FAMILY MEDICINE
Oleh:
ARINDA CALVINE SANTOSO, S.Ked
1307101030027
1. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan utama dewasa ini adalah meningkatnya
jumlah penderita kanker yang sudah tidak bisa dibendung lagi. Oleh karena itu,
diskusi mengenai end of live care (akhir hidup pasien) menjadi sangat penting.
Beberapa tahun terakhir terjadi kemajuan pada perawatan akhir pasien, khususnya
pada pasien- pasien dengan kanker. Perawatan akhir hayat tersebut diharapkan
bisa memberikan kenyamanan secara fisik, mental , emosional dan dukungan
sosial pada pasien- pasien yang berada pada tahap lanjut. Dukungan pada pasienpasien ini dinilai merupakan suatu komponen yang sangat panting untuk
meningkatkan kualitas hidup dan keperdulian sosial terhadap mereka. Pertanyaan
yang paling menggelitik adalah tugas perawatan akhir pasien ini menjadi
tanggung jawab siapa? Apakah Dokter Onkologi di rumah sakit? Apakah Dokter
Layanan Primer? atau malah diserahkan pada paramedik? Pengalaman yang
pernah ditemui dimana ada seorang pasien yang terdiagnosis kanker usia 70 tahun
sudah tidak dapat dioperasi lagi, ketika rumah sakit sudah tidak melakukan
tindakan medis apapun, akhirnya lebih banyak menghubungi dokter keluarga
untuk perawatan ini hingga kematian menjemput mereka. Rata-rata pasien seperti
ini akhirnya dirawat di rumah. 1
Selama ini peran dokter keluarga didalam pelayanan palliative care masih
dianggap terlalu kecil bahkan dokter layanan primer sering mengganggap tidak
punya peran yang cukup besar / do nothing, padahal sebenarnya mereka sudah
melakukan banyak hal / do everything. Di Inggris sejak tahun 2000 telah
dikembangkan pelayanan paliatif care di dokter layanan primer. Disana Dokter
Keluarga yang disebut General Practitioners punya daftar pasien-pasien yang
berada di akhir kehidupan. (2,4)
Dokter keluarga memegang peranan yang penting dalam perawatan akhir
pasien. Apalagi di Indonesia, seorang dokter masih dianggap sebagai suatu profesi
yang mulia dan dihormati sehingga tak jarang diikutsertakan kedalam masalahmasalah keluarga, misalnya: dalam menentukan siapa wali dari pasien atau setelah
meninggal mungkin dalam pembagian hak waris, dan masih banyak lagi. Hal
tersebut tentunya sangatlah sulit dihindari. 5
Kedokteran Keluarga
Dokter keluarga adalah dokter yang terutama bertanggung jawab untuk
2004
disebutkan
penyelenggaraan
pelayanan
kesehatan
individu
menerapkan konsep dokter keluarga kecuali di daerah yang sangat terpencil yang
masih dipadukan dengan pelayanan puskesmas. Hal itu juga sudah dituangkan
dalam Peraturan Presiden No 27/2005 (Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2004-2009) Bab 28, D point 4: Program upaya kesehatan perorangan
(individu) yang harus dilakukan ialah pengembangan pelayanan dokter keluarga.
Selain itu, terdapat pula perubahan konotasi sesuai UU 40/2004/UU SJSN:
Sejalan dengan pengembangan Sistem Jaminan Sosial Nasional Bidang
Kesehatan, pemerintah tidak lagi menyelenggarakan pelayanan kesehatan individu
melalui puskesmas. 4
Kebutuhan masyarakat dari sistem pelayanan kesehatan telah disampaikan
di WHO-WONCA Working Paper, Making Medical Practice and Education
More Relevant to Peoples Needs: The Contribution of the Family Doctor,
kemudian dari hasil konferensi Ontario, Kanada tahun 1994 dan WHO Eropa pada
tahun 1998 membuat Framework for Development of FP/GP. Kedokteran
keluarga dengan kompetensi intinya dapat membantu sistem kesehatan dalam
memenuhi kebutuhan orang untuk :3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Physician (WONCA) telah merumuskan sebuah visi global dan rencana tindakan
(action plan) untuk meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat yang
tertuang dalam tulisanMaking Medical Practice and Education More Relevant to
Peoples Needs: The Role of Family Doctor.
