Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PEMICU 3

Gigi Sari yang berlubang


BLOK 15
RESTORATIVE DENTISTRY I

DISUSUN OLEH :

HILYAH HILALIAH USWANAS


190600231
KELOMPOK PEMICU 12

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan
secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak luas yang
meliputi faktor fisik, mental maupun sosial bagi individu yang menderita penyakit gigi. Gigi
merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. Masalah
utama kesehatan gigi dan mulut pada anak ialah karies gigi. Karies gigi merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan
konsumsi makanan yang kariogenik. Karies gigi terjadi akibat peran dari bakteri penyabab karies
yang terdapat pada golongan Streptokokus yaitu streptococcus mutans Anak usia 6-7 tahun
memiliki risiko karies yang tinggi, karena pada usia ini anak-anak gemar jajan makanan dan
minum sesuai keinginannya dan banyak dari makanan dan minuman tersebut merupakan faktor
penyebab karies pada gigi, jika tidak dilakukan pencegahan maupun perawatan maka saat
dewasa sudah banyak gigi permanen yang hilang akibat karies dan usia ini merupakan erupsinya
gigi molar permanen bawah pertama sehingga menjadi gigi yang paling berisiko terkena karies
dan merupakan kunci dari oklusi, jika gigi molar permanen bawah pertama sudah hilang karena
karies maka akan menganggu posisi gigi lainnya yang akan erupsi, memengaruhi oklusi, dan
sendi rahang, dengan kata lain akan menimbulkan masalah baru dimasa yang akan mendatang.1,2

1.2 DESKRIPSI TOPIK

Pemicu 3
Nama Pemicu : Gigi Sari yang berlubang
Penyusun : Ami Angela Harahap, drg., Sp. KGA, MSc, Dewi Sartika, drg. MDSc., Kholidina
Imanda Harahap, MDSc
Hari/ Tanggal : Jumat/ 27 Agustus 2021
Jam : 14.00-16.00
Seorang anak perempuan berusia 7 thn, datang diantar oleh ibunya ke RSGM FKG USU, dengan
keluhan gigi geraham kiri bawah berlubang, pasien merasa ngilu apabila minum dingin. Hasil
anamnesis diketahui berat badan anak 33 kg, tinggi badan 125 cm, anak merupakan anak normal
dan ASA 1. Pekerjaan Ayah adalah tukang bangunan, dan Ibu adalah seorang ibu rumah tangga,
dengan anggota keluarga berjumlah 5 orang, mereka bertempat tinggal di daerah Starban. Ibu
juga mempunyai karies yang banyak di rongga mulut. Anak menyikat gigi pagi hari sebelum
makan dan waktu mandi sore. Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama anak ke dokter
gigi.S Pemeriksaan Intra oral: gingiva terlihat kemerahan di regio 11,21,74 ,75; lidah terlihat
pseudomembran putih kekuningan dengan skor 2, Tongue Tie skor 2, skor OHIS 3,1dan terdapat
malposisi gigi pada regio anterior maksila. Gigi 53 karies dentin pada bagian bukal, 55, 75 karies
dentin yang dalam pada bagian oklusal, Chlor etyl (+), Palpasi (-), Perkusi (-), gigi 74, 84 karies
mencapai dentin pada permukaan oklusal lingual, Chlor etyl (+), Palpasi (-), Perkusi (-), gigi 26
karies enamel dan 36 karies dentin. Dokter gigi berencana akan melakukan perawatan pada anak.

1. Sebutkan dan jelaskan jenis pemeriksaan yang dilakukan terhadap anak (IKGA)
2. Hitung BMI dan BMI percentile anak berdasarkan CDC growth charts, dan anak termasuk
pada kategori mana? (IKGA)
3. Jelaskan mengapa penting menanyakan pekerjaan, jumlah anggota keluarga dan tempat
tinggal dari anak (IKGA)
4. Sebutkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menilai risiko karies anak serta
penegakan diagnosis pada anak (IKGA, RKG)
5. Apabila pasien pada kasus tersebut akan dilakukan pemeriksaan radiografi, tuliskan dan
jelaskan tatacara pemilihan jenis pemeriksaan radiografi berdasarkan guidelines AAPD atau
EAPD! (RKG, IKGA)
6. Sebutkan interpretasi gambaran radiografi pada kasus (RKG)
7. Sebutkan seluruh diagnosis dan rencana perawatan pada kasus baik jaringan lunak dan
jaringan keras gigi serta jelaskan alasannya.
8. Dokter gigi mempunyai rencana akan melakukan restorasi dengan bahan GIC, kompomer dan
resin komposit. Jelaskan alasan pemilihan bahan tersebut berdasarkan:
a. Komposisi
b. Sifat mekanis
c. Cara pemanipulasian
d. Indikasi pemakaian bahan restorasi pada gigi- gigi yang mengalami karies di kasus tersebut.
(IKGA & DM)
9. Jelaskan perbedaan antara bahan dentin kondisioner, bahan etsa dan bahan bonding yang akan
digunakan pada kasus. (DM)
10. Sebutkan tahapan kerja restorasi untuk gigi 75, 53 dan gigi 26; sebutkan instrumen dan
bahan yang digunakan (IKGA)
11. Jelaskan kapan kontrol berkala anak setelah seluruh perawatan selesai dilakukan!
(berdasarkan penentuan risiko karies pada anak berdasarkan CAMBRA). (IKGA)
BAB II
PEMBAHASAAN

1. Sebutkan dan jelaskan jenis pemeriksaan yang dilakukan terhadap anak (IKGA)
Jawab :
1. Pemeriksaan Darurat
Yang dimaksud dengan pemeriksaan darurat ialah pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang
datang dalam keadaan akut, pemeriksaan langsung ditujukan pada regio/gigi yang dikeluhkan,
kemudian tentukan diagnosanya dan rawat keluhan utama tersebut. Pemeriksaan lengkap pada
pasien ini dilakukan pada kunjungan berikutnya setelah keluhan utama dapat diatasi. Contoh
kasus yang memerlukan pemeriksaan darurat, :
a. Gangren Pulpa tertutup
b. Pulpitis akut
c. Abses disertai trismus
2. Pemeriksaan Ulang (pemeriksaan berkala).
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan lanjutan dari pemeriksaan sebelumnya. Secara objektif
dipakai untuk menilai : Hasil perawatan yang telah dilakukan, Pemeliharaan kesehatan gigi,
Mencatat perubahan yang terjadi Pemeriksaan ulang dilakukan 3 bulan/6 bulan/1 tahun sekali,
tergantung keadaan gigi pasien.
3. Pemeriksaan Lengkap
Prosedur yang dianjurkan pada pemeriksaan lengkap dilakukan pada kunjungan pertama (jika
mungkin), meliputi :
Pencatatan Riwayat a.Sosial b.Gigi c.Medis
Pemeriksaan anak a.Ekstra Oral b.Intra Oral
Pencatatan Riwayat
Riwayat ini memberikan informasi yang berguna dan merupakan dasar dari rencana perawatan.
Pencatatan Riwayat Sosial
Pemeriksaan sosial meliputi :
•Nama (termasuk nama kecil).
•Alamat, sekolah, kelas, saudara laki, perempuan, binatang peliharaan, kegiatan yang disukai
dirumah dan sekolah.
•Pekerjaan ayah dan ibu.
•Riwayat lain bila diperlukan, misalnya :
- Dokter yang merawat anak dapat diminta keterangan atau rujukan
- Riwayat Parental (orang tua) untuk mendapatkan keterangan mengenai kelainan
herediter yang diderita anak.
- Riwayat pre natal (sebelum kelahiran) dan natal (saat kelahiran) untuk mengetahui
penyebab kelainan gigi (perubahan warna, kelainan bentuk dan lain-lain)

