Anda di halaman 1dari 23

SEMINAR MAHASISWA ORTHODONTI

PERANAN ORAL HYGIENE DALAM PERAWATAN


ORTHODONTI

Disusun Oleh :
Markus Hasaya S.

2013-16-098

Mayang Sari

2013-16-099

Mentari Ramadhani

2013-16-101

PEMBIMBING : drg. TUTI ALAWIYAH, M.Pd

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2015
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

ii

DAFTAR TABEL

iii

BAB I. PENDAHULUAN

BAB II. ORAL HYGIENE DALAM PERAWATAN ORTODONTI

A Definisi Oral hygiene


B Dampak Oral Hygiene yang Buruk pada Pasien Orthodonti
C Pemeliharaan Oral hygiene selama perawatan Ortodonti
1. Cara Penyikatan Gigi
2. Pemakaian Dental Floss
3. Penggunaan Pasta Gigi Fluoride
4. Penggunaan Obat Kumur

3
4
9
10
13
14
15

BAB III. RINGKASAN

16

DAFTAR PUSTAKA

18

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Halaman

Indeks debris
Indeks kalkulus

4
4

Karies Gigi
Karies gigi pada pasien ortodonti
Tahapan Karies gigi

5
6
6

Gingiva sehat, Gingivitis, Periodontitis

7. Sikat gigi manual


8. Sikat gigi elektrik
9. Sikat gigi dengan baris tengah bulu sikat berukuran lebih pendek
10. Pemakaian dental floss
11. Pemakaian dental floss
12. Menyikat gigi dengan pasta gigi ber-fluoride

10
10
11

13
13
15

DAFTAR TABEL

TABEL

Halaman

1. Tingkat kebersihan rongga mulut dapat dilihat dari skor OHI

BAB I
PENDAHULUAN

Ortodontik merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari
pertumbuhan struktur jaringan gigi, perkembangan oklusi gigi geligi serta mempelajari
cara

pencegahandanperawatan

kelainan

dentofasial,

termasuk

maloklusi

untuk

mendapatkan oklusi yang sehat,seimbang, stabil dan estetik. Maloklusi itu sendiri
merupakan penyimpangantumbuhkembanggigi geligi dan struktur anatomi terkait yang
efeknya dapat mengganggu kondisi psikologis seseorang.1
Maloklusi seperti gigi berjejal, tidak beraturan dan protusif sejak dahulu sudah
menjadi masalah yang mengganggu bagi sebagian masyarakat.2Prevalensi maloklusi di
Indonesia masih relative tinggi yaitu sekitar 80% dari total penduduk yang ada dan
merupakan salah satu dalam masalah kesehatan gigi dan mulut setelah karies gigi dan
penyakit periodontal.3
Selama perawatan ortodonti berlangsung, pembentukan plak, kalkulus, lesi white
spot dan gingivitis merupakan hal yang tidak dapat dihindari terutama bila oral hygiene
pasien buruk.4 Alat ortodonti merupakan faktor predisposisi terjadinya penumpukan plak.
Selain itu motivasi dan sikapkooperatif pasien yang kurang dalam menjaga kebersihan
mulutnya juga merupakan faktor lain dalam menumpuknya plak sehinggaoral hygiene
menjadi buruk. Kegagalan dalam menjaga oral hygiene selama perawatan akan berlanjut
pada kerusakan jaringan periodontal dan meningkatnya jumlah karies.5

Berdasarkan permasalahan diatas penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai


peranan darioral hygiene terhadap pasien yang dirawat dengan alat ortodonti, sehingga
penulis mendapatkan pengetahuan dan dapat meningkatkan kinerja serta kualitas penulis
sebagai dokter gigi muda atau koas.

