Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PROYEK KOMUNITAS

COURSE

COMMUNITY HEALTH PROJECT – INTERPROFESSIONAL EDUCATION

Disusun oleh :

KELOMPOK 5714

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


2019
IDENTITAS KELOMPOK

Nama Kelompok : 5714


Nama Mahasiswa : 1. ALIFIA ZAHRA FACHRUNIZA
2. ANGGUN PULIHANA WILUJENG
3. HAFISZAH ASFAHANI
4. KALAYFA NABILAH T.
5. LATIFAHANNE AGUSTIN
6. AZHAR CITRA LUKITO
7. GUNAWAN WIBISONO
8. M. IZDAD IRFANI FANADA
9. EGA ELYA YUNARNI
10. RIZKA NORAPRILIANI
11. BERLIANA RIZKA R
Puskesmas : Teras, Boyololai
Dosen Pembimbing : 1. Sutartinah Sri Handayani, Dra, M.Si.
2. Dr. rer,nat Saptono Hadi, S.Si., M.Si., Apt.
HALAMAN PENGESAHAN

PROYEK INTERVENSI KOMUNITAS SOSIALISASI HIPERTENSI, PEROKOK, DAN


GERMAS TERHADAP BAPAK BAPAK RT 1 DESA MOJOLEGI, KECAMATAN
TERAS, BOYOLALI

Laporan proyek ini telah dipresentasikan di hadapan penguji dan disetujui

Surakarta, ………………...

Kepala Puskesmas

Dr. Febti Nila Utami


NIP. 197902162009032001

Dosen Pembimbing Fakultas I Dosen Pembimbing Fakultas II

Sutartinah Sri Handayani, Dra, M.Si. Dr. rer,nat Saptono Hadi, S.Si., M.Si., Apt
NIP. 196007091986012001. NIP. 197604032005011001
BAB I
PENDAHULUAN

berisi latar belakang, tujuan, dan manfaat implementasi dari proyek


A. Latar Belakang
Course Commumity Health Project – Interprofessional Education (CHP-IPE)
merupakan kegiatan pembelajaran bebasis kolaborasi dengan proyek akhir berupa
intervensi kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kualitas masyarakat. Kolaborasi
yang terdapat pada course ini adalah antara mahasiswa kedokteran, kebidanan, serta
farmasi. Pembelajaran ini berfokus untuk mengidentifikasi faktor resiko kesehatan
keluarga dan melakukan upaya edukasi kesehatan/preventif dan promotif dengan
pendekatan keluarga dan masyarakat berbasis kolaborasi.
Faktor resiko keluarga dan masyarakat dikumpulkan melalui form assessment
prokesga, PHBS, dan kepatuhan obat (MMAS). Berdasarkan form prokesga dari 22KK
ditemukan terdapat 3KK dalam kategori sehat dan 19KK dalam kategori prasehat.
Berdasarkan form PHBS terdapat 21KK dalam kategori sehat utama dan 1KK dalam
kategori sehat paripurna. Berdasarkan assessment prokesga, faktor resiko yang
mendasari ditemukannya data diatas adalah ditemukannya 12KK yang didalamnya
terdapat perokok aktif, 11KK yang didalamnya terdapat penderita hipertensi, dan 1KK
yang didalamnya terdapat anggota keluarga yang tidak memiliki JKN.
Hasil assessment yang telah terkumpul mendukung untuk dilakukannya
intervensi kepada masyarakat berupa edukasi dengan topik hipertensi dan merokok
karena tingginya angka kejadian hipertensi dan banyaknya perokok aktif. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat lebih dari 7 juta kematian terjadi
akibat penyakit yang ditimbulkan oleh asap rokok setiap tahunnya. Sekitar 890.000
kasus kematian tersebut terjadi pada perokok pasif di seluruh dunia. World Health
Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia
menderita hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita hipertensi,
hanya 36,8% diantaranya yang minum obat. Setiap tahunnya di dunia diperkirakan 9,4
juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya.
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat berkomunikasi secara efektif dengan sikap dan tata krama yang
baik agar tercipta komunikasi yang nyaman dan positif antar profesi dan dengan
masyarakat.
2. Mahasiswa dapat mengedukasi dan menjelaskan mengenai poin-poin kesehatan
yang dituju khususnya hipertensi dan bahaya merokok
3. Mahasiswa dapat memecahkan masalah kesehatan dengan menerapkan prinsip
pelayanan kesehatan yang berpusat kepada keluarga atau masyarakat, dan
komunitas melalui pendekatan kolaboratif.
4. Menjelaskan tentang Medication Therapy Management
5. Masyarakat dapat memahami langkah prefentif untuk hipertensi, bahaya hipertensi,
komplikasi hipertensi, dan terapi untuk hipertensi
6. Masyarakat dapat memahami langkah berhenti merokok, bahaya merokok,
komplikasi merokok aktif maupun pasif

C. Manfaat Implementasi

Manfaat yang mampu didapatkan setelah mengimplementasikan proyek adalah:


1. Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang lebih banyak khususnya dalam hal
berkolaborasi antar profesi dalam rangka menyelesaikan suatu permasalahan dalam
suatu masyarakat/komunitas dalam hal ini adalah Hipertensi dan banyaknya perokok
aktif.
2. Bagi masyarakat
Mendapatkan edukasi terkait faktor resiko yang dimiliki serta cara menanganinya
3. Bagi Puskesmas
Terbantu dalam pendataan dan menghubungkan masyarakat dengan puskesmas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. KOLABORASI

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang. Penanganan
masalah kesehatan pun tidak terlepas dari tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan berperan
penting dalam sistem pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan seperti dokter, bidan,
tenaga kefarmasian, dan tenaga kesehatan lainnya mempunyai tugas dan perannya
masing-masing dalam menangani masalah kesehatan. Namun demikian, tenaga
kesehatan mempunyai tujuan yang sama dalam penatalaksanaan kesehatan
(Sargeant,Joan, 2015). Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu kerjasama dan
kolaborasi berbagai tenaga kesehatan tersebut sebagai sebuah tim kesehatan agar
penanganan masalah kesehatan pasien dapat berjalan secara efektif dan berkualitas.
Dengan kolaborasi dan kerjasama tersebut diharapkan pelayanan kesehatan dapat
berjalan dengan baik dan masalah kesehatan pasien juga bisa terselesaikan dengan baik.
Tim kesehatan perlu menjalin hubungan yang baik dan menyadari peran dan tanggung
jawabnya masing-masing.
Penatalaksanaan kesehatan oleh tim kesehatan ini tidak hanya berfokus pada
pasien, tetapi juga pada keluarga pasien bahkan komunitas masyarakat sehingga
masing-masing profesi kesehatan memiliki perannya yang kompleks dan tanggung
jawab yang besar. Walaupun demikian, setiap profesi tidaklah bekerja sendirian, tenaga
kesehatan lainnya sebisa mungkin saling membantu agar tercipta suatu pelayanan
kesehatan yang baik

