Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah


dibawah normal (<70mg/dl). Hipoglikemia adalah efek samping yang paling
sering terjadi akibat terapi penurunan glukosa darah pada pasien DM dan
pengontrolan glukosa darah secara intensif selalu meningkatkan risiko terjadinya
hipoglikemia berat.1 Sebagai penyulit akut pada DM tipe 2, hipoglikemia paling
sering disebabkan oleh penggunaan Insulin dan Sulfonilurea.
Pada pasien DM, hipoglikemia merupakan faktor penghambat utama
dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal. Hipoglikemia yang terjadi
pada DM merupakan suatu keadaan yang terjadi ketika insulin dan glukosa darah
dalam keadaan tidak seimbang. Hal ini dapat terjadi setelah menggunakan insulin
atau obat anti diabetik lainnya, tidak cukup makan atau waktu jeda antar makan
yang lama (biasanya pada tengah malam), latihan fisik tanpa asupan makanan
yang cukup sebelumnya, atau tidak cukup konsumsi karbohidrat dimana gejala
yang di timbulkannya dapat berupa gejala otonom seperti berkeringat, gemetar,
palpitasi, dll, dan atau gejala dari disfungsi neurologi seperti kejang, lethargi,
hingga koma.3
Hipoglikemia terkadang luput dari pengawasan dokter maupun pasien.
Sebagian orang dengan DM tidak memiliki tanda-tanda peringatan dini untuk
kadar glukosa darah yang rendah. Kondisi ini paling sering mengenai penderita
diabetes Tipe I, tetapi tidak menutup kemungkinan juga dapat terjadi pada
penderita diabetes Tipe 2.3Hipoglikemia merupakan keadaan yang sangat
berbahaya dan dapat mengancam jiwa penderita karena glukosa darah adalah
sumber energi satu-satunya pada otak, sehingga jika mengalami penurunan kadar
dari normal dapat mempengaruhi dan mengganggu fungsi otak tersebut secara
langsung.3

1
BAB II
LAPORAN PASIEN

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Umur : 44 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani Buah Pinang
Alamat : Mendahara, Tanjab Timur

2. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
Keluhan utama :
Lemas yang semakin memberat sejak 3 jam SMRS.
Riwayat penyakit sekarang :

Pasien mengeluhkan lemas yang semakin memberat sejak 3 jam SMRS.


Pasien mengatakan 1 hari sebelum pasien masuk rumah sakit, pasien
mengeluhkan lemas diseluruh badan dan kemudian pasien pingsan beberapa jam
setelah pasien menyuntikkan insulin yang biasa digunakan pasien untuk
mengontrol gula darahnya namun saat itu pasien masih bisa dibangunkan
walaupun dalam kondisi bicara meracau dan badan lemas. Pasien tampak
berkeringat dingin dan gemetar saat memegang benda. Pasien juga mengeluhkan
pusing, mual, dan muntah sebelum pasien pingsan. Muntah kira-kira 2 kali,
konsistensi cair, berwarna kekuningan, isi berupa air saja, kurang lebih gelas,
darah tidak ada. Lemas tidak disertai dengan sesak nafas, demam disangkal. BAB
berwarna coklat, konsistensi keras, frekuensi sekali dalam sehari, darah tidak ada,
lendir tidak ada. BAK tidak ada keluhan, frekuensi dan volume urin normal.
Lemas yang dialami pasien tidak disertai dengan sesak napas.
Pasien mengatakan beberapa jam sebelum pasien menyuntikkan insulin
pasien hanya makan dalam porsi yang sedikit dikarenakan sejak 1 minggu
terakhir ini pasien mengalami penurunan nafsu makan. Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien memiliki sakit gula sejak 2 tahun terakhir dan jarang

3
kontrol ke dokter atau puskesmas serta pasien juga tidak mengontrol pola
makannya. Saat ini pasien mendapatkan pengobatan berupa terapi insulin.
Keluarga pasien tidak mengetahui jika pengobatan sakit gula pasien berupa obat
suntik dan pasien juga tidak pernah meminta keluarga untuk menemani pasien
melakukan kontrol ke dokter atau puskesmas.

Riwayat penyakit dahulu :


- Riwayat dengan keluhan yang sama (+) sebanyak dua kali. Pasien dirawat
di RS DKT dan RS Royal Prima dengan keluhan yang sama.
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat DM (+) sejak 2 tahun yang lalu, saat ini mendapatkan terapi
insulin.
Riwayat penyakit keluarga :
- Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
- Riwayat hipertensi dalam keluarga (-)
- Riwayat DM dalam keluarga (-)
Riwayat psikososial dan kebiasaan
- Pasien berprofesi sebagai petani buah pinang. Pendidikan terakhir pasien
adalah SMP. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan dengan
teratur 2-3 kali sehari namun tidak membatasi porsi dan jenis makanan
yang ia makan. Namun sekitar 1 minggu SMRS pasien makan sangat
sedikit dikarenakan mengalami penurunan nafsu makan. Pasien tidak
merokok, mengonsumsi alkohol atau pun mengonsumsi obat-obat herbal.