BAB II
ORAL HYGIENE DALAM PERAWATAN ORTODONTI

Pemakaian alat ortodonti terutama alat ortodonti cekat membuat gigi lebih sukar
dibersihkan dan mempermudah terjadinya penumpukan plak pada gigi pasien. Plak merupakan
faktor penyebab penyakit periodontal dan kerusakan gigi. Oleh karena itu, pemeliharaan oral
hygienedalam perawatan ortodonti merupakan faktor utama dalam mencegah penumpukan
plak.6,16,17
A. Definisi Oral Hygiene
Oral hygieneadalah tindakan pemeliharaan rongga mulut agar tetap bersih dan
sehat untuk mencegah terjadinya karies, penyakit jaringan periodontal serta bau
mulut.Tujuan pemeliharaanoral hygieneadalah untuk menyingkirkan atau mencegah
timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan yang melekat di gigi.2,3,7
Oral hygienemerupakan kebersihan rongga mulut seseorang yang dapat diukur
dari indikator yang disebut indeks. Ada beberapa indeks yang dapat digunakan untuk
menentukan statusoral hygieneseseorang yaitu indeks oral hygiene.8
Oral Hygiene Index(OHI) merupakan metode mengukur debris dan kalkulus yang
menutupi permukaan gigi dan terdiri dari dua komponen yakni indeks debris dan indek
kalkulus. Masing-masing indeks memilikinilai skor 03. Oral Hygiene Index(OHI)
diperoleh dengan menjumlahkan nilai indeks debris (Gambar 1)dan indeks kalkulus
(Gambar 2).8
3

Gambar 1

Gambar 2

Indeks Debris.

Indeks Kalkulus.

Alat yang digunakan untuk menentukan Oral Hygiene Index(OHI) adalah kaca
mulut dan sondehalf moon(berbentuk sabit).Tingkat kebersihan rongga mulut dapat dilihat
dari skor OHI yang didapat (tabel 1).9Skor OHI pada pasien yang dirawat ortodonti
harusberada pada tingkatan baik, karenaoral hygiene memegang peranan dalam
menentukan keberhasilan perawatan ortodonti.8
Oral Hygiene

Tingkatan Klinis Kebersihan

Index
0 1.2
1.3 3.0

Mulut
Baik
Sedang

3.1 6.0

Buruk
Tabel 1

Tingkat kebersihan rongga mulut dapat dilihat dari skor OHI.

B. Dampak Oral HygieneYang Buruk pada Pasien Orthodonti


Kesehatan rongga mulut memegang peranan yang penting untuk masalah satu
komponen hidup sehat yang penting. Jika oral hygiene tidak dipelihara dengan baik, maka
akan menimbulkan penyakit di rongga mulut. Penyakit periodontal (seperti gingivitis dan
periodontitis) dan karies gigi merupakan akibat dari oral hygiene yang buruk. Adanya alat

orthodonti memungkinkan adanya daerah retensi, sehingga mengakibatkan terjadinya


akumulasi dari plak
Menurut penilitian Thilagrani, P. R et.al. penggunaan alat ortodonti akan merubah
keadaan jaringan periodontal menjadi buruk. Penyakit periodontal dan karies gigi
merupakan penyakit di rongga mulut yang dapat menyebabkan hilangnya gigi secara
patologis. Kedua penyakit tersebut dipengaruhi oleh tindakan kontrol plak oleh pasien dan
perawatan dari dokter gigi. Kontrol plak yang dapat dilakukan oleh pasien di rumah antara
lain menyikat gigi dan flossing. Sedangkan di klinik dokter gigi, dapat dilakukan topikal
aplikasi fluoride dan skelling.
Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut
bersama-sama dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan
gigi dan mulut. Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit
dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi (enamel, dentin dan sementum). Jaringan
tersebut rusak dan menyebabkan lubang pada gigi. Karies gigi bersifat kronis dan dalam
perkembangannya membutuhkan waktu yang lama, sehingga sebagian besar penderita
mengalaminya seumur hidup. Namun demikian penyakit ini sering tidak mendapat
perhatian dari masyarakat dan tenaga kesehatan, karena jarang membahayakan jiwa.

Gambar 3
Karies gigi

Gambar 4
Karies gigi pada pasien ortodonti.

Karies gigi disebabkan oleh plak bakteri yang ada di sekitar gigi dalam jangka
waktu tertentu. Untuk terjadinya lubang atau karies pada permukaan licin gigi yang dapat
terlihat secara klinis dibutuhkan waktu kira-kira 18 bulan 6 bulan. Karies gigi pada tahap
awal tidak menimbulkan rasa sakit, namun pada tahap lanjut dapat menimbulkan rasa sakit.

Gambar 5
Tahapan Karies gigi.