Guna membentuk suatu team work atau kerjasama tim yang ideal, dibutuhkan
kooperasi dan kolaborasi. Kooperasi (kerjasama) berarti bekerja sama dengan orang
lain untuk mencapai tujuan bersama (tetapi bukan tujuan yang semestinya). Kolaborasi
dalam bahasa inggris collaboration, berasal dari kata collaborate yang berarti bekerja
antara satu dengan yang lain, berkooperasi satu sama lain. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Online, kolaborasi adalah suatu perbuatan berupa kerjasama dengan
teman, musuh dan sebagainya. Menurut Sargeant (2015), kolaborasi berupa pertukaran
informasi, berbagi segala sumber pengetahuan untuk meningkatkan kapasitas satu
dengan yang lain demi tercapainya tujuan bersama.

Kolaborasi adalah kerjasama yang lebih terfokus pada tugas atau misi biasanya
terjadi dalam bisnis, perusahaan atau organisasi lainnya. Kolaborasi adalah proses yang
membutuhkan hubungan dan interaksi antara profesional kesehatan terlepas dari
apakah atau tidak mereka menganggap diri mereka sebagai bagian dari tim. (Salas,
Eduardo et all, 2017)

Kesimpulannya kerja sama tim tercipta karena adanya kolaborasi dan


kooperasi. Kerja sama tim dapat menjadi salah satu bentuk kolaborasi, tetapi tidak
semua kolaborasi dilakukan dalam teams. Misalnya, dalam perawatan primer dokter
keluarga, dokter, bidan, dan farmasi dapat memberikan perawatan kepada individu
namun mereka mungkin tidak melihat diri mereka sebagai "tim" yang bekerja sama
dengan pasien. Dengan kata lain, kerja sama tim merupakan produk kolaborasi dan
kolaborasi adalah proses interaksi dan hubungan antara profesional kesehatan yang
bekerja di lingkungan tim.

KOLABORASI DALAM TIM KESEHATAN


Prinsip Kolaborasi dalam Tim Kesehatan
Menurut Salas, Eduardo et.all (2017), prinsip kolaborasi dalam kesehatan, yaitu:

1. Tujuan bersama
2. Pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan masing-masing dan
perbedaan
3. Pengambilan keputusan yang adil dan efektif
4. Fokus pada pasien
5. Komunikasi yang jelas dan teratur

Prinsip di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:


1. Patient-centered Care
- Mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien
- Pasien dan keluarganya sebagai pemberi keputusan dalam masalah
kesehatannya
2. Mutual respect and trust
- Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya
masing-masing
- Saling menghormati dan menghargai masing-masing profesi
3. Clear communication
- Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan
- Rekam medis atau catatan lain yang ditulis dengan lengkap
4. Clarification of roles and scopes of practice
- Memahami lingkup kerja dan tanggung jawab masing-masing sebagai tenaga
kesehatan
- Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job
description dan kontrak pegawai
- Pasien juga dilibatkan untuk memahami peranannya dalam mewujudkan
kesehatan
5. Clarification of accountability and responsibility
- Bertanggungjawab dengan perawatan terhadap pasien yang ditanganinya
6. Liability protection for all members of the team
- Setiap anggota tim kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan formal untuk
mengakomodasi tugasnya
7. Sufficient human resources and infrastructure
- Mengefektifkan kerja dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu, pemerintah
membantu menambah jumlah tenaga kesehatan
- Mengaplikasikan teknologi untuk membatu kolaborasi kesehatan
8. Sufficient payment and payment arrangement
- Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang diterimanya
- Pemerintah membatu secara finasial dan tekns dalam mengembangkan
kolaborasi
9. Supportive education system
- Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi kesehatan
10. Research and evaluation
- Evaluasi dengan melihat kenyataan lapangan dari kolaborasi kesehatan untuk
memperbaiki standar kualitas yang ada

Tujuan Kolaborasi Tim Kesehatan


Menurut Riyanto, Theo, Martinus Th (2018), tujuan kolaborasi tim kesehatan, yaitu:

 untuk meningkatkan kualitas dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap


pasien.
 untuk meminimalisir masalah masalah yang berkenaan dengan kebutuhan
kesehatan pasien
 untuk meningkatkan pemahaman kontribusi setiap anggota tim kesehatan
sehingga masing-masing anggota tim kesehatan dapat berkontribusi sesuai
dengan profesi masing-masing.
 menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, menghargai dan memahami orang lain
khususnya antar anggota tim kesehatan.
Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan (Salas, Eduardo et.all, 2017)

- Manfaat bagi pasien


o Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan adanya
koordinasi antar profesional kesehatan dalam memberikan pelayanan,
khususnya ketika menghadapi masalah yang kompleks.
o Mengintegrasi pelayanan kesehatan untuk masalah dan kebutuhan
kesehatan yang lebih luas yang lebih luas .
o Memberikan keleluasaan bagi pasien untuk menjadi partner dalam
pelayanan kesehatan.
o Dapat melayani pasien dari berbagai latar belakang budaya.
o Waktu yang diperlukan lebih efisien.
- Manfaat bagi anggota tim kesehatan
o Meningkatnya kepuasan profesional dengan adanya kerjasama tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat.
o Memfasilitasi perubahan perhatian kegawatan dan perawatanberkala
untuk mencegah perawatan/pelayanan yang berlarut-larut.
o Mendorong anggota tim kesehatan untuk berinovasi.
o Mendorong tenaga kesehatan untuk berperan secara individual sesuai
dengan keahlianya
- Manfaat bagi edukator dan mahasiswa
o Memberikan pengetahuan mengenai peran berbagai profesi kesehatan.
o Membantu mengembangkan apresiasi dan pemahaman terhadap profesi
sejawat lainya.
o Memberikan contoh strategi untuk praktek pelayanan kesehatan dimasa
yang akan datang dengan adanya pembelajaran mengenai bagaimana
kolaborasi tim kesehatan.
o Meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam proses pembelajaran.
- Manfaat bagi sistem pelayanan kesehatan
o Memberikan pelayanan yang lebih efisien.
o Memaksimalkan fasilitas yang ada untuk menunjang pelayan kesehatan
yang berkualitas.
o Menurunkan resiko pelayanan yang kurang tepat.
o Dapat terfasilitasinya usaha peningkatan kualitas pelayanan secara
kontinu atau berkelanjutan.

