selanjutnya kavitas dilebarkan dengan
gerakan laterooklusal untuk mengangkat seluruh atap kamar pulpa sesuai
regangan kavitas dengan menggunakan bur diamendo.
Akses dikatakan selesai bila:
o Sudah tidak ada jaringan karies yang tersisa.
o Atap kamar pulpa telah terangkat seluruhnya, ketika diperiksa dengan
menggunakan sonde lurus atau sonde berkait tidak ada hambatan.
o Pandangan ke orifis terlihat jelas.
o Jarum endo dapat masuk dengan mudah tanpa hambatan.
o Sesuai dengan bentuk regangan kavitas.
o Bentuk kavitas menyediakan retensi untuk tambalan sementara.
o Terdapat toilet of cavity (untuk fasilitasi irigasi).
d. Penjajakan saluran akar dan ekstirpasi jaringan pulpa
Penjajakan saluran akar dilakukan dengan menggunakan k-file no.10
sepanjang 2/3 panjang kerja radiograf dengan gerakan clockwise
counterclockwise.
Ekstirpasi jaringan pulpa dengan jarum ekstirpasi yang sesuai diameter
saluran akar, masukkan sepanjang akar, dan putar 180 o, lalu tarik. Ulangi
hingga saat ditarik jarum ekstirpasi sudah bersih dan ketika saluran akar
diirigasi, sudah tidak terlihat sisa-sisa jaringan pulpa. (PSA vital)
e. Penentuan panjang kerja sebenarnya
Gunakan k-file minimal no.20 agar terlihat jelas pada foto radiograf.
Tentukan titik acuan yang stabil, tidak berubah pada bidang oklusal, mudah
terlihat, dan menyentuh stopper selama perawatan.
Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah
dihitung tersebut.
Masukkan file tersebut ke dalam saluran akar sampai stopper menyentuh
titik acuan.
16
Lakukan foto radiograf.
Panjang kerja sebenarnya ditentukan dengan mengukur perbedaan antara
ujung file dan apeks radiograf dan menjumlahkan dengan panjang kerja
estimasi dari radiograf awal, lalu panjang kerja dikurangi 0,5-1 mm agar
panjang kerja mencapai konstriksi apikal.
f. Penentuan File Awal (FA)
File awal adalah file terbesar yang dapat masuk sepanjang kerja saluran akar
yang belum diprerasi dan terasa pas pada 1/3 apikal.
Tentukan file awal tanpa gerakan memutar
Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%
g. Preparasi 1/3 apikal
Setelah FA sudah didapatkan, tandai k-file dengan stopper yang sesuai
dengan panjang kerja.
Preparasi apikal dilakukan dengan memasukkan file awal sepanjang kerja
dengan gerakan reaming (masukkan sepanjang kerja, rotasi 90o searah jarum
jam lalu tarik sedikit keatas dan masukkan kembali hingga terasa longgar)
dan filing (k-file digerakan naik-turun pada saluran akar).
Preparasi dilanjutkan dengan file satu nomor lebih besar sesuai panjang
kerja. Ulangi sampai mendapatkan File Apikal Utama (FAU), yaitu file
terbesar yang dapat masuk sepanjang kerja setelah preparasi saluran akar
dan terasa pas di 1/3 apikal.
Setelah FAU didapatkan, lakukan percobaan Kon Guttap Utama (KGU)
sesuai panjang kerja dan harus terdapat apical stop karena ada konstriksi
apikal dan ada tug back (tahanan di 1/3 apikal saat ditarik keluar).
Oleskan file dengan EDTA sebelum digunakan dan irigasi dengan NaOCl
2,5% sebanyak 1 cc. Lakukan juga rekapitulasi.
h. Preparasi Step Back
Preparasi step back dilakukan untuk mempertahankan saluran akar
berbentuk taper.
Preparasi dilakukan dengan gerakan circumferential filing (gerakan
mengelilingi saluran akar dengan gerakan naik-turun) lakukan berulang kali
hingga terasa longgar.
