Anda di halaman 1dari 16

PERAWATAN SPACE MAINTAINER PADA DELAYED

ERUPTION GIGI 22

CASE REPORT
PEDODONTICS

Disusun Oleh :
Salwa Jilan

2195043

Pembimbing :
drg. Anie Apriani, Sp.KGA

BAGIAN ILMU PEDODONTIK PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS KRISTEN
MARANATHA BANDUNG
2023

PERAWATAN SPACE MAINTAINER PADA DELAYED ERUPTION


GIGI 22
Salwa Jilan1, drg. Anie Apriani, Sp. KGA2
1
Program Profesi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Kristen
Maranatha, Bandung, Indonesia
2
Bagian Pedodontik, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Kristen
Maranatha, Bandung, Indonesia

ABSTRAK
Erupsi gigi digambarkan sebagai gerakan aksial atau oklusal gigi dari lokasi
intraoseus di rahang ke posisi fungsionalnya di dalam rongga mulut. Erupsi
gigi sulung diikuti oleh eksfoliasi dan erupsi gigi permanen. Namun,
sebagian besar orang tua menjadi cemas dengan variasi waktu erupsi,
menganggapnya sebagai tahap penting perkembangan anak. Dalam tahap
erupsi gigi dapat terjadi delayed eruption teeth (DTE) yang paling sering
ditemui dalam waktu erupsi normal. Laporan kasus: pasien laki-laki
berusia 8 tahun datang dengan keluhan terdapat gigi bagian depan yang
belum tumbuh setelah dilakukan penacabutan kurang lebih tiga bulan yang
lalu. Berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiografis, diketahui bahwa gigi
permanen tersebut merupakan delayed eruption teeth (DTE). Dari
pemeriksaan klinis dan rontgen panoramik, dapat dilihat bahwa mahkota
gigi permanen telah menembus tulang alveolar, namun gigi permanen tak
kunjung muncul. Adanya DTE berpotensi mengakibatkan maloklusi di
masa depan. Atas pertimbangan tersebut, diputuskan untuk dilakukan
pemakaian alat space maintainer. Hasil: setelah dilakukannya perawatan
space maintainer dan dilakukan kontrol sebanyak sepuluh kali gigi 22 telah
erupsi dan alat sudah tidak digunakan kembali.

Kata Kunci: space maintainer, delayed eruption, erupsi gigi, physical


restraction
SPACE MAINTAINER TREATMENT ON DELAYED ERUPTION
OF TEETH 22
Salwa Jilan1, drg. Anie Apriani, Sp. KGA2
1
Internship Program, Faculty of Dentistry, Maranatha Christian University,
Bandung, 40164
2
Department of Pediatric Dentistry, Faculty of Dentistry, Maranatha
Christian University, Bandung, 40164

ABSTRACT

Tooth eruption is described as the axial or occlusal movement of the tooth


from its intraosseous location in the jaw to its functional position in the
oral cavity. The eruption of primary teeth is followed by exfoliation and
eruption of permanent teeth. However, most parents are concerned about
variations in the timing of eruptions, considering this an important stage of
child development. During the tooth eruption stage delayed tooth eruption
(DTE) may occur which is most commonly encountered during normal
eruption times. Case report: An 8 year old male patient came with
complaints of missing front teeth after extraction approximately three
months ago. Based on clinical and radiographic examinations, it was found
that the permanent teeth were delayed eruption (DTE). From clinical
examination and panoramic X-rays, it can be seen that the crowns of the
permanent teeth have penetrated the alveolar bone, but the teeth have not
yet grown. The presence of DTE has the potential to result in future
malocclusion. Based on these considerations, it was decided to use a space
maintainer. Result: after the space maintainer treatment was carried out
and the control was carried out ten times, tooth 22 had erupted and the
device was no longer used.

