Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya


penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron
store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
Kelainan ini ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer, besi serum menurun,
TIBC (Total Iron Binding Capacity) meningkat, saturasi transferin menurun,
feritin serum menurun, pengecatan besi sumsum tulang negatif dan adanya respon
terhadap pengobatan dengan preparat besi.1
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai,
terutama di negara-negara tropik atau negara dunia ketiga, oleh karena sangat
berkaitan erat dengan taraf sosial ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari
sepertiga penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan yang sangat
merugikan serta dampak sosial yang cukup serius.2
Prevalensi anemia defisiensi besi 2 – 5 % diantara laki-laki dewasa dan
wanita post menstruasi di negara maju, dan sering pada pasien-pasien yang
mengunjungi gastroenterolog (4–13%). Penyebab anemia defisiensi besi pada
wanita pre-menopause adalah kehilangan darah pada saat menstruasi dan
perdarahan menopause. Belum ada data yang pasti mengenai prevalensi anemia
defisiensi besi di Indonesia. Martotmojo dkk memperkirakan anemia defisiensi
besi pada laki-laki 16 – 59 % dan 25 – 84 % pada wanita tidak hamil. Di India,
Amerika Latin dan Filipina prevalensi anemia defisiensi besi pada perempuan
hamil berkisar antara 35 – 59 %.2
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di negara
maju maupun negara yang sedang berkembang. Padahal besi merupakan suatu
unsur terbanyak pada lapisan kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakan
penyebab anemia yang tersering. Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai
kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan seringkali tubuh mengalami
kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan perdarahan.3
2

BAB II
LAPORAN KASUS

2. 1 Identitas Pasien
Nama : Tn. J
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Simpang Rimbo
Agama : Islam
MRS : 25 Mei 2018
Tanggal pengambilan CRS : 27 Mei 2018

2. 2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan berdasarkan Autoanamnesis.

Keluhan utama
Lemas semakin berat sejak ± 3 Minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemas sejak ± 1 bulan SMRS
lemas dirasakan tanpa sebab, lelah dirasakan meski hanya melakukan
pekerjaan ringan di rumah dan di kantor. Keluhan lemas sering kali di
sertai dengan kepala pusing. Keluhan dirasakan belum mengganggu
aktifitas, berkurang saat istirahat. Selama pusing pasien belum minum obat.
Saat pusing pasien merasa mata berkunang- kunang. Semakin hari keluhan
dirasakan tidak berkurang. Pasien mengatakan demam (-) dan tidak
pingsan (-). Pasien kerja serabutan pada 5 tahun terakhir, dan makan tidak
teratur, dan makan dikala pasien merasa sempat. Pasien juga tidak nafsu
makan karena mengeluh nyeri menelan. Sekarang pasien mengaku merasa
(perih) pada ulu hati (+) , mual, muntah (-) sehingga pasien memutuskan
untuk ke Rumah Sakit. Pasien mengaku tidak memiliki gannguan pada
BAB dan BAK, perdarahan (-), mimisan (-) , muntah (-).
3

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat keluhan serupa (-)
- Riwayat Magh (+)
- Riwayat Alergi makanan dan obat-obatan (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat anggota keluarga mengalami kanker/tumor (-)
- Ibu Pasien mengalami hipertensi (-)
- Riwayat anggota keluarga mengalami diabetes (-)

Riwayat Pekerjaan dan Sosial


Os bekerja sebagai buruh, merokok (-), alkohol (-)

2. 3 Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Suhu : 36,6oC
d. Nadi : 84 x/menit, reguler, kuat angkat
e. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
f. Pernafasan : irama : reguler
frekuensi : 18x/menit
jenis : abdominotorakal
g. Tinggi badan : 165 cm
h. Berat Badan : 55 Kg

i. Keadaan gizi : = 55/1,652 = 20.20

j. Sianosis : (-)
k. Dispneu : (-)
l. Dehidrasi : (-)
4

m. Edema umum : (-)


