Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN IKM-IKK LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Juli 2021


UNIVERSITAS HALU OLEO

MASALAH PRINSIP KENDALI BIAYA TERHADAP PELAYANAN


KEDOKTERAN KELUARGA

Oleh :

Sri Alfianita, S.Ked


K1B1 20041

PEMBIMBING:
dr. Juriadi Pado, M. Kes

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Sri Alfianita, S.Ked


NIM : K1B1 20041
Judul : Masalah Prinsip Kendali Biaya Terhadap Pelayanan Kedokteran
Keluarga

Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus Kedokteran Okupasi dalam rangka


kepanitraan klinik pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Juli 2021


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Juriadi Pado, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan laporan
kasus ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,
sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan laporan kasus ini
sebagai tugas dalam rangka menyelesaikan stase ilmu kesehatan masyarakat dan
ilmu kedokteran komunitas dengan judul “Masalah Prinsip Kendali Biaya
Terhadap Pelayanan Kedokteran Keluarga”
Penulis tentu menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan
kasus ini, supaya nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada laporan ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pembimbing kami yang telah membimbing dalam penulisan laporan
kasus ini.Demikian, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kendari, Juli 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan Dokter Keluarga yang melibatkan dokter keluarga sebagai
penapis (gate keeper) di tingkat pelayanan primer, Dokter spesialis di tingkat
pelayanan sekunder, Rumah Sakit Rujukan dan sistem jaminan pemeliharaan
kesehatan yang bekerja secara bersama-sama, menempatkan dokter keluarga
pada posisi yang sangat strategis dalam pembangunan kesehatan. Tujuan yang
ingin dicapai dalam pelayanan kedokteran keluarga adalah suatu bentuk
pelayanan kesehatan bagi individu dan keluarga serta masyarakat yang
bermutu namun terkendali biayanya, yang tercermin dalam tatalaksana
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.
Menurut The American Academy of Family Physician (1969),
pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dan
memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit, pada mana
tanggungjawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh
golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau
jenis penyakit tertentu saja.
Pemerintah Indonesia telah lama memprogramkan pelayanan dokter
keluarga. Pelayanan Dokter Keluarga amat berbeda dibandingkan dengan
pelayanan yang diberikan oleh Dokter Umum. Perbedaannya yang sangat
penting sekali yaitu lebih diarahkan kepada pelayanan promotif dan preventif
disamping tidak mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif.Akhir-akhir
ini pemerintah berusaha mengembangkan kembali konsep pelayanan Dokter
Keluarga. Caranya tentu saja bukan dengan melahirkan pelayanan Dokter
Keluarga yang bersifat spesialistik atau mewajibkan dokter spesialis
menerapkan prinsip-prinsip Dokter Keluarga. Satu-satunya pilihan yang tepat
untuk mengembangkan Dokter Keluarga di Indonesia adalah dengan lebih
memantapkan dan menyempurnakan pelayanan Dokter Umum.Kualifikasi

4
Dokter Keluarga adalah dokter umum plus. Hal ini terlihat dari konsekwensi
pelayanannya yakni sebagai health care manager bagi pasiennya.
Pelayanan kesehatan/asuhan medis yang didukung oleh pengetahuan
kedokteran terkini secara menyeluruh (holistik), paripurna (komprehensif),
terpadu, berkesinambungan untuk menyelesaikan semua keluhan dari
pengguna jasa/pasien sebagai komponen keluarganya dengan tidak
memandang umur, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan sosialnya.
Akselerasi pengembangan pelayanan kedokteran keluarga sudah
menjadi tuntutan yang perlu disikapi dengan kolaborasi dan sinergisme semua
stakeholders dalam suatu rumusan program yang tepat dan terarah. Akselerasi
ini akan berhasil bila semua stakeholder (Pemerintah, Provider, Profesi,Badan
Penyelenggara sistim jaminan sosial atau asuransi,dan masyarakat), memberi
kontribusi yang positif.