2. MEROKOK
a. Definisi Rokok dan Merokok

Rokok merupakan kertas yang digulung berbentuk silinder dengan

ukuran tertentu serta berisi tembakau dan dibakar untuk dihihup asapnya.

“Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar

dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,

cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum,

nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya

mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan” (Peraturan

Pemerintah Nomor 109 tahun 2012).

Rokok terbuat dari kertas berbentuk silinder berdiameter 10 mm dengan

panjang antara 70 hingga 120 mm yang berisi cacahan daun tembakau (DATIN,

2015). Rokok sangat berbahaya bagi kesehatan karena mengandung sekitar

4000 bahan kimia dan 69 diantaranya bersifat karsinogenik yang dapat

menyebabkan kanker seperti tar, nikotin, dan karbon monoksida (Asizah,

2015).

Tar merupakan zat bersifat karsinogenik yang dapat merusak paru-paru

dan menimbulkan masalah pernapasan, bronchitis dan, kanker. Nikotin adalah

zat bersifat adiktif yang menekan otak sehingga menimbulkan rasa senang dan

keinginan untuk terus merokok. Karbon monoksida membuat kadar oksigen

dalam darah berkurang. Hidrogen sianida, amoniak, arsenik, aseton, fenol,

hydrogen sulfide, formaldehida, oksida nitrogen, dan methyl chloride juga

merupakan komponen rokok yang berbahaya. Ketika pertama kali merokok,

orang akan merasa mual, lidah getir, dan batuk-batuk. Tidak hanya berbahaya
bagi kesehatan, rokok dapat menyebabkan orang kecanduan. Kebiasaan

merokok ternyata sudah ada sejak jaman dahulu. Putra (2013) memaparkan

pada akhir abad ke-15, seorang peneliti Amerigo Vespuci di Venezuela melihat

orang mengunyah daun tembakau. Hampir seabad kemudian, Sir Walter

Raleigh di Inggris mendapat daun tembakau dari Sir Francis Drake di Amerika.

Daun tembakau kering ditekan dalam pipa kemudian dibakar dan dihisap

asapnya. Saat ini kebiasaan merokok sudah menyebar ke seluruh penjuru dunia

dan menjadi kegiatan yang wajar ditemui. Merokok dianggap sebagai kegiatan

sehari-hari dan salah satu pengisi waktu luang. Masyarakat sering menyajikan

rokok sebagai pendamping makanan dan minuman serta bagian dari upacara

adat, memberi rokok sebagai imbalan juga sudah umum ditemui. Mengurangi

kecemasan dan menghilangkan kantuk juga menjadi alasan seseorang untuk

merokok. Amelia (2009) mendefinisikan merokok sebagai kegiatan seseorang

membakar dan menghisap tembakau, yang juga menimbulkan asap yang dapat

terhisap oleh orang di sekitarnya. Pendapat serupa dikemukakan Armstrong

dalam Putra (2013) bahwa merokok merupakan kegiatan menghisap asap

tembakau yang dibakar kemudian menghembuskannya lagi. Menghisap asap

tembakau yang dibakar menggunakan rokok atau pipa disebut merokok

(Amelia, 2009). Berdasarkan pernyataan tersebut, merokok dapat disimpulkan

sebagai kegiatan seseorang membakar daun tembakau untuk dihisap asapnya

kemudian dihembuskan kembali, di mana asap tersebut dapat terhisap oleh

orang sekitarnya dan membahayakan kesehatan serta menimbulkan

ketergantungan.

b. Jenis-jenis Rokok dan Macam-macam Perokok

Rokok terbagi dalam berbagai jenis berdasarkan bahan pembungkus,


proses pembuatan, dan penggunaan filter. Rokok kawung dibungkus dengan

daun aren, rokok sigaret memakai kertas sebagai pembungkus, dan rokok cerutu

dibungkus menggunakan daun tembakau. Berdasarkan proses pembuatan ada

rokok sigaret kretek yang dibuat dengan dilinting menggunakan tangan atau alat

sederhana, serta sigaret kretek yang diproduksi dengan mesin. Kemudian

terdapat rokok jenis filter yang memakai gabus pada ujung pangkalnya dan jenis

non filter tanpa gabus (Asizah, 2015).

Secara umum terdapat dua macam perokok, yaitu perokok aktif dan

perokok pasif. Perokok aktif merupakan orang yang merokok dan menghirup

langsung asap tembakau. Perokok pasif adalah orang yang secara tidak

langsung menghirup asap rokok. Putra (2013) membedakan perokok

berdasarkan jumlah konsumsi, antara lain perokok ringan (1-10 batang per

hari), perokok sedang (11-23 batang per hari), dan perokok berat yang merokok

24 batang atau lebih dalam sehari.

Asizah (2015) mengemukakan pendapat berbeda tentang tipe-tipe

perokok. Menurutnya terdapat perokok yang dipengaruhi rasa positif, perokok

yang dipengaruhi rasa negatif, perokok adiktif, dan perokok yang merokok

karena kebiasaan. Perokok yang dipengaruhi perasaan positif terbagi menjadi

pleasure relaxation, stimulation to pick them up, dan pleasure of hanling the

cigarette. Ketika perokok merokok hanya untuk tambahan seperti pelengkap

minum kopi atau setelah makan disebut pleasure relaxation. Stimulation to pick

them up dilakukan untuk mendapat perasaan senang. Pleasure of hanling the

cigarette yaitu ketika perokok mendapat kenikmatan saat memegang rokok.