Tandai k-file dengan stopper.
17
Preparasi menggunakan file satu nomor lebih besar dari FAU sedalam
panjang kerja dikurangi 2 mm dengan gerakan circumferential filing.
Rekapitulasi
Preparasi menggunakan file dua nomor lebih besar dari FAU sedalam
panjang kerja dikurangi 3 mm dengan gerakan circumferential filing.
Rekapitulasi.
Preparasi menggunakan file tiga nomor lebih besar dari FAU sedalam
panjang kerja dikurangi 4 mm dengan gerakan circumferential filing.
Rekapitulasi.
Rekapitulasi menggunakan FAU dengan gerakan circumferential filing
sepanjang kerja untuk menghilangkan step pada saluran akar.
Setiap pergantian file, lakukan irigasi menggunakan NaOCl 2,5% dan oles
file menggunakan EDTA sebelum dimasukkan ke saluran akar.
Preparasi saluran akar dianggap telah selesai bila:
o Terdapat apical stop dan tug back
o Tidak terdapat sisa jaringan nekrotik saat irigasi
o Seluruh dinding saluran akar halus
o Besar Kon Guttap Utama (KGU) sama dengan besar File Apikal
Utama (FAU).
o Hasil preparasi saluran akar berbentuk kerucut (flaring) yang dicek
dengan menggunakan spreader berukuran 1 nomor di bawah KGU
yang dapat masuk 2 mm lebih pendek dari panjang kerja.
Lakukan pengecekan menggunakan kon utama yang dimasukkan sepanjang
kerja kemudian spreader berukuran 1 nomor di bawah KGU masih dapat
masuk 2 mm lebih pendek dari panjang kerja sebenarnya.
Lakukan foto radiograf untuk KGU.
Keringkan saluran akar menggunakan paper point dengan ukuran sesuai
nomor FAU. Masukkan paper point ke dalam saluran akar menggunakan
pinset dan ulangi hingga paper point terlihat kering saat dikeluarkan dari
saluran akar.
i. Medikasi antar kunjungan
Medikasi saluran akar bertujuan untuk menjaga supaya saluran akar tetap steril
setelah preparasi dan irigasi, serta membantu proses penyembuhan apabila
18
terjadi kelainan periapikal. Medikamen diharapkan dapat berpenetrasi ke tubuli
dentin dan membunuh bakteri.
Bersihkan dan keringkan saluran akar.
Saluran akar diberikan medikasi antar kunjungan berupa ChKM
(Chlorophenol Champhoro Menthol). Pemakaian ChKM dilakukan dengan
mengaplikasikannya pada kapas, kemudian diperas dan diletakkan di dalam
kamar pulpa. Setelah itu, tumpat sementara dengan cavit.
j. Pengisian saluran akar
Pengisian saluran akar hanya boleh dilakukan apabila:
o Preparasi saluran akar telah selesai
o Tidak ada keluhan lebih lanjut (gigi asimptomatik dan tidak sensitif)
o Pada pemeriksaan objektif, gigi tidak peka terhadap tes perkusi dan
palpasi
o Saluran akar telah kering dan tidak berbau
o Saat irigasi, sudah tidak ada jaringan nekrotik yang keluar
Tahapan pengisian saluran akar:
Bongkar restorasi sementara.
Irigasi dengan NaOCl 2,5%, rekapitulasi, irigasi, keringkan dengan paper
point.
Saluran akar telah bersih dan kering.
Pemilihan KGU = FAU kemudian cek di radiograf apakah ujung KGU
sudah tepat 0,5 mm diatas kontriksi apikal.
Pengadukan sealer dilakukan dengan mencampurkan bubuk semen dan
liquid kemudian aduk semen sampai homogen dan konsistensi seperti krim
(diangkat 2 cm tidak putus).
Olesi KGU dengan semen, masukkan ke dalam saluran akar secara
perlahan-lahan agar udara dan kelebihan semen dapat keluar. Tarik sedikit
satu dua kali kemudian dimasukkan kembali sampai panjang kerja.