B. Manfaat
Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah :
1. Manfaat Bagi Penulis
a. Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga
b. Mampu mengetahui prinsip pengendalian biaya dalam pelayanan
dokter keluarga
2. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar memberikan
penanganan dan pelayanan kedokteran keluarga yang paripurna.
3. Bagi Pasien
a. Memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit yang dialami
b. Mengetahui sumber pembiayaan pelayanan dokter keluarga.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Pelaksana pelayanan dokter keluarga kita kenal dengan dokter
keluarga (Family doctor, family physician). Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
mendefinisikan dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit
tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif,
tapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.
Dokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya
dalam bidang profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang
kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek
dokter keluarga.
B. PERAN DOKTER KELUARGA
1. Pengaplikasi ilmu kedokteran klinik dan ilmu perilaku, dilengkapi ilmu
kedokteran mutakhir
2. Memantapkan pelayanan kesehatan primer dan sistem rujukan
3. Pengendali biaya:
a. Efektifitas pelayanan kesehatan
b. Efektifitas sumber daya kesehatan
c. Edukasi kesehatan
d. Pelayanan kesehatan yang bermutu
4. Mengembalikan pelayanan kesehatan yang rasional dan manusiawi Peran
dokter keluarga menurut The Philippine Academy of Family Physicians
adalah:
a. Health Care Provider (penyelenggara pelayanan kesehatan)
b. Educator (teacher)
c. Counselor
d. Reseacher (life long learner)

5
e. Community Leader (Social Mobilizer)
C. PRAKTEK DOKTER KELUARGA
Terlepas dari masih ditemukannya perbedaan pendapat tentang
kedudukan dan peranan dokter keluarga dalam sistem pelayanan kesehatan,
pada saat ini telah ditemukan banyak bentuk praktek dokter keluarga. Bentuk
praktek dokter keluarga yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas
tiga macam :
1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit
(hospital based)
2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga
(family clinic)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut
dengan nama klinik dokter keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya
klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga
mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari
rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family
clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini mulai banyak
didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan
juga penghasilan rumah sakit.
Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik
mandiri atau hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya
klinik dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat
dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan
dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik
dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice)
atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua
bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik
dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan
gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.

6
Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu
sistem manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung
dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan
memakai alat- alat praktek yang sama. Untuk kemudian
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu
sistem manajemen keuangan, manajemen personalia serta manajemen
system informasi yang sama pula.
3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga
(family practice)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk
pelayanan dokter keluarga ini sama dengan pelayanan dokter keluarga
yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter
yang menyelenggarakan praktek, rnenerapkan prinsip-prinsip pelayanan
dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang diselenggarakanya.
Praktek dokter keluarga tersebut dapat dibedaka pula atas dua macam.
Pertama, praktek dokter keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo
practice). Kedua praktek dokter keluarga yang diselenggarakan secara
berkelompok (group practice).

D. PELAYANAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA


Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak
macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan Pada bentuk ini, pelayanan
yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya pelayanan
rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga
tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang
membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter
keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat
inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.

7
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan
pasien dirumah. Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada
praktek dokter keluarga mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan
kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan bentuk ini
lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses
dengan rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan
pasien di rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.
E. PEMBIAYAAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu
diperlukan tersedianya dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan
pelbagai sarana dan prasarana medis dan non medis yang diperlukan
(investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter keluarga
yang diselenggarakan (operational cost). Seharusnya semua dana yang
diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang
memanfaatkan jasa pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan seseorang
dan atau keluarga adalah tanggung jawab masing- masing orang atau keluarga
yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi masalah kesehatan tersebut adalah
amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia membiayai pelayanan
kesehatan yang dibutuhkannya.
Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan
banyak macamnya. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas
dua macam. Pertama, pembiayaan secara tunai (fee for service), dalam arti
setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar biaya pelayanan.
Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan (health insurance),
dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu membayar secara
tunai, karena pembayaran tersebut telah ditanggung oleh pihak ketiga, yang
dalam hat ini adalah badan asuransi.
Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan ini dinilai
sesuai untuk pelayanan dokter keluarga. Dari dua cara pembiayaan yang
dikenal tersebut, yang dinilai sesuai untuk pelayanan dokter keluarga