7.
Dalam acara pembukaan Temu Ilmiah Akbar Kursus Penyegar dan
Penambah Ilmu Kedokteran (TIA-KPPIK) 2002 di Jakarta, Menteri Kesehatan,
Achmad Sujudi, menyatakan bahwa visi dan misi kurikulum pendidikan dokter di
Indonesia sepatutnya diarahkan untuk menghasilkan dokter keluarga, tidak lagi
dokter komunitas atau dokter Puskesmas seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan
Peraturan
8.
Menteri
Kesehatan
Nomor
916/Menkes/Per/VIII/1997
tentang
dari keluarganya
6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
7. Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum
8. Menyelenggarakan pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
9. Menyelenggarakan
pelayanan
yang
dapat
diaudit
dipertangungjawabkan
dan
primer
dan
spesialis;
menguasai
kondisi
kesehatan
secara
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor:
b. Penyakit Terminal
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang
menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker
atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak
ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang di
katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian. 10
c. Tujuan dan Sasaran Kebijakan
Tujuan umum kebijakan palliative sebagai payung hukum dan arahan
bagi perawatan paliatif di Indonesia. Sedangkan tujuan khususnya adalah
terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh
Indonesia,
tersusunnya
pedoman-pedoman
pelaksanaan/juklak
perawatan paliatif, tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih,
tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan. Sasaran kebijakan
pelayanan paliatif adalah seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota
keluarga, lingkungan yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun
pasien berada di seluruh Indonesia. Untuk pelaksana perawatan paliatif :
dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga terkait lainnya.
Sedangkan Institusi-institusi terkait, misalnya:sDinas kesehatan propinsi dan
dinas kesehatan kabupaten/kota, Rumah Sakit pemerintah dan swasta,
Puskesmas, Rumah perawatan/hospis, Fasilitas kesehatan pemerintah dan
swasta lain. (7,8)
d. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif
Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi penatalaksanaan nyeri,
penatalaksanaan keluhan fisik lain, asuhan keperawatan, dukungan
psikologis, dukungan social, dukungan kultural dan spiritual, dukungan
persiapan dan selama masa dukacita (bereavement) rawat inap, rawat
jalan, dan kunjungan /rawat rumah.
menjalankan
program
keselamatan
pasien/patient
safety.
Untuk perawatan pasien miskin dan PNS dapat dimasukan dalam skema
Askeskin dan Askes. 7
l. Prinsip dari Keperawatan Paliatif
Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasient
dan keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care
merupakan accses yang competent dan compassionet, Mengembangkan
professional
dan social
palliative care,
2.5
pasien
mengambil
keputusan
dan
hendaknya
bisa
misalnya
dorong
pasien
untuk
berdoa
sesuai
dengan
keyakinannya dan tanyakan apakah ada sesuatu yang bisa anda lakukan. 11
Dukungan sosial pada keluarga
Merawat pasien yang sekarat tidak terlepas dari upaya kita sebagai dokter
untuk memperbaiki kehidupan pasien . Angka-angka pasien yang menua semakin
besar bersama dengan kemajuan teknologi membuatnya sangat penting untuk
meningkatkan dan memperbaiki perawatan paliatif pada akhir kehidupan.13
Salah satu misi pengobatan yang paling penting adalah untuk
memungkinkan pasien yang sakit parah untuk mati dengan martabat, kenyamanan,
dan kontrol sebaik mungkin. Menyadari bahwa pengobatan paliatif difokuskan
pada menghilangkan dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien untuk mereka
yang tidak bisa lagi di berikan terapi, masih ada sejumlah besar perawatan dan
dukungan yang dapat dan harus disediakan untuk pasien dan keluarga mereka.