n. Cara berbaring : normal, namun susah untuk duduk

a. Kulit
Warna sawo matang, hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-),
pertumbuhan rambut (+) merata, warna hitam dan tidak mudah dicabut,
keringat/ kelembapan kurang, turgor baik, ikterus (-), lapisan lemak
kurang, edema (-)
b. Kelenjar
Pembesaran kelenjar submandibula (-), submental (-), jugularis superior
(-), jugularis interna (-)
c. Kepala
Normochepal, ekspresi muka normal, simetris, nyeri tekan syaraf (-),
deformitas (-)
d. Mata
konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-), reflek cahaya (+/+), pupil
kanan & kiri isokor, d ± 3 mm.
e. Telinga
Tidak ada deformitas, fungsi pendengaran baik, serumen (+/+), nyeri (-),
sekret (-/-)
f. Hidung
Deviasi septum (-), napas cuping hidung (-), rinorhea (-), pembesaran
konka (-), perdarahan (-), sumbatan (-), fungsi penciuman baik.
g. Mulut dan faring
Sariawan (-), tonsil T1-T1, gusi berdarah (-), lidah kotor (-), atrofi papil
(-), bau pernapasan khas (-), disfagia (+). Ulkus angularis (-)
h. Leher
Pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), JVP 5-2cmH2O,
kaku kuduk (-).
i. Toraks
Bentuk : Simetris, normal
5

j. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada gerakan paru yang tertinggal,
otot bantu pernafasan (-), pelebaran sela iga (-), hipertrofi otot pernafasan
(-)
Palpasi : Simetris kanan dan kiri, nyeri tekan (-), vokal
fremitus normal
Perkusi : Sonor kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
k. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari ICS V linea midclavicula sinistra,
intensitas kuat angkat, thrill (-).
Perkusi :
Batas pinggang jantung: ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
Batas Kiri: ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I dan BJ II regular, murmur (-), gallop (-)
l. Abdomen
Inspeksi : Datar, sikatrik (-), pelebaran vena (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), nyeri lepas (-), hepar lien
ginjal tidak teraba
Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen
m. Punggung
Inspeksi : simetris, tidak ada gerakan paru yang tertinggal, otot bantu
pernafasan (-), sikatrik (-)
Palpasi : vocal fremitus normal kanan dan kiri, gerakan dinding
punggung simetris
Perkusi : sonor kanan dan kiri
Auskultasi : vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Nyeri ketok CVA : (-/-)
6

n. Ekstremitas
Superior : deformitas (-), sianosis (-), edem (-), palmar eritem (-),
ujung jari pucat (-/-), nyeri (-), CRT < 2 detik, gerakan keduanya aktif,
reflex fisiologis normal, reflex patologis (-). Kuku sendok (-)
Inferior : deformitas (-), sianosis (-), pucat (+/+), nyeri (-), edem
(-/-), gerakan keduanya aktif, reflex fisiologis normal, reflex patologis
(-). Kuku Sendok (-)

2.4 Hasil Laboratorium Sederhana


Hasil pemeriksaan penunjang dari RS Raden Mattaher Jambi
1. Darah Rutin

Pemeriksaan Hematologi Hematologi


- Hb : 6.1 (13,2-17,3 g/dL)
- RBC : 3 (4,20-4,87 106/mm3)
- WBC : 9,35 (4,5-11,0 103/mm3)
- Ht : 18 (43-49 %)
- PLT : 361 (150-450 103/µL)
- MCV : 68,6 (85-95 fL)
- MCH : 20,6 (28-32 pg)
- MCHC : 29 (33-35 g/dL)
Kesan : Anemia Mikrositik Hipokrom
Kimia Klinik Hati
Bilirubin total : 0,61 (0,1-1 mg/dl)
Bilirubin Direk : 0,1 (0-0,2 mg/dl)
Bilirubin Indirek : 0,3 (<0,8 mg/dl)
AST/SGOT : 7 (0-38 U/L)
ALT/SGPT : 13 (0-41 U/L)
Protein Total : 7,7 (6,4-8,3 g/dL)
Albumin : 3,9 (3,5-5 g/dL)
Globulin : 3,2 (2,6-3,6 g/dL)
7

LDH : 391 (240-480 U/L)


Kesan : Dalam Batas Normal

Metabolisme Karbohidrat
Glukosa Sewaktu : 88 (<200)
Ginjal
Ureum : 24 (16,6-48,5 mg/dL)
Kreatinin : 0,65 (0,5-0,9 mg/dL)
Asam Urat : 7,3 (<8,4 mg/dL)
Kesan : dalam batas normal

