Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gigi merupakan salah satu organ yang tidak kalah penting peranannya
dalam tubuh manusia dalam sistem pencernaan. Gigi juga memiliki fungsi yang
beragam dalam rongga mulut yaitu berfungsi sebagai alat pengunyahan,
mempertahankan

kesehatan

jaringan

periodontal,

memproduksi

dan

mempertahankan suara/bunyi, serta estetik. (Gunadi, 1991)


Kehilangan gigi dapat menyebabkan gangguan keseimbangan pada sistem
gigi dan rahang. Gejala yang akan timbul apabila seseorang kehilangan gigi yaitu
migrasi, pembentukan diastema, reasorbsi tulang alveolar, gingivitis, gangguan
fungsi bicara dan pengunyahan, estetik serta gangguan lainnya. (Besford, 1996).
Biasanya penyebab kehilangan gigi adalah karena pencabutan akibat kerusakan
gigi (berlubang, patah, retak), infeksi pada gigi, dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, jika seseorang kehilangan gigi, maka ia harus menggantinya dengan gigi
tiruan agar tidak kehilangan fungsi-fungsi penting gigi. (Rahmadhan, 2010)
Dalam bidang kedokteran gigi dikenal istilah prosthodonsia, yaitu seni dan
cabang ilmu kedokteran gigi yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan
mempertahankan fungsi rongga mulut, kenyamanan, penampilan, dan kesehatan
pasien dengan atau mengganti gigi yang hilang, dan jaringan disekitar mulut yang
rusak dengan pengganti buatan atau tiruan. (Gunadi, 1991)
Gigi tiruan adalah suatu alat yang digunakan untuk menggantikan gigi asli,
berfungsi untuk mengembalikan estetik, sebagai alat bantu bicara serta membantu
1

fungsi pengunyahan dan pencernaan (Ircham dkk, 1993). Dalam ilmu


prosthodonsia, baik kelancaran jalan perawatan maupun hasil akhir yang baik,
sebagian besar bergantung pada tekniker gigi (Zarb, 1978)
Kebutuhan pemakaian gigi tiruan diperoleh dari perkembangan penduduk
berusia lanjut dan tingkat kerusakan gigi yang terus meningkat. Menurut data
penduduk sasaran program pembangunan kesehatan tahun 2014, penduduk lansia
Provinsi Lampung berjumlah 579.129 jiwa, sedangkan jumlah penduduk lansia
risiko tinggi berjumlah 247.332 jiwa (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2011). Sementara berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Provinsi
Lampung tahun 2013 yang terdiri dari 789.771 sampel penelitian, menunjukan
2,1% gigi permanen mengalami karies dan belum diobati, 2,3% gigi permanen
yang dicabut atau masih berupa sisa akar, 0,07% gigi permanen telah dilakukan
penumpatan atau ditambal, serta 4,5% menggambarkan tingkat keparahan
kerusakan gigi permanen (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Berdasarkan survey pendahuluan yang penulis lakukan dari beberapa
dokter gigi swasta yang ada di Bandar Lampung, jumlah permintaan pembuatan
gigi tiruan rata-rata adalah sebanyak kurang lebih 10 buah perbulan. Berdasarkan
data yang ada pada Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung jumlah dokter gigi
yang ada pada tahun 2013 di Provinsi Lampung adalah sebanyak 233 dokter gigi
yang tersebar di puskesmas, rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Sedangkan untuk di Kota
Bandar Lampung adalah sebanyak 136 dokter gigi (Statistik Daerah Kota Bandar
Lampung, 2013).
Untuk dapat melayani kebutuhan pembuatan gigi tiruan yang ada di kota
Bandar Lampung, seorang tekniker gigi harus memiliki beberapa kompetensi

diantaranya mampu membuat gigi tiruan lepasan akrilik, gigi tiruan kerangka
logam, gigi tiruan cekat (metal, porselen dan akrilik), serta dapat melakukan
rebasing dan reparasi pada gigi tiruan. (Rahmaniwaty dkk, 2010)
Berdasarkan data dari PTGI Lampung, jumlah tekniker gigi yang terdaftar
pada tahun 2014 adalah sebanyak 53 orang, tetapi hanya 8 orang atau sekitar 15%
tekniker yang membuka praktik pembuatan gigi tiruan dikarenakan belum
memadainya laboratorium teknik gigi yang ada dikota ini (PTGI Lampung, 2014).
Dengan mempertimbangkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran permintaan
pembuatan gigi tiruan oleh praktik dokter gigi swasta terhadap jasa tekniker gigi
swasta terhadap jasa tekniker gigi di Kota Bandar Lampung tahun 2014.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Bagaimana gambaran permintaan pembuatan gigi tiruan oleh praktik dokter gigi
swasta terhadap jasa tekniker gigi di Kota Bandar Lampung tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran permintaan pembuatan gigi tiruan oleh dokter
gigi swasta terhadap jasa tekniker gigi di Kota Bandar Lampung tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tipe dan bahan gigi tiruan yang paling banyak
dipesan
b. Untuk mengetahui persentase rata-rata perbulan pembuatan gigi tiruan
oleh praktik dokter gigi swasta yang ada di Kota Bandar Lampung
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Bagi Penulis (Tekniker Gigi)
Manfaat bagi tekniker gigi adalah menambah wawasan dan memotivasi diri
sendiri serta tekniker gigi lain untuk lebih mengasah kemampuan di bidang
keteknikeran gigi.
2. Manfaat Bagi Organisasi PTGI Lampung
Memperkenalkan organisasi PTGI Lampung kepada masyarakat luas
khususnya dokter gigi sehingga lebih memudahkan untuk bekerjasama.
3. Manfaat Bagi Dokter Gigi
Memudahkan dokter gigi dalam bekerja sama untuk pembuatan gigi tiruan.
4. Manfaat Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai data untuk pengajuan pembuatan Laboratorium


Teknik Gigi Terpadu.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi pembahasan mengenai permintaan
pembuatan gigi tiruan yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat oleh tekniker
gigi pada praktik dokter gigi swasta yaitu berupa tempat praktik perorangan,
klinik atau apotek (bukan institusi pemerintah atau puskesmas) yang ada di Kota
Bandar Lampung tahun 2014.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pelayanan Jasa


1. Definisi Jasa
a. Menurut American Marketing Association, 1960.
Jasa adalah suatu kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual atau disediakan sehubungan dengan penjualan yang baik.
b. Menurut Regan, 1963.
Jasa adalah suatu kegiatan, baik berwujud kepuasan unggul secara
langsung (transportasi, perumahan) atau tidak berwujud kepuasan unggul
bersama-sama ketika dibeli baik dengan komoditas atau jasa lainnya (kredit,
pengiriman).
c. Menurut Stanton, 1974.
Jasa dapat diidentifikasikan secara terpisah, tidak berwujud kegiatan yang
memberikan kepuasan ketika ingin dipasarkan ke konsumen dan atau industri
pengguna dan tidak selalu terikat pada penjualan produk atau jasa lain.
d. Menurut Lehtinen, 1983.
Jasa adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berlangsung dalam
interaksi dengan orang atau mesin fisik yang memberikan kepuasan kepada
konsumen.
e. Menurut James Brian Quinn et all, 1987.
Jasa adalah sebuah kegiatan yang mencakup semua kegiatan ekonomi yang
outputnya bukan merupakan produk fisik atau konstruksi, umumnya dikonsumsi
pada saat diproduksi, dan memberikan nilai tambah dalam bentuk (kenyamanan,
hiburan, ketepatan, waktu dan kesehatan) bahwa kekhawatiran pada dasarnya
tidak berwujud dari pembeli pertama.
6

f. Menurut Christian Gronroos, 1990.


