Anda di halaman 1dari 111

BUKU PANDUAN BLOK IKGM I

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
TAHUN AJARAN
2018 / 2019

1
PANDUAN
Blok IX

Kode: GAK3501

5 SKS

SEMESTER III

Penyusun Modul

Multia Ranum Sari., drg., M.Med.Ed


S.B. Kusumaningsih., drg., M.Kes.
Fiory Dioptis Putriwijaya., Mkes
Sahat M S., drg., MMRS
Anisa Ramadhani., drg., MMRS
Adi Hapsoro., MS
Ida Wahyuningsih., drg

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2018 - 2019

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 GAMBARAN UMUM BLOK


Mata kuliah : BLOK IX (IKGM I)
Kode mata kuliah : GAK3501
Beban study : 5 SKS
Semester : Ganjil
Waktu pertemuan : 12 tatap muka tutorial (6 Skenario)
17 tatap muka kuliah pakar (@100 Menit)
2 tatap muka ujian (UAB dan UAB P)
PJMK Blok : drg. Ida Wahyuningsih

Blok IKGM I merupakan blok sembilan pada semester III dari kurikulum blok PBL
Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Blok IKGM I ini
terdiri dari lima modul yaitu (1) modul Kesling / K3, Demografi, (2) modul Promkes/Konsep
Perilaku, (3) modul Epidemiologi, (4) modul Pemberdayaan Masyarakat, (5) Modul
Advokasi / Kemitraan.
Bentuk kegiatan pembelajaran didalam blok ini yaitu small group discussion (tutorial),
perkuliahan klarifikasi dan perkuliahan tambahan.
Secara umum, isi blok ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar dalam kesehatan
masyarakat. Dalam blok ini mahasiswa akan mulai dikenalkan pada permasalahan kesehatan
masyarakat.
Blok IKGM I bertujuan memberikan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar Kesling
/ K3, Demografi, Promkes/Konsep Perilaku, Epidemiologi, Pemberdayaan Masyarakat,
Advokasi / Kemitraan.
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti konsep dari ilmu kesehatan masyarakat dan
pelaksanaannya di lapangan, sehingga dapat mempunyai bekal ilmu yang sesuai dengan
kompetensinya untuk dapat dilaksanakan di masyarakat.

3
TOPIK TREE
BLOK IKGM I

Kehidupan Masyarakat Survey


/ Komunitas Epidemiologi

K3 KESLING DEMOGRAFI

Pemberdayaan Masyarakat Data


- Promotif/Preventif - Advokasi Epidemiologi

Kesehatan Masyarakat
/ Komunitas

4
1.2 CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Menguasai konsep teoritis Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat secara mendalam
2. Menguasai prinsip-prinsip epidemiologi
3. Menguasai konsep ilmu kesehatan gigi masyarakat secara mendalam
4. Menguasai perencanaan dan evaluasi program kesehatan gigi secara mendalam
5. Menguasai program promosi kesehatan gigi dan mulut secara mendalam
6. Menguasai konsep teoritis tentang komunikasi secara mendalam
7. Menguasai konsep membangun kerjasama dan kemitraan secara mendalam dalam
upaya mencapai kesehatan gigi masyarakat
8. Menguasai konsep perilaku kesehatan secara mendalam
9. Menguasai konsep motivasi secara mendalam
10. Menguasai metode pendekatan untuk merubah perilaku secara mendalam
11. Menguasai kemampuan evaluasi perubahan perilaku secara mendalam
12. Menguasai konsep lingkungan kerja secara faktual
13. Menguasai konsep teoritis kesehatan dan keselamatan kerja secara umum

1.3 KARAKTERISTIK MAHASISWA


Blok IKGM I ditujukan bagi mahasiswa Kedokteran Gigi semester 3 yang telah
mendapat dasar-dasar tentang ketrampilan belajar dengan metode PBL (Problem Based
Learning) pada blok sebelumnya. Blok ini dimaksudkan memberikan dasar pengetahuan
tentang epidemiologi, kesehatan lingkungan, demografi, promotif dan preventif,
pemberdayaan masyarakat serta advokasi /kemitraan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi dan mulut yang
prima

1.4 BAHAN KAJIAN TERINTEGRASI


1. Konsep dasar sehat dan hubungannya dengan kualitas hidup
2. Ruang lingkup ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu kesehatan gigi masyarakat
3. Faktor Determinan Sosiodemografi Dalam Bidang Kesehatan Gigi Masyarakat
4. Prinsip Dasar Dan Metode Epidemiologi
5. Program Kesehatan Gigi Dan Mulut
6. Perencanaan Program Kesehatan Gigi Dan Mulut
7. Evaluasi Program Kesehatan Gigi Dan Mulut
8. Promosi Kesehatan Gigi Dan Mulut

5
9. Komunikasi Kesehatan
10. Prinsip Komunikasi Efektif Antar Pribadi Dengan Pasien / Pendamping Pasien
11. Prinsip Komunikasi Efektif Dalam Hubungan Dokter–Tenaga Kesehatan-Pasien-
Masyarakat
12. Sumber Daya Manusia Kesehatan
13. Kerjasama Lintas Sektor
14. Perilaku Kesehatan
15. Motivasi
16. Metode Promosi Kesehatan
17. Evaluasi Perubahan Perilaku
18. Konsep Kesehatan Lingkungan Kerja
19. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

MATA KULIAH TERINTEGRASI


1. Kesehatan Lingkungan / K3 dan Demografi
2. Epidemiologi
3. Promosi kesehatan
4. Pemberdayaan Masyarakat / Advokasi dan Kemitraan
5. Konsep prilaku

1.5 TUJUAN UMUM BLOK


Setelah mengikuti pembelajaran dalam blok ini mahasiswa mampu menjelaskan dan
menguraikan masalah lingkungan, demografi terhadap kesehatan umum serta kesehatan gigi
dan mulut serta usaha pencegahannya. Mampu menjelaskan dan menilai kesehatan
masyarakat dengan menggunakan data hasil survey epidemiologi serta mampu memahami
konsep perilaku kesehatan, advokasi, kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan etik

BAB II

6
MODUL I
KESEHATAN LINGKUNGAN DAN DEMOGRAFI

1. GAMBARAN MODUL
Modul ini diberikan sebagai panduan bagi mahasiswa untuk mempelajari tentang
permasalahan kesehatan yang dapat timbul di masyarakat. Didalam modul ini akan
membahas masalah kesehatan lingkungan yang dari tahun ke tahun semakin bertambah
kompleks, sehingga diharapkan semua masyarakat mengenal dan mengetahui kesehatan
lingkungan manusia yang lebih representatif terutama sekali dalam upaya menjaga
kebersihan dan kelestarian lingkungan hidup serta usaha mencegah bahaya terjadi
penularan penyakit pada masyarakat.
Modul ini membahas pula tentang masalah gizi yang juga sangat pentimg untuk
diketahui dan difahami oleh karena gizi sangat berkaitan dengan kesehatan umum di
masyarakat dan pertumbuhan anak. Arti dan kegunaan gizi harus benar-benar
dimengerti oleh semua kelompok di masyarakat
Demikian pula tentang masalah kependudukan yang sangat terkait dengan
kesehatan masyarakat. Kependudukan sangat erat pula dengan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang juga mempunyai dampak yang luas terhadap kesejahteraan
masyarakat.
Modul ini terkait dengan domain V SKDGI dan diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan menganalisa permasalahan kesehatan yang timbul di masyarakat.

2. AREA KOMPETENSI
A. Kompetensi Utama :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menganalisa masalah lingkungan terhadap
kesehatan umum, gigi dan mulut
2. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar ilmu gizi dan menganalisa
masalah gizi yang ada di Indonesia
3. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar kependudukan dan menganalisa
masalah kependudukan yang terkait dengan kesehatan di masyarakat

7
MATERI 1
KESEHATAN LINGKUNGAN

A. DEFINISI
Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan:
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatukeseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjaminkeadaan sehat dari manusia.
2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkunganadalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamisantara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusiayang sehat dan bahagia.

B. RUANG LINGKUP KESEHATAN LINGKUNGAN


Menurut World Health Organization (WHO) ada 17 ruang lingkup kesehatan
lingkungan, yaitu:
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu
7. Pengendalian pencemaran udara
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Perumahan dan pemukiman
12. Aspek kesling dan transportasi udara
13. Perencanaan daerah dan perkotaan
14. Pencegahan kecelakaan
15. Rekreasi umum dan pariwisata
16. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan

8
Di Indonesia, ruang Iingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3)
UU No 23tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
5. Pengamanan radiasi
6. Pengamanan kebisingan
7. Pengamanan vektor penyakit
8. Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

C. SASARAN KESEHATAN LINGKUNGAN


Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan
lingkungan adalahsebagai berikut :
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3. Lingkungan kerja: perkantoran, kawasan industr/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang
beradadalam keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar2an,
reaktor/tempat yangbersifat khusus.

D. MASALAH-MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN DI INDONESIA


Masalah Kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinyadibutuhkan integrasi dari berbagai sektor terkait. Di Indonesia permasalah
dalam kesehatanlingkungan antara lain :
1. Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhisyarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.
Air minum adalah air yang kualitasnyamemenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Syarat Fisik: Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna

9
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/i,
Kesadahan (maks 500mg/i)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air)
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut:
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki
mata air atau sumur
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar; atau, bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin
f. Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
3. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan ruang
gerak yangcukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antaranggota keluarga dan penghuni rumah
c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antarpenghuni rumah
denganpenyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dantikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup
sinar matahari pagi, terlindungnyamakanan dan minuman dari pencemaran,
disamping pencahayaan dan penghawaan yangcukup
d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaanluar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis
sempadan jalan, konstruksi yang tidakmudah roboh, tidak mudah terbakar, dan
tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

4. Pembuangan Sampah

10
Teknik pengelolaan sampah yang baik dan benar harus memperhatikan faktor-
faktor/unsur,berikut:
a. Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sampah
adalah jumlahpenduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas, pola
kehidupan/tingkat sosial ekonomi, letakgeografis, iklim, musim, dan kemajuan
teknologi
b. Penyimpanan sampah
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
d. Pengangkutan
e. Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat mengetahui
hubungan danurgensinya masing-masing unsur tersebut agar kita dapat
memecahkan masalah-masalah ini secaraefisien.

5. Serangga dan Binatang Pengganggu


Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian
disebut sebagaivektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk
Anopheles sp untuk penyakitMalaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah
Dengue (DBD), Nyamuk Cuiex sp untukPenyakit Kaki Gajah/Filariasis.
Penanggulangan/pencegahan dari penyakit tersebut diantaranyadengan merancang
rumah/tempat pengelolaan makanan dengan rat proff(rapat tikus), Kelambu
yangdicelupkan dengan pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp,
Gerakan 3 M (mengurasmengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk
mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasapada lubang angin di rumah atau
dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkanpenyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit kemakanan sehingga menimbulkan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dan kencing yangdikeluarkannya yang telah terinfeksi
bakteri penyebab.

6. Makanan dan Minuman

11
Sasaran hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah
makan, jasa boga danmakanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat
penjualan dan atau disajikan sebagaimakanan siap santap untuk dijual bagi umum
selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan
makanan meliputi :
1. Persyaratan lokasi dan bangunan
2. Persyaratan fasilitas sanitasi
3. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
4. Persyaratan bahan makanan dan makananjadi
5. Persyaratan pengolahan makanan
6. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makananjadi
7. Persyaratan peralatan yang digunakan
8. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran
udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi indoor air pollution dan ut door air
pollution. Indoor airpollution merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung
umum, bis kereta api, dll. Masalahini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang
sesungguhnya, mengingat manusia cenderungberada di dalam ruangan ketimbang berada di
jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar, bahanbakar rumah tangga lainnya
merupakan salah satu faktor resiko timbulnya infeksi saluran pernafasanbagi anak balita.
Mengenai masalah out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagaianalisis
data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan. Beberapa penelitian
menunjukkanadanya perbedaan resiko dampak pencemaran pada beberapa kelompok resiko
tinggi penduduk kotadibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih
besar. Keadaan ini, bagi jenispencemar yang akumulatif, tentu akan lebih buruk di masa
mendatang. Pembakaran hutan untukdibuat lahan pertanian atau sekedar diambil kayunya
ternyata membawa dampak serius, misalnyainfeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada
mata, terganggunya jadwal penerbangan, terganggunyaekologi hutan.

E. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Kesehatan:


1. Lingkungan Rumah

12
a. Adalah merupakan suatu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.
b. Kriteria rumah yang sehat dan aman dari segi lingkungan, antara lain:
c. Memiliki sumber air bersih dan sehat serta tersedia sepanjang tahun
d. Memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah dan air limbah yang baik
e. Dapat mencegah terjadinya perkembang biakan vektor penyakit
f. Letak perumahan jauh dari sumber pencemaran (misal kawasan industri)
denganjarak minimal 5 km dan memiliki daerah penyangga atau daerah hijau
dan bebas banjir
2. Lingkungan udara :
Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan
kehidupan dipermukaan bumi ini. Selain memberikan oksigen, udara juga
berfungsi sebagai alatpenghantar suara dan bunyi-bunyian, pendingin benda-
benda yang panas dan dapatmenjadi media penyebaran penyakit pada manusia.
3. Lingkungan air
Air mempakan zat yang paling penting dalam kehidupan manusia. Sekitar tiga
perempat bagian dan tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat
bertahanhidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu ,air juga
dipergunakan untukmemasak , mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang
ada di sekitar rumah.Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga
ditularkan dan disebarkanmelalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat
menimbulkan wabah penyakit dimana-mana.
4. Tanah
Merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi, tetapi pengaruhnya
terhadaplingkungan sangat besar. Hubungan tanah dengan makhuk hidup sangat
erat, tanahmenyediakan berbagai sumber daya yang berguna bagi kelangsungan
hidup manusiadan makhluk hidup lainnya. Beberapa ahli mengemukakan bahwa
penurunan kualitastanah telah memberikan dampak pada kesehatan, seperti
dampak dari kekuranganunsur-unsur hara míkro yang terkandung dalam bahan
makanan terhadap kesehatanmanusia
5. Makanan
Hubungan makanan dengan kesehatan secara garis besar dapat disebabkan
karenamenurunnya kandungan gizi, makanan berperan sebagai media penularan
penyakit,makanan mengandung toksin bakteri, makanan mengandung racun

13
alami, makananmengandung kontaminasi kimia dan makanan mengandung zat
adiktifberbahaya.

MATERI 2

14
DEMOGRAFI

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Demos” adalah rakyat atau
penduduk dan “Grafien” adalah menulis. Sehingga demografi dapat diartikan sebagai
tulisan-tulisan atau karangan-karangan mengenai rakyat atau penduduk.
Donald J. Bogue dalam bukunya yang berjudul “Principles of Demography”
memberikan definisi demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan
matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-
perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya 5 komponen demografi yaitu
kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial”.
2. Tujuan Dan Penggunaan Demografi
Pengetahuan tentang kependudukan penting untuk lembaga-lembaga swasta
maupun pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah. Perencanaan-
perencanaan yang berhubungan dengan pendidikan, kesejahteraan sosial,
perumahan, pertanian dan lain-lain akan menjadi tepat bila didasarkan pada data
kependudukan.
Tujuan pokok dari demografi yaitu:
a. Mempelajari kuantitas dan distribusi penduduk dalam suatu daerah tertentu
b. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penurunannya dan persebarannya
dengan sebaik-baiknya dan dengan data yang tersedia
c. Mengembangkan hubungan sebab akibat antara perkembangan penduduk dengan
bermacam-macam aspek organisasi sosial
d. Mencoba meramalkan pertumbuhan penduduk di masa yang akan datang dan
kemungkinan-kemungkinan konsekuensinya
3. Dinamika Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan
yang menambah dan kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus
menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir, tetapi secara
bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua
golongan umur. Sementara itu migrasi juga sangat berperan dalam perubahan jumlah
penduduk.
4. Komposisi Penduduk

15
Komposisi penduduk dalam arti demografi adalah komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap
penduduk masa yang akan datang.
Komposisi umur penduduk biasanya digambarkan dalam piramida penduduk
yang dapat mencerminkan apakah suatu negara mempunyai ciri penduduk tua atau
muda. Penduduk tua berarti sebagian besar penduduk berada pada umur tua.
Sedangkan pada penduduk muda, sebagian besar penduduknya berada pada umur
muda.

B. SUMBER DATA
Secara umum, sumber data adalah segala terbitan resmi oleh badan-badan resmi baik
berbentuk angka, grafik maupun gambar. Selain itu, catatan-catatan badan-badan
pemerintah maupun non-pemerintah yang tidak diterbitkan, dapat pula disebut sebagai
sumber data.
Dalam proses pengumpulan data, sumber data penduduk dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Sensus
Pada dasarnya sensus penduduk bertujuan menghitung jumlah orang atau
penduduk suatu negara. Mengacu pada definisi menurut PBB, sensus penduduk
adalah keseluruhan proses pengumpulan (collecting), menghimpun dan menyusun
(compiling) dan menerbitkan data-data demografi, ekonomi dan sosial yang
menyangkut semua orang pada waktu tertentu di suatu negara atau suatu wilayah
tertentu.
2. Survei
Dalam hal tahapan kerja dan keterangan yang dikumpulkan, pada dasarnya survei
tidak berbeda dengan sensus. Hal yang membedakan survei dengan sensus yang
terpenting adalah cakupan penduduk yang dicacah. Jika sensus mencacah seluruh
penduduk, maka survei hanya mencacah sebagian penduduk saja.
Hal lain yang membedakan adalah fleksibilitasnya. Survei bisa diadakan kapan
saja, tidak hanya memenuhi persyaratan periodik seperti halnya sensus. Dalam hal
materi yang dikumpulkan, survei bisa berganti-ganti topik atau dapat diberi
penekanan pada aspek-aspek tertentu sesuai dengan kebutuhan.

3. Registrasi

16
Registrasi merupakan kumpulan keterangan mengenai terjadinya peristiwa-
peristiwa lahir dan mati serta segala kejadian penting yang merubah status sipil
seseorang sejak dari lahir sampai mati. Kejadian yang dimaksud adalah perkawinan,
perceraian, pengangkatan anak dan perpindahan (migrasi). Karena yang dicatat
adalah kejadian (lahir, mati, kawin, dan sebagainya), maka registrasi berlangsung
secara terus menerus mengikuti kejadian tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan mengenai registrasi adalah bahwa penduduklah yang
melaporkan kepada badan yang berwenang mencatat. Jadi berbeda dengan sensus
dan survei dimana penduduk yang didatangi petugas untuk dimintai keterangan.

C. KEBIJAKAN PEMERINTAH TERKAIT KEPENDUDUKAN


1. Pengertian Dan Ruang Lingkup Kebijakan Kependudukan
Masalah kependudukan yang terjadi di dunia juga terjadi di Indonesia. Di
Indonesia, masalah kependudukan yanng terjadi lebih kompleks karena Indonesia
adlah negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa, adat dan lingkungan yang
berbeda.
Penduduk merupakan modal pembangunan dimana penduduk menjadi dasar dan
sasaran semua kebijakan pembangunan negara. Kebijakan nasional harus
memperhitungkan dinamika kependudukan yang ada dengan berbagai variabelnya.
Menurut Hatmadji (2003), pada awalnya, kebijakan kependudukan secara sempit
diartikan sebagai pengendalian fertilitas (fertility control). Pengertian tersebut
kurang tepat, sebab kebijakan kependudukan sebenarnya tidak semata-mata fertility
control (di Indonesia dikenal sebagai program Keluarga Berencana), melainkan lebih
luas dari itu. Disamping fertility control (program keluarga berencana) kebijakan
kependudukan juga termasuk kebijakan mobilitas penduduk dan kebijakan kesehatan
yang akhirnya bertujuan untuk mengurangi tingkat kematian (mortalitas), khusunya
kematian ibu dan anak. Jadi pada dasarnya kebijakan kependudukan adalah
kebijakan yang ditujukan untuk mempengaruhi tiga variabel utama demografi yaitu
fertilitas, mortalitasi dan mobilitas penduduk (migrasi).
Menurut PBB dalam Hatmadji (2003), merumuskan kebijakan kependudukan
sebagai berikut:
(“… kegiatan dan program yang dibuat untuk menunjang pencapaian tujuan
ekomoni, sosial, demografi, politik, dan sebagainya, dengan cara mempengaruhi

17
variabel-variabel demografi yang penting yaitu jumlah dan pertumbuhan penduduk,
distribusi geografi (nasional dan internasional) dan karakteristik demografinya …”)
Perlu dibedakan kebijakan yang mempengaruhi variabel kependudukan maupun
yang menanggapi perubahan penduduk. Kebijakan kependudukan dapat bersifat
nasional terpadu maupun sektoral. Kebijakan nasional terpadu mencakup segala segi
kehidupan dengan satu tujuan mengenai kependudukan. Sedangkan kebijakan
sektoral menyerahkan masalah kependudukan pada satu sektor saja.
2. Kebijakan Dan Program Kependudukan Di Indonesia
Kegiatan nyata untuk melaksanakan kebijakan dengan sasaran tertentu, batas
waktu dan dana merupakan satu program. Kegiatan yang bertujuan untuk
mempengaruhi atau menanggapi aspek-aspek kependudukan merupakan program
kependudukan.
Kebijakan kependudukan di Indonesia telah dirumuskan dalam GBHN.
Kebijakan tersebut merupakan bagian dari kebijakan kependudukan meliputi:
a. Bidang pengendalian kelahiran
b. Penurunan tingkat kematian terutama kematian anak-anak
c. Perpanjangan harapan hidup
d. Penyebaran penduduk yang lebih serasi dan seimbang
e. Pola urbanisasi yang lebih berimbang dan merata
f. Perkembangan dan penyebaran angkatan kerja
Kebijakan dan program kependudukan diarahkan untuk menyelesaikan masalah
kependudukan seperti jumlah penduduk yang besar dengan program Keluarga
Berencana (KB), persebaran penduduk dengan program transmigrasi dan sebagainya.