Elektrolit
Ca : 1,32 (8,8-10,2 mg/dL)
Na : 130,16 (135-155 mEq/L)
K : 4 (3,5-5,5 mEq/L)
Cl : 106,09
Kesan : Hipokalsemi

Gambaran Darah Tepi


Eritrosit : mikrositik, Hipokrom
Leukosit :
Trombosit : jumlah menurun, penyebaran merata, bentuk normal
Kesan : Anemia Mikrositik Hipokrom

2.5 Diagnosa Kerja


Anemia Mikrositik Hipokrom etcausa Defisiensi Besi
Diagnosa Sekunder
Dispepsia Like Ulcer

2.6 Diagnosis Banding


Anemia Mikrositik Hipokrom etcausa Thalasemia, Dispepsia Like Ulcer
8

Anemia Mikrositik Hipokrom etcausa Penyakit Kronis, Dispepsia Like


Ulcer
2.7 Pemeriksaan yang Dianjurkan
 Morfologi darah tepi
 Pemeriksaan indeks eritrosit
 Pemeriksaan serum Fe, TIBC, saturasi transferrin
 Pemeriksaan darah lengkap (H2TL, Ur,Cr,GDS)
 EKG

2.8 Tatalaksana
1. Non-medikamentosa
- Bed rest
- Konsumsi makanan kaya FE
2. Medikamentosa
- IVFD RL 500 cc 20 tpm
- Transfusi PRC 1 kolf/hari  HB > 9
- Omeprazole tab 10 mg 1x2 tab
- Tablet FE 200 mg 3x1 tab
- As Folat 400 mg 3x1

2.9 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

2.10 Follow Up Keadaan Pasien


26 Mei 2018
 S : Lemas (+), mual (+), nyeri perut (+)
 O : TD 100/70 mmHg, RR 22x, N 86x, T 37 ‘C
9

 A : Anemia Mikrositik Hipokrom e.c. Suspect Defisiensi Besi


 P : Post transfusi darah 2 kolf (2)
IVFD IVFD RL 500 cc 20 tpm
Inj. Omeprazole 40mg 2x1 vial
Tablet FE 200 mg 3x1 tab
As Folat 400 mg 3x1

27 Mei 2018
 S : Lemas (+), mual (+), nyeri perut (-)
 O : TD 110/80 mmHg, RR 23x, N 84x, T 36,8 ‘C
 A : Anemia Mikrositik Hipokrom e.c. Defisiensi Besi
 P : Post transfusi darah 1 kolf (3)
IVFD IVFD RL 500 cc 20 tpm
Inj. Omeprazole 40mg 2x1 vial
Tablet FE 200 mg 3x1 tab
As Folat 400 mg 3x1

28 Mei 2018
 S : Lemas (-), mual (-)
 O : TD 100/60 mmHg, RR 20x, N 86x, T 37 ‘C
 A : Anemia Mikrositik Hipokrom e.c. Suspect Defisiensi Besi
 P : Post transfusi darah 1 kolf (4)
IVFD IVFD RL 500 cc 20 tpm
Tablet FE 200 mg 3x1 tab
As Folat 400 mg 3x1
Cek DL ulang Hasil Hb 10.3
10

BAB III
ANALISIS KASUS

Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya satu atau lebih parameter sel


darah merah, yaitu konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah
merah. Anemia menyebabkan menurunnya kemampuan pengangkutan oksigen
yang fisiologis di dalam darah dan berkurangnya suplai oksigen ke jaringan.6

Tebel 1. Kriteria WHO untuk diagnosis anemia


Umur Kadar Hb (g/dl)
6 bulan - < 5 tahun < 11
≥ 5 thun - 14 tahun < 12
Dewasa laki-laki < 13
Dewasa perempuan (tidak hamil) < 12
Dewasa perempuan (hamil) < 11

Terdapat dua pendekatan untuk menentukan penyebab anemia :


a. Pendekatan kinetik, pendekatan ini didasarkan pada mekanisme yang
berperan dalam turunnya Hb.
b. Pendekatan morfologi, pendekatan ini mengkategorikan anemia
berdasarkan perubahan ukuran eritrosit (Mean corpuscular volume/
MCV) dan respon retikulosit.