Jasa adalah kegiatan atau rangkain yang kurang lebih bersifat tidak nyata
yang biasanya terjadi dalam interaksi antara pelanggan, layanan karyawan,
sumber daya fisik atau barang dan suatu sistem penyedia jasa yang disediakan
sebagai solusi untuk masalah pelanggan.
g. Menurut Kotler, 1988.
Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat bahwa satu pihak dapat
menawarkan ke yang lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya mungkin dikaitkan dengan
suatu produk fisik.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, jasa adalah setiap tindakan
atau aktivitas dan bukan benda, yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lain, yang
pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik), konsumen bersifat secara
aktif dalam proses produksi dan tidak menghasilkan kepemilikan produksi.
(Jasfar, 2005)
2. Karakteristik Jasa
a. Intangibility (Tidak Dapat Dilihat)
Jasa bersifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium
atau didengar sebelum dibeli, sehingga untuk mengurangi ketidakpastian para
pelanggan memperhatikan tanda-tanda atau bukti-bukti tersebut.

b. Inseparability (Keterlibatan Konsumen di Dalam Proses Jasa)


Dalam kegiatan jasa diperlukan interaksi langsung antara produsen dengan
konsumen (pengguna jasa), selain itu diperlukan juga perhatian khusus untuk
keterlibatan pelanggan dalam proses jasa, fasilitas pendukung dan pemilihan
lokasi (untuk penyedia jasa yang didatangi pelanggan).

c. Perishability (Mudah Rusak)


Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama. Pemanfaatan secara
penuh kapasitas dari suatu jasa merupakan suatu tantangan bagi manajemen jasa
karena permintaan jasa sangat bervariasi, sementara membentuk persediaan jasa
untuk mengatasi fluktuasi ini bukan merupakan suatu pilihan. Mengatasi sifat jasa
ini, perusahaan jasa harus mampu mengevaluasi kapasitasnya dan berusaha
mencari substitusi jasa yang tidak dapat memenuhi permintaan agar setiap saat
dapat melakukan penyeimbangan antara penawaran dan permintaan.
d. Variabiliy (Berbeda-Beda)
Jasa bersifat sangat berbeda karena pada umumnya jasa merupakan
nonstandardized output, artinya banyak variasi kualitas dan jenis, tergantung pada
siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan. (Jasfar, 2005)
3. Konsep Pelayanan Jasa
Dalam melayani konsumen, seorang pemberi jasa harus memiliki beberapa
konsep agar keinginan konsumen bisa terpenuhi (Jasfar, 2005), dari beberapa
pendapat ahli, konsep pelayanan jasa yang harus dimiliki oleh tekniker gigi yaitu:

a. Menurut Johnston, 1998


1). Acces
Yaitu lokasi yang mudah dijangkau, termasuk kemudahan untuk
menemukan jalan-jalan disekitarmya dan kejelasan rute.
2). Aesthetics
Yaitu berkaitan dengan sampai sejauh mana paket jasa (service package)
tersedia untuk memuaskan konsumen.
3). Attentiveness/Helpfulness
Yaitu berhubungan dengan kontak personel, sampai sejauh mana mereka
berkeinginan untuk membantu konsumen.
4). Availability

Yaitu berkaitan dengan ketersediaan fasilitas jasa, staf, dan barang-barang


bagi konsumen.
5). Care
Yaitu kepedulian, perhatian, simpati dan kesabaran yang diperlihatkan
kepada konsumen.
6). Cleanliness/Tidiness
Yaitu kebersihan, kerapihan dan keteraturan produk-produk fisik dalam
paket jasa (the service package).
7). Comfort
Yaitu berkaitan dengan kenyamanan lingkungan dan fasilitas jasa.
8). Commitment
Yaitu komitmen pekerja terhadap tugas.
9). Communication
Yaitu kemampuan penyedia jasa untuk berkomunikasi dengan konsumen.
10). Competence
Yaitu berkaitan dengan keahlian dan profesionalisasi dalam penyampaian
jasa.
11). Courtesy
Yaitu kesopanan, respek dalam penyediaan jasa, terutama berkenaan
dengan kontak staf dalam berhubungan dengan konsumen dan hak miliknya.
12). Flexibility
Yaitu berkaitan dengan keinginan dan kesanggupan pekerja untuk
mengubah pelayanan atau jasa produk, menyesuaikan dengan keinginan
konsumen.
13). Friendliness
Yaitu kehangatan dan keakraban penyedia jasa, terutama kontak staf.
14). Functionally
Yaitu kemampuan jasa atau kesesuaian kualitas produk baik berupa
fasilitas jasa maupun barang.
15). Integrity
Yaitu kejujuran, keadilan dan kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan
jasa kepada konsumen.
16). Reliability
Yaitu kehandalan dan konsistensi dari kinerja fasilitas jasa, barang dan staf.
B. Kompetensi Tekniker Gigi
1. Pengertian Tekniker Gigi

10

Menurut visi PTGI, tekniker gigi adalah mitra kerja dokter gigi dalam
meningkatkan derajat kesehatan gigi dibidang pembuatan gigi tiruan dengan
selalu mengikuti IPTEK dibidang kesehatan gigi.
Menurut misi PTGI, tekniker gigi adalah tenaga professional dibidang keteknisian
medis khusunya dibidang pembuatan gigi tiruan sesuai dengan peran, fungsi dan
kompetensinya.
Tekniker gigi adalah mereka yang telah lulus pendidikan teknik gigi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. (Permenkes RI, 2012)
2. Kewajiban Tekniker Gigi
a. Kewajiban Umum
1) Setiap teknisi gigi Indonesia berkewajiban mangamalkan
profesinya secara optimal, disertai rasa ikhlas dan tanggungjawab
terhadap profesinya serta sebagai insan yang bertakwa.
2) Setiap teknisi gigi Indonesia wajib menjunjung tinggi normanorma yang luhur dalam kehidupan bermasyarakat dalam
menjalankan profesinya.
3) Dalam menjalankan profesinya, setiap teknisi gigi Indonesia harus
menjunjung tinggi dan mengamalkan petunjuk-petunjuk yang
tertera dalam kode etik teknisi gigi Indonesia.
4) Setiap teknisi gigi Indonesia agar menjalankan kerjasama yang
baik dalam tim kerja kesehatan gigi maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya.
5) Setiap teknisi gigi Indonesia memberikan masukan dalam tim
kerja untuk mendapatkan hasil yang optimal bila dipandang perlu.
b. Kewajiban khusus
1) Dalam menjalankan profesinya, teknisi gigi Indonesia harus sesuai
dengan ilmu yang didapat dari pendidikan formalnya serta tugas
dan tanggungjawab yang dimilikinya.

11

2) Teknisi

gigi

Indonesia

mampu

meningkatkan

ilmu

dan

pengetahuan serta keterampilannya sesuai dengan tuntutan


kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Mempertahankan dan meningkatkan martabat dirinya yang
tercermin dalam tindakan dan sikap terpuji.
c. Kewajiban Terhadap Profesinya
1) Setiap teknisi gigi Indonesia berkewajiban menjunjung tinggi
profesinya dengan cara tidak melakukan perbuatan tercela dan
melanggar norma-norma kehidupan.
2) Teknisi gigi Indonesia seyogyanya bergabung dalam wadah PTGI
untuk saling asah, asih dan asuh sebagai wujud nyata kuatnya
persatuan dan kesatuan untuk membesarkan dan meningkatkan
kehormatan profesi.
3) Bagi teknisi gigi Indonesia yang menjalankan profesinya harus
menjadi anggota PTGI dan memenuhi segala kewajibannya.
d. Kewajiban Terhadap Profesi Kesehatan Lain
1) Untuk mendukung suksesnya tim kerja kesehatan, teknisi gigi
wajib memberikan masukan dan saran sesuai dalam kewenangan
dan tanggungjawabnya bila dipandang perlu.
2) Dalam melakukan pekerjaannya, teknisi gigi Indonesia harus
bertindak jujur, ikhlas dan tanggungjawab demi kesuksesan tim
kerja kesehatan dalam memberikan pelayanan sebaik mungkin
kepada masyarakat.
3) Mampu bekerjasama dengan tim kesehatan untuk meningkatkan
mutu pelayanan yang mengacu kepada kemajuan IPTEK.
4) Menjaga hubungan yang harmonis sesama tim kerja, teknisi gigi
harus memiliki rasa hormat dan santun serta budi pekerti yang
luhur.
e. Kewajiban Terhadap Masyarakat

12

1)

Berperan aktif dalam meningkatkan kualitas kesehatan gigi

masyarakat pada khususnya dan kesehatan pada umumnya.