18
MODUL II
EPIDEMIOLOGI
1. GAMBARAN MODUL
Epidemiologi merupakan ilmu yang penting untuk dipelajari dan difahami oleh
petugas kesehatan, karena epidemiologi merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam perencanaan dan pemecahan masalah kesehatan.
Ilmu epidemiologi semakain terus berkembang seiring dengan makin
berkembangnya penyakit. Materi ini disampaikan dengan tatap muka, yang membahas
prinsip dasar pengertian epidemiologi, konsep dasar timbulnya masalah kesehatan,
distribusi masalah kesehatan, pengertian frekuensi masalah kesehatan, cara
pengukuran frekuensi masalah kesehatan, cara pengukuran prevalensi, insidensi dan
rancangan penelitian epidemiologi.

2. AREA KOMPETENSI
A. Kompetensi Utama :
Setelah mengikuti kuliah epidemiologi mahasiswa mampu menganalisis
epidemiologi masalah kesehatan, serta usaha pencegahannya dan merancang
penelitian epidemiologi dengan benar.

19
MATERI 1
EPIDEMIOLOGI

A. BATASAN DAN PENGERTIANEPIDEMIOLOGI


1. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit dan determinan
yang mempengaruhi frekuensi penyakit pada kelompok manusia.
2. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit
dan rudapaksa pada populasi manusia.
3. Epidemiologi adalah studi tentang faktor yang menentukan frekuensi dan
distribusi penyakit pada populasi manusia.
4. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi penyakit atau keadaan
fisiologis pada penduduk dan determinan yang mempengaruhi distribusi
tersebut.
5. Epidemiologi adalah suatu studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada
populasi manusia.

B. TIGA KOMPONEN PENTING DALAM EPIDEMIOLOGI


1. Frekuensi
Merupakan upaya melakukan kuantifikasi atau proses patologis atas kejadian
untuk mengukur besarnya kejadian/masalah serta untuk melakukan perbandingan.
2. Distribusi
Menunjukkan bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan penyakit
atau masalah kesehatan, epidemiologi menggambarkan kejadian tersebut menurut
karakter/variable orang, tempat dan waktu.
3. Determinan adalah faktor yang mempengaruhi, berhubungan atau memberi resiko
terhadap terjadinya penyakit/masalah kesehatan.

C. TUJUAN EPIDEMIOLOGI
1. Mengumpulkan fakta dan data tentang berbagai masalah yang ada dalam
masyarakat.
2. Menjelaskan sifat dan penyebab masalah kesehatan tersebut.
3. Menemukan/merencanakanpemecahanmasalahsertamengevaluasiaktivitaspelaks
anaannya.

20
4. Menggambarkan status kesehatan penduduk untuk menetapkan prioritas masalah
dalam perencanaan.
5. Mempelajari riwayat alamiah suatu penyakit atau masalah kesehatan petunjuk
bagi upaya pencegahan dan mekanisme pengendalian.
6. Mempelajaripenyebab/faktorresikosuatupenyakit/masalahkesehatan.
7. Mengembangkan system pengendalian dan pemberantasan penyakit dalam suatu
system administrasi.

D. MACAM EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi pada dasarnya dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :
1. Epidemiologi Diskriptif
Yaitu hanya mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran status masalah
kesehatan (tanpa mencari jawaban terhadap faktor-faktor penyebab yang
mempengaruhi frekuensi, penyebaran atau munculnya masalah kesehatan
tersebut).
2. Epidemiologi Analitik
Yaitu bila sudah mencakup pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya
frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah kesehatan. (diupayakan ada
jawaban terhadap faktor-faktor penyebab (why), kemudian dianalisa
hubungannya dengan akibat yang ditimbulkan)

21
EPIDEMIOLOGI
Ilmu yang mempelajari tentang masalah kesehatan pada
sekelompok manusia

FREKUENSI PENYEBARAN FAKTOR-FAKTOR


YANG
Dilakukan 2 hal pokok Dikelompokkan menurut MEMPENGARUHI
yaitu : :
 Menemukan masalah  Ciri-ciri manusia Disusun langkah-langkah
kesehatan  Tempat pokok berupa :
 Mengukur masalah  Waktu  Merumuskan hipotesa
kesehatan  Uji hipotesa
 Tarik kesimpulan
sebab akibat

EPIDEMIOLOGI EPIDEMIOLOGI
DISKRIPTIF ANALITIK

PERBEDAAN
PENELITIAN EPIDEMIOLOGI PENELITIAN EPIDEMIOLOGI
DISKRIPTIF ANALITIK
1. Hanya menjelaskan keadaan suatu 1. Juga menjelaskan mengapa suatu
masalah kesehatan (who, where, when) masalah kesehatan timbul di masyarakat
2. Pengumpulan, pengolahan, penyajian (why)
dan interpretasi data hanya pada satu 2. Pengumpulan, pengolaha, penyajian dan
kelompok masyarakat saja interpretasi data dilakukan terhadap dua
3. Tidak bermaksud membuktikan suatu kelompok masyarakat
hipotesa 3. Bermaksud membuktikan suatu hipotesa

E. RUANG LINGKUP
Dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1. Subyek dan obyek epidemiologi adalah masalah kesehatan.
Infeksi
Awal perkembangan epidemiologi : masalah kesehatan adalah penyakit
Menular
22
Perkembangan selanjutnya →  penyakit tidak menular dapat pula berada
- penyakit non infeksi dalam frekuensi yang
tinggi menyebar
luas di masyarakat

Perkembangan mutakhir → tidak hanya membahas masalah penyakit, tetapi mencakup


semua masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat. Misal program KB,
lingkungan pemukiman, sarana pelayanan kesehatan, dll.
2. Masalah kesehatan yang dimaksud menunjuk kepada masalah kesehatan yang ada
pada masyarakat/sekelompok manusia.
3. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan menggunakan
data tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan tersebut.

F. MANFAAT
1. Membantu pekerjaan administrasi kesehatan
2. Dapat menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan
3. Dapat menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit
4. Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan

23
MATERI 2
KONSEP PENYEBAB PENYAKIT

A. DEFINISI PENYAKIT
Ditinjau dari sudut epidemiologi, pemahaman tentang penyakit amatlah penting, ada
beberapa pengertian, yaitu :
1. Penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk
bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan
pada fungsi/struktur dari bagian organ atau sistem dari tubuh.
2. Penyakit adalah suatu keadaan dimana proses kehidupan tidak lagi teratur atau
terganggu perjalanannya.
3. Penyakit bukan hanya berupa kelainan yang dapat dilihat dari luar saja, akan tetapi
juga suatu keadaan terganggu dari keteraturan fungsi-fungsi dalam dari tubuh.

B. FAKTOR PENYEBAB
Dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu:
1. Faktor Predisposisi, seperti : umur, jenis kelamin, riwayat penyakit terdahulu, dll
2. Faktor Pencetus, seperti : pemaparan oleh agent penyakit yang spesifik
3. Faktor Pendorong, seperti : paparan yang berulang, beban kerja yang berat, dll
4. Faktor Pemberat, seperti : pendapatan rendah, status gizi, kondisi perumahan, dll

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Timbul atau tidaknya suatu penyakit dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :
1. Host (penjamu)
2. Agent (bibit penyakit)
3. Environment
D. PERJALANAN PENYAKIT
Secara umum dapat dibedakan atas lima tahap :
1. Tahap Pre-patogenesa
2. Tahap Inkubasi
3. Tahap Penyakit Dini
4. Tahap Penyakit Lanjut
5. Tahap Akhir Penyakit
E. PENCEGAHAN PENYAKIT

24
Dalam epidemiologi, pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai
perjalanan penyakit :
1. Pencegahan Primer
2. Pencegahan Sekunder
3. Pencegahan Tersier

F. TERJADINYA INFEKSI
Secara garis besar dapat ditinjau dari sumbernya, perjalanannya, cara masuknya.
1. Sumber infeksi dapat berupa
a. Penderita
b. Karier
c. Geografi
d. Vektor
e. Zoonosis
2. Berdasarkan perjalanannya, mikroorganisme dapat menimbulkan infeksi pada
manusia melalui :
a. Udara
b. Makanan
c. Luka
d. Luka gigit
e. Conjungtiva
f. Placenta
3. Berdasarkan cara masuknya, mikroorganisme dapat secara langsung dan tidak
langsung
Secara langsung :
a. Bersin, batuk
b. Pemaparan jaringan oleh jamur, parasit atau bakteri
Secara tidak langsung :
Melalui udara, makanan, benda-benda, transmisi vektor.

G. PENEMUAN MASALAH KESEHATAN


Upaya menemukan masalah kesehatan pada dasarnya adalah identik dengan
melakukan penelitian epidemiologi diskriptif. Tergantung dari tujuan serta kemampuan
yang ada maka penelitian epidemiologi diskriptif banyak macamnya, antara lain :

25
1. Sensus
Hampir tidak pernah dilakukan karena keterbatasan kemampuan yang ada yaitu
dana dan tenaga.
2. Survei Khusus
Survei khusus dalam bidang penyakit yang disebut dengan survei penyakit.
3. Penyaringan Kasus (Screening)
4. Pencarian Kasus (Case Finding)
5. Survailen (surveillance)
Adalah suatu pengamatan terhadap suatu masalah kesehatan yang dilakukan secara
terus-menerus.

H. UKURAN MORBIDITAS DAN MORTALITAS


1. Ratio
Ratio merupakan nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan dua nilai
kuantitatif yang pembilangnya tidak merupakan bagian dari penyebut, misalnya :
sebuah nilai kuantitatif A dan nilai kuantitafif lain adalah B maka rasio kedua nilai
tersebut adalah A/B
2. Proporsi
Adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan
bagian dari penyebut. Pada proporsi, perbandingan menjadi : A / (A+B)
3. Angka
Angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus → perbandingan antara
pembilang dan penyebut dinyatakan dalam batas waktu tertentu. Insidensi
merupakan kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Ini
merupakan karakter baik untuk menentukan resiko timbulnya penyakit.
4. Angka Insidensi (Incidence Rate)
Adalah proporsi kelompok individu yang terdapat dalam penduduk suatu
wilayah atau negara yang semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun waktu
tertentu dan pembilang pada proporsi tersebut adalah kasus baru.
𝑑
Rumusnya adalah : 𝑝 = (𝑛) 𝑥𝑘

p = estimasi angka insidensi


d = jumlah kasus baru
n = jumlah individu yang awalnya tidak sakit

26
k = konstanta
atau jumlah kejadian dalam kurun waktu tertentu dibagi penduduk yang mempunyai
resiko (population at risk) terhadap kejadian tersebut dalam kurun waktu tertentu
dikalikan dengan konstanta “k”
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝐼𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑥𝑘
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛𝑎𝑡𝑟𝑖𝑠𝑘𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
Untuk penyakit dengan insidensi yang terjadi dalam kurun waktu yang pendek
digunakan istilah Attack Rate
Angka insidensi berdasarkan orang yang menderita dapat ditulis dalam rumus berikut :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔𝑦𝑎𝑛𝑔𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎 (𝑓𝑙𝑢)
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝑦𝑎𝑛𝑔𝑚𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑦𝑎𝑖𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜

Angka insidensi berdasarkan kejadian penyakit dinyatakan dalm rumus berikut :


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑗𝑎𝑑𝑖𝑎𝑛𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 (𝑓𝑙𝑢)
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑖𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖 = 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝑦𝑎𝑛𝑔𝑚𝑒𝑚𝑝𝑢𝑛𝑦𝑎𝑖𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜

5. Angka Prevalensi
Untuk prevalensi terdapat dua urutan, yaitu :
- Point prevalence (prevalensi sesaat)
- Periode prevalence (prevalensi periode)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡
𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡𝑝𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑒 = 𝑝𝑎𝑑𝑎𝑠𝑎𝑎𝑡𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝑗𝑢𝑚𝑎𝑙ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡
𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑐𝑒 = 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

Manfaat Insidensi dan Prevalensi


Angka insidensi dapat digunakan untuk mengukur angka kejadian penyakit.
Perubahan angka insidensi menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor penyebab
penyakit, yaitu :
1. Fluktuasi alamiah
2. Program pencegahan
Manfaat lain dari pengukuran insidensi adalah :
1. Ukuran insidensi banyak digunakan dalam penelitian epidemiologi untuk mencari
adanya asosiasi sebab-akibat

27
2. Ukuran insidensi dapat pula digunakan untuk mengadakan perbandingan antara
berbagai populasi dengan pemaparan yang berbeda
3. Ukuran insidensi dapat digunakan untuk mengukur besarnya resiko yang
ditimbulkan oleh determinan tertentu
Ukuran Prevalensi suatu penyakit dapat digunakan untuk :
1. Menggambarkan tingkat keberhasilan program pemberantasan penyakit
2. Penyusunan perencanaaan pelayanan kesehatan, misal penyediaan sarana obat-
obatan, tenaga, dll
3. Mengatakan banyaknya kasus yang dapat didiagnosis

I. INDEKS KESEHATAN
Untuk melinai kondisi kesehatan masyarakat dibutuhkan suatu ukuran yang dapat
dipakai sebagai indikator.
Indeks kesehatan yang dapat digunakan banyak sekali, namun yang banyak
digunakan dalam epidemiologi adalah :
1. Indeks Fertilitas
2. Indeks Morbiditas
3. Indeks Mortalitas

1. Indeks Fertilitas
Ukuran fertilitas yang banyak digunakan dalam kesehatan dan epidemoilogi, adalah
:
a. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate / CBR)
b. Angka fertilitas menurut golongan umur (Age Specifik Fertility Rate / ASFR)
c. Angka fertilitas total (Total Fertility Rate / TFR)

a. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate / CBR)


Adalah semua kelahiran hidup dalam satu tahun dibagi jumlah penduduk pada
pertengahan tahun yang sama dikalikan 1000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡
CBR = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝑝𝑎𝑑𝑎𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑥 1000
𝐵
Atau 𝐶𝐵𝑅 = (𝑃 ) 𝑥𝑘

B = jumlah lahir hidup yang dicatat selama 1 tahun


P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama

28
K = konstanta = 1000

b. Angka Fertilitas Menurut Golongan Umur


Age Specific Fertility Rate (ASFR)
Adalah jumlah kelahiran hidup oleh ibu pada golongan umur tertentu yang
dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk wanita pada golongan umur tertentu pada
pertengahan tahun yang sama.
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑓𝑒𝑟𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡𝑔𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛𝑢𝑚𝑢𝑟
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑜𝑙𝑒ℎ𝑖𝑏𝑢𝑔𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛𝑢𝑚𝑢𝑟
𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 𝑥 1000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝑤𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎𝑔𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛𝑢𝑚𝑢𝑟
𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑝𝑎𝑑𝑎𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎𝑚𝑎
c. Angka Fertilitas Total
Total Fertility Rate (TFR)
Adalah merupakan jumlah angka fertilitas menurut golongan umur yang dicatat
selama 1 tahun
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑓𝑒𝑟𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑓𝑒𝑟𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡𝑔𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛𝑢𝑚𝑢𝑟𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑥𝑘

- Bila konstanta k=1, maka angka yang dihasilkan menunjukkan rata-rata jumlah anak
yang dilahirkan oleh setiap ibu selama masa subur
- Selama interval golongan umur sama dengan 5 maka angka fertilitas total sama dengan
angka fertilitas menurut golongan umur x 5
Kelemahan pada perhitungan AFT ialah pada AFT dianggap semua wanita selama masa
subur tidak ada yang meninggal dan semuanya menikah dan mempunyai anak dengan pola
seperti ASFR. Hal ini tidak sesuai dengan kenyataan.

ANGKA KEMATIAN MENURUT GOLONGAN UMUR


Age Spesific Death Rate / ASDR

Untuk memperhalus angka kematian kasar, dilakukan perhitungan kematian pada


setiap golongan umur. Angka kematian berdasarkan golongan umur ini disebut angka
kematian spesifik (specific death rate). Spesifikasi dapat pula dilakukan berdasarkan
jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan.
ASDR dapat dihitung dengan rumus berikut :
29
𝑑𝑥
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡𝑔𝑜𝑙𝑜𝑛𝑔𝑎𝑛𝑢𝑚𝑢𝑟 = ( ) 𝑥𝑘
𝑃𝑥
dx = jumlah kematian yang dicatat selama satu tahun pada penduduk golongan umur x
px = jumlah penduduk pertengahan tahun pada golongan umur x
k = konstanta

J. INDEKS MORTALITAS DAN MORBIDITAS


Angka kematian dan kesakitan merupakan indeks kesehatan yang penting daalm
mempelajari epidemiologi untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Indeks mortalitas dan morbiditas yang banyak digunakan dalam epidemiologi,
adalah :
1. Angka kematian kasar (Crude Death Rate / CDR)
2. Angka kematian berhubungan dengan umur :
a. Angka kematian menurut golongan umur
b. Angka kematian bayi
c. Angka kematian balita
d. Angka kematian neonatal
e. Angka kematian perinatal
f. Proporsi kematian balita
3. Angka kematian berhubungan dengan sebab akibat:
a. Angka kematian karena sebab tertentu
b. Case Fatality Rate
c. Angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate)
4. Angka Morbiditas

1. Angka Kematian Kasar(Crude Death Rate)


Angka kematian kasar (AKK) ialah jumlah kematian yang dicatat selama satu
tahun per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama.
Angka ini disebut kasar karena perhitungan kematian dilakukan secara
menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok tertentu didalam populasi
dengan tingkat kematian yang berbeda-beda. Angka kematian kasar dapat ditulis
dalam rumus berikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐴𝐾𝐾 = 𝑥 1000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝑝𝑎𝑑𝑎𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎𝑚𝑎

30
Secara matematis dapat ditulis :
𝐷
𝐴𝐾𝐾 = ( ) 𝑘
𝑃
D = Jumlah kematian yang dicatat selama 1 tahun
P = Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama
k = konstanta = 1000

2. Angka Kematian Bayi(Infant Mortality Rate)


Angka kematian bayi (AKB) ialah jumlah kematian penduduk berumur kurang
dari 1 tahun yang dicatat selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun
yang sama.
Rumusnya sebagai berikut :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛𝑢𝑚𝑢𝑟 0 − 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐴𝐾𝐵 = 𝑥 1000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎𝑚𝑎
Atau
𝑑𝑜
𝐴𝐾𝐵 = ( ) 𝑥𝑘
𝐵
d0 = jumlah kematian bayi 0-1 tahun yang dicatat selama 1 tahun
B = jumlah lahir hidup pada tahun yang sama
k = konstanta = 1000

3. Angka Kematian Neonatal(Neonatal Mortality Rate)


Angka kematian neonatal ialah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28
hari yang dicatat selama satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Rumusnya sebagai berikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛𝑏𝑎𝑦𝑖𝑏𝑒𝑟𝑢𝑚𝑢𝑟𝑘𝑢𝑎𝑟𝑛𝑔𝑑𝑎𝑟𝑖 28 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝐴𝐾𝑁 = 𝑥𝑘
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎𝑚𝑎

Tinggi rendahnya NMR dapat digunakan untuk mengetahui :


a. Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal
b. Program imunisasi
c. Pertolongan persalinan
d. Penyakit infeksi terutama saluran nafas bagian atas

4. Angka Kematian Perinatal(Perinatal Mortality Rate)

31
Angka kematian perinatal ialah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada
usia kehamilan 28 minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang
berumur kurang dari 28 hari yang dicatat selama satu tahun.
Rumusnya :
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑖𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑘𝑎𝑛𝑝𝑎𝑑𝑎𝑢𝑠𝑖𝑎𝑘𝑒ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙𝑎𝑛 28 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢
𝑎𝑡𝑎𝑢𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ + 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛𝑏𝑎𝑦𝑖𝑢𝑚𝑢𝑟𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑑𝑎𝑟𝑖 28 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑦𝑎𝑛𝑔
𝐴𝐾𝑃 = 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥𝑘
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎𝑚𝑎

5. Angka Kematian Ibu(Maternal Mortality Rate)


Angka kematian ibu ialah jumlah kematian ibu sebagai akibat komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛𝑖𝑏𝑢ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙, 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑙𝑖𝑛𝑎𝑛, 𝑑𝑎𝑛𝑛𝑖𝑓𝑎𝑠
𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐴𝐾𝐼 = 𝑥 1000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎𝑚𝑎

6. Angka Morbiditas
Angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per
1000 penduduk pertengahan tahun pada tahun yang sama.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑟𝑖𝑡𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎𝑀𝑜𝑟𝑏𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 1000
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑦𝑎𝑛𝑔𝑠𝑎𝑚𝑎

MODUL III
PROMOSI KESEHATAN

1. Gambaran Modul

32
Konsep dasar promosi kesehatan yang dilandasi ilmu perilaku manusia yaitu
tentang definisi, teori dan konsep serta merencanakan program pendidikan kesehatan
baik kesehatan umum maupun kesehatan gigi di masyarakat yang meliputi identifikasi
masalah kesehatan di masyarakat, menguasai berbagai model program pendidikan
kesehatan berikut metode evaluasinya.
Sehingga pada akhir blok ini mahasiswa mampu mengamati dan mendiskripsikan
berbagai kondisi atau masalah kesehatan gigi di masyarakat dan mampu menyusun
kerangka program pendidikan kesehatan gigi dalam ruang lingkup promosi kesehatan
yang tepat baik secara individual maupun kelompok

2. Area Kompetensi
- Kompetensi Utama :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan landasan serta konsep teori promosi kesehatan
gigi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan landasan serta konsep teori perilaku manusia
sebagai landasan proses perubahan perilaku manusia dalam promosi kesehatan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dan konsep pendidikan kesehatan gigi
masyarakat yang merupakan penjabaran konsep promosi kesehatan yaitu
meliputi perencanaan pendidikan kesehatan gigi, strategi komunikasi, media
pendidikan kesehatan serta model evaluasi pendidikan kesehatan gigi
masyarakat.