Banyak dari prinsip yang terkandung dalam kedokteran keluarga sangat penting
dalam perawatan pasien sekarat. Pendekatan holistik untuk fisik dan psikososial
kesejahteraan pasien, fokus pada keluarga, kontinuitas perawatan, dan penekanan
pada kualitas hidup, empat prinsip penting yang membuat dokter keluarga cocok
untuk merawat sakit yang parah. 14,15
a. Kompetensi Dokter Keluarga dalam Perawatan Paliatif
Menurut American Academy of Family Physicians (AAFP) Kompetensi
Dokter Keluarga dalam Perawatan Paliatif adalah sebagai berikut : 13
1. Mampu meng identifikasi rencana perawatan untuk pasien yang sakit
parah, yang didasarkan pada penilaian interdisipliner yang komprehensif
dari pasien dan keluarga mengungkapkan nilai-nilai, tujuan dan
kebutuhan, dan dapat berkomunikasi secara efektif rencana untuk pasien
dan keluarga. (Perawatan Pasien, Pengetahuan Medis, Interpersonal dan
Komunikasi)
2. Mampu mengenali bahwa kualitas hidup adalah apa yang didefinisikan
oleh pasien dan bukan oleh dokter. (Perawatan Pasien, Interpersonal dan
Komunikasi
Keterampilan,
pembelajaran
Praktik
berbasis
dan
Peningkatan, Profesionalisme)
3. Mampu mengidentifikasi pembuat keputusan utama ketika pasien tidak
mampu untuk berkomunikasi dan / atau membuat keputusan medis, dan
menyadari masalah etika dan hukum yang preferensi sakit parah dan
pilihan mungkin didasarkan pada dan / atau terbatas pada pasien. (Praktek
berbasis Belajar dan Peningkatan, Interpersonal dan Keterampilan
Komunikasi, Praktek Sistem berbasis, Profesionalisme)
4. Mampu memfasilitasi otonomi pasien, akses informasi, serta pilihan, dan
dapat memberikan perawatan paliatif di seluruh kontinum penyakit sambil
menanggapi kebutuhan fisik, emosional, sosial, dan spiritual. (Perawatan
Pasien, Pengetahuan Medis, Interpersonal dan Komunikasi Keterampilan,
Profesionalisme)
5. Kenali tanda dan gejala, serta mengantisipasi kebutuhan, pasien waktu
dekat sekarat. (Pengetahuan Medis, Perawatan Pasien. Interpersonal dan
Komunikasi Keterampilan)
6. Menunjukkan pengakuan sistematis, penilaian, dan pengelolaan sindrom
nyeri memanfaatkan kedokteran berbasis bukti. Ini harus mencakup baik
farmakologis (opiat dan non-opiat) dan perawatan non-farmakologis dan
efek samping yang mungkin. (Perawatan Pasien, Pengetahuan Medis,
Praktek berbasis Belajar dan Peningkatan)
b. Sikap Dokter Keluarga dalam Perawatan Paliatif
Dokter Keluarga dalam Perawatan Paliatif dituntut untuk memiliki sikap
sebagai berikut: 15
1. Kemampuan untuk penuh kasih dan empati menyampaikan berita buruk.
2.
7.
