Anda di halaman 1dari 68

CASE REPORT

GRAVE’S DISEASE
Oleh : Annisa Shafira Nadya Kartikasari
Pembimbing : dr. Sieeny, Sp.A

RSUD MGR. GABRIEL MANEK ATAMBUA


INTERNSHIP PERIODE I TAHUN 2020
IDENTITAS
■ Nama: An. JJ
■ No RM: 151396
PASIEN
■ Tgl Lahir: 14 April 2006 (14 tahun)
■ Jenis Kelamin: Laki-laki
■ Alamat: Kimbana
■ Pekerjaan: Siswa
■ Agama: Katolik
■ Status: Belum Menikah
■ Tgl MRS: 10 Juni 2020 (15.00 WITA)
ANAMNESIS
■ Keluhan Utama:
– BAB cair lebih dari 10 kali sejak beberapa jam SMRS
■ Keluhan Penyerta:
– Nyeri perut (+)
– Demam (+)
– Dada berdebar-debar
– Sesak nafas
– Kedua tangan gemetar
■ Pasien dibawa ke IGD RSUD Atambua pada tanggal 10 Juni 2020.
■ Orang tua pasien mengatakan anaknya mengalamin BAB cair ANAMNESIS
lebih dari 10 kali sejak beberapa jam SMRS. BAB isi ampas (+),
air (+), lendir (-), darah (-).
■ Keluhan ini sudah sering dialami sejak 6 bulan yang lalu dimana
pasien selalu BAB tiap kali habis makan, konsistensi sedikit cair.
■ Keluhan disertai dengan nyeri perut sejak tadi malam, demam (+),
dada berdebar dan sesak nafas.
■ Sejak 6 bulan yang lalu, pasien mengaku lebih sering
mengeluarkan keringat walaupun sedang tidak beraktivitas
ataupun saat udara panas. Pasien juga sering mengeluh tidak tahan
panas, sering gemetar di kedua tangan dan mata tampak lebih
menonjol keluar tidak seperti biasanya, dan sulit tidur di malam
hari serta cepat merasa lelah.
■ Sejak 6 bulan yang lalu, pasien mengeluh muncul benjolan di
leher yang tidak nyeri bila ditekan. Benjolan terasa semakin ANAMNESIS
lama semakin membesar.
■ 1 minggu SMRS orang tua pasien sempat membawa anaknya
ke RS untuk periksa karena benjolan di leher anaknya terlihat
semakin membesar.
■ Nafsu makan baik, berat badan turun disangkal, BAK tidak
ada keluhan
■ Pasien tampak lemas, masih mau makan dan minum, mulut
kering disangkal, batuk/pilek (-), kejang (-), kram perut (-),
nyeri sendi disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Muncul benjolan di leher 6 bulan yang lalu. USG
1 minggu SMRS hasil Grave’s disease
• Riw. Alergi (-), riw. radiasi leher (-)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada keluarga yang mengalami
keluhan yang sama dengan pasien

Pasien tinggal bersama orang tua dan satu adik pasien


RIWAYAT SOSIAL EKONOMI
Pasien anak pertama dari dua bersaudara
Merokok (-), minum alkohol (-), asupan tinggi garam (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum: Tampak sakit sedang


Tanda Vital

Kesadaran: Compos Mentis Tekanan darah : 110/70 mmHg

GCS: E4V5M6 Suhu : 39,1 ºC

Nadi : 136 x/menit


Data Antropometri
Pernapasan : 24 x/menit
BB : 31,4 kg
Saturasi O2 : 99% tanpa O2
TB : 157 cm
Thorax
Cor : Bunyi jantung I-II normal, tidak
mengeras/melemah, murmur(-),
gallop (-)
Pulmo : Bentuk dan pergerakan
Kepala : Normocephal, Konjungtiva anemis -/-, pernafasan kanan-kiri simetris,
sklera ikterik -/-, palpebra cekung -/-, Suara nafas vesikuler (+/+),
eksoftalmus +/+, pupil bulat isokor wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Ø 3 mm, RCL +/+, RCTL +/+
Leher : Tampak benjolan bilateral, simetris
kiri dan kanan, permukaan rata, nyeri
tekan (-), konsistensi kenyal, difus (+), Abdomen :
mengikuti gerakan menelan, Bruit (+) Supel, Bising usus (+) meningkat, timpani di semua
kuadran abdomen, hepatosplenomegaly (-), turgor
kembali cepat, nyeri perut (-)