Pencatatan Riwayat Gigi


a.Keluhan : Apakah pasien datang dengan keluhan ? Jika tidak ada keluhan, mungkin pasien
datang untuk pemeriksaan rutin yang dianjurkan. Adalah penting mengetahui alasan kedatangan
pasien, karena berdasarkan alasan ini diagnosa dapat ditegakkan dan keluhan dapat diatasi.
b.Riwayat Keluhan: Jika ada keluhan sakit gigi, carilah keterangan tentang lokasi, kapan
dimulai, apakah rasa sakitnya terus menerus atau terputus-putus. Apakah anak sampai tidak bisa
tidur, menyebabkan anak gelisah dan menangis terus. Gejala-gejala sakit gigi memberi indikasi
macam kelainan pulpa misalnya rasa sakit yang terputus-putus dengan jangka waktu pendek
yang disebabkan panas atau dingin diagnosanya hiperami pulpa. Rasa sakit spontan, berat,
membuat anak tidak bisa tidur diagnosanya pulpitis. Sedangkan bila disertai pembengkakan
kemungkinan sudah abses akibat gangren pulpa.
c.Riwayat Kesehatan Gigi :Apakah perawatan gigi yang lalu dilakukan secara teratur atau tidak,
apakah pernah mengunjungi dokter gigi lain. Jika ya mengapa diganti, perlu ditanyakan karena
bila anak pernah mengalami trauma, kemungkinan untuk menumbuhkan rasa percayanya lebih
sulit, sehingga dokter gigi pengganti harus lebih berhati-hati.
d.Sikap Anak: Sikap anak terhadap setiap perawatan (untuk anak kecil, pendapat orang tuanya
cukup relevan). Setiap sikap yang kurang koperatif selama perawatan harus dipertimbangkan
dalam rencana perawatan mendatang.
e.Sikap Orang Tua: Sikap orang tua terhadap perwatan gigi perlu diketahui. Bila sikap dan
harapan orang tua terhadap perawatan gigi sangat berbeda, jangan lakukan perawatan sebelum
menjelaskan dan menimbang baik buruknya
Pemeriksaan Ekstra Oral Anak
a. Penampilan Umum, Besar Dan Berat Badan : Secara umum tinggi badan seorang anak dapat
diamati dengan cepat sewaktu anak memasuki ruang praktek. Untuk memastikannya dapat
diukur dan membandingkannya dengan tabel yang memuat perbandingan antara tinggi badan,
usia dan berat badan anak. Faktor yang mempengahi keadaan tinggi, berat badan dalam masa
perkembangan adalah herediter, lingkungan, penyakit sistemik dan gangguan endokrin
b. Kulit: Adanya perubahan atau kelainan pada kulit di wajah atau tangan dapat dipakai sebagai
petunjuk adanya kelainan atau penyakit. Lesi yang primer atau sekunder dapat terjadi pada kulit
muka, bila terdapat herpes pada bibir atau muka yang disertai rasa sakit dan juga disertai sakit
gigi, sebaiknya perawatan gigi ditunda atau diberi premedikasi dan pasien dirujuk ke dokter kulit
terlebih dulu.
c. Mata: Infeksi/abses pada gigi rahang atas dapat menyebar ke mata me – nyebabkan
pembengkakan atau conjuctivitis pada mata. Bila perawatan gigi telah selesai dan pembengkakan
pada mata belum hilang, sebaiknya pasien dirujuk ke dokter mata.
d. Bibir: Pemeriksaan bibir dilakukan dengan mengamati ukuran, bentuk, warna dan tekstur
permukaan. Dipalpasi dengan ibu jari dan telunjuk. Pada bibir sering dijumpai abrasi, fisur,
ulserasi atau crust. Trauma sering menyebabkan memar pada bibir, reaksi alergi juga dapat
terlihat.
e. Simetris Wajah: Asimetris wajah dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Asimetris
wajah patologis dapat disebabkan tekanan abnormal dalam intra uterus, paralise saraf kranial,
fibrous displasia atau gangguan perkembangan herediter. Selain itu asimetris wajah patologis
pada anak
– anak sering juga disebabkan karena infeksi atau trauma. Pemeriksaan dan riwayat
pembengkakan penting diketahui untuk menentukan diagnosa dan etiologi. Pada anak sering
ditemui selulitis yaitu infeksi pada jaringan lunak yang difus, disebabkan infeksi pulpa gigi
susu/tetap. Selulitis dapat menimbulkan pembengkakan pada wajah dan leher.
Pemeriksaan Intra Oral Anak
1.Pipi Dan Bibir Bagian Dalam Diperiksa dengan menarik pipi dan bibir, akan terlihat mukosa
labial, dilanjutkan dengan memeriksa mukosa bukal, apakah terdapat pembengkakan atau
perubahan lain.
2.Gingiva Pemeriksaan gingiva meliputi warna, ukuran, bentuk dan konsisten- sinya. Sewaktu
erupsi gigi, gingiva dapat membengkak, sakit (terutama bila terkena trauma gigi antagonisnya)
dan meradang. Pada anak-anak gigi yang mengalami gangren pulpa sering disertai fistel pada
gingiva karena abses paradontal.
3.Lidah Dan Tonsil Untuk memeriksa lidah, anak diminta menjulurkan lidahnya ke depan.
Periksa ukuran, bentuk, warna dan pergerakannya. Daerah di bawah lidah harus diperiksa karena
sering terjadi pembengkakan atau ulserasi yang dapat mengganggu bila berbicara dan sewaktu
lidah digerakkan. Selain itu frenulum lingualis yang pendek dapat menahan gerakan lidah ke
depan, sehingga mengganggu anak berbicara. Dasar lidah diperiksa perlahan-lahan dengan
menggunakan kain kasa yang diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk. Untuk memeriksa tonsil,
lidah ditekan dengan kaca mulut atau tongue blade, dilihat apakah ada perubahan warna, ulserasi
atau pembengkakan.
4.Palatum Untuk melihat langsung bentuk, warna dan lesi pada jaringan lunak dan keras
palatum, kepala pasien direbahkan ke belakang. Pembengkakan, kelainan bentuk dan
konsistensinya dapat diketahui dengan palpasi.
5.Gigi Pengamatan gigi secara menyeluruh dapat dilakukan dengan cepat sebelum masing-
masing gigi didiagnosa secara teliti. Pemeriksaan gigi dilakukan dengan memakai kaca mulut,
ekskavator dan pinset. Perlu diketahui apakah ada gigi yang dicabut sebelum waktunya
(prematur loss), gigi yang sudah waktunya tanggal atau gigi persistensi (gigi penggantinya sudah
erupsi tetapi gigi sulung belum tanggal). Kelainan akibat pertumbuhan dan perkembangan
dicatat, yaitu meliputi kelainan jumlah, waktu erupsi, struktur, warna dan bentuk gigi. Gigi
berlebih (supernumerary) dicatat regio dan jenisnya (mesiodens, laterodens atau paramolar).
Kondisi pada saat pemeriksaan perlu dipertimbangkan apakah gigi berlebih tersebut perlu segera
dicabut, menunggu waktu yang tepat atau tidak perlu dicabut.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN
1. Penentuan Vitalitas Pada beberapa keadaan dibutuhkan pemeriksaan vitalitas gigi, mi salnya
gigi dengan keadaan : sesudah mengalami trauma perubahan warna kavitas yang
dalam/penyebab abses gigi penyebab kista atau pembengkakan lain Pemeriksaan dilakukan
dengan cara :
1.1.Test sonde
1.2.Test termal . Dingin dengan khlor etil, panas dengan gutta percha
panas. 1.3.Test elektrik dengan dento test
1.4.Test preparasi. Bila gigi dicurigai non vital (dapat dilihat melalui warna gigi, yang biasanya
berwarna biru atau abu-abu) dan dentotest tidak tersedia, dilakukan pemboran gigi secara hati-
hati dan perlahan untuk menentukan vitalitas gigi
1.5.Test perkusi. Untuk melakukan test perkusi ini harus mempunyai pengalaman, test dilakukan
dengan cara mengetok gigi yang dicurigai dan mendengarkan suaranya. Gigi vital suaranya
nyaring dan gigi non vital suaranya lemah.