Keywords: space maintainer, delayed eruption, tooth eruption


1. Pendahuluan

Erupsi gigi digambarkan sebagai gerakan aksial atau oklusal gigi

dari lokasi intraoseus di rahang ke posisi fungsionalnya di dalam rongga

mulut. Erupsi normal gigi sulung dan permanen ke dalam rongga mulut

terjadi pada rentang usia kronologis yang luas. Karena gigi dikelilingi oleh

tulang, erupsi bergantung pada remodeling tulang yang diatur dengan

tepat.1,6,7 Erupsi gigi sulung diikuti oleh eksfoliasi dan erupsi gigi

permanen. Peristiwa ini terjadi pada rentang usia kronologis yang luas.

Namun, sebagian besar orang tua menjadi cemas dengan variasi waktu

erupsi, menganggapnya sebagai tahap penting perkembangan anak. Faktor

ras, etnis, seksual dan individu dapat memengaruhi erupsi dan biasanya

dipertimbangkan dalam menentukan standar erupsi normal.2

Diketahui bahwa erupsi gigi bergantung pada keberadaan folikel

gigi, osteoklas yang membuat jalur erupsi melalui tulang alveolar dan

osteoblas untuk membentuk tulang alveolar yang baru.3 Jika ada gangguan

dalam salah satu proses ini, erupsi gigi tidak dapat terjadi secara spontan.

Gangguan pada erupsi gigi memiliki etiologi multifaktorial, termasuk

kegagalan akibat obstruksi mekanis, sindrom, patologi, atau gangguan lain

pada mekanisme erupsi.4 Pembentukan struktur gigi yang sehat dan

sempurna didukung oleh nutrisi yang cukup. Berbagai nutrisi penting

dalam proses pembentukan dan perkembangan gigi baik gigi bungsu

maupun gigi tetap. Kekurangan satu atau lebih nutrisi dapat berakibat
tidak sempurnanya pembentukan dan perkembangan gigi. Nutrisi tersebut

adalah protein mineral (kalsium, fosfor dan fluor) dan vitamin (A,C dan

D).8,9 Dalam tahap erupsi gigi dapat terjadi delayed tooth eruption (DTE)

yang paling sering ditemui dalam waktu erupsi normal.2 Keterlambatan

erupsi dapat secara langsung memengaruhi diagnosis yang akurat,

perencanaan perawatan secara keseluruhan dan waktu perawatan untuk

pasien ortodontik. Dengan demikian, DTE dapat berdampak signifikan

pada perawatan kesehatan pasien yang tepat.6,7

Meskipun banyak istilah yang digunakan untuk mencirikan DTE,

semuanya mengacu pada 2 parameter fundamental yang memengaruhi

fenomena ini: (1) waktu erupsi gigi yang diharapkan (usia kronologis),

seperti yang berasal dari studi populasi, dan (2) erupsi biologis, seperti

yang ditunjukakkan oleh perkembangannya (perkembangan akar).4 DTE

menyajikan sebuah tantangan untuk perencanaan perawatan ortodontik.

Sejumlah teknik telah disarankan untuk merawat DTE. Pertimbangan

utama untuk gigi yang terkena DTE adalah (1) keputusan untuk mencabut

atau mempertahankan gigi atau gigi yang terkena DTE, (2) penggunaan

pembedahan untuk menghilangkan penghalang, (3) bedah membuka gigi

yang terkena DTE, (4) penerapan traksi ortodontik, (5) kebutuhan

penciptaan dan pemeliharaan ruang dan (6) diagnosis dan pengobatan

penyakit sistemik yang menyebabkan DTE. Radiografi skrining dapat

digunakan untuk menilai keadaan perkembangan gigi dan

mengesampingkan agenesis.2,5,6 Pengaruh nutrisi pada kalsifikasi dan


erupsi kurang signifikan dibandingkan dengan faktor lain, karena hanya

pada kekurangan nutrisi yang ekstrim efek erupsi gigi telah ditunjukkan.

