Anda di halaman 1dari 10

RESUME UNTUK TUGAS DIAGNOSA

Nama : SITI FATIMAH KHAERUN NISA


NIM :191611101106

Identitas Pasien
No. RM : 089990
Tempat tanggal lahir: Jember, 30 April 2012

1. Etiologi utama dari kasus tersebut adalah ?


Jawab:
1) Faktor Penyebab Utama
Karies gigi merupakan suatu proses patologis yang terjadi akibat adanya interaksi antar
faktor di dalam mulut. Faktor yang berperan meliputi faktor gigi dan saliva (komposisi
gigi, posisi gigi, pH saliva, dan kekentalan saliva), agen (mikroorganisme), karbohidrat
seperti sukrosa dan glukosa, dan faktor waktu.
Berdasarkan penjelasan diatas, kita bisa menganalisa bagaimana karies yang ada
pada pasien dapat terjadi. Tentu hal pertama, secara mekanisme hal itu karena beberapa
faktor utama penyebab karies itu sendiri. Proses terjadinya karies pada gigi melibatkan
beberapa faktor yang tidak berdiri sendiri tetapi saling bekerjasama, yaitu:
Mikroorganisme, gigi, makanan, saliva dan waktu.

Diet yang mengandung karbohidrat (sukrosa)

 Didukung dengan keadaan rongga mulut yang tidak sesuai, seperti misalnya
keadaan gigi berjejal dan faktor morfologi gigi itu sendiri, contohnya adalah
banyaknya fit dan fissure yang dalam pada gigi posterior yang menyebabkan sisa
makaan dapat terjebak didalamnya.
 Selain faktor dari keadaan dan morfologi gigi faktor lainnya adalah keadaan saliva,
saliva yang berperan sebagai pembersih kimiawi dan mempunyai peran penting
dalam mencegah terjadinya karies.

Jika tidak dilakukan pembersihan atau hal itu dibiarkan hal itu menyebabkan 2 hal
yang terjadi, pertama, memberi kesempatan bakteri S. mutans untuk membentuk
kolonisasi dalam plak yang dapat menyebabkan karies gigi, dan yang kedua karbohidrat
ini nantinya akan difermentasi oleh bakteri itu sendiri yang kemudian menghasilkan asam
organik dan menyebabkan pH pada plak turun, hal ini akan mempercepat terjadinya proses
demineralisasi permukaan gigi dan jika hal itu terus terjadi dapat menyebabkan terjadinya
karies gigi. Kelima faktor penyebab karies diatas tidak berdiri sendiri tetapi saling
bekerjasama dan saling mempengaruhi seperti pada gamabar dibawah.

Gambar 1 Faktor yang berpengaruh tehadap proses terjadinya karies

2) Faktor Intervesi Penyebab Karies (usia, perilaku kesehatan gigi dan mulut)
Selain beberapa hal di atas, terdapat faktor intervensi penyebab karies/faktor luar
yang dapat mempengaruhi proses terbentuknya karies, salah satunya pengetahuan dan
perilaku kesehatan gigi dan mulut pasien, usia pasien.
Sebetulnya karies itu dapat dicegah atau bahkan tidak akan terjadi jika faktor dari
diri sendiri atau lingkungan pasien dapat mendukung hal tersebut. Saat pasien memiliki
bebrapa faktor resiko penyebab karies diatas, namun memiliki perilaku yang baik dalam
menjaga kesehatan rongga mulutnya, maka kejadian karies pada rongga mulut pasien dapat
dicegah.
Faktor pengetahuan dan perilaku pasien dan keluarga terutama orangtua dalam
menjaga kesehatan rongga mulutnya menjadi hal penting dalam penyebab terjadinya karies
pada pasien kami. Saat seseorang memiliki pengetahuan yang baik terkait menjaga
kebersihan rongga mulutnya, yang kemudian diimplementasikan dalam bentuk prilaku atau
tindakannya, maka terjadinya karies dapat dicegah. Hal ini juga terjadi pada pasien kami,
melalui beberapa pemeriksaan subjektif dan objektif yang dilakukan. Hasil dari
pemeriksaan yang didapatkan, pasien mengaku menyikat gigi saat mandi, dan pasien
mengaku bahwa dalam keluarga pasien menggunakan 1 sikat gigi untuk digunakan
bersama. Selain itu dari faktor diet pasien sangat suka sekali makanan manis, seperti coklat,
permen, dan makanan kariogenik lainnya. Kemudian untuk melihat bagaimana pasien
melakukan pembersihan gigi dirumah, kami mendapati bahwa pasien melakukan metode
yang kurang tepat, dibuktikan dengan hasil pemeriksaan OHI yang didapat, dimana masih
banyak plak yang menempel pada permukaan gigi.
Usia sekolah dasar adalah usia dimana anak-anak menyerap pengetahuan dari orang
sekitar, terutama orangtua. Begitupun perilaku anak terkait menajaga kebersihan rongga
mulutnya biasanya ia dapatkan dari meniru atau ajaran dari orang-orang terdekatnya tanpa
menganalisa itu benar atau tidak. Maka dari itu pentingnya orangtua untuk memiliki
pengetahuan dan perilaku yang baik terkait menjaga kebersihan rongga mulut. Agar anak
dapat meniru dan orangtua dapat mengajarkan pengetahuannya tersebut kepada anak.