Pendekatan kinetik
Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme
independen :
1. Berkurangnya produksi sel darah merah
2. Meningkatnya destruksi sel darah merah
3. Kehilangan darah
Berkurangnya produksi sel darah merah
11

Anemia disebabkan karena kecepatan produksi sel darah merah


lebih rendah dari destruksinya. Penyebab berkurangnya produksi sel
darah merah :
a. Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat; dapat disebabkan
oleh kekurangan diet, malaborpsi (anemia pernisiosa, sprue)
atau kehilangan darah (defisiensi Fe)
b. Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik, pure red cell
aplasia, mielodisplasia, infiltrasi tumor)
c. Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi, radiasi)
d. Rendahnya trophic hormone untuk stimulasi produksi sel
darah merah (eritropoietin pada gagal ginjal, hormon tiroid
[hipotiroidisme] dan androgen [hipogonadisme])
e. Anemia penyakit kronis/anemia inflamasi, yaitu anemia
dengan karakteristik berkurangnya Fe yang efektif untuk
eritropoiesis karena berkurangnya absorpsi Fe dari traktus
gastrointestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari
makrofag, berkurangnya kadar eritropoietin (relatif) dan
sedikit berkurangnya masa hidup erirosit.

Peningkatan destruksi sel darah merah


Anemia hemolitik merupakan anemia yang disebabkan karena
berkurangnya masa hidup sel darah merah (kurang dari 100 hari).
Pada keadaan normal, umur sel darah merah 110-120 hari. Anemia
hemolitik terjadi bila sumsum tulang tidak dapat mengatasi kebutuhan
untuk mengganti lebih dari 5% sel darah merah/hari yang
berhubungan dengan masa hidup sel darah merah kira-kira 20 hari. 7

Pendekatan morfologi
Penyebab anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah
merah pada apusan darah tepi dan parameter automatic cell counter. Sel
darah merah normal mempunyai volume 80-96 femtoliter (1 fL = 10-15
liter) dengan diameter kira-kira 7-8 mikron, sama dengan inti limfosit kecil.
12

Sel darah merah yang berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil pada
apus darah tepi disebut makrositik. Sel darah merah yang berukuran lebih
kecil dari inti limfosit kecil disebut mikrositik. Automatic cell counter
memperkirakan volume sel darah merah dengan sampel jutaan sel darah
merah dengan mengeluarkan angka mean corpuscular volume (MCV) dan
angka dispersi mean tersebut. Angka dispersi tersebut merupakan koefisien
variasi volume sel darah merah atau RBC distribution width (RDW). RDW
normal berkisar antara 11,5-14,5%.7 Peningkatan RDW menunjukkan
adanya variasi ukuran sel. Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia
diklasifikasikan menjadi :
a. Anemia makrositik
Anemia makrositik merupakan anemia dengan karakteristik MCV
di atas 100 fL. Anemia makrositik dapat disebabkan oleh :
- Peningkatan retikulosit
Peningkatan MCV merupakan karakteristik normal
retikulosit. Semua keadaan yang menyebabkan peningkatan
retikulosit akan memberikan gambaran peningkatan MCV
- Metabolisme abnormal asam nukleat pada prekursor sel darah
merah (defisiensi folat atau cobalamin, obat-obat yang
mengganggu sintesa asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea)
- Gangguan maturasi sel darah merah (sindrom mielodisplasia,
leukemia akut)
- Penggunaan alkohol : penyakit hati, hipotiroidisme.

b. Anemia mikrositik
Anemia mikrositik merupakan anemia dengan karakteristik sel
darah merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL). Anemia
mikrositik biasanya disertai penurunan hemoglobin dalam eritrosit.
Dengan penurunan MCH (mean concentration hemoglobin) dan
MCV, akan didapatkan gambaran mikrositik hipokrom pada apusan
darah tepi. 7 Penyebab anemia mikrositik hipokrom :
13

- Berkurangnya Fe: anemia defisiensi Fe, anemia penyakit


kronis/anemia inflamasi, defisiensi tembaga.
- Berkurangnya sintesis heme: keracunan logam, anemia
sideroblastik kongenital dan didapat.
- Berkurangnya sintesis globin: talasemia dan
hemoglobinopati.

c. Anemia normositik
Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal (antara 80-
100 fL). Keadaan ini dapat disebabkan oleh :
- Anemia pada penyakit ginjal kronik.
- Sindrom anemia kardiorenal: anemia, gagal jantung, dan
penyakit ginjal kronik.
- Anemia hemolitik

Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik sel darah
merah: Kelainan membran (sferositosis herediter),
kelainan enzim (defi siensi G6PD), kelainan hemoglobin
(penyakit sickle cell).

Anemia hemolitik karena kelainan ekstrinsik sel darah
merah: imun, autoimun (obat, virus, berhubungan dengan
kelainan limfoid, idiopatik), alloimun (reaksi transfusi
akut dan lambat, anemia hemolitik neonatal),
mikroangiopati (purpura trombositopenia trombotik,
sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria), dan zat
kimia (bisa ular).7

Perlu melihat gejala Anemia secara Umum dan secara Khusus untuk Anemia
Defisiensi Fe
1. Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic
syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar
14

hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu,
cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva
dan jaringan di bawah kuku. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila
kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia
akan jelas.2
2. Gejala Khas Defisiensi Besi
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai
pada anemia jenis lain adalah:2
a. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh,
bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
b. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap
karena papil lidah menghilang.
c. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut
mulut sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.

Gambar 2.2. Kuku Sendok (Koilonychia) pada jari penderita anemia


defisiensi besi7

3. Gejala Penyakit Dasar


Gejala yang ditimbulkan dari penyakit yang mendasari terjadinya
anemia defisiensi besi tersebut, misalkan yang disebabkan oleh infeksi
cacing tambang maka akan dijumpai gejala dispepsia, kelenjar parotis
15

membengkak, kulit telapak tangan warna kuning seperti jerami. Jika


disebabkan oleh perdarahan kronis akibat dari suatu karsinoma maka
gejala yang ditimbulkan tergantung pada lokasi dari karsinoma tersebut
beserta metastasenya.2

Tn. J Umur 49 Tahun tinggal di Simpang Rimbo, masuk tanggal 25 Mei


2018 Pasien datang dengan keluhan tubuhnya lemas sejak 3 minggu SMRS, lemas
yang dirasakan meningkat setiap hari, lemas dirasakan tanpa sebab, lelah
dirasakan meski hanya melakukan pekerjaan ringan di rumah dan di kantor.
Keluhan lemas sering kali di sertai dengan kepala pusing. Keluhan dirasakan
hilang timbul sehingga pasien masih menganggap biasa. Keluhan dirasakan belum
mengganggu aktifitas, berkurang saat istirahat. Keadaan lemas dan lelah
merupakan suatu tanda kelelahan fisik ataupun mental, dan bukan merupakan hal
yang spesifik, sehingga sulit mengidentifikasi penyakit yang mendasari. Keluhan
utama ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit : penyebab non-organik, obat-
obatan, keganasan, sistem pernapasan, jantung, hematologik dapat berupa anemia,
endokrin, infeksi akut maupun infeksi kronik. Namun Pasien bekerja serabutan
dan makan
Pasien juga mengeluh mual namun tidak muntah disertai nyeri epigastri,
nyeri yang dirasakan hilang timbul, nyeri berkurang ketika pasien makan, nyeri
perut yang dirasakan tidak berkurang dengan istirahat, dan bertambah sakit bila
ditekan. Nyeri akan berkurang jika pasien makan. Meskipun makan sedikit, nafsu
makan menurun. Riwayat sering konsumsi obat penghilang nyeri (+), Riwayat
minum jamu-jamuan (-).Nyeri pada daerah epigastrium melibatkan organ
pencernaan seperti lambung, duodenum serta pembuluh darah aorta desendent.
Nyeri epigastrik juga perlu dicurigai adanya nyeri alih masalah cardio namun pada
pasien ini nyeri perut berkurang jika pasien makan menunjukkan permasalahan
berasal dari pencernaan. Mual dan nyeri ini mengarahkan keluhan dispepsia like
ulcer
Pasien mengeluh kesulitan untuk menelan serta nyeri ini juga membuat
pasien kesulitan untuk makan dan nafsu makannya menurun. Disfagia atau
16

dikenal kesulitan untuk menelan menjadi salah satu manifestasi klinis Anemia
Defisiensi Besi ditambah keluhan pasien lemas untuk beraktifitas. Apalagi
lemasnya disertakan pandangan berkunang-kunang. Kesulitan untuk makan dan
kurangnya asupan makanan menjadi indikasi ke arah kurangnya nutrisi ataupun
elektrolit harian pasien sehingga perlu juga diperlukan pemeriksaan penunjang
untuk itu. Pasien juga tidak mengeluh BAK kemerahan serta tidak mengeluh BAB
berdarah ataupun kehitaman sehingga disingkirkan kecurigaan hilangnya nutrisi
karena perdarahan.Pasien juga tidak mengeluh demam sehingga curiga infeksi
bisa disingkirkan.
Dari Pemeriksaan Fisik juga didapatkan pasien tampak pucat dengan
konjungtiva anemis. Mata pasien juga cekung namun akral masih hangat. Dari
tanda pemeriksaan fisik didapatkan ada tanda-tanda ke Anemia. Dari pemeriksaan
Penunjang didapatkan HB dan HCT dibawah batas normal, mengarahkan pasien
ke arah anemia. MCV dan MCH dibawah batas nomal menunjukkan kesan
Anemia Mikrositik Hipokrom. Dimana Anemia Mikrositik Hipokrom terdapat
pada Anemia Defisiensi FE dan Thalasemia. HB dan HCT yang sama-sama turun
juga menunjukkan Anemia Defisiensi FE. Untuk menegakkan diagnosa
diperlukan pemeriksaan serum besi kembali.

Tanda dan Anemia Anemia Anemia Anemia Anemia


gejala Defisiensi Perdarahan Hemolitik Aplastic Keganasan
Pucat + + + + +
Lemas, lesu, + + + + +
mata
berkunang
Sakit kepala + + + + +
Demam - - + + +
BAB + - + - +
terganggu
Sering + -/+ + + +
berdebar
Icterus - - + - +
Muak -/+ - + - +
17

muntah

Pemeriksaan Fisik Anemia Anemia Anemia Anemia Anemia


Defisiensi Perdarahan Hemolitik Aplastic Keganasan
Kulit Pucat + + + + +
Konjungtiva anemis + + + + +
Skelera Ikterik - - + - +
Atropi papil lidah + - - - -
Pembesaran KGB - - -/+ - +
Hepatomegali - - + - +
Splenomegali - - + - +
Petekie - - + + +
Kuku sendok + - - - -

Pasien perlu diberikan tranfusi PRC sampai batas HB normal kembali dan
diberika terapi untuk Anemia Defisiensi FE seperti memberikan diet kaya kalori,
protein dan zat besi, memberikan preparat besi berupa FE 3x200 mg yang bisa
dilanjutkan sampai keluar dari rumah sakit. Preparat besi ini aman digunakan
namun kadang memberikan efek samping berupa nyeri epigastrium, konstipasi
dan diare maka kita berikan obat tambahan untuk mengatasi epigastrik tersebut.
Edukasi juga diperlukan untuk pasien agar rutin konsumsi makanan kaya zat besi
agar tidak terjadi kejadian berulang di lain hari.

Tatalaksana Anemia Anemia Anemia Anemia Anemia


Defisiensi Perdarahan Hemolitik Aplastic Keganasan
ADB -Hentikan Sesuai Etiologi -Hindari -Kemoterapi
-Sulfas ferrous perdarahan -Kortiko kontak dengan -Radioterapi
3x10 -Resusitasi Steroid toksin
mg/kg/BB cairan -Splenoktomi -Tranfusi
-Vitamin C -Tranfusi -Imunosupresif -Transplantasi
3x100mg/hari jika Hb< -Tranfusi berkala SumTul
-Tranfusi jika 6g/dl
Hb<6g/dl
18

-Diit tinggi besi


As.Folat: PO
0,5-1 mg/hari
B12: Parenteral
1mg
19

DAFTAR PUSTAKA

1. Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas. 1st ed. Khastrifah , Purba DL, editors.
Jakarta: EGC; 2007.
2. Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia Defisiensi Besi. In Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2009. p. 1127-1136.
3. Hoffbrand, AV. et all. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: EGC; 2005. p. 25-34.
4. Jones, NCH. Wickramasinghe, SN. Catatan Kuliah Hematologi. Jakarta: EGC;
2000. p. 67-83.

5. Sacher, RA. MC Pherson, RA. Widman’s Clinical Interpretation of Laboratory


Tests. Philadelphia: FA Davis Company; 2000. P. 68-70.

Anda mungkin juga menyukai