Meringankan penderitaan
Otonomi pasien
Dokter
Neurologis
Infeksi
Hati
Ginjal
ii. Proses rujukan dan kriteria
iii. Asuransi dan Medicare cakupan di berbagai pengaturan
b. Perawat
c. Keluarga
d. Apoteker
e. Pembantu rumah perawatan kesehatan
f. Pekerja sosial
g. Relawan
3. Prognostik
a. Akurasi prognosis
b. Karnofsky Indeks
c. Skala ECOG
d. Paliatif Skala prognosis
4. Kontrol Nyeri
a. Opiat (reaksi panjang dan pendek)
b. Konversi opiat (tabel equianalgesic)
c. Nonopiates
d. Kecanduan, pembiasaan, dan ketergantungan
e. Dosis awal dan penyelamatan
f. Pengobatan komplementer dan alternatif
g. Langkah-langkah pengendalian nyeri non-farmakologis
h. Efek samping dari tindakan pengendalian nyeri
5. Penyebab dan pengobatan gejala non-nyeri
a. Mual
b. Sesak napas
c. Kehilangan selera makan
d. Muntah
e. Insomnia
f. Depresi
g. Kegelisahan
h. Batuk
i. Sembelit
j. Diare
k. Xerostomia
l. Sekresi
m. Kejang
n. Inkontinensia
o. Encopresis
6. Nutrisi dan hidrasi dalam sakit parah
a. Makanan buatan
b. Cairan intravena
c. Makan dan cairan witholding
7.Lokasi Perawatan
a. Gawat darurat
b. Rawat Inap
c. Rawat Jalan
d. Fasilitas perawatan diperpanjang
e. Rumah
8. Data terkait untuk end of life care di Amerika Serikat
a. Populasi Lansia
b. Kebanyakan penyakit kronis umum
c. Penyebab paling umum kematian berdasarkan usia
d. Biaya perawatan untuk sakit parah di berbagai pengaturan
e. Dimana orang meninggal (rumah vs di rumah sakit)
9. Proses berkabung
a. Reaksi kesedihan yang normal
b. Mengidentifikasi / membedakan karakteristik dari proses berduka
disfungsional,
termasuk
depresi,
kecemasan,
rasa
bersalah,
a. Kompetensi pasien
b. Arahan langsung
c. Permintaan tidak di resusitsi
d. Durable Power of Attorney untuk perawatan kesehatan
e. Harapan Hidup
f. Perencanaan untuk pasien dan keluarga
g. Dukungan kehidupan
h. Pernyataan kematian
i. Penyelesaian sertifikat kematian
d. Keterampilan Dokter Keluarga dalam Perawatan Paliatif
Dalam pengaturan yang sesuai dokter keluarga harus menunjukkan
kemampuan untuk mandiri dalam melakukan atau tepat merujuk 13
1. Melakukan penilaian fisik yang akurat, dengan memperhatikan temuan
umum pasien sakit parah
2. Memfasilitasi pertemuan keluarga menggunakan kata-kata yang tepat dan
mempertanyakan dan memahami dampak dari proses ini pada pasien dan
keluarga
3. Menyesuaikan dengan peraturan yang berkaitan dengan penggunaan zat
yang dikendalikan pada pasien yang sakit parah dan perawatan rumah
sakit di luar
4. Mengembangkan rejimen analgesik awal dan berkelanjutan untuk
menyertakan penggunaan dosis morfin-setara dan setara narkotika lainnya
5. Efektif menggunakan rute alternatif analgesia
a. Melalui dubur
b. Topikal (misalnya, krim, gel, patch)
c. Nasal
d. Subkutan
e. Sublingual
6. Rujuk ke layanan sosial yang tersedia untuk kedua pasien dan keluarga
7. Efektif menasihati keluarga dan lain-lain selama proses berkabung
Pelayanan Paliatif
Indonesia
Penanganan pasien kanker, khususnya pada pasien anak, di Indonesia
hingga saat ini masih diliputi banyak persoalan. Mulai dari penemuan kasus,
pengobatan hingga layanan medisnya. Menurut Trevino A. Pakasi dari Divisi
Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia persoalan yang
kompleks itu bisa dipangkas dari berbagai sisi. Pertama yang penting adalah
menemukan kasus sedini mungkin, agar diterapi pada fase awal dan bisa sembuh.
Cara ini menurut Trevino lebih efektif daripada sekadar mencari penyebab kenapa
anak mengidap kanker. Untuk menemukan kasus secara dini ini diperlukan peran
dokter layanan primer dengan kemampuan yang memadai. Dalam hal ini adalah
para dokter di tingkat Puskesmas. Mereka inilah yang menemukan sejak awal,
memberi rujukan ke rumah sakit saat treatment.