Sehingga faktor etiologi terjadinya karies pada pasien selain dari bakteri plak dan
factor utama lainnya tetapi factor perilaku juga memegang peranan yang penting dalam
mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut.
Frekuensi dan efektifitas pembersihan gigi sangat penting untuk mencegah
timbulnya karies gigi dan penggunaan pasta gigi yang mengandung fluor, efektif untuk
menjaga cadangan fluor dalam rongga mulut, serta diet buah dan sayur yang baik untuk
menjaga kesehatan rongga mulut.

2. Langkah-Langkah Untuk Mendapatkan Diagnosa


Diagnosis dalam kedokteran gigi dapat diartikan sebagai penentuan jenis penyakit yang
diderita pasien. Pengertian lainnya adalah cara–cara pemeriksaan untuk menentukan suatu
diagnosis. Mengidentifikasi kelainan–kelainan yang berhubungan dengan gigi dan jaringan
sekitarnya dengan jalan menanyakan, memeriksa, dan menyatukan gambaran penyakit yang
terlihat (pemeriksaan objektif) dengan faktor– faktor yang diperoleh dari wawancara tersebut
(pemeriksaan subjektif) dan jika diperlukan dapat didukung dengan pemeriksaan penunjang
yang dapat membedakan dari penyakit yang lain.
Penegakan diagnosis dan rencana perawatan merupakan hal yang sangat penting dilakukan
oleh dokter gigi karena hal tersebut akan mempengaruhi ketepatan dan keberhasilan perawatan
yang dilakukan terhadap pasien. Pada pasien kami pun dilakukan hal yang sama, yaitu
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
a) Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan subjektif dapat dilakukan melalui anamnesa. Anamnesa adalah cara pemeriksaan
yang dilakukan dengan wawancara baik langsung kepada pasien (Auto anamnese) atau pada
orang tua atau sumber lain (Allo anamnese), yang nantinya menghasilkan catatan berhubungan
dengan masalah dari sudut pandang pasien, seperti keluhan pasien, dimana keluhan itu terjadi,
seperti apa keluhan itu terjadi, dan sejak kapan keluhan itu terjadi, perawatan gigi apa yang
telah dilakukan, bagaimana riwayat kesehatan umum apakah pasien memiliki alergi atau
penyakit sistemik, apakah pasien memiliki kebiasaan buruk, dan bagaimana riwayat kesehatan
keluarganya.
Pada kasus ini kami melakukan wawancara langsung terhadap pasien dan orangtua pasien
terkait keadaaan rongga mulut pasien.
b) Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan Obyektif adalah data atau bukti gejala klinis pada pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa. Hal ini terkait dengan pemeriksaan keadaan umum dari pasien,
pemeriksaan ektra oral dan intra oral, dan untuk membantu menegakkan diagnosa dilakukan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan keadaan umum pasien terkait keadaan fisik, tekanan
darah, suhu tubuh pasien, respirasi, tinggi dan berat badan dari pasien. Kemudian kami
melakukan pemeriksaan ektra oral, terkait pemeriksaan bentuk wajah, palpasi kelenjar saliva
dan kelenjar limfe, dan kemudian pemeriksaan) intra oral terkait dengan kebersihan rongga
mulut pasien dengan menggunakan perhitungan OHI-S dan pemeriksaan gigi geligi dan
jaringan periodontal pasien. Dan untuk membantu menegakkan diagnosa dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu melakukan foto rongten periapikal pada gigi yang mengalami
karies.
Berdasarkan data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan disimpulkan
menjadi sebuah diagnosa (assasment). Hal ini sangat penting untuk menentukan rencana
perawatan yang perlu dilakukan (planning).