Beberapa kondisi yang menyebabkan hal tersebut yakni frekuensi konsumsi gula,
mulut kering dan oral hygiene yang buruk. Oral hygiene dapat dirawat secara pribadi di
rumah dengan cara menyikat gigi secara tepat dan teratur. Tujuannya yakni untuk
meminimalkan bakteri penyebab penyakit di rongga mulut dengan mencegah pembentukan
6

plak bakteri dan menyingkirkannya. Jika plak bakteri bertambah banyak, gigi akan mudah
terkena karies. Karena sisa makanan yang mengandung gula akan dipakai bakteri untuk
memproduksi asam yang akan mendemineralisasikan enamel. Selain di rumah, perawatan
oral hygiene dapat dilakukan di klinik dokter gigi. Dokter gigi akan menyingkirkan plak
dan kalkulus yang sulit disingkirkan secara pribadi di rumah.
Oral hygiene yang buruk juga berhubungan dengan gingivitis. Gingivitis
merupakan inflamasi yang terjadi pada gingiva. Selain gingivitis, penyakit pada jaringan
periodontal adalah periodontitis. Kedua penyakit tersebut dibedakan berdasarkan saku
yang terbentuk. Pada gingivitis, saku yang terbentuk saku gusi, sedangkan pada
periodontal saku yang terbentuk saku periodontal. Gingivitis jika tidak dirawat maka akan
menjadi periodontitis.

Penyebab terjadinya gingivitis atau inflamasi gingiva adalah adanya invasi


bakteri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Loe dkk dan McCall
1933. Loe dkk meyimpulkan bahwa plak bakteri yang berkumpul di margin gingiva
dapat menyebabkan gingivitis. Bakteri-bakteri tersebut antara lain Actinobacillus
actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis. Selain itu, defesiensi vitamin C
juga dihubungkan dengan faktor etiologi gingivitis (Bucker 1943).
Prevalensi terjadinya gingivitis pada anak-anak meningkat hingga mencapai umur
pubertas (Parfitt 1957, Hugoson dkk 1981 dan Stamm 1986). Pada anak-anak, gingivitis
tidak separah dengan yang terjadi pada orang dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan
perbedaan kuantitas dan kualitas plak bakteri, respon imun tubuh ataupun perbedaan
morfologi jaringan periodontium antara anak-anak dan orang dewasa (Bimstein dan

Matsson 1999). Plak bakteri pada anak-anak biasanya terdiri dari bakteri patogen yang
konsentrasinya rendah.

Gambar 6
Gingiva sehat, Gingivitis, Periodontitis.

Faktor Resiko Oral Hygiene


Oral hygiene memegang peranan yang penting dalam menciptakan pola hidup
sehat. Jika oral hygiene tidak terpelihara maka akan menimbulkan berbagai penyakit di
rongga mulut. Oral hygiene dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya status sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan ras. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Sogi GM dkk (2002) dan Peres MA dkk (2003), karies gigi dan status
kesehatan rongga mulut anak-anak usia 13 hingga 14 tahun sangat berhubungan dengan
keadaan sosial ekonomi anak-anak tersebut. Namun, menurut penelitian Mustahsen dkk
tahun 2008, status kesehatan rongga mulut tidak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi.
Pada penelitian Mustahsen dkk, keadaan sosial ekonomi menengah memiliki kesehatan
rongga mulut yang lebih buruk daripada yang keadaan sosial ekonominya rendah atau
tinggi.
Disamping berhubungan dengan keadaan sosial ekonomi, kesehatan rongga mulut
juga berhubungan dengan tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin dan ras. Menurut
8

Tirthankar (2002), tingkat pendidikan merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor
sosial ekonomi yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Tingkat pendidikan sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat. Seseorang dengan
tingkat pendidikan tingi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan
yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
Sedangkan pada faktor usia dan jenis kelamin, anak-anak yang berusia diantara
11-14 tahun dan jenis kelamin perempuan memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih
buruk (WHO). Jika dihubungkan dengan ras, orang Asia dan Afrika memiliki kesehatan
rongga mulut yang lebih buruk daripada orang Eropa dan Amerika.

C. Pemeliharaan Oral hygiene Selama Perawatan Ortodonti


Oral hygienesangat berperan dalam perawatan ortodonti agar mendapatkan hasil
perawatan yang memuaskan.9 Untuk mencegah komplikasi yang terjadi, dokter gigi harus
memperhatikan oral hygiene

pasien.7 Membersihkan gigi dengan alat ortodonti cekat

sedikit lebih sulit, karena alat ortodonti cekat tidak dapat dilepas sendirioleh pasien,
sehingga pemakaian alat ortodonti cekat dibutuhkan perawatan yang lebih intensif untuk
mencegah komplikasi.5
Dokter

gigi

berkewajiban

untuk

mengedukasi

kepada

pasien

bagaimanacarapenyikatan gigi, pemakaian dental floss, penggunaan pasta gigi yang


mengandung fluoride dan penggunaan obat kumuryang dipakai untuk memelihara oral
hygiene.6,7,10
1. Cara Penyikatan Gigi

Sikat gigi yang digunakan pada pasien ortodonti harus memiliki bulu
sikat yang lembut(soft). Pada saat perawatan ortodonti, sikat gigi yang
digunakan untuk alat ortodonti cekat atau lepasan terdiri dari dua jenis, yaitu
sikat gigi manual dan sikat gigi elektrik (Gambar 3 dan Gambar 4).11

Gambar 7
Sikat Gigi Manual.