8
hanyalah pembiayaan melalui program asuransi kesehatan saja. Mudah
dipahami, karena untuk memperkecil risiko biaya, program asuransi sering
menerapkan prinsip membagi risiko (risk sharing) dengan penyelenggara
pelayanan, yang untuk mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain bagi
penyelenggara pelayanan tersebut, kecuali berupaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan, dan atau mencegah para anggota keluarga yang
menjadi tanggungannya untuk tidaksampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang
seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.
1. BATASAN ASURANSI KESEHATAN
Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan program
asuransi kesehatan (health insurance) perlulah dipahami dahulu apa yang
dimaksud dengan asuransi (insurance). Pada saat ini batasan asuransi
barlyak macamnya. Dua antaranya :
a. Asuransi adalah suatu upaya untuk memberikan perlindungan terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang dapat mengakibatkan kerugian
ekonomi (Breider and Breadles,1972).
b. Asuransi adalah suatu perjanjian dimana si penanggung dengan
menerima suatu premi meningkatkan dirinya untuk memberi ganti rugi
kepada si tertanggung yang mungkin di derita karena terjadinya suatu
peristiwa yang mengandung ketidak pastian dan yang akan
mengakibatkan kehilangan, kerugian atau kehilangan suatu keuntungan
(kitab UU Hukum dagang, 1987).
Di Indonesia, sekalipun pengertian yang berlaku adalah sesuai
dengan ketentuan KUH Dagang, jadi hanya merupakan suatu perjanjian
antara si penanggung dengan si tertanggung, namun pada akhir-akhir ini
mulai timbul banyak pendapat seyogiyanya pengertian asuransi lebih
diperluas. Pengertian asuransi tidak terbatas hanya pada memberikan
perlindungan kepada si penanggung saja, melainkan juga kepada seluruh
anggota masyarakat. Pengertian asuransi yang seperti ini dikenal dengan
nama asuransi sosial (socialin insurance), yang asuransi kesehatan
termasuk ke dalamnya.

9
2. BENTUK-BENTUK PEMBIAYAAN PRA-UPAYA
Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan
keuntungan, maka pada saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya
tersebutbanyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk pembiayaan
secara pra-upaya yang dipergunakan. Ketiga bentuk yang dimaksud
adalah:
a. sistem kapitasi (capitation system) yang dimaksud dengan sistem
kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan oleh badan
asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka
waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya
yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan kesehatan
oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan kesepakatan
jangka waktu jaminan.
b. Sistem paket (packet system) Yang dimaksud dengan sistem paket
adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu.
Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya yang dibayar oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak
ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan. Penyakit
apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu paket pelayanan yang
sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama. Sistem pernbiayaan
paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan kelompok
diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak negara maju
telah lama diterapkan.
c. Sistem anggaran (budget system) Yang dimaksud dengan sistem
anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan

10
kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan
penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern paket,
padasistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh badan
asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak ditentukan
oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, melainkan oleh
besarnya anggaran yang telah disepakati.
3. PENGENDALIAN BIAYA KESEHATAN
Dengan diterapkannya sistem pembayaran pra-upaya, maka telah
merupakan kewajiban bagi penyelenggara pelayanan untuk berupaya
mengendalikan biaya kesehatan (cost containment) yang sebaik-baiknya,
sedemikian rupa sehingga resiko pembiayaan dapat diperkecil. Untuk
dapat mengendalikan biaya kesehatan ini, ada beberapa prinsip pokok
yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pelayanan. Prinsip pokok
yang dimaksud adalah:
a. Mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit
Prinsip pokok pertama yang harus diperhatikan oleh penyelenggara
pelayanan adalah lebih mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit,
bukan pelayanan penyembuhan penyakit. Apabila prinsip pokok ini
dapat diterapkan, pasti akan besar peranannya dalam upaya
mengendalikan biaya kesehatan. Karena memanglah biaya pelayanan
pencegahan penyakit memang jauh lebih murah dari pada biaya
pelayanan penyembuhan penyakit. Bentuk-bentuk pelayanan penceghan
penyakit yang dapat dilakukan banyak macamnya. Yang terpenting di
antaranya ialah melakukan penyuluhan kesehatan, pemeriksaan
kesehatan berkala, imunisasi serta pelayanan keluarga berencana.
b. Mencegah pelayanan yang berlebihan
Prinsip pokok yang diperhatikan oleh penyelenggara petayanan
adalah mencegah pelayanan yang berlebihan. Jika memang tidak ada
indikasinya, pemeriksaan penunjang tidak perlu dilakukan. prinsip yang
sarna juga berlaku untuk tindakan dan ataupun pemberian obat. Dengan