Gambaran klinis dan foto radiologi gigi 55


Gambaran klinis dan foto radiologi gigi 65

Gambaran klinis dan foto radiologi gigi 74

Diagnosa gigi yang didapatkan pada pasien adalah sebagai berikut:


3. Pertimbangan Klinis Untuk Menentukan Rencana Perawatan
Secara garis besar rencana perawatan dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut Promosi
kesehatan kemudian tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan penyakitnya. Keduanya
dapat dirinci sebagai berikut:
a) DHE
b) Pencegahan
c) Kuratif (seperti: pulpo, psa, endo intrakanal, dkk)
d) Rehabilitatif ( seperti: tumpat, gigi tiruan, dkk)
e) maintainance (seperti: control)
Untuk perawatan pada pasien dilakukan berdasarkan pertimbangan:
1) Keadaan klinis terkait kesehatan umum pasien baik
2) Keadaan klinis terkait ektra oral pasien juga tidak mengalami tanda-tanda kelainan
3) Keadaan gigi pasien dapat dilihat sebagai berikut:
 Pada gigi 65 mengalami retained dental root gigi, dengan gambaran klinis mahkota
hilang seluruhnya, bagian bukal gigi mengalami kegoyangan, dan gambaran
radiologi menunjukkan sisa jaringan gigi 65 hanya tinggal sedikit dan telah
teresorbsi oleh benih P2 dibawahnya, dan terlihat bahwa benih gigi P2 dibawahnya
akan erupsi. Berdasarkan hal tersebut. Rata-rata waktu erupsi gigi Premolar 1 dan
2 pada anak-anak berkisar usia kurang lebih 10-12 tahun. Variasi pola erupsi gigi
(urutan atau waktu erupsi) berbeda dari setiap orang dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Berdasarkan gambaran klinis dan foto radiografi perawatan yang dapat
dilakukan pada gigi 65 adalah dilakukan ektraksi pada gigi 65, hal ini untuk
memberikan tempat untuk gigi P2 yang semakin dekat untuk erupsi.
 Pada gigi 55 mengalami karies profunda perforasi dengan keadaan klinis karies
mencapai ruang pulpa dan dengan kehilangan hampir setengah mahkota gigi, dan
keadaan akar, yang dilihat dari gambaran radiologis bahwa akar telah mengalami
resorbsi lebih dari 2/3 panjang akar, menurut gambaran radiologis akar teresorbsi
oleh mahkota gigi 15 (P2). Rata-rata waktu erupsi gigi Premolar 1 dan 2 pada anak-
anak berkisar usia kurang lebih 10-12 tahun. Variasi pola erupsi gigi (urutan atau
waktu erupsi) berbeda dari setiap orang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pada
pasien sebentar lagi pasien menginjak usia 10 tahun, pasien dapat diberikan edukasi
bagaimana menjaga kesehatan gigi dan mulut dan pasien dapat diberikan tumpatan
sementara jika lubang pada pasien mengganggu, seperti contohnya menimbulkan
rasa sakit atau keluhan lainnya. Gigi susu yang ada ini dibiarkan terlebih dahulu
pada tempatnya untuk mempertahankan ruang sampai gigi permanen ini
dibawahnya akan tumbuh. Perawatan ektraksi pada gigi 65 dapat dilakukan jika
gigi 65 tidak tanggal ketika saat gigi permanen penggantinya tumbuh.
 Pada gigi 74 mengalami karies dentin pada permukaan oklusal bagian distal yang
menjalar sampai proksimal atau mengalami karies klas II. Dapat dilihat pada
gambaran klinis pasien dan gambaran radiologi pada gigi 74 karies mencapai
dentin. Berdasarkan diagnosa tersebut maka rencana perawatan yang dapat
dilakukan adalah dilakukan tumpatan klas II pada gigi 74. Hal ini dilakukan untuk
mengembalikan fungsi pengunyahan, mencegah penjalan infeksi lebih lanjut,
mempertahankan gigi sulung sampai gigi permanen pengganti erupsi. Dapat dilihat
dari hasil radiografi gigi permanen pengganti masih belum bergerak meresorbsi
akar gigi sulung diatasnya. Berdasarkan hal tersebur rencana perawatan pada gigi
74 adalah dilakukan tumpatan klas II.