33
MATERI 1
KONSEP PROMOSI KESEHATAN

A. PENGERTIAN
Secara konsep definisi promosi kesehatan dapat kita pahami dari beberapa
rangkaian sesuai perkembangan promosi kesehatan itu sendiri, adapun beberapa
definisi promosi kesehatan dalam perkembangannya adalah sebagai berikut :
WHO (1984), merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah promosi
kesehatan, kalaupendidikan kesehatan diartikansebagai upaya perubahan perilaku
maka promosi kesehatan tidakhanya untuk perubahan perilaku tetapi juga perubahan
lingkunganyang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut.
Menurut Lawrence Green (1984): “segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan
dan intervensiyang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yangdirancang
untuk memudahkan perubahan perilaku danlingkungan yang kondusif bagi
kesehatan”.
Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifatpromotif (peningkatan)
sebagai perpaduan dan upayapreventif (pencegahan, kuratif (pengobatan) dan
rehabilitative(pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yangkomprehensif.
Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untukmenjajakan, memasarkan atau
menjual yang bersifat persuasif karena sesungguhnya “kesehatan” merupakan
“sesuatu” yangsangat layak jual, karena sangat perlu dan dibutuhkan setiap orang dan
masyarakat (Depkes RI, 1997).
Promosi Kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI., (2004) adalah upaya
untuk meningkatkan kemampuanmasyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk,
danbersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinyasendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber dayamasyarakat, sesuai sosial budaya
setempat dan didukung olehkebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajarandari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat,
agar mereka dapatmenolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatanyang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisisosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publicyang berwawasan kesehatan.Menolong diri sendiri
artinyabahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnyamasalah-masalah
dan gangguan kesehatan, memeliharadan meningkatkan derajat kesehatan, serta

34
mampu pulaberperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatantersebut
terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupanmasyarakat (Pamsimas, 2009).
Promosikesehatan adalah upayapemberdayaanmasyarakatuntuk memelihara,
meningkatkan, dan melindungi kesehatandiri dan lingkungannya. Memberdayakan
adalah upaya untukmembangun daya atau mengembangkan kemandirian
yangdilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemampuan, sertadengan
mengembangkan iklim yang mendukung kemandirian.Dengan demikian, Promosi
Kesehatan merupakan upayamemengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku
berisikotinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman ataupaling tidak
berisiko rendah. Program Promosi Kesehatantidak dirancang “di belakang meja”.
Supaya efektif, programharus dirancang berdasarkan realitas kehidupan sehari-
harimasyarakat sasaran setempat.

B. PERKEMBANGAN PROMOSI KESEHATAN


Promosi Kesehatan berkembang dari Pendidikan Kesehatan. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa Pendidikan Kesehatan merupakan intervensi
terhadapperilaku sebagai determinan kesehatan atau kesehatanmasyarakat. Secara
umum, pendidikan kesehatan bertujuanuntuk mengembangkan perilaku individu,
kelompok,atau masyarakat agar mereka berperilaku hidup sehat.Mengembangkan
perilaku di sini mencakup mengubahperilaku yang kurang atau tidak sehat menjadi
perilaku sehat,meningkatkan perilaku sehat, atau mempertahankan perilakusehat yang
sudah dimilikinya.
Promosi Kesehatan sebenarnya merupakan revitalisasiatau pembaruan dan
Pendidikan Kesehatan tersebut.Bergesernya Pendidikan Kesehatan menjadi
PromosiKesehatan, tidak terlepas dari pengalaman empiris, bahwapendidikan
kesehatan sebelum tahun 1980-an hanyamenekankan perubahan perilaku dengan
pemberian informasi-informasi atau penyuluhan-penyuluhan kesehatan.Akibat dari
praktik pendidikan kesehatan seperti iniperubahan perilaku masyarakat tentang
kesehatan sangatlamban dan sangat kecil. Dan beberapa hasil studi yangada, termasuk
yang dilakukan oleh WHO, terungkap bahwa meskipun pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan telah tinggi, namun praktik atau tindakannya tentang kesehatan
masih rendah. Hal ini berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan tentang
kesehatan tidak diimbangi dengan tindakan atau praktiknya.

35
Belajar dari pengalaman bertahun-tahun tersebut disimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan belum “memampukan” (praktik atau tindakan) masyarakat untuk
berperilaku sehat, tetapi baru dapat men-”tahukan” (pengetahuan) dan me-”maukan”
(sikap). Hal ini terjadi karena memang dengan dicukupinya pengetahuan dan sikap saja
tidak otomatis akan berubah menjadi praktik atau tindakan. Untuk melakukan hidup
sehat diperlukan faktor pendukung berupa sarana dan prasarana untuk melakukannya.
Contoh : untuk mekanan bergizi bukan hanya perlu pengetahuan tentang gizi, tetapi
perlu tersedianya makanan bergizi, atau tersedia uang untuk membeli makanan; untuk
buang air besar di jamban perlu tersedianya jamban, untuk menggunakan air bersih
bukan hanya perlu pengetahuan air bersih, tetapi juga harus tersedia sarana air bersih,
dan sebagainya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka pendidikan kesehatan yang konotasinya
hanya mengubah perilaku saja, direvitalisasi menjadi promosi kesehatan yang tidak
hanya melakukan perubahan perilaku, tetapi juga perubahan determinan perilaku yang
lain, yakni lingkungan, baik itu fisik, sosial, ekonomi, kebijakan, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, dalam kurun waktu sekitar seperempat abad (1984-kini) konsep dan prinsip
tentang promosi kesehatan dikembangkan dan disosialisasikan, diantaranya :
1. Pada 1984 berkembang konsep bahwa aktivitas promosi kesehatan dilakukan
dengan memandang populasi sebagai suatu kesatuan, dilakukannya tindakan
konkrit terhadap determinan kesehatan, mengkombinasikan beragam pendekatan,
mengarahkan kegiatan pada upaya meningkatkan peran serta masyarakat, dan
meningkatkan peran tenaga kesehatan dalam memperdayakan masyarakat.
2. Pada 1986 piagam Ottawa mengatakan bahwa promosi kesehatan diselenggarakan
dengan membangun kebijakan publik yang berwawasan kesehatan, menciptakan
lingkungan yang mendukung, memperkuat aksi masyarakat, mengembangkan
keterampilan personal, dan reorientasi pelayanan kesehatan. Konferensi
internasional promosi kesehatan selanjutnya menyatakan tentang perlunya :
a. Kebijakan berwawasan kesehatan
b. Lingkungan yang mendukung kesehatan
c. Aliansi dan kemitraan
3. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan II di Adelaide, Australia (1988),
konferensi ini menekankan empat bidang prioritas, yaitu (1) mendukung
kesehatan wanita; (2) makanan dan gizi; (3) rokok dan alkohol; dan (4)
menciptakan lingkungan sehat.

36
4. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan III di Sundval, Swedia (1991),
konferensi ini mengemukakan empat strategi kunci, yakni (1) memperkuat
advokasi diseluruh lapisan masyarakat; (2) memberdayakan masyarakat dan
individu agar mampu menjaga kesehatan dan lingkungannya melalui pendidikan
dan pemberdayaan; (3) membangun aliansi; dan (4) menjadi penengah diantara
berbagai konflik kepentingan di tengah masyarakat.
5. Konferensi Internasional Promosi Kesehatan IV di Jakarta, Indonesia (Jakarta
Declaration on Health Promotion, 1997).
6. Promosi Kesehatan pada abad ke-21 mempunyai dasar tujuan adalah sebagai
berikut :
a. Meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan
b. Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan
c. Meningkatkan kemitraan untuk kesehatan
d. Meningkatkan kemampuan perorangan dan memberdayakan masyarakat
e. Mengembangkan infrastruktur promosi kesehatan.

C. BATASAN PROMOSI KESEHATAN


Sejalan dengan perkembangan promosi kesehatan seperti telah diuraikan di atas,
makabatasan promosi kesehatan jugamengalami berbagai ragam perkembangan,
antara lain:
1. Pada 1986 Konferensi Promosi Kesehatan di Ottawa,Canada mengeluarkan
piagam Ottawa (Ottawa Charter).Dalam Ottawa Charter antara lain merumuskan
batasanPromosi Kesehatan, yang lebih luas dan padat: “HealthPromotion is the
process of enabling people to increase controlover, and to improve their health.”
(Promosi Kesehatan adalahsuatu proses untuk membuat orang atau
masyarakatmampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya).
2. Yayasan Kesehatan dan Victoria Australia (VicHealth,1996) merumuskan definisi
yang lebih tegas, jelas,dan komprehensif, yakni: “Health Promotion is a
programare design to bring about change within people,
organization,communities, and their environment”. (Promosi Kesehatanadalah
suatu proses untuk melakukan perubahanperilaku, organisasi, komunitas, dan
lingkungannya).
3. Promosi Kesehatan terus berkembang, yang menyebabkanWHO harus
merumuskan kembali batasan Promosi Kesehatan, sebagai berikut: “Health

37
promotion is the process of enabling individuals and communities to increase
control overthe determinants of health and thereby improve their health”(WHO,
2003).

Batasan ini lebih luas lagi, bahwa promosi kesehatantidak hanya berurusan dengan
perilaku sebagai salah satudeterminan kesehatan, tetapi berkepentingan terhadap
semuadeterminan kesehatan dalam rangka peningkatan kesehatanindividu dan
masyarakat. Promosi Kesehatan adalah suatuproses untuk membuat individu dan
masyarakat mampudalam meningkatkan dan mengendalikan faktor-
faktor(determinan-determinan) yang mempengaruhi kesehatan mereka, sehingga
kesehatan individu maupun masyarakat meningkat.
Dari tiga kutipan batasan tersbut diatas, secara implisit diartikan bahwa Promosi
Kesehatan tidak hanya terfokus pada perubahan perilaku saja, melainkan juga
melakukan upaya perubahan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosio-budaya, dan organisasi dimana orang tersebut berada. Promosi Kesehatan
meyakini bahwa dengan terjadinya perubahan perilaku saja tidak akan efektif.
Perubahan perilaku harus disertai dengan perubahan lingkungan agar terjadi perilaku
yang langgeng.
Oleh sebab itu dapat dirumuskan dalam bentuk lain, bahwa Promosi Kesehatan
adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait
dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan terjadinya
perubahaqn perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Sejalan dengan
perkembangan batasan promosi kesehatan tersebut, dapat ditarik beberapa kata-kata
kunci Promosi Kesehatan sebagai berikut :
1. Strategi yang diarahkan untuk menyampaikan informasi, mempengaruhi, serta
membantu individu dan kelompok sehingga lebih efektif dan bertanggung jawab
dalam kesehatan fisik dan mental.
2. Aktivitas dimana individu dan komunitas dapat menggunakannya untuk
meningkatkan gaya hidup sehat.
3. Kombinasi kesehatan dan intervensi organisasi, politik dan ekonomi yang
dirancang guna memfasilitasi adaptasi perilaku dan lingkungan sehingga dapat
meningkatkan kesehatannya.

D. VISI DAN MISI PROMOSI KESEHATAN

38
Visi umum promosi kesehatan (WHO) yakni : Meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental
dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (Notoatmodjo, 2007).
Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi, dan strategi yang
jelas, sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1193/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Visi,
misi dan strategi tersebut sejalan bersama program kesehatan lainnya dalam mengisi
pembangunan kesehatan serta kerangka Paradigma Sehat menuju Visi Indonesia
Sehat.
Visi Promosi Kesehatan adalah : “PHBS 2010”, yang mengindikasikan tentang
terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut adalah
benar-benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian, tetapi
bukannya tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan dinamika atau
gerak maju dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana baru (yang ingin
dicapai). Visi tersebut juga menunjukkan bahwa bidang garapan Promosi Kesehatan
adalah aspek budaya (kultur), yang menjanjikan perubahan dalam diri manusia dalam
interaksinya dengan lingkungannya dan karenanya bersifat lebih lestari.
Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah : (1) memperdayakan individu,
keluarga, dan masyarakat untuk hidup sehat; (2) membina suasana atau lingkungan
yang kondusif bagi terciptanya PHBS di masyarakat; (3) melakukan advokasi kepada
para pengambil keputusan dan penentu kebijakan. Misi tersebut telah menjelaskan
tentang apa yang harus dan perlu dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam mencapai
visinya. Misi tersebut juga menjelaskan fokus, upaya, dan kegiatan yang perlu
dilakukan. Dari misi tersebut jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan serempak.
Selanjutnya, strategi Promosi Kesehatan yang selama ini dikenal adalah ABG,
yaitu : Advokasi, Bina Suasana, dan Gerakan Pemberdaya Masyarakat. Ketiga strategi
tersebut dengan jelas menunjukkan bagaimana cara menjalankan misi dalam rangka
mencapai visi. Strategi tersebut juga menunjukkan ketiga strata masyarakat yang perlu
digarap, yaitu strata primer adalah masyarakat langsung perlu digerakkan peran
aktifnya melalui upaya gerakan atau pemberdayaan masyarakat (Community
Development, PKMD, Posyandu, Poskestren, Pos UKS, dan lain-lain). Strata sekunder
adalah para pembuat opini di masyarakat, perlu dibina atau diajak bersama untuk
menumbuhkan norma perilaku atau budaya baru agar diteladani masyarakat. Ini
dilakukan melalui media massa, media tradisional, adat atau media apa saja sesuai

39
dengan keadaan, masalah, dan potensi setempat. Sedangkan strata tertier adalah para
pembuat keputusan dan penentu kebijakan, yang perlu dilakukan advokasi, melalui
berbagai cara pendekatan sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada. Ini dilakukan
agar kebijakan yang dibuat berwawasan sehat, yang memberikan dampak positif bagi
kesehatan.
Dengan visi, misi dan strategi seperti ini, Promosi Kesehatan juga jelas akan
melangkah dengan mantapnya dimasa depan. Namun, sebagaimana konsep Promosi
Kesehatan yang disebutkan dimuka, visi, misi dan strategi tersebut juga harus dapat
dioperasionalkan secara lebih membumi di lapangan, sesuai keadaan, masalah, dan
potensi setempat.
Untuk mencapai visi, perlu upaya-upaya yang harus dilakukan, dan inilah yang
disebut “MISI”. Jadi yang dimaksud misi pendidikan kesehatan adalah upaya yang
harus dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Misi promosi kesehatan secara umum
dapat dirumuskan menjadi tiga butir menurut Notoatmodjo (2007), yaitu :
1. Advokat (Advocate)
Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambilkeputusan di berbagai
program dan sektor yang terkaitdengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti
melakukanupaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentukebijakan
tersebut mempercayai dan meyakini bahwaprogram kesehatan yang ditawarkan
perlu didukung melaluikebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.
2. Menjembatani (Mediate)
Menjadi jembatan dan menjalin kemitraan denganberbagai program dan
sektor yang terkait dengan kesehatan.Dalam melaksanakan program-program
kesehatan perlu kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan,
maupunsektor lain yang terkait. Oleh sebab itu, dalam mewujudkankerja sama
atau kemitraan ini, peran promosi kesehatandiperlukan.
3. Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan atau keterampilan kepadamasyarakat agar mereka
mampu memelihara danmeningkatkan kesehatan mereka sendiri secara
mandiri.Hal ini berarti kepada masyarakat diberikan kemampuanatau
keterampilan agar mereka mandiri di bidang kesehatan,termasuk memelihara dan
meningkatkan kesehatanmereka. Misalnya pendidikan dan pelatihan dalam
rangkameningkatkan keterampilan cara-cara bertani, beternak,bertanam obat-
obatan tradisional, koperasi, dan sebagainyadalam rangka meningkatkan

40
pendapatan keluarga.Selanjutnya, dengan ekonomi keluarga yang
meningkat,maka kemampuan dalam pemeliharaan dan peningkatankesehatan
keluarga juga meningkat.

E. PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN


Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian
dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai
upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian, promosi kesehatan
adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan
(perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan sebagainya). Atau dengan
kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan
pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau
memperbaiki lingkungan (fisik dan nonfisik) dalam rangka memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat. Beberapa prinsip dalam promosi kesehatan yang
sangat perlu dipahami adalah sebagai berikut:
1. Definisi Promosi Kesehatan (Health Promotion), adalahProses
pemberdayaanmasyarakat untuk memelihara,meningkatkan, dan melindungi
kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their
health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan.Promosi
Kesehatan meliputi pendidikan/Penyuluhankesehatan, dan di pihak lain
penyuluh/pendidikankesehatan merupakan bagian penting (core) dari
PromosiKesehatan.
2. Promosi Kesehatan adalah upaya perubahan/Perbaikan perilaku di bidang
kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang
sangatberpengaruh terhadap perbaikan perilaku dan kualitaskesehatan.
3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifatpromotif (peningkatan)
sebagai perpaduan dari upayapreventif (pencegahan), kuratif (pengobatan)
danrehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatanyang
komprehensif.
4. Promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnyapendekatan edukatif yang
selanjutnya disebut gerakanpemberdayaan masyarakat, juga perlu dibarengi
denganupaya advokasi dan bina suasana (social support).

41
5. Promosi kesehatan berpatokan pada PHBS yangdikembangkan dalam lima
tatanan, yaitu di rumah/tempat tinggal (where we live), di sekolah (where we
learn),di tempat kerja (where we work), di tempat-tempat umum(where we play
and do everything), dan di sarana kesehatan(where we get health services).
6. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebihditekankan lagi, yang dilandasi
oleh kesamaan (equity),keterbukaan (transparancy) dan saling memberi
manfaat(mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antarapemerintah dengan
masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat juga secara lintas
programdan lintas sektor.
7. Prornosi Kesehatan sebenarnya juga lebih menekankanpada proses atau upaya,
dengan tanpa mengecilkan artihasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya
sangatsusah untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahanatau peningkatan
perilaku individu dan masyarakat. Yanglebih sesuai untuk diukur: adalah mutu
dan frekuensikegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehatmasyarakat,
dan lain-lain.

F. PENDEKATAN PENCEGAHAN DALAM PROMOSI KESEHATAN


Pencegahan berdasarkan pendapat Leavell dan Clark (Prepathogenesis Phase &
Pathogenesis Phase).
1. Prepathogenesis-(Primary Prevention/pencegahan Primer)
Prepathogenesis adalah suatu kejadian penyakit ataumasalah kesehatan. Primary
prevention merupakan suatu usaha agar masyarakat yang berada dalam stage of
optimum health tidak jatuh ke dalam stage yang lebih buruk.
Primary Prevention dilakukan dengan dua cara:
a. Health Promotion
Yaitu peningkatan status kesehatan masyarakat melalui :
1) Health education
2) Growth and development monitoring
3) Marriage counseling
4) Sex education
5) Pengendalian lingkungan/P2M
6) Askep prenatal
7) Stimulasi dan bimbingan dini
8) Perlindungan gizi

42
9) Penyuluhan untuk pencegahan keracunan
b. General and specific protection
Imunisasi, personal hygiene, accidental safety, kesehatan kerja perlindungan
diri dari bahan kimia/toxin, pengendalian sumber pencemaran.
2. Pathogenesis Phase
a. Secondary prevention (Pencegahan Sekunder)
Yaitu pencegahan terhadap masyarakat yang masihsedang sakit, dengan dua
kegiatan :
1) Early diagnosis and prompt treatment (diagnosisdini & pengobatan
segera/adekuat), melalui:penemuan kasus secara dini, pemeriksaan
umum lengkap, penanganan kasus survei terhadap kontak, dan lain-lain
2) Disability limitation (pembatasan kecatatan)
(a) Penyempurnaan & identifikasi terapi tujuan
(b) Pencegahan komplikasi
(c) Perbaikan fasilitas kesehatan
(d) Penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.
b. Tertiary prevention (pencegahan tersier)
Yaitu usaha pencegahan terhadap masyarakat yangsetelah sembuh dan sakit
dan mengalami kecatatanantara lain:
Pendidikan kesehatan lanjutan, terapi kerja,perkampungan rehabilitasi sosial,
penyadaranmasyarakat, lembaga rehabilitasi, dan lain-lain.