11
perkataan lain, pelayanan kedokteran yang diselenggarakan harus
memenuhi serta sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan.
c. Membatasi konsultasi dan rujukan
Pelayanan konsultasi dan apalagi rujukan, memerlukan biaya
tambahan. Untuk mencegah biaya kesehatan, penyelenggara pelayanan
harus berupa untuk membatasi konsultasi atau rujukan. Pelayanan
konsultasi atau rujukan tersebut hanya dilakukan apabila benar-benar
diperlukan saja. Apabila ketiga prinsip diatas dapat diterapkan,
manfaatnya bukan saja akan besar dalam memperkecil risiko biaya
penyelenggara pelayanan, tetapi juga badan asuransi kesehatan. Apabila
keadaan yang seperti ini dapat diwujudkan, pada gilirannya juga akan
menguntungkan penyelenggara pelayanan sendiri. Karena
sesungguhnyalah pada program asuransi yang menerapkan sistem
pembiayaan praupaya, sering diterapkan sistem intensif, antara lain
dalam bentuk bonus bagi para dokter yang berhasil menghemat
pengeluaran. Dalam keadaan yang seperti ini kedudukan penyelenggara
pelayanan adalah sebagai penjaga gawang (gate keeper) program
asuransi kesehatan.
4. MANFAAT PENGENDALIAN BIAYA KESEHATAN
Apabila sistem pembiayaan program asuransi kesehatan dalam
bentuk praupaya ini dapat diselenggarakan dengan baik, akan diperoleh
banyak manfaat. Manfaat yang dimaksud secara umum dapat dibedakan
atas dua maca, yaitu:
a. Manfaat penerapan program asuransi kesehatan Karena pembiayaan
pra-upaya adalah cara pembayaran pada program asuransi kesehatan,
maka pada penerapan cara pembiayaan pra-upaya ini sekaligus juga
akan memperoleh manfaat dari penerapan program asuransi. Manfaat
penerapan program asuransi kesehatan tersebut banyak macamnya.
Beberapa diantaranya yang dipandang cukup penting adalah :
1) dapat membebaskan peserta dari kesulitan menyediakan dana tunai
karena pada program asuransi kesehatan telah ada jaminan biaya

12
kesehatan, maka para peserta tidak perlu harus menyediakan dana
tunai pada setiap kali berobat. Dengan demikian jika kebetulan
peserta membutuhkan pelayanan kesehatan akan terbebas dari
kesulitan menyediakan dana tunai.
2) biaya kesehatan dapat dikendalikan Dengan progran asuransi
kesehatan, apalagi jika dikelola oleh pemerintah dapat
mengendalikan biaya kesehatan. Pengendalian yang dimaksud ialah
antara lain dengan ditetapkannya pelbagai peraturan pembatas
tentang jenis pelayanan dan atau yang dapat dimanfaatkan oleh
peserta. Dengan adanya pembatasan yang seperti ini, penggunaan
pelayanan kesehatan yang berlebihan akan dapat dihindari yang jika
berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan mampu mengendalikan
biaya kesehatan.
3) mutu pelayanan dapat dijaga Keuntungan lain dari program asuransi
kesehatan ialah dapat meningkatkan mutu pelayanan. Peningkatan
yarg dimaksud ialah antara lain dengan dilaksanakannya penilaian
secara berkala pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Dengan
dilakukannya penilaian berkala ini yang merupakan bagian dari
Program Menjaga Mutu (Quality Assurance Program) akan dapat
dicegah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang tidak bermutu.
4) data kesehatan lebih tersedia Pelaksanaan program asuransi
kesehatan membutuhkan antara lain tersedianya data kesehatan
yang lengkap yang diperlukan untuk merencanakan dan ataupun
menilai kegiatan yang dilakukan. Data ini dapat pula dimanfaatkan
untuk pekerjaan perencanaan dan ataupun penilaian perbagai
program kesehatan lainnya.
b. Manfaat penerapan sistem pembiayaan pra-upaya Manfaat yang
dimaksudkan disini banyak macamnya. Yang terpenting diantaranya
adalah :
1) dapat dicegah kenaikan biaya kesehatan