Gambar 8
Sikat Gigi Elektrik.

Sikat gigi manual merupakan prosedur pemeliharaan oral hygiene yang


telah lama dilakukan. Kelebihan sikat gigi manual adalah biaya yang lebih
murah dan mudah dilakukan.9Sikat gigi manual yang digunakan adalahbaris
tengah bulu sikat berukuran lebih pendek. Hal ini bertujuan agar pasien dapat
membersihkan bracketdengan mudah dan bulu sikat yang panjang tetap
berkontak dengan permukaan gigi (Gambar 5).9,11
10

Gambar 9
Sikat gigi dengan baris tengah bulu sikat berukuran lebih pendek.

Sikat gigi interdental merupakan sikat gigi manual yang dipakai untuk
menyingkirkan plak subgingiva mulai dari kedalaman saku 2-2,5mm. Saat ini
jenis sikat gigi interdental bervariasi, mulai dari kekerasan bulu sikatnya,
bentuk bulu sikatnya dan desain pegangan sikatnya. Tetapi bulu sikat gigi
dengan ujung membulat dianjurkan untuk mencegah terjadinya trauma pada
gingiva.9,11,16
Ada beberapa teknik menyikat gigi seperti menyikat secara vertikal
horizontal, teknik memutar dan teknik Bass. Teknik tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Teknik menyikat gigi yang baik
harus dapat membersihkan seluruh permukaan gigi termasuk daerah interdental
dan tidak merusak atau melukai permukaan gigi dan jaringan lunak seperti
abrasi dan resesi gingiva.8,12,16
Teknik menyikat secara horizontal dan vertikal dapat menyebabkan
abrasi gigi dan resesi gingiva. Sedangkan teknik memutar tidak membersihkan
daerah interdental. Teknik menyikat gigi yang banyak dianjurkan oleh para

11

dokter gigi karena dinilai cukup efektif dalam membersihkan plak gigi, yaitu
teknik Bass. Teknik Bass merupakan teknik penyikatan yang baik karena
kepala bulu sikat gigi pada permukaan gigi, lebih tepatnya di tepi gingival
(batas gigi dengan gingiva), karena merupakan tempat menumpuknya plak.
Miringkan kepala sikat gigi kira-kira sebesar 45 derajatmenghadap permukaan
gigi. Tujuannya agar bulu sikat dapat masuk ke celah antara gigi dengan
gingival yang disebut saku gingiva, dan membersihkan plak yang ada di
dalamnya agar terhindar dari komplikasi yang terjadi.8,16
Heanue dkk (2003) dan Robinson dkk (2005) menemukan bahwa
penggunaan sikat gigi elektrik lebih signifikan dalam menjaga oral
hygienedibandingkan sikat gigi manual.Sikat gigi elektrik dapat lebih efektif
untuk menghilangkan plak yang menempel dipermukaan gigi dibandingkan
dengan sikat gigi manual. Sikat gigi elektrik digerakkan oleh motor sehingga
mempunyai kekuatan yang stabil dan dapat menjangkau permukaan gigi yang
sulit dijangkau oleh sikat gigi manual. Sikat gigi elektrik kurang begitu dikenal
oleh masyarakat dikarenakan masih merupakan teknologi baru.7,9,12,16
Frekuensi penyikatan gigi juga merupakan faktor yang mempengaruhi
efektifitas penyikatan gigi. Jika penyikatan lebih sering dilakukan, maka gigi
dan rongga mulut lebih bersih sehingga mencegah akumulasi plak dan
timbulnya gingivitis. Penyikatan gigi harus dilakukan minimal 2 kali sehari
khususnya setelah sarapan pagi dan sebelum tidur selama 2-3 menit.7,9,12,13
2. Pemakaian Dental Floss

12

Penyikatan gigi memang efektif dalam menyingkirkan plak, tetapi


penyikatan gigi tidak selalu membuat gigi lebih bersih, khususnya pada sisi
proksimal. Oleh karena itu diperlukan pemakaian dental flosspada pasien
ortodonti (Gambar 5 dan Gambar 6).9,14

Gambar 10 dan 11
Pemakaian Dental Floss.