2. Hitung BMI dan BMI percentile anak berdasarkan CDC growth charts, dan anak
termasuk pada kategori mana? (IKGA)
Jawab :
Body Mass Index (BMI) merupakan ukuran yang digunakan untuk menilai proporsionalitas
perbandingan antara tinggi dan berat seseorang. BMI sering digunakan dokter untuk menilai
seseorang ituobesitasatau tidak.Formula untuk menghitung BMI pada anak-anak itu sama dengan
orang dewasa, namun hasilnya diterjemahkan dengan cara yang berbeda. Untuk menghitung
BMI dibutuhkan dua ukuran, yaitu berat dan tinggi badan. Untuk menghitung BMI
menggunakan satuan metrik, berat dalam kilogram (kg) dibagi dengan tinggi badan dalam satuan
meter (m).4
Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan
kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik
IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks
IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas
IMT/U >+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah
terjadinya gizi lebih dan obesitas. Interpretasi dengan menggunakan indeks IMT/U untuk
identifikasi masalah gizi lebih, kategori berisiko gizi lebih (possible risk of overweight)
digunakan dalam penilaian tingkat individu. Kategori tersebut tidak termasuk dalam klasifikasi
untuk hasil survei dan cakupan program.
Bila anak memiliki berat badan 33 kg dengan tinggi 1,25 m (125 cm), berikut ini adalah
perhitungan indeks massa tubuhnya:

 Kalikan tinggi badan anak dalam satuan meter yang dikuadratkan → 1,25 x 1,25 = 1,56
 Selanjutnya, bagi angka berat badan anak dengan hasil kuadrat tinggi badan → 33 : 1,56
= 21,1
 Hasil nilai IMT anak Anda adalah 21,1.
Setelah Anda mendapatkan angka IMT anak, dapat menentukan apakah berat badan anak sudah
ideal, kurang, atau berlebih berdasarkan klasifikasi IMT untuk anak-anak sesuai usianya.
Masukan nilai IMT kedalam grafik untuk melihat nilai presentil untuk CDC dan nilai SD untuk
WHO. Setelah memperoleh nilai presentil dan SD sesuiai dengan grafik maka kita dapat
meinterpretasi hasilnya. Berdasarkan kategori the WHO refrence 2007 ( z- score) pasien berada

Kategori Status Gizi The WHO Reference IMT CDC 2000


2007 (Z-SCORE)
Gizi buruk (severely <-3 SD
thinness)
Gizi kurang (thinness) -3 SD sd <-2 SD
Gizi baik(normal) -2 SD sd +1 SD
Gizi lebih + 1 SD sd +2 SD P85-95
(overweight)
Obesitas (obese) > + 2 SD >P 95

dikategori obesitas dimana pasien berada di + 2 SD. Dan berdasarkan IMT CDC 2000 pasien
berada dikategori obesitas dimana pasien berada di >P 95. 5,6
3. Jelaskan mengapa penting menanyakan pekerjaan, jumlah anggota keluarga dan
tempat tinggal dari anak (IKGA)
Jawab :
Untuk membangun komunikasi yang baik antara anak dan dokter gigi dapat dimulai dengan
pembicaraan ringgan sambil mekakukan pemeriksaan. Pertanyaan sederhana tentang hal ini
merupakan cara umum berkomunikasi dengan pasien anak. Selain itu jawabannya dapat
menggali lebih jauh minat anak dan lingkungan rumah pasien. Bertanya mengenai pekerjaan,
jumlah anggota keluarga dan tempat tinggal juga penting untuk mengetahui kelanjytan
perawatan pada anak.
Pekerjaan ayah dan ibu. Hal ini penting, karena orang tua terutama ibulah yang sering membawa
anak ke dokter gigi. Perlu didiskusikan jumlah kunjungan ke dokter gigi, sehingga orang tua
dapat mengatur waktu kunjungan. Para orang tua biasanya mencoba mempersiapkan anak
mereka pada kunjungan ke dokter gigi, tetapi beberapa orang tua lebih banyak melakukan hal-hal
yang buruk daripada yang baik dalam usaha tersebut. Oleh karena itu perlu menasehati orang tua
bagaimana mempersiapkannya.
Pada skenario diketahui Pekerjaan Ayah adalah tukang bangunan, dan Ibu adalah seorang ibu
rumah tangga. Maka kita dapat mengetahui bahwa kedua orang tua pasien memiliki tingkat
pendidikan rendah. Sehingga kemungkinan kurang mengetahui tentang kebersihan rongga
mulut,dan perawatan dental. Hal ini juga mempengaruhi status ekonomi dimana sampai batas
mana perawatan yang dapat diberikan sehingga biaya dapat diterima. Pekerjaan ibu yang
merupakan seorang ibu rumah tangga menunjukan bahwa ibu punya waktu untuk menemani
sang anak melakukan perawataan. Perilaku ibu juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan gigi
anak. Hal ini dibuktikan oleh hasil penelitian Nindra juga telah melakukan penelitian di Kota
Solok pada tahun 2009 menunjukkan bahwa perilaku ibu berkaitan dengan tingkat pengetahuan,
sikap dan tindakan ibu terhadap pencegahan karies gigi pada anak. Semakin tinggi kesadaran
sang ibu terhadap kesehatan gigi maka tingkat kejadian karies anak akan menurun. Tingkat
pendidikan yang kemungkinan di miliki sang ibu pada kasus kemungkinan memiliki
pengetahuan yang rendah terhadap kesehatan gigi. Ini dilihat walaupun anak menyikat 2 kali
sehari namun pemilihan waktunya tidak tepat.
Jumlah anggonta keluarga menjukan seberapa besar perhatian yang dapat diberikan orang tua
kepada sang anak. Pada skenario anggota keluarga berjumlah 5 orang disini menunjukan bahwa
orang tua tidak dapat memberikan perhatian penuh untuk mengontrol tindakan pembersihan
mulut pasien.
Lokasi tempat tinggal pasien menunjukan tingkat kebersihan lingkungan yang berkolerasi
dengan kebersihan rongga mulut. Pada skenario mereka bertempat tinggal di daerah Starban.
Lokasi ini berada ditempat yang padat penduduk dan juga kumuh. Lingkungan ini mungkin
menunjukan tinggkat kebersihan yang rendah, dan kemungkinan adanya air yang tidak bersih
3,7
atau air minum yang kurang fluor yang meningkatkan resiko karies.