Namun demikian, erupsi tertunda sering dilaporkan pada pasien yang

kekurangan dalam beberapa nutrisi penting. Kebutuhan metabolik yang

tinggi pada jaringan yang sedang tumbuh dapat mempengaruhi proses

erupsi. Gangguan kelenjar endokrin biasanya memiliki efek mendalam

pada seluruh tubuh, termasuk gigi geligi.2,3

2. Laporan Kasus

Kunjungan pertama pasien pada tanggal 7 Mei 2022 dilakukan

pemeriksaan pada anak laki-laki berusia 8 tahun yang datang ke RSGM

Maranatha bersama dengan orang tuanya dengan keluhan beberapa gigi

anaknya pada rahang atas sudah ompong. Beberapa gigi tersebut dicabut

karena sudah goyang pada tiga bulan yang lalu. Pasien merasa malu saat

berbicara dan orang tua dari pasien khawatir giginya akan berjejal karena

terlalu lamanya jarak pertumbuhan gigi permanennya sehingga orang tua

pasien menginginkan anaknya untuk dilakukan perawatan. Keseluruhan

rongga mulut pasien diperiksa, ditentukan diagnosis dan rencana

perawatan yang akan dilakukan terhadap pasien. Berikutnya mengedukasi

dan memberikan informasi kepada orang tua pasien mengenai tindakan

dan perawatan yang akan dilakukan. Dari hasil pemeriksaan klinis dan

radiografi, ditemukan adanya delayed eruption pada gigi 12,22 yang

mungkin menyebabkan pergeseran ruang untuk pertumbuhan gigi


permanen disebelahnya. Setelah itu pada tanggal 24 Mei 2022 dilakukan

indikasi untuk dilakukannya perawatan pada pasien.

Gambar 1. Hasil rontgen panoramik

Gambar 2. Foto intraoral pasien

a. Riwayat Kesehatan Umum dan Gigi

Pasien datang tanpa adanya kelainan pada riwayat kesehatan umum

dan riwayat kesehatan giginya, pasien juga tidak memiliki kebiasaan

buruk, seperti menghisap jempol, minum susu botol, menggigit bibir,

mendoorng lidah, bernafas melalui mulut, menggigit kuku dll.


b. Evaluasi Psikososial

Tabel 1. Evaluasi Psikososial

c. Pemeriksaan Intraoral

Tabel 2. Pemeriksaan Intraoral


Tahapan Geligi Campuran awal
Oklusi dan Relasi Gigi Molar kiri : Neutrolkusi
Molar kanan : Neutrolkusi
Caninus kiri : Neutrolkusi
Caninus kanan : Neutrolkusi
Overbite :-
Overjet : 12-22
Crowding : 83-73
Openbite :-
Crossbite :-
Urutan Erupsi Normal
Gigi Tanggal Dini -
Persistensi Gigi Sulung -

d. Odontogram
Gambar 3. Odontogram
e. Hasil Pemeriksaan, Diagnosis dan Rencana Perawatan

Tabel 3. Hasil pemeriksaan


Gigi Hasil Pemeriksaan Diagnosis Rencana Perawatan

12,22 Missing teeth Delayed Space Maintainer ar/


Eruption 12,22

f. Kasus

Pada kunjungan kedua, 27 Mei 2022 dilakukan pengisian status


space maintainer dan pencetakan rongga mulut pada rahang atas dan
bawah pasien dengan menggunakan bahan cetak alginate. Kemudian hasil
cetakan di cor dan dibuat basis untuk model kerja dan model studi, setelah
itu pada Juni 2022 dilakukan analisis ruangan untuk menentukan rencana
perawatan yang tepat kepada pasien. Setelah menentukan rencana
perawatan, kemudian menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada
orang tua pasien dan meminta persetujuan melalui informed consent.
Selanjutnya dilakukan pembuatan kawat cangkolan dan pola lilin pada
model gigi sesuai dengan desain yang telah disetujui yang dikirimkan ke
lab dental.
Gambar 4. Hasil pola lilin dan kawat cangkolan

Pada pertemuan ketiga, 11 Agustus 2022 dilakukan try-in pada


pasien. Ketika dilakukan try-in ditemukan bahwa gigi 12 telah erupsi
sebagian, sehingga pemakaian alat space maintainer hanya dilakukan
untuk gigi 22 yang belum erupsi. Selanjutnya dilanjutkan dengan
pembuatan space maintainer dari akrilik yang dikirimkan ke lab dental.