KGU ditekan dengan spreader sampai rapat ke dinding saluran akar.
Spreader ditekan ke apikal hingga 2 mm dari panjang kerja, putar ke kiri
dan kanan lalu keluarkan dari saluran akar. Masukkan kon tambahan
(lateral condensing technique). Tahap ini diulangi sampai padat.
19
Bahan pengisi dipotong sebatas orifis dengan instrumen yang ujungnya telah
dipanaskan (cement stopper). Kemudian lakukan kondensasi vertikal dengan
alat pemampat bahan pengisi (plugger), sampai kira-kira 1 mm di bawah
orifis.
Isi kavitas dengan cotton pellet, lalu lakukan foto radiograf untuk evaluasi
pengisian saluran akar. Bila hasil sudah baik, keluarkan cotton pellet dari
kavitas. Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 2,5%.
Letakkan basis GIC setebal 1mm. Setelah GIC mengeras, letakkan cotton
pellet lalu tumpat sementara dengan cavit.
k. Kontrol obturasi
Pasien diminta untuk datang kontrol minimal satu minggu setelah PSA yang
bertujuan untuk melihat adaptasi bahan pengisian terhadap jaringan periapikal
serta memastikan ada tidaknya keluhan subjektif pasien. Selain itu, saat kontrol
pun direncanakan pembuatan restorasi tetap yang sesuai.
20
p. Sementasi tetap mahkota tiruan pasak.
q. Evaluasi dan kontrol.
3. Gigi 26 : Periodontitis Apikalis Kronis et causa Nekrosis Pulpa Parsial PSA vital
+ Onlay
Tahapan perawatan:
a. Foto radiograf preoperatif
Lakukan foto radiograf dental pada gigi yang akan dirawat. Ukur panjang gigi
pada radiograf, kemudian kurangi 2-3 mm untuk digunakan sebagai panjang
kerja estimasi.
b. Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja (PSA vital)
Lakukan anestesi berupa intraligamen/intrapulpa di mukosa bukal bagian akar
mesial untuk anestesi N. Alveolaris Superior Medii dan bagian akar distal untuk
anestesi N. Alveolaris Superior Posterior. Kemudian isolasi daerah kerja dengan
menggunakan cotton roll selama perawatan.
c. Preparasi/akses kamar pulpa
Regangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa. Pada
gigi 26 regangan kavitas berbentuk segitiga dengan basis di bukal dan
puncak di palatal sesuai dengan letak ketiga orifisnya. Seluruh jaringan
karies dan sisa jaringan gigi yang lemah dibuang sampai bersih.
Gunakan bur intan bulat, bur diposisikan sejajar sumbu gigi dan
ditembuskan ke kamar pulpa. Selanjutnya kavitas dilebarkan dengan
gerakan laterooklusal untuk mengangkat seluruh atap kamar pulpa sesuai
regangan kavitas dengan menggunakan bur diamendo.
Akses dikatakan selesai bila:
o Sudah tidak ada jaringan karies yang tersisa.
o Atap kamar pulpa telah terangkat seluruhnya, ketika diperiksa dengan
menggunakan sonde lurus atau sonde berkait tidak ada hambatan.
o Pandangan ke orifis terlihat jelas.
o Jarum endo dapat masuk dengan mudah tanpa hambatan.
o Sesuai dengan bentuk regangan kavitas.
o Bentuk kavitas menyediakan retensi untuk tambalan sementara.
o Terdapat toilet of cavity (untuk fasilitasi irigasi).
21
d. Penjajakan saluran akar dan ekstirpasi jaringan pulpa
Penjajakan saluran akar dilakukan dengan menggunakan protaper S1 untuk
preparasi orifis sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi dengan gerakan
balancing movement. (rekapitulasi dengan K-file #15 dan irigasi dengan
larutan NaOCl 2.5% setiap penggantian alat)
Dilanjutkan dengan menggunakan protaper S2 untuk preparasi orifis
sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi dengan gerakan balancing movement.
