Identitas Pasien
No. RM : 089990
Tempat tanggal lahir: Jember, 30 April 2012
Didukung dengan keadaan rongga mulut yang tidak sesuai, seperti misalnya
keadaan gigi berjejal dan faktor morfologi gigi itu sendiri, contohnya adalah
banyaknya fit dan fissure yang dalam pada gigi posterior yang menyebabkan sisa
makaan dapat terjebak didalamnya.
Selain faktor dari keadaan dan morfologi gigi faktor lainnya adalah keadaan saliva,
saliva yang berperan sebagai pembersih kimiawi dan mempunyai peran penting
dalam mencegah terjadinya karies.
Jika tidak dilakukan pembersihan atau hal itu dibiarkan hal itu menyebabkan 2 hal
yang terjadi, pertama, memberi kesempatan bakteri S. mutans untuk membentuk
kolonisasi dalam plak yang dapat menyebabkan karies gigi, dan yang kedua karbohidrat
ini nantinya akan difermentasi oleh bakteri itu sendiri yang kemudian menghasilkan asam
organik dan menyebabkan pH pada plak turun, hal ini akan mempercepat terjadinya proses
demineralisasi permukaan gigi dan jika hal itu terus terjadi dapat menyebabkan terjadinya
karies gigi. Kelima faktor penyebab karies diatas tidak berdiri sendiri tetapi saling
bekerjasama dan saling mempengaruhi seperti pada gamabar dibawah.
2) Faktor Intervesi Penyebab Karies (usia, perilaku kesehatan gigi dan mulut)
Selain beberapa hal di atas, terdapat faktor intervensi penyebab karies/faktor luar
yang dapat mempengaruhi proses terbentuknya karies, salah satunya pengetahuan dan
perilaku kesehatan gigi dan mulut pasien, usia pasien.
Sebetulnya karies itu dapat dicegah atau bahkan tidak akan terjadi jika faktor dari
diri sendiri atau lingkungan pasien dapat mendukung hal tersebut. Saat pasien memiliki
bebrapa faktor resiko penyebab karies diatas, namun memiliki perilaku yang baik dalam
menjaga kesehatan rongga mulutnya, maka kejadian karies pada rongga mulut pasien dapat
dicegah.
Faktor pengetahuan dan perilaku pasien dan keluarga terutama orangtua dalam
menjaga kesehatan rongga mulutnya menjadi hal penting dalam penyebab terjadinya karies
pada pasien kami. Saat seseorang memiliki pengetahuan yang baik terkait menjaga
kebersihan rongga mulutnya, yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk prilaku atau
tindakannya, maka terjadinya karies dapat dicegah. Hal ini juga terjadi pada pasien kami,
melalui beberapa pemeriksaan subjektif dan objektif yang dilakukan. Hasil dari
pemeriksaan yang didapatkan, pasien mengaku menyikat gigi saat mandi, dan pasien
mengaku bahwa dalam keluarga pasien menggunakan 1 sikat gigi untuk digunakan
bersama. Selain itu dari faktor diet pasien sangat suka sekali makanan manis, seperti coklat,
permen, dan makanan kariogenik lainnya. Kemudian untuk melihat bagaimana pasien
melakukan pembersihan gigi dirumah, kami mendapati bahwa pasien melakukan metode
yang kurang tepat, dibuktikan dengan hasil pemeriksaan OHI yang didapat, dimana masih
banyak plak yang menempel pada permukaan gigi.
Usia sekolah dasar adalah usia dimana anak-anak menyerap pengetahuan dari orang
sekitar, terutama orangtua. Begitupun perilaku anak terkait menajaga kebersihan rongga
mulutnya biasanya ia dapatkan dari meniru atau ajaran dari orang-orang terdekatnya tanpa
menganalisa itu benar atau tidak. Maka dari itu pentingnya orangtua untuk memiliki
pengetahuan dan perilaku yang baik terkait menjaga kebersihan rongga mulut. Agar anak
dapat meniru dan orangtua dapat mengajarkan pengetahuannya tersebut kepada anak.
Sehingga faktor etiologi terjadinya karies pada pasien selain dari bakteri plak dan
factor utama lainnya tetapi factor perilaku juga memegang peranan yang penting dalam
mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut.
Frekuensi dan efektifitas pembersihan gigi sangat penting untuk mencegah
timbulnya karies gigi dan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor, efektif untuk
menjaga cadangan fluor dalam rongga mulut, serta diet buah dan sayur yang baik untuk
menjaga kesehatan rongga mulut.