3
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Generalis
- Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran : Somnolen (GCS 15 E4V5M6)

- Vital sign :
o Tekanan darah : 100/50 mmHg
o Frekuensi nadi : 64x/ menit, reguler, isian cukup
o Frekuensi nafas : 21x/ menit, tipe torakoabdominal
o Suhu axilla : 36,50C
o Tinggi badan : 149 cm
o Berat badan : 38 kg
o IMT : 17,11 kg/m2 (underweight)

b. Pemeriksaan Kepala dan Leher :


- Kepala : normocephal, rambut hitam kusam tidak mudah dicabut
- Mata : Konjungtiva Anemis (-), Sklera Ikterik (-), Refleks Pupil (+/+),
pupil isokor, Edema Palpebra (-), gangguan pengelihatan (-/-)
- THT :
o Telinga : Normotia, Sekret (-/-), Nyeri Tekan Tragus (-), Hiperemis
(-/-)
o Hidung : Sekret (-), Deviasi Septum (-), Nafas Cuping Hidung (-)
o Mulut : Mukosa Bibir Kering (+), Pucat (-), Sianosis (-)
o Lidah : Papil Atrofi (-), Lidah Kotor (-)
o Tenggorokan : Tonsil (T1-T1), Faring Hiperemis (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-), JVP 5-2 cmH2O

4
c. Pemeriksaan Thoraks
Paru :
- Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris, penggunaan otot-otot
bantu pernapasan (-), sela iga melebar (-) spider nevi (-), jejas (-)
- Palpasi : Taktil Fremitus kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor pada kedua basal paru, batas peranjakan paru-hepar
2 jari, linea midclavicula dextra ICS V
- Auskultasi : Vokal Fremitus kanan sama dengan kiri Vesikuler
(+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung :
- Inspeksi : pulsasi ictus kordis tidak terlihat
- Palpasi : pulsasi ictus kordis teraba tidak kuat angkat di ICS V
linea midklavikularis sinistra, luas 1 jari
- Perkusi :
o Batas Kanan : ICS II linea parasternalis dextra
o Batas Kiri : ICS V linea midklavikularis sinistra
o Atas : ICS II linea parasternalis sinistra
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)

4. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : perut datar, kolateral vena (-), jaringan sikatrik (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal, 5x/i
- Perkusi : hiper timpani pada seluruh regio abdomen, shifting
dullness (-)
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), undulasi (-), nyeri lepas (-),
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ginjal tidak
teraba, turgor kulit kembali lambat
5. Punggung
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : Fokal fremitus kedua lapang paru sama, nyeri tekan (-),
krepitasi (-), nyeri ketok CVA (-)

5
- Perkusi : sonor pada kedua basal paru
- Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
6. Pemeriksaan ekstremitas:
- Superior : Sianosis (-), pucat (-), deformitas (-), akral hangat,
ikterik (-), edema (-), CRT < 2 detik, ulkus (-)
- Inferior : Sianosis (-), pucat (-), deformitas (-), akral hangat,
ikterik (-), edema (-), CRT < 2 detik, ulkus (-)
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal
Darah Rutin
WBC 8,6 x 109/L 4,0-10,0
RBC 3,94 x 1012/L 3,50-5,50
Hb 11,7 g/dL 11,0-16,0
HCT 31,4 % 36,0-48,0
PLT 177 x 109/L 100-300
MCV 79,7 fl 80,0-99,0
MCH 29,6 pg 26,0-32,0
MCHC 37,2 g/dL 32,0-36,0
GDS (stick) - 44 mg/dl
(satu jam pertama)
- 224 mg/dl
(satu jam kedua)
GDS (serum) 36 mg/dl
Pemeriksaan Urin Rutin
Warna Kuning
Berat Jenis 1015
Ph 5
Protein (-)
Albumin (-)
Glukosa (+++)
Keton (-)
Sedimen
- Sel Leukosit 7-8/LPB
- Sel Eritrosit 2-4/LPB
- Sel Epithel 5-6/LPB
Fungsi Ginjal
Ureum 104 mg/dl 15-39
Kreatinin 2,0 mg/dl 0,6-1,1
LFG 21,53 ml/min/1,73m2
Pemeriksaan Serologi
HBsAG (-)

6
Anti-HBsAG (-)
HCV (-)
Pemeriksaan Elektrolit
Na 139,14 mmol/L 135-148
Kalium 2,85 mmol/L 3,5-5,3
Clorida 104,00 mmol/L 98-110
Ca 1,38 mmol/L 1,12-1,23

Foto thorax AP

- Cor : CTR < 50%, kontur baik


- Aorta dan mediastinum superior tak melebar
- Trachea di tengah
- Pulmo : corakan bronkovasculer normal
Tidak tampak infiltrat
Hilus tak menebal
- Sinuscostofrenicus lancip dan diafragma licin
Kesan : Cor dalam batas normal
Pulmo dalam batas normal