(rekapitulasi dengan K-file #15 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat)
Ekstirpasi jaringan pulpa dengan jarum ekstirpasi yang sesuai diameter
saluran akar, masukkan sepanjang akar, dan putar 180o, lalu tarik. Ulangi
hingga saat ditarik jarum ekstirpasi sudah bersih dan ketika saluran akar
diirigasi, sudah tidak terlihat sisa-sisa jaringan pulpa. (PSA vital)
e. Penentuan Panjang Kerja Sebenarnya
Gunakan k-file minimal no.20 agar terlihat jelas pada foto radiograf.
Tentukan titik acuan yang stabil, tidak berubah pada bidang oklusal, mudah
terlihat, dan menyentuh stopper selama perawatan.
Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah
dihitung tersebut.
Masukkan file tersebut ke dalam saluran akar sampai stopper menyentuh
titik acuan.
Lakukan foto radiograf.
Panjang kerja sebenarnya ditentukan dengan mengukur perbedaan antara
ujung file dan apeks radiograf dan menjumlahkan dengan panjang kerja
estimasi dari radiograf awal, lalu panjang kerja dikurangi 0,5-1 mm agar
panjang kerja mencapai konstriksi apikal.
f. Penentuan File Awal
File awal adalah file terbesar yang dapat masuk sepanjang kerja saluran akar
yang belum diprerasi dan terasa pas pada 1/3 apikal.
Tentukan file awal tanpa gerakan memutar.
Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2,5%.
g. Preparasi 1/3 Apikal
22
Setelah FA sudah didapatkan, tandai k-file dengan stopper yang sesuai
dengan panjang kerja.
Preparasi apikal dimulai dengan preparasi sepanjang kerja dengan protaper
S1 (rekapitulasi dengan K-file #15 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat).
Dilanjutkan dengan preparasi sepanjang kerja dengan protaper S2
(rekapitulasi dengan K-file #20 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat).
Dilanjutkan dengan preparasi sepanjang kerja dengan protaper F1
(rekapitulasi dengan K-file #20 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat).
Dilanjutkan dengan preparasi sepanjang kerja dengan protaper F2
(rekapitulasi dengan K-file #25 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat).
Dilanjutkan dengan preparasi sepanjang kerja dengan protaper F3
(rekapitulasi dengan K-file #30 dan irigasi dengan larutan NaOCl 2.5%
setiap penggantian alat).
Preparasi saluran akar dianggap telah selesai bila:
o Terdapat apical stop dan tug back
o Tidak terdapat sisa jaringan nekrotik saat irigasi
o Seluruh dinding saluran akar halus
o Besar Kon Guttap Utama (KGU) sama dengan besar File Apikal Utama
(FAU).
Lakukan foto radiograf untuk KGU.
Keringkan saluran akar menggunakan paper point dengan ukuran sesuai
nomor FAU. Masukkan paper point ke dalam saluran akar menggunakan
pinset dan ulangi hingga paper point terlihat kering saat dikeluarkan dari
saluran akar.
h. Medikasi Antar Kunjungan
Medikasi saluran akar bertujuan untuk menjaga supaya saluran akar tetap steril
setelah preparasi dan irigasi, serta membantu proses penyembuhan apabila
terjadi kelainan periapikal. Medikamen diharapkan dapat berpenetrasi ke tubuli
dentin dan membunuh bakteri.
23
Bersihkan dan keringkan saluran akar.
Saluran akar diberikan medikasi antar kunjungan berupa ChKM
(Chlorophenol Champhoro Menthol). Pemakaian ChKM dilakukan dengan
mengaplikasikannya pada kapas, kemudian diperas dan diletakkan di dalam
kamar pulpa. Setelah itu, tumpat sementara dengan cavit.
i. Pengisian Saluran Akar
Pengisian saluran akar hanya boleh dilakukan apabila:
o Preparasi saluran akar telah selesai
o Tidak ada keluhan lebih lanjut (gigi asimptomatik dan tidak sensitif)
o Pada pemeriksaan objektif, gigi tidak peka terhadap tes perkusi dan
palpasi
o Saluran akar telah kering dan tidak berbau
o Saat irigasi, sudah tidak ada jaringan nekrotik yang keluar
24
Isi kavitas dengan cotton pellet, lalu lakukan foto radiograf untuk evaluasi
pengisian saluran akar. Bila hasil sudah baik, keluarkan cotton pellet dari
kavitas. Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 2,5%.
