Nama : An. MN
Usia : 9 tahun
Tanggal lahir : 26 Juli 2013
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Bulu Sari, Semarang
No. CM : 575***
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Kejang sejak 3 jam SMRS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
SMRS
RS
RIWAYAT PENYAKIT
• Riwayat
DAHULUTrauma kepala akibat kecelakaan Desembar
2021 kepala tidak berdarah ranap di RS
• Pasien telah didiagnosa menderita epilepsi
• Riwayat Ranap keluhan serupa 3x (2x PKU 1x RSWN)
RIWAYAT IMUNISASI
Imunisasi dasar di Puskesmas Lengkap
sampai usia 20 bulan
RIWAYAT
•PENGOBATAN
Pasien mengkonsumsi asam valproat 2x1 namun tidak rutin
epilepsi tidak terkontrol
KEADAAN UMUM
Tampak sakit ringan, compos mentis, GCS 15
TANDA-TANDA VITAL
Tekanan darah : -
Nadi : 112 x/menit, reguler, isi cukup
Suhu tubuh : 36,5oC
Laju nafas : 20 x/menit, reguler
ANTROPOMETRI
BB : 23 kg
TB : 130 cm
IMT : 13,6 kg/m2 Gizi Kurang (<P5 Kurva
CDC)
Status gizi kurang dengan perawakan normal
STATUS LOKALIS
KEPALA LEHER
Normocephali, tidak teraba massa, rambut Trakea di tengah, pembesaran tiroid (-),
berwarna hitam, rambut terdistribusi pembesaran KGB (-)
merata, dan rambut tidak mudah dicabut
MULUT
MATA Gusi berdarah (-), karies (-), lidah kotor (-),
Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), tonsil T1-T1, hiperemis (-/-), detritus (-/-),
sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor, diameter mukosa faring sulit dievaluasi, mukosa mulut
3 mm, refleks cahaya (+/+) normal, sianosis perioral (-)
TELINGA
Liang telinga lapang, membran timpani intak, JANTUNG
• Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
serumen (-/-), sekret (-/-)
• Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di
ICS V midclavicula line sinistra teraba 2 cm
• Perkusi : Batas jantung dalam
HIDUNG batas normal
Epistaksis (-/-), sekret (-/-), nafas cuping hidung • Auskultasi : Bunyi jantung S1-S2
(-/-) tunggal,
murmur (-), gallop (-), regular
PAR
• Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris pada posisi statis
U
dan dinamis, retraksi interkostal (-) STATUS LOKALIS
• Palpasi : Nyeri tekan (-), stem fremitus normal, sama kuat
dengan kiri
• Perkusi : Sonor di semua lapang paru
• Auskultasi: Suara nafas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing
(-/-)
ABDOMEN
• Inspeksi : bentuk abdomen datar
• Auskultasi : bisung usus (+) normal
• Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-)
• Perkusi : timpani di ke 4 kuadran abdomen
STATUS LOKALIS
EKSTREMITAS
Akral hangat, sianosis (-/-), CRT < 2 detik, turgor kulit baik, edema tungkai
(-/-), deformitas (-)
Status Neurologis
Refleks cahaya (+/+), kekuatan superior et inferior 5555/5555, refleks
fisiologis (+), refleks patologis (-), Meningeal sign: kaku kuduk (-),
Brudzinsky I (-), Brudzinsky II (-), Kernig (-), Laseque (-)
KULIT
Turgor kulit baik, sianosis (-), ikterus (-)
ANUS DAN GENITALIA
Bentuk normal, tidak tampak kelainan dari luar, ekskoriasi (-), edema (-),
eksudat (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (02/09/2022)
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN
Kesan:
Cor bentuk dan letak normal.
Gambaran bronchopneumonia
DD: TB Paru
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Elektroensefalografi (03/09/2022)
Kesan:
• Kejang satu sisi tubuh sebelah kanan. Durasi <5menit. Anak sadar dan tidak ingat
kejadian kejang sebelumnya.
• Saat kejang kedua tangan pasien lurus dan lebih kaku, mulut pasien tampak
seperti mengigit sesuatu kejang tidak dikuti kelojotan seluruh badan
kurang
RESUME
• pasien pusing dan lemas, muntah 1x tiap setelah kejang
• Dibawa ke IGD RSWN kejang (-), muntah 3x. Muntah isi air makanan darah (-). Keluhan
demam, batuk, pilek, sesak nafas, alergi obat dan makanan disangkal.