4. Sebutkan pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menilai risiko karies anak
serta penegakan diagnosis pada anak (IKGA, RKG)
Jawab :
1. Ronsen Foto
Dalam bidang kedokteran gigi anak, guna ronsen foto antara lain: a.Mendeteksi dan melihat
perluasan karies. Karies proksimal sering dijumpai bila gigi molar sulung/tetap sudah
mempunyai kontak sempurna (pada gigi sulung, kontaknya merupakan kontak bidang dan gigi
tetap kontak titik) leh karena itu bila gigi sudah berkontak dengan sempurna sebaiknya dilakukan
pengambilan ronsen foto untuk mendeteksi karies yang sering tidak terlihat dengan mata yang
disebut dengan Hidden Caries (karies tersembunyi). Ini digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosa..
2. Pemeriksaan Bakteri
a.Aktifitas karies dengan Laktobasilus test atau Snyder test.
Uji aktivitas karies yang pertama sekali digunakan oleh para ahli adalah penghitungan jumlah
Lactobacillus sp. Uji ini dilakukan dengan menggunakan saliva cair yang diperoleh dari
mengunyah parafin atau karet gelang steril. Setelah itu, saliva tersebut dimasukkan ke dalam
piring petri yang sudah diberi 10 mL media lactobacillus Rogosa pada suhu 45°C. Biasanya
penghitungan dibuat dari skor 1-4 dan dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi . Uji ini
tidak digunakan lagi dengan adanya metode yang baru, namun metode ini masih digunakan pada
penelitian-penelitian laboratorium.
b. Uji Streptococcus mutans
Uji S. mutans merupakan indikator yang layak digunakan dalam pengukuran karies, namun uji
ini kurang sensitif untuk memprediksi karies dini. S. mutans memiliki beberapa karakteristik
dapat meningkatkan potensi kariogenik dan merupakan mikroorganisme asidogenik yang
pertama berkolonisasi pada permukaan gigi. Uji ini dilakukan dengan menggunakan 1 mL
spesimen saliva yang ditempatkan pada agar mitis salivarius yang sudah ditambahkan sukrosa
dan bacitracin kemudian diinkubasi selama 4 hari.
3. Kariogram
Kariogram merupakan pengukuran faktor risiko karies menggunakan ilustrasi grafis berbentuk
diagram bulat per individu yang menilai:
a.Pengalaman karies, merupakan skor dmft anak.
b.Penyakit lainnya, merupakan penyakit yang berhubungan dengan terjadinya karies, yang
memuat informasi tentang perawatan medis dan obat-obatan yang dikonsumsi.
c.Jenis diet, estimasi makanan kariogenik yang dikonsumsi anak.
d.Frekuensi diet, estimasi jumlah makanan kariogenik yang dikonsumsi anak.
e.Bakteri S mutans, uji jumlah bakteri S mutans yang diisolasi dari plak.
f.Program fluoride, tentang program fluoride yang dilakukan oleh pasien.
g.Sekresi saliva, dinilai dari laju alir saliva.
h.Kapasitas buffer saliva.
i.Clinical judgement.
Kariogram dapat mengelompokkan risiko per individu menjadi risiko kelompok yang
mencerminkan risiko karies secara signifikan. Selain itu, kariogram juga dapat
mengidentifikasikan pencegahan dan perawatan yang tepat bagi para klinisi dalam merawat
pasien.8

5. Apabila pasien pada kasus tersebut akan dilakukan pemeriksaan radiografi, tuliskan
dan jelaskan tatacara pemilihan jenis pemeriksaan radiografi berdasarkan guidelines
AAPD atau EAPD! (RKG, IKGA)
Jawab :
Teknik radiografi padaanak-anak didasarkan pada penilaian klinis dan pemeriksaan struktur oral.
Pedoman yang dikeluarkantahun 2012 oleh American Dental Association(ADA), Organisasi
FDA (Food and Drug & Administration) Amerika Serikat, dan beberapa organisasi dental
lainnya mengenai pemeriksaan radiografi kedokteran gigi bahwa: rekomendasi untuk seleksi
pasien dan limitasi paparan radiasi harus digunakan ketika meresepkan radiografi gigi dan ketika
mereka berfungsi sebagai bantuan untuk membatasi jumlah eksposur radiografi. Pedoman
pemilihan dapat dilakukan setelah riwayat medis dan pemeriksaan klinis menyeluruh dilakukan. 9
Dimana berdasarkan tabel tersebut pasien merupakan golongan anak dengan gigi Transisi
(setelah erupsi gigi permanen pertama) dan merupakan pasien baru dimana baru pertamakali
datang kedokter gigi jadi pasien sedang dievaluasi untuk penyakit gigi dan perkembangan gigi
yang dia miliki. Pemeriksaan radiografi individual yang terdiri dari bitewing posterior dengan
pemeriksaan panoramik atau bitewing posterior dan gambar periapikal terpilih.
Untuk kunjungan berikutnya pasien dengan karies klinis atau dengan peningkatan risiko karies
Pemeriksaan bitewing posterior pada interval 6-12 bulan jika permukaan proksimal tidak dapat
diperiksa secara visual atau dengan probe. Maka jenis radiografi yang cocok pada pasien adalah
fotoronsen bitewing full-mouth ataupun panoramik.10,11

6. Sebutkan interpretasi gambaran radiografi pada kasus (RKG)


Jawab:
Interpretasi gambaran radiografi tersebut adalah12:
a. Mahkota: Pada gigi 74 terdapat radiolusen di bagian oklusal sampai lingual dengan
kedalaman mencapai dentin. Terdapat radiolusen pada bagian oklusal gigi 75 mencapai dentin.
Terdapat radiolusen pada oklusal gigi 36 mencapai dentin dan radiopak pada bagian oklusal
sampai proksimal di 1/3 mahkota.
b. Akar: jumlah akar gigi 74 adalah 2. gigi 75 adalah 2, dan gigi 36 adalah 2. Pada akar gigi
74 dan 75 terdapat gigi permanen yang belum erupsi dan tidak ada kelainan.
c. Membran periodontal: pada gigi 74, 75, dan 36 tidak ada kelainan.
d. Lamina dura: pada gigi 74, 75, dan 36 tidak ada kelainan.
e. Furkasi: akar gigi 74, 75, dan 36 adalah bifurkasi dan tidak ada kelainan.
f. Alveolar crest: TAK
g. Periapikal: TAK
h. Kesan: terdapat kelainan pada mahkota gigi 74, 75, dan 36.
i. Suspect: gigi 74, 75, dan 76 karies dentin
Pada gambaran radiografi tersebut juga memperlihatkan adanya benih gigi permanen premolar
pertama dan kedua ( calon gigi 34,35) 1/3 oklusal dibawah akar gigi 73, 74.