Cara menggunakan dental floss adalah mengambil sekitar 45 cm dari


dentalfloss, kemudian lilitkan pada jari tengah di kedua tangan dan beri jarak
sekitar 4 cm. Regangkan dengan kencang menggunakan jari telunjuk dan ibu jari.
Arahkan dental flossyang diregangkan di antara gigi. Saat dental flossmencapai
batas gingiva, tekuk menjadi seperti huruf C berlawanan dengan permukaan gigi.
Gerakkan secara perlahan ke atas, bawah, depan dan belakang untuk
membersihkan permukaan gigi. Selanjutnya pindahkan dental flosskegigi
sebelahnya. Dengan gerakan menyerupai gergaji, keluarkan dental flosssetelah
seluruh permukaan selesai dibersihkan.9,14
3. Penggunaan Pasta Gigi Fluoride
13

Saat ini, ada begitu banyak produk pasta gigi yang diperkaya dengan
kandungan sesuai kebutuhan gigi kita, seperti tartar control, pemutih atau
penyegar napas. Namun pemakaian pasta gigi ber-flouridemerupakan salah
satu

faktor

yang

mempengaruhi

dalam

pemeliharaan

oral

hygiene.Flouridemerupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam


mineralisasidan juga dapat mencegah karies.14,15
Menurut Academy of General Dentistry, menyikat gigi dengan pasta gigi
ber-fluoridedua kali sehari dapat mengurangi kerusakan gigi hingga 40
persen.Pasta gigi yang diletakkan pada bulu sikat hanya seukuran kacang,
karena pasta gigi dapat membuat penyikatan gigi lebih efektif dengan
membersihkan

dan

menghilangkan

plak,

noda

(Gambar7).11,14,15

Gambar 12
Menyikat gigi dengan pasta gigi ber-fluoride.

4. Penggunaan Obat Kumur


14

dan

sisa

makanan

Obat kumur dipercaya dapat mencegah pembentukan plak gigi dan


gingivitis. Obat kumur yang sering digunakan adalah chlorhexidine, triclosan
dan Thymol. Chlorhexidinemerupakan obat kumur yang paling efektif
membunuh bakteri gram positif dan negatif. Bahan ini memiliki kemampuan
untuk bertahan lebih lama dirongga mulut dengan cara berikatan dengan
jaringan lunak dan keras dalam rongga mulut. Namun bahan ini memiliki efek
samping seperti perubahan rasa, restorasi dan bahan adesif bracketortodonti.13
Selain chlorhexidine, bahan yang sering dipakai sebagai obat kumur
adalah triclosan. Triclosan tidak menyebabkan stain pada permukaan gigi.
Bahan ini juga dipakai pada pasta gigi.

Namun efek dalam penghambatan

plak bakteri kurang bila dibandingkanchlorhexidine. Thymol juga dipakai


sebagai obat kumur, karena Thymol merupakan obat kumur essential
oil/phenolicdan memiliki efek menghambat pembentukan plak sedang.13

BAB III
RINGKASAN

Ortodontik merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari
pertumbuhan struktur jaringan gigi, perkembangan oklusi gigi geligi serta mempelajari
cara pencegahan dan perawatan kelainan dentofasial, termasuk maloklusi. Selama
15

perawatan ortodonti berlangsung, pembentukan plak, kalkulus, lesi white spot dan
gingivitis merupakan hal yang tidak dapat dihindari terutama bila oral hygiene pasien
sangat buruk. Alat ortodonti merupakan faktor predisposisi terjadinya penumpukan plak.
Selain itu motivasi dan sikap kooperatif pasien yang kurang dalam menjaga kebersihan
mulutnya juga merupakan faktor lain dalam menumpuknya plak sehinggaoral hygiene
menjadi buruk. Kegagalan dalam menjaga oral hygiene selama perawatan akan berlanjut
pada kerusakan jaringan periodontal dan meningkatnya jumlah karies.
Oral hygiene merupakan kebersihan rongga mulut seseorang yang dapat diukur
dari indikator yang disebut indeks. Ada beberapa indeks yang dapat digunakan untuk
menentukan status oral hygiene seseorang yaitu indeks oral hygiene, yaitu dengan
mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi. Terdiri dari dua komponen
yakni indeks debris dan indeks kalkulus yang kemudian keduanya dijumlahkan.
Untuk itu dokter gigi berkewajiban untuk mengedukasi kepada pasien
bagaimanacarapenyikatan gigi, pemakaian dental floss, penggunaan pasta gigi yang
mengandung fluoride dan penggunaan obat kumuryang dipakai untuk memelihara oral
hygiene. Pemilihan sikat gigi dengan bulu yang lembut dan baris tengah bulu sikat yang
berukuran lebih pendek dianjurkan pada pengguna alat ortodonti cekat. Selain itu edukasi
tentang teknik menyikat gigi seperti teknik vertikal, horizontal, roll dan teknik Bass juga
diperlukan. Untuk membersihkan daerah interdental pasien juga dianjurkan untuk
menggunakan dental floss. Penggunaan pasta gigi ber-fluoride akan membantu proses
mineralisasi struktur gigi dan mencegah karies. Untuk mencegah gingivitis dan
pembentukan plak gigi diperlukan obat kumur yang mengandung Chlorhexidineyang