2) Mampu dijadikan teladan dalam sikap tingkah laku hidup sehat
ditengah-tengah masyarakat.
f. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
1) Memelihara kesehatan, agar dapat menjalankan tugas profesinya
dengan baik.
2) Senantiasa berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan perkembangan IPTEK yang maju dan
mutakhir. (Rahmaniwati dkk, 2012)
3. Tugas Pokok dan Fungsi Tekniker Gigi
Tugas pokok teknisi gigi adalah melaksanakan pelayanan laboratorium
teknisi gigi yang meliputi bidang pembuatan protesa cekat, protesa lepasan, alat
orthodonti dan protesa maxillo facial.
Selain tugas pokok, teknisi gigi mempunyai kewajiban sebagai berikut:
1. Menentukan komponen teknisi gigi yang mempengaruhi kesehatan
manusia
2. Melaksanakan praktik teknisi gigi dengan komponen-komponen
teknisi gigi secara tepat berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.
3. Menginformasikan hasil dan penelitian praktik teknisi gigi
4. Menetapkan penyimpanan data dan hasil praktik teknisi gigi terhadap
standar praktik teknisi gigi
5. Menganalisis hasil layanan praktik teknisi gigi yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat
6. Menginterprestasikan hasil praktik teknisi gigi yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat
7. Merancang dan mengevaluasi praktik teknisi gigi yang mempengaruhi
kesehatan manusia
8. Mengorganisir penanggulangan masalah teknisi gigi
9. Mengevaluasi hasil penanggulangan
10. Menginventarisasi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang
keteknisian gigi

13

11. Menentukan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang keteknisian gigi


yang perlu di intervensi
12. Merencanakan bentuk intervensi, perubahan, pengetahuan sikap dan
perilaku tentang keteknisian gigi
13. Melaksanakan intervensi terhadap pengetahuan sikap dan perilaku
masyarakat yang tidak sesuai dengan kaidah kesehatan
14. Mengevaluasi hasil intervensi
15. Menentukan masalah keteknisian gigi
16. Melaksanakan kegiatan penelitian teknologi teknik gigi
(Rahmaniwati dkk, 2012)
4. Kompetensi yang Harus Dimiliki Tekniker Gigi:
1. Mampu mengidentifikasi komponen-komponen yang mempengaruhi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

kesehatan manusia
Menggunakan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan
Merilis alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan
Menggunakan alat dan bahan sesuai dengan prosedur
Memahami bentuk-bentuk praktik teknisi gigi
Menyajikan hasil praktik teknisi gigi
Memahami standar baku teknisi gigi
Mampu menggunakan standar praktik teknisi gigi yang tepat
Memahami dampak negatif akibat penyimpanan hasil praktik teknisi

gigi yang tepat


10. Menggunakan metode analisis yang tepat
11. Membandingkan hasil praktik teknisi gigi dengan standar teknisi gigi
12. Menentukan penyimpanan mutu praktik teknisi gigi
13. Memahami cara penanggulangan masalah lanjutan praktik teknisi gigi
yang mempengaruhi kesehatan manusia
14. Memilih cara penanggulangan yang tepat
15. Merancang bangun upaya penanggulangan masalah layanan teknisi gigi
yang mempengaruhi kesehatan manusia
16. Memahami tatalaksana penganggulangan
17. Mampu menggunakan sumber daya yang ada
18. Menentukan kriteria hasil layanan teknik gigi
19. Menentukan instrumen/alat evaluasi
20. Menilai hasil penanggulangan layanan teknisi gigi
21. Menyusun instrumen pengumpulan data pengetahuan, sikap dan
perilaku keteknisian gigi
22. Mengumpulkan data pengetahuan sikap dan perilaku tentang layanan
teknisi gigi
23. Memahami pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang sesuai
dengan kaidah kesehatan

14

24. Merilis bentuk intervensi pengetahuan, sikap dan perilaku


25. Memahami metode intervensi
26. Merancang bentuk instrumen yang kuat
27. Memahami tatalaksana intervensi sikap dan perilaku
28. Menggali sumber daya masyarakat
29. Mengembangkan jaringan kemitraan untuk pemecahan masalah
keteknisian gigi
30. Menggerakan sumber daya
31. Memberikan alternatif pemecahan masalah
32. Menentukan kriteria keberhasilan intervensi
33. Menentukan instrumen evaluasi
34. Menilai keberhasilan intervensi
35. Mengumpulkan data teknisi gigi
36. Merumuskan masalah teknisi gigi
37. Mampu membuat usulan penelitian teknologi tepat dalam bidang teknik
gigi
38. Menggerakan sumber daya
39. Menyusun laporan penelitian
(Rahmaniwati dkk, 2012)
5. Unit-unit kompetensi Tekniker gigi:
1. Membuat protesa atau gigi tiruan, berupa:
a) Gigi tiruan sebagian lepasan
b) Gigi tiruan lengkap lepasan
c) Gigi tiruan cekat/tetap
d) Restorasi gigi (inlay, uplay, pasak, tuang)
baik yang terbuat dari bahan acrylic, logam, porcelain/ceramic,
atau kombinasi diantara ketiga bahan tersebut, dan/atau bahan lain
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2.
3.
4.

keteknisian gigi.
Membuat alat ortodonsi lepasan
Membuat protesa maxillo facial
Mereparasi protesa gigi atau gigi tiruan yang meliputi protesa gigi
patah, penembahan elemen/gigi, penggantian klamer, rebasing,
relining, mereparasi alat ortodonsi lepasan, dan/atau protesa maxillo

5.

facial.
Menentukan komponen dan bahan-bahan untuk pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan, gigi tiruan lengkap lepasan, gigi tiruan cekat,
inlay/uplay, alat ortodonsi, dan/atau protesa maxillo facial.

15

6.

Menentukan penggunaan alat sesuai dengan standar prosedur


operasional,

7.

serta

mengidentifikasi

komponen-komponen

yang

digunakan dalam praktik keteknisian gigi.


Menganalisis dan mengidentifikasi kekurangam/kelemahan model
kerja dan memberikan pertimbangan, saran dan alternatif untuk

8.

melakukan perbaikannya.
Melakukan penatalaksanaan dan penanggulangan kekurangan atau

9.

kelemahan model kerja.


Melakukan analisis dan mengevaluasi praktik keteknisian gigi yang

dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.


(Permenkes RI, 2012)
B. Pengertian Gigi Tiruan
Gigi tiruan adalah bagian seni dan ilmu yang bersangkutan dengan
pekerjaan memperbaiki, serta mempertahankan fungsi mulut dengan suatu
penggantian tiruan bagi satu atau lebih gigi yang hilang, serta jaringan di sekitarnya,
termasuk jaringan orofasial. (Gunadi, 1991)
Gigi tiruan adalah piranti untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan
struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung rahang atas dan bawah.
(Anusavice, 2004)
Gigi tiruan adalah suatu alat yang digunakan untuk menggantikan gigi asli,
berfungsi untuk mengembalikan estetik, sebagai alat bantu bicara serta membantu
fungsi pengunyahan dan pencernaan (Ircham dkk, 1993)
Dalam kedokteran gigi, terdapat suatu ilmu yang mempelajari tentang
pembuatan gigi tiruan, yaitu ilmu prosthodonsia.
1. Menurut ADA ( American dental association).
Prostodonsia ialah ilmu dan seni pembuatan suatu penggantian yang padan
(sesuai) bagi hilangnya koronal gigi, satu atau lebih gigi asli yang hilang serta

16

jaringan sekitarnya, agar fungsi, penampilan, rasa nyaman dan kesehatan yang
terganggu dapat dipulihkan.
2. Menurut P. Martanto, 1981.
Ilmu Prosthodonsia adalah suatu bagian dari ilmu pengetahuan dan
kemahiran kedokteran gigi untuk mengganti satu atau lebih dari suatu gigi yang
hilang dengan suatu gigi/geligi tiruan yang dilekatkan secara tetap (permanent)
pada gigi asli yang masih ada
3. Menurut Moestopo, 1983.
Prosthetyc Dentistry atau Prosthodonsia yaitu ilmu yang mempelajari
tentang pembuatan alat-alat tiruan untuk menggantikan satu atau lebih gigi yang
hilang.

4. Menurut Gunadi, 1991.


Prosthodonsia adalah ilmu dan seni pembuatan suatu penggantian yang
padan (sesuai) bagi hilangnya korona gigi, satu atau lebih gigi asli yang hilang
serta jaringan sekitarnya, agar fungsi, penampilan, rasa nyaman dan kesehatan
yang terganggu dapat dipulihkan.