Letakkan basis GIC setebal 1mm. Setelah GIC mengeras, letakkan cotton
pellet lalu tumpat sementara dengan cavit.
j. Kontrol Obturasi
Pasien diminta untuk datang kontrol minimal satu minggu setelah PSA yang
bertujuan untuk melihat adaptasi bahan pengisian terhadap jaringan periapikal
serta memastikan ada tidaknya keluhan subjektif pasien. Selain itu, saat kontrol
pun direncanakan pembuatan restorasi tetap yang sesuai.
Tahapan Onlay:
a. Bongkar tumpatan sementara
b. Reduksi oklusal ± 1mm agar didapatkan ketinggian gigi untuk menentukan
divergensi kavitas
c. Dilanjutkan dengan preparasi kavitas dengan preparasi dinding aksial sejajar /
divergen 5-10° lalu dasar kavitas diratakan
d. Lakukan bevel
Intrabevel 0.5mm dengan sudut 40° untuk kompensasi shrinkage pemuaian
logam
Kontrabevel 1.5mm dengan sudut 30°
Gingival bevel 0.5mm dengan sudut 30° untuk mendpaatkan adaptasi
marginal yang baik dan membuang tepi enamel yang lemah
Bulatkan sudut yang tajam
Cek preparasi bevel dan buat catatan gigit dengan 2 lapis wax pada gigi yang
dipreparasi (jika hasil bevel baik, maka diindikasikan dengan tidak adanya
jejas pada wax)
e. Cuci kavitas dengan CHX / akuades steril
f. Cetak dengan polysiloxane impression (double impression / rubber base) pada
region yang dipreparasi dan alginate pada rahang antagonis
g. Tumpat sementara, kirimkan cetakan ke lab yang terdiri dari cetakan model
kerja yang telah ditandai batas tepi preparasi dengan pensil, catatan gigit, serta
instruksi kepada tekniker
25
h. Jika onlay telah selesai, bongkar tumpatan sementara kemudian cuci kavitas
i. Cobakan onlay pada kavitas, cek kerapatan tepi restorasi dan titik kontak
j. Foto radiografis untuk mengecek adaptasi onlay
k. Jika adaptasi sudah baik, aduk GIC tipe I dengan rasio powder : liquid = 1 : 2
smapai konsistensi krim (diangkat 2.5cm tidak putus)
l. Oleskan semen pada permukaan intaglio onlay, sebagian lain semen dimasukkan
kedalam kavitas hingga ½ penuh lalu masukkan onlay kedalam kavitas
m. Bersihkan kelebihan semen dengan kapas dan sonde. Bagian proksimal
dibersihkan dengan dental floss
n. Kontrol 1 minggu kemudian
26
Tumpat kavitas dengan resin komposit dan bentuk anatomis
Lakukan finishing menggunakan fine bur dan polishing menggunakan
enhance
BAB IV
PROGNOSIS
27
DAFTAR REFERENSI
1. Cohen s, Hargreaves KM. Pathways of the Pulp. 9th ed: Elsevier; 2006.
2. Ingle J, Bakland L, Baumgartner C. Endodontics. 6th ed. Shelton: PMPH; 2008.
3. Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2nd ed.
Queensland: Knowledge Books and Software; 2005.
4. Torabinejad, M dan Walton, RE. 2009. Endodontics Principles and Practice 4th Ed.
St.Louis: Saunders Elsevier
5. Vertucci FJ. 2005. Root canal morphology and its relationship to endodontic
procedures. Endodontic Topics: Vol. 10. 3-29.
28