Anda di halaman 1dari 16

“KONSEP KEDOKTERAN KELUARGA”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pengenalan Studi Mahasiswa Baru

DISUSUN OLEH :
PRESBICUSIS
201410330311146

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014/2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Kedokteran Keluarga” tepat
pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Panitia PESMABA 2014.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Malang, 5 September 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan bangsa Indonesia yang tertuang dalam
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2004 yang disempurnakan dengan rancangan SKN 2009
yang mempertegas makna pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan hak asasi
manusia, melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu, maka
perlu dibentuk suatu model pelayanan kesehatan yang dapat mewujudkan tujuan
pembangunan kesehatan berdasarkan SKN. Pada SKN telah dijelaskan bahwa untuk masa
mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan nasional telah berkembang, pemerintah tidak
lagi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata pertama melalui
puskesmas. Penyelenggaraan UKP akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan
menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang terpencil.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengapa pada zaman ini, lebih diutamakan menggunakan konsep kedokteran
keluarga?

2. Bagaimana cara menerapkan konsep kedokteran keluarga?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Agar terlaksananya pemerataan upaya kesehatan yang terjangkau dan bermutu

2. Agar pendekatan pelayanan memenuhi hak asasi manusia dan mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu

BAB II
PEMBAHASAN

Pelayanan kesehatan dokter keluarga merupakan salah satu sistem pelayanan


kesehatan dengan pendekatan pelayanan yang mencoba memenuhi hak asasi manusia
dan mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan kesehatan dokter
keluarga juga memperdayakan masyarakat yang dalam hal ni mulai dari keluarga
sampai dengan masyarakat disekitarnya dengan menumbuhkan paradigma sehat.

Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu bentuk pelayanan medis di


Indonesia, yang diselenggarakan baik secara perorangan maupun berkelompok.
Sebagai salah satu ujung tomba dalam pelayanan kesehatan, pelayanan dokter
keluarga yang disiapkan sebagai primadona pelayanan medis strata pertama di
Indonesia, perlu senantiasa mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanannya,
apalagi di masa atau era globalisasi dimana kompetisi semakin ketat. (vidiawati,
2006)

Pelayanan dokter keluarga merupakan salah satu upaya penyelenggaraan


kesehatan perorangan di tingkat primer untuk memenuhi ketersediaan, ketercapaian,
keterjangkauan, kesinambungan, dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang
diharapkan akan mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang hingga sekarang
belum terselesaikan karena belum jelasnya bentuk subsistem pelayanan kesehatan dan
terkait dengan subsistem pembiayaan kesehatan (Asmah, 2008).

Sistem dokter keluarga merupakan antisipasi perkiraan bergesernya status


puskesmas menjadi sarana umum. Dokter keluarga menjadi private good, yang akan
menjadi bagian dari keluarga. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau merupakan sesuatu yang essensal. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan model dkter keluarga diharapkan dokter keluarga sebagai ujung
tombak dalam pelayanan kedokteran tingkat pertama, yang dapat berkolaborasi
dengan pelayanan kedokteran tingkat kedua dan yang bersinergi dengan sistem lain.
(Asmah,2008).

Berbagai definisi yang menjadi dasar penggambaran profil Dokter Keluarga


dan Klinik Dokter Keluarga, yaitu antara lain :

1. Menurut Olesen F, dkk (2000), dokter keluarga adalah :

a. Dokter yang dididik secara khusus untuk bertugas di lini terdepan


sistem pelayanan kesehatan, bertugas mengambil langkah awal
penyelesaian semua masalah yang mungkin dimiliki pasien.
b. Melayani individu dalam masyarakat, tanpa memandang jenis
penyakitnya ataupun karakter personal dan sosialnya, dan
memanfaatkan semua sumberdaya yang tersedia dalam sistem
pelayanan kesehatan untuk semaksimal mungkin kepentingan pasien.

c. Berwenang secara mandiri melakukan tindakan medis mulai dari


pencegahan, diagnosis, pengobatan, perawatan, dan asuhan paliatif,
menggunakan dan memadukan ilmu – ilmu biomedis, psikologi medis,
dan sosiologi medis.

2. Menurut Sugito Wonodirekso (2003), dokter keluarga adalah Dokter


Praktek Umum (DPU) yang telah mendapat pendidikan tambahan khusus
dan menyelenggarakan praktek dengan menerapkan prinsip – prinsip
Kedokteran Keluarga, dalam batas kewenangan sebagai Dokter Layanan
Primer.

3. Menurut The American Academy of Family Physician Dokter Keluarga


adalah sebagai penyaring di tingkat primer sebagai bagian suatu jaringan
pelayanan kesehatan terpadu yang melibatkan dokter spesialis di tingkat
pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan
rawat inapm diselenggarakan secara komprehensif, kontinyu, integratif,
holistik, koordinatif dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran
keluarga dan lingkungannya serta pekerjaannya.