Prosthodonsia secara garis besar dibagi dalam 3 cabang ilmu, yaitu:


Prosthodonsia

Gigi Tiruan
Lepasan
Gigi Tiruan
Lengkap
Lepasan

Gigi Tiruan
Sebagian
Lepasan

Maksilo

Gigi Tiruan
Cekat

Fasial

Crown

Bridge

17

Gambar 1. Prosthodonsia
1. Prosthodonsia Lepasan (Ilmu Geligi Tiruan Lepasan)
Prosthodonsia lepasan dibagi lagi menjadi 2 ilmu, yaitu:
Prosthodonsia Lengkap Lepasan
Prosthodonsia Lengkap Lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan
seluruh gigi dalam mulut baik satu rahang (semi full denture) atau pada kedua
rahang (full denture) (Moestopo, 1983). Gigi tiruan lengkap lepasan diindikasikan
untuk pasien yang kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal atau masih
mempunyai beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak
mungkin diperbaiki, kondisi mulut dan keadaan processus alveolaris masih baik
serta bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan. (Itjiningsih, 1991)

Gambar 2. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan


(Sumber: http://asnuldentist.blogspot.com/2010/12/gigitiruan sebagian
lengkap full.html), yang diakses pada Tanggal 9 April 2014)

b. Prosthodonsia Sebagian Lepasan,


Prosthodonsia Sebagian Lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan
satu atau lebih dari satu tapi kurang dari semua gigi yang hilang. (Moestopo,
1983). Keuntungan dari gigi tiruan sebagian lepasan adalah pasien dapat melepas
dan memakai gigi tiruannya sendiri sehingga mudah dibersihkan, mudah
dipreparasi bila ada kerusakan serta harganya lebih murah karena pembuatannya
lebih mudah dan cepat. Kekurangannya adalah kurang nyaman digunakan karena
terdapat cengkram dan basis (Gunadi, 1991)

18

Gambar 3. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


(Sumber: http://klinikjoydental.com/wp-content/uploads/2013/01/removablepartial-denture021.jpg yang diakses pada Tanggal 9April 2014)

Menurut Gunadi (1996), Gigi tiruan lepasan berdasarkan bahan yang


digunakan terbagi gigi tiruan akrilik dan gigi tiruan kerangka logam,
1) Gigi Tiruan Lepasan Akrilik
Kelebihan dari gigi tiruan lepasan bahan ini adalah harganya lebih murah,
pembuatan lebih mudah dan cepat, esthetis baik dan ringan, isolator terhadap
thermis, elektris dan benturan (sifat kenyal) serta mudah direparasi jika ada
kerusakan. Kekurangannya adalah mudah patah, mudah berubah bentuk, mudah
aus dan mudah berubah warna
2)

Gigi Tiruan Lepasan Kerangka Logam

Kelebihan dari gigi tiruan bahan ini adalah lebih nyaman digunakan karena
dapat dibuat titpis sehingga lebih ringan. lebih tipis dan ringan sehingga lebih
nyaman dipakai, namun harganya lebih mahal karena proses pembuatannya lebih
sulit dan lebih lama.
3) Flexy Denture (Valplast)
Seiring perkembangan bahan kedokteran gigi, kini terdapat bahan gigi
tiruan selain akrilik dan logam yaitu flexi denture (Valplast). Valplast adalah
protesa gigi lepasan yang terbuat dari bahan nilon termoplastis. Kelebihan bahan
ini adalah lebih nyaman saat digunakan karena dapat dibuat lebih tipis dan

19

flexible dan dibuat tanpa menggunakan cengkram, pembuatannya lebih cepat,


lebih tahan lama dibanding akrilik, tidak mudah patah dan memiliki warna,
bentuk dan design yang menyatu dengan mulut sehingga tidak terlihat saat
digunakan, hanya saja bahan ini harganya lebih mahal dan tidak dapat digunakan
pada gigi tiruan lengkap lepasan. (2013 repository.unhas.ac.id)
2. Prosthodonsia Cekat (Ilmu Geligi Tiruan Cekat),
Prosthodonsia cekat adalah ilmu pengetahuan dan kemahiran untuk
mengganti satu atau lebih dari satu gigi yang hilang dengan suatu geligi tiruan
yang dilekatkan secara tetap (permanent) pada gigi asli yang masih ada.
(Martanto, 1981 )

Gambar 4. Gigi Tiruan Cekat Crown


(Sumber: http://balidental.blogspot.com/2012/10/mengenal-macam-danjenis-gigi-palsu.html, yang diakses pada Tanggal 9 April 2014)

Gambar 5. Gigi Tiruan Cekat Bridge


(Sumber: http://elisa.ugm.ac.id/community/show/prostodonsia-ii-gigitiruan-cekat/, yang diakses pada 9 April 2014)

20

Menurut Prafulla Thumati,

gigi tiruan cekat berdasarkan bahan yang

digunakan terbagi menjadi:


1) Gigi Tiruan Cekat All Acrilyc
Kelebihan bahan gigi tiruan cekat ini adalah pembuatannya lebih mudah,
cepat dan murah serta estetik cukup baik. Namun, midah berubah warna dan
berbau karena sifat akrilik menyerap air liur.
2)

Gigi Tiruan Cekat All Metal

Kelebihan dari bahan gigi tiruan cekat ini adalah kekuatan baik, preparasi
minimal dan bentuk anatomi, oklusi, artikulasi dan titik kontak dapat dibentuk
dengan

baik.

Kekurangannya

adalah

estetik

kurang

baik,

konduktor

thermis/elektris dan sukar dibuka dan direparasi.


3)

Gigi Tiruan Cekat All Porcelain

Kelebihan dari bahan gigi tiruan ini yaitu estetik sangat baik, warna stabil,
tidak mudah aus, tidak berbau, tidak bereaksi dengan cairan mulut dan tidak
menimbulkan

reaksi

alergi.

Kekurangannya

adalah

mudah

pecah

dan

pembuatannya sulit.
4)

Gigi Tiruan Cekal Acrilyc Fused Metal

Kelebihan gigi tiruan cekat bahan ini adalah kekuatannya lebih baik
daripada mahkota tiruan penuh akrilik atau porcelain serta estetik cukup baik.
Kekurangannya adalah kemungkinan facing lepas dari backing serta kekurangan
karena sifat fisik akrilik yang mudah pecah.
5)

Gigi Tiruan Cekat Porcelain Fused Metal

21

Kelebihan dari gigi tiruan cekat bahan ini adalah restorasi yang sangat kuat
untuk menahan gaya oklusal, pengambilan jaringan gigi pada bagian palatal tidak
banyak, dapat beradaptasi dengan bentuk preparasi apapun dan untuk
bridge/splint dapat disatukan dengan crown/gigi tiruan lain dengan menyolder
atau dicasting bersamaan. Kekurangannya adalah harganya lebih mahal.
3. Prostetik Maksilo Fasial,
Maksilo Facsial adalah seni dan ilmu kedokteran gigi yang meliputi
rehabilitasi fungsi dan estetik dengan bahan artifisial (tiruan) dari struktur di
dalam maupun di luar mulut yang hilang/rusak akibat operasi (tumor, benjolan,
kista), trauma (kecelakaan) ataupun defek congenital (bawaan lahir) (Varoujan
dkk, 1972).
C. Akibat-akibat Kehilangan Gigi Tanpa Penggantian
Kehilangan gigi akan menimbulkan beberapa masalah, gigi yang
bersebelahan dengan gigi yang hilang dapat bergeser atau miring ketempat gigi
yang hilang, mengakibatkan terbentuknya celah antara gigi dan gusi. Dalam
sebagian keadaan, perubahan posisi gigi ini menyebabkan perubahan cara
pengunyahan, sehingga otot bergeser tadi dengan gigi sebelahnya dan makanan
dapat masuk kedalam celah tersebut sehingga dapat berbahaya bagi gusi. Dalam
sebagian keadaan, perubahan posisi gigi ini menyebabkan perubahan cara
pengunyahan, sehingga otot rahang dapat menjadi sakit dan dapat menimbulkan
sakit kepala, sendi rahang berbunyi, terbatasnya bukaan mulut dan lain-lain. Gigi
antagonis dapat turun kebekas gigi yang hilang sehingga menghambat gerakan
pengunyahan. Selain itu, jika kehilangan gigi belakang yang cukup banyak, maka
fungsi pengunyahan akan terganggu, gigi depan akan terpaksa melakukan
pengunyahan dan akan terlihat aus dan memendek. (Besford, 1984)