Ekstremitas:
Akral hangat , CRT <2 detik, edema (-),
sianosis (-), eritema (-), tremor +/+
USULAN PEMERIKSAAN
PENUNJANG
■ DL
■ TSH
■ FT3
■ FT4
■ USG Leher
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Units Normal
WBC 24,8 103/µl 4,80– 10,8
Lym % 5,9 % 25,00 – 40,00
Neut % 85,6 % 50 – 70
Lym # 1,5 103/µl 0,8 – 4
Neut # 21,2 103/µl 2 - 7,7
RBC 4,8 106/µl 4,7 – 6,1
HGB 12,5 g/dL 14.0 – 18,0
HCT 37,5 % 42 – 52
MCH 25,9 pg 27,00 – 31,00
MCHC 33,3 g/dL 33,00 – 37,00
RDW 18,0 % 11,50 – 14,50
PLT 341 103/µl 150,00 – 450,00
MCV 77,8 fl 79 – 99
PDW 10,0 fl 9 – 17
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
■ Ukuran kedua lobus thyroid membesar yang
melibatkan isthmus dengan echo tekstur kasar dan
hipervaskularisasi. Tidak tampak echo nodul solid
maupun cyst.

■ Tidak tampak pembesaran KGB regio colli

Kesan: Gambaran Grave’s disease


DIAGNOSIS
■ Grave’s disease
■ Obs. Febris + GEA tanpa dehidrasi dd/ Tirotoksikosis
TATALAKSANA AWAL
■ IVFD RL 20 tpm makro
■ Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr (i.v)
■ Inj. Paracetamol 300 mg / 6-8 jam (iv)
■ Lacbon 2 x 1 tab (po)
■ Zinc 1 x1 tab (po)
■ Propanolol 3 x 10 mg (po)
FOLLOW UP
11/6/2020
S O A P
BAB cair (+) 8 KU : Tampak sakit sedang, Kes: Compos Mentis • Grave’s
kali isi air (+) HR : 122 x/menit , RR: 48 x/menit, T: 39,1°C, SpO2: 99% disease • IVFD 20 tpm
dan ampas (+),   • Obs Febris makro
demam (+),dada St. General + GEA • Inj. Ceftriaxone 2
berdebar (+), Kepala : Konjungtiba anemis -/-, sklera ikterik -/-, zdehidrasi x 1 gr (i.v)
mual(-), muntah Thorax : S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), gallop (-) Ringan • Paracetamol drip
(-) vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- sedang dd/ 3oo mg (i.v) / 6 –
Abdomen : Bising usus (+), supel, timpani, distensi abdomen (-), NT (-) tirotoksikos 8 jam
Extemitas : akral hangat +/+, oedema - / - is • Lacbon 2 x 1 tab
(p.o)
• Zinc 1 x 1 tab (p.o)
• Propanolol 3 x 10
mg (p.o)
• Cek TSH/T4/T3
FOLLOW UP
11/6/2020
FOLLOW UP
12/6/2020
S O A P
BAB cair (+) 4 KU : Tampak sakit sedang, Kes: Compos Mentis • Grave’s • IVFD 20 tpm
kali isi air (+) HR : 110 x/menit , RR: 36 x/menit, T: 39,1°C, SpO2: 98% disease makro
dan ampas (+),   • Obs Febris • Inj. Ceftriaxone 2
demam (+), dada St. General + GEA x 1 gr (i.v)
berdebar (+), Kepala : Konjungtiba anemis -/-, sklera ikterik -/-, zdehidrasi • Paracetamol drip
mual(-), muntah Thorax : S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), gallop (-) Ringan 3oo mg (i.v) / 6 –
(-) vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- sedang dd/ 8 jam k/p
Abdomen : Bising usus (+), supel, timpani, distensi abdomen (-), NT (-) tirotoksikos • Lacbon 2 x 1 tab
Extemitas : akral hangat +/+, oedema - / - is (p.o)
• Zinc 1 x 1 tab (p.o)
• Propanolol 3 x 10
mg (p.o)
• Thyrosol 3 x ½
tab (p.o)
FOLLOW UP
13/6/2020
S O A P
BAB cair (+) 4 KU : Tampak sakit sedang, Kes: Compos Mentis • Grave’s • IVFD 20 tpm
kali isi air (+) HR : 106 x/menit , RR: 26 x/menit, T: 36,9°C, SpO2: 98% disease makro
dan ampas (+),   • Obs Febris • Inj. Ceftriaxone 2
demam (-), dada St. General + GEA x 1 gr (i.v)
berdebar (+), Kepala : Konjungtiba anemis -/-, sklera ikterik -/-, zdehidrasi • Paracetamol 300
mual(-), muntah Thorax : S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), gallop (-) Ringan mg (p.o) k/p
