Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

DENGEU FEVER

DISUSUN OLEH :
DINI PELA
1102014076

PEMBIMBING :
Letkol CKM (K). dr. Endah Pujiastuti, Sp.A, M.Kes

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK


RS TK. II MOH. RIDWAN MEURAKSA
25 APRIL - 25 JUNI 2022
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 15
tahun Jenis kelamin :
laki laki
Tanggal Lahir : 8 Februari
2007 Agama : islam
Alamat : jl. Pusara indah no.
57 Tanggal masuk RS : 8 Mei 2022

IDENTITAS ORANG TUA


Nama ayah : bahrul
Umur ayah : 49
tahun Pekerjaan ayah :
satpam Agama : islam
Alamat : jl. Pusara indah no. 57
Nama ibu : Fatimah
Umur ibu : 46 tahun
Pekerjaan ibu : IRT
Agama : islam
Alamat : jl. Pusara indah no. 57

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesi dengan ibu pasien pada tanggal 11 Mei 2022
Keluhan Utama : Demam
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD diantar oleh ibunya, dengan keluhan demam 3 hari SMRS. Demam
mendadak tinggi hingga mencapai 39 C. Demam dirasakan terus menerus sepanjang hari.
Demam tidak disertai menggigil dan kejang. Keluhan juga disertai kepala pusing, mual dan
muntah pada 1 hari SMRS sebanyak 2 x. Muntah cair berupa makanan yang terakhir
dimakan. Volume cairan muntah kira kira sebanyak 200ml. Pasien juga mengalami BAB
sebanyak 3 x 1 hari SMRS. Konsistensi feses cair dengan ampas. Tidak ada lendir dan darah
pada feses. Warna feses coklat. BAK normal. Bercak kemerahan pada kulit (-) Batuk (-) flu
(-) sesak napas (-) mimisan (-) perdarahan spontan (-) nyeri sendi (-). Nafsu makan menurun,
dan masih mau minum.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


- Riwayat penyakit serupa : tidak ada
- Riwayat trauma : tidak ada
- Riwayat alergi : tidak ada
- Riwayat syok : tidak ada
- Riwayat kejang : tidak ada
- Riwayat kejang demam : tidak ada

V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


- Riwayat asma : tidak ada
- Riwayat trauma : tidak ada
- Riwayat alergi : tidak ada
- Riwayat kejang demam : tidak ada
- Riwayat TB : tidak ada
- Riwayat DM : tidak ada

VI. RIWAYAT IMUNISASI


- Hepatitis B : 4x, pada saat lahir dan di bulan ke 2, 3, 4
- BCG : 1x, usia 1 bulan
- Polio : 4x, pada saat lahir dan di bulan 2 , 3 dan 4
- DTP-HB-Hib : 3x, pada saat lahir dan di bulan 2 , 3 dan 4
- Rotavirus Monovalen : 3x, pada bulan ke 2, 4, dan 6
- MR : 1x, pada bulan ke 9
- PCV : 3x pada bulan ke 2, 4, dan 6
Kesan : imunisasi lengkap

VII. RIWAYAT PRIBADI


Riwayat Kehamilan
Riwayat Persalinan
- Ibu melahirkan : 31 tahun
- Usia gestasi : 39 minggu
- Lahir secara Normal
- BBL : 3300 gr
- PB : 50 cm
- Lahir langsung menangis kuat, sianosis (-)

Riwayat Pascalahir
Bayi menangis dengan kuat, gerakan aktif, warna kulit merah, langsung menyusui, BAB dan
BAK pertama terjadi < 24 jam setelah lahir. Bayi kuning (-)