22

Menurut Gunadi (1991), akibat-akibat kehilangan gigi tanpa penggantian


adalah,
1. Migrasi dan rotasi gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan
pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan,
sehingga aktivitas karies dapat meningkat.
2. Erupsi berlebih
Bila gigi sudah tidak mempunyai gigi antagonis lagi, maka akan terjadi
erupsi berlebih, struktur periodontal akan mengalami kemunduran. Bila hal ini
terjadi, maka akan timbul kesulitan jika pada suatu hari penderita dibuatkan gigi
tiruan.
3. Penurunan efisiensi kunyah
Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, terutama gigi belakang
akan merasakan efisiensi kunyah menurun dan tidak dapat berfungsi dengan baik
4. Gangguan pada sendi temporo-mandibula
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih, hubungan rahang
yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada
struktur sendi rahang.
5. Beban berlebih pada jaringan pendukung
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang
masih ada menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi beban
berlebih. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membran periodontal dan lama
kelamaan gigi tadi menjadi goyang hingga akhirnya terpaksa dicabut.
6. Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering menyebabkan kelainan
bicara, karena termasuk bagian organ fonetik.
7. Penampilan memburuk
Menjadi buruknya penampilan karena hilangnya gigi depan akan
mengurangi daya tarik wajah seseorang, apa lagi dari segi pandangan publik.
8. Kebersihan mulut terganggu

23

Adanya ruang interproksimal mengakibatkan celah antar gigi mudah


disisipi sisa makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan
mudah terjadi plak, meningkatkan kemungkinan terjadinya karies gigi.
9. Atrisi
Pada kasus membran periodontal gigi asli masih menerima beban
berlebihan, tidak akan terjadi kerusakan. Toleransi terhadap beban ini berwujud
atrisi pada gigi-gigi ini. Sehingga dalam jangka waktu panjang akan terjadi
pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat gigi dalam keadaan oklusi sentrik.
10. Efek terhadap jaringan lunak
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkan akan ditempati jaringan
lunak yaitu pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan
sulitnya adaptasi terhadap gigi tiruan yang dibuat, karena terdesak kembali
jaringan lunak dari tempat yang ditempati protesa.

D. Maksud dan Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan


Menurut Gunadi (1991), maksud dan tujuan pembuatan geligi tiruan
adalah,
1. Mengembalikan fungsi estetik
Alasan utama pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena
masalah estetik, baik yang disebabkan oleh hilangnya gigi, berubah bentuk,
susunan, warna, ataupun berjejalnya gigi-geligi. Banyak pasien dapat menerima
kenyataan hilangnya gigi, sekalipun dalam jumlah besar, sepanjang hal tersebut
tidak menganggu penampilan wajahnya.
Pasien yang kehilangan gigi depan, biasanya memperlihatkan wajah
dengan bibir masuk ke dalam, sehingga wajahnya menjadi depresi pada dasar
hidung, dan dagu menjadi tampak lebih ke depan. Selain itu timbul garis yang

24

berjalan dari lateral sudut bibir dan lipatan-lipatan yang tidak sesuai dengan usia
penderita. Bagi pasien dengan malposisi gigi depan, protrusive atau berjejal, dan
tidak dapat diperbaiki dengan perawatan orthodontic, tetapi tetap ingin
memperbaiki penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu geligi tiruan imidiat
yang dipasang langsung segera setelah pencabutan gigi.
2. Mengembalikan fungsi bicara
Seseorang yang kehilangan gigi depan, baik atas maupun bawah, akan
mengalami kesulitan mengucapkan kata-kata dengan jelas, meskipun hanya
bersifat sementara. Pemakaian geligi tiruan sebagian lepasan dapat meningkatkan
dan memulihkan kemampuan bicara, sehingga dapat mengembalikan fungsi
bicara.

Hilangnya gigi depan dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal,


trauma atau gigi yang mengalami malposisi, dan karena pencabutan. Pada pasien
anak-anak, kehilangan gigi depan sering terjadi karena kecelakaan, dengan akibat
dicabutnya gigi tersebut. Kehilangan gigi seperti ini akan mengakibatkan migrasi
gigi tetangga ke arah gigi yang hilang. Pada pasien usia muda, gigi depan
biasanya hilang karena kecelakaan atau karies. Bila penyebabnya adalah karies,
hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak memperhatikan kesehatan mulutnya.
Gigi depan juga dapat hilang karena kegagalan perawatan syaraf, penambalan,
atau pembuatan mahkota tiruan. Sedangkan, pada pasien usia tua, kehilangan gigi
depan lebih banyak disebabkan oleh penyakit periodontal.
3. Mengembalikan fungsi pengunyahan

25

Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian gigi biasanya


mengalami perubahan. Jika kehilangan beberapa gigi terjadi pada kedua rahang
pada sisi yang sama, maka pengunyahan akan dilakukan semaksimal mungkin
oleh geligi asli pada sisi lainnya. Dalam keadaan tersebut, tekanan kunyah akan
dipikul oleh satu sisi, atau sebagian. Pemakaian geligi tiruan sebagian lepasan
dapat memperbaiki keadaan, karena tekanan kunyah dapat disalurkan secara
merata ke seluruh bagian jaringan pendukung. Dengan demikian, pemakaian
geligi tiruan sebagian lepasan dapat mempertahankan atau meningkatkan efisiensi
kunyah.
4. Melestarikan jaringan mulut yang ada agar tetap sehat
Pemakaian geligi tiruan sebagian lepasan berperan dalam mencegah, atau
mengurangi efek yang timbul karena kehilangan gigi, seperti mencegah migrasi
gigi, dan peningkatan distribusi beban kunyah. Bila sebuah gigi dicabut atau
hilang, gigi tetangganya akan bermigrasi ke ruangan yang tidak bergigi lagi.
Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya menyebabkan renggangnya gigi-gigi
lain, sehingga makanan dapat terjebak di daerah antar gigi, dan mudah terjadi
akumulasi plak interdental yang dapat menyebabkan peradangan jaringan. Ruang
yang tersedia setelah pencabutan atau tanggalnya gigi tanpa dilakukan
penggantian juga akan mengakibatkan over erupsi gigi antagonis dengan akibat
serupa. Bila over erupsi ini sudah demikian hebat hingga menyentuh tulang
alveolar pada rahang lawannya, maka akan mengalami kesulitan pembuatan
protesa di kemudian hari, dan gigi antagonisnya pun bisa tanggal.
Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban
oklusal pada gigi yang tinggal. Keadaan ini akan memperburuk keadaan jaringan

26

periodonsium, bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal. Akibatnya, gigi


menjadi goyang dan miring, terutama ke labial untuk anterior atas. Bila
perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih akan menyebabkan abrasi
berlebih pada permukaan oklusal atau insisal dan dapat merusak restorasi yang
dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini menjadi rumit dan
memerlukan waktu lama. Over erupsi gigi pada keadaan tertentu dapat pula
mengakibatkan terjadinya kontak oklusi prematur, atau interferensi oklusal. Pola
kunyah akan berubah, karena pasien berusaha menghindari kontak prematur ini,
walaupun beban oklusal menjadi berkurang, pengubahan pola ini akan
menyebabkan disfungsi otot-otot kunyah.

E. Kerangka Teori
Kerangka teori ialah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk
mengidentifikasikan variabel - variabel yang akan diteliti (diamati) berkaitan
dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan
kerangka konsep penelitian. (Notoatmodjo, 2010).
Kerangka teori dalam penelitian ini adalah :
GTLL
GTSL

Permintaan
Pembuatan Gigi
Tiruan

GTC

(Permenkes RI, 2012)

27

F. Kerangka konsep
Kerangka konsep penelitian ialah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya atau antara variabel yang
satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. Konsep ialah suatu
abstraksi

yang

dibentuk

dengan

menggeneralisasikan

suatu

pengertian.

(Notoatmodjo, 2010).
Adapun kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Permintaan Pembuatan
Gigi Tiruan:
Layanan Jasa
Oleh Tekniker
Gigi

- Persentase rata-rata
perbulan
- Tipe gigi tiruan
- Bahan gigi tiruan

G. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah batasan pada variabel-variabel yang diamati
atau diteliti untuk mengarahkan kepada pengukuran dan pengamatan terhadap
variabel-variabel

yang

bersangkutan

serta

pengembangan

instrumen.