Perokok yang dipegaruhi rasa negatif kebanyakan hanya merokok untuk

mengatasi cemas dan marah. Perokok adiktif akan menambah dosis rokok
untuk meningkatkan efeknya. Kemudian perokok yang merokok karena

kebiasaan sudah secara rutin merokok. Seorang perokok tidak mudah berhenti

merokok begitu saja. Terkadang seseorang kembali merokok setelah

memutuskan untuk berhenti merokok. Ketergantungan rokok akibat pengaruh

nikotin membuat orang sulit berhenti. Saat berhenti merokok, perokok akan

merasa ada yang kurang.

c. Bahaya Merokok

Konsumsi rokok dapat mengakibatkan masalah kesehatan. Penyakit

yang disebabkan oleh rokok antara lain kanker, penyakit jantung, bronkitis,

gangguan kehamilan dan janin. Tidak hanya itu, akibat rokok dapat membuat

rambut rontok, katarak, kulit keriput, pendengaran terganggu, oesteoporosis,

tukak lambung, kanker uterus, kanker kulit, disklorasi jari-jari, dan karies, serta

menyebabkan kerusakan sperma (Barus, 2012). Bagi perokok aktif, ancaman

terkena penyakit jantung dan stroke menjadi dua kali lebih besar. Perokok pasif

juga memiliki resiko terkena penyakit akibat asap rokok seperti kerusakan paru-

paru, penyakit jantung, sakit tenggorokan, dan batuk. Wanita hamil yang

menghirup asap rokok beresiko mengalami gangguan kehamilan dan dapat

mengakibatkan cacat bahkan kematian pada bayi. Menghirup asap sampingan

3 kali lebih berbahaya dari asap yang dihirup perokok aktif.


3. HIPERTENSI

3.1 Definisi

Hipertensi adalah penyakit yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah


secara menetap (Sudarsono, 2017). Penyakit darah tinggi merupakan suatu
gangguan pada pembuluh darah dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen
dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai kejaringan yang
membutuhkannya. Tekanan darah tinggi berarti tekanan tinggi di dalam arteri-
arteri. Arteri-arteri adalah pembuluh-pembuluh yang mengangkut darah dari
jantung yang memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Pudiastuti,
2013). Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak atau belum diketahui
penyebabnya. Hipertensi primer menyebabkan perubahan pada jantung dan
pembuluh darah. Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan
atau sebagai akibat dari adanya penyakit lain dan biasanya penyebabnya sudah
diketahui, seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu
(Saputra, 2013). Penyakit hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular. Setiap peningkatan 20 mmHg tekanan darah sistolik atau 10 mmHg
tekanan darah diastolik dapat meningkatkan risiko kematian akibat penyakit
jantung iskemik dan strok (Sudarsono, 2017).

3.2 Klasifikasi

Hampir semua consensus/pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri,
menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan
darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada
pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama
yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat
keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan
tatalaksana hipertensi (PERKI, 2015).

Klasifikasi Sistolik Diastolik


Optimal <120 Dan <80

Normal 120-129 dan/ atau 80-84

Normal tinggi 130-139 dan/ atau 84-89

Hipertensi derajat 1 140-159 dan/ atau 90-99

Hipertensi derajat 2 160-179 dan/ atau 100-109

Hipertensi derajat 3 ≧ 180 dan/ atau ≧ 110

Hipertensi sistolik terisolasi ≧ 140 dan/ atau < 90

3.3 Pengukuran

Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter atau biasa disebut dengan
sphygmomanometer atau blood pressure monitor. Hasil pengukuran tekanan darah
berupa dua angka yang menunjukkan tekanan sistolik dan tekanan diastolik.
Contohnya tekanan darah 120/80, angka yang di atas menunjukkan tekanan darah
sistolik yaitu tekanan diarteri ssaat jantung berdenyut atau berkontraksi memompa
darah melalui pembuluh tersebut dan angka yang di bawah menunjukkan tekanan
diastolik yaitu tekanan diarteri saat jantung berelaksasi diatara dua denyutan
(kontraksi). Angka-angka ini memiliki satuan millimeter merkuri (mmHg, Hg
adalah symbol kimia untuk merkuri).

Menurut Benson dan Casey (2006) ada beberapa hal yang harus diperhatikan
sebelum melakukan pengukuran tekanan darah yaitu:

1 Jangan minum kafein atau merokok selama 30 menit sebelum pengukuran

2 Duduk diam selama 5 menit


3 Selama pengukuran, duduk di kursi dengan kedua kaki di lantai dan kedua
lengan bertumpu sehingga siku berada pada posisi yang sama tinggi dengan jantung

4 Bagian manset yang dipompa setidaknya harus mengelilingi 80% lengan,


dan manset harus ditempatkan pada kulit yang telanjang, bukan pada baju

5 Jangan berbicara selama pengukuran.

3.4 Etiologi

Kondisi medis dari pasien hipertensi bisa berbeda-beda. Kebanyakan, etiologi


patofisiologinya dari hipertensi primer tidak diketahui (idiopatik). Hipertensi
primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Sedangkan hipertensi
sekunder memiliki penyebab khusus baik endogen maupun eksogen. Bila penyebab
hipertensi sekunder dapt diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat
disembuhkan secara potensial (Pramana, 2016)

3.5 Patofisiologi

Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah


peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan pembuluh
darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang
menghambat gangguan peredaran darah peripher. Kekakuan dan kelambanan aliran
darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya dikompensasi
dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang akhirnya memberikan
gambaran peningkatan tekanan darah dalam sistem sirkulasi (Bustan, 2007).

3.6 Gejala

Peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi


esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah. Gejala yang timbul
berbeda-beda. Kadang hipertensi primer berjalan tanpa gejala dan baru timbul
keluhan setelah terjadi kompilasi yang spesifik pada organ tertentu seperti ginjal,
mata, otak dan jantung.

Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun.


Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan
organ yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik,
misalnya sakit kepala atau pusing. Akan tetapi, pada penderita hipertensi berat
biasanya akan timbul gejala antara lain : sakit kepala, kelelahan, mual dan muntah,
sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah
marah, telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat ditengkuk, nyeri di daerah bagian
belakang, nyeri di dada, otot lemah (Eriana, 2017).