7
5. DAFTAR MASALAH
- Hipoglikemia
- Diabetes melitus tipe 2 tidak terkontrol underweight tanpa komplikasi
- Hipokalemia
- Peningkatan ureum dan kreatinin

6. DIAGNOSIS
- Hipoglikemia et causa injeksi insulin

7. PENATALAKSANAAN
- Farmakoterapi
o IVFD NaCl 0,9% 10 tpm
o Bolus Dextrose 40% sebanyak 100 ml (awal)
- Non-farmakoterapi
o Cateter terpasang
o Obat diabetes dihentikan sementara
o Cek GDS setiap jam

8. RENCANA KERJA
Rencana Pemeriksaan Penunjang :
- Cek GDS
- Tes fungsi hati (SGOT, SGPT, protein, albumin)
- Pemeriksaan C-Peptide

8
9. FOLLOW UP
Tgl S O A P
3 Badan Keadaan Umum: sakit sedang Hipoglikemi - Diet DM 950 Kkal
/ lemas Kesadaran : somnolen a et causa - IVFD NaCl 0,9% 10 gtt
injeksi
4 TD : 100/50 mmHg insulin - Bolus dextrose 40%,
/ Nadi : 64x/menit 100 ml.
17 Pernapasan: 21 x/menit - KSR 600 mg tab 1 x 1
Temperatur : 36,5 oC
Mata: konjungtiva anemis (-),
sklera ikterik (-)
Pulmo : simetris, vesikuler (+),
rhonki (-), wheezing (-)
Cor : Gallop (-), murmur ()
Perut: datar, hipertimpani, Nyeri
Tekan (-),
Ekstremitas: ikterik, edema (-),
kekuatan (5), CRT < 2 detik, ulkus
(-)
GDS: 224 mg/dl
Kalium: 2,59 mg/dl
4 Badan Keadaan Umum: sakit sedang Post - Diet DM 950 Kkal
/ lemas, Kesadaran : compos mentis hipoglike - IVFD KN-2 20 gtt
mia ec
4 nyeri ulu TD : 100/60 mmHg injeksi - Inj.Omeprazole 2 x 40
/ hati, Nadi : 90x/menit insulin mg (iv)
Dispepsia
17 mual Pernapasan: 20 x/menit - Domperidone 10 mg
Temperatur : 37 oC tab 3 x 1
Mata: konjungtiva anemis (-), - Inj. Levemir 1x16 IU
sklera ikterik (-) (sc)
Pulmo: simetris, vesikuler (+), - Inj. Novorapid (sc)
rhonki (-), wheezing (-) sesuai GDS per pola

9
Cor : Gallop (-), murmur () makan :
Perut: datar, hipertimpani, Nyeri <150 :-
Tekan Epigastrium(+), 150-200 : 4 Unit
Ekstremitas: ikterik, edema (-), 201-250 : 8 Unit
kekuatan (5), CRT < 2 detik, ulkus 251-300 : 12 Unit
(-) 301-350 : 16 Unit
GDS 06.15: 258 mg/dl, Inj. > 351 : 20 Unit
Novorapid 12 IU
GDS 12.15: 320 mg/dl, Inj. - Cek GDS/Pola makan
Novorapid 16 IU
GDS 17.00: 352 mg/dl, Inj.
Novorapid 20 IU
5 Badan Keadaan Umum: sakit sedang Post - Diet DM 950 Kkal
/ lemas, Kesadaran : compos mentis hipoglike - IVFD KN-2 20 gtt
mia ec
4 mual dan TD : 130/80 mmHg injeksi - Inj.Omeprazole 2 x 40
/ nyeri ulu Nadi : 88x/menit insulin mg (iv)
Dispepsia
17 hati Pernapasan: 23 x/menit - Domperidone 10 mg
berkurang Temperatur : 36,3 oC tab 3 x 1
,BAB Mata: konjungtiva anemis (-), - Laxadin syrp 60 ml 1x
keras sklera ikterik (-) 1C
Pulmo : simetris, vesikuler (+), - Inj. Levemir 1x16 IU
rhonki (-), wheezing (-) (sc)
Cor : Gallop (-), murmur () - Inj. Novorapid (sc)
Perut: datar,hipertimpani, Nyeri sesuai GDS per pola
Tekan Epigastrium(+) makan :
Ekstremitas: ikterik, edema (-), <150 :-
kekuatan (5), CRT < 2 detik, ulkus 150-200 : 4 Unit
(-) 201-250 : 8 Unit
GDS 07.00: 130 mg/dl 251-300 : 12 Unit
GDS 12.00: 250 mg/dl,Inj. 301-350 : 16 Unit
Novorapid 8 IU,