Kesan : semua Riwayat dalam keadaan normal

VIII. RIWAYAT NUTRISI


- 0 – 6 bulan : ASI eksklusif selama 6 bulan
- 6 – 9 bulan : ASI dan makanan pendamping ASI
Kesan : kualitas dan kuantitaf baik, pemebrian makanan sesuai
dengan gizi yang dianjurkan
IX. SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN
Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai satpam dan ibu pasien bekerja sebagai IRT. Penghasilan
orang tua pasien cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, seperti untuk makan
maupun untuk kebutuhan lainnya.
KEBIASAAN PASIEN
Kebiasaan pasien sehari hari bersekolah. Bermain futsal. Tidak memilih makan dan
minum.
Lingkugan
- Rumah pasien berlantaikan keramik, dinding tembok, atap genteng, ventilasi
memadai, sumber air yang bagus, pencahayaan yang baik, sampah dibuang ke tukang
sampah
- Rumah dihuni oleh ayah, ibu, kakak dan pasien. Jumlah orang yang tinggal di
dalam rumah ada 5 orang

X. STATUS GENERALIS
Kesadaran umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (GCS: E4 V5 M6)
Frekuensi nadi : 98 x/menit ( regular, isi cukup )
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,3 C
SpO2 : 98 %
BB : 65 kg
TB : 160 cm
IMT : 25,3 (overweight)

XI. PEMERIKSAAN FISIK


 KULIT
- Warna : sawo matang
- Pucat : (-)
- Jaringan parut : (-)
- Turgor : (-)
- Sianosis : (-)
- Lesi primer : (-)
- Lesi sekunder : (-)
- Bercak kemerahan : (-)

 KEPALA
- Kepala Bentuk : normocephal
- Rambut : hitam, tidak rontok

 MATA
- Exophthalmos : (-)
- Enophthalmos : (-)
- Edema kelopak : (-)
- Konjungtiva anemis : (-/-)
- Sklera ikterik : (-/-)
- Pupil : Isokor
- Refleks cahaya : Langsung (+/+) tidak langsung (+/+)
- Palpebra : superior – inferior cekung (-/-) edema palpebra (-/-)

 TELINGA
- Bentuk : Normal
- Pendengaran : Dalam batas normal
- Darah & sekret : Tidak ditemukan

 HIDUNG
- Napas cuping hidung : (-)
- Bentuk : Normal
- Septum deviasi : Tidak ditemukan
- Sekret : (+)
- Perdarahan : (-)
 MULUT
- Mukosa mulut : Tidak kering
- Lidah : Typhoid tongue (-)
- Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
- Gusi : tidak ada perdarahan

 LEHER
- Trakea : Tidak deviasi
- Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
- Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
- Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran , nyeri tekan (-)

 PARU PARU
- Inspeksi : simetris, tidak tampak retraksi interkosta.
- Palpasi : taktil fremitus simetris.
- Perkusi : sonor pada kedua lapang paru.
- Auskultasi : suara nafas vesikular, ronki -/-, wheezing -/, stridor -/-

 JANTUNG
- Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak di sela iga 4 Linea mid
clavicula sinistra.
- Palpasi : iktus kordis teraba di sela iga 4 linea mid clavicula sinistra.
- Auskultasi : BJ I dan BJ 2 reguler, murmur (-) gallop (-)

 ABDOMEN
- Inspeksi : sikatrik (-) dinding perut sejajar dengan dinding dada
- Auskultasi : bising usus (+)
- Perkusi : timpani pada seluruh pandang abdomen, shifting dullnes (-)
- Palpasi : Nyeri tekan (-) , hepar dan lien tidak membesar, turgor baik
 EKSTREMITAS
- Tonus : normal superior-inferior
- Sianosis : (-/-)
- Akral : hangat
- Edema : (-/-)
- CRT : < 2 detik
- Peteki : (-)

XII. LAB
8 MEI 2022
Darah Lengkap
Hemoglobin 13.3 g/dL
Leukosit 7 ribu/uL
Hematokrit 36 % ( < )
Trombosit 127 ribu/uL ( < )

Hitung Jenis
Basophil 0%
Eosinophil 1%
Batang 0%
Limfosit 15 % (< )
Monosit 5%

Rapid Antigen
Hasil Negative
9 MEI 2022
S Demam (+), pusing (+). Mual, muntah, flu, batuk disangkal. Belum ada BAB
sejak tgl 8. BAK normal. Nafsu makan menurun, minum normal. Nyeri perut
(-) bercak kemerahan kulit (-) perdarahan spontan (-)

O Suhu : 39,3 C
SG Dalam batas normal
p IVFD asering 40 tpm
Omeprazol inj 1x40 IV
PCT drio 3x500 mg IV k/p
Zinc syr 2x1 cth
Multivitamin syr 3x1 cth

Darah lengkap
Hemoglobin 13.6 g/dL
Leukosit 6.2 ribu/uL
Hematokrit 39 % ( < )
Trombosit 90 ribu/uL ( < )
SGOT / ASAT 87 u/L ( > )
SGPT / ALAT 46 u/L ( > )

10 MEI 2022
S Demam (+) pusing (+) batuk, flu, mual, muntah (-). Nyeri perut (-) perdarahan
spontan (-). Nafsu makan menurun, minum normal. BAB belum, BAK normal.

O Suhu : 38 C

SG Dalam batas normal


P IVFD asering 40 tpm
Omeprazol inj 1x40 IV
PCT drio 3x500 mg IV k/p
Zinc syr 2x1 cth
Multivitamin syr 3x1 cth

Darah Rutin
Hemoglobin 6 g/dL
Leukosit 3.2 ribu/uL ( < )
Hematokrit 40 %
Trombosit 29 ribu/uL ( < )

11 MEI 2022
S Demam (-) pusing (+) batuk, flu, mual, muntah (-). Nyeri perut (-) perdarahan
spontan (-). Nafsu makan menurun, minum normal. BAB belum, BAK normal.
O Dalam batas normal
SG Dalam batas normal
P IVFD asering 250 cc/jam ( infuse pump
) Omeprazol inj 1x40 IV
PCT drio 3x500 mg IV k/p
Zinc syr 2x1 cth
Multivitamin syr 3x1 cth
Tranfusi TC 10 kantong

Darah Rutin
Hemoglobin 15.6 g/dL
Leukosit 4.1 ribu/uL ( < )
Hematokrit 41 %
Trombosit 17 ribu/uL ( < )
( hasil lab jam 4 sore )
Hemoglobin 14.0 g/dL
Leukosit 4.1 ribu/uL ( < )
Hematokrit 37 %
Trombosit 6 ribu/uL ( < )

12 MEI 2022
S Demam (-) pusing (-) batuk, flu, mual, muntah (-). Nyeri perut (-) perdarahan
spontan (-). Nafsu makan menurun, minum normal. Bercak kemerahan di
kulit (+). BAB belum, BAK normal.

O Dalam batas normal


SG Konvalesen rash (+) nyeri tekan di ulu hati (+)
P IVFD asering 250 cc/jam ( infuse pump
) Omeprazol inj 1x40 IV
Zinc syr 2x1 cth
Multivitamin syr 3x1 cth
Tranfusi TC 10 kantong
Sucralfate syr 3x1

LAB
Hemoglobin 12.4 g/dL ( < )
Leukosit 4.9 ribu/uL
Hematokrit 33 % ( < )
Trombosit 76 ribu/uL ( < )
XIII. RESUME
Anak laki laki berusia 15 tahun, datang ke IGD diantar oleh ibu nya dengan keluhan
demam 3 hari SMRS. Demam tinggi mendadak, dirasakan sepanjang hari. Pusing (+)
Mual (+) muntah 2x. BAB cair dengan ampas 3x sehari. Riwayat penyakit dahulu (-)
Riwayat imunisasi lengkap. IMT 25,3 ( overweight ). Pada pemeriksaan fisik dalam batas
normal. Hasil LAB terakhir : trombosit 76 rb/uL.

XIV. DIAGNOSIS
Dengue Fever + overweight

XV. PENATALAKSANAAN
IVFD asering 40 tpm
Omeprazol inj 1x40 mg IV
Ondansetron 1x4mg IV
Paracetamol drip 3x500 mg
IV Zinc syr 2x1 cth
Vitamin syr 3x1 cth
Tranfusi trombosit
Hasil trombosit sudah naik dari 6 ribu/uL menjadi 76 ribu/uL.

XVI. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : ad
bonam Quo ad Fungsional : ad
bonam Quo ad Sanationam : ad
bonam

XVII. EDUKASI
- Pasien beristirahat cukup
- Asupan cairan dan makanan yang cukup
- Tirah baring
- Setelah pulih dan sehat kembali, rajin olahraga dan menjaga pola makan
Tinjauan Pustaka

I. Definisi

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dan mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara yang paling ringan,
demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) dan demam dengue yang disertai renjatan
atau dengue shock syndrome (DSS).

Menurut World Health Organization (WHO), demam berdarah dengue (DBD) merupakan
penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik.

II. Etiologi

Menurut WHO kriteria demam berdarah dengue ialah demam yang berlangsung 2-7 hari,
terdapat manifestasi perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/mm3), dan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk. Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus)
yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Ciri-ciri nyamuk penyebab penyakit demam berdarah (nyamuk Aedes aegypti):

 Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih

 Hidup di dalam dan di sekitar rumah

 Menggigit/menghisap darah pada siang hari

 Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar


 Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di
got/comberan

 Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat minum burung, dan lain-
lain.

III. Klasifikasi

infeksi dengue yang tidak berat (non-severe dengue) dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok
yaitu pasien dengan warning sign dan tanpa warning sign.
IV. Pemeriksaan Penunjang

Uji Bendung (tourniquet test)


Uji bendung atau dikenal juga sebagai tes Rumpel-Leede pada infeksi dengue memiliki
sensitivitas 58% (95% CI 43%-71%) dan spesifisitas 71% (95% CI 60%-80%), sedangkan
pada dengue tanpa warning sign sensitivitas 55% (95%CI 52%-59%) dan spesifisitas 63%
(95%CI 60%- 66%), pada dengue dengan warning sign sensitivitas 62% (95%CI 53%- 71%)
dan spesifisitas 60% (95%CI 48%-70%) dengan akurasi AUC 0,70 (95% CI 0,66-0,74). Pada
anak perlu menggunakan manset yang sesuai. Uji bendung positif meningkatkan
kemungkinan infeksi dengue.
V.

Darah Lengkap :

Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DBD merupakan indikator
terjadinya perembesan plasma, Selain hemokonsentrasi juga didapatkan trombositopenia, dan
leukopenia.

Uji Serologi :
6,7
- Uji hemaglutinasi inhibasi ( Haemagglutination Inhibition Test = HI test)
Diantara uji serologis, uji HI adalah uji serologis yang paling sering dipakai dan
digunakan sebagai baku emas pada pemeriksaan serologis. Terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam uji HI ini :
a. Uji ini sensitif tetapi tidak spesifik, artinya dengan uji serologis ini tidak dapat
menunjukan tipe virus yang menginfeksi
b. Antibodi HI bertahan didalam tubuh sampai lama sekali (48 tahun), maka uji ini
baik digunakan pada studi seroepidemiologi.
c. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen empat kali lipat dari titer serum
akut atau konvalesen dianggap sebagai presumtive positif, atau diduga keras
positif infeksi dengue yang baru terjadi (Recent dengue infection )

- Uji Komplement Fiksasi ( Complement Fixation test = CF test )


Uji serologi yang jarang digunakan sebagai uji diagnostik secara rutin oleh karena
selain cara pemeriksaan agak ruwet, prosedurnya juga memerluikan tenaga periksa
yang sudah berpengalaman. Berbeda dengan antibodi HI, antibodi komplemen
fiksasi hanya bertahan sampai beberapa tahun saja ( 2 – 3 tahun )

- Uji neutralisasi ( Neutralisasi Tes = NT test )


Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Biasanya
uji neutralisasi memakai cara yang disebut Plaque Reduction Neutralization Test (
PRNT ) yaitu berdasarkan adanya reduksi dari plaque yang terjadi. Saat antibodi
neutralisasi dideteksi dalam serum hampir bersamaan dengan HI antibodi
komplemen tetapi lebih cepat dari antibodi fiksasi dan bertahan lama (48 tahun). Uji
neutralisasi juga rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga tidak
dipakai secara rutin.

- IgM Elisa ( IgM Captured Elisa = Mac Elisa)


Pada tahun terakhir ini, mac elisa merupakan uji serologi yang banyak sekali dipakai.
Sesuai namanya test ini akan mengetahui kandungan IgM dalam serum pasien. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam uji mac elisa adalah :

a. Pada perjalanan penyakit hari 4 – 5 virus dengue, akan timbul IgM yang diikuti
oleh IgG.

b. Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, secara cepat dapat ditentukan
diagnosis yang tepat.
c. Ada kalanya hasil uji terhadap masih negatif, dalam hal ini perlu diulang.

d. Apabila hari ke 6 IgM masih negatif, maka dilaporkan sebagai negatif.

e. IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2 – 3 bulan setelah adanya infeksi. Untuk
memeperjelas hasil uji IgM dapat juga dilakukan uji terhadap IgG. Untuk itu uji IgM
tidak boleh dipakai sebagai satu – satunya uji diagnostik untuk pengelolaan kasus.

f. Uji mac elisa mempunyai sensitifitas sedikit dibawah uji HI, dengan kelebihan uji
mac elisa hanya memerlukan satu serum akut saja dengan spesifitas yang sama
dengan uji HI.

- IgG Elisa

Pada saat ini juga telah beredar uji IgG elisa yang sebanding dengan uji HI , hanya sedikit
lebih spesifik. Beberapa merek dagang kita uji untuk infeksi dengue IgM / IgG dengue
blot, dengue rapid IgM, IgM elisa, IgG elisa, yang telah beredar di pasaran. Pada
dasarnya, hasil uji serologi dibaca dengan melihat kenaikan titer antibodi fase
konvalesen terhadap titer antibodi fase akut (naik empat kali kelipatan atau lebih).

V. Diagnosis Banding

1. Pada awal perjalanan penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus, atau
penyakit protozoa seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis chikungunya,
malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai hemokonsentrasi dapat
membedakan antara DBD dengan penyakit lain.
2. DBD harus dibedakan pada deman chikungunya (DC). Pada DC biasanya seluruh anggota
keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan influenza. Bila dibandingkan
dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam mendadak, masa demam lebih
pendek, suhu tubuh tinggi, hampir selalu disertai ruam makulopapular, injeksi
kojungtiva dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji tourniquet positif,
petekie dan
epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak ditemukan perdarahan
gastrointestinal dan syok.
3. Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi,
misalnya sepsis, meningitis meningkokus. Pada sepsis, anak sejak semula kelihatan sakit
berat, demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Disamping itu jelas
terdapat leukositosis disertai dominasi sel polimorfonuklear (pergeseran ke kiri pada
hitung jenis). Pemeriksaan laju endap darah (LED) dapat dipergunakan untuk
membedakan infeksi bakteri dengan virus. Pada meningitis meningkokokus jelas
terdapat rangsangan meningeal dan kelainan pada pemeriksaan cairan serebrospinalis.
4. Idiopatic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD derajat II, oleh
karena didapatkan demam disertai perdarahan di bawah kulit. Pada hari-hari pertama,
diagnosis ITP sulit dibedakan dendgan penyakit DBD, tetapi pada ITP demam cepat
menghilang, tidak dijumpai hemokonsentrasi, dan pada fase penyembuhan DBD jumlah
trombosit lebih cepat kembali normal daripada ITP.
5. Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada leukemia demam
tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Pemeriksaan darah tepi
dan sumsum tulang akan memperjelas diagnosis leukemia. Pada anemia aplastik anak
sangat anemik, demam timbul karena infeksi sekunder.

VI. Penatalaksanaan

Berdasarkan panduan WHO 2009, pasien dengan infeksi dengue dikelompokkan ke dalam 3
kelompok yaitu Grup A, B, dan C.

Grup A

Yang termasuk Grup A adalah pasien yang tanpa disertai warning signs dan mampu
mempertahankan asupan oral cairan yang adekuat dan memproduksi urine minimal sekali dalam
6 jam. Sebelum diputuskan rawat jalan, pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan. Pasien
dengan hematokrit yang stabil dapat dipulangkan. Terapi di rumah untuk pasien Grup A meliputi
edukasi mengenai istirahat atau tirah baring dan asupan cairan oral yang cukup, serta pemberian
parasetamol. Pasien beserta keluarganya harus diberikan edukasi tentang warning signs secara
jelas dan diberikan instruksi agar secepatnya kembali ke rumah sakit jika timbul warning signs
selama perawatan di rumah.

Grup B

Yang termasuk Grup B meliputi pasien dengan warning signs dan pasien dengan kondisi
penyerta khusus (co-existing conditions). Pasien dengan kondisi penyerta khusus seperti
kehamilan, bayi, usia tua, diabetes mellitus, gagal ginjal atau dengan indikasi sosial seperti
tempat tinggal yang jauh dari RS atau tinggal sendiri harus dirawat di rumah sakit. Jika pasien
tidak mampu mentoleransi asupan cairan secara oral dalam jumlah yang cukup, terapi cairan
intravena dapat dimulai dengan memberikan larutan NaCl 0,9% atau Ringer’s Lactate dengan
kecepatan tetes maintenance. Monitoring meliputi pola suhu, balans cairan (cairan masuk dan
cairan keluar), produksi urine, dan warning signs.

Tatalaksana pasien infeksi dengue dengan warning signs adalah sebagai berikut:

 Mulai dengan pemberian larutan isotonic (NS atau RL) 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam,
kemudian kurangi kecepatan tetes menjadi 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, dan
kemudian kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam sesuai respons klinis.

 Nilai kembali status klinis dan evaluasi nilai hematokrit. Jika hematokrit stabil atau
hanya meningkat sedikit, lanjutkan terapi cairan dengan kecepatan 2-3 ml/kg/jam
selama 2-4 jam.

 Jika terjadi perburukan tanda vital dan peningkatan cepat nilai HCT, tingkatkan
kecepatan tetes menjdai 5-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam

 Nilai kembali status klinis, evaluasi nilai hematokrit dan evaluasi kecepatan tetes
infuse. Kurangi kecepatan tetes secara gradual ketika mendekati akhir fase kritis yang
diindikasikan oleh adanya produksi urine dan asupan cairan yang adekuat dan nilai
hematokrit di bawah nilai baseline.
 Monitor tanda vital dan perfusi perifer (setiap 1-4 jam sampai pasien melewati fase
kritis), produksi urine, hematokrit (sebelum dan sesudah terapi pengganti cairan,
kemudian setiap 6-12 jam), gula darah, dan fungsi organ lainnya (profil ginjal, hati, dan
fungsi koagulasi sesuai indikasi).

Grup C

Yang termasuk Grup C adalah pasien dengan kebocoran plasma (plasma leakage) berat yang
menimbulkan syok dan/atau akumulasi cairan abnormal dengan distres nafas, perdarahan
berat, atau gangguan fungsi organ berat. Terapi terbagi menjadi terapi syok terkompensasi
(compensated shock) dan terapi syok hipotensif (hypotensive shock).

Terapi cairan pada pasien dengan syok terkompensasi meliputi:

 Mulai resusitasi dengan larutan kristaloid isotonik 5-10 ml/kg/jam selama 1 jam. Nilai
kembali kondisi pasien, jika terdapat perbaikan, turunkan kecepatan tetes secara
gradual menjadi 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian 3-5 ml/kg/jam selama 2-4
jam, kemudian 2-3 ml/kg/jam selama 2-4 jam dan selanjutnya sesuai status
hemodinamik pasien. Terapi cairan intravena dipertahankan selama 24-48 jam.

 Jika pasien masih tidak stabil, cek nilai hematokrit setelah bolus cairan pertama. Jika
nilai hematorit meningkat atau masih tinggi (>50%), ulangi bolus cairan kedua atau
larutan kristaloid 10-20 ml/kg/jam selama 1 jam. Jika membaik dengan bolus kedua,
kurangi kecepatan tetes menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam dan lanjutkan
pengurangan kecepatan tetes secara gradual seperti dijelaskan pada poin sebelumnya.

 Jika nilai hematokrit menurun, hal ini mengindikasikan adanya perdarahan dan
memerlukan transfusi darah (PRC atau whole blood).
1. Terapi cairan pada pasien dengan syok hipotensif meliputi:

 Mulai dengan larutan kristaloid isotonik intravena 20 ml/kg/jam sebagai bolus


diberikan dalam 15 menit.

 Jika terdapat perbaikan, berikan cairan kristaloid atau koloid 10 ml/kg/jam selama 1
jam, kemudian turunkan kecepatan tetes secara gradual.

 Jika tidak terdapat perbaikan atau pasien masih tidak stabil, evaluasi nilai hematokrit
sebelum bolus cairan. Jika hematokrit rendah (<40%), hal ini menandakan adanya
perdarahan, siapkan cross-match dan transfusi. Jika hematokrit tinggi dibandingkan nilai
basal, ganti cairan dengan cairan koloid 10-20 ml/kg/jam sebagai bolus kedua selama 30
menit sampai 1 jam, nilai ulang setelah bolus kedua.

 Jika terdapat perbaikan, kurangi kecepatan tetes menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-2
jam, kemudian kembali ke cairan kristaloid dan kurangi kecepatan tetes seperti poin
penjelasan sebelumnya.

 Jika pasien masih tidak stabil, evaluasi ulang nilai hematokrit setelah bolus cairan
kedua. Jika nilai hematokrit menurun, hal ini menandakan adanya perdarahan. Jika
hematokrit tetap tinggi atau bahkan meningkat (>50%), lanjutkan infus koloid 10-20
ml/kg/jam sebagai bolus ketiga selama 1 jam, kemudian kurangi menjadi 7-10 ml/kg/jam
selama 1-2 jam, kemudian ganti dengan cairan kristaloid dan kurangi kecepatan tetes.

 Jika terdapat perdarahan, berikan 5-10 ml/kg/jam transfusi PRC segar atau 10-20
ml/kg/jam whole blood segar.

2. Kriteria memulangkan pasien

Pasien dapat dipulangkan apabila

- Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik


- Nafsu makan membaik
- Secara klinis tampak perbaikan
- Hematokrit stabil
- Tiga hari setelah syok teratasi
- Jumlah trombosit > 50.000/μl
- Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis).
VII. Pencegahan

Demam berdarah dapat dicegah dengan memberantas jentik-jentik nyamuk Demam Berdarah
(Aedes aegypti) dengan cara melakukan PSN (Pembersihan Sarang Nyamuk) Upaya ini
merupakan cara yang terbaik, ampuh, murah, mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat,
dengan cara sebagai berikut:

1. Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti : bak mandi / WC, drum, dan lain-
lain) sekurang-kurangnya seminggu sekali. Gantilah air di vas kembang, tempat minum
burung, perangkap semut dan lain-lain sekurang-kurangnya seminggu sekali
2. Tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air, seperti tampayan, drum, dan lain-lain
agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat itu
3. Kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas, seperti kaleng bekas, ban
bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat menampung air hujan, agar tidak
menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Potongan bamboo, tempurung kelapa, dan
lain-lain agar dibakar bersama sampah lainnya
4. Tutuplah lubang-lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen
5. Lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak hinggap disitu
6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE
ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini
setiap 2-3 bulan sekali

Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut: Untuk 10 liter air cukup dengan 1
gram bubuk ABATE. Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres
berisi 10 gram ABATE. Setelah dibubuhkan ABATE maka:
1. Selama 3 bulan bubuk ABATE dalam air tersebut mampu membunuh jentik Aedes aegypti
2. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan dibersihkan/diganti airnya,
hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut
3. Air yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan
tetap aman bila air tersebut diminum

VIII. Prognosis

Prognosis DHF ditentukan oleh derajat penyakit, cepat tidaknya penanganan diberikan, umur,
dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila
dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian pada syok yang tidak
terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-2 %.
Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta memperlihatkan bahwa
prognosis dan perjalanan penyakit DHF pada orang dewasa umumnya lebih ringan daripada
anak- anak. Pada kasus- kasus DHF yang disertai komplikasi sepeti DIC dan ensefalopati
prognosisnya buruk.

Anda mungkin juga menyukai