16

efektif membunuh bakteri gram positif dan negatif. Selain itu obat kumur yang
mengandung triclosan dan Thymol dapat membantu menghilangkan stain pada gigi.
Jika selama perawatan orthodonti oral hygiene tidak dijaga dengan penyakitpenyakit di rongga mulut akan muncul seperti karies dan penyakit pada jaringan
periodontal. Hal ini disebabkan karena alat ortodonti yang digunakan didalam mulut
memberikan daerah retensi untuk akumulasi dari plak. Akumulasi plak tersebut dapat
didukung juga oleh diet karbohidrat yang berlebihan.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Lau P, Wong R. Risks and complications in orthodontic treatment. Hong Kong Dental
Journal, 2006;3:12-22.
2. Hobson RS, Clark JD. How UK orthodontists advise patients on oral hygiene. Br J
Orthod, 1998;25:64-6.
3. Derks A dkk. Caries preventive measures used in orthodontic practices: An evidencebased decision?. Am J Orthod Dentofacial Orthop, 2007;132:165-70.
4. Kharsa MAI. The importance of oral hygiene in orthodontic treatment. The Orthodontic
cyberjournal, 2008: 1-9.
5. Benson PE dkk. Fluorides, orthodontics and demineralization: a systematic review.
Journal of Orthodontics, 2005; (32): 10214
6. Ardhana Wayan. Biomekanika Ortodontik. Universitas Gadjah Mada, 2010.
7. Arici S, Alkan A, Arici N. Comparison of different toothbrushing protocols in poortoothbrushing orthodontic patients. European Journal of Orthodontics, 2007; 29: 48892.
8. Maulani Chaerita, Seluk Beluk Kawat Gigi, Jakarta : PT. Gramedia 2009.
9. Laing E, dkk. An Update on Oral Hygiene Products and Techniques. Dental update,
2008: 270-9.
10. Kitayama S dkk. Enamel Bonding of Self-etch and Phosphoric Acid-etch Orthodontic
Adhesive Systems. Dental Materials Journal, 2007; 26(1): 135-43.
11. www.google.com images for orthodonti. 2010
12. Costa MR dkk. Efficacy of Ultrasonic, Electric and Manual Toothbrushes in Patients
with Fixed Orthodontic Appliances. Angle Orthodontist, 2007; 77 (2): 361-6.
13. Kassab MM, Cohen RE. The etiology and prevalence of gingival recession. J Am Dent
Assoc 2003; 134; 220-5.
14. Lucas VS. The relationship between odontogenic bacteraemia and orthodontic treatment
procedures. European journal of orthodontics, 2002; 24: 293-301
15. Song Li dkk. A method for producing controlled fluoride release from an orthodontic
bracket. European Journal of Orthodontics, 2007; (29): 5504.
16. Brusca MI. dkk. Influence of different orthodontic brackets on adherence of
microorganisms in vitro. Angle Orthodontist, 2007; 77(2): 331-5.
17. Bahirrah S. Pergerakan Gigi Dalam Bidang Ortodonsia Dengan Alat Cekat. Universitas
Sumatera Utara.
18

18. Thilagrani, P, Prakash Agarwal, A, Muqtadir Quadri, S, Rajmani, H, Tiwari, A, & Dash,
D 2015, 'Association of Periodontal Health with Orthodontic Appliances among Indian
Patients', Journal Of International Oral Health, 7, 1, pp. 44-47, Dentistry & Oral Sciences
Source, EBSCOhost, viewed 15 October 2015.

19

Anda mungkin juga menyukai