10
GDS 17.10: 238 mg/dl,Inj. > 351 : 20 Unit
Novorapid 8 IU
- Cek GDS/Pola makan

6 Badan Keadaan Umum: sakit sedang Post - Diet DM 950 Kkal


/ lemas, Kesadaran : compos mentis hipoglike - IVFD KN-2 20 gtt
mia ec
4 perut TD : 110/70 mmHg injeksi - Inj.Omeprazole 2 x 40
/ kembung, Nadi : 88x/menit insulin mg (iv)
Dispepsia
17 BAB Pernapasan: 20 x/menit - Domperidone 10 mg
keras Temperatur : 36,2 oC tab 3 x 1
Mata: konjungtiva anemis (-), - KSR 600 mg tab 1 x 1
sklera ikterik (-) - Laxadin syrp 60 ml 1x
Pulmo : simetris, vesikuler (+), 1C
rhonki (-), wheezing (-) - Inj. Levemir 1x16 IU
Cor : Gallop (-), murmur () (sc)
Perut: datar, hipertimpani, Nyeri - Inj. Novorapid (sc)
Tekan (-), sesuai GDS per pola
Ekstremitas: ikterik, edema (-), makan :
kekuatan (5), CRT < 2 detik, ulkus <150 :-
(-) 150-200 : 4 Unit
GDS 06.30: 330 mg/dl, Inj. 201-250 : 8 Unit
Novorapid 16 IU 251-300 : 12 Unit
GDS 11.45 : 589 mg/dl, inj. 301-350 : 16 Unit
Novorapid 20 IU > 351 : 20 Unit
GDS 17.00:612 mg/dl, inj. - Cek GDS/Pola makan
Novorapid 20 IU - Cek elektrolit

7 Perut Keadaan Umum: sakit sedang Post - Diet DM 950 Kkal


/ kembung, Kesadaran : compos mentis hipoglike - IVFD KN-2 20 gtt
mia ec
4 BAB TD : 110/80 mmHg injeksi - Inj.Omeprazole 2 x 40
/ keras, Nadi : 82x/menit insulin mg (iv)
Dispepsia

11
17 mual dan Pernapasan: 22 x/menit - Domperidone 10 mg
nyeri ulu Temperatur : 36,5 oC tab 3 x 1
hati Mata: konjungtiva anemis (-), - KSR 600 mg tab 1 x 1
semakin sklera ikterik (-) - Laxadin syrp 60 ml 1x
berkurang Pulmo : simetris, vesikuler (+) 1C
normal, rhonki (-), wheezing (-) - Inj. Levemir 1x16 IU
Cor : Gallop (-), murmur () (sc)
Perut: datar, hipertimpani, Nyeri - Inj. Novorapid (sc)
Tekan (-), sesuai GDS per pola
Ekstremitas: ikterik, edema (-), makan :
kekuatan (5), CRT < 2 detik, ulkus <150 :-
(-) 150-200 : 4 Unit
GDS 06.10: 120 mg/dl 201-250 : 8 Unit
GDS 12.00: 250 mg/dl, inj. 251-300 : 12 Unit
Novorapid 8 IU 301-350 : 16 Unit
GDS 17.30: 319 mg/dl, inj. > 351 : 20 Unit
Novorapid 16 IU
Pemeriksaan Elektrolit - Cek GDS/Pola makan
Na: 152 mmol/l (135-148)
K: 4,1 mmol/l (3,5-5,3)
Cl: 92,90 mmol/l (98-110)
Ca+2: 1,59 mmol/l (1,12-1,23)

12
8 Perut Keadaan Umum: sakit sedang Post - Diet DM 950 Kkal
/ kembung, Kesadaran : compos mentis hipoglike - IVFD KN-2 20 gtt
mia ec
4 keluhan TD : 120/80 mmHg injeksi - Inj.Omeprazole 2 x 40
/ BAB Nadi : 82x/menit insulin mg (iv)
Dispepsia
17 keras Pernapasan: 22 x/menit - Domperidone 10 mg
berkurang Temperatur : 36,4 oC tab 3 x 1
, nyeri ulu Mata: konjungtiva anemis (-), - KSR 600 mg tab 1 x 1
hati dan sklera ikterik (-) - Laxadin syrp 60 ml 1x
mual Pulmo : simetris, vesikuler (+), 1C
semakin rhonki (-), wheezing (-) - Inj. Levemir 1x16 IU
berkurang Cor : Gallop (-), murmur () (sc)
Perut: datar, hipertimpani, Nyeri - Inj. Novorapid (sc)
Tekan (-), sesuai GDS per pola
Ekstremitas: ikterik, edema (-), makan :
kekuatan (5), CRT < 2 detik, ulkus <150 :-
(-) 150-200 : 4 Unit
GDS 07.00: 107 mg/dl 201-250 : 8 Unit
GDS 12.15: 551 mg/dl, inj. 251-300 : 12 Unit
Novorapid 20 IU 301-350 : 16 Unit
GDS 17.00:561 mg/dl, inj. > 351 : 20 Unit
Novorapid 20 IU - Cek GDS/Pola makan
9 Perut Keadaan Umum: sakit sedang Post - Diet DM 950 Kkal
/ kembung Kesadaran : compos mentis hipoglike - IVFD KN-2 20 gtt
mia ec
4 TD : 110/70 mmHg injeksi - Inj.Omeprazole 2 x 40
/ Nadi : 84x/menit insulin mg (iv)
Dispepsia
17 Pernapasan: 18 x/menit - Domperidone 10 mg
Temperatur : 36,3 oC tab 3 x 1
Mata: konjungtiva anemis (-), - KSR 600 mg tab 1 x 1
sklera ikterik (-) - Laxadin syrp 60 ml 1x
Pulmo : simetris, vesikuler (+), 1C

