Anda di halaman 1dari 50

Ilham Rizky Ernawan

12100109008
IDENTITAS PASIEN
 Keterangan Umum
Nama : An.A
Jenis kelamin : Pria
Umur : 9 tahun
Tgl periksa :18/10/2010

 Riwayat Keluarga
Nama Ayah : Tn. E
umur: 32 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Nama Ibu : Ny.E
umur: 24 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Muntah Berdarah
 Anamnesa khusus (Heteronamnesa)
Sejak siang SMRS, ibu pasien mengeluh muntah
berdarah sebanyak > 5 kali, muntah berlangsung tiba-
tiba dan terjadi terus-menerus, cair, berwarna merah
kehitaman, muntah diawali dengan keluarnya makanan
lalu diikuti dengan keluar darah dan cacing.
Keluhan disertai dengan kejang yang
berlangsung selama 5 menit, merupakan kejang pertama
hingga kelojotan,sebelum kejang pasien sadar, saat
kejang pasien tidak sadar, dan setelah kejang pasien
mengantuk. Keluhan disertai juga mual, lemas , pusing,
berkeringat malam, nafsu makan menurun, berat badan
tidak kunjung naik, ibu pasien juga mengaku anaknya
sering bermain di tanah, mencari keong dan
memakannya.
Keluhan tidak disertai dengan penurunan
kesadaran , sesak, bintik-bintik merah , BAB
keluar cacing , BAK normal, riwayat trauma,
batuk+ pilek , mata terlihat cekung.
Keluhan tidak disertai dengan kelumpuhan
pada otot, riwayat pingsan, biru-biru ujung jari dan
bibir, gangguan mengingat, nyeri kepala,
penglihatan menurun, wajah tidak simetris, nyeri
perut.
Riwayat pengobatan
16/08/2010 17/10/2010 18/10/2010
KU: lemah, suhu KU: tenang, suhu KU: tenang, suhu
afebris, makan- afebris, makan- afebris, makan-
minum < , mual- minum (+), mual- minum (+), mual-
muntah (+), BAB-BAK muntah (-), BAB-BAK muntah (-), BAB-BAK
(+) (+) (+)
TD: 110/70 mmHg TD: 110/70 mmHg TD: 110/80 mmHg
N : 80 x/mnt N : 104 x/mnt N : 100 x/mnt
RR: 20 x/mnt RR: 24 x/mnt RR: 24 x/mnt
S: 37 C S: 37,3 C S: 36,5 C
Cefotaxim Cefotaxim Cefotaxim
Ondansentron Ondansentron Ondansentron
Vometa Vometa Vometa
OAT OAT
Combantrin Combantrin
 Riwayat penyakit
• Sebelumnya keluhan muntah didahului panas
badan yang hilang timbul selama periode 3 bulan
lalu,
• Pasien menderita Tb paru dan sedang menjalani
terapi, dan terapi sudah berjalan bulan ke 2.
• Pasien memiliki Riwayat kejang dan telah di rawat 8
kali

 Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Pasien lahir spontan, cukup bulan ditolong
oleh bidan dengan BBL < 2 kg, PB lupa. Tidak ada
riwayat persalinan lama ataupun ketuban pecah
dini.
 Riwayat Imunisasi
• BCG
• DPT
 Riwayat Makanan

0-6 bulan : susu formula


6-12 bulan : susu formula + bubur susu
12 bulan : makanan keluarga
 Riwayat tumbuh kembang
• Miring kanan dan kiri : usia 4 bulan.
• Tengkurap & berkata “ooh aah”: 6 bulan.
• Duduk tanpa bantuan : 8 bulan
• Berdiri dan berkata “mama papa”: 12 bulan
• Berjalan : 1,5 tahun.
• Berlari : 2 tahun.

Tumbuh kembang pasien sama dengan sebayanya.


 Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang
memiliki keluhan yang sama dan tidak
ada riwayat alergi dan asma, hanya
ada keluarga yang memiliki riwayat
batuk lama (nenek.)
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum
KU : Compos Mentis, terlihat sakit sedang, lemah
 Tanda Vital
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi: 100 x/menit
 Suhu : 36,6 o C
 Pernapasan : 28 x/menit

 Status Gizi
 Berat badan : 20 kg
 Tinggi badan : 106 cm
 Kesimpulan : gizi buruk
PEMERIKSAAN FISIK
 Kepala
Bentuk kepala : Normal.
Rambut : hitam, tidak mudah patah
Mata :konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Telinga :simetris, sekret -/-
Hidung : Letak normal, PCH (-), sekret -/-,
Mulut: bibir kering, mukosa mulut dan lidah
basah,
Lidah : basah, lembab,.
Tonsil: T1/T1, hiperemis (-).
Faring: hiperemis (-),
 Leher
teraba pembesaran KGB d=1 cm bilateral , JVP (-)
 Thorax

