Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

BRONKIOLITIS

OLEH:
Dela Ariska (71205021)
PEMBIMBING:
dr. Halimah, Sp.A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2016
IDENTIFIKASI
•Nama : MMY
•No. RM : 50.92.52
•Tanggal lahir/ Umur: 16 November 2016/ 4 bulan
•Jenis kelamin : Perempuan
•Berat Badan : 6,1 kg
•Panjang Badan : 64 cm
•Agama : Islam
•Alamat : Jl. Opi Raya Perum Opi Blok R No.53
•Kebangsaan : Indonesia
•Tanggal MRS : 28 Maret 2016-03-30
•Nama Ayah/ Ibu : Herman/ Anggi
•Umur Ayah/ Ibu : 30 tahun/ 24 tahun
•Pend. terakhir Ayah/ Ibu : SMA/ SMK
•No. Hp : 081279842420
ANAMNESIS
(Alloanamnesis: dengan ibu os pada tanggal 29 Maret 2016)
•Keluhan Utama: Sesak nafas
Keluhan Tambahan: batuk dan pilek

•Riwayat Perjalanan Penyakit: Sejak 1 minggu SMRS ibu os


Sejak 2 minggu SMRS os mengalami mengatakan batuk berdahak dan
batuk berdahak disertai pilek, tidak pilek masih ada, demam tidak ada,
demam dan tidak sesak. Kemudian, os dan tidak ada sesak. Ibu os tidak
dibawa oleh ibunya ke Puskesmas membawa anaknya berobat namun
diberi 2 macam obat yaitu obat penurun hanya memberikan ASI.
panas dan obat pilek tetapi ibu os lupa
nama obatnya. Dokter Puskesmas
mengatakan bahwa obat diminum bila Sejak 3 hari SMRS ibu os
ada keluhan serta menyarankan untuk mengatakan batuk berdahak dan
melanjutkan pemberian ASI namun pilek masih ada, demam tidak
keluhan tidak berkurang. terlalu tinggi, dan tidak ada sesak.
.
Lanjutan...
ANAMNESIS
Sejak 1 hari SMRS os mangalami sesak nafas,
sesak baru pertama kali terjadi, os juga mengalami
batuk berdahak berwarna putih, batuk tidak
dipengaruhi cuaca, disertai pilek dan demam tidak
ada.

Pada tanggal 28 Maret 2016 Ibu os membawa


anaknya ke poli anak RSUD Palembang Bari lalu
diindikasikan untuk dirawat di Bangsal Anak.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat menderita penyakit dengan keluhan yang sama
sebelumnya disangkal.

•Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat atopi (+): Nenek os menderita Asma.

•Riwayat Pengobatan
Os pernah dibawa ibunya berobat ke Puskesmas dan diberi
2 macam obat yaitu obat penurun panas dan obat pilek.

•Riwayat Kelahiran
•G2P2A0
•Lahir normal, ditolong bidan, langsung menangis
•BBL :3000 gram
•PBL :49 cm
•LK : - cm
•Riwayat ibu demam (-), KPSW (-), ketuban hijau (-), ketuban bau (-)
ANAMNESIS
 Riwayat Imunisasi
 0 bulan : Hb 0, Polio 0 : (√)
 1 bulan : BCG, Hb 1 : (√)
 2 bulan : DPT 1, Polio 1 : (√)
 4 bulan : DPT 2, Polio 2 : (DPT 2 belum, Polio 2
sudah)
 Kesan: Imunisasi sesuai usia

•Riwayat Nutrisi
•ASI Eksklusif dari usia 0 bulan sampai usia 4 bulan (saat ini),
frekuensi 12x/hari
•Susu Formula (-)
Kesan: Asupan baik/ cukup
ANAMNESIS
Riwayat Pertumbuhan
Grafik Berat Badan/Umur
BBS: 6,1 kg
Usia: 4 bulan

 Nilai Growth Chart: diantara median dan SD-1


 Kesan: Normal
Lanjutan...
ANAMNESIS
Grafik Panjang Badan/Umur
 PBS : 64 cm
 Usia : 4 bulan

 Nilai Growth Chart : berada pada SD +1


 Kesan: normal
Lanjutan...
ANAMNESIS
Grafik Berat Badan/Panjang Badan
 BBS : 6,1 kg
 PBS : 64 cm