13
rhonki (-), wheezing (-) - Inj. Levemir 1x16 IU
Cor : Gallop (-), murmur () (sc)
Perut: datar, hipertimpani, Nyeri - Inj. Novorapid (sc)
Tekan (-), sesuai GDS per pola
Ekstremitas: ikterik, edema (-), makan :
kekuatan (5), CRT < 2 detik, ulkus <150 :-
(-) 150-200 : 4 Unit
GDS 07.00:185 mg/dl,Inj. 201-250 : 8 Unit
Novorapid 4 IU 251-300 : 12 Unit
GDS 12.00 :352 mg/dl,Inj. 301-350 : 16 Unit
Novorapid 20 IU > 351 : 20 Unit
GDS 17.00 : 344 mg/dl,Inj. - Cek GDS/Pola makan
Novorapid 16 IU
10 Perut Keadaan Umum: sakit sedang Post - Diet DM 950 Kkal
/ kembung Kesadaran : compos mentis hipoglike - Edukasi pola makan
mia ec
4 TD : 110/70 mmHg injeksi - IVFD KN-2 20 gtt
/ Nadi : 78x/menit insulin - Domperidone 10 mg
Dispepsia
17 Pernapasan: 20x/menit tab 3 x 1
Temperatur : 36,2 oC - Inj. Levemir 1x16 IU
Mata: konjungtiva anemis (-), (sc)
sklera ikterik (-) - Inj. Novorapid (sc)
Pulmo : simetris, vesikuler (+), sesuai GDS per pola
rhonki (-), wheezing (-) makan :
Cor : Gallop (-), murmur () <150 :-
Perut: datar, hipertimpani, Nyeri 150-200 : 4 Unit
Tekan (-), 201-250 : 8 Unit
Ekstremitas: ikterik, edema (-), 251-300 : 12 Unit
kekuatan (5), CRT < 2 detik, ulkus 301-350 : 16 Unit
(-) > 351 : 20 Unit
GDS 6.15: 443 mg/dl,Inj. - Cek GDS/Pola makan
Novorapid 16 IU

14
10. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

15
BAB III
ANALISIS KASUS

Diagnosis : Hipoglikemia et causa injeksi insulin


Anamnesis
Fakta Teori
Didapatkan keluhan pada pasien Manifestasi klinis Hipoglikemia:
sebagai berikut: Aktivasi simpatoadrenalberkeringat,
Penurunan kesadaran sakit kepala, gemetaran, mual, takikardi,
Badan lemas takipnea.
Pusing Gejala neuroglikopenia penurunan
Berkeringat kesadaran, lemas yang berat, penurunan
Gemetar saat memegang bedna respons terhadap stimulus dan bahaya,
Mual perubahan status mental, kejang, koma,
Muntah hingga kematian.
Mendapatkan terapi insulin Trias Whipple ialah gejala muncul dan
Menderita DM selama 2 tahun. konsisten dalam keadaan hipoglikemia, nilai
konsentrasi glukosa plasma rendah, dan
Riwayat: terdapat perbaikan klinis ketika konsentrasi
Riwayat dirawat dengan keluhan yang glukosa plasma dinaikkan.
sama (+) sebanyak 3 kali. Faktor Resiko
Pasien DM dengan terapi insulin
Kurangnya pemahaman penggunaan insulin
atau OAD serta gejala hipoglikemi.
Lamanya penyakit yang diderita
Penggunaan insulin&OAD golongan insulin
secretouge
Penyakit kritis gangguan hati, gangguan
ginjal