3.7 Komplikasi

Dalam jangka waktu lama, hipertensi akan merusak endothel arteri dan
mempercepat atherosclerosis. Komplikasi hipertensi adalah rusaknya organ tubuh
seperti jantung, ginjal, otak, mata, dan pembuluh darah besar. Hipertensi
merupakan faktor risikoutama terjadinya stroke, transient ischemic attack, penyakit
arteri koroner yaitu infark miokard angina, peyakit gagal ginjal, dementia, dan atrial
fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor risiko kardiovaskuler yang lain,
maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan
kardiovaskularnya tersebut (Pramana, 2016)
BAB III
HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN

3.1 Laporan hasil penilaian keluarga

Keluarga ke 1 no keluarga 3309070406060007 dengan kepala keluarga


Sugeng Budiyono 53 tahun, Suyati 50 tahun, dan Putri Sulistyaningrum 23 tahun.
Semua anggota keluarga memiliki sarana air bersih dan jamban, faktor risiko yang
dimiliki keluarga yaitu terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita
hipertensi tidak terkontrol dengan tekanan darah 160/90 mmHg serta DM yaitu Ibu
Suyati dengan nilai MMAS penggunaan obat Glibenclamid 5 atau kepatuhan
rendah. Keluarga tersebut termasuk dalam kategori pra sehat , skor PHBS yaitu 14
merupakan sehat utama.

Keluarga ke 2 no keluarga 3309070306060006 dengan kepala keluarga


Susilo 39 tahun, Ita Eka Winarni 40 tahun, Desita Adinda Maharani 17 tahun, Tegar
Rohman Aji P 12 tahun, Ayub Genio Putra R 4 tahun, dan Suratmi 63 tahun. Semua
anggota keluarga memiliki sarana air bersih dan jamban, factor risiko yang dimiliki
keluarga yaitu terdapat salah satu anggota keluarga yang merokok yaitu Bapak
Susilo dan hipertensi tidak terkontrol dengan tekanan darah 130/90 mmHg yaitu
Ibu Suratmi dengan nilai MMAS penggunaan obat Amlodipine 0 atau tingkat
kepatuhan rendah. Keluarga tersebut termasuk dalam kategori pra sehat, skor PHBS
yaitu 14 merupakan sehat utama.

Keluarga ke 3 no keluarga 3309072511060002 dengan kepala keluarga


Kamidi 70 tahun dan Tumiyati 61 tahun, Semua anggota keluarga memiliki sarana
air bersih dan jamban, factor risiko yang dimiliki keluarga yaitu terdapat salah satu
anggota keluarga yang merokok yaitu Bapak Kamidi dan hipertensi tidak terkontrol
dengan tekanan darah 140/115 mmHg disertai dengan DM yaitu Ibu Tumiyati
dengan nilai MMAS 0 atau tingkat kepatuhan rendah. Keluarga tersebut termasuk
dalam kategori pra sehat, skor PHBS yaitu 14 merupakan sehat utama.

Keluarga ke 4 no keluarga 33090723090600016 dengan kepala keluarga


Yadi Raharjo 56 tahun, Sri Rahwiji 54 tahun, dan Suyatmi. Semua anggota keluarga
memiliki sarana air bersih dan jamban, factor risiko yang dimiliki keluarga yaitu
terdapat salah satu anggota keluarga yang merokok yaitu Bapak Yadi Raharjo dan
Ibu Sri Rahwiji yang menderita hipertensi. Keluarga tersebut termasuk dalam
kategori pra sehat, skor PHBS yaitu 15 merupakan sehat utama.

Keluarga ke 5 no keluarga 3309070112140004 dengan kepala keluarga


Wiryo Sukismi 85 tahun. Keluarga tersebut memiliki sarana air bersih dan jamban,
factor risiko yang dimiliki keluarga yaitu hipertensi yang diderita oleh Ibu Wiryo
Sukismi dengan tekanan darah 138/80 mmHg dengan nilai MMAS penggunaan
obat Amlodipine dan puyer 8 atau tingkat kepatuhan tinggi. Keluarga tersebut
termasuk dalam kategori pra sehat, skor PHBS yaitu 14 merupakan sehat utama.

Keluarga ke 6 no keluarga 3309070612069467 dengan kepala keluarga


Mugimin Narto Sumito 67 tahun dan Jiyem Narto Sumito 69 tahun, Semua anggota
keluarga memiliki sarana air bersih dan jamban, factor risiko yang dimiliki keluarga
yaitu terdapat salah satu anggota keluarga yang merokok dan hipertensi tidak
terkontrol dengan tekanan darah 140/90 mmHg yaitu Bapak Mugimin Narto Sumito
disertai dengan Ibu Jiyem Narto Sumito yang menderita DM. Keluarga tersebut
termasuk dalam kategori pra sehat, skor PHBS yaitu 13 merupakan sehat utama.

Keluarga ke 7 no keluarga 3309070612069465 dengan kepala keluarga Kris


Winanto 43 tahun, Sri Mulyani 42 tahun, Krisna Aryo Saputra 20 tahun, dan Aisha
Putri Maharani 14 tahun. Semua anggota keluarga memiliki sarana air bersih dan
jamban, factor risiko yang dimiliki keluarga yaitu terdapat salah satu anggota
keluarga yang merokok yaitu Bapak Kris Winanto. Keluarga tersebut termasuk
dalam kategori pra sehat, skor PHBS yaitu 14 merupakan sehat utama.

Keluarga ke 8 no keluarga 3309070612069481, dengan kepala keluarga aris


suhardi 64 tahun, Sugiyem 65 tahun dan Titis suharti 22 tahun. Semua anggota
keluarga memiliki, memiliki sarana air bersih dan jamban, factor resiko yang
dimiliki keluarga yaitu terdapat salah satu keluarga yang merokok dan hipertensi
tidak terkontrol dengan tekanan darah 130/90 yaitu bapak Aris Suhardi 64 tahun,
dan Titis Suharti tidak menggunakan KB, terdapat penderita DM dalam keluarga
tersebut yaitu Ibu Sugiyem dengan nilai MMAS penggunaan obat metformin 8 atau
dengan kepatuhan tinggi. Keluarga tersebut termasuk dalam kategori pra sehat, skor
PHBS yaitu 11 merupakan sehat utama.

Keluarga ke 9 no keluarga 3309070212060007, dengan kepala keluarga


Sugito 70 tahun, dan Sri lestari 60 tahun. Semua anggota keluarga memiliki JKN,
memiliki sarana air bersih dan jamban, factor resiko yang dimiliki keluarga yaitu
terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita hipertensi tidak terkontrol
dengan tekanan darah 150/90 yaitu Sri Lestari 60 tahun, terdapat penderita DM
dalam keluarga tersebut yaitu Bapak Sugito dengan nilai MMAS penggunaan obat
injeksi insulin 7 atau dengan kepatuhan sedang pasien diketahui terkadang merasa
kesulitan dalam penggunaan obat injeksi dalam kesehariaannya. Keluarga tersebut
termasuk dalam kategori pra sehat, skor PHBS yaitu 13 merupakan sehat utama.

Keluarga ke 10 no keluarga 3309072405060013, dengan kepala keluarga


Agis Yudartanto 50 tahun, dan Yatiningsih 60 tahun. Semua anggota keluarga
memiliki JKN, memiliki sarana air bersih dan jamban, factor resiko yang dimiliki
keluarga yaitu terdapat salah satu anggota keluarga yang merokok yaitu Bapak
Agis, Keluarga tersebut termasuk dalam kategori sehat, skor PHBS yaitu 13
merupakan sehat utama.

Keluarga ke 11 no keluarga 3309073105060022, dengan kepala keluarga


Muh. Sutrisno, dan Sumarni Rochbiastuti 60 tahun, Istiqomah Astri Ayu. Semua
anggota keluarga memiliki JKN, memiliki sarana air bersih dan jamban. keluarga
tersebut tidak memiliki faktor resiko dengan nilai PHBS sehat paripurna

Keluarga ke 12 no keluarga 33009072706060011, dengan kepala keluarga


Heru Susetyo, Suwarni, dan Herlina Widyaningrum. Semua anggota keluarga
memiliki JKN, memiliki sarana air bersih dan jamban. factor resiko yang dimiliki
keluarga yaitu terdapat salah satu anggota keluarga yang memiliki riwayat
hipertensi dan tidak mendapat pengobatan untuk hipertensi yang dideritanya yaitu
Bapak Heru, Keluarga tersebut termasuk dalam kategori sehat, skor PHBS yaitu 13
merupakan sehat utama
Keluarga ke 13 no keluarga 3309071105060009, dengan kepala keluarga
Sutopo 54 tahun, dan Sri Harjani 55 tahun, Nawang Pratiwi Anitapa 25 tahun,
Candra Dewi Anitapa 22 tahun, Putra Anitapa 17 tahun, Inem Cipto Suparmo 88
tahun. Hampir semua anggota keluarga memiliki JKN kecuali Putra Anitapa,
memiliki sarana air bersih dan jamban, faktor resiko yang dimiliki keluarga yaitu
terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita hipertensi tidak terkontrol
dengan tekanan darah 150/80 yaitu Inem Cipto Suparmo 88 tahun dengan nilai
MMAS 7 penggunaan obat dextral, salmeterol, paracetamol dan dexamethasone
atau dengan kepatuhan sedang pasien Keluarga tersebut termasuk dalam kategori
pra sehat, skor PHBS yaitu 14 merupakan sehat utama.

Keluarga ke 14 no keluarga 3309071801120005, dengan kepala keluarga


Paniyem , dan Sunarto. kategori keluarga pra sehat dengan faktor resiko merokok
yaitu Ibu Paniyem. skor PHBS sehat utama

Keluarga ke 15 No. KK 3309070401070004, dengan kepala keluarga Bapak


Tasno usia 69 tahun. anggota keluarga Sri Hartati usia 64 tahun. kategori keluarga
pra sehat dengan faktor risiko hipertensi tidak diobati yaitu Ibu Sri Hartati dengan
tekanan darah 140/100. Skor PHBS 13 sehat utama.

Keluarga ke-16 No. KK 3309070612069489 dengan kepala keluarga Bapak


Kusnari usia 58 tahun. anggota keluarga adalah Jumiyem (P) usia 55 tahun, Dewi
Puspitasari (P) usia 26 tahun, dan Aji Diposantoso (L) usia 20 tahun. Kategori
Keluarga sehat. Skor PHBS 11 sehat utama.

Keluarga ke-17 No. KK 3309071704120004 dengan kepala keluarga Bapak


Painem Darso Wiryono usia 79 tahun. Anggota keluarga adalah Panikem Darmo
Wiryono (P) usia 81 tahun. Kategori Keluarga pra sehat dengan faktor risiko
pengobatan hipertensi tidak terkontrol pada Ibu Panikem Darmo Wiryono dan tidak
memiliki JKN pada semua anggota keluarga. Skor PHBS 12 sehat utama.

Keluarga ke-18 No. KK 3309072408170002 dengan kepala keluarga Nur


Cahyo Ari Kusuma usia 30 tahun. Anggota keluarga adalah Nobita Yuni Astuti (P)
usia 23 tahun dan Keyla Avissa Almahira Kusuma (P) usia 15 bulan. kategori
keluarga sehat. Skor PHBS 14 sehat utama.

Keluarga ke-19 No. KK 3309072408170002 dengan kepala keluarga Bapak


Mitro Wirejo usia 74 tahun. Anggota keluarga adalah Samiyem (P) usia 73 tahun
dan Rahayu Yuni Yanti (P) usia 28 tahun. Kategori Keluarga pra sehat dengan
faktor risiko hipertensi tidak terkontrol pada Bapak Mitro Wirejo. Skor PHBS 13
sehat utama.

Keluarga ke-20 No. KK 330907221206003 dengan kepala keluarga Bapak


Suparmin usia 64 tahun. Anggota keluarga adalah Sartini (P) usia 56 tahun.
Kategori keluarga pra sehat dengan faktor risiko merokok pada Bapak Suparmin.
Skor PHBS 13 sehat utama.

Keluarga ke-21 No. KK 3309070109120010 dengan kepala keluarga Bapak


Tukimin usia 50 tahun. Anggota keluarga adalah Purwanti (P) usia 47 tahun, Elvina
Surya Budiana (P) usia 15 tahun, dan Panji Suryo Gumelar (L) usia 10 tahun.
Kategori keluarga pra sehat dengan faktor risiko merokok pada Bapak Tukimin.
Skor PHBS 15 sehat utama.

Keluarga ke-22 No. KK 3309072309060001 dengan kepala keluarga Bapak


Yadi Raharjo usia 56 tahun. Anggota keluarga adalah Sri Rahwiji (P) usia 54 tahun.
Kategori Keluarga pra sehat dengan faktor risiko merokok pada Bapak Yadi
Raharjo. Skor PHBS 13 sehat utama.

3.2 Interpretasi Keluarga Desa Mojolegi

Berdasarkan intervensi kepada 22 keluarga Desa Mojolegi didapatkan hasil


kategori keluarga PIS-PK terdapat 3 kategori keluarga sehat dan 19 keluarga
dengan kategori pra sehat. Sementara pada interpretasi PHBS terdapat 21 keluarga
kategori sehat utama dan 1 keluarga tergolong sehat paripurna. Faktor resiko yang
dimiliki keluarga Desa Mojolegi secara keseluruhan yaitu 12 keluarga dengan
anggota keluarga merokok,11 keluarga dengan anggota keluarga hipertensi, 5
keluarga dengan anggota keluarga memiliki riwayat diabetes melitus tidak
terkontrol dan 2 keluarga dengan anggota keluarga tidak memiliki JKN karena
terhambat masalah administrasi. Pada data MMAS terdapat 5 keluarga yang
anggota keluarga memiliki kepatuhan rendah dalam penggunaan obat, 3 keluarga
yang memiliki anggota keluarga dengan kepatuhan sedang dan 2 keluarga memiliki
anggota keluarga dengan kepatuhan tinggi. Hasil wawancara kepada individu
dengan hipertensi dan kepatuhan minum obat rendah didapat bahwa rata-rata obat
yang digunakan merupakan Amlodipine yang dibeli di apotek dan diminum hanya
saat merasakan gejala tekanan darah tinggi seperti pusing dan kaku leher kemudian
obat dihentikan setelah 1-2 hari penggunaan atau setelah gejala hilang. Hal serupa
juga terjadi pada mayoritas individu dengan Diabetes Melitus tidak terkontrol
didapatkan bahwa obat yang digunakan adalah Glibenklamid dan tidak digunakan
kembali setelah obat yang diberikan pada awal waktu habis. Kebanyakan dari
pasien kurang mengetahui bahwa obat hipertensi maupun DM dapat diperoleh
secara gratis di puskesmas terdekat dengan JKN sehingga pasien memilih untuk
mengehentikan pengobatannya.

Berdasarkan data yang telah diperoleh maka kelompok kami memilih 3


keluarga yang akan diintervensi, yaitu keluarga ke-3 dengan kepala keluarga Bapak
Kamidi, keluarga ke-13 dengan kepala keluarga Bapak Sutopo, dan keluarga ke-17
dengan kepala keluarga Bapak Painem Darso Wiyono. Ketiga keluarga tersebut
memiliki kemiripan permasalahan keluarga yang akan diintervensi, yaitu:

1. Keluarga Bapak Kamidi

Masalah yang akan dintervensi: merokok, hipertensi tidak terkontrol


dengan skor MMAS rendah.

2. Keluarga Bapak Sutopo

Masalah yang akan diintervensi: hipertensi tidak terkontrol,


penggunaan obat tidak sesuai indikasi, dan tidak memiliki JKN.

3. Keluarga Bapak Painem Darso Wiyono

Masalah yang akan diintervensi: hipertensi tidak terkontrol dengan


skor MMAS rendah, tidak memiliki JKN.

3.3 Rumusan Masalah


a. Bagaimana pengaruh pemberian edukasi terkait hipertensi kepada
keluarga desa mojolegi terhadap kepatuhan minum obat?
b. Bagaimana pengaruh pemberian edukasi terkait bahaya merokok
terhadap kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok?

c. Bagaimana pengaruh pemberian edukasi terkait hipertensi dan bahaya


merokok terhadap tingkat pemahaman masyarakat?

BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK

Berisi deskripsi pelaksanaan proyek (waktu, tempat, deskripsi, dan hasil kegiatan
dan dokumentasinya).
Disertai refleksi/ evaluasi pelaksanaan proyek

KELUARGA 1
A. Pelaksanaan Proyek
Kunjungan 6 (Rabu, 30 Oktober 2019) :
- Dari hasil analisis data, direncanakan tindak lanjut berupa edukasi
terhadap 3 keluarga yang terpilih dari 22 KK. Tindak lanjut yang
dipilih adalah intervensi berupa edukasi terkait faktor resiko yang
dimiliki yaitu hipertensi dan DM
Intervensi:
- Tempat : Rumah Ibu K, RT 1 Desa Mojolegi
- Deskripsi :
 Dihadiri oleh : Ibu K (target penyuluhan)
 Hasil kegiatan: Respon dari Ibu K baik dan aktif bertanya
disela-sela penyuluhan serta menjadi lebih mengerti di akhir
penyuluhan, walaupun pada awalnya terdapat sedikit
kesulitan akibat ibu yang kurang kooperatif
B. Evaluasi
- Tidak semua anggota keluarga menghadiri penyuluhan
Solusi: Selanjutnya bisa diberitahu terlebih dahulu sebelum
mengunjungi
KELUARGA 2
A. Pelaksanaan Proyek
Kunjungan 6 (Rabu, 30 Oktober 2019) :
- Dari hasil analisis data, direncanakan tindak lanjut berupa edukasi
terhadap 3 keluarga yang terpilih dari 22 KK. Tindak lanjut yang
dipilih adalah intervensi berupa edukasi terkait faktor resiko yang
dimiliki yaitu hipertensi dan penggunaan obat
Intervensi:
- Tempat : Rumah Bapak S, RT 1 Desa Mojolegi
- Deskripsi :
 Dihadiri oleh : Ibu I (target penyuluhan) dan Ibu S (Anak)
 Hasil kegiatan: Respon dari Ibu I dan Ibu S sangat baik,
medengarkan dan bertanya terkait penyuluhan maupun
diluar penyuluhan. Ketika ditanya juga sudah menjadi lebih
mengerti terkait faktor resiko yang Ibu I miliki.

