Sukirman, seorang anak laki –laki berusia 7 tahun dengan berat badan 22 kg dibawa ibunya ke IGD
RSMP karena kaki tangannya dingin. Sejak 4 hari yang lalu, panas tinggi terus menerus namun tidak disertai
kejang dan tidak disertai batuk pilek. Sejak 1 hari yang lalu, panas turun tetapi anak masih tampak lesu dan
disertai BAB berwarna hitam. Sukirman mulai gelisah dan tidak BAK sejak 12 jam yang lalu.
Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey:
Airway : bisa berbicara jika dipanggil namanya dengan suara keras
Breathing : pernapasan 30x/menit, suara nafas kiri dan kanan vesikuler, ronkhi tidak ada,
wheezing tidak ada
Circulation : tekanan darah tidak terukur, nadi sulit diraba, ekstremitas terlihat pucat dan
teraba dingin, capillary refilled time > 3 detik, sumber perdarahan tidak
tampak. Dokter IGD melakukan tindakan pertolongan pertama, yaitu
memposisikan anak dalam posisi hirup kemudian saat akan memberikan
cairan resusitasi, akses vena sulit didapat.
Disability : membuka mata dengan panggilan, gerakan ekstremitas dengan rangsangan
nyeri, mengerang, pupil isokor, refleks cahaya (+)
Exposure :
a. Suhu 36,1 oC
b. Rumple Leed (+)
c. Kutis marmorata
Secondary Survey :
- Kepala :
a. Mata : conjungtiva tidak anemis
b. Hidung : nafas cuping hidung tidak ada
c. Telinga : tidak ada kelainan
d. Mulut : pasien mengerang
- Leher : dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi)
- Thoraks :
a. Inpeksi : gerak nafas simetris, retraksi tidak ada, frekuensi nafas 30x/menit
b. Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicularis sinistra, stem fremitus kanan dan kiri
sama.
c. Perkusi : batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
d. Auskultasi : suara jantung jelas dan regular, suara paru vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak
ada.
- Abdomen :
a. Inspeksi : datar
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar-lien dalam batas normal
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
- Ekstremitas inferior dan superior : akral dingin, capillary refilled time > 3 detik
Kondisi Sukirman memburuk, kesadaran semakin menurun, frekuensi nafas 10x/menit, nadi tidak teraba.
Dokter IGD mencoba resusitasi intraossesus tetapi Sukirman tidak dapat tertolong.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Sukirman, seorang anak laki –laki berusia 7 tahun dengan berat badan 22 kg dibawa ibunya ke IGD
RSMP karena kaki tangannya dingin.
2. Sejak 4 hari yang lalu, panas tinggi terus menerus namun tidak disertai kejang dan tidak disertai batuk
pilek. Sejak 1 hari yang lalu, panas turun tetapi anak masih tampak lesu dan disertai BAB berwarna hitam.
Sukirman mulai gelisah dan tidak BAK sejak 12 jam yang lalu.
3. Primary Survey:
Airway : bisa berbicara jika dipanggil namanya dengan suara keras
Breathing : pernapasan 30x/menit, suara nafas kiri dan kanan vesikuler, ronkhi tidak ada,
wheezing tidak ada
Circulation : tekanan darah tidak terukur, nadi sulit diraba, ekstremitas terlihat pucat dan
teraba dingin, capillary refilled time > 3 detik, sumber perdarahan tidak
tampak. Dokter IGD melakukan tindakan pertolongan pertama, yaitu
memposisikan anak dalam posisi hirup kemudian saat akan memberikan
cairan resusitasi, akses vena sulit didapat.
Disability : membuka mata dengan panggilan, gerakan ekstremitas dengan rangsangan
nyeri, mengerang, pupil isokor, refleks cahaya (+)
Exposure :
a. Suhu 36,1 oC
b. Rumple Leed (+)
c. Kutis marmorata
4. Secondary Survey :
- Kepala :
a. Mata : conjungtiva tidak anemis
b. Hidung : nafas cuping hidung tidak ada
c. Telinga : tidak ada kelainan
d. Mulut : pasien mengerang
- Leher : dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi)
- Thoraks :
a. Inpeksi : gerak nafas simetris, retraksi tidak ada, frekuensi nafas 30x/menit
b. Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicularis sinistra, stem fremitus kanan dan
kiri
sama.
c. Perkusi : batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
d. Auskultasi : suara jantung jelas dan regular, suara paru vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing
tidak
ada.