Gambar 5. Gigi 12 parsial erupsi

Pada pertemuan keempat, 18 Agustus 2022 dilakukan insersi alat


space maintainer pada pasien. Pada tahap insersi, dipastikan alat telah
nyaman dipakai oleh pasien dan pasien juga diberikan edukasi mengenai
arah dan cara pemasangan serta melepas alat di depan kaca. Tahap
selanjutnya setelah dilakukan insersi, pasien diinstruksikan untuk
melakukan kontrol secara berkala setiap minggu sehingga alat dapat
berfungsi dengan efektif.
Gambar 6. Insersi space maintainer rahang atas

Gambar 7. Insersi space maintainer rahang atas, operator membantu saat


pemasangan alat

Pada kunjungan kelima, 22 Agustus 2022 dilakukan kontrol space


maintainer yang pertama. Pada kontrol dilakukan pemeriksaan pada
rongga mulut pasien untuk melihat apakah terdapat trauma dari alat yang
menekan mukosa mulut pasien, memastikan retensi alat tetap baik dan
melihat perkembangan erupsi gigi 12 dan 22.
Gambar 8. Kontrol pertama space maintainer
Setelah kontrol pertama, kemudian dilakukan kontrol berkala
setiap minggu dari bulan September hingga Oktober 2022 (kontrol ke 2
hingga kontrol ke 7) dengan melihat apakah kondisi alat di dalam rongga
mulut pasien masih beradaptasi dengan baik, apakah terdapat keluhan dari
pasien atau tidak, melihat gigi pengganti apakah sudah erupsi pada
ruangan yang tersedia, mengevaluasi ruangan yang ada untuk gigi yang
akan erupsi. Pada kunjungan kontrol ke 8, 14 Oktober 2022 dilakukan
pemeriksaan intra oral pasien dan ditemukan gigi pada regio 6 gigi sudah
mulai erupsi ditandai dengan gingiva membengkak dan pasien
mengeluhkan rasa sakit pada regio tersebut dan dilakukan penyesuaian
kembali terhadap stabilitas alat dalam rongga mulut pasien.

Gambar 9. Kontrol space maintainer


Selanjutnya kontrol tetap dilakukan secara berkala hingga
kunjungan kontrol ke 10 pada 12 November 2022 dilakukan pemeriksaan
kembali pada rongga mulut dan pada kontrol ke 9 pada 28 Oktober 2022
ditemukan gigi 22 sudah mulai erupsi. Pada kunjungan terakhir yaitu ke 10
gigi 22 sudah semakin terlihat erupsinya sehingga alat sudah tidak bisa
digunakan kembali karena stabilitas dari alat tersebut, berdasarkan diskusi
bersama pembimbing perawatan selesai sehingga alat dapat dilepas dan
dilakukan pencetakan akhir untuk model studi.