(Notoatmodjo, 2010)
Tabel 1
Definisi Operasional
No
1

Variabel
Permintaan
pembuatan
gigi tiruan

Definisi
Operasional
Tipe gigi tiruan yang
paling banyak dipesan,
bahan gigi tiruan
lepasan yang paling
banyak dipesan, bahan
gigi tiruan cekat yang
paling banyak dipesan

Cara
Ukur
Kuesioner

Alat
Ukur
Angket

Hasil
Ukur
0 100%

Skala
Nominal

28

Persentase
rata-rata
perbulan
permintaan
pembuatan
gigi tiruan

Persentase permintaan
pembuatan gigi tiruan
terhitung Januari
April 2014

Kuesioner

Angket

0 100%

No
minal

BAB III
METODA PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian
deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Metode penelitian ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan
yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. (Notoatmodjo, 2005). Dalam hal ini
peneliti ingin meneliti tentang gambaran permintaan pembuatan gigi tiruan oleh
praktik dokter gigi swasta terhadap jasa tekniker gigi di Kota Bandar Lampung
tahun 2014.
B. Subjek Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Arikunto, 2010). Adapun
populasi dari penelitian ini adalah dokter gigi swasta yang ada di wilayah Bandar
Lampung yang berjumlah 108 orang
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi. (Notoatmodjo, 2010). Dalam pengambilan sampel menurut pendapat
Arikunto, apabila jumlah sampel lebih dari 100 dapat diambil 10%, 15%, 20%,
25% atau lebih dan apabila jumlah sampel kurang dari 100 maka diambil semua,
tergantung setidak-tidaknya dari:
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu
b. Sempit luasnya lahan pengamatan dari setiap subyek
c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.
29

30

(Arikunto, 2006)
Sampel dalam penelitian ini adalah 30% dari 108 dokter gigi swasta yang
ada di Bandar Lampung yaitu 32 dokter gigi dengan memenuhi kriteria inklusi
dan kriteria ekslusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.
Sedangkan kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel. (Notoatmodjo, 2010) Kriteria inklusi dan ekslusi sampel
dalam penelitian ini adalah:
a. Kriteria Inklusi
1. Terdaftar sebagai dokter gigi swasta dan memiliki Surat Izin
Praktik oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
2. Membuka praktik swasta rutin
3. Bersedia menjadi responden
4. Apabila dalam suatu tempat praktik terdapat dua atau lebih
dokter gigi, maka diambil atau digabungkan menjadi satu sampel
5. Apabila terdapat dokter gigi yang berpraktik dilebih dari satu
tempat atau klinik maka diambil pada satu tempat saja.
b. Kriteria Ekslusi
1. Tidak terdaftar dalam dokter gigi swasta yang memiliki Surat
Izin Praktik oleh Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.
2. Tidak membuka praktik rutin
3. Tidak Bersedia menjadi responden
Teknik sampling adalah teknik/cara dalam mengambil sampel penelitian,
sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. (Notoatmodjo,
2002). Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah Non
Probability atau Non Random Sample yaitu dengan cara Quota Sampling.
Pengambilan sampel secara quota dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah
anggota sampel secara quotum atau jatah. Teknik sampling ini dilakukan dengan
cara menetapkan berapa besar jumlah sampel yang diperlukan atau menetapkan

31

quotum, kemudian jumlah atau quotum itulah yang dijadikan dasar untuk
mengambil unit sampel yang diperlukan. (Notoatmodjo, 2005).
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah Kota Bandar Lampung pada minggu kedua
bulan Mei 2014.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan diambil melalui data primer yaitu data langsung
dari responden melalui kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, 2010).
Pelaksanaan penelitian dalam pengumpulan data yaitu dengan melakukan
pencarian informasi yang meliputi :
1. Identifikasi subyek yaitu : nama dan alamat praktik dokter gigi
2. Pemberian kuesioner tentang permintaan pembuatan gigi tiruan oleh
dokter gigi swasta.
Cara pengumpulan data yang dilakukan yaitu peneliti meminta persetujuan
dokter gigi yang dijadikan responden.
3. Data hasil penelitian direkap kemudian diolah secara manual dengan
komputerisasi dalam bentuk tabel.
E. Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan
penelitian setelah kegiatan pengumpulan data. Pengolahan data harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh data tersebut.
(Notoatmodjo, 2010).
1. Editing

32

Editing dilakukan untuk memastikan semua data yang dibutuhkan telah


diperoleh oleh peneliti
2. Coding
Coding adalah pemberian kode pada setiap jawaban yang terkumpul untuk
memudahkan proses pengolahan data. Jawaban terlebih dulu diedit dari bentuk
huruf menjadi bentuk angka. Proses coding dilakukan untuk mempermudah pada
saat analisis dan mempercepat pada saat entri data.
3. Processing
Processing adalah kegiatan yang dilakukan untuk pemindahan atau
pemasukan data (entri data) dari kuesioner kedalam komputer untuk diproses.
Entri data kedalam komputer dilakukan dengan menggunakan program komputer.
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah di entry. Untuk meminimalkan kesalahan pada data.
F. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan penelitian yang sangat penting karena
dengan analisis data dapat mempunyai arti atau makna yang dapat berguna untuk
memecahkan masalah penelitian (Notoatmodjo, 2010)
Analisa data dalam penelitian ini adalah analisa univariat yaitu untuk
mengetahui distribusi frekuensi dari setiap subvariabel yang diteliti. Menurut
Notoatmodjo (2010), analisa ini biasanya menghasilkan distribusi dari persentase
dari tiap penelitian. Data yang diperoleh akan di analisa secara menyeluruh dipilih
kemudian yang sejenis digabungkan.
P= fx

100 %
N

33

Keterangan :
P

= Persentase

= Jumlah Kategori

= Jumlah Sampel

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

H. Gambaran Lokasi Penelitian


Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota sekaligus ibu kota Provinsi
Lampung, Indonesia. Secara geografis, kota ini menjadi pintu gerbang utama
pulau Sumatera, tepatnya kurang lebih 165 km sebelah barat laut Jakarta,
memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian
logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya.
Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah daratan 169,21 km yang
terbagi ke dalam 20 kecamatan dan 126 kelurahan dengan populasi penduduk
891.374 jiwa (berdasarkan sensus 2010, kepadatan penduduk sekitar 5.304
jiwa/km dan diproyeksikan pertumbuhan mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun
2030. Saat ini Kota Bandar Lampung merupakan pusat jasa dan perdagangan serta
perekonomian di Provinsi Lampung.
I. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juli 2014. Analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat yang merupakan analisa
yang menampilkan gambaran variabel-variabel yang disajikan secara deskriptif
untuk mengetahui jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan oleh dokter gigi
swasta di kota Bandar Lampung tahun 2014, analisa univariat ini disajikan dalam
bentuk tabel yang disertai dengan narasi singkat.

34

35

Dalam Penelitian ini didapatkan 32 sampel penelitian yaitu dokter gigi


yang telah membuka klinik atau tempat praktik swasta kurang dari 5 tahun
sebanyak 6 dokter gigi, yang telah membuka klinik atau tempat praktik swasta
5-10 tahun berjumlah 10 dokter gigi dan yang telah membuka klinik atau tempat
praktik swasta lebih dari 10 tahun sebanyak 16 dokter gigi. Dari seluruh
responden, 62,5% atau 20 dokter gigi menyatakan bahwa jasa tekniker gigi
penting, 37,5% atau 12 dokter gigi menyatakan bahwa jasa tekniker gigi sangat
penting dan tidak ada satupun dokter gigi yang menyatakan bahwa jasa tekniker
gigi kurang penting dalam pembuatan gigi tiruan.
Dari 32 responden, 90,6% atau 29 menyatakan sudah menggunakan jasa
tekniker gigi dalam pembuatan gigi tiruan, 9,4% atau 3 dokter gigi kadang-kadang
dan tidak ada satupun dokter gigi yang menyatakan belum memakai jasa tekniker
gigi dalam pembuatan gigi tiruan. Dari jumlah tersebut 31,25% atau 10 dokter
gigi memesan gigi tiruan pada tekniker gigi di Kota Bandar Lampung, 12,5% atau
4 dokter gigi memesan pada tekniker gigi di luar Kota Bandar Lampung dan
56,25% atau 18 dokter gigi memesan pada laboratorium teknik gigi di luar Kota
Bandar Lampung. Dari gigi tiruan yang dipesan tersebut 6,25% atau 2 dokter gigi
menyatakan kurang puas, 78,1% atau 25 dokter gigi menyatakan cukup puas dan
15,65% atau 5 dokter gigi menyatakan sangat puas terhadap hasil gigi tiruan yang
dipesan.
Dari seluruh sampel, 78,1% atau 25 dokter gigi berpendapat bahwa jumlah
tekniker gigi belum sebanding, 15,65% atau 5 dokter gigi yang berpendapat
bahwa jumlah tekniker gigi cukup dan ada 6,25% atau 2 dokter gigi yang
berpendapat bahwa jumlah tekniker gigi sudah sebanding dengan jumlah