(-) vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- sedang dd/ • Lacbon 2 x 1 tab
Abdomen : Bising usus (+), supel, timpani, distensi abdomen (-), NT (-) tirotoksikos (p.o)
Extemitas : akral hangat +/+, oedema - / - is • Zinc 1 x 1 tab (p.o)
• Propanolol 3 x 10
mg (p.o)
• Thyrosol 3 x ½ tab
(p.o)
FOLLOW UP
14/6/2020
S O A P
BAB cair (-), KU : Tampak sakit sedang, Kes: Compos Mentis • Grave’s • IVFD 20 tpm
demam (-), dada HR : 90 x/menit , RR: 26 x/menit, T: 35,8°C, SpO2: 98% disease makro
berdebar   • Obs Febris • Inj. Ceftriaxone 2
berkurang, St. General + GEA x 1 gr (i.v)
mual(-), muntah Kepala : Konjungtiba anemis -/-, sklera ikterik -/-, zdehidrasi • Paracetamol 300
(-) Thorax : S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), gallop (-) Ringan mg (p.o) k/p
vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- sedang dd/ • Lacbon 2 x 1 tab
Abdomen : Bising usus (+), supel, timpani, distensi abdomen (-), NT (-) tirotoksikos (p.o)
Extemitas : akral hangat +/+, oedema - / - is • Zinc 1 x 1 tab (p.o)
• Propanolol 3 x 10
mg (p.o)
• Thyrosol 3 x ½ tab
(p.o)
FOLLOW UP
15/6/2020
S O A P
BAB cair (-), KU : Tampak sakit sedang, Kes: Compos Mentis • Grave’s • IVFD plug
demam (-), dada HR : 78 x/menit , RR: 26 x/menit, T: 36,5°C, SpO2: 98% disease • Inj. Ceftriaxone 2
berdebar (-),   • Obs Febris x 1 gr (i.v)
mual(-), muntah St. General + GEA • Paracetamol 300
(-), nafsu makan Kepala : Konjungtiba anemis -/-, sklera ikterik -/-, zdehidrasi mg (p.o) k/p
baik Thorax : S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), gallop (-) Ringan • Lacbon 2 x 1 tab
vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- sedang dd/ (p.o)
Abdomen : Bising usus (+), supel, timpani, distensi abdomen (-), NT (-) tirotoksikos • Zinc 1 x 1 tab (p.o)
Extemitas : akral hangat +/+, oedema - / - is • Propanolol 3 x 10
mg (p.o)
• Thyrosol 3 x ½ tab
(p.o)
FOLLOW UP
16/6/2020
S O A P
BAB cair (-), KU : Tampak sakit sedang, Kes: Compos Mentis • Grave’s • Paracetamol 300
demam (-), dada HR : 81 x/menit , RR: 26 x/menit, T: 36,6°C, SpO2: 98% disease mg (p.o) k/p
berdebar (-),   • Obs Febris • Lacbon 2 x 1 tab
mual(-), muntah St. General + GEA (p.o)
(-), nafsu makan Kepala : Konjungtiba anemis -/-, sklera ikterik -/-, zdehidrasi • Zinc 1 x 1 tab (p.o)
baik Thorax : S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), gallop (-) Ringan • Propanolol 3 x 10
vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- sedang dd/ mg (p.o)
Abdomen : Bising usus (+), supel, timpani, distensi abdomen (-), NT (-) tirotoksikos • Thyrosol 3 x ½ tab
Extemitas : akral hangat +/+, oedema - / - is (p.o)
FOLLOW UP
17/6/2020
S O A P
BAB cair (-), KU : Tampak sakit sedang, Kes: Compos Mentis • Grave’s • Paracetamol 300
demam (-), dada HR : 92 x/menit , RR: 24 x/menit, T: 36,4°C, SpO2: 98% disease mg (p.o) k/p
berdebar (-),   • Obs Febris • Lacbon 2 x 1 tab
mual(-), muntah St. General + GEA (p.o)
(-), nafsu makan Kepala : Konjungtiba anemis -/-, sklera ikterik -/-, zdehidrasi • Zinc 1 x 1 tab (p.o)
baik Thorax : S1S2 tunggal, reguler, murmur(-), gallop (-) Ringan • Propanolol 3 x 10
vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- sedang dd/ mg (p.o)
Abdomen : Bising usus (+), supel, timpani, distensi abdomen (-), NT (-) tirotoksikos • Thyrosol 3 x ½ tab
Extemitas : akral hangat +/+, oedema - / - is (p.o)
• BPL
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI

Berat : 25 gram

Terletak pada cincin trakea


II dan III

Mengikuti gerakan menelan


FISIOLOGI

Fungsi Utama Kelenjar TIROID:

Menskresikan hormone tiroid yang berfungsi mengendalikan tingkat metabolisme


di dalam jaringan dengan kandungan iodium (I) nya yang akan:
• Mengkonsumsi O2 sel-sel tubuh, dan
• Mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan normal tubuh.

Mensekresikan hormon kalsitonin yang mengendalikan


homeostasis kalsium tubuh.
FISIOLOGI
■ Aksis hipotalamus-hipofisis anterior-tiroid. Hipotalamus
akan menghasilkan TRH (Tirotropin Releasing
Hormone).
■ TRH akan merangsang sel tirotropin di hipofisis
anterior untuk menghasilkan TSH (Thyroid Stimulating
Hormone).
■ TSH akan merangsang sel folikel di kelenjar tiroid
untuk menghasilkan hormone thyroid yang dapat berupa
tri-iodothyronine (T3) dan
tetra-iodothyronine/thyroxine (T4).
■ Tubuh memiliki sistem homeostasis yang baik dengan
mekanisme umpan balik negative.
■ Hormon tiroid yang dilepaskan akan memberikan
umpan balik negative ke hipotalamus dan hipofisis
anterior untuk mengurangi pelepasan TRH dan TSH
■ Sehingga produksi hormon tiroid tidak menjadi
berlebihan dalam darah.
■ Apabila terdapat abnormalitas pada aksis ini tentunya
akan berdampak terhadap jumlah hormon yang beredar
dalam darah sehingga dapat terjadi abnormalitas kadar
tiroid dalam darah, bisa penurunan atau peningkatan.
■ TSH:
■ meningkatkan proteolisis
tiroglobulin yang telah tersimpan
di dalam folikel, sehingga terjadi
pelepasan hormon tiroid ke kapiler
■ peningkatan aktivitas pompa
iodin (suatu simporter Na+/I-)
yang meningkatkan proses
3perangkap iodin ́
■ peningkatan oksidasi iodida,
iodinasi tirosin, serta coupling
oksidatif
■ peningkatan ukuran dan aktivitas
sel folikel kelenjar tiroid, serta
terjadi peningkatan jumlah sel-sel
ini
GRAVE’S DISEASE
HIPERTIROID