- Abdomen :
a. Inspeksi : datar
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar-lien dalam batas normal
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
- Ekstremitas inferior dan superior : akral dingin, capillary refilled time > 3 detik
5. Kondisi Sukirman memburuk, kesadaran semakin menurun, frekuensi nafas 10x/menit, nadi tidak
teraba. Dokter IGD mencoba resusitasi intraossesus tetapi Sukirman tidak dapat tertolong.
ANALISIS MASALAH
1. Sukirman, seorang anak laki –laki berusia 7 tahun dengan berat badan 22 kg dibawa ibunya ke
IGD RSMP karena kaki tangannya dingin.
a. Apa makna mengalami kaki dan tangan dingin pada kasus?
Jawab:
Kaki dan tangan dingin (akral dingin) merupakan tanda dari penurunan perfusi ke jaringan yang
merupakan salah satu tanda dari tanda syok.
Akral dingin pada keadaan darurat atau pada kondisi gawat seperti syok yang dialami pasien, tubuh akan
mengkompensasikan darah fokus pada organ-organ vital, sehingga pasokan darah di perifer berkurang.
darah yang membawa panas tubuh juga mengakibatkan bagian ekstremitas jadi dingin karena pembuluh
darah akan menyempit dan akibatnya kulit menjadi pucat.
Infeksi virus dengue virus masuk kedalam darah virus bekembang dalam sistem retikuloendotelial
terbentuknya komplek antigen antibody agregasi trombosit, gangguan koagulasi
trombositopenia, peningkatan permeabilitas kapiler kebocoran plasma penurunan volume darah
sirkulasi darah difokuskan ke organ vital penurunan sirkulasi kejaringan perifer tangan dan kaki
dingin (tanda syok)
d. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pada kasus?
Jawab :
Usia :
Kelompok usia 5-10 tahun merupakan kelompok yang paling banyak terinfeksi virus dengue. Pada
umumnya pasien DBD berusia dibawah 15 tahun, terbanyak dibawah 10 tahun, memiliki derajat
keparahan yang cenderung lebih tinggi. Makin muda usia pasien, makin tinggi pula mortalitasnya, hal
ini kemungkinan disebabkan karena pada anak yang lebih muda endotel pembuluh darah kapiler lebih
rentan terjadi pelepasan sitokin sehingga terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang lebih banyak.
Jenis Kelamin :
Adanya korelasi antara jenis kelamin dengan tingkat infeksi DBD. Hal ini disebabkan laki-laki,
terutama pada usia anak-anak, lebih sering beraktivitas di luar rumah daripada perempuan.
Kejadian DBD terbanyak terjadi pada kelompok umur 5 - 14 tahun. alam stratifikasi DBD oleh
World Health Organization (WHO) 2005 yang mengindikasikan tinggi-nya angka perawatan
rumah sakit dan kematian akibat DBD, khususnya pada anak.
2. Stadium Dekompensasi
Beberapa mekanisme terjadi pada fase dekompensasi, seperti memburuknya perfusi jaringan
yang menyebabkan penurunan O2 bermakna, mengakibatkan metabolisme anaerob sehingga
produksi laktat meningkat menyebabkan asidosis laktat. Kondisi ini diperberat oleh
penumpukan CO2 yang menjadi asam karbonat. Asidemia akan menghambat kontraktilitas
miokardium dan respons terhadap katekolamin. Selain itu, terdapat gangguan metabolisme
energy dependent Na+/K+ pump di tingkat seluler, menyebabkan integritas membran sel
terganggu, fungsi lisosom dan mitokondria memburuk yang dapat berdampak pada
kerusakan sel. Pada stadium dekompensasi ini aliran darah lambat, rantai kinin serta sistem
koagulasi rusak, akan diperburuk dengan agregrasi trombosit dan pembentukan trombus yang
disertai risiko perdarahan. Pelepasan mediator vaskuler, seperti histamin, serotonin, dan
sitokin, menyebabkan terbentuknya oksigen radikal serta platelet aggregating factor.
Pelepasan mediator oleh makrofag menyebabkan vasodilatasi arteriol dan permeabilitas
kapiler meningkat, sehingga menurunkan venous return dan preload yang berdampak pada
penurunan CO. Gejala pada stadium dekompensasi ini antara lain takikardi, tekanan darah
sangat rendah, perfusi perifer buruk, asidosis, oligouria, dan kesadaran menurun.
3. Stadium Irreversible
Stadium ini merupakan stadium lanjut syok yang tidak mendapatkan penanganan tepat dan
berkelanjutan. Pada stadium ini akan terjadi kerusakan dan kematian sel yang dapat
berdampak pada terjadinya MOF (multiple organ failure). Pada stadium ini, tubuh akan
kehabisan energi akibat habisnya cadangan ATP (adenosine triphosphate) di dalam sel.
Gejala klinis stadium ini meliputi nadi tak teraba, tekanan darah tak terukur, anuria, dan
tanda-tanda kegagalan organ (MODS – multiple organ dysfunctions)
Tabel 2. Stadium syok berdasarkan volueme plasma yang hilang
Stadium Plasma yang hilang Gejala
1.Presyok 10-15% Pusing, takikardi ringan, sistolik
(compensated) ±750 ml 90-100 mmHg
2.Ringan 20-25 % Gelisah, keringat dingin, haus,
(compensated) 1000-1200 ml diuresis berkurang, takikardi >
100/menit, sistolik 80-90 mmHg
3.Sedang 30-35 % Gelisah, pucat, dingin, oliguri,
(reversible) 1500-1750 ml takikardi >100/menit, sistolik 70-
80 mmHg
4.Berat 35-50 % Pucat, sianotik, dingin, takipnea,
(irreversible) 1750-2250 ml anuri, kolaps pembuluh darah,
takikardi/tak teraba lagi, sistolik 0-
40 mmHg.
Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012), berikut merupakan alur pelayanan Instalasi Gawat
Darurat:
p. Bagaimana standar pelayanan di IGD?
Jawab:
Setiap rumah sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan:
1. Melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawatdarurat
2. Melakukan resusitasi dan stabilitasi (lifesaving).
3. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan 24
jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.
4. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah sakit diseragamkan
menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD).
5. Rumah sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus gawat darurat.
6. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 (lima) menit setelah sampai diIGD.
7. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasi multidisiplin,
multiprofesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi fungsional yang terdiri dari unsur
pimpinan dan unsur pelaksana, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan
terhadap pasien gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan wewenang penuh
yang dipimpin olehdokter.
8. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan gawat daruratnya
minimal sesuai dengan klasifikasi berikut.
Adapun standar pelayanan minimal yang harus dimiliki oleh IGD rumah sakit adalah:
Standar Pelayanan Minimal IGD Rumah Sakit
N
INDIKATOR STANDAR
O
1. Kemampuan menangani life-saving anak dan
100%
dewasa
2. Jam buka pelayanan gawat darurat 24 jam
3. Pemberian pelayanan gawa darurat yang
bersertifikat yang masih berlaku 100%
BLS/PPGD/GELS/ALS
4. Ketersediaan tim penanggulangan bencana 1 tim
5. Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat Kurang dari atau 5 menit terlayani
setelah pasien datang
6. Kepuasan pelanggan Lebih dari sama dengan 70%
7. Kematian pasien < 24 jam Kurang dari sama dengan 2/1000
(pindah ke pelayanan rawat inap
setelah 8 jam)
8. Khusus untuk rumah sakit jiwa pasien dapat
ditenangkan dalam waktu kurang dari sama dengan 100%
48 jam
9. Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar
100%
uang muka
2. Sejak 4 hari yang lalu, panas tinggi terus menerus namun tidak disertai kejang dan tidak disertai
batuk pilek. Sejak 1 hari yang lalu, panas turun tetapi anak masih tampak lesu dan disertai BAB
berwarna hitam. Sukirman mulai gelisah dan tidak BAK sejak 12 jam yang lalu.
a. Apa makna keluhan 4 hari lalu panas tinggi terus-menerus namun tidak diserti kejang dan tidak
disertai batuk pilek?
Jawab :
Makna 4 hari yang lalu panas tinggi terus menerus merupakan manifestasi klinis dari Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF), makna tidak disertai kejang adalah tidak ada gangguan neorologis, dan
makna tidak disertai batuk pilek adalah tidak ada gangguan pada traktus respiratorius bagian atas.
Menurut WHO (2009), terdapat 3 gambaran klinis penderita Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) yaitu:
a. Fase febris
Biasanya demam mendadak tinggi 2 – 7 hari, disertai muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh
tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi
farings dan konjungtiva, anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda
perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan
pervaginam dan perdarahan gastrointestinal.
b. Fase kritis
Fase kritis terjadi pada hari 3 – 7 sakit dan ditandai dengan penurunan suhu tubuh disertai kenaikan
permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasanya berlangsung selama 24 – 48
jam. Kebocoran plasma sering didahului oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung
trombosit. Pada fase ini dapat terjadi syok.
c. Fase pemulihan
Fase pemulihan, bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke
intravaskuler secara perlahan pada 48 – 72 jam setelahnya. Keadaan umum penderita membaik,
nafsu makan pulih kembali , hemodinamik stabil dan diuresis membaik.
Demam pada Sukirman memiliki siklus demam yang khas terjadi pada Demam
Berdarah
Dengue. Demam pada DBD mempunyai siklus demam disebut “Siklus Pelana Kuda”
(lihat gambar)
b. Apa hubungan keluhan kaki dan tangan dingin dengan keluhan 4 hari yang lalu?
Jawab :
Tidak ada hubungan langsung antara keluhan 4 hari yang lalu berupa demam dengan kaki dan tangan
dingin. Kedua hal ini merupakan perjalanan alamiah penyakit yang disebabakan oleh infeksi virus
Dengue.
Keluhan 4 hari yang lalu berupa demam merupakan respon tubuh terhadap infeksi virus dengeue dengan
pengaktifan mediator inflamasi. Sedangkan tangan dan kaki dingin merupakan tanda syok yang terjadi
karena menurunnya sirkulasi ke jaringan perifer akibat terjadi peningkatan permeabilitas kapiler.
c. Apa penyebab panas tinggi terus menerus namun tidak disertai kejang dan tidak disertai batuk
pilek?
Jawab:
Penyebab demam pada kasus ini adalah virus dengue, yang memiliki 4 serotipe (dengue-1, dengue-2,
dengue-3, dengue-4). Termasuk kedalam grup B Anthropod Borne Virus (arbovirus)
e. Apa makna sejak 1 hari yang lalu, panas turun tetapi anak masih tampak lesu dan disertai BAB
bewarna hitam?
Jawab:
Makna sejak 1 hari yang lalu, panas turun telah memasuki fase kritis selama 2-3 hari dimana apabila
pada fase ini tidak ditangani dapat terjadi renjatan.
Makna tampak lesu akibat telah terjadinya gangguan sirkulasi akibat plasma leakage
Makna BAB bewarna hitam (melena) telah terjadinya perdarahan akibat gangguan dari permeabilitas
pembuluh darah yang meningkat di lambung. Makna melena yang merupakan manifestasi Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF).
f. Bagaimana anak masih tampak lesu dan disertai BAB bewarna hitam?
Jawab:
Tergigit nyamuk aedes aegypti infeksi virus dengue (sekunder) virus berkebang biak dalam RES
membentuk kompleks virus antibodi aktivasi komplemen pengeluaran anafilaktosin C3a dan
C5a peningkatan histamin permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat kebocoran plasma
hipovolemia tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan lesu.
Arbovirus (melalui nyamuk aedes aegypti) beredar dalam aliran darah infeksi virus dengue
(viremia) mengaktivasi sistem komplemen membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a PGE2
Hipothalamus hipertermi peningkatan reabsorbsi Na+ dan H2O permeabilitas membran
meningkat agregasi trombosit penghancuran trombosit oleh RES, pengeluaran faktor III
(trombosplastin) trombositopenia, penurunan faktor pembekuan perdarahan masif Hb
teroksidasi oleh HCL melena.
g. Apa makna Sukirman mulai gelisah dan tidak BAK sejak 12 jam yang lalu?
Jawab:
Makna Sukirman mulai gelisah merupakan renjatan yang disebabkan oleh kebocoran plasma yang
mengakibatkan penurunan perfusi ke otak sehingga penderita merasa gelisah dan tidak BAK sejak 12
jam yang lalu juga disebabkan penurunan perfusi ke ginjal yang menyebabkan peningkatan retensi Na
dan air sehingga terjadilah oliguria.
3. Primary Survey:
Airway : bisa berbicara jika dipanggil namanya dengan suara keras
Breathing : pernapasan 30x/menit, suara nafas kiri dan kanan vesikuler, ronkhi tidak ada,
wheezing tidak ada
Circulation : tekanan darah tidak terukur, nadi sulit diraba, ekstremitas terlihat pucat dan
teraba dingin, capillary refilled time > 3 detik, sumber perdarahan tidak
tampak. Dokter IGD melakukan tindakan pertolongan pertama, yaitu
memposisikan anak dalam posisi hirup kemudian saat akan memberikan
cairan resusitasi, akses vena sulit didapat.
Disability : membuka mata dengan panggilan, gerakan ekstremitas dengan rangsangan
nyeri, mengerang, pupil isokor, refleks cahaya (+)
Exposure :
d. Suhu 36,1 oC
e. Rumple Leed (+)
f. Kutis marmorata
Penurunan kesadaran:
Infeksi Virus Makrofag Virus bereplikasi di makrofag aktivasi T-helper dan T-Sitotoksik
limfokin dan INF-gamma monosit sekresi mediatoe inflamasi (TNF-α, IL-1, PAF), IL-6 dan
Histamin disfungsi sel endotel kebocoran plasma berkurangnya perfusi oksigen ke jaringan
otak penurunan kesadaran (Silbernagl, 2014).
Rumpled (+)
Infeksi Virus Makrofag Virus bereplikasi di makrofag aktivasi T-helper dan T-Sitotoksik
limfokin dan INF-gamma monosit sekresi mediatoe inflamasi (TNF-α, IL-1, PAF), IL-6 dan
Histamin disfungsi sel endotel kebocoran plasma agregrasi trombosit trombositopenia
Rumpled (+)(Silbernagl, 2014).
Circulation (Perdarahan)
Tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi tubuh yang tadinya terhenti atau
terganggu. Tujuannya adalah agar sirkulasi darah kembali berfungsi normal. Gangguan sirkulasi
ditandai dengan:
a. Tingkat kesadaran
Bila volume darah menurun, perfusi otak berkurang yang akan menyebabkan penurunan
kesadaran, tetapi penderita yang sadar belum tentu normovolemik.
b. Warna kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemi. Pasien tampak pucat, ekstremitas dingin,
berkeringat dingin dan capillary refill time lebih dari 2 detik.
c. Nadi
Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda dari hipovolemi.
Exposure
Pasien harus benar-benar buka pakaian, biasanya dengan memotong pakaian. Kita harus
menutupi pasien dengan selimut hangat untuk mencegah hipotermia. Cairan infuse harus
dihangatkan dan lingkungan yang hangat dipertahankan.
4. Secondary Survey :
- Kepala :
a. Mata : conjungtiva tidak anemis
b. Hidung : nafas cuping hidung tidak ada
c. Telinga : tidak ada kelainan
d. Mulut : pasien mengerang
- Leher : dalam batas normal, vena jugularis datar (tidak distensi)
- Thoraks :
a. Inpeksi : gerak nafas simetris, retraksi tidak ada, frekuensi nafas 30x/menit.
b. Palpasi : iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavicularis sinistra, stem fremitus kanan dan
kiri
sama.
c. Perkusi : batas jantung normal, sonor pada kanan dan kiri
d. Auskultasi : suara jantung jelas dan regular, suara paru vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing
tidak
ada.
- Abdomen :
a. Inspeksi : datar
b. Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar-lien dalam batas normal
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus dalam batas normal
- Ekstremitas inferior dan superior : akral dingin, capillary refilled time > 3 detik
5. Kondisi Sukirman memburuk, kesadaran semakin menurun, frekuensi nafas 10x/menit, nadi tidak
teraba. Dokter IGD mencoba resusitasi intraossesus tetapi Sukirman tidak dapat tertolong.
a. Apa makna kondisi Sukirman memburuk, kesadaran semakin menurun, frekuensi nafas 10x/menit, nadi
tidak teraba?
Jawab:
Maknanya tubuh tidak mampu berkompensasi lagi. Karena Mekanisme kompensasi syok menjadi tidak
berguna ketika terjadi syok berkepanjangan. Syok telah memasuki fase dekompensasi pada kondisi ini.
Tubuh akhirnya ikut berkontribusi dalam menangani syok misalnya dengan mengalirkan darah dari
kulit, otot dan saluran cerna ke organ vital seperti jantung, otak dan ginjal.
b. Bagaimana tindakan dokter IGD yang tepat dalam mengatasi kasus ini?
Jawab:
Menurut Advanced Trauma Life Support for Doctors (2008), Melakukan penilaian cepat dan
tindakan tepat untuk menghindari kematian, dengan melakukan initial assessment (penilaian
awal) yang meliputi:
1. Persiapan
2. Triase
3. Primary Survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Tambahan untuk primary Survey & Resusitasi
6. Pertimbangan kemungkinan rujukan
7. Secondary Survey (pemeriksaan head-to-toe anamnesa)
8. Tambahan untuk secondary Survey
9. Pemantauan dan reevluasi berkesinambungan
10. Terapi definitif
Primary dan secondary survey harus dilakukan berulangkali untuk mengetahui perubahan
kondisi pasien yang mungkin memerlukan intervensi tambahan.
c. Apa indikasi resusitasi intraosseus?
Jawab :
Jalur intraosseus dilakukan dalam keadaan darurat atau setelah dua kali kegagalan mendapatkan
jalur vena perifer atau setelah gagal pemberian cairan melalui oral. Cairan intraosesus harus
dikerjakan secara cepat dalam 2-5 menit.
Persiapan Pasien
1) Jelaskan ke pasien/keluarga pasien tentang resiko dan keuntungan teknik ini.
2) Informed Consent.
3) Tentukan lokasi dengan palpasi.
4) Bersihkan kulit dengan povidone iodine.
5) Infiltrasi lokal anesthesi ke dalam kulit, jaringan subkutan dan jaringan periosteum diatas
tulang yang akan ditusuk
Lokasi Pemasangan
Tibia proximal lokasi yang paling sering digunakan pada pasien anak.
Teknik Pemasangan
1) Periksa kelengkapan dan fungsi alat,
2) Tentukan lokasi dan imobilisasi dengan tangan yang tidak dominan.
9) Aspirasi darah (mungkin tidak berhasil pada situasi resusitasi henti jantung) untuk
meyakinkan lokasi jarum sudah benar.
Gambar 7 : Teknik aspirasi
Sumber : Blacka, 2010
Indikasi : sebagai replacement therapy, seperti syok hipovolemik, diare, trauma, luka bakar.
Catatan :
a. Laktat yang terdapat di dalam RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat
untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik
b. Kalium yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk maintenance sehari-hari, apalagi
untuk defisit kalium
c. Tidak mengandung gukosa sehingga bila dipakai sebagai cairan maintenance harus
ditambah glukosa untuk mencegah terjadinya ketosis
2) Ringer Acetate
+ - ++ –
Komposisi : Na 130, K+ 4, Cl 109, Ca 3, Acetate 28
Indikasi : digunakan sebagai terapi pengganti cairan pada pasien dengan gangguan hepar,
karena metabolisme asetat terjadi di otot, berbeda dengan laktat yang dimetabolisme di hati
(hepar).
Non-ionik
1) Dextrose 5% dan 10%
Indikasi : digunakan sebagai cairan maintenance pada pasien dengan pembatasan intake
natrium atau cairan pengganti pada pure water deficit, dan penggunaan perioperatif.
Kekurangan :
a. Tidak mengandung elektrolit
b. Cairan hipotonik sehingga menambah volume intrasel sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya edema anasarka (edema seluruh tubuh).
c. Menyebabkan hiponatremia dan hipokloremia (gangguan keseimbangan elektrolit).
2. Cairan Koloid : merupakan cairan yang mengandung zat dengan BM tinggi (>8000
Dalton), misalnya protein. Tekanan onkotik tinggi sehingga sebagian besar akan tetap
tinggal di ruang intravaskuler. Contohnya plasma protein fraction (plasmanat), albumin, blood
product (fresh frozen plasma, red blood cells concentration, cryoprecipitate), koloid sintetik
(dextran, hetastarch, gelatin) (ACSCT, 2004).
Jenis cairan resusitasi yang sebaiknya diberikan pada kasus ini adalah Cairan kristaloid, misalnya Ringer
Laktat (RL) dan NaCl 0,9%.
” Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam.
Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang
hidup . Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”(QS.Ali
Imran:27).
2.1 Kesimpulan
Sukirman, anak laki-laki 7 tahun meninggal dunia karena mengalami syok hipovolemik
yang tidak teratasi secara adekuat e.c suspect Dengue Shock Sindrome
Viremy
Disfungsi endotel