4. Keberhasilan perawatan dan alasannya


Keberhasilan perwatan gigi anak dapat dipengarui oleh factor internal maupun eksternal.
Faktor internal adalah:
 Faktor internal terkait kekooperatifan pasien itu sendiri,biasanya berkaitan dengan
tingkah laku, pengalaman anak itu sendiri pada pasien kami pasien merupakan pasien
dengan tipe tingkah laku yang dapat diajak bekerja sama, yaitu pasien kooperatif. Hal
ini dapat dibuktikan pasien bersedia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan dan melakukan hal yang diintruksikan oleh dokter gigi. Pasien bersikap
tenang dan relative mengalami kecemasan yang rendah, pasien juga tertarik dengan
berbagai tindakan atau perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi. Hal ini dengan
dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan kecil dari mulai fungsi alat, dan bahan apa
yang digunakan, serta tindakan apa yang akan dlakukan pada gigi pasien. Kemudian
kami dokter gigi menjelaskan secara sederhana menyesuaikan dengan usia pasien agar
pasien dapat paham dan mengerti maksud yang disampaikan.
 Keadaan rongga mulut pasien: oral higine pasien,. Pada pasien kami memiliki oral
higine yang cukup baik dengan nilai OHI-S senilai 1,25, dengan nilai CI-S sebesar 0,
dan DI-S sebesar 1,25, namun kemi memberikan kembali edukasi terkait menjaga
kebersihan gigi, setelah dilakukan edukasi terkait cara menyikat gigi yang baik, pasien
mengalami penurunan kembali nilai OHI-S menjadi 0,25. Kemudian terkait keparahan
kelainan gigi yang terjadi, bersadarkan ketiga kasus gigi pada gigi 55, 65, dan 74,
ketiganya memiliki prognosis yang baik, dilihat dari sisa jaringan gigi dan jaringan
penunjang yang tersisa. Perawatan pada ketinya dapat dilakukan perawatan dengan
prognosis yang baik.
 Faktor eksternal: Faktor eksternal yaitu faktor lingkungan, kerjasama orangtua dan
dokter gigi. Lingkungan klinik pedodontia yang ramai dengan anak-anak lain yang
melakukan perawatan ini dapat menimbulkan motivasi pasien untuk mendapatkan
perawatan yang sama, ayitu dengan memberikan contoh anak lainnya. Sehingga anak
akan termotivasi untuk melakukan perawatan. Factor orangtua dan dokter gigi, segitiga
dalam perawatan gigi anak sangat diperlukan yaitu kerja sama anatara anak, orangtua
dan dokter gigi. Ketiganya harus saling bekerjasama agar didaptakan hasil perawatan
yang maksimal. Pada pasien kami, orangtua pasien sangat kooperatif, orangtua mau
menerima informasi yang kami berikan, dan memberikan feedback yang baik atas
informasi yang kami berikan, orangtua juga ikut memotivasi anak untuk melakukan
perawatan gigi pada anak. Operator dan asisten operator di klinik gigi berusaha untuk
membuat anak senyaman mungkin berada di dental unit, dan melakukan tindakan
secara cepat dan sistematis agar didapatkan hasil perawatan yang maksimal. Operator
menggunakan teknik tell-show-do terhadap pasien, dan hal itu sangat efektif dilakukan
terhadap pasien.

Anda mungkin juga menyukai