36

permintaan pembuatan gigi tiruan dan jumlah dokter gigi yang ada di Kota Bandar
Lampung.
Berikut jumlah rata-rata perbulan permintaan pembuatan gigi tiruan dari 32
responden
Tabel 2
Distribusi Rata-Rata Perbulan Permintaan Pembuatan Gigi Tiruan
Berdasarkan Tipe oleh Dokter Gigi Swasta
di Kota Bandar Lampung
Tahun 2014
No

Tipe Gigi Tiruan

Jumlah

Persentase

1.

Gigi Tiruan Lengkap Lepasan

0.60

7,2

2.

Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

4.48

53,8

3.

Gigi Tiruan Cekat

3.25

39

8.33

100,00

Jumlah

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa permintaan pembuatan gigi


tiruan adalah sebagai berikut, Gigi Tiruan Lengkap Lepasan 7,2%, Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan 53,8% dan Gigi Tiruan Cekat 39%.

Tabel 3
Distribusi Rata-Rata Perbulan Permintaan Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan
Berdasarkan Bahan oleh Dokter Gigi Swasta
di Kota Bandar Lampung
Tahun 2014
No

Bahan Gigi Tiruan Lepasan

Jumlah

Persentase

1.

Gigi Tiruan Lepasan Akrilik

2.44

47,8

2.

Gigi Tiruan Lepasan Kerangka Logam

0.98

19,2

3.

Flexy Denture (Valplast)

1.67

33

5.09

100,00

Jumlah

37

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa rata-rata perbulan permintaan


pembuatan gigi tiruan lepasan berdasarkan bahan adalah sebagai berikut, Gigi
Tiruan Lepasan Acrilyc 47,8%, Gigi Tiruan Lepasan Kerangka Logam 19,2% dan
Flexy Denture (Valplast) 33%.

Tabel 4
Distribusi Rata-Rata Perbulan Permintaan Pembuatan Gigi Tiruan Cekat
Berdasarkan Bahan oleh Dokter Gigi Swasta
di Kota Bandar Lampung
Tahun 2014
No

Bahan Gigi Tiruan Cekat

Jumlah

Persentase

1.

Gigi Tiruan Cekat All Acrilyc

0.69

21,3

2.

Gigi Tiruan Cekat All Porcelain

0.66

20,4

3.

Gigi Tiruan Cekat All Metal

0.11

3,4

4.

Gigi Tiruan Cekat Acrilyc Fused Metal

0.19

5,9

5.

Gigi Tiruan Cekat Porcelain Fused Metal

1.59

49

Jumlah

3.24

100,00

Berdasarkan tabel diatas didapatkan permintaan pembuatan gigi tiruan


adalah sebagai berikut, Gigi Tiruan Cekat All Acrilyc 21,3%, Gigi Tiruan Cekat
All Porcelain 20,4%, Gigi Tiruan Cekat All Metal 3,4%, Gigi Tiruan Cekat
Acrilyc Fused Metal 5,9% dan Gigi Tiruan Cekat Porcelain Fused Metal 49%

38

J. Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil penelitian diatas, didapatkan hasil penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Gigi tiruan yang paling banyak dipesan adalah gigi tiruan sebagian
lepasan yaitu sebanyak (53,8%), Gigi tiruan sebagian lepasan banyak
dipilih karena gigi tiruan tipe ini lebih murah dan proses pembuatannya
lebih mudah.
Gigi tiruan cekat sebanyak (39%), gigi tiruan ini banyak dipilih karena
lebih nyaman digunakan tetapi harganya lebih mahal. Sedangkan, gigi
tiruan lengkap lepasan (7,2%) gigi tiruan tipe ini merupakan kasus
yang jarang terjadi yaitu diindikasikan untuk pasien yang kehilangan
seluruh gigi karena dicabut atau tanggal atau masih mempunyai
beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang tidak
mungkin diperbaiki sehingga permintaan pembuatan gigi tiruan
lengkap lepasan juga hanya sedikit.
b. Bahan gigi tiruan lepasan yang paling banyak dipesan adalah gigi
tiruan akrilik yaitu (47,8%), bahan akrilik untuk gigi tiruan lepasan
lebih banyak dipilih karena harganya lebih murah serta estetik cukup
baik.
Flexy denture (valplast) sebanyak (33%), bahan valplast dipilih karena
bahan ini lebih nyaman saat digunakan karena dapat dibuat lebih tipis
dan flexible dan dibuat tanpa menggunakan cengkram, tidak mudah
patah dan memiliki warna, bentuk dan desain yang menyatu dengan
jaringan mulut sehingga tidak terlihat saat digunakan, hanya saja bahan

39

ini harganya lebih mahal dan tidak dapat digunakan pada gigi tiruan
lengkap lepasan.
Gigi tiruan kerangka logam sebanyak (19,2%). Gigi tiruan kerangka
logam dipilih karena lebih tipis dan ringan sehingga lebih nyaman
dipakai, namun harganya lebih mahal.
c. Bahan gigi tiruan cekat yang paling banyak dipesan adalah gigi tiruan
cekat porcelain fused metal sebanyak (49%). Gigi tiruan cekat
porcelain fused metal banyak dipilih karena restorasi yang sangat kuat
serta esetetik cukup baik namun harganya lebih mahal.
Gigi tiruan cekat all acrilyc sebanyak (21,4%) gigi tiruan cekat all
akrilik banyak dipilih karena harganya murah serta estetik cukup baik
Gigi tiruan cekat all porcelain (20,4%), gigi tiruan cekat bahan ini
menjadi pilihan karena estetik sangat baik dan tidak mudah berubah
warna.
Gigi tiruan cekat acrilyc fused metal (5,9%). Bahan ini dipilih karena
kekuatannya lebih baik daripada mahkota tiruan penuh akrilik atau
porcelain serta estetik cukup baik. Kekurangan dari gigi tiruan cekat
bahan ini karena sifat fisik akrilik yang mudah pecah.
Gigi tiruan cekat all metal (3,4%). Keuntungan gigi tiruan cekat ini
adalah kekuatan baik namun estetik kurang baik.
Jasa adalah setiap aktivitas yang bukan berbentuk benda dan bersifat tidak
nyata, yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain. Konsep pelayanan jasa
adalah suatu konsep yang harus dimiliki oleh pemberi jasa agar jasanya dapat
diterima dengan baik oleh konsumen.