NON
TOKSIK
TOKSIK

DIFUS NODULER

STRUMA TOKSIK STRUMA TOKSIK


GRAVE’S DISEASE PLUMMER DISEASE
DIFUSA NODUSA
DEFINISI
■ HIPERTIROID: Keadaan abnormal kelenjar
tiroid akibat meningkatnya produksi hormone
tiroid sehingga kadarnya meningkat dalam
darah.
■ GRAVE’S DISEASE: Penyebab terbanyak
pada kasus hipertiroid yang mana secara
morfologinya kelenjar tiroid membesar secara
difus akibat adanya hipertrofi dan hiperplasia
difus sel epitel follikel tiroid. Kelenjar
biasanya lunak dan licin, serta kapsulnya utuh.
DEFINISI
■ Pada anak dan remaja sering terlambat diketahui
■ Biasanya sering hanya bergejala: kinerja dan Pendidikan
terganggu, perubahan prilaku, kecemasan dan gangguan
tidur, penurunan berat badan.
EPIDEMIOLOGI
• Sebagian besar kasus hipertiroid pada anak kurang dari 18
tahun adalah penyakit Graves.
• Di dunia, insiden diperkirakan 0,1/100.000 anak per tahun
Secara keseluruhan insiden hipertiroid pada
anak jumlahnya sangat kecil, diperkirakan untuk anak 0-4 tahun, dan meningkat sampai dengan
hanya 5-6% dari keseluruhan jumlah 3/100.000 anak pertahun pada usia remaja
• Insidensnya meningkat sesuai umur, puncak insidens pada usia
penderita penyakit Graves segala umur
10-15 tahun.
• Prevalensinya pada remaja wanita lebih besar 6-8 kali
dibanding dengan remaja pria
• Di Indonesia prevalensinya 0,4% dari total seluruh penduduk
• penyakit Graves pada neonatus hanya terjadi pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu berpenyakit Graves dengan prevalensi
1: 70 kelahiran
• Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun meningkatkan
risiko PG sebesar 60%. Penyakit ini dapat bersamaan dengan
penyakit autoimun lainnya, misal dengan diabetes melitus tipe-
1.
• Sekitar 30% pasien GD memiliki anggota keluarga yang juga
memiliki tiroiditis GD atau Hashimoto. 80% kerentanan
terhadap GD adalah genetik
FAKTOR RESIKO

■ INTERNAL: GENETIK
■ EKSTERNAL:
– Stress
– merokok,
– radiasi leher,
– obat-obatan,
– infeksi virus
– asupan yodium tinggi
– kehamilan
GEJALA
PATOGENESIS

■ Autoantibodi (Ab) yang bersirkulasi yang merangsang reseptor hormon perangsang


tiroid (TSH-R)
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS

■ SEROLOGI
– TSH-R(Ab)
– TSH, FT3, FT4
■ IMAGING
– USG
– Skintigrafi
TSH-RAb

■ Pengukuran TSH-RAb
direkomendasikan untuk
diagnosis dan menyingkirkan
diagnosis banding yang
akurat.
■ TSH-R-Ab adalah biomarker
spesifik untuk GD
TSH
■ Pengukuran serum TSH memiliki
sensitivitas dan spesifisitas
tertinggi yang digunakan dalam
evaluasi dugaan hipertiroidisme
dan harus digunakan sebagai tes
skrining awal. Lebih sensitive
daripada pengukuran TH
■ Akurasi diagnostik meningkat
ketika serum TSH dan FT4 dinilai
bersamaan pada saat evaluasi
awal.
■ Konsentrasi FT4 dan FT3
meningkat, dan jumlah TSH
ditekan
FT3 & FT4
USG