7. Sebutkan seluruh diagnosis dan rencana perawatan pada kasus baik jaringan lunak dan
jaringan keras gigi serta jelaskan alasannya.
Jawab :
Anamnesis: Proses wawancara oleh dokter atau tenaga medis yang lain kepada pasien dan atau
keluarga pasien dalam rangka menggali informasi tentang penyakit pasien sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pada skenario kita mengetahui anamnesis berupa keluhan gigi geraham
kiri bawah berlubang, pasien merasa ngilu apabila minum dingin.
Pemeriksaan intraoral pasien:
 Perkusi: Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan
menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan. Tes ini dilakukan untuk
mendeteksi adanya inflamasi jaringan periapikal. Jika terdapat inflamasi, gigi akan bereaksi
seperti piston dalam soketnya. Hasil perkusi (–) pasien menunjukan bahwa tidak terdapat
inflamasi.
 Tes palpasi: tes ini berguna menentukan adanya proses inflamasi yang sudah sampai ke
periapikal. Tes palpasi dilakukan dengan menekan mukosa sejajar apeks. Interpretasi (-): tidak
ditemukan inflamasi pada tulang dan mukosa regio apikal gigi.
 Tes vitalitas Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah
suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes dingin, dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai bahan, yaitu etil klorida dapat dilakukan dengan menyemprotkan etil
klorida pada cotton pellet. Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan
keluhan nyeri tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital.
a. diagnosis kelainan jaringan keras gigi
Klasifikasi karies berdasarkan kedalaman kavitas meliputi karies enamel, karies mencapai
dentin, karies mencapai pulpa, dan karies mencapai akar gigi. untuk mempermudah penyebutan,
maka klasifikasi karies tersebut menjadi K-1 untuk karies mencapai enamel, K-2 untuk karies
mencapai dentin, K-3 untuk karies mencapai pulpa, dan K-4 untuk karies mencapai akar.
Klasifikasi karies menurut system G.V Black:13
a.Klas I : karies ini yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissur) dari gigi premolar dan
molar (gigi posterior) terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.
b.Klas II : Kavitas yang terdapat pada permukaan aproksimal gigi posterior, karies klas II dapat
mengenai permukaan mesial dan distal atau hanya salah satunya sehingga dapat digolongkan
menjadi kavitas MO (mesio-oklusal) atau MOD(Mesio-Oklusal_Distal).
c.Klas III : Lesi Klas III hanya mengenai gigi anterior. Lesi ini dapat terjadi pada bagian
approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai 1/3 incisal gigi.
d.Klas IV: Kavitas ini adalah kelanjutan dari kavitas klas III. Lesi ini pada permukaan proksimal
gigi anterior yang telah meluas sampai ke sudut insisal. Jika karies ini luas atau abrasi hebat
dapat melemahkan sudut dan menyebabkan terjadinya fraktur.
e.Klas V : kavitas gingival adalah kavitas pada permukaan yang halus. Terlepas dari etiologinya
karies, abrasi, atau erosi tipe lesi ini disebut juga karies klas V. Karies Klas V terjadi pada
permukaan facial maupun lingual, namun lebih dominan timbul pada permukaan yag menghadap
bibir dan pipi daripada lidah. Kavitas ini bisa mengenai sementum selain email.
f.Klas VI : tipe kavitas ini terjadi pada ujung tonjol gigi posterior dan edge insisal gigi insisivus
Pada skenario kita diberitahu bahwa Gigi 53 karies dentin pada bagian bukal, 55, 75 karies
dentin yang dalam pada bagian oklusal, Chlor etyl (+), Palpasi (-), Perkusi (-), gigi 74, 84 karies
mencapai dentin pada permukaan oklusal lingual, Chlor etyl (+), Palpasi (-), Perkusi (-), gigi 26
karies enamel dan 36 karies dentin. Berdasarkan kedalaman kavitas maka diketahui gigi
53,55,75,74,84,36 dikategorikan K2/KD yaitu karies dentin dan gigi 26 merupakan Karies
enamel . Dan berdasarkan klasifikasi G.V Black maka gigi 53 pasien berada di klass V, gigi
55,75,74,84 berada di kelas I.
Perawatan pada jaringan keras gigi
Perawataan yang dapat diberikan pada pasien sebegai berikut :
a. Scaling . Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus dan
stain pada permukaan mahkota dan akar gigi.. Scaling dilakukan sampai permukaan gigi terbebas
dari kalkulus baik secara visual maupun perabaan dengan bantuan alat (misalnya: sonde).
Scaling dikatakan bersih jika tidak ada kalkulus pada permukaan gigi dan permukaan gigi tidak
ada yang kasar. Pentingnya melakukan scaling sebelum melakukan restorasi agar memudahkan
pengerjaan dan mencegah terjadinya karies berureng karena sisa plak.
b. Perawatan pada karies gigi. Restorasi gigi adalah tindakan yang dilakukan untuk
mengembalikan fungsi gigi. Tindakan dalam merestorasi gigi meliputi pembuangan jaringan
karies, menghentikan perkembangan demineralisasi gigi, mengembalikan integritas struktur
gigi, mencegah penyebaran infeksi ke pulpa, dan mencegah penggeseran posisi gigi karena
hilangnya struktur proksimal gigi. Perawatan Konservasi Gigi dan Endodontika.yang dapat
diberikan pada pasien adalah Restorasi direct: Restorasi yang langsung dimasukkan kedalam
kavitas (amalgam, resin komposit) adalah jenis restorasi yang paling konservatif dan restorasi
tersebut dapat melindungi gigi dari fraktur mahkota.
c. DHE (Dental Health Education). Pendidikan kesehatan gigi merupakan metode untuk
memotivasi pasien agar membersihkan mulut dengan efektif. Pendidikan kesehatan gigi meliputi
metode penyikatan gigi, flossing, dan pengontrolan pola makan (diet karbohidrat). Urutan
metode dalam pendidikan kesehatan gigi yang diberikan meliputi: pada kunjungan pertama
dilakukan pemeriksaan menyeluruh tentang kebersihan mulut, memeriksa kebiasaan pasien
dalam membersihkan gigi, dan penjelasan serta anjuran dokter gigi. Pada kunjungan kedua
doketer gigi melakukan evaluasi dan mengulangi anjuran secara lebih detail.
d. Aplikasi Flour. Flour digunakan untuk membantu remineralisasi dan menghentikan karies dini
serta mengurangi kerentanan gigi terhadap perkembangan karies. Pada kasus pasien di atas,
aplikasi fluor dapat ditambahkan karena pasien mengaku tidak pernah mendapatkan aplikasi
fluor, hanya dari pasta giginya saja. Aplikasi fluor yang dapat diterapkan yaitu dengan topikal
aplikasi
Diagnosis jaringan lunak
Tongue-tie (ankyloglossia) adalah kelainan pada bayi di mana frenulum lidahnya terlalu pendek.
Ankyloglossia didefinisikan sebagai sisa embriologis dari jaringan membran frenulum di garis
tengah antara permukaan bawah lidah dan dasar mulut – yang pendek, tebal, dan tidak elastis
sehingga membatasi gerakan lidah normal
Diagnosis ankyloglossia berdasarkan klasifikasi anatomis dibagi menjadi:
• Tipe I: insersi frenulum pada ujung permukaan bawah lidah
• Tipe II: insersi frenulum di belakang ujung permukaan lidah
• Tipe III: frenulum tebal dan ketat (tidak elastis)
• Tipe IV: frenulum ketat di pangkal lidah
Ankyloglossia tipe I dan II dikenal dengan ankyloglossia anterior, tipe III disebut ankyloglossia
posterior, dan tipe IV tergolong ankyloglossia submukosa.14
Coated tongue adalah suatu kondisi klinis yang terjadi pada bagian permukaan lidah yang ditutup
oleh selaput pseudomembran yang terjadi akibat penumpukan debris atau sisa makanan, sel-sel
keratin yang tidak terdeskuamsi, dan dapat ditemukan adanya mikroorganisme seperti bakteri
maupun jamur. Terdapat lapisan pseudomembran yang berwarna putih kekuningan sesuai
dengan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi yang dapat dikerok atau diangkat secara
keseluruhan.15,16
Pada skenario kita diberitahu bahwa gingiva pasien terlihat kemerahan di regio 11,21,74 ,75;
lidah terlihat pseudomembran putih kekuningan dengan skor 2, Tongue Tie skor 2, skor OHIS
3,1. Kelainan jaringan lunak pasien di diagnosa Ankyloglossia tipe II dikenal dengan
ankyloglossia anterior, dan kelaian pada lidah Coated tongue.
Perawatan pada jaringan lunak
Perawatan coated tongue dapat dilakukan dengan 3 tahapan. Tahapan pertama yaitu
menghilangkan faktor penyebab dengan cara berhenti melakukan kebiasaan yang menjadi
penyebab coated tongue sehingga dapat membantu perawatan. Perawatan coated tongue akan
gagal jika penyebabnya tidak ditangani terlebih dahulu. Tahapan selanjutnya yaitu dengan usaha
meningkatkan oral hygiene pasien yang dapat dilakukan agar tidak menyebabkan coated tongue
semakin parah.Selanjutnya tahapan terakhir yang paling efektif untuk coated tongue yaitu
penggunaan pembersih lidah secara rutin yang dapat menghapuskan sel keratin yang telah mati.
Metode membersihkan lidah dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen tongue scraper
yang biasa terbuat dari bahan plastic.17