4. Menurut WONCA, Dokter Keluarga adalah tenaga kesehatan (dokter)


tempat kontak pertama pasien (di fasilitas atau sistem pelayanan kesehatan
untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan tanpa memandang jenis
penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin sedini dan sedapat
mungkin secara paripurna dengan pendekatan holistik, bersinamnbung,
dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan
lainnya, dengan menggunakan prinsip tanggungjawab profesional, hukum,
etika dan moral.

5. Menurut Roebijoso (2003), Dokter Keluarga memiliki 5 (lima) pengertian


yaitu:

1) Dokter Keluarga sebagai ilmu (science), perlu dikaji dan


dikembangkan oleh Pusat Pendidikan Dokter.
2) Dokter Keluarga sebagai pendekatan (approach) pelayanan kesehatan
yang holistik (vs non holistik atau maszab liberalis dan sosial) perlu
dikaji, disusun, dibakukan dan diajarkan, oleh IDI dan Fakultas
Kedokteran.

3) Dokter keluarga sebagai manajemen klinik dan jaringan klinik dokter


keluarga yang berstandar, berorientasi pada kemampuan dan
pemberdayaan pada individu dan keluarga sebagai unit pelayanan, serta
manajemen pelayanan kesehatan berwawasan mutu dengan
mengutamakan upaya pembiayaan prabayar.

4) Dokter keluarga sebagai profesi dengan standar, kurikulum dan


akreditasi oleh persatuan profesi (nasional dan lokal).

5) Dokter keluarga sebagai politik ekonomi pelayanan kesehatan yaitu


iklim politik dan supra struktur yang mampu mendukung berbagai
pengembangan dokter keluarga di Indonesia.

6. Berdasarkan hasil musyawarah kerja IDI ke-18 dokter keluarga adalah


dokter yang memberi pelayanan esehatan yang berorientasi komunitas
dengan titik berat pada keluarga sehingga seorang dokter keluarga tidak
hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai
bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila
perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.

Secara singkat dapat didefinisikan sebagai dokter yang berprofesi khusus


sebagai dokter praktik umum yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
primer dengan menerapkan prinsip – prinsip kedokteran keluarga. Penjabaran tersebut
adalah sebagai berikut :

1. Berprofesi khusus karena dididik secara khusus untuk mencapai


standar kompetensi tertentu.

2. Dokter praktik umum, yaitu dokter yang dalam praktiknya menampung


semua masalah yang dimiliki pasien tanpa memandang jenis kelamin,
status sosial, jenis penyakit, golongan usia, ataupun sistem organ.

3. Pelayanan kesehatan tingkat primer ujung tombak pelayanan kesehatan


tempat kontak pertama dengan pasien untuk selanjutnya
menyelesaikan semua masalah sedini dan sedapat mungkin atau
mengkoordinasikan tindak lanjut yang diperlukan pasien.

4. Prinsip – prinsip kedokteran keluarga adalah pelayanan yang


komprehensif, kontinyu, koordinatid (kolaboratif) mengutamakan
pencegahan, menimbang keluarga dan komunitasnya.

Konsep pendekatan pelayanan dokter keluarga dapat dijabarkan melalui


pendekatan pelayanan dokter liberalis dan pendekatan pelayanan dokter sosialis yang
terdiri dari sebagai berikut :

1. Orientasi individu

2. Eksploitatif

3. Obscurantism

4. Non empowering

5. Non equality

6. Non continue/fragmentatif

7. Unefficient/non rasional/mubazir

8. Materialistis (interest)/non spiritual

9. Non holistik

10. Non advokatif

Menurut beberapa pendapat, dokter keluarga memiliki karakteristik:

1. Menurut Lynn P. Carmichel (1973) dokter keluarga berkarakter:

a. Memiliki kemampuan untuk mencegah penyakit dan memelihara


kesehatan pasien.

b. Menempatkan pasien sebagai bagian dari keluarga dan masyarakat.

c. Memberikan pelayanan menyeluruh, dengan mempertimbangkan


pasien dan keluarganya.

d. Andal mendiagnosis, tanggap epidemiologi dan terampil


menangani penyakit.
e. Tanggap saling – aruh faktor biologik – emosi – sosial dan
mewaspadai kemiripan penyakit.