40

Tekniker gigi adalah mitra kerja dokter gigi yang menawarkan jasa
pembuatan gigi tiruan. Seorang tekniker gigi harus memiliki konsep pelayanan
dan kompetensi untuk dapat menerima permintaan pembuatan gigi tiruan agar
jasanya dapat diterima dengan baik oleh dokter gigi dan pasien pemakai gigi
tiruan, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang tekniker gigi adalah dapat
membuat gigi tiruan yaitu gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan lengkap lepasan
dan gigi tiruan cekat, membuat alat orthodonti lepasan serta protesa maxillo facial.
K. Keterbatasan Penelitian
Dalam proses penelitian ini, peneliti masih banyak mengalami kesulitan
dalam melakukan pengambilan dan pengumpulan data karena keterbatasan waktu,
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh peneliti. Peneliti juga mengalami
kesulitan pada saat pembuatan surat izin penelitian dan pada saat memperoleh
data daftar dokter gigi yang membuka praktik swasta oleh Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung karena masih kurangnya pengetahuan birokrasi di Kota Bandar
Lampung yang dimiliki oleh penulis. Pada penelitian ini ada beberapa dokter gigi
yang tidak bersedia menjadi responden karena tidak memiliki cukup waktu untuk
mengisi kuesioner dan kurangnya pendekatan antara peneliti dengan dokter gigi
tersebut.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan
Berdasarkan penelitian mengenai gambaran permintaan pembuatan gigi

tiruan oleh praktik dokter gigi swasta terhadap jasa tekniker gigi di Kota Bandar
Lampung Tahun 2014, dapat disimpulkan :
1. Gigi Tiruan yang paling banyak dipesan adalah gigi tiruan sebagian
lepasan (53,8%), lalu gigi tiruan cekat (39%) dan gigi tiruan lengkap
lepasan (7,2%)
2. Apabila ditinjau dari bahan, gigi tiruan lepasan yang paling banyak
dipesan adalah gigi tiruan lepasan akrilik (47,8%), flexy denture (33%) dan
gigi tiruan kerangka logam (19,2%)
3. Demikian pula untuk gigi tiruan cekat, gigi tiruan cekat yang paling
banyak dipesan adalah porcelain fused metal (49%), all akrilik (21,3%),
all porcelain (20,4%), acrilyc fused metal (5,9%) dan all metal (3,4%).
B. Saran
1. Bagi Penulis (Tekniker Gigi)
Melihat permintaan pembuatan gigi tiruan akrilik masih cukup banyak,
tekniker gigi di kota Bandar Lampung sebaiknya lebih dapat mengambil
peluang yang ada, dengan alat yang cukup sederhana.

2. Bagi Organisasi PTGI Lampung


Diharapkan untuk lebih menjalin hubungan antar profesi, yaitu antara
PTGI Lampung dengan PDGI Lampung sehingga dapat memudahkan
untuk bekerja sama.
41

42

3. Bagi Institusi
Dapat mengajukan pembuatan laboratorium teknik gigi, khususnya
laboratorium gigi tiruan logam dan porcelain kepada pemerintah.
Diharapkan dapat memasukan mata kuliah pembuatan flexy denture
(Valplast) kedalam kurikulum di Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes
Tanjungkarang karena minat masyarakat terhadap flexy denture (Valplast)
cukup banyak.
4. Bagi pembaca
Penelitian ini masih bersifat penelitian awal, maka dapat melakukan
penelitian lebih lanjut dengan variabel yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, Kenneth J. 2003. Philips Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed
Ke-10. Jakarta : EGC.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.

43

Asnul,

2010,
Gigi
Tiruan
Lengkap
Lepasan.
2012.
Tersedia
(http://asnuldentist.blogspot.com//gigitiruansebagianlengkapfull.html)
[9 April 2014]

Awing, M Maria, 2013, Perkembangan Gigi Tiruan Flexible. Tersedia


(http://repository.unhas.unhas.ac.id/BAB%20I-IV.pdf) [21 Agustus 2014]
Badan Pusat Statistik. 2013. Lampung Dalam Angka 2013. Lampung.
Besford, John. 1996. Mengenal Gigi Anda Petunjuk Bagi Orangtua.
diterjemahkan oleh drg. Johan Arif Budiman. Jakarta: Archan.
Chalian, Varoujan A. dkk. 1972. Maxillofacial Prosthetics Multidisciplinary
Practice. United States: The Williams and Wilkins Company.
Data Kesehatan Lampung. 2013. Tersedia
(www.depkes.go.id/...KES.../08_Profil_Kes_Prov.Lampung_2013.pdf)
[9 April 2014]
Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan. 2014. Tersedia
(www.depkes.go.id/.../Buku%20PSPK%202011%20-%202014.pdf)
[9 April 2014]
Elisa.

2013.

Gigi

Tiruan

Cekat

Bridge.

Tersedia

http://elisa.ugm.ac.id/community/show/prostodonsia-ii-gigi-tiruan-cekat/ ).
[9 April 2014]

Gigi
Tiruan
Cekat
Crown.
2012.
Tersedia
(http://balidental.blogspot.com/2012/10/mengenal-macam-dan-jenis-gigi
palsu.html) [9 April 2014]
Gunadi, Haryanto A. dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan.
Jilid 1. Jakarta: Hipokrates.
Ircham dkk. 1993. Penyakit-Penyakit Gigi dan Mulut Pencegahan dan
Perawatannya. Yogyakarta: Liberty.
Itjiningsih, W.H. 1991. Geligi Tiruan Lengkap Lepasan. Anatomi Gigi. EGC :
Jakarta.
Jasfar, Farida. 2005. Manajamen Jasa Pendekatan Terpadu. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Joy, 2013, Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. Tersedia

44

(http://klinikjoydental.com/wp-content/uploads/2013/01/removablepartialdenture021.jpg) [9 April 2014]


Kayser, A.F. dkk. 1978. Geligi yang Rusak dan Perawatannya dengan Cara
Mahkota dan Jembatan.
Martanto, P. 1981. Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan Fixed Partial
Prosthodontics. Jilid I. Alumni Bandung.
Moestopo. 1983. Memelihara Gigi Dimulai Sejak Dari Kandungan Sang Ibu.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
-------------------------. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Permenkes 54_2012. Penyelenggaraan Pekerjaan Teknisi Gigi.
Rahmaniwati, dkk. 2012. Serial Buku Ajar Teknik Gigi, Etika Profesi, Jakarta:
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II.
Ramadhan, Ardyan Gilang. 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta:
Bukune.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Tersedia
(http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/bloksensus.htm)[9 April 2014]
Statistik Daerah Kota Bandar Lampung . 2013. Tersedia
(http://bandarlampungkota.bps.go.id/publikasi/buku/statda1871/files/assets
/basic-html/page12.html) [9 April 2013]
Thumati, Prafulla. Essentials of prosthodontics. Dental Sciences and Hospital.
Bangalore: Principai Bangalore Institute.
Lembar Kuesioner
GAMBARAN PERMINTAAN PEMBUATAN GIGI TIRUAN
OLEH PRAKTIK DOKTER GIGI SWASTA TERHADAP JASA
TEKNIKER GIGI DI KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

Nama Dokter Gigi

Alamat Klinik/Tempat Praktik

45

1. Sudah berapa lama dokter membuka tempat praktik / klinik?


a. < 5 tahun
b. 5-10 tahun
c. > 10 tahun
2. Menurut dokter, apakah jasa tekniker gigi penting untuk mendukung dalam
pembuatan gigi tiruan?
a. Kurang penting
b. Penting
c. Sangat penting
3. Apakah dokter sudah menggunakan jasa tekniker gigi dalam pembuatan
gigi tiruan?
a. Belum
b. Kadang-kadang
c. Sudah

4. Jika sudah, dimana dokter memesan gigi tiruan tersebut?


a. Tekniker gigi di Kota Bandar Lampung
b. Tekniker gigi diluar Kota Bandar Lampung
c. Laboratorium teknik gigi diluar Kota Bandar Lampung
5. Selama dokter menggunakan jasa tekniker gigi, bagaimana kepuasaan
dokter terhadap hasil gigi tiruan tersebut?
a. Kurang puas
b. Cukup puas
c. Sangat puas
6. Berapa jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan pada
bulan Januari - April 2014?
Jawab :
7. Berapa jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan pada
bulan Januari - April 2014?
Jawab :
8. Berapa jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan cekat pada bulan
Januari - April 2014?
Jawab :

46

9. Berapa jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan lepasan akrilik pada bulan
Januari - April 2014?
Jawab :
10. Berapa jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan lepasan kerangka logam
pada bulan Januari - April 2014?
Jawab :
11. Berapa jumlah permintaan pembuatan flexy denture (valpast) pada bulan
Januari - April 2014?
Jawab :
12. Berapa jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan cekat all akrilik pada
bulan Januari - April 2014?
Jawab :
13. Berapa jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan cekat all porselen pada
bulan Januari - April 2014?
Jawab :
14. Berapa jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan cekat all metal pada
bulan Januari - April 2014?
Jawab :
15. Berapa jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan cekat akrilik fused metal
pada bulan Januari - April 2014?
Jawab :
16. Berapa jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan cekat porcelain fused
metal pada bulan Januari - April 2014?
Jawab :
17. Menurut dokter, apakah jumlah tekniker gigi sudah sebanding dengan
jumlah permintaan pembuatan gigi tiruan dan jumlah dokter gigi yang ada
di Kota Bandar Lampung?
a. Belum
b. Cukup
c. Sudah

47

Anda mungkin juga menyukai