8. Dokter gigi mempunyai rencana akan melakukan restorasi dengan bahan GIC,
kompomer dan resin komposit. Jelaskan alasan pemilihan bahan tersebut berdasarkan:
a. Komposisi
b. Sifat mekanis
c. Cara pemanipulasian
d. Indikasi pemakaian bahan restorasi pada gigi- gigi yang mengalami karies di kasus
tersebut. (IKGA & DM) 19,20
jawab :
a. Komposisi
Komposisi GIC: Bubuk glass ionomer merupakan acid-soluble calcium fluoroaluminosilicate
glass.Cairan untuk GIC merupakan larutan encer dari asam polyacrylic dengan konsentrasi
antara 40-50%. Asam ini cenderung meningkatkan reaktivitas dari cairan, menurunkan
viskositas, dan mengurangi kecenderungan untuk berubah menjadi gel.
Komposisi Resin Komposisi: Matriks polimer, filler, silane coupling agents merupakan
komponen penyusun resin komposit . Dimetaklirat yang umum digunakan pada resin komposit
nanohybrid adalah bisphenol A-glycidyl methacrylate (Bis-GMA), urethane dimetakrilat
(UDMA) dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA). Bahan pengisi (filler) ditambahkan
dengan tujuan untuk meningkatkan sifat matriks resin. Bahan pengisi merupakan komposisi
anorganik yang terdiri dari barium, kaca borosilikat, strontium, seng, dan zirconium. Bahan
pengikat silane (coupling agent) berfungsi untuk membentuk ikatan antara bahan pengisi dengan
matriks resin.
Komposisi kompomer: Komponen utama sama dengan resin komposit, yaitu bulky macro-
monomers,seperti bisglycidyl ether dimethacryla(bis-GMA) dan urethane
dimethacrylate(UDMA) yang dipadukan dengan viscosity-reducing diluent seperti triethylene
glycol dimethacrylate(TEGDMA). Sistem polimer ini diisi oleh serbuk inorganik non reaktif
seperti quartz atau silicate glass(0,04 μm), misalnya SrAlFSiO4 yang dilapisi silane untuk
meningkatkan kekuatan ikatan antarafillerdan matriks pada saat pengerasan. reaksi pengerasan
compomer sealant.
b. Sifat mekanis
Sifat mekanis glass ionomer cement: Compressive strength lebih rendah dari silikat, Tensile
strength lebih tinggi dari silikat ,Hardness, lebih lunak dari silikat, Fracture Toughness, beban
yang kuat, dapat terjadi fraktur.
Sifat mekanik Resin Komposisi: : Adhesi, perlekatan resin komposit dengan gigi, retensi yang
didapat dari porositas permukaan gigi setelah dietsa dan perlekatan dari permukaan gigi dengan
resin komposit Kekuatan dan keausan, resin komposit mempunyai kekuatan tensil kompresif
lebih besar daripada resin akrilik. Daya tahan terhadap fraktur cukup bagus . bagus untuk
penumpatan klas IV. meskipun komposit resin mudah aus.
Sifat mekanik Resin Kompromer : Sifat-sifat mekanis secara umum tidak jauh berbeda dari
sifat-sifat komposit resin. Perbedaan keduanya yang paling signifikan adalah dalam hal
ketahanan terhadap tekanan. Untuk mendapatkan kekuatan pengunyahan yang besar dalam
rongga mulut, suatu bahan pengisi yang dipakai dalam jangka waktu panjang membutuhkan.
Kekuatan tekan kompomer berhubungan erat dengan kemampuan bahan untuk menahan suatu
beban tanpa terjadi frakturdisebut compressive strength. Kekuatan resin komposit dalam
menerima tekanan kunyah berkisar 1,75-1,92 MPa dan kompomer berkisar 0,97-1,23 MPa. Oleh
karena terjadi penurunan resistensi terhadap terjadinya fraktur, compomer seharusnya tidak
digunakan pada daerah yang menerima beban yang besar.
c. Cara pemanipulasian
Manipulasi glass ionomer cement: Dilakukan pada glass plat yang dilapisi paperpad
menggunakan agaat spatel, Perbandingan bubuk dengan cairan = 3: 1 (sesuai aturan pabrik).,
waktu meneteskan cairan posisi botol vertical, agar udara ke luar, kemudian dicampur dan
diaduk dengan cepat , posisi melipat, selesai dalam waktu 30- 40 detik.
Manipulasi resin komposit : Cara pencampuran/mixing dua dan satunya mengandung amine
tersier (N, N dimetil p- toluidin) melalui pencampuran dua bahan pasta, satu pasta mengandung
inisiator benzoil peroksida. Bila kedua pasta di aduk maka amine akan bereaksi dengan benzoil
peroksida dan membentuk radikal bebas dan polimerisasi tambahan terjadi. Cara
penyinaran(light cure), dengan menggunakan sinar halogen maupun L.E.D. Pengerasan terjadi
karena adanya radikal bebas pemulai reaksi terdiri atas molekul foto inisiator atau
photosensitizer, Camphorquinone (CQ) pada panjang gelombang diantara 400-500nm dan
activator amin yang terdapat dalam pasta. Bila keduanya tidak terkena sinar maka reaksi
pengerasan tidak akan terjadi
Manipulasi kompromer :Teknik pengaplikasian bahan tambalan kompomer dilakukan dengan
preparasi kavitas seminimal mungkin, bersihkan permukaan gigi yang telah di preparasi, oleskan
bahan dentin conditioner, cuci dan keringkan, kemudian aplikasikan dentin bonding lalu sinar
selama 20 detik, selanjutnya aplikasikan bahan restorasi kompomer selapis demi selapis dan
sinari selama 40 detik setiap lapisan bahan kompomer tersebut. Lakukan finishing dan polishing.
d. Indikasi pemakaian bahan restorasi pada gigi- gigi yang mengalami karies di kasus
tersebut.
Indikasi glass ionomer cement adalah,
• Restorasi pada lesi erosi/abrasi tanpa prevarasi kavitas.
• Penutupan / penumpatan pit dan fisura oklusal.
• Restorasi gigi decidiu.
• Restorasi lesi karies kelas V.
• Restorasi lesi karies kelas III, diutamakan yang pembukaannya dari lingual atau palatinal
belum melibatkan bagian labial.
Indikasi penggunaan resin komposit: Untuk gigi anterior dan posterior, Sebagai pasak, Fissure
sealant, Sebagai veneer mahkota logam dan jembatan/prosthodontie resin, Untuk sementasi pada
jembatan Maryland, bracket ortodontie, inlay, onlay dan crown ceramic, Untuk reparasi restorasi
porselen.
Indikasi penggunaan resin kompromer: Kompomer dapat diindikasikan pada restorasi klas I
dan II pada gigi desidui, klas III, klas V. Kontraindikasi dari bahan tambalan kompomer adalah
pada restorasi klas I, II gigi permanen, klas IV