(a) (
b
)
Gambar 10. Setelah perawatan space maintainer

3. Diskusi

Pasien laki-laki berusia 8 tahun datang mengeluhkan terdapat gigi


bagian depan yang belum tumbuh setelah dilakukan penacabutan kurang
lebih tiga bulan yang lalu. Ibu pasien mengaku bahwa anaknya menjadi
tidak percaya diri karena giginya belum tumbuh dan khawatir jika giginya
akan menjadi berantakan.
Berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiografis, diketahui bahwa
gigi permanen tersebut merupakan delayed eruption tooth (DTE). Dari
pemeriksaan klinis dan rontgen panoramik, dapat dilihat bahwa mahkota
gigi permanen telah menembus tulang alveolar, namun gigi permanen tak
kunjung muncul. Adanya DTE berpotensi mengakibatkan maloklusi di
masa depan.
Atas pertimbangan tersebut, diputuskan untuk dilakukan
pemakaian alat space maintainer. Berdasarkan hasil analisis masih
terdapat ruang untuk erupsi gigi permanen dan gigi tetangganya belum
mengalami displacement yang merupakan syarat dari penggunaan alat
space maintainer. Pada pasien tersebut digunakan space maintainer
lepasan karena dapat mengurangi kemungkinan terjadinya retensi plak
sehingga terjadi daerah demineralisasi dan karies pada gigi penyangganya
jika dibandingkan dengan yang cekat. Space maintainer merupakan suatu
alat yang digunakan untuk menjaga dan mempertahankan ruang untuk
erupsi gigi permanen pengganti pada kasus kehilangan gigi sulung.6,10
Space maintainer berguna untuk mencegah pergeseran dari gigi
yang ada akibat pencabutan dini, mencegah ekstrusi gigi antagonis dari
gigi yang dicabut, memperbaiki fungsi pengunyahan akibat pencabutan
dini dan memperbaiki fungsi estetik dan bicara serta mempertahankan
ruang untuk erupsi gigi permanen yang tertunda. Alat ini diindikasikan
untuk gigi posterior/anterior yang tanggal dini, oral hygiene yang baik,
Panjang lengkung rahang atas dan bawah tidak dipengaruhi oleh hilangnya
gigi dan jika pengguna space maintainer membuat perawatan ortodontik di
masa depan menjadi sederhana. Prosedur yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut: indikasi, pengisian status, pencetakan awal rahang,
pembuatan alat, try-in, insersi, kontrol dan pencetakan akhir untuk melihat
pertumbuhan gigi permanennya.5,6
Saat pasien datang untuk dilakukan try-in, gigi atas depan kanan
sudah erupsi, sehingga penggunaan alat hanya diperuntukan untuk gigi
depan atas kiri saja. Saat dilakukan kontrol untuk ke delapan kali, gigi
permanen depan atas kiri sudah mulai erupsi, namun tetap dilanjutkan
untuk control ke sepuluh kali untuk melihat perkembangan erupsinya.
Setelah kontrol untuk ke sepuluh kali dan dilihat gigi 22 sudah erupsi
maka alat space maintainer sudah tidak digunakan kembali karena alasan
stabilitas dari alat tersebut.

4. Kesimpulan
Erupsi gigi yang tertunda mungkin merupakan pertanda kondisi
sistemik atau indikasi perubahan fisiologi kompleks kraniofasial. Delayed
eruption tooth (DTE) adalah munculnya gigi ke dalam rongga mulut pada
waktu yang menyimpang secara signifikan dari yang seharusnya yang
ditetapkan untuk ras, etnis dan jenis kelamin yang berbeda. Perawatan
untuk DTE adalah penggunaan alat space maintainer atau cukup
dilakukan observasi tergantung dari kasus.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kreiborg, S., & Jensen, B. L. (2018). Tooth formation and eruption - lessons
learnt from cleidocranial dysplasia. European Journal of Oral Sciences,
126, 72–80. doi:10.1111/eos.12418 

2. Suri L, Gagari E, Vastardis H. Delayed tooth eruption: Pathogenesis, diagnosis,


and treatment. A literature review. Am J Orthod Dentofacial Orthop
2004;126:432‐45.

3. Noda T, Takagi M, Hayashi‐Sakai S, Taguchi Y. Eruption disturbances in


Japanese children and adolescents. Pediatr Dent J 2006;16:50-6.

4. Polder BJ, Van’t Hof MA, Van der Linden FP, Kuijpers‐Jagtman AM. A meta-
analysis of the prevalence of dental agenesis of permanent teeth.
Community Dent Oral Epidemiol 2004;32:217‐26.

5. Koch G, Poulsen S. Pediatric dentistry a clinical approach. Hanne Terp (editor).


Copenhagen: Munksgaard; 2001. p.302-4, 306-8, 310-2, 316.

6. Jeffrey ML. Delayed tooth emergence. 2001. 32 (1)

7. Faizal C Peedikayil. Delayed tooth eruption; e-Journal of Dentistry; 2011

8. Pinandi SP. Pengaruh kekurangan kalsium terhadap daya reversibilitas


kalsifikasi tulang sebagai faktor penunjang keberhasilan perawatan
ortodontik. Jdentistry 2005.

9. Poppy A. Nutrisi pada pertumbuhan pra-erupsi. JKS 2008; l:57-60

10. Canadian Agency for Drugs and Technologies in Health. Dental Space
Maintainers for the Management of Premature Loss of Deciduous Molars:
A Review of the Clinical Effectiveness, and Guidelines. Ottawa (ON):
Canadian Agency for Drugs and Technologies in Health, 2016.

Anda mungkin juga menyukai