■ Thyroid USG adalah alat yang nyaman, non-invasif, cepat, dan


akurat dalam pemeriksaan awal pasien GD. Pemeriksaan ini
membantu dalam diagnosis, tanpa memaparkan pasien pada
radiasi, dan membantu dalam menentukan etiologi yang
mendasari tirotoksikosis dan mendeteksi nodul tiroid.
TATALAKSANA (PRINSIP)

• Mengurangi sintesis hormon tiroid

• Mengurangi jumlah jaringan tiroid


TATALAKSANA

• Terapi medikamentosa
• Radioaktif Iodin (RAI)
• Terapi pembedahan
TERAPI MEDIKAMENTOSA
■ INDIKASI:
– Pengobatan lini pertama terutama pada pasien yang lebih muda dan
kasus baru GD.
– Untuk pengobatan jangka pendek sebelum terapi RAI atau
tiroidektomi
■ Mencapai eutiroidisme dalam 3 – 4 minggu pengobatan
■ Relaps mungkin terjadi dalam 6 – 12 bulan pertama setelah penghentian
obat ATD.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
■ ANTI TIROID
– Terapi pilihan utama pada anak
– Methimazole (MMI): dosis 0,2 – 0,5 mg/kg hari dalam jangka waktu 1-2 tahun
– Sebelum pemberian obat anti-tiroid, periksa darah tepi lengkap, fungsi hepar (bilirubin,
transaminase dan alkali fosfatase).
– Apabila tidak mengalami remisi dalam 2 tahun lakukan dievaluasi terhadap kepatuhan
pengobatan, efek samping obat, dan dievaluasi kembali pengobatan yang diberikan. Dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan tiroidektomi.
– Jika dalam keadaan tidak tersedia MMI, maka bisa diberikan PTU dengan dosis awal
5-7mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis dengan pengawasan ketat terutama terkait dengan fungsi hati.
– PTU harus dihentikan jika kadar transaminase meningkat 2-3 kali lipat di atas kadar normal dan
gagal membaik dalam 1 minggu setelah diulang tes tersebut.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
TERAPI MEDIKAMENTOSA
■ Terapi simtomatik
– Beta adrenergic blocker direkomendasikan untuk anak dengan hipertiroid yang
heart rate > 100x/menit.
– Beta adrenergic blocker bisa dihentikan ketika kadar hormon tiroid sudah
mencapai normal.
– Dosis propanolol: 0.5 – 2 mg/kg/hari.
RAI
■ Memberikan efek berupa kerusakan genetic, mutase atau kematian sel. Kerusakan DNA secara
langsung menyebabkan penurunan fungsi tiroid atau pengurangan ukuran tiroid.
■ INDIKASI:
– Pasien yang memiliki efek samping dengan pengobatan medikamentosa
– Pasien kambuh setelah pengobatan ATD
– Pasien dengan aritmia
■ Fungsi Tiroid dapat mencapai normal dalam 3 – 12 bulan setelah terapi RAI
■ Ukuran tiroid dapat normal dalam satu tahun.
RAI
EFEK SAMPING
■ Nyeri tiroid
■ Pembengkakan
■ Sialoadenitis
TERAPI PEMBEDAHAN
■ Tiroidektomi jarang dipilih untuk terapi kasus baru.
■ INDIKASI:
– Merupakan pengobatan yang efektif pada goiter yang besar,
– Hiperparatiroidisme
– Kecurigaan nodul ganas
TERAPI PEMBEDAHAN
■ KELEBIHAN
– Tidak terpapar radiasi
– Kontrol cepat hipertiroid
– Tingkat hipertiroidisme berulang rendah