13
Pencegahan yang dimaksudkan disini terjadi karena
penggunaan pelayanan kesehatan yang berlebihan akan dapat
dihindari. Karena memanglah apabila hal ini sampai terjadi, justru
akan merugikan pihak penyelenggara pelayanan kesehatan sendiri.
2) mendorong pelayanan pencegahan penyakit
Agar penyelenggara pelayanan tidak sampai rugi, haruslah di
upayakan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang semenimal
mungkin. Keadaan yang seperti ini dapat terwujud antara lain jika
tidak banyak peserta yang jatuh sakit. Untuk ini banyak upaya yang
dilakukan. Salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan
yang amat penting adalah menyelenggarakan pelayanan pencegahan
penyakit, yang apabila dapat dilakukan dalam jangka panjang akan
menguntungkan banyak pihak, tidak hanya penyelenggara
pelayanan tetapi juga peserta sendiri.
3) menjamin penghasilan penyelenggara pelayanan
Dengan diterapkannya pembiayaan secara pra-upaya,
penyelenggara pelayanan akan memperoleh penghasilan yang lebih
mantap, karena besarnya dana yang diterima tidak ditentukan oleh
jumlah kunjungan yang memang sering bervariasi, melainkan
berdasarkan jumlah peserta yang ditanggung, yang jumlahnya
memang tetap untuk satu jangka waktu tertentu. Keadaan yang
seperti ini tentu akan menguntungkan penyelenggara pelayanan,
karena dengan penghasilan yang lebih tetap tersebut, dapat
dilakukan perencanaan pengeluaranyang lebih sesuai dengan
kemampuan. Hanya saja sekalipun pembiayaan secara pra- upaya
ini menjanjikan banyak keuntungan, bukan berarti pelaksanaannya
luput dari masalah. Salah satu masalah yang banyak dibicarakan
adalah yang menyangkut mutu pelayanan. Untuk mencegah tidak
sampai rugi, penyelenggara pelayanan sering memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan ataupun dengan

14
mutu yang rendah, yang kesemuanya ini tentu akan merugikan
peserta.

15
45

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya
dalam bidang profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang
kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek
dokter keluarga.
Untuk dapat mengendalikan biaya kesehatan ini, ada beberapa prinsip
pokok yang harus diperhatikan oleh penyelenggara pelayanan. Prinsip pokok
yang dimaksud adalah mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit,
mencegah pelayanan yang berlebihan, membatasi konsultasi dan rujukan
hanya apabila benar-benar diperlukan.

B. Saran
Adapun saran penulisan untuk laporan ini adalah :
1. Bagi Penulis
Menambah penulisan tentang kedokteran keluarga agar lebih
diketahui manfaatnya oleh masyarakat
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan acuan dalam pembuatan dana anggaran pelayanan
kedokteran keluarga agar lebih efektif dan efisien

5
45

DAFTAR PUSTAKA
1. Allan H., Lawren A. May, Alber G Muller JR. 1995. Primary Care Medicine.
JB. Lipincott Company.
2. Andry Hatono, 2009, Churchill Livingston’s Mini Encyclopaedia of Nursing
– Jakarta:EGC
3. Arnold Dorothee,1998 , Spiritual Care and Palliative Care: Opportunities and
Challeges for Pastoral Care, WWW. Who.int/cancer/Palliative/definition/en/
diambil pada tanggal 11 Januari 2010
4. Azwar dan Trihono. 2000. Puskesmas Peduli Keluarga. Disampaikan pada
Semiloka Penerapan Pendekatan Kesehatan Keluarga di Puskesmas.
Kerjasama DepKes Prop. Jateng dengan UNS.
5. Azwar, A. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. Jakarta : Yayasan
Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.
6. Azwar, A. 1999. Implementasi Kedokteran Keluarga pada Fakultas
Kedokteran. Jakarta : Orasi Ilmiah Dies Natalis UI ke-49.
7. Azwar, A. 1999. Pemanfaatan Dokter Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan
Indonesia. Disampaikan pada Semiloka Standarisasi Pelayanan dan Pelatihan
Dokter Keluarga. Jakarta : PB IDI.
8. Doyle, Hanks and Macdonald, 2003. Oxford Textbook of Palliative
Medicine. Oxford Medical Publications (OUP) 3 rd edn 2003
9. Family Medicine Team of FM-UGM, FM-UNS, FM-UI, and PDKI Pusat
Jakarta. 2009. Family Medicine Education and Development in National
Health System. Yogyakarta : Center of Family Medicine.
10. Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd
ed. New York, NY: Oxford University Press
11. Wonodirekso, Sugito. 2008. Karir Dokter di Ranah Pelayanan Kesehatan
Primer. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai