BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
2. 1 Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Simpang Rimbo
Agama : Islam
MRS : 25 Mei 2018
Tanggal pengambilan CRS : 27 Mei 2018
2. 2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan berdasarkan Autoanamnesis.
Keluhan utama
Lemas semakin berat sejak ± 3 Minggu SMRS
2. 3 Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Suhu : 36,6oC
d. Nadi : 84 x/menit, reguler, kuat angkat
e. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
f. Pernafasan : irama : reguler
frekuensi : 18x/menit
jenis : abdominotorakal
g. Tinggi badan : 165 cm
h. Berat Badan : 55 Kg
j. Sianosis : (-)
k. Dispneu : (-)
l. Dehidrasi : (-)
4
a. Kulit
Warna sawo matang, hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-),
pertumbuhan rambut (+) merata, warna hitam dan tidak mudah dicabut,
keringat/ kelembapan kurang, turgor baik, ikterus (-), lapisan lemak
kurang, edema (-)
b. Kelenjar
Pembesaran kelenjar submandibula (-), submental (-), jugularis superior
(-), jugularis interna (-)
c. Kepala
Normochepal, ekspresi muka normal, simetris, nyeri tekan syaraf (-),
deformitas (-)
d. Mata
konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), reflek cahaya (+/+), pupil
kanan & kiri isokor, d ± 3 mm.
e. Telinga
Tidak ada deformitas, fungsi pendengaran baik, serumen (+/+), nyeri (-),
sekret (-/-)
f. Hidung
Deviasi septum (-), napas cuping hidung (-), rinorhea (-), pembesaran
konka (-), perdarahan (-), sumbatan (-), fungsi penciuman baik.
g. Mulut dan faring
Sariawan (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-), lidah kotor (-), atrofi papil
(-), bau pernapasan khas (-), disfagia (+). Ulkus angularis (-)
h. Leher
Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP 5-2cmH2O,
kaku kuduk (-).
i. Toraks
Bentuk : Simetris, normal
5
j. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada gerakan paru yang tertinggal,
otot bantu pernafasan (-), pelebaran sela iga (-), hipertrofi otot pernafasan
(-)
Palpasi : Simetris kanan dan kiri, nyeri tekan (-), vokal
fremitus normal
Perkusi : Sonor kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
k. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari ICS V linea midclavicula sinistra,
intensitas kuat angkat, thrill (-).
Perkusi :
Batas pinggang jantung: ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas Kiri: ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I dan BJ II regular, murmur (-), gallop (-)
l. Abdomen
Inspeksi : Datar, sikatrik (-), pelebaran vena (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), nyeri lepas (-), hepar lien
ginjal tidak teraba
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
m. Punggung
Inspeksi : simetris, tidak ada gerakan paru yang tertinggal, otot bantu
pernafasan (-), sikatrik (-)
Palpasi : vocal fremitus normal kanan dan kiri, gerakan dinding
punggung simetris
Perkusi : sonor kanan dan kiri
Auskultasi : vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Nyeri ketok CVA : (-/-)
6
n. Ekstremitas
Superior : deformitas (-), sianosis (-), edem (-), palmar eritem (-),
ujung jari pucat (-/-), nyeri (-), CRT < 2 detik, gerakan keduanya aktif,
reflex fisiologis normal, reflex patologis (-). Kuku sendok (-)
Inferior : deformitas (-), sianosis (-), pucat (+/+), nyeri (-), edem
(-/-), gerakan keduanya aktif, reflex fisiologis normal, reflex patologis
(-). Kuku Sendok (-)
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa Sewaktu : 88 (<200)
Ginjal
Ureum : 24 (16,6-48,5 mg/dL)
Kreatinin : 0,65 (0,5-0,9 mg/dL)
Asam Urat : 7,3 (<8,4 mg/dL)
Kesan : dalam batas normal
Elektrolit
Ca : 1,32 (8,8-10,2 mg/dL)
Na : 130,16 (135-155 mEq/L)
K : 4 (3,5-5,5 mEq/L)
Cl : 106,09
Kesan : Hipokalsemi
2.8 Tatalaksana
1. Non-medikamentosa
- Bed rest
- Konsumsi makanan kaya FE
2. Medikamentosa
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Transfusi PRC 1 kolf/hari HB > 9
- Omeprazole tab 10 mg 1x2 tab
- Tablet FE 200 mg 3x1 tab
- As Folat 400 mg 3x1
2.9 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
27 Mei 2018
S : Lemas (+), mual (+), nyeri perut (-)
O : TD 110/80 mmHg, RR 23x, N 84x, T 36,8 ‘C
A : Anemia Mikrositik Hipokrom e.c. Defisiensi Besi
P : Post transfusi darah 1 kolf (3)
IVFD IVFD RL 500 cc 20 tpm
Inj. Omeprazole 40mg 2x1 vial
Tablet FE 200 mg 3x1 tab
As Folat 400 mg 3x1
28 Mei 2018
S : Lemas (-), mual (-)
O : TD 100/60 mmHg, RR 20x, N 86x, T 37 ‘C
A : Anemia Mikrositik Hipokrom e.c. Suspect Defisiensi Besi
P : Post transfusi darah 1 kolf (4)
IVFD IVFD RL 500 cc 20 tpm
Tablet FE 200 mg 3x1 tab
As Folat 400 mg 3x1
Cek DL ulang Hasil Hb 10.3
10
BAB III
ANALISIS KASUS
Pendekatan kinetik
Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme
independen :
1. Berkurangnya produksi sel darah merah
2. Meningkatnya destruksi sel darah merah
3. Kehilangan darah
Berkurangnya produksi sel darah merah
11
Pendekatan morfologi
Penyebab anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah
merah pada apusan darah tepi dan parameter automatic cell counter. Sel
darah merah normal mempunyai volume 80-96 femtoliter (1 fL = 10-15
liter) dengan diameter kira-kira 7-8 mikron, sama dengan inti limfosit kecil.
12
Sel darah merah yang berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil pada
apus darah tepi disebut makrositik. Sel darah merah yang berukuran lebih
kecil dari inti limfosit kecil disebut mikrositik. Automatic cell counter
memperkirakan volume sel darah merah dengan sampel jutaan sel darah
merah dengan mengeluarkan angka mean corpuscular volume (MCV) dan
angka dispersi mean tersebut. Angka dispersi tersebut merupakan koefisien
variasi volume sel darah merah atau RBC distribution width (RDW). RDW
normal berkisar antara 11,5-14,5%.7 Peningkatan RDW menunjukkan
adanya variasi ukuran sel. Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia
diklasifikasikan menjadi :
a. Anemia makrositik
Anemia makrositik merupakan anemia dengan karakteristik MCV
di atas 100 fL. Anemia makrositik dapat disebabkan oleh :
- Peningkatan retikulosit
Peningkatan MCV merupakan karakteristik normal
retikulosit. Semua keadaan yang menyebabkan peningkatan
retikulosit akan memberikan gambaran peningkatan MCV
- Metabolisme abnormal asam nukleat pada prekursor sel darah
merah (defisiensi folat atau cobalamin, obat-obat yang
mengganggu sintesa asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea)
- Gangguan maturasi sel darah merah (sindrom mielodisplasia,
leukemia akut)
- Penggunaan alkohol : penyakit hati, hipotiroidisme.
b. Anemia mikrositik
Anemia mikrositik merupakan anemia dengan karakteristik sel
darah merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL). Anemia
mikrositik biasanya disertai penurunan hemoglobin dalam eritrosit.
Dengan penurunan MCH (mean concentration hemoglobin) dan
MCV, akan didapatkan gambaran mikrositik hipokrom pada apusan
darah tepi. 7 Penyebab anemia mikrositik hipokrom :
13
c. Anemia normositik
Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal (antara 80-
100 fL). Keadaan ini dapat disebabkan oleh :
- Anemia pada penyakit ginjal kronik.
- Sindrom anemia kardiorenal: anemia, gagal jantung, dan
penyakit ginjal kronik.
- Anemia hemolitik
Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik sel darah
merah: Kelainan membran (sferositosis herediter),
kelainan enzim (defi siensi G6PD), kelainan hemoglobin
(penyakit sickle cell).
Anemia hemolitik karena kelainan ekstrinsik sel darah
merah: imun, autoimun (obat, virus, berhubungan dengan
kelainan limfoid, idiopatik), alloimun (reaksi transfusi
akut dan lambat, anemia hemolitik neonatal),
mikroangiopati (purpura trombositopenia trombotik,
sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria), dan zat
kimia (bisa ular).7
Perlu melihat gejala Anemia secara Umum dan secara Khusus untuk Anemia
Defisiensi Fe
1. Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic
syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar
14
hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu,
cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva
dan jaringan di bawah kuku. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila
kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia
akan jelas.2
2. Gejala Khas Defisiensi Besi
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai
pada anemia jenis lain adalah:2
a. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh,
bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
b. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap
karena papil lidah menghilang.
c. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut
mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
dikenal kesulitan untuk menelan menjadi salah satu manifestasi klinis Anemia
Defisiensi Besi ditambah keluhan pasien lemas untuk beraktifitas. Apalagi
lemasnya disertakan pandangan berkunang-kunang. Kesulitan untuk makan dan
kurangnya asupan makanan menjadi indikasi ke arah kurangnya nutrisi ataupun
elektrolit harian pasien sehingga perlu juga diperlukan pemeriksaan penunjang
untuk itu. Pasien juga tidak mengeluh BAK kemerahan serta tidak mengeluh BAB
berdarah ataupun kehitaman sehingga disingkirkan kecurigaan hilangnya nutrisi
karena perdarahan.Pasien juga tidak mengeluh demam sehingga curiga infeksi
bisa disingkirkan.
Dari Pemeriksaan Fisik juga didapatkan pasien tampak pucat dengan
konjungtiva anemis. Mata pasien juga cekung namun akral masih hangat. Dari
tanda pemeriksaan fisik didapatkan ada tanda-tanda ke Anemia. Dari pemeriksaan
Penunjang didapatkan HB dan HCT dibawah batas normal, mengarahkan pasien
ke arah anemia. MCV dan MCH dibawah batas nomal menunjukkan kesan
Anemia Mikrositik Hipokrom. Dimana Anemia Mikrositik Hipokrom terdapat
pada Anemia Defisiensi FE dan Thalasemia. HB dan HCT yang sama-sama turun
juga menunjukkan Anemia Defisiensi FE. Untuk menegakkan diagnosa
diperlukan pemeriksaan serum besi kembali.
muntah
Pasien perlu diberikan tranfusi PRC sampai batas HB normal kembali dan
diberika terapi untuk Anemia Defisiensi FE seperti memberikan diet kaya kalori,
protein dan zat besi, memberikan preparat besi berupa FE 3x200 mg yang bisa
dilanjutkan sampai keluar dari rumah sakit. Preparat besi ini aman digunakan
namun kadang memberikan efek samping berupa nyeri epigastrium, konstipasi
dan diare maka kita berikan obat tambahan untuk mengatasi epigastrik tersebut.
Edukasi juga diperlukan untuk pasien agar rutin konsumsi makanan kaya zat besi
agar tidak terjadi kejadian berulang di lain hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas. 1st ed. Khastrifah , Purba DL, editors.
Jakarta: EGC; 2007.
2. Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia Defisiensi Besi. In Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 1127-1136.
3. Hoffbrand, AV. et all. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: EGC; 2005. p. 25-34.
4. Jones, NCH. Wickramasinghe, SN. Catatan Kuliah Hematologi. Jakarta: EGC;
2000. p. 67-83.