B. Evaluasi
- Tidak didahului oleh pretest post test, sehingga pengukuran
kepahaman tidak terlalu spesifik, hanya lewat pertanyaan-
pertanyaan spontan.
- Penyuluhan hanya dilakukan kepada target dan satu anggota
keluarga, seharusnya bisa kepada anggota keluarga yang lain,
namun tidak semua hadir.
C. Dokumentasi
KELUARGA 3
A. Pelaksanaan Proyek
Kunjungan 6 (Rabu, 30 Oktober 2019) :
- Dari hasil analisis data, direncanakan tindak lanjut berupa edukasi
terhadap 3 keluarga yang terpilih dari 22 KK. Tindak lanjut yang
dipilih adalah intervensi berupa edukasi terkait faktor resiko yang
dimiliki yaitu hipertensi dan DM
Intervensi:
- Tempat : Rumah Bapak P, RT 1 Desa Mojolegi
- Deskripsi :
 Dihadiri oleh : 2 orang keluarga dari KK yang berbeda
selaku anak (target penyuluhan tidak ditempat)
 Hasil kegiatan: Respon dari anak Ibu P (target penyuluhn)
baik, namun tidak ada pertanyaan. Diakhir penyuluhan
menjadi lebih paham

B. Evaluasi
- Target penyuluhan tidak hadir sehingga interverensi yang dilakukan
tidak maksimal
C. Dokumentasi
PENYULUHAN WARGA
A. Pelaksanaan Proyek
Kunjungan 7 (Rabu, 6 November 2019) :
- Dari hasil analisis data kesuluruhan, didapatkan prevalensi keluarga
perokok dan hipertensi merupakan yang paling banyak diantara 22
KK. Sehingga intervensi yang dilakukan adalah penyuluhan terkait
hipertensi dan merokok.
- Sebelumnya dilakukan perencanaan bersama bapak ketua RT terkait
izin serta waktu dan tempat dari penyuluhan
Intervensi:
- Tempat : Rumah salah satu warga RT 1 Desa Mojolegi
- Waktu : Arisan warga (19.00 WIB)
- Deskripsi :
 Dihadiri oleh : Bapak-bapak warga RT 1 Desa Mojolegi serta
Ketua RT
 Hasil kegiatan: Respon terhadap penyuluhan cukup baik
dilihat dari perhatian warga terhadap penyuluhan serta peran
aktif dalam menanggapi penyuluh ketika menyampaikan
edukasi. Selain itu ketika pretest dan post test, warga aktif
menjawab. Didapatkan juga ketika post test, warga menjadi
lebih paham, dan ketika diadakan pemeriksaan tekanan
darah, banyak warga yang mengantri untuk mengetahui
tekanan darahnya.

B. Evaluasi
- Tempat penyuluhan tidak terlalu besar sehingga ada warga yang
hanya mendengarkan dari luar dan tidak melihat materi presentasi
- LCD dan tempat yang terang membuat materi presentasi yang
disajikan tidak terlalu kelihatan
- Materi yang kami sampaikan salah satunya terkait rokok, namun
pada saat penyuluhan masih banyak bapak-bapak yang sedang
merokok.
C. Dokumentasi
BAB V
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Fieldlab CHP – IPE terlaksana dengan baik dengan seluruh tujuan tercapai. Dalam hal
ini mahasiswa dapat berkomunikasi secara efektif dengan sikap dan tata krama yang
baik agar tercipta komunikasi yang nyaman dan positif antar profesi dan dengan
masyarakat. Terlihat dari tanggapan ramah dan dua arah antara mahasiswa dengan
masyarakat saat pengambilan data maupun saat intervensi.
Tujuan selanjutnya adalah mahasiswa dapat mengedukasi dan menjelaskan
mengenai poin-poin kesehatan yang dituju khususnya hipertensi dan bahaya
merokok tercapai saat melakukan intervensi. Kemudia mahasiswa dalam
pembelajaran fieldlab ini dapat memecahkan masalah kesehatan dengan
menerapkan prinsip pelayanan kesehatan yang berpusat kepada keluarga atau
masyarakat, dan komunitas melalui pendekatan kolaboratif.
Menjelaskan tentang Medication Therapy Management dalam hal ini lebih ke
hipertensi dan DM serta penyakit akibat rokok. Kemudian dari itu semua
masyarakat dapat memahami langkah prefentif untuk hipertensi, bahaya hipertensi,
komplikasi hipertensi, dan terapi untuk hipertensi. Selain itu, masyarakat juga dapat
memahami langkah berhenti merokok, bahaya merokok, komplikasi merokok aktif
maupun pasif. Pemahaman masyarakat mengenai materi terlihat dari bisanya
masyarakat mengulangi materi yang telah tersampaikan. Tetapi, walaupun
masyarakat dalam segi pengetahuan sudah baik, banyak dari setiap individu belum
menerapkannya. Hal ini karena masyarakat Indonesia terbiasa mengobati daripada
mencegah.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia. (2009). Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki. Skripsi.


Universitas Sumatera Utara
Asizah, Nur. (2015). Faktor Individu yang Berhubungan dengan Tindakan
Merokok Mahasiswa di Universitas Hasanuddin. Skripsi. Universitas
Hasanuddin.
Kemenkes RI. (2015). InfoDATIN: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia Berdasarkan
Riskesdas 2007 dan 2013. Diakses pada Selasa, 15 November 2019
dari http://www.depkes.go.id/folder/view/01/structure publikasi-
pusdatin-info- datin.html
Putra, Bimma Adi. (2013). Hubungan Antara Intensitas Perilaku Merokok
dengan Tingkat Insomnia (Studi pada Mahasiswa yang Merokok
Sekaligus Mengalami Insomnia di Angkringan sekitar Universitas
Negeri Semarang). Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Riyanto, Theo, Martinus Th. 2018. Kelompok Kerja yang Efektif.


Yogyakarta: Kanisius
Salas, Eduardo et.all.2017. Markers for Enhancing Team Cognition in
Complex Environments: The Power of Team Performance
Diagnosis. Aviation, Space, and Environmental Medicine
Sargeant,Joan et.all. 2015. Effective interprofessional team. Interscience,
Journal of continuing education in the health professions
Saputra, B. R. Rahayu. Indrawanto, I. S. 2013. Profil Penderita Hipertensi di
RSUD Jombang Periode Januari-Desember 2011. [online] :
http://ejournal.umm.ac.id. Volume 9 no. 2 : 116-120
Sudarsono, E. K. R. Sasmita, J. F. A. Handyasto, A. B. Arissaputra, S. S.
Kuswantiningsih, N. 2017. Peningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi
Guna Perbaikan Tekanan Darah pada Anak Muda di Dusun Japanan,
Margodadi, Sayegan, Sleman, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat 3 (1) : 26-38.
PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia). 2015.
Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular: Edisi
Pertama.

Pudiastuti, R.D. 2013. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika.


Pramana, L. D. Y. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Demak II. Skripsi. Semarang :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Semarang.

Eriana, I. 2017. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Pegawai
Negeri Sipil UIN Alauddin Makassar Tahun 2017. Skripsi. Makassar :
Fakultas Kedokteran dan Il

Anda mungkin juga menyukai