PULMO COR
INSPEKSI Bentuk simetris, tidak ada Tidak terlihat ictus cordis
retraksi,
PALPASI Pergerakan simetris, vocal Teraba ictus cordis,thrill
fremitus +/+ (-)

PERKUSI Sonor Batas jantung normal


AUSKULTASI VBS kanan=kiri, wheezing BJ murni reguler, murmur
-/-, ronki -/-, slym -/- (-), gallop (-)
 Abdomen
Inspeksi : cembung
Palpasi : lembut, nyeri tekan (-), hepar dan spleen tidak
teraba, skin turgor normal.
Perkusi : Tymphani
Auskultasi : bising usus (+) normal
 Anogenital tidak diperiksa
 Ekstrimitas
Atas : simetris, akral hangat, CRT < 2 detik
Bawah : simetris, akral hangat, CRT < 2 detik
 Neurologis :
Meningeal sign:
kaku kuduk : (-)
Brudzinski I/II/III/ : -/-/-
Kernig’s Sign : (-)
Refleks Patologis
Babinski +/+
Chaddock -/-
gordon -/-
oppenheim -/-
Refleks Fisiologis
Patella +/+
Achiles +/+
Biceps +/+
RESUME
ibu Pasien mengeluh muntah berdarah sebanyak > 5 kali, muntah
berlangsung tiba-tiba dan terjadi terus-menerus, berwarna merah
kehitaman, muntah diawali dengan keluarnya makanan lalu diikuti dengan
keluar darah dan cacing.
Keluhan disertai panas badan yang hilang timbul selama periode 3 bulan
lalu, kejang yang berlangsung selama 5 menit, merupakan kejang pertama,
hingga kelojotan, dan setelah kejang pasien sadar. Keluhan disertai juga
mual, pusing, berkeringat malam, nafsu makan menurun, berat badan tidak
kunjung naik, ibu pasien juga mengaku anaknya sering bermain di tanah,
mencari keong dan memakannya, riwayat kontak Tbc (+).
Keadaan Umum
KU : Compos Mentis, terlihat sakit sedang, lemah
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi: 100 x/menit
Suhu : 36,6 o C
Pernapasan : 28 x/menit
Babinski sign +/+
DIAGNOSIS BANDING
 Ascariasis + Meningitis Tuberkulosis +
KEP III
 Ascariasis + Meningitis Atipikal + KEP III
USULAN PEMERIKSAAN
 Darah rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)
 Pemeriksaan Feses
 Tes tuberkulin
 Thorax x-ray
 Lumbal pungsi
 CT scan
HASIL LABORATORIUM
 Hasil lab (16/10/2010)
Hb : 13,5
Ht : 41,5
Eritrosit : 5,14
Leukosit : 20000
trombosit : 345.000
 Hasil lab (17/10/2010)
• Feces:
makro:
- warna : hijau
- konsistensi: lembek
- Pus (-)
- Darah (-)
- Lendir (-)
mikro:
- leukosit 3-4
- Eritrosit 0-1
- Sel epitel +1
- lemak (-)
- Amilum Tinja (-)
- Telur Cacing (-)
- Bakteri (-)
- Kista Amoeba (-)
- Sel ragi (-)
Hasil lab (18/10/2010)
 Darah rutin:
 Hb : 12,0
 Ht : 36,5
 Eritrosit : 4,53
 Leukosit : 10800
 trombosit : 271.000
 Hemostasis:
Masa prothrombin (PT)
• Control PT 12,9
• INR 0,86
• Masa Prothrombin 13,4
APTT
• APTT 35
• Control APTT 34,5
Diagnosa kerja

 Ascariasis + Meningitis Tuberkulosis +


KEP III
TATA LAKSANA
Pengobatan penyakit yang sering menyertai
KEP III:
 vit A
usia >1 tahun = 200.000 SI/x
 Penilaian kenaikan BB (<5 g/kgBB/hari),
dicurigai:
Pemberian makan adekuat
Nutrisi selengkapnya
Deteksi penyebab infeksi lainnya
Perbaiki psikologik
 Stabilisasi (hari ke-1-2)
 Segera pemberian makanan/formula setiap 2 jam, sepanjang malam
 Hindari basah dan selimutan
 Koreksi dehidrasi
 Stabilisasi (hari ke-1-7)
 Antibiotik spektrum luas: ampisilin 50 mg/kgBB i.m./i.v. setiap 6 jam
selama 2 hari. Dilanjutkan amoksisilin 15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5
hari.
 Stabilisasi-transisi-rehabilitasi (hari ke-1-minggu ke-7) tanpa Fe:
 Multivitamin: asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama), seng (Zn) 2
mg/kgBB/hari, tembaga (Cu) 0,2 mg/kgBB/hari
 Bila BB mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari
 Stimulasi sensorik dan dukung emosional.
 Kebutuhan awal energi & protein pasien :
Energi : 100-200 kkal/kgBB/hari
Protein : 1-6 gram/hari

 Kebutuhan energi berdasarkan usia 7-10 tahun : 5-75 Kkal/kgBB/hari


Minimal kalori : 20 x 5 = 100Kkal/hari
Maksimal kalori : 20 x 75 = 1500 Kkal/hari

 Kebutuhan protein usia 6-10 tahun : 1,5 gr/kgBB


Protein : 20x 1,5 = 30 gr/hari
 Kebutuhan cairan usia 7-10 tahun : 75-90
ml/kg/hari
Minimal cairan : 20 x 75 = 1500 ml/hari
Maksimal cairan : 20 x 90 = 1800ml/hari

 Berikan suplemen vitamin dan mineral Zn, Cu, Mn,


Mg , K
 Porsi makan kecil dengan frekuensi sering
Prognosis
 Quo ad vitam :dubia ad bonam
 Quo ad fungtionam :dubia ad bonam
MENINGITIS
DEFINISI
 Meningitis tuberkulosa  radang pada meningen
(arakhnoid dan piamater) yang disebabkab oleh
basil tahan asam Mycobacterium tuberculosis.
 Meningitis tuberkulosis selalu terjadi secara
sekunder terhadap proses tuberkulosis di tempat
lain. Kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh
dengan cara inhalasi., dan biasanya menimbulkan
infeksi primer pada paru-paru, tetapi bisa juga
ditemukan di kelenjar getah bening, tulang,
gastrointestinal atau organ lain pada tubuh.
INSIDENSI
 Di Amerika Serikat, sampai tahun 1980
insidensi tuberkulosis dan meningitis
tuberkulosis  menurun  meningkatnya
higienis masyarakatnya serta perkembangan
terapi antibiotika.
 Akhir-akhir ini, insidensi pada menderita HIV,
juga diduga karena migrasi penduduk dari
negara Asia, Amerika Latin, dan Afrika, dimana
tingginya insidensi penyakit ini.
 Dapat menyerang semua umur, lebih sering
menyerang anak-anak dan dewasa muda.
PATOFISIOLOGI
Inhalasi droplet  Bronkhiolus
terminalis/alveoli  fagositosis oleh
makrofag  kuman hidup bermultiplikasi
 pembentukan fokus primer (paru) 
TB disseminata & meningitis TB

penyebaran limfogen, hematogen (2-4


minggu)  imunitas seluler : Limfosit T 
Limfosit menarik & mengaktifkan Fagosit
MN dari sirkulasi  TUBERKEL
TUBERKEL

Imunitas Baik Imunitas buruk

Fokus dieliminasi Tuberkel primer


oleh makrofag berkembang

Infeksi (-) pecah  meningitis


TANDA dan GEJALA
Gejala Tanda
Prodromal Adenopathy (paling sering servikal)
Anorexia Suara tambahan pada auskultasi paru
Penurunan berat badan (apices)
Batuk Tuberkel choroidal (ophtalmoskopy)
Keringat malam hari Demam (paling tinggi pada sore hari)
CNS Rigiditas nuchal
Nyeri kepala, mual, muntah Papiledema
Kaku kuduk Defisit neurologis fokal (stadium lanjut)
Perubahan tingkat kesadaran Positif tuberculin skin test

Dari anamnesa juga ditemukan riwayat


pasien kontak dengan penderita TB aktif.
KRITERIA DIAGNOSA
 Meningitis tuberkulosa mempunyai perjalanan penyakit yang
sub akut atau kronik.
 Terdiri dari 3 stadium gambaran klinis yang klasik yaitu :
1. Stadium prodormal : berlangsung 1-3 minggu
dengan keluhan berupa kenaikan suhu tubuh berkisar
37,8 - 38,3º C, nyeri kepala, mual, muntah, nafsu makan
yang menurun.
2. Stadium perangsangan meningen : berupa kaku
kuduk dengan tanda brudzinski dan kernig yang positif.
3. Kerusakan fokal setempat : terdapat gejala defisit
neurologis fokal seperti hemiparese dan kelumpuhan saraf
otak. Pada stadium akhir, yaitu kerusakan otak difus
ditemukan gejala tekanan tinggi intrakranial seperti papil
edema, kejang, penurunan kesadaran sampai koma.
Medical Research Council of Great Britain tahun
1948
 Grade I : tidak ada gejala dan tanda yang
spesifik, tidak ada penurunan kesadarn,
tidak ada defisit neurologik.
 Grade II : perubahan derajat kesadaran
ringan dengan defisit neurologik fokal
seperti hemiparese dan kelumpuhan saraf
kranial.
 Grade III : penurunan kesadarn berat
(sopor atau koma) dengan defisit
neurologik yang berat.
DIAGNOSIS
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis, riwayat kontak dengan
penderita TB aktif, uji tuberkulin positif
dan kelainan cairan serebrospinalis.
USUL PEMERIKSAAN
 Lumbal Pungsi : warna, protein, glukosa, hitung
jenis, jumlah sel, pewarnaan ZN, pemeriksaan tinta
india.
 Kultur resistensi dar LCS.
 Darah rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Diff Count,
glukosa, albumin), Na, K, LED, AGD,
 Tes Tuberkulin.
 Foto Thoraks AP
 CT Scan
 Fungsi liver (SGOT, SGPT, bilirubin) untuk
pengobatan.
 Biopsi KGB
KONSELING
 Kepatuhan pasien minum obat.
 Meningkatkan hygien diri dan
kebersihan lingkungan.
 Imunisasi BCG.
 Skreening TB pada keluarga.
KOMPLIKASI
 Hidrosefalus
 Vaskulitis
 Defisit neurologi
 Edema serebri
 SIADH (Sindrome Inappropriate Anti
Diuretik Hormon)
PROGNOSA
 Prognosa meningitis tuberkulosa
ditentukan oleh keadaan umum pasien,
stadium penyakit dan kecepatan
diberikannya pengobatan.
 Dengan metode pengobatan yang
modern, meningitis TB adalah penyakit
yang dapat disembuhkan. Faktor
prognostik paling sering adalah tingkat
kesadaran penderita saat terapi dimulai.
Angka kematian koma saat terapi 50-
70%.
ASCARIASIS
Etiologi

 Ascaris Lumbricoides merupakan


nematoda usus yang berukuran paling
besar Panjangnya dapt mencapai 40
cm.Orang yang terinfeksi biasanya
asimptomatik dan infeksi yang kronis.
Gejala klinis terjadi akibat
hipersensitifitas pulmonal dan
komplikasi usus.
SIKLUS HIDUP
Cacing dewasa hidup di lumen usus halus

Cacing betina dewasa dapat menghasilkan sampai 200.000 telur/ hari
diekskresikan ke dalam feses penderita ( tanah)

Telur sangat resisten terhadap stress lingkungan

Stadium infektif (beberapa minggu setelah mencapai maturitas dalam tanah)
Tertelan (fekal oral)

Larva menetas dalam intestinum
Menginvasi mukosa usus

Bermigrasi lewat sirkulasi ke dalam paru-paru
Menembus alveoli dan berjalan naik sepanjang percababngan bronkus

Ditelan kembali ke dalam usus halus tempat larva caing beubah menjasi cacing
dewasa (dapat hidup 1-2 tahun)
dari stadium infektif hingga dapat bertelur waktunya 2-3 minggu
EPIDEMIOLOGI

Pada daerah beriklim tropis dan


subtropis.Penularan secara khas lewat tanah yang
terkontaminsai feses karena kurangnya fasilitas
pembuangan kotoran atau karena adanya
penggunaan kotoran manusi asebagai
pupuk.Yang paling banyak terkena adalah anak-
anak di daerah pedesaan yang miskin. Infeksi
diluar daerah endemik terjadi melalui sayuran
yang mengandung telur cacing
GAMBARAN KLINIS
 Selama fase paru (9-12 hari sejak telur cacing termakan): batuk
nonproduktif serta iritatif rasa panas daerah substernal yang
bertambah palang saat apasien abtuk atau inspirasi dalam.
 Demam dan dapat melebihi 38,5 C
 Fase asimptomatik: Eosiniphilia dan mereda beberapa minggu
kemudian
 Foto thoraks: pneumositis eosinofilik(sindroma loefler)dengan
infiltrat berbentuk bulat atau oval.
 Pada infeksi yang berat : bolus besar gumpalan cacing dapat
menimbulkan nyeri dan obstruksi usus, invaginasi ataupun volvulus.
 Cacing besar dapat menyumbat saluran empedu yang
menyebabkan kolik bilier, kolesistitis, kolangitis, pankreatitis.
 Migrasi cacing dewasa ke esofagus dapat menyebabkan batuk dan
ekspulsi cacing lewat mulut.
TEMUAN LABORATORIUM
 Pemeriksaan tinja : telur, cacing dewasa
 Cacing keluar lewat hidung atau mulut
 Pada fase apru larva dapat ditemukan pada
sputum atau aspirasi lambung.
 Eosinophilia
 Foto polos abdomen : massa cacing dalam usus
yang terisi dengan gas pada apsien dengan
obstruksi usus
 USG dan endoskopik : bila ada tanda obstruksi
saluran pakreatobiliaris.
TERAPI

 Mebendazol
 Albendazol

Anda mungkin juga menyukai