G. RUANG LINGKUP DAN SASARAN PROMOSI KESEHATAN


Secara umum promosi kesehatan adalah suatu upayamemengaruhi masyarakat,
baik individu, maupunkelompok agar mereka berperilaku hidup sehat. Dan batasanini
terlihat bahwa dari promosi kesehatan hanya perilaku, utamanya perubahan perilaku
(behaviorchanging). Akan tetapi, untuk perubahan perilaku tidak hanya sekadar
diberikanpengetahuan, pemahaman, dan informasi-informasi tentangkesehatan. Untuk
terjadinya perubahan perilaku diperlukanfaktor lain yang berupa fasilitas atau sarana
dan prasaranauntuk mendukung terjadinya perilaku tersebut (enablingfactors) dan,
dorongan-dorongan dari luar yang memperkuatterjadinya perubahan perilaku ini, atau
disebut juga reinforcing factors (Green, 1980).

43
Oleh sebab itu, perlunya dipahami ruang lingkup maupun sasaran dalam upaya
promosi kesehatan di masyarakat sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan :
a. Mengembangkan kebijaksanaan pembangunanberwawasan kesehatan.
b. Mengembangkan jaringan kemitraan dan suasanayang mendukung.
c. Memperkuat kegiatan masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan perorangan.
e. Mengarahkan pelayanan kesehatan yang lebihmemberdayakan masyarakat.
2. SasaranPromosi Kesehatan:
a. Sasaran Primer
Sasaran primer adalah kelompok masyarakatyang akan diubah perilakunya.
Masyarakat umumyang mempunyai latar belakang heterogen
sepertidisebutkan di atas, merupakan sasaran primerdalam pelaksanaan
promosi kesehatan. Akan tetapidalam praktik promosi kesehatan, sasaran
primer inidikelompokan menjadi kelompok kepala keluarga,ibu hamil, ibu
menyusui, ibu anak balita, anaksekolah, remaja, pekerja di tempat kerja,
masyarakatdi tempat-tempat umum, dan sebagainya.
b. Sasaran Sekunder
Tokoh masyarakat setempat (formal, maupuninformal) dapat digunakan
sebagai jembatanuntuk mengefektifkan pelaksanaan promosikesehatan
terhadap masyarakat (sasaran primer).Tokoh masyarakat merupakan tokoh
panutan bagimasyarakatnya. Perilakunya selalu menjadi acuan bagi
masyarakat di sekitarnya. Oleh sebab itu, tokohmasyarakat dapat dijadikan
sasaran sekunder dengancara memberikan kemampuan untuk menyampaikan
pesan-pesan bagi masyarakat di samping merekasendiri dapat menjadi contoh
perilaku sehat bagi masyarakat di sekelilingnya.
c. Sasaran Tertier
Seperti telah disebutkan di atas bahwa masyarakatmemerlukan faktor
pemungkin (enabling) untukberperilaku sehat, yakni sarana dan
prasaranauntuk terwujudnya perilaku tersebut. Namununtuk pengadaan
sarana dan prasarana untukberperilaku sehat ini sering kali masyarakatsendiri
tidak mampu. Untuk itu perlu dukungandan penentu atau pembuat keputusan
di tingkatlokal, utamanya, misalnya lurah, camat, bupatiatau pejabat
pemerintah setempat. Misalnya didaerah yang sangat kekurangan air bersih,

44
padahal masyarakatnya tidak mampu mengadakan sarana airbersih tersebut.
Oleh sebab itu, kegiatan promosikesehatan dapat menjadikan para pejabat
setempatini sebagai sasaran tertier. Caranya misalnya, bupatiatau camat dapat
menganggarkan melalui APBDuntuk pembangunan sarana air bersih
tersebut.

45
MATERI 2
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Strategi kesehatan merupakan salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan
tentang kesehatan sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Penerapan promosi
kesehatan di lapangan biasanya melalui pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan.
Promosi kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam
mengendalikan dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang
atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi
kebutuhan dan mengubah atau mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawa, 1986). Promosi
kesehatan dapat dilaksanakan dengan maksimal dengan adanya upaya bentuk kerja sama
antar lintas program maupun lintas sektoral terutama dalam hal ini ialah adanya peran
serta/pemberdayaan masyarakat secara optimal.
Pemberdayaan atau empowerment merupakan salah satu proses membangun dedikasi
dan komitmen yang tinggi sehingga organisasi itu bisa menjadi sangat efektif dalam
mencapai tujuan-tujuannya dengan mutu yang tinggi. Dalam masyarakat yang telah
diberdayakan akan tercipta hubungan diantara orang-orangnya yang saling berbagi
kewenangan, tanggung jawab, komunikasi, harapan-harapan, dan pengakuan serta
penghargaan.
Sangat perlu dipahami bahwa, promosi kesehatan sebagai bagian dari Kesehatan Masyarakat
juga mempunyai aspek teori atau ilmu, dan praktik, aplikasi atau seni. Sehingga sebelum
dilaksanakannya promosi kesehatan perlu dipahami bahwa perlunya kajian yang sistematis
yang diawali dari pengkajian, perencanaan, tindakan sampai pada evaluasi untuk
menentukan promosi kesehatan yang dilaksanakan secara komprehensif dan bermanfaat
sesuai sasaran dan kebutuhan di masyarakat.
Dalam menentukan rancangan maupun strategi promosi kesehatan tidak terlepas dari
konteks tatanan konsep maupun teori, Green dan Kreuter (1991) telah mengembangkan
suatu model pendekatan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal
sebagai model PRECEDE-PROCEED. PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling
Causes in Educational Diagnosis and Evaluation) digunakan pada fase diagnosis masalah
kesehatan, penetapan prioritas masalah dan tujuan Tahap Perencanaan dalam Promosi
Kesehatan program. PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in
Educational and Environmental Development) digunakan untuk menetapkan sasaran dan

46
kriteria kebijakan serta pelaksanaan dan evaluasi, sesuai dengan pokok bahasan pada bab
sebelumnya. Adapun tahapan yang perlu dilaksanakan dalam strategi ini adalah sebagai
berikut:

A. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN OTTAWA CHARTER DAN WHO

Gambar : Strategi dan Setting Promosi Kesehatan

1. Strategi Ottawa Charter


a. Membangun Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan (Build Healty Public
Policy)
Promosi kesehatan lebih daripada sekedar perawatan kesehatan. Promosi
kesehatan menempatkan kesehatan pada agenda dari pembuat kebijakan di semua
sektor pada semua level, mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi
kesehatan dari keputusan mereka dan agar mereka menerima tanggung jawab
mereka atas kesehatan. Kebijakan promosi kesehatan mengombinasikan
pendekatan yang berbeda namun dapat saling mengisi termasuk legislasi,
perhitungan fiskal, perpajakan, dan perubahan organisasi. Ini adalah kegiatan
yang terkoordinasi yang membawa kepada kesehatan, pendapatan, dan kebijakan
sosial yang menghasilkan kesamaan yang lebih besar. Kegiatan terpadu
memberikan kontribusi untuk memastikan barang dan jasa yang lebih aman dan
lebih sehat dan lebih bersih, dan lingkungan yang lebih menyenangkan.
Kebijakan promosi kesehatan memerlukan identifikasi hambatan untuk
diadopsi pada kebijakan publik di luar sektor kesehatan, serta cara
menghilangkannya. Hal ini dimaksudkan agar dapat membuat pilihan yang lebih
sehat dan lebih mudah untuk pembuat keputusan. Kebijakan Berwawasan
Kesehatan artinya keputusan pimpinan selalu memandang atau mempunyai cara

47
pandang tentang kesehatan. Contoh sederhana ketika camat mengeluarkan izin
mendirikan bangunan, maka harus ada ketentuan bahwa yang membuat bangunan
harus membangun bangunan dengan didukung sarana kesehatan seperti jamban
keluarga.
b. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung (Create Supportive Environments)
Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat
dipisahkan dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia
dan lingkungannya menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis
bagi kesehatan. Prinsip panduan keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan
komunitas yang serupa, adalah kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan
yang timbal balik untuk memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan
alam kita. Konservasi sumber daya alam di seluruh dunia harus ditekankan
sebagai tanggung jawab global. Perubahan pola hidup, pekerjaan, dan waktu luang
memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan. Pekerjaan dan waktu luang
harus menjadi sumber kesehatan untuk manusia. Cara masyarakat mengatur kerja
harus dapat membantu menciptakan masyarakat yang sehat. Promosi kesehatan
menciptakan kondisi hidup dan kondisi kerja yang aman, menstimulasi,
memuaskan, dam menyenangkan.
Penjajakan sistematis dampak kesehatan dari lingkungan yang berubah pesat
terutama di daerah teknologi, daerah kerja, produksi energi dan urbanisasi sangat
esensial dan harus diikuti dengan kegiatan untuk memastikan keuntungan yang
positif bagi kesehatan masyarakat. Perlindungan alam dan lingkungan yang
dibangun serta konservasi dari sumber daya alam harus ditujukan untuk promosi
kesehatan apa saja. Lingkungan yang mendukung adalah lingkungan dimana kita
akan menjadikan contoh yang baik tentang kesehatan. Lingkungan ketika kita
akan melakukan promosi kesehatan. Contoh adanya sekolah sehat yang
mempunyai lingkungan yang sehat.
c. Memperkuat Kegiatan-kegiatan Komunitas (Strengthen Community Actions)
Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan
efisien dalam mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi, dan
melaksanakannya untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses dan
kontrol akan usaha dan nasib mereka. Pengembangan komunitas menekankan
pengadaan sumber daya manusia dan material dalam komunitas untuk
mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memperkuat partisipasi publik

48
dalam masalah kesehatan. Hal ini memerlukan akses yang penuh serta terus-
menerus akan informasi, mempelajari dukungan. Gerakan Masyarakat merupakan
suatu partisipasi masyarakat yang menunjang kesehatan. Contoh gerakan Jum’at
bersih.
d. Mengembangkan Ketrampilan Individu (Develop Personal Skills)
Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui
penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan
hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi
masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka,
dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan.
Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam
menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit
dan kecelakaan sangatlah pentin. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah,
tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas. Menyampaikan informasi
kesehatan dan kemampuan petugas dalam mencontohkan (mendemonstrasikan).
Contoh sederhana ketika petugas memberikan promosi kesehatan tentang
pembuatan larutan gula garam, maka petugas harus mampu membuatnya dan bisa
mencontohkannya.
e. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Services)
Tanggung jawab untuk promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi
di antara individu, kelompok komunitas, pemerintah. Mereka harus bekerja sama
melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang berkontribusi untuk pencapaian
kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak meningkat pada arah promosi
kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam menyediakan pelayanan klinis
dan pengobatan.
Pelayanan kesehatan harus memegang mandat yang meluas yang merupakan
hal sensitif dan ia juga harus menghormati kebutuhan kultural. Mandat ini harus
mendukung kebutuhan individu dan komunitas untuk kehidupan yang lebih sehat,
dan membuka saluran antara sektor kesehatan dan komponen sosial, politik,
ekonomi, dan lingkungan fisik yang lebih luas. Reorientasi pelayanan kesehatan
juga memerlukan perhatian yang kuat untuk penelitian kesehatan sebagaimana
perubahan pada pelatihan dan pendidikan profesional. Hal ini harus membawa
kepada perubahan sikap dan pengorganisasian pelayanan ksehatan dengan
menfokuskan ulang kepada kebutuhan total dari individu sebagai manusia

49
seutuhnya. Reorientasi Pelayanan Kesehatan artinya setiap kegiatan promosi
kesehatan diorientasikan bagaimana pelayanan kesehatan yang seharusnya dan
dapat terjangkau. Contoh adalah pemanfaatan sarana kesehatan terdekat sebagai
wadah informasi dan komunikasi tentang kesehatan.
f. Bergerak ke Masa Depan (Moving Into the Future)
Kesehatan diciptakan dan dijalani oleh manusia di antara pengaturan dari
kehidupan mereka sehari-hari di mana mereka belajar, bekerja, bermain, dan
mencintai. Kesehatan diciptakan dengan memelihara satu sama lain dengan
kemampuan untuk membuat keputusan dan membuat kontrol terhadap kondisi
seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yang didiami seseorang
menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian kesehatan oleh semua
anggotanya. Merawat, kebersamaan, dan ekologi adalah isu-isu yang penting
dalam mengembangkan strategi untuk promosi kesehatan. Untuk itu, semua yang
terlibat harus menjadikan setiap fase perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
kegiatan promosi kesehatan serta kesetaraan antara pria dan wanita sebagai acuan
utama.

2. Srategi WHO
a. Advokasi (Advocacy)
Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan bantuan kepada
masyarakat dengan membuat keputusan (Decision makers) dan penentu kebijakan
(Policy makers) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan
yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Advokasi terhadap kesehatan
merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di bidang kesehatan,
utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan.
Advokasi ini lebih menyentuhn pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-
orang yang bergerak di bidang kesehatan bisa mempengaruhi para pembuat
kebijakan untuk lebih tahu dan memperhatikan kesehatan. Advokasi
dapatdilakukan dengan mempengeruhi para pembuat kebijakan untuk membuat
peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut
dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat
terwujud di masyarakat (Kapalawi, 2007).
Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah), melalui advokasi,
promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan

50
mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah suatu
cara yang digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu usaha
sistematis dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya
perubahan dalam kebijakan publik secara bertahap maju. Misalnya kita
memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan public dari
kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bisa
tersampaikan dengan mudah kepada masyarakat atau promosi kesehatan yang kita
sampaikan dapat menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah (miskin).
Organisasi non pemerintah (Ornop) mendefinisikan Advokasi sebagai upaya
penyadaran kelompok masyarakat marginal yang sering dilanggar hak-haknya
(hukum dan asasi). Yang dilakukan dengan kampanye guna membentuk opini
public dan pendidkan massa lewat aksi kelas (class action) atau unjuk rasa adalah:
1) Tujuan Advokasi
Tujuan umum advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu
perubahan dalam kebijakan, program atau legislasi, dengan memperkuat basis
dukungan sebanyak mungkin.
2) Fungsi Advokasi
Advokasi berfungsi untuk mempromosikan suatu perubahan dalam kebijakan
program atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain.
3) Persyaratan untuk advokasi
a. Dipercaya (Credible), di mana program yang ditawarkan harus dapat
meyakinkan para penentu kebijakan atau pembuat keputusan, oleh karena
itu harus didukung akurasi data dan masalah.
b. Layak (Feasible), program yang ditawarkan harus mampu dilaksanakan
secara teknik prolitik maupun teknik sosial
c. Memenuhi kebutuhan masyarakat (Relevant)
d. Penting dan mendesak (Urgent), program yang ditawarkan harus
mempunyai prioritas tinggi.

4) Pendekatan kunci advokasi


a. Melibatkan para pemimpin/pengambil keputusan
b. Menjalin kemitraan
c. Memobilisasi kelompok peduli.
b. Dukungan Sosial/Kemitraan

51
Kemitraan adalah suatau kerja sama formal antara individu-individu atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam
kerja sama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-
masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah
dibuat, dan saling berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari definisi ini terdapat tiga kata kunci dalam kemitraan, yakni :
1) Kerja sama antar kelompok, organisasi, dan individu.
2) Bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati besama)
3) Saling menanggung risiko dan keuntungan.
Mengingat kemitraan adalah bentuk kerja sama atau aliansi, maka setiap
pihak yang terlibat di dalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerja sama dan
melepaskan kepentingan masing-masing, kemudian membangun kepentingan
bersama. Oleh karena itu, membangun kemitraan harus didasrkan pada hal-hal
berikut.
1) Kesamaan perhatian (commont interest) atau kepentingan
2) Saling mempercayai dan menghormati
3) Tujuan yang jelas dan terukur
4) Kesediaan berkorban baik waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain

Prinsip Landasan, dan Langkah dalam Pengembangan Kemitraan


Dalam membangun Kemitraan ada tiga prinsip kunci yang perlu dipahami
oleh masing-masing anggota kemitraan, yakni :
a) Persamaan (Equity)
Individu, organisasi atau individu yang telah bersedia menjalin kemitraan
harus merasa “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. Oleh sebab itu, di
dalam vorum kemitraan asas demokrasi harus diutamakan, tidak boleh satu
anggota memaksakan kehendak kepada yang lain karena merasa lebih tinggi
dan tidak ada dominasi terhadap orang lain.
b) Keterbukaan (Transparancy)
Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kakuatan atau kelebihan
atau apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota
harus diketahui oleh anggota lainnya. Demikian pula berbagai sumber daya
yang dimiliki oleh anggota yang satu harus diketahui oleh anggota yang lain.
Bukan untuk menyombongkan yang satu terhadap yang lainnya, tetapi lebih

52
untuk saling memahami satu dengan yang lain sehingga tidak ada rasa saling
mencurigai. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling
melengkapi dan saling membantu di antara anggota.
c) Saling Menguntungkan (Mutual Benefit)
Menguntungkan di sini bukan selalu diartikan dengan materi ataupun uang,
tetapi lebih kepada nonmateri. Saling menguntungkan di sini lebih dilihat dari
kebersamaan atau sinergitas dalam mencapai tujuan bersama.
Tujuh landasannya, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi
(kaitan dengan struktur); saling memahami kemampuan masing-masing
(kapasitas unit/organisasi); saling menghubungi secara proaktif (linkage);
saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan
(empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan
membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan
saling menghargai kenyataan masing-masing.
c. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang lahir sebagai
bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat,
terutama Eropa. Untuk memahami konsep pemberdayaan secara tepat dan jernih
memerlukan upaya pemahaman latar belakang konstektual yang melahirkannya.
Konsep tersebut telah begitu meluas diterima dan dipergunakan, mungkin dengan
pengertian persepsi yang berbeda satu dengan yang lain. Penerimaan dan
pemakaian konseo tersebut secara kritikal tentulah meminta kita mengadakan
telaah yang sifatnya mendasar dan jernih.
Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika dilakukan melalui
program pendampingan masyarakat (community organizing and development),
karena pelibatan masyarakat sejak perencanaan (planning), pengorganisasian
(organising), pelaksanaan (actuating) hingga evaluasi atau pengawasan
(controlling) program dapat dilakukan secara maksimal. Upaya ini merupakan inti
dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat.
Pelibatan masyarakat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen;
perencanaan (planning), pengorganisasian (organising), pelaksanaan (actuating)
hingga evaluasi atau pengawasan (controlling) program atau biasa disingkat
POAC telah diadopsi untuk program-program bidang kesehatan. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

53
1) Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisasian dan
pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan demi masa depan yang baik.
Beberapa batasan tentang perencanaan yang penting diketahui adalah :
a) Perencanaan adalah kemampuan untuk memilih suatu kemungkinan yang
tersedia dan yang dipandang paling tepat untuk mencapai tujuan.
b) Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep
serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan demi masa depan yang lebih baik.
c) Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat
pokok yang dipandang paling penting dan yang akan dilaksanakan
menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
d) Perencanaan adalah proses menetapkan pengarahan yang resmi dan
menetapkan berbagai hambatan yang dipikirkan dan dalam menjalankan
suatu program guna dipakai sebagai pedoman dalam suatu organisasi.
e) Perencanaan adalah proses kerja yang terus menerus yang meliputi
pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan yang akan
dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraan-perkiraan dengan
mempergunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan,
mengorganisasi secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu
untuk melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta
mengukur keberhasilan dalam pelaksanaan segala keputusan tersebut
dengan membandingkan hasil yang dicapai terhadap target yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan umpan balik yang diterima dan yang
telah disusun secara teratur dan baik.
2) Pengorganisasian (Organising)
Pengorganisasian adalah pengkoorganisasian kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan suatu institusi, guna mencapai tyujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan mencakup; hal yang diorganisir, proses pengorganisasian dan
hasil pengorganisasian.
Beberapa batasan tentang pengorganisasian yang penting diketahui ialah ;

54
a) Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa sehingga
tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan memuaskan.
b) Pengorganisasian adalah pengaturan sejumlah porsonel yang dimiliki
untuk memungkinkan tercapainya suatu tujuan yang telah disepakati
dengan jalan mengalokasikan masing-masing fungsi dan tanggung
jawab.
c) Pengorganisasian adalah pengoordinasian secara sosial berbagai kegiatan
dari sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama melalui
pengaturan pembagian kerja dan fungsi menurut penjenjangnya secara
bertanggung jawab.
3. Pengawasan (Controlling)
Fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya adalah pengawasan
(controlling). Perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan yang tidak
diikuti pengawasan niscaya akan mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.Tujuan pokok dan fungsi pengawasan adalah agar kegiatan-
kegiatan dan orang-orang yang melakukan kegiatan yang telah direncanakan
tersebut dapat berjalan dengan baik.
Dalam melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan, perlu diperhatikan karakteristik masyarakat yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
a) Masyarakat Pembina (Carring Community)
Yaitu, masyarakat yang peduli kesehatan, misalnya; LSM kesehatan,
Organisasi Profesi yang bergerak di bidang kesehatan.
b) Masyarakat Setara (Coping Community)
Yaitu, masyarakat yang karena kondisinya kurang memadai sehingga
tidak dapat memelihara kesehatannya. Misalnya seorang ibu sadar akan
pentingnya pemeriksaan diri, tetapi karena keterbatasan ekonomi dan
tidak adanya transportasi sehingga si ibu tidak pergi ke sarana pelayanan
kesehatan.
c) Masyarakat Pemula (Crisis Response Community)
Yaitu, masyarakat yang tidak tahu akan pentingnya kesehatan dan belum
didukung oleh fasilitas yang tersedia. Misalnya, masyarakat yang
berdomisili di lingkungan kumuh dan daerah terpencil.

55
B. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN DENGAN PENDEKATAN SOSIAL
MARKETING
Sesuai dengan berkembangnya zaman dan teknologi yang ada sekarang, dengan
pendekatan berbagai disipilin ilmu yang dapat digunakan sebagai metode pendekatan
terhadap perubahan suatu perilaku dapat menggunakan metode pendekatan lain
diantaranya dengan pendekatan sosial marketing.
Philip Kotler menjelaskan pemasaran (marketing) adalah kegiatan manusia yang
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Menurut Philip Kotler dan Amstrong pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan
managerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai
dengan orang lain. Menurut W Stanton pemasaran adalah sistem keseluruhan dari
kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan pembeli (konsumen) maupun pembeli potensial (calon pembeli/konsumen).
Pemasaran sosial “lahir” sebagai disiplin pada 1970-an, ketika Philip Kotler dan
Gerald Zaltman menyadari bahwa prinsip-prinsip pemasaran yang sama yang
digunakan untuk menjual produk ke konsumen dapat digunakan untuk “menjual” ide-
ide, sikap dan perilaku. Kotler dan Andersen mendefinisikan pemasaran sosial sebagai
“berbeda dari daerah lain pemasaran hanya berkenan dengan tujuan dari pemasar dan
organisasinya. Pemasaran sosial berusaha untuk mempengaruhi perilaku sosial tidak
menguntungkan pemasar, tapi untuk menguntungkan target audiens maupun
masyarakat umum. “Teknik ini telah digunakan secara luas dalam program-program
kesehatan internasional, terutama untuk kontrasepsi dan terapi rehidrasi oral (ORT),
dan sedang digunakan dengan frekuensi lebih di Amerika Serikat untuk beragam topik
seperti penyalahgunaan narkoba, penyakit jantung, dan donor organ.
Ketika berbicara strategi social marketing atau pemasaran sosial, pertanyaan
pertama yang muncul adalah wujud rancangan strategi. Selanjutnya yang menjadi hal
penting adalah cara menyusun strategi dan cara menerapkannya. Lalu dari mana
organisasi nirlaba harus memulai ?Apakah dengan mengadopsi begitu saja strategi
pemasaran bisnis dalam “menjual” gagasan?
Social marketing sebagaimana pemasaran secara genetik bukanlah teori yang
berdiri sendiri. Pemasaran sosial merupakan sebuah kerangka atau struktur kerja yang

56
tersusun atas berbagai pengetahuan lain seperti teori ilmu-ilmu psikologi, sosiologi,
antropologi, dan komunikasi dalam rangka memahami cara mempengaruhi perilaku
masyarakat.Sebagaimana juga dasar marketing bisnis, pemasaran sosial didasarkan
pada proses perencanaan logis yang melibatkan riset yang berorientasi pada konsumen,
analisis pemasaran, segmentasi pemasaran, menentukan sasaran dan identifikasi
strategi, dan taktik pemasaran. Pemasaran sosial dipengaruhi oleh perilaku interaktif
yang terus berubah, dalam iklim ekonomi, sosial, dan politik yang kompleks. Apabila
pemasaran bisnis menyadari tujuan utamanya adalah untuk mempertemukan target
para pemegang saham. Maka, social marketing menargetkan keinginan masyarakat
untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas hidup mereka.
1. Strategi Pemasaran
Macam strategi pemasaran di antaranya :
a. Strategi kebutuhan primer
Strategi-strategi pemasaran untuk merancang kebutuhan primer yaitu :
1) menambah jumlah pemakai dan
2) meningkatkan jumlah pembeli/konsumen
b. Strategi kebutuhan selektif
Yaitu dengan cara :
1) mempertahankan pelanggan misalnya :
a) memelihara kepuasan pelanggan;
b) menyederhanakan proses pembelian;
c) mengurangi daya tarik atau jelang untuk berslih merek;
2) menjaring pelanggan (Acquistion Strategis)
a) mengambil posisi berhadapan (head-to heas positioning)
b) mengambil posisi berbeda (differentiated position)
Secara lebih jelas, strategi pemasaran dapat dibagi ke dalam empat jenis yaitu :
1) merangsang kebutuhan primer dengan menambah jumlsh pemakai
2) merangsang kebutuhan primer dengan memperbesar tingkat pembelian
3) merangsang kebutuhan selektif dengan mempertahankan pelanggan yang ada
4) merangsang kebutuhan selektif dengan menjaring pelanggan baru
2. Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi suatu pasar menjadi kelompok-
kelompok pembeli yang berbeda yang memiliki kebutuhan, karakteristik, atau
perilaku yang berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran

57
pemasaran yang berbeda. Segmentasi pasar bisa diartikan adalah proses
pengidentifikasian dan menganalisis para pembeli di pasar produk, menganalisis
perbedaan antara pembeli di pasar.
a. Dasar-dasar dalam Penetapan Segmentasi Pasar
Dalam penetapan segmentasi pasar ada beberapa hal yang menjadi dasarnya,
yaitu:
1) Dasar-dasar segmentasi pasar pada pasar konsumen
a) Variabel geografi, di antaranya : wilayah, ukuran daerah, ukuran
kota, dan kepadatan iklim.
b) Variabel demografi, di antaranya : umur, keluarga, siklus hidup,
pendapatan, pendidikan, dan lain-lainnya
c) Variabel psikologis, di antaranya : kelas sosial, gaya hidup dan
kepribadian
d) Variabel perilaku pembeli, diantaranya : manfaat yang dicari, status
pemakai, tingkat pemakaian, status kesetiaan, dan sikap pada produk
2) Dasar-dasar segmentasi pasar pada pasar industri
a) Tahap 1 : menetapkan segmentasi makro, yaitu pasar pemakai akhir,
lokasi geografis dan banyaknya langganan
b) Tahap 2 : yaitu sikap terhadap penjual, ciri-ciri kepribadian, kualitas
produk, dan pelanggan
b. Syarat segmentasi Pasar
Ada beberapa syarat segmentasi pasar yang efektif, yaitu :
1) Dapat ukuran;
2) Dapat dicapai;
3) Cukup besar atau cukup menguntungkan;
4) Dapat dibedakan;
5) Dapat dilaksanakan;
c. Tingkat Segmentasi Pasar
Karena pembelian mempunyai kebutuhan dan keinginan yang unik. Setiap
pembeli, berpotensi menjadi pasar yang terpisah. Oleh karena itu, segmentasi
pasar dapat dibangun pada beberapa tingkat yang berbeda.
1) Pemasaran massal

58
Pemasaran massal berfokus pada produksi massal, distribusi massal, dan
promosi massal untuk produk yang sama dalam cara yang hampir sama
ke seluruh konsumen.
2) Pemasaran segmen
Pemasaran segmen menyadari bahwa pembeli berbeda dalam kebutuhan,
persepsi, dan perilaku pembeli.
3) Pemasaran ceruk
Pemasaran ceruk (marketing niche) berfokus pada sub grup di dalam
segmen-segmen. Suatu ceruk adalah suatu grup yang didefinisikan
dengan lebih sempit.
4) Pemasaran mikro
Pemasaran ini menciptakan penawaran/layanan yang sesuai dan tepat
dengan kebutuhan/keinginan dan daerah konsumen. Produk baik itu
barang/jasa dibuat sesuai dengan yang diinginkan oleh konsumen.
Pemasaran ini mempunyai pemilihan salura distribusi (distribution
channel) dan komunikasi yang lebih jelas serta mengerti lebih dalam
tentang siapa saja konsumen/masyarakat yang ingin di tuju.
d. Manfaat Segmentasi Pasar
Sedangkan manfaat dari segmentasi pasar adalah:
1) Penjual atau produsen berada dalam posisi yang lebih baik untuk memilih
kesempatan-kesempatan pemasaran
2) Penjual atau produsen dapat menggunakan pengetahuannya terhadap
respons pemasaran yang berbeda-beda, sehingga dapat mengalokasikan
anggarannya secara lebih tepat pada berbagai segmen
3) Penjual atau produsen dapat mengatur produk lebih baik dan daya tarik
pemasarannya.
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumen
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah :
a. Budaya : faktor-faktor budaya memberikan pengaruhnya paling luas pada
keinginan dan perilaku konsumen. Budaya (culture) adalah penyebab paling
mendasar teori keinginan dan perilaku seseorang.
b. Subbudaya : setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang lebih
kecil, atau sekelompok orang yang mempunyai sistem niali yang sama

59
berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub kebudayaan
meliputi : kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah geografis
c. Kelas sosial : hampir setiap masyarakat memiliki beberapa bentuk struktur
kelas sosial. Kelas-kelas sosial adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif
permanen dan tersusun rapi yang anggota-anggotanya mempunyai nilai-nilai,
kepentingan dan perilaku yang sama.
Perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
kelompok kecil, keluarga serta aturan dan status sosial konsumen. Di sini keluarga
merupakan organusasi pembelian konsumen yang paling penting dalam
masyarakat.
Keputusan orang ingin membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hisup dan
kepriadian, serta konsep diri.
Selain dari beberapa faktor diatas yang memengaruhi perilaku konsumen juga
dipengaruhi juga oleh faktor-faktor psikologis seseorang, yang meliputi motivasi,
persepsi, pengetahuan, keyakinan serta sikap.
4. Proses Pengambilan Keputusan Pembeli
a. Proses Pengambilan Keputusan Pembeli terhadap Produk Baru
Sebuah produk baru adalah barang, jasa, atau ide yang dianggap baru oleh
pembeli potensial. Terkadang produk yang beredar di pasaran telah lama ada,
di sini konsumen dapat membuat keputusan untuk menerima/mengadopsinya.
Proses adopsi adalah proses mental yang dilalui seseorang, mulai dari
pengenalan pertama sampai pada penerimaan/adopsi finalo.

Tahap-tahap proses adopsi :


1) Sadar : konsumen menjadi sadar akan adanya produk baru, tetapi
kekurangan informasi mengenai produk tersebut.
2) Tertarik : konsumen akan menjadi tertarik untuk mencari informasi
mengenai produk baru
3) Evaluasi : konsumen harus mempertimbangkan apakah produk baru
tersebut bmasuk akal atau tidak untuk konsumen
4) Mencoba : konsumen mencoba produk baru tersebut dalam skala kecil
untuk meningkatkan perkiraan nilai produk tersebut

60
5) Adopsi : konsumen memutuskan secara penuh dan teratur menggunakan
produk baru tersebut
b. Tipe-tipe Perilaku Membeli
1) Perilaku pembeli yang kompleks
Di sini konsumen mengakui keterikatan yang tinggi dalam proses
pembeliannya, harga produk tinggi, jarang dibeli, memiliki resiko yang
tinggi. Perilaku konsumen melalui proses tiga langkah, yaitu : pertama,
mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut. Kedua,
membangunkan sikap, dan ketiga melakukan pilihan.
2) Perilaku pembelian yang mengurangi ketidakefisienan
Di sini konsumen mengalami keterlibatan tinggi, akan tetapi terlihat
sedikit perbedaan, di antara merek-merek, konsumen mengunjungi
beberapa tempat untuk mencari yang lebih cocok.
3) Perilaku pembelian karena kebiasaan
Di sini konsumen rendah sekali dalam proses pembelian karena tidak ada
perbedaan nyata diantara berbagai merek dan harga barang relatif rendah.
4) Perilaku pembelian yang mencari keragaman
Di sini keterlibatan konsumen yang rendah akan dihadapkan pada
berbagai pemilihan merek.
c. Tahap-tahap Proses Membeli
1) Pengenalan kebutuhan/masalah
Di sini orang yang akan memasarkan produk meneliti mengenai apa yang
dibutuhkan, apa yang menyebabkan semua itu muncul dan mengapa
seseorang membutuhkan sesuatu. Seorang pemasar akan mengenalkan
pada konsumen agar lebih tertarik.
2) Pencarian informasi
Sumber informasi konsumen terbagi dalam empat kelompok, yaitu :
a) Sumber pribadi, meliputi : keluarga, teman-teman, tetangga dan
kenalan
b) Sumber niaga, meliputi : periklanan, petugas penjualan, penjual
kemasa, dan pemajangan
c) Sumber umum, meliputi : media massa dan organisasi konsumen
d) Sumber pengalaman, meliputi : pernah menagani, mengujim dan
mempergunakan produk.

61
d. Pencarian alternatif
Terdapat lima konsep dasar bagi pemasar dalam penilaian alternatif
konsumen, yaitu :
1) Sifat-sifat produk, apa yang menjadi ciri-ciri khusus dan perhatian
konsumen terhadap produk atau jasa tersebut.
2) Pemasar lebih memperhatikan pentingnya ciri-ciri produk daripada
penonjolan ciri-ciri produk.
3) Kepercayaan konsumen terhadap ciri merek yang menonjol.
4) Fungsi kemanfaatan, yaitu berbagai konsumen mengharapkan kepuasan
yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternatif yang berbeda-beda
setiap hari.
5) Bagaimana prosedur penilaian yang dilakukan konsumen dari sekian
banyak ciri-ciri barang.
e. Keputusan membeli
Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang mengambil keputusan untuk
membeli, yaitu :
1) Sikap orang lain : keputusan membeli itu banyak dipengaruhi oleh
teman-teman, tetangga, atau siapa saja yang dipercaya.
2) Faktor-faktor situasi yang tidak terduga : seperti faktor harga pendapatan.
5. Strategi Pemasaran Bisnis = Pemasaran Sosial
Berdasarkan definisi para ahli, sosial marketing pada dasarnya merupakan
aplikasi strategi pemasaran komersial untuk “menjual” gagasan dalam rangka
mengubah sebuah masyarakat, terutama dalam manajemen yang mencakup
analisis, perencanaan, implementasi, dan pengawasan.
Lalu bagaimana organisasi nirlaba perlu memahami dan merancang strategi
sosial marketing berdasarkan pemahaman ini? Selain penerapan sembilan elemen
marketing yang telah dikenal (segmentasi pasar, target, positioning, deferensiasi,
marketing mix, selling, brand, service, dan process), pada dasarnya marketing
adalah sesuatu yang sederhana. Sosial marketing dapat diumpamakan sebagai seni
“menjual” diri (selling self) atau organisasi. Apabila seseorang atau organisasi
mempraktikkan prinsip-prinsip: promosi tanpa memaksa, memahami dan
menerapkan positioning secara tepat, memahami branding dan deferensiasi berarti
lembaga atau perusahaan telah menjalankan marketing dengan benar.

62
Apa saja landasan pemasaran secara umum yang dapat diterapkan pada
pemasaran sosial ? dasar-dasar marketing sebagai “3i Marketing Triangle” yaitu
positioning (cara sasaran/publik yang hendak diubah perilakunya mendefinisikan
perusahaan/organisasi dengan kompetitor), differentiation (perbedaan) dan brand
(keunikan, ketajaman, dan fokus sebuah produk dibandingkan dengan produk
lainnya, bisa berupa logo dan bentuk unik).

Brand Integrity

POSITIONI DIFFERENTIATION
NG

BRAND

Gambar : 3i Marketing Triangle

Pemasaran dimasa kini menjadi lebih berhasil apabila memperbanyak strategi


marketing horizontal (dari individu ke individu). Misalnya, dengan membuat situs
web. Cara-cara vertikal seperti menggunakan metode komunikasi satu arah kini
kurang efektif. Marketing seharusnya tidak dipandang hanya sebagai sebuah alat
atau seolah anggota tubuh. Pandanglah marketing sebagai sebuah keseluruhan (the
whole), sesuatu yang menyeluruh. Menurut Hermawan, dimas kini visi, misi dan
nilai-nilai organisasi tidak hanya melibatkan intelektualitas (mind) dan hati
(heart), melainkan juga ruh (spirit). Penjabaran dapat dilihat pada bagan
“32Values-Based Matrix). Intinya, pandanglah marketing sebagai the whole
(menyeluruh dan utuh) dan bukan sekedar alat atau diandaikan anggota tubuh.

63
Gambar : “32 Values-Based Matrix”

6. Marketing Mix dengan Pendekatan “4P dan P Plus”


Seperti pemasaran komersial, fokus utama adalah pada konsumen- pada
belajar apa yang orang inginkan dan butuhkan daripada mencoba membujuk
mereka untuk membeli apa yang kita kebetulan produksi. Pemasaran pembicaraan
untuk konsumen, bukan tentang produk. Proses perencanaan ini mengambil fokus
konsumen memperhitungkan dengan mengatasi unsur-unsur dari “bauran
pemasaran”. Hal ini mengacu pada keputusan tentang 1) product (konsepsi sebuah
produk), 2) harga (price), 3) distribusi (place), dan 4) promosi (promotion). Ini
sering disebut “4P“ pemasaran. Pemasaran sosial juga menambahkan beberapa
lagi “itu P”. Pada akhirnya adalah contoh dari bauran pemasaran.
a. Produk (Product)
Pemasaran “produk” sosial tidak selalu korban fisik. Sebuah kontinum
produk ada, mlai dari nyata, produk-produk fisik (misalnya kondom), untuk
layanan (misalnya, ujian medis), praktik (misalnya, menyusui, atau makan
diet jantung sehat) dan akhirnya, lebih banyak ide tidak terwujud (misalnya,
perlindungan lingkungan). Untuk memiliki produk yang layak, orang terlebih
dahulu merasa bahwa mereka memiliki masalah asli, dan bahwa penawaran
produk adalah solusi yang baik untuk masalah itu. Peran penelitian di sini
adalah untuk menemukan persepsi konsumen dari masalah dan produk, dan
untuk menetukan seberapa penting mereka merasa itu adalah untuk
mengambil tindakan terhadap masalah.
b. Harga (Price)
“harga” mengacu pada yang konsumen harus lakukan untuk
mendapatkan produk pemasarn sosial. Biaya ini mungkin monoter, atau
malah mungkin memerlukan konsumen untuk menyerah berwujud, seperti
waktu atau usaha, atau mengambil resiko malu dan ketidaksetujuan. Jika
biaya lebih besar dari pada manfaatnya bagi seorang individu, nilai yang

64
dirasakan dari korban akan rendah dan akan tidak mungkin diadopsi. Namun,
jika imbalan tersebut dianggap sebagai lebih besar dari biaya mereka,
kemungkinan percobaan dan adopsi produk jauh lebih besar.
Dalam menetapkan harga, terutama untuk produk fisik, seperti
kontrasepsi, ada masalah yang perlu dipertimbangkan. Jika produk dengan
harga terlalu rendah, atau disediakan secara gratis, konsumen mungkin
melihatnya sebagai yang rendah dalam kualitas. Di sisi lain, jika harga terlalu
tinggi, beberapa konsumen tidak akan mampu membelinya. Pemasar sosial
harus menyeimbangkan pertimbangan ini, dan sering berakhir pengisian
minimal biaya nominal untuk meningkatkan persepsi kualitas dan untuk
memberikan rasa “martabat untuk transaksi. Persepsi dari biaya dan manfaat
dapat ditentukan melalui penelitian, dan digunakan dalam memposisikan
produk.
c. Tempat (Place)
“tempat” menggambarkan cara bahwa produk tersebut mencapai
konsumen. Untuk produk tersebut mencapai konsumen. Untuk prosuk yang
nyata, ini mengacu pada sistem distribusi – termasuk gudang, truk, tenaga
penjual, gerai ritel, dimana itu dijual, atau tempat dimana ia diberikan secara
gratis. Untuk produk yang tidak berwujud, tempat kurang jelas, tetapi
mengacu pada keputusan tentang saluran melalui mana konsumen mencapai
dengan informasi atau pelatihan. Ini mungkin termasuk kantor dokter, pusat
perbelanjaan, media massa kendaraan atau di rumah demonstrasi. Unsur lain
tempat adalah memutuskan bagaimana memastikan aseksibilitas korban dan
kualitas pelayanan. Dengan menentukan kegiatan dan kebiasaan target
audience, serta pengalaman mereka dan kepuasan dengan sistem pengiriman
yang ada, peneliti dapat menentukan cara yang paling ideal distribusi yang
ditawarkan.
7. Promosi (Promotion)
Akhirnya yang terakhir “P” adalah promosi. Karena visibilitas, unsur ini
sering keliru dianggap sebagai terdiri dari seluruh pemasaran sosial. Namun,
seperti dapat dilihat oleh pembahasan sebelumnya, hanya satu bagian. Promosi
terdiri dari pemanfaatan yang terintegrasi dari periklanan, humas, promosi,
advokasi media, penjualan pribadi dan kendaraan hiburan. Fokusnya adalah pada
menciptakan dan mempertahankan permintaan untuk produk. Iklan layanan

65
masyarakat atau iklan dibayar adalah salah satu cara, tetapi ada metode lain
seperti kupon, acara media, editorial, “tupperware” ala pesta atau didalam toko
display. Penelitian sangat penting untuk menentukan kendaraan yang paling
efektif dan efisien untuk menjangkau khalayak sasaran dan meningkatkan
permintaan. Temuan penelitian primer sendiri juga dapat digunakan untuk
mendapatkan publisitas untuk program di acara-acara media dan berita.
Tambahan Pemasaran Sosial “P”
a. Publik (Public)
Publik – Pemasar sosial yang sering memiliki khalayak yang berbeda
yang memiliki program mereka untuk mengatasi agar sukses. “Publik”
mengacu pada kedua kelompok eksternal dan internal yang terlibat dalam
program ini. Publik eksternal mencakup target audience, penonton sekunder,
pembuat kebijakan, dan gatekeeper, sedangkan publik internal adalah mereka
yng terlibat dalam beberapa cara dengan baik persetujuan atau pelaksanaan
program.
b. Kemitraan (Partnership)
Kemitraan – masalah sosial dan kesehatan sering begitu kompleks yang
satu lembaga tidak dapat membuat penyok dengan sendirinya. Anda harus
bekerjasama dengan organisasi lain di masyarakat untuk benar-benar efektif.
Anda perlu mencari tahu mana organisasi memiliki tujuan yang sama dengan
anda – belum tentu tujuan yang sama – dan mengidentifikasi cara anda dapat
bekerja sama.
c. Kebijakan (Policy)
Kebijakan – program pemasaran sosial dapat melakukannya dengan baik
dalam memotivasi perubahan perilaku individu, tetapi itu sulit dipertahankan
kecuali lingkungan mereka dalam mendukung perubahan itu untuk jangka
panjang. Sering kali, perubahan kebijakan yang dibutuhkan, dan media
advokasi dapat menjadi pelengkap yang efektif untuk sebuah program
pemasaran sosial.
Contoh Strategi Marketing Mix
Sebagai contoh, strategi bauran pemasaran untuk kampanye kanker payudara
skrining untuk wanita yang lebih tua mungkin termasuk elemen-elemen berikut:

66
a. Produk ini bisa menjadi salah satu dari tiga perilaku : medapatkan program
tahunan, melihat dokter setiap tahun untuk memeriksa payudara dan
melakukan payudara bulanan diri ujian.
b. Harga terlibat dalam perilaku ini mencangkup biaya moneter memogram dan
ujian, ketidaknyamanan potensial dan/ atau malu, waktu atau bahkan
kemungkinan benar-benar menemukan benjolan.
c. Tempat bahwa layanan medis dan pendidikan yang ditawarkan mungkin van
mobile, rumah sakit setempat, klinik dan tempat kerja, tergantung pada
kebutuhan audiens sasaran.
d. Promosi dapat dilakukan melalui iklan layanan masyarakat, billboard, surat
massal, acara media, dan penjangkauan masyarakat.
e. The “publik” anda mungkin perlu untuk mengatasi termasuk target pemirsa
anda (katakanlah berpenghasilan rendah wanita usia 40 sampai 65), orang-
orang yang mempengaruhi keputusan mereka seperti suami atau dokter,
pembuat kebijakan, direktur pelayanan publik di stasiun radio lokal, serta
sebagai forum anda direksi dan staf kantor.
f. Kemitraan dapat dibudidayakan dengan kelompok perempuan lokal atau
nasional, sponsor perusahaan, organisasi medis, klub layanan atau media.
g. Aspek kebijakan dari kampanye mungkin berfokus pada peningkatan akses
ke memogram melalui biaya yang lebih rendah, membutuhkan asuransi dan
cakupan medicaid dari memogram atau peningkatan pemdanaan federal
untuk penelitian kanker payudara.
h. Dompet, atau di mana dana tersebut akan berasal, mungkin hibah pemerintah,
seperti dari National Cancer Institute atau departemen kesehatan setempat,
yayasan hibah atau organisasi seperti American Cancer Society.
Setiap elemen dari bauran pemasaran harus dipertimbangkan sebagai
program ini dikembangkan dikembangkan, karena mereka adalah inti dari upaya
pemasaran. Penelitian ini digunakan untuk menjelaskan dan membentuk produk
akhir, harga, tempat, promosi dan keputusan terkait.

C. STRATEGI APLIKASI SISTEM PROMOSI KESEHATAN PRECEDE-


PROCEED
Sesuai dengan strategi yang telah dibahas pada bab sebelumnya, promosi
kesehatan dapat dilaksanakan sesuai dengan konse yang telah ditentukan sesuai

67
dengan cakupan dan kebutuhan masyarakat dengan pendekatan strategi yang telah
dijalankan, karena tolak ukur keberhasilan dari program promosi kesehatan berlaku
sistematis dan tidak hanya mengacu pada tahap pelaksanaan saja. Pada bab ini akan
dibahas mengenai strategi aplikasi dalam promosi kesehatan dengan pendekatan
system pengkajian, analisis data, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
dalam promosi kesehatan.
1. Tahap Pengkajian dalam Promosi Kesehatan
Tahap ini sangat berguna untuk pengumpulan informasi yang merupakan
tahap awal dalam proses penentuan promosi kesehatan. Dari informasi yang
terkumpul, didapatkan data/informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi
individu, kelompok atau masyarakat. Selanjutna data dasar tersebut digunakan
untuk menentukan perencanaan selanjutnya guna mengatasi masalah-masalah
kurangnya pengetahuan.
Pengkajian dapat dilakukan dari data yang ada maupun dengan melakukan
pengumpulan data secara langsung dari individu, kelompok atau masyarakat dan
pihak yang terkait. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara survey, Fokus
Group Discussion (FGD) atau wawancara dengan informan kunci seperti kepala
desa, tokoh masyarakat, kader atau perwakilan masyarakat setempat dan pihak
terkait.
Dari aspek aplikasi, promosi kesehatan mencakup komponen atau factor-
faktor yang terkait dengan pelaksanaan Promosi Kesehatan di lapangan.
Pelaksanaan atau Promosi Kesehatan dari aspek praktis, tidak terlepas dari 6W
dan 1H untuk menentukan pengkajian awal yang harus dilakukan, yaitu meliputi:
a. Why, mengapa promosi kesehatan perlu dilakukan (perlunya promosi
kesehatan);
b. Who, siapa yang melaksanakan promosi kesehatan, (pelaksana promosi
kesehatan);
c. Whom, kepada siapa promosi kesehatan dilakukan atau dilaksanakan (materi
promosi kesehatan);
d. What, apa saja yang akan diberikan kepada masyarakat (materi promosi
kesehatan);
e. When, kapan promosi kesehatan dilaksanakan (waktu pelaksanaan promosi
kesehatan);

68
f. Where, di mana promosi kesehatan dilakukan (tempat atau tatanan promosi
kesehatan dilakukan);
g. How, bagaimana cara melakukan promosi kesehatan (metode dan teknik
promosi kesehatan)
Setelah kita mendapatkan informasi sesuai dengan kajian di atas, maka kita
dapat menentukan kesimpulan masalah-masalah yang harus ditindaklanjuti
dengan menentukan prioritas masalah apa yang harus diberikan dalam promosi
kesehatan kepada masyarakat. Untuk selanjutnya kita dapat menentukan diagnosis
masalah kesehatan.

2. Tahap Penentuan Diagnosa dalam Promosi Kesehatan


Tahap diagnosis ini sangat diperlukan kemampuan kognitif dalam
pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang
ilmu dan pengetahuan, pengalaman dan pengertian. Dalam melakukan analisis
data, diperlukan kemampuan mengaitkan data dan menghubungan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah/diagnosis kesehatan.
Pada fase ini diidentifikasi masalah perilaku yang memengaruhi masalah
kesehatan dan masalah lingkungan (fisik dan psiko-sosial) yang memengaruhi
perilaku dan status kesehatan maupun kualitas hidup masyarakat. Adapun
diagnosis yang dapat ditentukan pada tahap ini ialah : 1) diagnosis social; 2)
diagnosis epidemiologi; 3) diagnosis perilaku dan lingkungan; 4) diagnosis
pendidikan dan organisasional; dan 5) diagnosis administrative dan kebijakan.

3. Tahap Menetapkan Prioritas Masalah dalam Promosi Kesehatan


Langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan
adalah:
a. Menetapkan status kesehatan.
b. Menentukan pola pelayanan kesehatan yang ada.
c. Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan
di masyarakat.
d. Menentukan determinan masalah kesehatan.
Setelah melakukan langkah-langkah diatas, selanjutnya dalam menentukan
prioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa factor, seperti :

69
a. Beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan
b. Pertimbangan politis, guna mendapatkan dukungan
c. Sumber daya yang ada di masyarakat

4. Tahap Menentukan Tujuan dalam Promosi Kesehatan


Agar tujuan promosi kesehatan di masyarakat dapat dicapai dan dijalankan
sesuai dengan apa yang diinginkan, maka tujuan harus dibuat dengan berpedoman
pada SMART, yang merupakan singkatan dari Specific; yang artinya tujuan harus
khusus, Measurable; atau dapat diukur, Appropriate; atau tepat guna, Reasonable;
atau dapat dilaksanakan, dan Time bound; yang artinya harus dicapai dalam kurun
waktu tertentu.
Menurut Green dan Kreuter (2005), tujuan promosi kesehatan terdiri atas tiga
tingkatan, yaitu :
a. Tujuan Program (Program Objective)
Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode
waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Jika ditinjau dari
kerangka PRECEDE-PROCEED, maka tujuan program merupakan refleki
dari fase social dan epidemiologi. Oleh sebab itu, tujuan program sering pula
disebut sebagai tujuan jangka panjang.
b. Tujuan Pendidikan (Educational Objective)
Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dan dapat mengatasi
masalah kesehatan yang ada, yang merupakan refleksi dari fase perilaku dan
lingkungan. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan disebut pula sebagai tujuan
jangka menengah.
c. Tujuan Perilaku (Behavioral Objective)
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar
tercapai perilaku yang diinginkan, yang jika dilihat dari kerangka PRECEDE-
PROCEED merupakan refleksi dari fase pendidikan dan organisasional. Oleh
sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap dan
disebut pengetahuan dan sikap dan disebut pula sebagai tujuan jangka pendek.
WHO (2003) menyederhanakan tujuan program promosi kesehatan di
masyarakat menjadi dua yang terdiri atas: 1) tujuan umum (goal), yang
merupakan pernyataan tentang status kesehatan yang akan dicapai di akhir
program yang dilaksanakan selama periode waktu tertentu; dan 2) tujuan

70
khusus (objective) yang merupakan pernyataan tentang pengetahuan, sikap
dan perilaku atau keterampilan tertentu yang dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada. Tujuan khusus merupakan gabungan dari tujuan
pendidikan dan tujuan perilaku dari tingkatan tujuan.

5. Tahap Menentukan Metode Promosi Kesehatan


Dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam memberikan
pendidikan kesehatan kepada masyarakat harus dipertimbangkan aspek yang akan
dicapai. Bila mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilakukan dengan cara
penyuluhan langsung, misalnya materi penyuluhan, pemasangan poster dan
spanduk di lingkungan masyarakat, sehingga warga dan masyarakat sering
melihat dan membacanya yang akan berdampak pada terjadinya perubahan
pengetahuan mereka. Untuk aspek sikap perlu diberikan contoh yang lebih konkrit
yang dapt menggugah emosi, perasaan, dan sikap masyarakat, misalnya dengan
memperlihatkan foto, slide atau pemutaran film. Untuk maksud tersebut dapat
dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, seperti
Pemerintah Daerah Dinas Kesehatan, Lembaga Pendidikan, Pihak Swasta dan
LSM yang ada, dan lain sebagainya.

6. Tahap Menentukan Media Promosi Kesehatan


Teori pendidikan menyebutkan belajar yang paling baik dan mudah adalah
menggunakan panca indra sebanyak mungkin, yang untuk maksud tersebut
hamper semua program pendidikan kesehatan menggunakan berbagai media.
Jenis media yang digunakan harus disesuaikan dengan sasaran pendidikan, aspek
yang ingin dicapai, merode yang digunakan, dan sumberdaya yang ada.

7. Tahap Menyusun Rencana Evaluasi dalam Promosi Kesehatan


Evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan dari apa yang telah
dilaksanakan. Oleh sebab itu, pada waktu mengembangkan perencanaan program
promosi kesehatan di masyarakat, rencana evaluasi juga harus direncanakan.
Disini harus dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan
dilaksanakan, kelompok sasaran mana yang akan dievaluasi dan siapa yang akan
melaksanakan evaluasi.
a. Prinsip Evaluasi

71
1) Memperkuat Program ; tujuan kita adalah promosi kesehatan dan
peningkatan kepercayaan diri masyarakat
2) Menggunakan pendekatan multiple ; selain pendekatan multidisiplin,
metode evaluasi mungkin banyak dan bermacam-macam yang sejalan
dengan tujuan program.
3) Merancang evaluasi untuk memenuhi isu nyata ; program berbasis dan
berfokus masyarakat, yang berakar pada komunitas “nyata” dan
berdasarkan pengkajian, harus memiliki rancangan evaluasi untuk
mengukur kriteria mengenai pentingnya program tersebut bagi
masyarakat.
4) Menciptakan proses partisipasi; apabila masyarakat merupakan bagian
dari pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi, merekapun
harus menjadi mitra dalam evaluasi.
5) Memungkinkan fleksibilitas, pendekatan evaluasi harus fleksibel dan
bersifat preskriptif, jika tidak, akan sulit untuk mendokumentasikan
munculnya perubahan yang sering kali meningkat secara tajam dan
kompleks.
6) Membangun kapasitas ; selain mengukur hasil akhir, harus meningkatkan
keterampilan, pengetahuan, dan perilaku individu yang terlibat
didalamnya.
b. Jenis Evaluasi yang dilakukan :
1) Evaluasi Formatif
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di
tengah-tengah atau pada saat berlangsungnya proses kegiatan promosi
kesehatan, yaitu dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana proses
prom osi kesehatan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Adapun manfaat dari evaluasi promotif adalah:
a. Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang
tepat atau tidak?
b. Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan
prasyarat yang belum diperhitungkan?
c. Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi
hasil yang akan dicapai atau tidak?

72
d. Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah
tepat atau tidak?
2) Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah
sekumpulan program promosi kesehatan selesai diberikan. Dengan kata
lain evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh rangkaian program
promosi kesehatan diberikan. Adapun tujuan utama dari evaluasi sumatif
ini adalah untuk menentukan keberhasilan masyarakat/audience setelah
mereka mendapatkan promosi kesehatan dalam jangka waktu tertentu.
Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang didapat dari evaluasi
sumatif :
a. Untuk menentukan nilai keberhasilan program promosi kesehatan
b. Untuk menentukan masyarakat dapat atau tidak
mengikuti/menerima dalam program berikutnya
c. Untuk catatan kemampuan masyarakat dalam menerima rangkaian
program promosi kesehatan
8. Tahap Menyusun Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Tindak Lanjut
Untuk memudahkan pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan yang
dilakukan perlu disusun jadwal pelaksanaan kegiatan, yang biasanya disajikan
dalam bentuk gan chart, yang terdiri dari : waktu, tempat dan pelaksanaan dari
setiap kegiatan. Tindak lanjut program dalam hal ini adalah bentuk evaluasi dalam
jangka panjang untuk menindaklanjuti kegiatan yang bersifat
sistemis/berkesinambungan, akan tetapi dapat pula dilakukan reassessment
apabila dikemudian hari didapatkan perkembangan/perubahan kebutuhan dari
masyarakat dalam pengetahuan yang terkait dengan pelaksanaan promosi
kesehatan agar selalu bermanfaat dan selalu fresh sesuai trend maupun isu
perkembangan ilmu yang ada.

73
MATERI 3
MEDIA PROMOSI KESEHATAN

A. KONSEP MEDIA
Media berasal dari bahasa latin nerupakan bentuk jamak dari “Medium” yang
secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu parantara atau pengantar
sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang
media pembelajaran. Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran.
Sementara itu, Briggs (1997) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah
sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video
dan sebagainya. Sedangkan, National Education Association (1969) mengungkapkan
bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknolgi perangkat keras. Dari ketiga pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan audience
sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri audience.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap evektifitas pembelajaran.
Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu penyaji
untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke-
20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dngan digunakannya alat audio, sehingga
lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), kususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu
atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer
dan internet.
Apa itu Media ?
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.

B. FUNGSI MEDIA

74
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah :
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
para audience berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan
kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong,
dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika
audience tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajarai, maka
objeknyalah yang dibawa ke audience. Objek dimaksud bida dalam bentuk nyata,
miniatur, model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara
audio visual dan audial.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang promosi. Banyak hal yang
tidak mungkin dialami secara langsung di dalam promosi oleh para audience
tentang suatu objek, yang disebabkan, karena: (a) objek terlalu besar; (b) objek
terlalu kecil; (c) objek yang bergerak terlalu lambat; (d) objek yang bergerak
terlalu cepat; (e) objek yang terlalu komplek; (f) objek mengandung bahan
berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua
objek itu dapat disajikan kepada audience.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara audience
dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkret
sampai dengan abstrak.

C. JENIS-JENIS MEDIA PEMBELAJARAN


Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua jenis,
yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat di
pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), dan media rancangan
karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara kusus untuk maksud atau tujuan
pembelajaran tertentu (media by design). Masing-masing jenis media ini mempunyai
kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dari media jadi adalah hemat dalam waktu,
tenaga, dan biaya untuk pengadaannya. Sebaliknya, mempersiapkan media yang
dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak

75
waktu, tenaga, maupun biaya karena untuk mendapatkan keandalan dan kesahihannya
diperlukan serangkaian kegiatan validasi prototipenya. Kekurangan dari media jadi
adalah kecilnya kemungkinan untuk mendapatkan media jadi yang dapat sepenuhnya
sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran setempat.
Ditinjau dari bentuknya, terdapat berbagai jenis media pembelajaran, diantaranya
:
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik.
2. Media Auditif : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya.
3. Projected still media : slide, over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya.
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan
sejenisnya.
Rebert Heinich (1996) menyebutkan macam-macam media yang digunakan dalam
proses pembelajaran sebagai berikut :
1. Media nonproyeksi seperti foto, diagram, display, dan model;
2. Media proyeksi seperti slide, overhead transparency (OHT), proyeksi komputer;
3. Media audio seperti kaset dan compact disk (CD);
4. Media bergerak seperti video dan film;
5. Pembelajaran yang dimediasi computer;
6. Multimedia dan hypermedia berbasis komputer;
7. Media seperti radio dan televisi digunakan untuk pembelajaran jarak jauh.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat
visual, audial, projected still media amupun projected motion media bisa dilakukan
secara bersama serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi Media. Contoh :
dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun
dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.
Anderson (1976) mengelompokkan media pembelajaran menjadi sepuluh
golongan sebagai berikut :
No Golongan Media Contoh
1 Audio Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
2 Cetak Buku pelajaran, modul, brosur, koran,
foto/gambar
3 Audio-cetak Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4 Proyeksi visual diam Overhead transparansi (OHT)

76
5 Proyeksi audio visual Film bingkai (slide) bersuara
6 Visual gerak Film bisu, animasi
7 Audio visual gerak Film gerak bersuara, video/VCD, televisi
8 Objek visik Benda nyata, model, spesimen
9 Manusia dan lingkungan Penyaji, pustakawan, laboran
10 Komputer CAI, CBI
Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan
pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel dibawah ini :
No Jenis Media 1 2 3 4 5 6
1 Gambar diam S T S S R R
2 Gambar hidup S T T T S S
3 Televisi S S T S R S
4 Objek tiga dimensi R T R R R R
5 Rekaman audio S R R S R S
6 Progammed Instruction S S S T R S
7 Demonstrasi R S R T S S
8 Buku teks tercetak S R S S R S
Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T = Tinggi
1 = belajar informasi faktual
2 = belajar pengenalan visual
3 = belajar prinsip, konsep, dan aturan
4 = prosedur belajar
5 = penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = mengembangkan sikap, opini, dan motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin di capai. Contoh
: bila tujuan atau kompetensi peserta/audience bersifat menghafalkan kata-kata
tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang
dicapai memahami isi bacaan, maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau
tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktifitas ) , maka media film dan video
bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi

77
(komplementer) , seperti : biaya, ketepatgunaan; keadaan audience; ketersediaan; dan
mutu teknis.

D. CIRI-CIRI MEDIA PEMBELAJARAN


Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk
mengapa media digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan media yang mungkin
penyaji tidak mampu (kurang efisien) melakukannya, antara lain
1. Ciri fiksatif (Fixative property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan,
dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.
2. Ciri Manipulasi (Manipulative property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri
manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari hari dapat disajikan kepada
audience dalam waktu dua atau tiga menit dengan tehnik pengambilan gambar
time-laps recording.
3. Ciri Distribusi (Distributive property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar audience dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian itu.

E. KRITERIA MEMILIH MEDIA PEMBELAJARAN


Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan,
dan (3) karakteristik penerimaan pesan. Dengan demikian dalam memilih dan
menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut. Tidak berarti bahwa
semakin canggih media yang digunakan akan semakin tinggi hasil belajar atau
sebaliknya. Untuk tujuan pembelajaran tertentu dapat saja penggunaan papan tulis
lebih efektif dan lebih efisien daripada penggunaan LCD, apabila bahan ajarnya
dikemas dengan tepat serta , disajikan kepada audience yang tepat pula. Sungguhpun
demikian, secara operasional ada sejumlah pertimbangan dalam memilih media
pembelajaran yang tepat, antara lain :
1. Acces

78
Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media.
Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh
audience ? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu
dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet,
adakah jaringan teleponnya ? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya
apakah audience diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke
internet ? Jangan tanya kepala sekolah saja yang boleh mengunakan internet,
tetapi juga penyaji/karyawan dan audience. Bahkan audience lebih penting untuk
memperoleh akses.
2. Cost
Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang
dapat menjadi bahan pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya
mahal. Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin
banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin seru.
3. Technology
Mungkin saja kita tertarik kepada suatu media terte ntu. Tetapi kita perlu
memerhatikan apakah teknisinya tersedia dan mudah menggunakannya?
Katakanlah kita ingin menggunakan media audio visual promosi, perlu kita
pertimbangkan, apakah ada aliran listriknya, apakah voltase listriknya cukup dan
sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya ?
4. Interactivity
Media yang baik adalah yang tepat memunculkan komunikasi dua arah atau
interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh
penyaji tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
tersebut.
5. Organization
Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya
apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana
pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia saran yang disebut pusat
sumber belajar?
6. Novelty
Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan.
Sebab media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik lagi bagi
audience. Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya

79
perubahan sikap penyaji agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media
pembelajaran yang “mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang
dimilikinya.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh
: bila tujuan atau kompetensi audience bersifat menghafalkan kata-kata, tentunya
media audio yang tepat digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat
memahami isi bacaan, maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan
pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa
digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi
(komplementer), seperti : biaya, ketepatgunaan; keadaan audience; ketersediaan; dan
mutu teknis.
Lebih terperinci beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media
dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Sesuai dengan tujuan atau standart kompetensi yang ingin dicapai. Media dipilih
berdasarkan tujuan atau standart kompetensi yang telah ditetapkan yang secara
umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau
generalisasi.
3. Praktis, luwes, dan bertahan.
4. Penyaji terampil menggunakannya.
5. Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu
sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.
Mutu teknis, pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas dan
informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu
oleh elemen lain yang berupa latar belakang.

MODUL IV

80
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. GAMBARAN UMUM MODUL


Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari
promosi kesehatan. Masyarakat atau komunitas merupakan salah satu dari strategi
global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment)sehingga pemberdayaan
masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target
memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka.

2. AREA KOMPETENSI
A. KOMPETENSI UTAMA
- Mahasiswa mampu bekerja dalam tim serta membuat jejaring kerja
(networking) yang efektif dan efisien dalam usaha menuju kesehatan Gigi
Mulut yang optimal.

B. KOMPETENSI PENUNJANG
- Melakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan dan masyarakat, dalam upaya
mencapai kesehatan Gigi Mulut masyarakat yang optimal
- Memanfaatkan jejaring kerja dalam pelaksanaan program kesehatan Gigi
Mulut masyarakat
- Melakukan kerjasama dalam jejaring kerja dengan masyarakat, dan instansi
terkait dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

MATERI

81
A. PENGERTIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk”
masyarkat itu sendiri.

B. KONSEP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar "daya" yang berarti
kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan
dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau
proses pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya
kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Berdasarkan beberapa pengertian
pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau
memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah
agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta
masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahnya dengan
mengoptimalkan sumberdaya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.
Bidang pembangunan biasanya meliputi 3 (tiga) sektor utama, yaitu ekonomi,
sosial (termasuk di dalamnya bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial-budaya), dan
bidang lingkungan. Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu
masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah geografi yang sama.
Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah pertokoan atau sebuah
kampung di wilayah pedesaan.

C. PRINSIP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan
masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan
sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses
memanpukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan

82
kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan
meliputi:
1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
Didalam masyarakat terdapat berbagai potensi yang dapat mendukung
keberhasilan program-program kesehatan. Potensi dalam masyarakat dapat
dikelompokkan menjadi potensi sumber daya manusia dan potensi dalam
bentuk sumber daya alam / kondisi geografis.
Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih
ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan
potensi sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalah anugerah (gift).
Bagaimanapun melimpahnya potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung
dengan potensi sumber daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut
tetap akan tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang melimpah
tersebut.
2. Mengembangkan gotong royong masyarakat.
Potensi masyarakat yang ada tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik
tanpa adanya gotong royong dari masyarakat itu sendiri. Peran petugas kesehatan
atau provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan
memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai
penggerak kesehatan dalam masyarakatnya.
3. Menggali kontribusi masyarakat.
Menggali dan mengembangkan potensi masing-masing anggota masyarakat
agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau
kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk
partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan
bangunan, dan fasilitas-fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan.
4. Menjalin kemitraan
Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta
dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai
tujuan bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan
masyarakat, kemitraan adalah sangat penting peranannya.
5. Desentralisasi
Upaya dalam pemberdayaan masyarakatpada hakikatnya memberikan
kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau

83
wilayahnya. Oleh sebab itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus
diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur
masing-masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peran sistem yang
ada diatasnya adalah:
a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program
pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air
bersih, maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan
anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi
pertemuan dengan pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang dapat
membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama
dalam masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas
pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud
dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan
berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang
bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau
upaya tersebut.
Dalam proses pemberdayaan hendaknya meliputi:
1. Enabling (menciptakan suasana kondusif).
2. Empowering (penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat)
3. Protecting (perlindungan dari ketidakadilan)
4. Suporting (bimbingan dan dukungan)
5. Foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang.
Strategi pokok :
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas
3. Meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi kesehatan
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan

D. TUJUAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

84
1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi
individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara-
cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan
kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya
kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu
sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan
dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar
kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan
informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah
pengetahuan kesehatan.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran
dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau
kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Oleh sebab
itu, teori lain kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai indikasi akan
timbulnya suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke
tindakan tetapi mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut
atau tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai faktor.
Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana
atau prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik
seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat
kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.
Kemampuan masyarakat dalam bidang kesehatan sesungguhnya mempunyai
pengertian yang sangat luas. Masyarakat dikatakan mampu atau masyarakat yang
mandiri di bidang kesehatan apabila:
1. Mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah-masalah kesehatan, terutama di lingkungan atau masyarakat setempat.
Agar masyarakat mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, masyarakat harus mempunyai pengetahuan kesehatan yang
baik (health litarasi). Pengetahuan kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya yang harus dimiliki oleh masyarakat, sekurang-kurangnya
sbb:
a. Pengetahuan tentang penyakit.

85
b. Pengetahuan tentang gizi dan makanan, yang harus dikonsumsi agar tetap
sehat sebagai faktor penentu kesehatan seseorang.
c. Perumahan sehat dan sanitasi dasar yang diperlukan untuk menunjang
kesehatan keluarga atau masyarakat.
d. Pengetahuan tentang bahaya-bahaya merokok, dan zat-zat lain yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan atau kecanduan yakni narkoba.
2. Mampu mengatasi masalah-masalah kesehatan mereka sendiri secara mandiri.
Masyarakat mampu menggali potensi-potensi masyarakat setempat untuk
mengatasi masalah kesehatan mereka.
3. Mampu memelihara dan melindungi diri, baik individual, kelompok, atau
masyarakat dari macam-macam ancaman kesehatan.
Pengetahuan masyarakat akan kesehatan yang tinggi, masyarakat mampu
memelihara dan melindunginya dari ancaman kesehatan, menganantisipasi
dengan cara pencegahan.
4. Mampu meningkatkan kesehatan, baik individual, kelompok, maupun
masyarakat.

E. CIRI-CIRI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan ke dalam pemberdayaan
masyarakat apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat
memperkuat, meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna
mencapai tujuan yang diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat
tersebut bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:
1. Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community leader)
Di sebuah mayarakat apapun baik pendesaan, perkotaan maupun pemukiman
elite atau pemukiman kumuh, secara alamiah aka terjadi kristalisasi adanya
pimpinan atau tokoh masyarakat. Pemimpin atau tokoh masyarakat dapat bersifat
format (camat, lurah, ketua RT/RW) maupun bersifat informal (ustadz, pendeta,
kepala adat). Pada tahap awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau
provider kesehatan terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan kepada
para tokoh masyarakat.
2. Organisasi masyarakat (community organization)

86
Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan
baik formal maupun informal, misalnya PKK, karang taruna, majelis taklim,
koperasi-koperasi dan sebagainya.
3. Pendanaan masyarakat (Community Fund)
Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka secara ringkas
dapat digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut: “Bahwa dana sehat telah
berkembang di Indonesia sejak lama (tahun 1980-an) Pada masa sesudahnya
(1990-an) dana sehat ini semakin meluas perkembangannya dan oleh Depkes
diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat).
4. Material masyarakat (community material)
Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam adalah merupakan
salah satu potensi msyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya
alam yang berbeda yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.
5. Pengetahuan masyarakat (community knowledge)
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh pemberdayaan
masyarakat yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat.
6. Teknologi masyarakat (community technology)
Di beberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan program kesehatan. Misalnya penyaring air
bersih menggunakan pasir atau arang, untuk pencahayaan rumah sehat
menggunakan genteng dari tanah yang ditengahnya ditaruh kaca. Untuk
pengawetan makanan dengan pengasapan dan sebagainya.

F. SASARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


1. Individu berpengaruh
2. Keluarga dan perpuluhan keluarga
3. Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatanKerja
4. Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll
5. Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus.
G. INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1. Input
Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung
kegiatan pemberdayaan masyarakat.

87
2. Proses
Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan
yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dna pertemuan-
pertemuan yang dilaksanakan.
3. Output
Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya
masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dari
perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha
meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di
masyarakat.
4. Outcome
Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam
menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta
meningkatkan status gizi kesehatan.

88
MATERI
ADVOKASI

A. PENGERTIAN ADVOKASI
1. Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan
dibidang hukum atau pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau
pelanggaran hukum, agar memperoleh keadilan yang sesungguh-sungguhnya.
Mengacu kepada istilah advokasi dibidang hukum tersebut, maka advokasi dalam
kesehatan diartikan upaya untuk memperoleh pembelaan, bantuan, atau dukungan
terhadap program kesehatan. Menurut Wesbter Encyclopedia advokasi adalah "act
of pleading for supporting or recommending active espousal" atau tindakan
pembelaan, dukungan, atau rekomendasi : dukungan aktif.
2. Menurut ahli retorika ( Foss and Foss, et al : 1980) advokasi diartikan sebagai upaya
persuasi yang mencakup kegiatan : penyadaran, rasionalisasi, argumentasi dan
rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu hal.
3. Menurut Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan
publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif. Dari beberapa
catatan tersebut dapat disimpulkan secara ringkas, bahwa advokasi adalah upaya
atau proses untuk memperoleh komitmen yang dilakukan secara persuasif dengan
menggunakan informasi yang akurat dan tepat.
4. Advokasi (advocacy, advocate), menurut Webster Encyclopedia Canbridge
Dictionary of English Language adalah : act of pleading for supporting or
recommending active espousal (tindakan pembelaan, dukungan, atau rekomendasi
: dukungan aktif).
5. Advokasi menurut para ahli retorika (Foss & Foss et.al. 1980, toulmin, 1981) adalah
: upaya persuasi yang mencakup kegiatan : penyadaran, rasionalisasi, argumentasi
dan rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu.
6. Menurut WHO, “advocacy is a combination on individual and social action design
to gain political commitment, policy support, social acceptance and systems support
for particular health goal or programme” (1989).
7. Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-
macam bentuk komunikasi persuasif. (Johns Hopkins School for Public Health).

89
8. Secara ringkas advokasi adalah : upaya atau proses untuk memperoleh komitmen,
yang dilakukan secara persuasif dengan menggunakan informasi yang akurat dan
tepat.
9. Dalam hal ini,kata-kata kunci dalam advokasi adalah : “valid information (untuk
input), “free choice” atau “persuasive
10. Advokasi Kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh komitmen
atau dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung pengembangan
lingkungan dan perilaku sehat.

B. TUJUAN ADVOKASI
Tujuan Umum :
Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa
kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikut sertaan dalam kegiatan, maupun
berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.

Tujuan Khusus :
1. Adanya pemahaman / pengenalan / kesadaran
2. Adanya ketertarikan / peminatan / tidak penolakan
3. Adanya kemauan / kepedulian / kesanggupan (untuk membantu/menerima)
4. Adanya tindakan / perbuatan / kegiatan nyata (yang diperlukan)
5. Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan)

Hasil yang diharapkan :


Adanya pengertian, kepedulian dan dukungan terhadap upaya, program dan
kegiatan di bidang kesehatan.

C. SASARAN DAN PELAKU


Sasaran advokasi adalah berbagai pihak yang di harapkan dapat memberikan
dukungan terhadap upaya kesehatan khususnya para pengambil keputusan dan penentu
kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat , mitra dikalangan
pengusaha/swasta, badan penyandang dana, media massa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, tokoh-tokoh berpengaruh dan tenar, dan
kelompok potensial lainya dimasyarakat. Semuanya bukan hanya berpotensi

90
mendukung, tetapi juga menentang atau berlawanan atau merugikan kesehatan
(misalnya industry rokok).
Pelaku advokasi kesehatan adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan
, dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi
dapat berasal kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi,
organisasi berbasis masyarakat/agama, LSM, dan tokoh berpengaruh.

D. PROSES ADVOKASI
Proses advocacy(advokasi) di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program
kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984, sebagai salah satu
strategi global Pendidikan atau promosi kesehatan.
WHO merumuskan, bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan
secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yakni: 1. advocacy (advokasi), 2. Social
Support ( dukungan sosial) dan 3. Empowerment (pemberdayaan masyarakat).
Strategi global ini dimaksudkan bahwa, dalam pelaksanaan suatu program
kesehatan didalam masyarakat, maka langkah yang di ambil adalah:
1. Melakukan pendekatan / lobi dengan para pembuat keputusan setempat, agar
mereka ini menerima dan "commited". Dan akhirnya mereka bersedia
mengeluarkan kebijakan, atau keputusan-keputusan untuk membantu atau
mendukung program tersebut. Kegiatan inilah yang disebut advokasi. Dalam
kesehatan para pembuat keputusan baik di tingkat pusat maupun daerah ini disebut
sasaran tersier.
2. Langkah selanjutnya adalah mekakukan pendekatan dan pelatihan kepada
tokoh masyarakat formal maupun informal.
3. Selanjutnya petugas kesehatan bersama-sama tokoh masyarakat tersebut
melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, konseling, dan sebagainya, melalui
berbagai kesempatan dan media.

Advokasi di artikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan. Oleh karena itu, orang yang menjadi sasaran atau target advokasi ini para
pimpinan suatu organisasi atau institusi kerja baik di lingkungan pemerintah maupun
swasta dan organisasi kemasyarakatan di berbagai jenjang administrasi pemerintahan (
tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan kelurahan)

91
Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting sebab dalam advokasi merupakan
aplikasi dari komunikasi interpersonal, maupun massa yang di tujukan kepada para
penentu kebijakan (policy makers) atau para pembuat keputusan ( decission
makers)pada semua tingkat dan tatanan sosial.

E. ARUS KOMUNIKASI ADVOKASI


Arus komunikasi advokasi Kesehatan. Komunikasi dalam rangka advokasi
kesehatan memerlukan kiat khusus agar komunikasi tersebut efektif antara lain sebagai
berikut:
1. Jelas (clear): pesan yang disampaikan kepada sasaran harus disusun sedemikian
rupa sehingga jelas, baik isinya maupun bahasa yang digunakan.
2. Benar (correct): apa yg disampaikan (pesan) harus didasarkan kepada kebenaran.
Pesan yang benar adalah pesan yang disertai fakta atau data empiris.
3. Kongkret (concrete): apabila petugas kesehatan dalam advokasi mengajukan
usulan program yang dimintakan dukungan dari para pejabat terkait, maka harus
dirumuskan dalam bentuk yang kongkrit (bukan kira-kira) atau dalam bentuk
operasional.
4. Lengkap (complete): timbulnya kesalahpahaman atau mis komunikasi adalah
karena belum lengkapnya pesan yang disampaikan kepada orang lain.
5. Ringkas (concise) : pesan komunikasi harus lengkap, tetapi padat, tidak bertele-
tele.
6. Meyakinkan ( convince) : agar komunikasi advokasi kita di terima oleh para
pejabat, maka harus meyakinkan, agar komunikasi advokasi kita diterima
7. Kontekstual ( contextual): advokasi kesehatan hendaknya bersifat kontekstual.
Artinya pesan atau program yang akan diadvokasi harus diletakkan atau di kaitkan
dengan masalah pembangunan daerah bersangkutan. Pesan-pesan atau program-
program kesehatan apapun harus dikaitkan dengan upaya-upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat pemerintah setempat.
8. Berani (courage): seorang petugas kesehatan yang akan melakukan advokasi
kepada para pejabat, harus mempunyai keberanian berargumentasi dan berdiskusi
dengan para pejabat yang bersangkutan.
9. Hati-hati ( contious): meskipun berani, tetapi harus hati-hati dan tidak boleh keluar
dari etika berkomunikasi dengan para pejabat, hindari sikap "menggurui" para
pejabat yang bersangkutan.

92
10. Sopan (courteous): disamping hati-hati, advokator harus bersikap sopan, baik
sopan dalam tutur kata maupun penampilan fisik, termasuk cara berpakaian.

Advokasi adalah suatu kegiatan untuk memperoleh komitmen politik, dukungan


kebijakan, penerimaan sosial, dan dukungan sistem dari para pembuat keputusan atau
pejabat pembuat kebijakan (WHO, 1989). Oleh karena itu, tujuan utama advokasi adalah
memberikan dorongan dan dukungan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan publik yang
berkaitan dengan program-program kesehatan.

F. PRINSIP DASAR ADVOKASI


Advokasi adalah kombinasi antara pendekatan atau kegiatan individu dan sosial,
untuk memperoleh komitmen politik, dukungan kebijakan, penerimaan sosial, dan
adanya sistem yang mendukung terhadap suatu program kesehatan. Untuk mencapai
tujuan advokasi ini, dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan atau pendekatan. Untuk
melakukan kegiatan advokasi yang efektif memerlukan argumen yang kuat. Oleh sebab
itu, prinsip-prinsip advokasi ini akan membahas tentang tujuan, kegiatan, dan
argumentasi-argumentasi advokasi.
Dari batasan advokasi tersebut, secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi,
yakni: political commitment, policy support, social aceptance dan sistem support.
1. Komitmen politik (political comitment)
Komitmen para pembuat keputusan atau alat penentu kebijakan di tingkat dan
disektor manapun terhadap permasalahan kesehatan tersebut. Pembangunan
nasional tidak terlepas dari pengaruh kekuasaaan politik yang sedang berjal.
2. Dukungan kebijakan (policy support)
Dukungan kongkrit yang diberikan oleh para pemimpin institusi disemua
tingkat dan disemua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan
di sektor kesehatan. Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dilanjutkan dengan
dikeluarkannya kebijakan kongkret dari para pembuat keputusan tersebut.

3. Penerimaan Sosial ( social acceptance)

93
Penerimaan sosial, artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu
program kesehatan apapun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran utama
program tersebut, yakni masyarakat, terutama tokoh masyarakat.
4. Dukungan Sistem (System Support)
Adanya sistem atau organisasi kerja yang memasukkan uinit pelayanan atau
program kesehatan dalam suatu institusi atau sektor pembangunan adalah
mengindikasikan adanya dukungan sistem

G. METODE DAN TEHNIK ADVOKASI


Seperti yang diuraikan di atas, bahwa tujuan utama advokasi di sektor kesehatan
adalah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan para penentu kebijakan atau
pembuat keputusan di segala tingkat.
Metode atau cara dan tehnik advokasi untuk mencapai tujuan itu semua ada
bermacam-macam, antara lain:
1. Lobi Politik (political lobying)
Lobi adalah bincang-bincangsecara informal dengan para pejabat untuk
menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang
dilaksanakan
2. Serminar / Presentasi
Seminar / presentasi yang di hadiri oleh para pejabat lintas program dan sektoral.
Petugas kesehatan menyajikan maslah kesehatan diwilayah kerjanya, lengkap
dengan data dan ilustrasi yang menarik, serta rencana program pemecahannya.
Kemudian dibahas bersama-sama, yang akhirnya dharafkan memproleh komitmen
dan dukungan terhadap program yang akan dilaksanakan tersebut.
3. Media
Advokasi media (media advocacy)adalah melakukan kegiatan advokasi dengan
mengumpulkan media, khususnya media massa.
4. Perkumpulan (asosiasi) Peminat
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau interes
terhadap permaslahan tertentu atau perkumpulan profesi, juga merupakan bentuk
advokasi.

H. ARGUMENTASI UNTUK ADVOKASI

94
Secara sederhana, advokasi adlah kegiatan untuk meyakinkan para penentu
kebijakan atau para pembuat keputusan sedemikian rupa sehingga mereka memberikan
dukungan baik kebijakan, fasilitas dan dana terhadap program yang ditawakan.
Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah mudah,
memerlukan argumentasi – argumentasi yang kuat. Dengan kata lain, berhasil tidaknya
advokasi bergantung pada kuat atau tidaknya kita menyiapkan argumentasi. Dibawah
ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan kegiatan
advokasi, antara lain:
a. Kredibilitas (Creadible)
Kredibilitas (Creadible) adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang
menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya atau meyakininya.
Orang yang akan melalukan advokasi (petugas kesehatan) harus Creadible.
Seseorang itu Creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni:
1. Capability (kapabilitas), yakni mempunyai kemampuan tentang bidangnya.
2. Autority ( otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki
seseorang berdasarkan aturan organisasi yang bersangutan.
3. Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap jabatan atau
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
b. Layak (Feasible)
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik, maupun
ekonomi dimungkinkan atau layak. Secara tehnik layak (feasible) artinya program
tersebut dapat dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan melaksanakan
program tersebut, mempunyai kemampuan yang baik atau cukup.
c. Relevan (Relevant)
Artinya program yang yang diajukan tersebut tidak mencakup 2 kriteria, yakni :
memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah yang
dirasakan masyarakat.
d. Penting dan Mendesak (Urgent)
Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi: harus
segera dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan
masalah

I. UNSUR DASAR ADVOKASI

95
Ada 8 unsur dasar advokasi yaitu:
1. Penetapan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upayaadvokasi

J. PENDEKATAN UTAMA ADVOKASI


Ada 5 pendekatan utama dalam advokasi (UNFPA dan BKKBN 2002) yaitu:
1. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat undang-undang, mereka yang terlibat dalam penyusunan hukum,
peraturan maupun pemimpin politik, yaitu mereka yang menetapkan kebijakan
publik sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait dengan
masalah sosial termasuk kesehatan dan kependudukan. Oleh karena itu sangat
penting melibatkan meraka semaksimum mungkin dalam isu yang akan
diadvokasikan.
2. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat penting berperan dalam membentuk opini publik. Media juga
sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi publik atas isu atau masalah tertentu.
Mengenal, membangun dan menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting
dalam proses advokasi.
3. Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan yang
berkelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang bergerak
dalam isu yang sama. Kemitraan ini dibentuk oleh individu, kelompok yang bekerja
sama yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum yang sama/hampir sama.
4. Memobilisasi massa
Memobilisasi massa merupakam suatu proses mengorganisasikan individu yang
telah termotivasi ke dalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok
yang sudah ada. Dengan mobilisasi dimaksudkan agar termotivasi individu dapat
diubah menjadi tindakan kolektif

96
5. Membangun kapasitas
Membangu kapasitas disini di maksudkan melembagakan kemampuan untuk
mengembangakan dan mengelola program yang komprehensif dan membangun
critical mass pendukung yang memiliki keterampilan advokasi. Kelompok ini dapat
diidentifikasi dari LSM tertentu, kelompok profesi serta kelompok lain.

K. LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
Advokasi adalah proses atau kegiatan yang hasil akhirnya adalah diperolehnya
dukungan dari para pembuat keputusan terhadap program kesehatan yang ditawarkan
atau diusulkan. Oleh sebab itu, proses ini antara lain melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Tahap persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan (materi) atau
instrumen advokasi.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi sangat tergantung dari metode atau cara advokasi. Cara
advokasi yang sering digunakan adalah lobbi dan seminar atau presentasi.
3. Tahap penilaian
Seperti yang disebutkan diatas bahwa hasil advokasi yang diharafkan adalah adanya
dukungan dari pembuat keputusan, baik dalam bentuk perangkat lunak (software)
maupun perangkat keras (hardware). Oleh sebab itu, untuk menilai atau
mengevaluasi keberhasilan advokasi dapat menggunakan indikator-indikator
seperti dibawah ini:
a. Software (piranti lunak): misalnya dikeluarkannya:
1. Undang-undang
2. Peraturan pemerintah
3. Peraturan pemerintah daerah (perda)
4. Keputusan menteri
5. Surat keputusan gubernur/ bupati
6. Nota kesepahaman(MOU), dan sebagainya
b. Hardware (piranti keras): misalnya:
1. Meningkatnya anggaran kesehatan dalam APBN atau APBD
2. Meningkatnya anggaran untuk satu program yang di prioritaskan
3. Adanya bantuan peralatan, sarana atau prasarana program dan sebagainya.

97
98
MODUL V
KONSEP PERILAKU

A. PERILAKU
1. Definisi
Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang
dapat diamati secara langsung dan tidak langsung. Menurut Ensiklopedia
Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap
lingkungannya. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah
tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat
dipelajari.
Skinner (1938) dalam Notoadmodjo, (2005) mendefinisikan perilaku sebagai
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dan luar). Dengan
demikian, perilaku manusia terjadi melalui proses:respons, sehingga teori ini
disebut dengan teori Organisme Stimulus “S-O-R”.Selanjutnya, teori skinner
menjelaskan ada dua jenis respons yaitu:
a. Respondent respons atau refleksif, yakni respons yangditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan (stimulus)tertentu yang disebut dengan elicting
stimuli, karenamenimbulkan reaksi-raksi yang relatif tetap.
b. Operant respons atau instrumental respons, yakni responsyang timbul dan
berkembang kemudian diikuti olehstimulus atau rangsangan yang lain.
Perangsang yangterakhir ini disebut reinforcing stimuli atau
reinforcer,karena berfungsi untuk memperkuat respons.
Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat diuraikanbahwa perilaku adalah
keseluruhan (totalitas) pemahamandan aktivitas seseorang yang merupakan hasil
bersama antarafaktor internal dan eksternal.
2. Pengelompokan Perilaku
Berdasarkan teori SOR tersebut, maka perilaku manusiadapat dikelompokkan
menjadi:
a. Perilaku tertutup (Covert behavior): Perilaku tertutupterjadi bila respons
terhadap stimulus tersebut masihbelum dapat diamati oleh orang lain (dari
luar) secarajelas.

99
b. Perilaku terbuka (Overt behavior): Perilaku terbuka terjadibila respons
terhadap stimulus tersebut sudah berupatindakan, atau praktik ini dapat
diamati oleh orang laindari luar atau observable behavior.
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suaturespons organisme
atau seseorang terhadap rangsangan(stimulus) dari luar subjek tersebut. Respons
ini berbentukdua macam, yakni:
a. Bentuk pasif, adalah respons internal, yaitu yang terjadidi dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapatterlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,
tanggapanatau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorangibu tahu bahwa
imunisasi itu dapat mencegah suatupenyakit tertentu meskipun ibu tersebut
tidak membawaanaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lainseorang
yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun
ia sendiri tidak ikutkeluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut terlihat
bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi dan contohdua orang tersebut telah
mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga berencana
meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap kedua
hal tersebut. Oleh sebab itu, perilaku rnereka ini masih terselubung (covert
behaviour).
b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung. Misalnya pada kedua contohatas, si ibu sudah membawa anaknya
ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada
kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor
KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan
nyata maka disebut overt behaviour.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwapengetahuan dan sikap adalah
merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih
bersifat terselubung dan disebut covert behaviour. Sedangkan tindakan nyata
seseorang sebagai respons terhadap stimulus (practice) adalah merupakan overt
behavior.
3. Mekanisme Pembentukan Perilaku
Untuk memahami perilaku individu dapat dilihat dari dua pendekatan, yang
saling bertolak belakang, yaitu:
a. Menurut Aliran Behaviorisme

100
Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilakuitu dapat dibentuk
melalui proses pembiasaan danpenguatan (reinforcement) dengan
mengkondisikan ataumenciptakan stimulus-stimulus (rangsangan)
tertentudalam lingkungan.Behaviorisme menjelaskan mekanismeproses
terjadi dan berlangsungnya perilaku individu dapatdigambarkan dalam bagan
berikut: S> R atau S >O> R.
S=stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku,aktivitas) dan
O=organisme (individu/manusia).
Karena stimulus datang dari lingkungan (W =world) dan R juga
ditujukan kepadanya, makamekanisme terjadi dan berlangsungnya
dapatdilengkapkan seperti tampak dalam bagan berikut ini:W>S>O>R>W
Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di sini dapat dibagi ke
dalam dua jenis yaitu:
1) Lingkungan objektif (umgebung= segala sesuatu yangada di sekitar
individu dan secara potensial dapatmelahirkan S).
2) Lingkungan efektif (umwelt=segala sesuatu yangaktual merangsang
organisme karena sesuai denganpribadinya sehingga menimbulkan
kesadarantertentu pada diri organisme dan ia meresponnya).
3) Perilaku yang berlangsung seperti dilukiskan dalambagan di atas biasa
disebut dengan perilaku spontan.

Contoh: seorang mahasiswa sedang mengikutiperkuliahan promosi kesehatan


di ruangan kelas yangterasa panas, secara spontan mahasiswa
tersebutmengipas-ngipaskan buku untuk meredam kegerahannya.Ruangan
kelas yang panas merupakan lingkungan (W)dan menjadi stimulus (S) bagi
mahasiswa tersebut (O),secara spontan mengipaskan-ngipaskan buku
merupakanrespons (R) yang dilakukan mahasiswa. Merasakanruangan tidak
terasa gerah (W) setelah mengipas-ngipaskan buku.
Sedangkan perilaku sadar dapat digambarkan sebagai berikut:
W>S>Ow>R>W
Contoh: ketika sedang mengikuti perkuliahanpromosi kesehatan di ruangan
kelas yang terasaagak gelap karena waktu sudah sore hari ditambah cuaca
mendung, ada seorang mahasiswa yang sadar kemudian dia berjalan ke depan
dan meminta ijin kepada dosen untuk menyalakan lampu neon yang ada di

101
ruangan kelas, sehingga di kelas terasa terang dan mahasiswa lebih nyaman
dalam mengikuti perkuliahan. Ruangan kelas yang gelap, waktu sore hari, dan
cuaca mendung merupakan lingkungan (W), ada mahasiswa yang sadar akan
keadaan di sekelilingnya (Ow), “mesti di ruangan kelas terdapat banyak
mahasiswa namun mereka mungkin tidak menyadari terhadap keadaan
sekelilingnya”. Berjalan ke depan, meminta izin ke dosen, dan menyalakan
lampu merupakan respon yang dilakukan oleh mahasiswa yang sadar tersebut
(R), suasana kelas menjadi terang dan mahasiswa menjadi lebih nyaman
dalam mengikuti perkuliahan merupakan (W).
b. Menurut Aliran Holistik (Humanisme)
Holistik atau Humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan,
yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam individu
merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa
ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau humanisme
menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what (apa), how
(bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives,purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How
(bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan
(goals/incentives,purpose), yakni perilakunya sendiri. Sedangkan why
(mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakkan terjadinya dan
berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri individu itu sendiri
(motivasi instrinsik) maupun yang bersumber dari luar individu (motivasi
ekstrinsik).
4. Prosedur Pembentukan Perilaku
Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioningini menurut
Skinner adalah sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakanpenguat atau
reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewardsbagi perilaku yang akan
dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang
membentuk perilaku yangdikehendaki. Kemudian komponen-komponen
tersebutdisusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepadaterbentuknya
perilaku yang dimaksud.

102
c. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-
tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-
masing komponentersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan rnenggunakan urutan komponen
yang telah tersusun itu.Apabila komponen pertama telah dilakukan
makahadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkankomponen atau
perilaku (tindakan) tersebut cenderungakan sering dilakukan. Kalau perilaku
ini sudah terbentukkemudian dilakukan komponen (perilaku) yang
kedua,diberi hadiah (kompofnen pertama tidak memerlukanhadiah lagi),
demikian berulang-ulang sarnpai komponenkedua terbentuk. Setelah itu
dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya
sampaiseluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

B. DASAR-DASAR PERUBAHAN PERILAKU


Istilah dan pengertian perilaku dalam kehidupan sehari-hari adalah sedemikian
umumnya, sehingga hampir tidakada segi kehidupan yang tidak berkaitan dengan
masalahperilaku. Ada variasi yang sangat luas antara beberapa pakar yang berupaya
mengenali dan menghimpun bahan-bahannya untuk membentuk apa yang biasa
disebut sebagai ilmu perilaku. Namun teori-teori itu kemudian berkembang untuk
menjelaskan bagaimana unsur-unsur perilaku tadi berproses dan berubah menuju ke
perilaku hidup yang mendukung cara hidup sehat (Budioro, 2001).
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu”
dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuanjuga diperoleh dari pendidikan,
pengalamandiri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun
lingkungan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting bagi
terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan (Sunaryo, 2004).
Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan
perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakanstimulasi
terhadap tindakan seseorang.
Sikaphanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak. Azwar (1995)
menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap suatu objek dengan cara

103
tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak
suka, mendekati dan menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan
sosial (Atkinson dkk, 1993) dalam Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun
diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan
cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan sering kali jauh berbeda. Hal
ini karena tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai
faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku tidaklah
selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa seseorang
memperlihatkakn tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat
berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui
persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1993).
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respons
(Skinner, dalam Notoatmojo, 2005). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam tiga domain
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari
sikap, psikomotor dari tindakan (keterampilan). Perubahan perilaku dalam diri
seseorang dapat terjadi melalui proses belajar. Belajar diartikan sebagai proses
perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu. Dalam proses belajar ada
tiga unsur pokok yang saling berkaitan, yaitu masukan (input), proses, dan keluaran
(output) (Notoatmojo, 2003). Individu atau masyarakat dapat mengubah perilakunya
bila dipahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan
berubahnya perilaku tersebut.

Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Perubahan Perilaku

Gambar : Alur Perubahan Perilaku

104
Dari uraian perubahan perilaku di atas, hal yang sangat mendasari proses
perubahan tersebut adalah pengetahuan dari seseorang tersebut, berikut merupakan
proses tingkat dan cara mendapatkan pengetahuan:
1. Tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah diterima.
Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
secara benar. Orang telah paham objek atau materi yang harus dapat
dijelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) ialah dapat
menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi
yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang telah diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek di dalam
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.
Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggunakandan menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Menunjukkan pada suatu kemampuan untukmeletakkan atau
menghubungkan bagian-bagiandi dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untukmenyusun suatu
formasi-formasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)

105
Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atauobjek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatukriteria yang telah ada.

2. Cara-cara memperoleh pengetahuan


Dan berbagai macam cara yang telah digunakan untukmemperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarahdapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Cara tradisional atau nonilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untukmemperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelumditemukannya metode ilmiah atau metode
penemuansecara sistematik dan logis. Cara-cara penemuanpengetahuan pada
periode ini antara lain:
1) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanyakebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanyaperadaban. Cara coba salah ini dilakukandengan
menggunakan kemungkinan dalammemecahkan, dan apabila
kemungkinan tersebuttidak berhasil, maka akan dicoba
dengankemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Prinsip dan cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yangmempunyai aktivitas tanpa terlebih dulu
mengujiatau membuktikan kebenaran, baik berdasarkanfakta empiris
ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang
yangmenerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang
dikemukakannya adalah benar.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara
untuk memperolehkebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukandengan cara
mengulang kembali pengalamanyang diperoleh dalam memecahkan
permasalahanpada masa yang lalu. Namun, perlu diperhatikan bahwa
tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk
menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir
kritis dan logis.
4) Melalui jalan pikiran

106
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan
jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi adalah
proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus
pada umum.Deduksi adalah proses pembuatan kesimpulandan peryataan
umum ke khusus.
b. Cara Modern atau Ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini lebih
sistematik,logis dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan dilakukan
dengan cara mengadakan observasi langsung danmembuat pencatatan-
pencatatan terhadap semufakta sehubungan dengan objek penelitiannya.
3. Pengetahuan Sebagai Determinan Terhadap Perubahan Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena
perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor. Pada realitasnya sulit dibedakan
dalam menentukan perilaku karena dipengaruhi oleh faktor lainnya, yaitu antara
lain faktor pengalaman, keyakinansarana fisik, sosiobudaya masyarakat, dan
sebagainya sehingga proses terbentuknya pengetahuan dan perilaku ini dapat
dipahami seperti yang dikemukakan sesuai teori Green Lawrence (1980), secara
garis besar dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku
itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga factor:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam
lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana kesehatan.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku seseorang yang bersangkutan.

Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan perilaku seseorang ditentukan


oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari seseorang. Di
samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan
terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya
pengetahuan dan perilaku.

107
C. PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT
Berdasarkanbatasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah
suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. oleh
sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek antaralain:
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhanpenyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatanbilamana telah sembuhdari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorangdalam keadaan sehat. perlu
dijelaskan di sini, bahwakesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka
orangyang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapaitingkat kesehatan
yang seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). Makanandan minuman dapat
memelihara dan meningkatkankesehatan seseorang, tetapi sebaliknya
makanandan minuman dapat menjadi penyebab menurunnyakesehatan
seseorang, bahkan dapat mendatangkanpenyakit. Hal ini sangat tergantung
pada perilakuorang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitaspelayanan kesehatan, atau
sering disebut perilakupencairan pengobatan (health seeking behavior).Perilaku
ini adalah menyangkut upaya atau tindakanseseorang pada saat menderita
penyakit dan/ataukecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mencaripengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan baik lingkungan fisik
maupun sosial budaya, dan sebagainya. Dengan demikian, lingkungan tersebut
tidak memengaruhi kesehatanya. Dengan perkataan lainbagaimana seseorang
mengelola lingkunganya sehingga tidak mengganggu kesehatanya sendiri,
keluarga, dan masyarakatnya.
Seorang ahli Becker, (1979) membuat kiasifikasitentang perilaku kesehatan ini
antara lain:

108
1. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku
ini mencakup antara lain:
a. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang di sini
dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan
kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh
(tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di
Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.
b. Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas
dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan
sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan
yang bersangkutan.
c. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan
berbagai macam penyakit.
Ironosnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah
sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa
merokok. Bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar remaja 15% remaja
kita telah merokok. Inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.
d. Tidak minum-minuman keras dan narkoba.Kebiasaan minuman keras dan
mengonsumsinarkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya)
juga cenderung meningkat. Sekitar 1%penduduk Indonesia dewasa
diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minuman keras ini.
e. Istirahat cukup, dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan
untuk penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan oranguntuk
bekerja keras dan berlebihan, sehinggakurang waktu istirahat. Hal ini
dapat jugamembahayakan kesehatan.
f. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi padasiapa saja, dan akibatnya
bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari
tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres
akan meningkatpada setiap orang. Stres tidak dapat kitahindari, maka
yang penting agar stres tidakmenyebabkan gangguan kesehatan, kita
harusdapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-
kegiatan yang positif.

109
g. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagikesehatan, misalnya tidak
berganti-gantipasangan dalam hubungan seks, penyesuaiandiri kita
dengan 1ingkungan dan sebagainya.
2. Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseoranterhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan gejala
penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.
3. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyaiperan, yang mencakup
hak-hak orang sakit (right)dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).
Hakdan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakitsendiri maupun orang
lain (terutama keluarganya)yang selanjutnya disebut perilaku peran orang
sakit (the sick role). Perilaku ini meliputi:
a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
b. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
c. Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit
(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada
dokter/petugas kesehatantidak menularkan penyakit kepada orang
laindan sebagainya).

DAFTAR PUSTAKA
1. Adioetomo, S.M. dan Samosir, O.B. 2010. Dasar-Dasar Demografi. Edisi ke-2.
Salemba Empat. Jakarta
2. Andriani, Merryana, Wirjadmadi, Bambang, 2012, Peranan Gizi dalam Siklus
Kehidupan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

110
3. Bonita, Beoglehole, R.R., Kjellstrom, T., 1993, Basic Epidemiology, WHO, Geneva
4. Bustan, M., N., 2006, Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
5. Chandra, Budiman, 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta
6. Harmadji, Sri Harijati. 2003. Kebijakan Kependudukan di Indonesia: Analisis Data
Sensus dan Survei. Rapat Kerja Nasional Program KB Nasional Tahun 2003 Kantor
Pusat BKKBN Jakarta. 27-31 Januari 2003
7. Ircham, Machfoedz, 2007, Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan,
Fitramaya, Yogyakarta
8. Irianto, Kus, 2004, Gizi dan Pola Hidup Sehat, Yrama Widya, Bandung
9. Khalid, Ahmad, 2014, Promosi Kesehatan, Rajawali Pers, Jakarta
10. Lawrence, Green W., 1980, Health Education Pleaning, A Diagnostic Approach, May
Field Publishing CO, John Hokins University, Boston
11. Mantra, Ida Bagus. 2007. Demografi Umum. Edisi ke-2. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
12. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat “ilmu & seni”. Rineka Cipta, Jakarta.
13. Notoatmodjo, S., 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
14. Notoatmodjo, S., 2010, Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta
15. Pranarka & Vidhyandika, 2009. Proses Pemberdayaan Masyarakat dan Pemecahan
Masalah-Masalah Rendahnya Partisipasi Masyarakart. Agung Sentosa, Jakarta.
16. Reinke, W. A. 1994. Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan Efektifitas
Manajemen. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
17. Rusli, Said. 2012. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta
18. Sediaoetama, Achmad Djaeni, 2010, Ilmu Gizi II, PT. Dian Rakyat, Jakarta
19. Slamet, Juli Soemirat, 2009, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
20. Subari Kasjono, H. H., Kustiawan, H.B., 2008, Intisari Epidemiologi, Mitra Cendikia
Press, Yogyakarta
21. Sutrisna, Bambang, 2010, Pengantar Metode Epidemiologi, PT. Dian Rakyat, Jakarta
22. Volonis, B., 1999, Epidemiologi in Health Care, Appleton and Lange, Standford
Connecticu

111

Anda mungkin juga menyukai