16
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien adalah wanita berusia 44 tahun,
pasien mengeluhkan lemas yang semakin memberat sejak 3 jam SMRS. Pasien
mengatakan 1 hari sebelum pasien masuk rumah sakit, pasien mengeluhkan lemas
diseluruh badan dan kemudian pasien pingsan beberapa jam setelah pasien
menyuntikkan insulin yang biasa digunakan pasien untuk mengontrol gula
darahnya namun saat itu pasien masih bisa dibangunkan walaupun dalam kondisi
bicara meracau dan badan lemas.
Hipoglikemia adalah keadaan di mana kadar gula darah di bawah 60 mg/dl
disertai adanya gelaja klinis pada penderita.Pada kasus ini, pasien perempuan 44
tahun, saya diagnosis hipoglikemia dikarenakan kadar glukosa plasma pasien
ketika pertama kali masuk adalah 44 mg/dL. Pendekatan diagnosis kejadian
hipoglikemia pada pasien ini juga dilakukan dengan bantuan Whipples Triad
yang meliputi: keluhan yang berhubungan dengan hipoglikemia, kadar glukosa
plasma yang rendah, dan perbaikan kondisi setelah perbaikan kadar gula darah.
Ketika pertama kali datang glukosa plasma pasien 44 mg/dL, setelah dilakukan
pemberian IVFD NaCl 0,9% 10 tpm dan Bolus Dextrose 40% sebanyak 100 ml
glukosa plasma pasien menjadi 224 mg/dL. 4,5,6
Insulin mulai diberikan pada pasien rawat jalan DM Tipe 2 apabila target
terapi tidak tercapai dengan Anti-Diabetik Oral (ADO) kombinasi atau terdapat
kontraindikasi terhadap ADO. Idealnya, sesuai keadaan fisiologis tubuh, terapi
insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga kali dengan insulin
prandial. Terapi insulin dapat dimulai dengan basal 1x/hari, campuran/premixed
1-2x/hari, prandial 1-3 x/hari, dan basal bolus. Perhitungan kebutuhan Insulin
Harian Total (IHT) pada pasien yang mendapatkan terapi insulin adalah sebagai
berikut: IHT = 0,5 unit x Berat Badan (Kg). Untuk kebutuhan Insulin Prandial
Total (IPT) yaitu, IPT = 60 % dari IHT, yang nantinya dibagi lagi menjadi 1/3
dari IPT untuk kebutuhan insulin yang disuntikkan sebelum pasien makan,
kebutuhan Insulin Basal Total (IBT) yaitu, IBT = 40 % dari IHT. Pada pasien ini
mendapatkan insulin prandial berupa Novorapid 20 unit dan insulin basal berupa
Lovemir 16 unit. Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan Insulin Harian Total
(IHT), Insulin Harian Total yang didapatkan pada pasien ini sebanyak 19 unit,

17
sehingga seharusnya kebutuhan Insulin Prandial Total (IPT) pasien yaitu, IPT =
60 % dari 19 unit, didapatkan sebanyak 11,4 ~ 11 unit, dan seharusnya kebutuhan
Insulin Basal Total (IBT) pasien yaitu, IBT = 40 % dari 19 unit, didapatkan
sebanyak 7,6 unit~ 8 unit. Insulin basal mulai diberikan dengan dosis awal 10
U/hari, diberikan saat sebelum tidur (kerja menengah atau panjang) atau pagi hari
(kerja panjang). Insulin prandial diberikan mulai dari dosis 4 U. Insulin basal dan
prandial dapat dinaikkan 2 unit tiap 3 hari bila sasaran belum tercapai. Apabila
setelah pemberian insulin basal dengan dosis titrasi yang optimal glukosa darah
masih belum dapat dikendalikan, maka perlu dilakukan evaluasi pada pasien
dimana yaitu: 1. Apakah dosis insulin yang disuntikkan pasien sudah sesuai, 2.
Apakah porsi makan sudah sesuai dengan diet DM yang dianjurkan, 3. Apakah
waktu makan tertunda atau porsi berkurang, dan 4. Apakah penyuntikkan insulin
sudah dilakukan pada waktu yang tepat. Jika hal ini terjadi maka perlu dilakukan
evaluasi kepada pasien.2 Penyesuaian dosis insulin basal dan preprandial dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Pada pasien ini mendapatkan insulin basal berupa Levemir 1 x 16 unit dan
insulin prandial berupa Novorapid yang disesuaikan dengan hasil kadar gula darah
per pola makan yaitu jika: 1. Gula darah < 150 : tidak disuntikkan insulin, 2. Gula
darah 150-200 : 4 U, 3. Gula darah 201-250 : 8 U, 4. 251-300 : 12 U,5. 301-350:
16 U, 6. > 351 : 20 U. Kebutuhan Insulin basal dan prandial pada pasien ini
diberikan tidak sesuai dengan teori, kebutuhan insulin disesuaikan berdasarkan

18
terapi terapi intensifikasi terapi insulin oleh dokter spesialis penyakit dalam yang
merawat pasien pada saat itu. Target pengendalian glukosa darah basal pada
pasien DM sebelum makan/puasa 80-110 mg/dl sedangkan untuk glukosa darah
prandial (1 jam setelah makan) adalah < 180 mg/dl. Insulin 4 unit diasumsikan
dapat menurunkan kadar gula darah sebanyak 75 mg/dl. Pada pasien ini kadar
glukosa darah tidak pernah mencapai sasaran pengendalian sebagaimana
disebutkan. Sehingga setiap kenaikan kadar gula darah pada pasien ini maka
dilakukan peningkatan 4 unit insulin apabila sasaran kendali glukosa darah belum
tercapai.
Hipokalemia didefinisikan sebagai (K+) plasma kurang dari < 3,5 mg/dl.
Kadar Kalium plasma pada pasien ditemukan menurun yaitu 2,85 mmol/L.
Penyebab hipokalemia yang ditemukan pada pasien ini dapat disebabkan karena
kehilangan cairan tubuh yaitu melalui muntah yang berlebihan yang ditemukan
ketika pasien dibawa ke IGD RS Raden Mattaher dan juga karena injeksi insulin.
Penyebab lain dari hipokalemia seperti diantaranya 1) Asidosis tubular ginjal, 2)
Penggunaan diuretik, 3) Penyakit hormon endokrin (Sindrom Cushing), 4)
Asupan kalium rendah. Pada pasien ini diberikan IVFD KN-2 20 gtt dan Kalium
Slow Release (KSR) dengan dosis 1 x 600 mg tab. Pemberian IVFD KN-2 20 gtt
dan KSR adalah salah satu cara untuk mengatasi keadaan hipokalemia yang
terjadi pada pasien.
Pada pasien ini ditemukan peningkatan ureum dan kreatinin, pada pasien
ini didapatkan kadar ureum berupa 104 mg/dl, dan kadar kreatinin 2,0 mg/dl.
Setelah dilakukan perhitungan Creatinin Clearance Test (CCT) ditemukan
menurun yaitu pada pasien ini ditemukan sebesar 21,53 ml/mnt/1,73 m2. Nilai
rujukan CCT adalah 97 ml/mnt/1,73 m2 137 ml/mnt/1,73 m2 pada pria dan 88
ml/mnt/1,73 m2 128 ml/mnt/1,73 m2 pada wanita. Secara laboratorium, CCT
menggambarkan Glomerulus Filtration Rate (GFR). Menurut Kidney Disease
Outcome Quality Initiative (KDOQI), terdapat 5 manifestasi klinis berdasarkan
GFR, yaitu derajat 1 dengan GFR 90 ml/mnt menggambarkan kerusakan awal
beberapa kelainan ginjal misalnya nefrotik sindrom dan tubular sindrom, derajat 2
dengan GFR 60-89 ml/mnt menggambarkan adanya komplikasi ringan, derajat 3

19
GFR 30-59 ml/mnt menggambarkan komplikasi sedang, derajat 4 GFR 15-29
ml/mnt menggambarkan komplikasi berat, derajat 5 GFR < 15 ml/mnt
menggambarkan sudah terjadi uremia dan penyakit kardiovaskular. Pada pasien
ini kadar ureum dan kreatinin serum ditemukan meningkat serta CCT yang
menurun (21,53 ml/mnt/1,73 m2) menandakan manifestasi klinis sudah sampai
pada derajat 4 yaitu komplikasi berat. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang, maka pasien ini didiagnosis dengan Gagal Ginjal
Kronik Stadium IV, karena secara klinis ditemukan adanya nafsu makan yang
menurun, mual, dan muntah, ditambah dengan adanya penurunan fungsi ginjal
dengan LFG 15-29.
Keadaan hipoglikemia pada pasien diabetes tergambar pada hasil
laboratorium yaitu penurunan kadar glukosa plasma <60 mg/dL. hal tersebut
ditemukan pada pasien laporan kasus, dimana kadar glukosa plasmaya ialah 44
mg/dL. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
disimpulkan bahwa pasien memenuhi gambaran hipoglikemia pada diabetes
mellitus tipe 2. Hal ini dapat dibuktikan dari pemeriksaan fisik, laboratorium, dan
disesuaikan dengan trias whipple.
Penatalaksanaan
Fakta Teori
- O2 Nasal Cannule 2L/menit Bila sadar:
- Catheter terpasang 1. Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan)
- Obat diabetes dihentikan atau sirop atau permen, gula murni (bukan
sementara pemanis pengganti gula) atau gula diet atau
- Cek GDS setiap jam gula diabetes) dan makanan yang mengandung
karbohidrat
- IVFD NaCl 0,9% 10 tpm 2. Hentikan obat hipoglikemik sementara
- Bolus Dextrose 40% sebanyak 3. Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
100 ml (awal) 4. Pertahankan glukosa darah sekitar 200 mg/dl
(bila sebelumnya tidak sadar)
5. Cari penyebab

20
Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau
tidak sadar dan curiga hipoglikemia)

1. Diberikan larutan Dextrose 40% sebanyak 2


flakon (=50 ml) bolus intravena
2. Diberikan cairan Dextrose 10% per infus, 6 jam
per kolf
3. Periksa glukosa darah sewaktu (GDS), kalau
memungkinkan dengan glukometer:
a. Bila GDs < 50 mg/dl ditambah bolus
Dextrose 40% 50ml IV
b. Bila GDs < 100 mg/dl ditambah bolus
Dextrose 40% 25ml IV
4. Periksa GDs setiap 1 jam setelah pemberian
Dextrose 40%
a. Bila GDs < 50 mg/dl ditambah bolus
Dextrose 40% 50ml IV
b. Bila GDs < 100 mg/dl ditambah bolus
Dextrose 40% 25ml IV
c. Bila GDs 100-200 mg/dl, tanpa bolus
Dextrose 40%
d. Bila GDs > 200 mg/dl, pertimbangkan
menurunkan kecepatan drip Dextrose 10%
5. Bila GDs > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-
turut, pemantauan GDS setiap 2 jam, dengan
protocol sesuai diatas. Bila GDS > 200 mg/dl,
pertimbangkan mengganti infuse dengan
Dextrose 5% atau NaCl 0,9%
6. Bila GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali
berturut-turut, pemantauan GDS setiap 4 jam,
dengan protocol sesuai diatas. Bila GDs > 200