• Post KLL trauma kepala bulan desember 2021 tidak pernah ct scan kepala
• Anak tampak sakit ringan dengan status gizi kurang dengan perawakan normal
Diagnosis Banding
Kejang Demam Kompleks
TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA
• Infus RL 5cc/kgBB dalam 2 jam lanjut 3cc/kgBB
• Inj Ondansetron 2x ½ amp
• Inj Ranitidine 2x ½ amp
• Asam valproat 2 x 1 ½ cth
TATALAKSANA NON-MEDIKAMENTOSA
• Pemantauan tanda-tanda vital secara berkala
• Rencana program tes mantoux
EDUKASI
• Edukasi keluarga pasien tentang keadaan penyakit
pasien dan prognosis epilepsi.
• Edukasi keluarga tentang kekambuhan penyakit yang
sama di masa depan.
• Edukasi keluarga mengenai penanganan awal bila
terjadi kejang
PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam: dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
“EPILEPSI”
Definisi Kejang
Manifestasi klinis intermiten yang
khas : Lepasnya muatan listrik
berlebihan di otak karena kel.
• Gangguan kesadaran
Anatomi, fisiologi, biokimia atau
• Perubahan perilaku, emosi gabungannya.
• Gangguan fungsi motorik-
sensorik-otonom
• Kejang Absans
• Kejang Atonik
• Kejang Mioklonik
• Kejang Tonik-Klonik
• Kejang Klonik
• Kejang Tonik
Patofisiologi
• Kelainan pada kulit (neurofakomatosis) tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti:
Elektroensefalografi (EEG)
Neuroimaging : CT Scan , MRI
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan EEG dan dipatkan hasil epileptogenik di
fronto temporal dextra et sinistra, pemeriksaan penunjang radiologi tidak
dilakukan.
Penatalaksanaan
Obat anti epilepsi (OAE) baku yang biasa diberikan di Indonesia adalah
obat golongan fenitoin, karbamazepin, fenobarbital, dan asam valproat.
Obat-obat tersebut harus diminum secara teratur walau serangan sudah
teratasi dan diteruskan kecuali muncul efek samping maupun keracunan
obat
Prinsip pemberian mulai dengan obat tunggal dan dosis terendah yang
dapat mengatasi kejang.
Epilepsi yang resistan terhadap obat meningkatnya tingkat kecacatan,
morbiditas dan mortalitas.
Terapi medikamentosa
Epilepsi onset baru, terutama. Beberapa obat epilepsi pada anak termasuk :
1. Generasi pertama
Carbamazepin (CBZ), Clonazepam (CZP), Ethosuximide (ETS),
Phenobarbital (PB), phenytoin (PHT), sulthiame (STM), valproic acid (VPA)
2. Generasi kedua
felbamate (FBM), gabapentin (GPT), lamotrigine (LTG), levetiracetam (LEV),
oxcarbazepine (OXC), pregabalin (PGB), tiagabine (TGB), topiramate (TPM),
vigabatrin (GVG), zonisamide (ZNS)
3. Generasi ketiga
eslicarbazepine acetate (ESL), lacosamide (LCS), perampanel (PER),
retigabine (RTG), rufinamide (RUF), stiripentol (STP)
Terapi Pembedahan
Terapi reseksi atau pembedahan ini lebih jarang, atau merupakan terapi efektif untuk pasien
tertentu dengan resistan terhadap obat epilepsy.
Kelayakan untuk operasi : pemantauan video-EEG, MRI struktural, fluorodeoxyglucose
positron emission tomography, emisi foton tunggal ictal dan interiktal computed
tomography, MRI fumgsional, dan pengujian neuropsikologis.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menggambarkan "zona epileptogenik" (yaitu,jumlah
minimum korteks yang jika direseksi, terputus atau rusak akan menyebabkan bebas kejang )
dan mendefinisikan morbiditas risiko pasca-operasi.
Terapi nutrisi
Diberikan untuk anak dengan kejang berat yang kurang dapat dikendalikan
dengan obat antikonvulsan dan dinilai dapat mengurangi toksisitas dari obat.
Terapi nutrisi berupa diet ketogenik dianjurkan pada anak penderita epilepsi.
Walaupun mekanisme kerja diet ketogenik dalam menghambat kejang masih
belum diketahui secara pasti, tetapi ketosis yang stabil dan menetap dapat
mengendalikan dan mengontrol terjadinya kejang.
Kebutuhan makanan yang diberikan adalah makanan tinggi lemak.
Komplikasi
Bila serangan epilepsy sering terjadi dan berlangsung lama, maka akan terjadi
kerusakan pada organ otak, dimana tingkat kerusakan biasanya bersifat irreversible
dan jika sering terjadi dengan jangka waktuyang lama sering sekali membuat pasien
menjadi cacat.
Pada pasien ini belum terjadi komplikasi karena pasien langsung dibawa berobat ke
rumah sakit.
Prognosis