9. Jelaskan perbedaan antara bahan dentin kondisioner, bahan etsa dan bahan bonding
yang akan digunakan pada kasus. (DM)
Jawab :
Dentin kondisioner
Pelekatan semen ionomer kaca secara mekanis dikenal sebagai micromechanical interlocking.
Bahan conditioning untuk semen ionomer kaca adalahasam poliakrilat, yang tersedia dalam
bentuk dentin conditioner dan cavity conditioner. Dentin conditioner merupakan asam ringan
beru-pa 10% asam poliakrilat dengan waktu aplikasi selama 20 detik, sedangkan cavity
conditionermerupakan bahan asam yang mengandung 20% asam poliakrilat dan 3% aluminium
chloride, dengan waktu aplikasi 10 detik.
Pada gigi desidui memiliki lapisan aprismatik yang lebih tebal dibandingkan gigi permanen
sehingga diperlukan waktu yang lebih lama bagi asam po-liakrilatuntuk menembus lapisan
aprsimatik. Dari hasil penelitian tetap menunjukkan gigi desidui memiliki tingkat keberhasilan
yang lebih tinggi dibandingkan gigi permanen, walaupun gigi desidudi bersifat reaktif, karena
lapisan aprismatik yang tebal pada gigi desidui menyebabkan diperlukan waktu yang lebih lama
dari asam poliakrilat untuk dapat menembus lapisan aprismatik dan mencapai lapisan prismatik,
sehingga ketika diaplikasikan dengan waktu yang sama dengan gigi permanen, ion hidroksiapatit
yang tersisa pada gigi desidui tetap dapat memberikan ikatan kimiawi yang baik. Pada aplikasi
asam poliakrilatdengan konsentrasi yang sama pada gigi desidui dan permanen, akan
memberikan tingkat keber-hasilan yang lebih baik pada gigi desidui karena smear layer akan
lebih mudah larut sehingga tidak mengganggu pelekatan dan ikatan kimiawi semen ionomer kaca
dengan gigi desidui.20
Bahan etsa
Resin komposit memiliki perlekatan yang bersifat adesif pada gigi yaitu perlekatan dengan
bantuan zat kimia (etsa dan bonding) untuk membuka tubulus – tubulus dentin sehingga resin tag
yang terdapat dalam bahan resin komposit dapat masuk ke dalam tubulus dentin dan menjadi
retensi tambahan resin komposit. Resin komposit berikatan dengan jaringan gigi melalui bahan
adhesif. Secara umum, perbaikan struktur gigi dengan restorasi resin terdiri atas 3 tahap, yaitu:
etsa asam, primingdan bonding. tsa asam berfungsi membuat permukaan yang tidak rata di email
dan meningkatkan energi bebas permukaan. Sebaliknya prosedur tanpa etsa dapat dilakukan pada
kasus waktu kunjungan yang singkat atau pasien anak-anak.21,22
Bahan bonding
Bonding merupakan sarana untuk mengikat dua bahan yang berdampingan, misalnya, dental
hard tissue, metal, composite, atauceramic, dan memberikan ketahanan terhadap pemisahan antar
bahan tersebut. Hal ini dikarenakan bahan bonding berguna untuk menciptakan ikatan antara
permukaan gigi dengan resin komposit. Fungsi Bonding Dental bonding system memiliki tiga
fungsi utama yaitu: (1) menyediakan resistensi terhadap pemisahan substrat adheren dari
restorative material, (2) mendistribusikan tekanan kunyah ke seluruh permukaan, (3) mampu
menyediakan seal untuk mencegah terjadinya microleakage, menurunkan postoperative
sensitivity, marginal staining dan karies sekunder.23

10. Sebutkan tahapan kerja restorasi untuk gigi 75, 53 dan gigi 26; sebutkan instrumen
dan bahan yang digunakan (IKGA)
Jawab :
Tahapan restorasi pada gigi 75,53,dan gigi 26 adalah : 24
1. Prepasi permukaan gigi. Gigi dibersihkan terlebih dahulu dengan scaller. Preparasi jaringan
karies sebatas enamel/dentin dangkal/dentin dalam termasuk bagian karies sekunder.
2. Pemilihan bahan restorasi sesuai dengan gigi .
3. Pemilihan warna resin komposit. penentuan warna menggunakan Vita Shade Guaide.
Penentuan Warna gigi untuk menghindari gangguan evaluasi kroma dan opasitas karena
dehidrasi jaringan.
4. Isolasi daerah kerja dan keringkan. Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll dan
penempatan rubber dam. Digunakan untuk memperluas pandangan dokter gigi terhadap gigi
yang ingin dikerjakan.
5. Preparasi kavitas. Preparasi untuk pembuatan vener dengan menggukan round diamond bur
no.8 yang masuk setengahnya untuk bagian servikal dan round bullet-shape truncated cone
diamond bur utnuk mengasah bagian fasial sedalam 0,5mm hingga mendekati daerah kontak
proksimal.
6. Sterilisasi kavitas menggunakan Klor hexidine 2%
7.Memberi lapisan kalsium hidroksida hanya pada dasar kavitas yang sangat dalam. Kalsium
hiroksida bisa digantikan dengan glass ionomer cements sebagai bahan base.
8.Etsa email pada tepi kavitas dengan asam fosfat 30–50 % selama 1,5–2 menit, cuci selama 15
detik, keringkan sampai moistselama 30 detik.
9.Letakkan bahan bonding pada email yang telah di etsa, sinari dengan light curing selama 20
detik.
10.Masukkan bahan resin composites ke kavitas, sinari dengan light curing selama 40 detik.
11.Bersihkan sisa–sisa resin composites, poles restorasi dengan bur diamond dan tungsten
carbide serta disk abrasif.
12. Final counturing, finising, polishing Penghalusan dan pembentukan kontur gigi dengan
finishing bur. Bagian proksimal dihaluskan dengan polishing strip. Pemolesan dilakukan dengan
menggunakan opit disk dan occlubrush. Check oklusi Cek lagi menggunakan articulatig paper
dan kontak proksimal dengan gigi. Jika masih ada yang berlebih lakukan finising dan poloshing
kembali.

Alat Bahan
Peralatan dental standar (sonde, kaca mulut, Resin composites radiopak yang di gunakan
pinset, anestesia (jika dibutuhkan), rubber dam, untuk gigi posterior
handpiece low–speed, handpiece high–speed
Placement and carving instrument Resin composite placement syringe
Articulating paper Pumice
Bur (carbide dan diamond) Glycerin gel
Finishing instrument Material pasta polishing
Polishing instrument Asam phospat 37%
Desinfektan kavitas

11. Jelaskan kapan kontrol berkala anak setelah seluruh perawatan selesai dilakukan!
(berdasarkan penentuan risiko karies pada anak berdasarkan CAMBRA). (IKGA)
Jawab :
Karies Risk Assessment: CAMBRA CRA tools (CRA) telah dievaluasi dalam beberapa studi
hasil klinis dan uji klinis. CRA CAMBRA yang diperbarui untuk usia 0–6 tahun dan 6 tahun
hingga dewasa disediakan. CRA ini telah disempurnakan dengan penambahan metode kuantitatif
yang akan membantu penyedia layanan kesehatan dalam menentukan risiko karies individu.25,26
Berdasarkan tabel caries risk assesment pada kategori risk factor ,sosial biological pasien sesuai
dengan kategori Pasien sering terpapar (>3 kali/hari) di antara waktu makan makanan ringan
atau minuman yang mengandung gula per hari. Pasien memiliki kemiskinan seumur hidup,
literasi kesehatan yang rendah. Dan berdasarkan clinical finding pasien sesuai dengan kategori
Pasien memiliki 1 lesi karies interproksimal Ya Pasien memiliki lesi karies aktif non-kavitas
(white spot) atau defek email. Sehingga pasien di kategorikan dalam high risk. Karena pasien
digolongkan pada high risk sehingga waktu kunjungan recall kembali setiap tiga bulan –
Radiografi setiap enam bulan. Pasien juga disarankan untuk minum air berfluoride secara
optimal , menyikat dengan gel/pasta fluoride 0,5 persen, perawatan topikal profesional setiap tiga
bulan – Silver diamine fluoride pada lesi kavitas, pengawasan aktif terhadap lesi karies yang
tidak berkavitas (white spot) ,memulihkan lesi karies yang kavitas atau membesar.
BAB III
KESIMPULAN