21
mg/dl, pertimbangkan mengganti infuse dengan
Dextrose 5% atau NaCl 0,9%
7. Bila GDs > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-
turut, sliding scale setiap 6 jam :
8. Bila hipoglikemia belum teratasi,
dipertimbangkan pemberian antagonis insulin
seperti adrenalin, kortison dosis tinggi, atau
glucagon 0,5-1 mg IV/IM (bila penyebabnya
insulin)
9. Bila pasien belum sadar, GDs sekitar 200
mg/dl : Hidrokortison 100 mg per 4 jam selama
12 jam atau Deksametason 10 mg IV bolus
dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan Manitol 1,5-2
g/kgBB IV setiap 6-8 jam. Cari penyebab lain
kesadaran menurun.

Pemberian terapi pada pasien ini sudah sesuai dengan teori yang ada. Terapi
penyakit lain diberikan sesuai dengan tanda klinis. Pemeriksaan GDS tetap harus
dilakukan secara rutin dengan mengamati gejala klinis untuk kepentingan terapi
pulang karena tidak jarang pada pasien hipoglikemia terdapat pelonjakan nilai
GDS, sehingga memerlukan terapi tambahan. Edukasi pada pasien ini sangat
penting untuk mencegah hipoglikemia berulang. Adapun edukasi yang dapat
diberikan adalah cara menyuntiikan insulin, dosis insulin yang diberikan, perlunya
pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan, interaksi antara asupan
makanan, aktivitas fisik, dan insulin serta obat-obatan lainnya, cara pemantauan
glukosa darah secara mandiri, dan yang terakhir pasien dapat mengenal gejala dan
penanganan awal hipoglikemia.

22
Prognosis
Hipoglikemia meningkatkan angka mortalitas pada pasien dalam kondisi
kritis. Pada 22% pasien mengalami episode hipoglikemia lebih dari 1 kali. Angka
mortalitas meningkat sesuai dengan parahnya derajat hipoglikemia.

23
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang


dilakukan pada pasien ini maka diagnosanya adalah Hipoglikemia et causa injeksi
insulin.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ialah pemeriksaan
laboratorium darah lengkap, urin rutin, dan kimia darah. Hasil pemeriksaan
laboratorium mendukung diagnosis yang ada.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien sudah sesuai.
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena pasien ditangani
dengan cepat, mendapatkan terapi yang tepat, dilakukan observasi klinis
hipoglikemia, dan dukungan keluarga terhadap penyakitnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Manaf Asman. Hipoglikemia: pendekatan klinis dan penatalaksanaan. Dalam:


Sudoyo AW, Setiyohadi B, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6.
Jilid III. Jakarta: Interna Publishing; 2014. Hal 2358-2355.
2. Perkumpulan Endokrin Indonesia, 2015. Konseling pengelolaan dan
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di indonesia 2015. Diakses 4 April 2017.
Dari http://pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf.
3. Kalra Sanjay, Jagat Jyoti Mukherjee, and Ambady Ramachandran.
Hypoglycemia: the neglected complication. Indian journal of endocrinology
and metabolism. 2013;17(5):834-819.
4. American Diabetes Association, 2016. Glycemic target. Diabetes care. 39. (1)
: S39-S46. Diakses 4 April 2017. Dari
Care.Diabetesjournals.Org/Content39/Supplement 1/S39.Full.Pdf+Html.
5. Cryer, P. E. (2011). Hypoglicemia During Therapy of Diabetes. Diakses pada
9 April , 2017, dari http://www.endotext.org/.
6. Purnamasari Dyah. Arsana Putu Moda. Hipoglikemia. Dalam: Setiyohadi B,
Putu Moda A, Agus S, Arto Y, Murdani A, editor. EIMED PAPDI
kegawatdaruratan penyakit dalam. Jilid I. Jakarta: Interna Publishing; 2015.
Hal 411-400.
7. Seaquist ER, John A, Belinda C, Philip C, Samuel, Lisa F, et al.
Hypoglycemia and diabetes: a report of aworkgroup of the american diabetes
association and the endocrine society. Diabetes care. 2013;36:1395-1384.
Diakses pada 10 April 2017 dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3631867/.
8. Owens D. R. Stepwise intensification of insulin therapy in Type 2 diabetes
management-exploring the concept of the basal-plus approach in clinical
practice. 2012;11(17):7-2. Diakses pada 13 April 2017 dari
http://www.jdmdonline.com/content/11/17.

25

Anda mungkin juga menyukai