FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL
Pembimbing :
dr. Meivy Isnoviana, SH, MH
Kelompok B Malang
Aditya Azwar
Etty Herlin Indriati
Henggar Tri Buana K
Olevia Bebby P
Prabangkara Dikma Billy S
Bondan Sasmito C
Retno Dyah P
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non √
emergensi.
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien. √
Justice
Medical Preference:
Pasien umur 10 th datang Quality of Life :
ke IGD dengan keluhan Pasien tidak mendapatkan
diare dan mual muntah tindakan seharusnya
kedaan umum cukup
Client Preference :
dalam kasus ini pasien Contextual Feature :
berumur 10 tahun dan Keadaan pasien tidak
seluruh keputusan berada emergency
di tangannya
PROFESIONALISM
Medical Preference:
Pasien umur 25 th datang Quality of Life :
ke IGD dengan keluhan
tampak lemas, berjalan pasien tidak dalam
sempoyongan dan batuk keadaan emergency
terus menerus
Contextual Feature :
Client Preference : dokter tidak memberikan
Pasien berkompeten hak hak kepada keluarga
dalam mengambil pasien untuk mengetahui
keputusan penyakit yang diderita oleh
pasien
KASUS 3
Henggar Tri Buana K
Kasus
Seorang perempuan berusia 30 tahun telah dirawat diruang Mawar selama 2
hari, pasien tersebut di diagnosis diabetus melitus tipe II + ulkus pedis dextra.
Didapatkan nekrosis pada digiti 1,2 dan metatarsal dextra, oedem , pus ,dan
nyeri . Hasil foto pedis dextra AP/Obliq didapatkan soft tissue swealling + gas
tulang – tulang normal . Dokter jaga telah menjelaskan pada keluarga perihal
ulkus pada kaki pasien sekaligus menjelaskan bahwa pasien akan di konsulkan
pada spesialis orthopedi dan saat itu keluarga menyetujui. Setelah di konsulkan
ke spesialis orthopedi advice yang diberikan adalah amputasi / debridement.
Kemudian DM yang merawat pasien tersebut menjelaskan pada pasien dan
keluarganya bahwa akan direncakan pembersihan luka atau di buang bagian
yang sudah tidak berfungsi lagi di ruang operasi . Namun setelah mendapat
penjelasan pasien tersebut marah-marah dan mengancam akan melaporkan DM
tersebut pada pihak RS karena dianggap menakuti – nakuti pasien. Karena hal
itu , keluarga pasien di ajak ke ruang perawat dan dijelaskan rencana tindakan
yang akan di lakukan oleh dokter orthopedi secara rinci . Karena pasien tidak
mau dilakukan tindakan tersebut dan memaksa ingin pulang akhirnya keluarga
pasien menandatangani informed consent untuk menolak dilakukan tindakan
dan menandatangani form pulang paksa.
KDB 1 (Beneficence)
Kriteria Ya Tidak
1.Utamakan alturisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban)
2.Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3.Memandang pasien/keluarga dan sesuatu tak sejauh menguntung dokter
4.Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan
keburukannya.
5.Paternalisme bertanggung jawab/ kasih sayang
Kriteria Ya Tidak
Non –Malficence :
dokter orthopedi melakukan rencana amputasi / debridement untuk
mengurangi komplikasi pada pasien dengan Diabetus Melitus tipe II + Ulkus
Pedis sinistra
Autonomy :
Dokter menjelaskan kondisi penyakit yang dialami pasien kepada
keluarga, serta penanganan dan resiko terberat yang mungkin terjadi .
Pasien menolak tindakan yang akan diberikan dengan menandatangani
inform consent.
Dilema Etik:
Non –Malficence
Autonomi
Prima Facie :
Autonomi
Medical Indications: Client Preferences:
Dx DM tipe II + ulkus pedis Penolakan Tindakan medis
dextra. Terjadi nekrosis pada dilakukan atas permintaan
4 BOX METHODE
Excellent : (-)
Accountability: (+)
Duty : (+)
Alturism : (+)
Respect for other : (+)
Humanity : (+)
KASUS 4
Olevia Bebby P
Seorang wanita usia 27 tahun datang ke IGD RST dr. Soepraoen
Malang dengan diantar kakak pasien setelah mengalami KLL. Dokter
jaga melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang foto
rontgen. Pada pemeriksaan fisik didapatkan perdarahan dan pada
foto rontgen didapatkan patah tulang terbuka pada lengan sebalah
kiri. Kemudian dokter jaga mengkonsulkan kepada dokter spesialis
orthopedi dan advice dokter orthopedi adalah harus dilakukan
operasi. Kemudian dokter jaga menjelaskan kepada kakak pasien
perihal kondisi pasien dan rencana tindakan yang akan dilakukan.
Tapi kakak pasien menolak tindakan tersebut dan berencana akan
dibawa ke sangkal putung. Akhirnya kakak pasien menandatangani
informed consent penolakan tindakan. Dokter jaga melakukan
pembersihan luka dan pembebatan sementara, kemudian pasien
meminta pulang paksa.
KDB 1 (Beneficence)
Kriteria Ada Tidak ada
1.Utamakan alturisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban)
2.Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3.Memandang pasien/keluarga dan sesuatu tak sejauh menguntung
dokter
4.Mengusakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan
dengan keburukannya.
5.Paternalisme bertanggung jawab/ kasih sayang
6.Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7.Pembatasan Goal-Based
8.Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasein
9.Minimalisasi akibat buruk.
10.Kewajiban menolong pasien gawat darurat
11. Menghargai hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik honorarium diluar kepantasan
13.Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14.Mengembangkan profesi secara terus-menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle
KDB 2 Non-Maleficence
Kriteria Ada Tidak Ada
1. Menolong pasien emergensi
2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah:
• Pasien dalam keadaan berbahaya.
• Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan.
• Tindakan Kedokteran tadi terbukti efektif
• Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami
risiko minimal).
3. Mengobati pasien yang luka.
4. Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
5. Tidak menghina/caci maki.
6. Tidak memandang pasien sebagai objek
7. Mengobati secara tidak proporsional
8. Tidak mencegah pasien secara berbahaya
9. Menghindari misrepresentasi dari pasien
10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
11. Tidak memberikan semangat hidup
12. Tidak melindungi pasien dari serangan
13. Tidak melakukan white collar dalam bidang kesehatan
KDB 3 Autonomi
Kriteria Ada Tidak Ada
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri,
menghargai martabat pasien.
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat
keputusan (pada kondisi elektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi.
5. Menjaga rahasia pribadi
6. Menghargai rasionalitas pasien.
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkann pasien dewasa dan kompeten
mengambil keputusan sendiri.
9. TIdak mengintervensi atau meghalangi outonomi
pasien.
10. Mengcegah pihak lain mengintervensi pasien dan
membuat keputusan, termasuk, termasuk
keluarga pasien sendiri.
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil
pasien pada kasus non emergensi.
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi
kebaikan pasien.
13. Menjaga hubungan (kontrak)
KDB 4 Justice
Kriteria Ada Tidak
ada
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia
lakukan.
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam
posisi yang sama.
4. Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,
accessibility, availability, quality)
5. Menghargai hak hukum pasien.
6. Menghargai hak orang lain.
7. Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan)
8. Tidak melakukan penyalahgunaan.
9. Bijak dalam makro alokasi.
10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan
pasien
11. Meminta partisipasi pasien seusai dengan kemampuan.
12. Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya,
beban , sanki) secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat
dan kompeten.
DILEMA ETIKA
Beneficence :
Dokter jaga melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang
pada pasien serta mengkonsulkan pada dokter spesialis
orthopedi
Non –Malficence :
Dokter spesialis orthopedi memberikan advice untuk
dilakukan tindakan operasi
Autonomy :
Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien, rencana tindakan
serta resiko yang akan dialami namun pasien dan suaminya
menolak tindakan tersebut dan meminta pulang paksa.
Dilema Etik :
Non malficience
Autonomy
Prima Facie :
Autonomy
4 BOX METHODE
Medical Indications: Client Preferences:
Pasien mengalami patah Penolakan tindakan medis
tulang terbuka pada lengan
kiri dan akan dilakukan atas kesepakatan keluarga
tindakan operasi
Excellent : (-)
Accountability: (+) Dokter bertanggung jawab dan
berusaha yang terbaik untuk memperbaiki kualitas
hidup pasien.
Duty : (+) Dokter tersebut sudah bekerja sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan rumah sakit
Alturism : (+)
Respect for other : (+)
Humanity : (+)
KASUS 5
Prabangkara Dikma Billy S
Kasus
2. Non Malificence
Dokter mengobati pasien sesuai prosedur
3. Justice
Dokter tidak membedakan pelayanan pada pasien berdasarkan status sosial
4. Autonomy
dokter menghargai ayah pasien yang memprotes dirinya dan menyangkal
penyakit pasien
Dilema Etik
Beneficience
Autonomy
4 BOX METHOD
OF CLINICAL
ETHICS
Medical Client
Indications Preferences
Contextual
Quality of Life Feautures
4 BOX METHOD
OF CLINICAL
ETHICS
Client Preferences;
Ayah pasien berkompeten mengambil keputusan dan menerima
penjelasan dokter
4 BOX METHOD
OF CLINICAL
ETHICS
Quality of Life
Pasien mengalami penyakit TBC dan jika tidak diobati
secara rutin akan menyebabkan resisten dan penularan.
Contextual Features
Dokter menjelaskan pengobatan dan pencegahan
pada setiap kasus TBCtanpa mendiskriminasikan
pihak yang dirawat.
Prinsip Profesionalisme
Beneficence :
dokter melakukan rehidrasi tetapi tidak memberi tahu penyakit
HIV pada pasien sehingga pasien tidak dapat menjalankan
pengobatan
Non –Malficence :
dokter menolong pasien dalam keadaan gawat darurat , tetapi
tidak dapat mengobati penyebebab utama.
Autonomy :
Dokter tidak menjelaskan kondisi penyakit yang dialami pasien
kepada pasien, sehingga pengobatan penyebab utama tidak
dapat dilakukan
Dilema Etik:
beneficion,
Autonomi
Prima Facie :
autonomi
4 BOX METHODE
Medical Indications: Client Preferences:
Dx Dehidrasi berat dan HIV Tindakan medis dilakukan atas
Emergensi persetujuan keluarga.
Dilakukan rehidrasi, dan Pasien tidak mengetahui
dilakukan pengobatan namun penyakitnya.
tidak dilakukan pengobatan
untuk HIVnya