Pada anak terdapat tiga jenis pemeriksaan dalam kedokteran gigi diantaranya
pemeriksaan darurat , pemeriksaan berkala dan pemeriksaan lengkap. pemeriksaan lengkap
terdiri pemeriksaan riwayat, pemeriksaan intraoral,pemeriksaan ekstraoral dan pemeriksaan
penunjang.Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan status gizi
anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat
badan danpanjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Klasifikasi penilaian
status gizi berdasarkan Indeks Antropometri sesuai dengan kategori status gizi pada The
WHO Reference2007 untuk anak 5-18 tahun dan BMI with CDC.
Berdasarkan kedalaman kavitas maka diketahui gigi 53,55,75,74,84,36 dikategorikan
K2/KD yaitu karies dentin dan gigi 26 merupakan Karies enamel . Dan berdasarkan klasifikasi
G.V Black maka gigi 53 pasien berada di klass V, gigi 55,75,74,84 berada di kelas I.
Karies Risk Assessment: CAMBRA CRA tools (CRA) telah dievaluasi dalam beberapa
studi hasil klinis dan uji klinis. CRA CAMBRA yang diperbarui untuk usia 0–6 tahun dan 6
tahun hingga dewasa disediakan. CRA ini telah disempurnakan dengan penambahan metode
kuantitatif yang akan membantu penyedia layanan kesehatan dalam menentukan risiko karies
individu. Pasien memiliki lesi karies aktif non-kavitas (white spot) atau defek email. Sehingga
pasien di kategorikan dalam high risk. Karena pasien digolongkan pada high risk sehingga
waktu kunjungan recall kembali setiap tiga bulan – Radiografi setiap enam bulan. Pasien juga
disarankan untuk minum air berfluoride secara optimal , menyikat dengan gel/pasta fluoride 0,5
persen, perawatan topikal profesional setiap tiga bulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Aulia S, Suwargiani AA, Susilawati S. Perbedaan risiko karies pada anak usia 6-7 tahun antara dua Sekolah Dasar
di daerah Jatinangor. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students. 2018 Mar 2;2(1):52-8.
2.UNAND.Tersedia di : http://scholar.unand.ac.id/20734/2/BAB%20I.pdf
3. Pemeriksaan gigi dan mulut pada anak. Tersedia di :file:///C:/Users/acer/AppData/Local/Temp/kgm-
427_slide_pemeriksaan_gigi_dan_mulut_anak.pdf
4. FADHLI M. PERANCANGAN ALAT UKUR TINGGI, BERAT BADAN DAN BODY MASS INDEX
BERBASIS ARDUINO DENGAN OUTPUT BERUPA LCD DAN SUARA (Doctoral dissertation, POLITEKNIK
NEGERI SRIWIJAYA). TERSEDIA DI : http://eprints.polsri.ac.id/4393/2/BAB%20II%20.pdf
5. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2020 TENTANG
STANDAR ANTROPOMETRI ANAK BAB II PENILAIAN STATUS GIZI ANAK tersedia di
:http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No 2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf
6. IDA Indonesia - UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak .2011. tersedia di :
https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Rekomendasi-IDAI-Asuhan-Nutrisi-Pediatrik.pdf
7. SKRIPSI. UNAND. Tersedia di : http://scholar.unand.ac.id/20734/2/BAB%20I.pdf
8. PENILAIAN FAKTOR RISIKO KARIES PADA ANAK USIA DIBAWAH 2 TAHUN MENURUT
AMERICAN ACADEMY OF PEDIATRIC DENTISTRYDI KECAMATAN MEDAN BARU DAN MEDAN
POLONIA . Tersedia di :
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2485/130600019.pdf?sequence=1&isAllowed=y
9. Farizka I, Nandary D, Wijaya D. Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan Radiografi Kedokteran Gigi Pada Pasien
Anak. Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu. 2020 Aug 12;2(1).
10. American Academy of Pediatric Dentistry. Guideline on prescribing dental radiographs for infants, children,
adolescents, and persons with special health care needs. Pediatric dentistry. 2012;34(5):189-91.tersedia di :
https://www.aapd.org/assets/1/7/E_Radiographs1.PDF
11.Espelid I, Mejàre I, Weerheijm K. EAPD guidelines for use of radiographs in children. European Journal of
Paediatric Dentistry. 2003 Mar 1;4:40-8.tersedia di :
https://www.aapd.org/globalassets/media/policies_guidelines/bp_radiographs.pdf
12. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. Ed. ke-6. St Louis: Mosby; 2009
13. Situmorang YH. Perawatan Restorasi Pasien Anak di RSGMP FKG USU Tahun 2010-2015.
14. PANDUAN PRAKTIK KLINISIKATAN DOKTER ANAK INDONESIADiagnosis dan Tata
LaksanaAnkyloglossia (Tongue-Tie) https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Panduan-
Praktik-Klinis-Tongue-tie.pdf
15. Situmeang IF. Prevalensi dan Distribusi Kelainan Lidah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU Angkatan
2018-2019. Tersedia di :
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30875/150600064.pdf?sequence=1&isAllowed=y
16. PANDUAN PRAKTIK KLINISIKATAN DOKTER ANAK INDONESIADiagnosis dan Tata
LaksanaAnkyloglossia (Tongue-Tie)https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Panduan-
Praktik-Klinis-Tongue-tie.pdf
17. Mardia IS. Hubungan Coated Tongue dengan Xerostomia pada Penderita Diabetes Melitus di RSUP. Haji Adam
Malik Medan. Tersedia di :
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19173/120600005.pdf?sequence=1&isAllowed=y
18. BAHAN AJAR KEPERAWATAN GIGI. DENTAL MATERIAL . tersedia di :
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/Dental_bab1-6.pdf
19. http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1636/130600190.pdf?sequence=1&isAllowed=y
20. Soeprihati IT, Rantinah SB. PENGARUH BAHAN CONDITIONING TERHADAP KEBERHASILAN
SEMEN IONOMER KACA SEBAGAI BAHAN PENUTUP FISUR PADA GIGI PERMANEN DAN GIGI
DESIDUI (KAJIAN IN VIVO). Jurnal Kedokteran Gigi.;6(4):361-6.
21. PERAWATAN RESTORASI PASIEN ANAK DI RSGMP FKG USU TAHUN 2010-2015 . Tersedia di :
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19235/130600189.pdf?sequence=1&isAllowed=y
22. Fibryanto E. Bahan Adhesif Restorasi Resin Komposit. Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu. 2020 Aug 6;2(1).
23. Fienna Novianthi S A. Literature Review ETCHING DAN BONDING . Tersedia di :
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/29141/1/3a2d68fb2cc0a1edf3ecd5bf318a9560.pdf
24. Sihite NG. Gambaran Kebutuhan Restorasi Gigi di Departemen IKGA RSGMP FKG USU Tahun 2010-2015.
Tersedia di : http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1636/130600190.pdf?sequence=1&isAllowed=y
25. Featherstone JD, Crystal YO, Alston P, Chaffee BW, Doméjean S, Rechmann P, Zhan L, Ramos-Gomez F.
Evidence-Based Caries Management for All Ages-Practical Guidelines. Frontiers in Oral Health. 2021 Apr
27;2:14.

26. American Academy of Pediatric Dentistry. Caries-risk assessment and management for infants, children, and
adolescents. Pediatr Dent. 2017;39(6):197-204.

Anda mungkin juga menyukai