Termasuk didalamnya
sistem ini semua bisa dikover .Idealnya dengan sistem baru ini tidak lantas akan
memunculkan anggapan beban para dokter jadi bertambah. Masalahnya anggapan
muncul karena selama ini pelayanan konprehensif tidak dilakukan. Dengan
pembatasan jumlah pasien, jumlah kapitasi atau metode pembayaran layanan
kesehatan dengan jumlah tetap per pasien, dan penambahan jumlah pelayanan
kesehatan yang lebih berkualitas akan membuat tenaga medis merasa jam
kerjanya tidak bertambah. 16
III.
Kesimpulan
Perawatan Palliative adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
DAFTAR PUSTAKA
1. Witjaksono, Maria. Hospis: Rumah bagi Pasien Stadium Terminal. CDK210/ vol. 40 no. 11 ; 2013
2. Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta
3. WHO-WONCA. Making medical practice and education more relevant to
peoples needs: the contribution of the family doctor, 1998.
4. Lubis, Firman. Dokter Keluarga Sebagai Tulang Punggung dalam Sistem
Pelayanan Kesehatan. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas. Maj
Kedokteran Indonesia, Volume: 58, Nomor: 2, Pebruari 2008
5. Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta
6. Wonodirekso, Sugito. Sistem Pelayanan Dokter Keluarga Meningkatkan
Kadar Kesejawatan dan Profesionalisme. Perhimpunan Dokter Keluarga
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 59, Nomor: 1, Januari
2009
7. KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang
Kebijakan Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia
8. Doyle, Hanks and Macdonald, 2003. Oxford Textbook of Palliative
Medicine. Oxford Medical Publications (OUP) 3 rd edn 2003
9. Nur ,Cemy. Palliative Care pada Penderita Penyakit Terminal. GASTER,
Vol. 7 No. 1; 2010
10. White,PG,2002 , Word Hospice Palliative Care The Loss of Child Day,
Pediatric Heart Network, www.hospiceinternational.com, diambil pada
tanggal 12 januari 2010
11. Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd
ed. New York, NY: Oxford University Press
12. Booth S, Edmonds P, Kendall M. Palliative Care in the Acute Hospital
Setting. New York, NY: Oxford University Press; 2010.
13. American Academy of Family Physicians (AAFP), the Association of
Departments of Family Medicine (ADFM), the Association of Family
Medicine Residency Directors (AFMRD), and the Society of Teachers of
Family Medicine (STFM).Palliative and End-of-Life Care.; 2011.
14. American Academy of Hospice and Palliative Medicine. Primer of
Palliative Care. 5th ed. Glenview, Il: AAHPM; 2010.
15. Meier D, Isaacs SL, Hughes RG, eds. Palliative Care: Transforming the
Care of Serious Illness. San Francisco, Ca: Jossey-Bass; 2010.
DISKUSI
1. Ely Rahmayani Sirait (1307101030097)
P
: Apakah palliative care hanya untuk terminal disease?
J
: Ya. Perawatan paliatif hanya ditujukan pada pasien pasien end of
life pada penyakit terminal. Menurut White, penyakit terminal
merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah
kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau
penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis,
tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah menyerah dan seperti
yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah
kearah kematianSelain itu tujuan dari perawatan paliatif adalah
lebih
mementingkan
kualitas
hidup
pasien
dibnding
menyelenggarakan
pelayanan
komprehensif
dengan
P
J
Perawatan paliatif di
3.
P
J
Hendra (1307101030148)
: Seberapa penting peran dokter keluarga pada palliative care ini?
: Sangat penting. Aspek perawatan paliatif menurut Cemy dalam
Palliative Care pada Penderita Penyakit Terminal, meliputi
kesehatan fisik, spiritual, sosial, psikologis, kultural dan etik
lainnya, Aspek kesehatan fisik itu yang membuat dokter keluarga
biasanya menjadi pemimpin dalam sebuah tim perawatan paliatif,
walaupun tidak menutup kemungkinan tenaga medis lain bisa
melakukan tugas tersebut. Dokter keluarga juga harus memahami
aspek lainnya, selain aspek kesehatan fisik.
4.
P
dikunjungi
oleh
rohaniawan
untuk
memberikan