 Nilai growth chart: berada pada SD-1


 Kesan: status gizi baik
ANAMNESIS
Riwayat Perkembangan
 Menegakkan kepala di usia 3 bulan
 Membalik badan di usia 3 bulan
 Kesan: tumbuh kembang dalam batas normal

•Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga


Pekerjaan orang tua: Ayah  buruh; Ibu  pedagang
Pendapatan: Ayah  ± Rp 3.000.000/bulan; Ibu  ±Rp 700.000/bulan

Jumlah keluarga : 4 orang dalam satu rumah


Jumlah penghasilan: ±Rp 3.700.000/bulan
Pendapatan perkapita = Rp 3.700.000/ 4  Rp 925.000/bulan
Tergolong miskin: bila pendapatan perkapita <Rp.150.000,-/bulan
Tergolong tidak miskin: bila pendapatan perkapita ≥ Rp. 150.000,-/bulan.

Kesan: tergolong tidak miskin


Lanjutan...
ANAMNESIS
 Tetangga : Ada
 Teman seumuran : Belum ada
 Di asuh oleh : Ibunya sendiri
 Lingkungan : Rumah : Rumah Sendiri
 Ukuran: Tipe 36
 Jendela: Ada
 Lantai: Batu
 Sumber air: Air ledeng
 Kesan: lingkungan baik
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum

Keadaan umum : tampak sakit sedang


 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : E4V5M6
 Nadi : Frekuensi 130x/menit, isi dan tegangan cukup, irama
teratur
 RR: 32x/menit
 Temperatur : 36,5oC
 BBS : 6,1 kg
 PBS : 64 cm
 Saturasi oksigen: 93%
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Spesifik
 Kepala
- Kulit : Anemis (-),Ikterik (-).
- Bentuk : Normosefali, simetris, Ubun-ubun cekung (-)
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut.
- Mata : Mata Cekung (-), Pupil bulat isokor ø 3mm, reflek cahaya (+/+),
conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), edema
palpebra (-/-)
- Hidung : Sekret (+), NCH (-), hiperemis (-), epistaksis (-)
- Telinga : Telinga simetris (+), Sekret (-/-), serumen plak (-)
- Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
- Leher : KGB membesar (-),JVP tidak meningkat.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Spesifik
Thoraks
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris, statis (kanan sama dengan kiri) dinamis (tidak ada yang tertinggal), sela iga
melebar (-), retraksi subcostae (+)
- Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
- Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru, nyeri ketok sela iga (-)
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+) normal, Ronkhi basah kasar (+/+), wheezing (-/-), ekspirasi
memanjang (+).

Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis dan pulsasi tidak terlihat.
- Palpasi : Thrill tidak teraba dan iktus kordis teraba.
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal.
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, irama reguler, gallop (-), murmur (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Spesifik
Abdomen
- Inspeksi : Datar, simetris, massa (-)
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi Timpani
- Palpasi : Lemas, shifting dullness (-), hepar dan lien tidak teraba,
Turgor kembali < 2 detik.

Ekstremitas
•Akral hangat (+), edema (-), CRT <3 detik
Pemeriksaan Neurologis
 Fungsi motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Kiri Lengan Lengan Kiri
Kanan Kanan
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Reflek fisiologis + normal + normal + normal + normal
Reflek patologis - - - -

•Fungsi sensorik : Dalam batas normal.


•Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal.
•GRM : Tidak ada kelainan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Hemoglobin: 11,2 g/dl


 Leukosit: 13.000/ul
 Trombosit: 264.000/ul
 Ht: 33%
 Diff count: 0/1/2/35/59/3
DIAGNOSIS BANDING
 Bronkiolitis
 Bronkopneumonia

DIAGNOSIS KERJA
Bronkiolitis
TATALAKSANA
 O2 1 L/menit
 IVFD ka en 4A gtt 20x/menit (mikro)
 Gentamicin 2x12mg (hari ke-2)
 Dexametason 3x2mg
 Ventolin 1 fls 3x/hari (atau tiap 8 jam)

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal Catatan Perkembangan Terintegrasi Rencana Terapi

29/3/2016 S/ Batuk (+) berdahak, pilek (+), sesak (-), demam (-) - O2 1 L/menit
O/ KU: tampak sakit sedang - IVFD ka en 4A gtt 20x/menit (mikro)
Kesadaran: Compos Mentis - Gentamicin 2x12mg (hari ke-2)
Vital sign: - Dexametason 3x2mg
T: 36,6oC RR: 35x/m - Ventolin 1 fls 3x/hari (atau tiap 8 jam)
HR: 125x/m - Gentamicin 2x12mg (hari ke-3)
Keadaan spesifik: - Dexametason 3x2mg
Kepala: Normocephali, CA (-/-), SI (-/-), NCH (-), kelopak mata cekung (-) - Ventolin 1 fls 3x/hari (atau tiap 8 jam)
Thoraks: simetris, retraksi subcostae (+)
Pulmo: Vesikuler (+) normal, rhonki basah kasar (+), wheezing (-)
Cor: BJ I & II (+) normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) normal.
Ekstremitas: sianosis (-), akral hangat (+) normal, edema (-).
P. penunjang:
-Hb: 11,2 g/dl
-Leukosit: 13.800/ul
-Trobosit: 264.000/ul
-Ht: 33%
-Hitung Jenis: 0/1/2/35/59/3
-CRP: (-)
A/ Bronkiolitis
Lanjutan...
FOLLOW UP
Tanggal Catatan Perkembangan Terintegrasi Rencana Terapi
30/3/2016 S/ Batuk (+) berdahak, pilek (-), sesak (-), demam (-) - Gentamicin 2x12mg (hari ke-3)
O/ KU: tampak sakit ringan - Dexametason 3x2mg
Kesadaran: Compos Mentis - Ventolin 1 fls 3x/hari (atau tiap 8 jam)
Vital sign:
T: 36,6oC RR: 30x/m
HR: 120x/m
Keadaan spesifik:
Kepala: Normocephali, CA (-/-), SI (-/-), NCH (-), kelopak mata
cekung (-)
Thoraks: simetris, retraksi subcostae (+)
Pulmo: Vesikuler (+) normal, rhonki basah kasar (-), wheezing (-)
Cor: BJ I & II (+) normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+)
normal.
Ekstremitas: sianosis (-), akral hangat (+) normal, edema (-).
A/ Bronkiolitis
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Bronkiolitis
 Bronkiolitis merupakan penyakit pernapasan akut pada anak kecil akibat peradangan
jalan napas yang sempit ditandai dengan mengi. Bronkiolitis adalah peradangan akut
jaringan interstitial dan bronkiolus paru. 1,5 Bronkiolitis adalah penyakit IRA-bawah yang
ditandai dengan adanya inflamasi bronkioli pada bayi <2 tahun. 6 Bronkiolitis adalah
infeksi saluran respiratorik bawah yang disebabkan virus, yang biasanya lebih berat
pada bayi muda, terjadi epidemik setiap tahun dan ditandai dengan obstruksi saluran
pernapasan dan wheezing.7
 Bronkiolitis adalah suatu infeksi sistem respiratorik bawah akut yang ditandai dengan
pilek, batuk, distres pernapasan dan ekspiratorik effort (usaha napas pada saat
ekspirasi). Umumnya bronkiolitis menyerang pada anak di bawah umur 2 tahun dengan
kejadian tersering kira-kira usia 6 bulan.2
 Jadi, bronkiolitis adalah penyakit infeksi sistem respiratorik akut bawah atau
bronkiolus, sehingga menyebabkan gejala-gejala obstruksi bronkiolus yang ditandai
dengan batuk, pilek, wheezing, distres pernapasan dan ekspiratorik effort, umumnya
disebabkan oleh virus dan menyerang bayi usia <2 tahun.
Etiologi

 Penyebab paling sering adalah Respiratory


syncytial virus, meskipun virus lain, seperti
parainfluenza, adenovirus, influenza,
rhinovirus, mikoplasma dan jarang M.
Penumoniae, dapat menyebabkan penyakit
ini.1,6,7
Epidemiologi

 Bronkiolitis sering mengenai anak usia dibawah 2 tahun dengan


insiden tertinggi pada bayi usia 6 bulan
 RSV menyebar melalui droplet dan inokulasi/kontak langsung,
seseorang biasanya aman apabila berjarak lebih dari 6 feet dari
seseorang yang menderita infeksi RSV. Droplet yang besar dapat
bertahan di udara bebas selama 6 jam, dan seseorang penderita
dapat menularkan virus tersebut selama 10 hari. Di negara
dengan 4 musim, bronkiolitis banyak terdapat pada musim
dingin sampai awal musim semi, di negara tropis pada musim
hujan.8
 Faktor risiko terjadinya bronkiolitis adalah jenis kelamin laki-laki,
riwayat atopi dalam keluarga, ASI, tidak mendapat vaksin BCG.4,8
Bronkiolitis akut lebih banyak mengenai anak laki-laki
Diagnosis

 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang  pemeriksaan
radiologis dijumpai gambaran hiperinflasi,
dengan infiltrat yang biasanya tidak luas
Diagnosis Banding

 Beberapa perbedaan antara Bronkiolitis dan


Asma:4
Asma Bronkiolitis

Penyebab Hiperaktivitas bronkus Virus

Umur >2 tahun 6 bulan-2 tahun

Sesak berulang Ya Tidak

Onset sesak Akut Insidious

Atopi keluarga Sering Jarang

Alergi lain Sering -

Respon bronkodilator Cepat Lambat

Eosinofil Meningkat Normal


Beberapa perbedaan antara Bronkiolitis
dan Bronkopneumonia:4,5,6
Bronkiolitis Bronkopneumonia
Definisi Penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi Peradangan/ inflamasi yang mengenai
pada bronkiolus. parenkim paru.
Etiologi RSV, parainfluenza, adenovirus, influenza, Streptococus grup B dan bakteri gram negatif
rhinovirus, mikoplasma dan jarang M. seperti: E.Coli, pseudomonas sp, klebsiella sp,
Penumoniae streptococus pneumoni, haemophillus
influenza tipe B, staphylococus aureus.
Anamnesis - Usia <2 tahun - Demam yang tinggi disertai sesak
- Batuk dan pilek ringan - Batuk, awalnya berdahak
- Demam ( subfebris) - Sesak napas terus-menerus
- Sesak nafas hilang timbul - Menggigil, malaise

Pemeriksaan Fisik - Demam subfebris - Pernapasan cepat dan dangkal, disertai


- NCH (+) NCH (+)
- Sesak nafas dengan tanda-tanda obstruksi - Retraksi dinding dada intercostal
saluran napas, - Suara nafas vesikuler meningkat
- Retraksi subcostae (+) - Rhonki basah halus nyaring (RBHN)
- Rhonki basah kasar (+)
- Ekspirasi memanjang
- Wheezing ekspirasi
Penatalaksanaan
Prinsip penalataksanaan bronkiolitis adalah terapi suportif: oksigenasi, pemberian cairan untuk
mencegah dehidrasi, dan nutrisi yang adekuat
 Antibiotik non alergik sebagai profilaksis
 Pada saat sesak nafas dapat diberikan kloramfenikol IV dan dianjurkan pemberian peroral bila
sesak berkurang
 Bila dapat diberikan peroral langsung diberikan eritromisin 30-50 mg/KgBB/hari dalam 2-3 dosis
Suportif:
 Kortikosteroid digunakan untuk edema saluran pernapasan
 Kortikosteroid 15-20 mg/KgBB/hari atau dexametason 0,5 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
selama 2-3 hari
 Cairan dan elektrolit dengan dextrose 5% dan NaCl disesuaian dengan kebutuhan berdasarkan
umur dan berat badan
 Oksigenenasi dengan oksigen nasal atau masker, monitor dengan pulse oximetry. Bila ada tanda
gagal napas diberikan bantuan ventilasi mekanik
 Bronkodilator: nebulasi agonis beta2: salbutamol 0,1 mg/KgBB/dosis, ditambah cairan normal
saline, diberikan 4-6 kali/hari.
Edukasi: ASI diteruskan, anak dihindarkan dari asap rokok, asupan gizi adekuat, tidak menitipkan
anak di tempat penitipan anak (TPA).5,6
PENCEGAHAN
 Pencegahan dapat dilakukan pemberian
immunoglobulin dan vaksinasi. Pemberian
immunoglobulin merupakan imunisasi pasif.
Selain itu, yang paling penting adalah menjaga
higienitas umum, menghindari fakor paparan
asap rokok dan polusi udara, terutama
menghindari kontak dengan orang dewasa/anak
yang menderita infeksi saluran pernapasan.4,10

KOMPLIKASI
Asma dan penurunan fungsi paru
Prognosis
Dubia ad bonam

Kriteria Pulang
Kriteria pulang pada bronkiolitis adalah bila tidak
diperlukan pemberian oksigen selama 10 jam
terakhir (ditandai dengan saturasi oksigen menetap
di atas 93% atau stabil selama 4 jam), retraksi dada
minimal, mampu makan/minum, dan perbaikan
tanda klinis yang lain.2
BAB IV
ANALISIS KASUS
 Bayi perempuan, usia 4 bulan, BB 6,1 kg dan PB 64 cm, datang ke RSUD
Palembang BARI dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari SMRS, sesak bersifat
akut, dan sesak baru pertama kali dirasakan. Os juga mengalami batuk
berdahak berwarna putih disertai pilek sejak 1 hari SMRS. Keluhan demam
tidak ada. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, retraksi subcostae (+), ronkhi basah kasar (+/+), ekspirasi memanjang
(+), pada pemeriksaan lain dalam batas normal.
 Keluhan sesak nafas sejak 1 hari SMRS, sesak bersifat akut, dan sesak baru
pertama kali dirasakan dapat mengarah pada penyakit bronkiolitis,
bronkopneumonia, dan asma. Namun, pada bronkopneumonia sesaknya
bertahap, terus-menerus dan semakin lama semakin sesak, sedangkan pada
kasus ini sesaknya bersifat akut, sehingga kemungkinan sesak akibat penyakit
bronkopneumonia dapat disingkirkan. Sesak pada asma biasanya berulang,
sedangkan pada kasus ini tidak berulang dan baru pertama kali dirasakan,
sehingga kemungkinan sesak akibat penyakit asma dapat disingkirkan.
Lanjutan...

 Keluhan sesak, batuk berdahak berwarna putih disertai pilek sejak 1


hari SMRS, dapat mengarah ke penyakit bronkiolitis, asma dan
bronkopneumonia, namun pada kasus ini usia os kurang dari 2 tahun (4
bulan), sehingga penyebabnya lebih mengarah ke penyakit bronkiolitis
dibandingkan asma dan bronkopneumonia. Pada asma, umur
penderita biasanya lebih dari 2 tahun, kadang tidak berhubungan
dengan batuk dan pilek. Berdasarkan teori, bronkiolitis adalah penyakit
yang ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus yang penyebab
utamanya adalah virus sinsitial respiratori (RSV) sering terjadi pada usia
<2 tahun, disertai batuk dan pilek ringan.
 Pada kasus ini os tidak mengalami demam, sedangkan pada
bronkopneumonia biasanya terjadi demam yang tinggi. Berdasarkan
teori, bronkiolitis terjadi demam (subfebris) atau tidak terlalu tinggi.
Sedangkan, pada bronkopneumonia terjadi demam yang tinggi,
sehingga kemungkinan demam akibat bronkopneumonia dapat
disingkirkan.
Lanjutan...

 Pada pemeriksaan fisik didapatkan retraksi subcostae (+), ronkhi basah


kasar (+/+) dan ekspirasi memanjang. Hal tersebut merupakan
pemeriksaan yang bermakna untuk kasus bronkiolitis. Sedangkan,
pemeriksaan fisik pada bronkopneumonia didapatkan retraksi intercostae
pada inspeksi dan ronki basah halus nyaring (RBHN) pada auskultasi.
Sehingga, kemungkinan bronkopneumonia dapat disingkirkan.
Berdasarkan teori, pemeriksaan fisik pada beronkiolitis didapatkan demam
subfebris, NCH (+), sesak nafas dengan tanda-tanda obstruksi saluran
napas, retraksi subcostae (+), ekspirasi memanjang, wheezing ekspirasi.
Sedangkan, pada bronkopneumonia didapatkan hasil pemeriksaan fisik
berupa pernapasan cepat dan dangkal, disertai NCH (+), retraksi dinding
dada intercostal, suara nafas vesikuler meningkat, rhonki basah halus
nyaring (RBHN).
 Tatalaksana awal pada kasus ini adalah O2 1 L/menit, IVFD ka en 4A gtt
20x/menit (mikro). Kemudian dilanjutkan dengan pemberian Gentamicin
2x12mg, Dexametason 3x2mg, Nebulisasi: Ventolin (Salbutamol) 1 fls
3x/hari (atau tiap 8 jam).
Lanjutan...

 O2 1 L/menit  untuk sesak nafas. Bila sesak nafas berkurang,


pemberian O2 dihentikan.
 IVFD ka en 4A gtt 20x/menit
 Gentamicin 2x12mg  digunakan untuk profilaksis.
 Merupakan golongan aminoglikodid terutama tertuju pada basil
Gram-negatif yang aerobik. Aktif terhadap enterokok dan
streptokok lain tetapi efektifitas klinis hanya dapat dicapai bila
digabung dengan penisilin. Aminoglikosid bersifat bakterisidal
cepat. Pengaruh aminoglikosid menghambat sintesis protein dan
menyebabkan salah baca dalam penerjemahan mRNA.14
 Dexametason 3x2mg  digunakan untuk edema saluran
pernapasan.14
 Nebuliasi: Ventolin (Salbutamol) 1 fls 3x/hari (atau tiap 8 jam) 
untuk dilatasi saluran pernapasan.14
Lanjutan...

 Respon terhadap pengobatan pada os membaik.


Prognosis pada kasus ini dubia ad bonam. Terdapat
kemungkinan bisa berulang karena ada riwayat
atopi dalam keluarga, yaitu nenek os menderita
asma.
DAFTAR PUSTAKA
 Behrman R.E dan Robert M.K. Nelson Esensi Pediatri Ed. 4. Penerbit: EGC. Jakarta, Indonesia. Hal. 583-584
 Supriayanto, B. 2006. Infeksi respiratorik Bawah Akut pada Anak. Sari pediatri Vol. 8 No. 2. Hal. 100-106 (
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-2-2.pdf, diakses pada 29 Maret 2016)
 Hayden FG, Ison MG. Respiratory Viral Infection. ACP Medicine. Infectious Disease XXV 2004: 1-16
 Makmuri (dkk). 2005. Tatalaksana Bronkiolitis. Kapita Selekta Ilmu Kesehatan Anak. Hal. 3-21
 Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH. 2014. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. Hal. 152
 Panduan Praktik Klinik (PPK): Divisi Respirologi. 2015. Bronkiolitis Akut. Departmen/SMF Kesehatan Anak RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
 International Child Health. 2014. Bronkiolitis (http://www.ichrc.org/441-bronkiolitis 2014, diakses pada 5 April 2016)
 Subanada dkk. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Bronkiolitis Akut. Sari Pediatri, Vol. 10, No. 6 (
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/10-6-7.pdf, diakses pada 5 April 2015)
 Pullan CR, Toms GL, Martin AJ, Gardner PS, Webb JK, Appleton DR. Breastfeeding and Respiratory Syncytial Virus
Infection. Br Med J 1980; 281:1034-6.
 Zain MS. Bronkiolitis. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi-1. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI, 2012. Hal.333-47
 Sastroasmoro S. Bronkiolitis. Dalam: Sastroasmoro S. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Penyakit Anak.
Jakarta: RSCM, 2007. Hal..424-5
 Carroll KC. Laboratory Diagnosis of Lower Respiratory Tract Infections: Controversy and Conundrums. J Clin
Microbiol 2002; 40:3115-20.
 Singh AM, Moore PE, Gern JE, Lemanske RF, Hartert TV. Bronchiolitis to Asthma: A Review and Call for Studies of
Gene-Virus Interactions in Asthma Causation. Am J Respir Crit Care Med; 2007; 175: 108-16.
 Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2012. Farmakologi dan Terapi. Hal. 667 dan 707
WASSALAMU’ALAIKUM WR. WB

Anda mungkin juga menyukai