2. Menurut Debra P. Hymovic & Martha Underwood Barnards (1973) dokter


keluarga memiliki karakter :

a. Memberikan pelayanan responsif dan bertanggung jawab

b. Melakukan pelayanan primer dan lanjut

c. Melakukan diagnosis dini sehingga mencapai taraf kesehatan


tinggi.

d. Memandang pasien dan keluarga

e. Melayani secara maksimal

3. IDI (1982) karakter dokter keluarga adalah :

a. Memandang pasien sebagai individu, bagian dari keluarga dan


masyarakat

b. Memberikan pelayanan menyeluruh dan maksimal

c. Mengutamakan pencegahan, tingkatan taraf kesehatan

d. Menyesuaikan dengan kebutuhan psien dan memenuhinya

e. Menyelenggarakan pelayanan primer dan bertanggungjawab atas


kelanjutannya.

Dokter keluarga menerapkan prinsip pendekatan pelayanan kesehatan yaitu :

1. Memberikan layanan komprehensif dengan pendekatan holistik

2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang kontinyu mulai dari


konsepsi sampai mati.

3. Mengutamakan pencegahan (empat tingkat pencegahan).

4. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang koordinatif dan kolaboratif.

5. Memberikan pelayanan kesehatan individual sebagai bagian integral dari


keluarganya.

6. Mempertimbangkan keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkunag


tempat pasien berada.
7. Sadar etika, moral dan hukum

8. Memberikan pelayanan kesehatan yang sadar biaya dan sadar mutu.

9. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diaudit dan


dipertanggungjawabkan.

Adapun penjabaran prinsip-prinsip pelayanan kesehatan diatas dapat


dijabarkan sebagai berikut:

1. Pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan pendekatan holistik

a. Promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

b. Memandang pasien sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya bagian


tubuhnya yang sakit.

2. Pelayanan kesehatan yang kontinyu.

a. Mempunyai rekam medis yang diisi dengan cermat

b. Dianjurkan untuk berpraktek di tempat yang sama, dokter dan


kliniknya sebaiknya jangan berpindah-pindah.

c. Menjalin kerjasama dengan profesional dan institusi pelayanan


kesehatan lainnya untuk kepentingan pasien agar proses konsultasi
dan rujukan berjalan lancar.

3. Pelayanan kesehatan yang mengutamakan pencegahan

a. Melayani KIA, KB, vaksinasi

b. Mendiagnosis dan mengobati penyakit sedini mungkin

c. Mengkonsultasikan atau merujuk pasien pada waktunya

d. Mencegah kecatatan

4. Pelayanan kesehatan yang koordinatif dan kolaboratif

a. Kerjasama profesional dengan semua pengandil agar dicapai


pelauanan kesehatan yang bermutu dan mencapai kesembuhan
optimal.

b. Memanfaatkan potensi pasien dan keluarganya seoptimal mungkin


untuk penyembuhan.
5. Penanganan individual bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya.

a. Titik awal pelayanan dokter keluarga adalah individu seorang pasien

b. Unit terkecil yang dilayaninya adalah individu pasien itu sendiri


sebagai bagian integral dari keluarganya

c. Seluruh anggota keluarga dapat menjadi pasien seorang dokter


keluarga akan tetapi tetap dimungkinkan sebuah keluarga mempunyai
lebih dari satu dokter keluarga.

6. Pelayanan kesehatan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja,


masyarakat, dan lingkungan tempat tinggalnya.

a. Selalu mempertimbangkan pengaruh keluarga, komunitas,


masyarakat, dan lingkungannya yang dapat mempengaruhi
penyembuhan penyakitnya.

b. Memanfaatkan keluarga, komunitas, masyarakat dan lingkungannya


untuk membantu penyembuhan penyakitnya.

7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum

a. Mempertimbangkan etika dalam setiap tindak medis yang dilakukan


pada pasien.

b. Meminta ijin pada pasien untuk memberitakan penyakitnya kepada


keluarganya atau pihak lain.

c. Menyadari bahwa setiap kelalaian dalam tindakannya dapat menjadi


masalah hukum.

8. Pelayanan kesehatan yang sadar biaya dan sadar mutu

a. Mempertimbangkan segi “cost-effectiveness” dalam merancang


tindakan medis untuk pasiennya.

b. Mampu mengelola dan mengembangkan secara efisien dengan neraca


positif sebuah klinik Dokter Keluarga dengan tetap menjaga mutu
pelayanan kesehatan
c. Mampu bernegosiasi dengan pelayanan kesehatan yang lain (rumah
sakit, apotik, optik, dll) secara berimbang sehingga tercapai kerjasama
yang menguntungkan semua pihak khususnya pasien.

d. Mampu bernegosiasi dengan perusahaan asuransi kesehatan secara


serasi dan selaras sehingga tercapai kerjasama yang menguntungkan
semua pihak khususnya pasien.

9. Pelayanan kesehatan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan

a. Rekam medis yang lengkap dan akurat yang dapat dibaca orang lain
yang berkepentingan

b. Menyediakan SOP untuk layanan medis

c. Belajar sepanjang hanyat dan memanfaatkan EBM (Evidence Based


Medicine) serta menggunakannya sebagai alat untuk merancang
tindakan medis dan bukan sebagai pembuat keputusan

d. Menyadari keterbatasan kemampuan dan kewenangan.

e. Menyelenggarakan pertemuan ilmiah rutin membahas berbagai kasus


sambil mengaudit penatalaksanaannya.

Kompetensi dokter keluarga pada dasarnya sesuai dengan kompetensi umum


dokter yang tercantum dalam Kompetensi Inti Penddikan Dokter Indonesia III
(KIPDI III), yang terdiri dari tujuh area kompetensi dasar, diantaranya adalah sebagai
berikut :

1. Profesionalitas yang luhur

a. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa / Yang Maha Kuasa

b. Bermoral, beretika, dan disiplin

c. Sadar dan taat hukum

d. Berwawasan sosial dan budaya

e. Berprilaku profesional

2. Mawas diri dan pengembangan diri

a. Menerapkan mawas diri

b. Mempraktikan belajar sepanjang hayat


c. Mengembangkan pengetahuan

3. Komunikasi efektif

a. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga

b. Berkomunikasi dengan mitra kerja

c. Berkomunikasi dengan masyarakat

4. Pengelolaan informasi

a. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan

b. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif


kepada profesional kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak
terkait untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran

Menerapkan ilmu biomedik, ilmu humaniora, ilmu kedokteran


klinik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat/ Kedokteran
Pencegahan/Kedokteran Komunitas yang terkini untuk memngelola
masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif.

6. Area keterampilan klinis

a. Melakukan prosedur diagnosis

b. Melakukan prosedur penatalaksanaan yang holistik dan


komprehensif

7. Pengelolaan masalah kesehatan

a. Melaksanakan promosi kesehatan pada individu, keluarga da


masyarakat.

b. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah


kesehatan pada individu, keluarga dan masyarakat.

c. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan individu,


keluarga dan masyarakat.
d. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan.

e. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien, dan


berkesinambungan dalam penyelesaian masalah kesehatan.

f. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan


kesehatan spesifik yang merupakan prioritas daerah masing –
masing di Indonesia.

Selain kompetensi dasar di atas, seorang dokter keluarga harus mempunyai


kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada
umumnya, diantaranya sebagai berikut :

1. Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran


keluarga.

2. Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam


pelayanan kedokteran keluarga.

3. Menguasai keterampilan berkomunikas

Dalam menjalankan peran sebagai pelayanan kesehatan, dokter keluarga


mempunyai tugas dan wewenang. Tugas dokter keluarga indentikdengan tugas dan
wewenang dokter. Tugas dokter keluarga dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan primer secara paripurna
menyeluruh dan bermutu, gunna penapisan untuk pelayanan spesialistik
yang diperlukan

2. Mendiagnosis secara sepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat.

3. Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat


sehat dan sakit.

4. Memberikan pelayanan kedokteran kepada indivdu dan keluarganya.

5. Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan


taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi.
6. Menangani penyakit akut dan kronik.

7. Melakukan tindakan tahap awal kasusu berat agar siap dikirim ke RS

8. Tetap bertnggungjawab atas pasien yang dirujuk ke Donter Spesialis atau


dirawat di Rumah Sakit

9. Memantau pasien yang telah dirujuk atau dikonsultasikan.

10. Bertindak sebagai mitra, penasehat dan konsultan bagi pasiennya.

11. Mengkoordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien.

12. Menyelenggarakan rekam medis yang memenuhi standart.

13. Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum


dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

Pada dasarnya wewenang dokter keluarga adalah sama dengan wewenang


seorang dokter pada umumnya namun lebih menekankan pada upaya promotif
preventif, yaitu:
1. Menyelenggarakan rekan medis yang memenuhi standart.

2. Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.

3. Melaksanakan tindakan pencegahan penyakit.

4. Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer.

5. Mengatasi keadaan gawat dan darurat pada tingkat awal.

6. Melakukan tindakan prabedah, bedah minor, perawatan pasca bedah di


unit pelayanan primer.

7. Melakukan perawatan sementara.

8. Menerbitkan surat keterangan medis.

9. Memberikan masukan untuk kepeluan pasien rawat inap.

10. Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kedokteran keluarga sangat diperlukan agar sebuah keluarga tersebut


dapat menjalani hidup sehat, dari awal ia dilahirkan hingga nanti ia meninggal.
Hal itu tentu mempermudah untuk mengetahui penyakit apa yang dideritanya
karena telah mengetahui riwayat penyakitnya terdahulu selama ia hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Endra, Febri B. S, 2013. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Keluarga. Malang: laboratorium
kedokteran keluarga dan industri Fk UMM

Anda mungkin juga menyukai