■ KEKURANGAN
– Biaya
– Butuh rawat inap
– Resiko anestesi dan bedah
– Bekas luka permanen
– komplikasi (hipoparatiroidisme, kelumpihan saraf laring, infeksi luka, perdarahan)
PEMANTAUAN
■ Pemeriksaan laboratorium dilakukan 4-6 minggu sesudah terapi awal dan setiap pergantian
dosis. Ulang tiap 2-3 bulan jika dosis sudah sesuai.
■ Sesudah terapi obat antitiroid selama 2 tahun dan anak masih melanjutkan terapi, maka
pemantauan laboratorium dilakukan tiap 6-12 bulan.
■ Pemantauan jangka panjang hingga dewasa diperlukan meskipun telah terjadi remisi atau telah
menjalani pembedahan dan terapi iodine radioaktif.
■ Prognosis :
– -  30% anak yang diobati obat antitiroid mencapai remisi dalam 2 tahun.
– -  75% pasien relaps dalam 6 bulan setelah henti obat, sedangkan hanya 10% relaps
setelah 18 bulan.
KOMPLIKASI
■ Penurunan berat badan
■ Osteoporosis
■ Fraktur tulang
■ Atrium fibrilasi
■ Disfungsi kardiovaskular
PROGNOSIS
■ 30% anak yang diobati obat antitiroid mencapai remisi dalam 2 tahun
■ 75% pasien relaps dalam 6 bulan setelah henti obat, sedangkan hanya 10% relaps setelah 18
bulan
PEMBAHASAN KASUS
KASUS TEORI
ANAMNESIS:
■ BAB cair lebih dari 10 kali
■ Nyeri perut (+)
■ Dada berdebar-debar
■ Sesak nafas
■ Kedua tangan gemetar
■ Sering berkeringat
■ Mata terlihat lebih menonjol
■ Benjolan di leher yang semakin lama
semakin membesar dan tidak nyeri
KASUS TEORI
ANAMNESIS:
■ BAB cair lebih dari 10 kali
■ Nyeri perut (+) √ √


■ Dada berdebar-debar √

■ Sesak nafas √ √
■ Kedua tangan gemetar √

■ Sering berkeringat √
■ Mata terlihat lebih menonjol √
■ Benjolan di leher yang semakin lama
semakin membesar dan tidak nyeri
KASUS TEORI

■ Nadi : 136 x/menit

■ Mata : eksoftalmus +/+

■ Leher : Tampak benjolan bilateral,

simetris kiri dan kanan, permukaan rata,

nyeri tekan (-), konsistensi kenyal, difus

(+), mengikuti gerakan menelan, Bruit (+)

■ Abdomen: Bising usus (+) meningkat

■ Ekstremitas : tremor +/+


KASUS TEORI

■ Nadi : 136 x/menit

√ √
■ Mata : eksoftalmus +/+ √


■ Leher √
: Tampak benjolan bilateral, √ √
simetris kiri dan kanan, permukaan rata, √

nyeri tekan (-), konsistensi kenyal, difus √

(+), mengikuti gerakan menelan, Bruit (+) √

■ Abdomen: Bising usus (+) meningkat

■ Ekstremitas : tremor +/+


KASUS TEORI

PEMERIKSAAN PENUNJANG

FT4: > 7,77

TSH: < 0,005

USG : Grave’s Disease


KASUS TEORI

PEMERIKSAAN PENUNJANG

FT4: > 7,77

FT3: 3.38

TSH: < 0,005

USG : Grave’s Disease


KASUS TEORI

Thyroid USG adalah alat


PEMERIKSAAN PENUNJANG yang nyaman, non-invasif,
cepat, dan akurat dalam
FT4: > 7,77 pemeriksaan awal pasien GD.
Pemeriksaan ini membantu
dalam diagnosis, tanpa
FT3: 3.38
memaparkan pasien pada
radiasi pengion, dan
TSH: < 0,005 membantu dalam
menentukan etiologi yang
USG : Grave’s Disease mendasari tirotoksikosis dan
mendeteksi nodul tiroid.
KASUS TEORI

• IVFD 20 tpm makro Terapi medikamentosa:


• Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr ■ Terapi anti-tiroid
(i.v) ■ Terapi simtomatis
• Paracetamol drip 3oo mg
(i.v) / 6 – 8 jam k/p
• Lacbon 2 x 1 tab (p.o)
• Zinc 1 x 1 tab (p.o)
• Propanolol 3 x 10 mg (p.o)
• Thyrosol 3 x ½ tab (p.o)
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai