Anda di halaman 1dari 48

MENINGITIS

LAPORAN KASUS
Pembimbing: dr. Rizal Agus Tiansyah, Sp.A
Pendamping : dr. Hj. Titin Ning Prihatini, MH

FITRIA ANTAR
I D E N T I TA S
Nama : An. R
Tanggal lahir : 08 Juni 2018
Umur : 2 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Sukadadi , Indramayu
Pendidikan : Belum sekolah
Tanggal masuk RS (IGD) : Rabu/ 3 Juni 2020 (00.28)
I D E N T I TA S
ORANG TUA
Nama ayah : Tn. U
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Sukadadi, Indramayu
Pekerjaan : Wirausaha
Pendidikan : SMA

Nama : Ny. N
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sukadadi, Indramayu
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
ANAMNESIS
Keluhan utama

Pasien dibawa ke IGD RSUD Indramayu dengan keluhan kejang


sejak 6 jam SMRS
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Pasien dibawa ke IGD RSUD indramayu karena kejang kelojotan
seluruh tubuh yang berulang dan tidak membaik sejak 6 jam SMRS.
Kejang sebanyak 3x, durasi 5-10 menit, berhenti spontan, interval ± 2
jam, setelah kejang pasien sadar. Saat kejang pasien demam. Satu hari
SMRS pasien tampak lemas dan terlihat sering mengantuk.
Pasien mengalami kejang pertama kali 3 hari SMRS, kelojotan pada
kaki kiri sebanyak 3x, durasi <5 menit, berhenti spontan, interval ± 12
jam, setelah kejang pasien sadar. Saat kejang pasien demam.
Pasien juga mengalami muntah berisi makanan dan susu sejak 2 hari
SMRS, frekuensi 3x sehari sebanyak ± ¼ gelas aqua. Pasien masih
tampak aktif, asupan makan berkurang dan terlihat kehausan. BAK
masih banyak, ganti pampers sebanyak 4x/hari.
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG

Sejak 6 bulan SMRS pasien memiliki benjolan berisi nanah di


bagian belakang telinga kanan, disertai demam hilang timbul. Empat
bulan SMRS benjolan pecah mengeluarkan nanah berwarna kuning
yang tidak berbau dan tidak disertai darah. Benjolan terasa nyeri.
Sudah sempat berobat ke dokter THT diberi obat minum dan tetes
telinga, keluhan membaik. Ibu pasien lupa obat apa yang diberikan.
Pasien sering mengalami infeksi saluran napas berulang hilang
timbul dengan obat dari bidan selama 3 bulan terakhir.
1 Riwayat penyakit dahulu : • Riwayat kejang sebelumnya disangkal, riwayat
pengobatan TB paru sebelumnya disangkal

• Keluhan serupa di keluarga (-)


2 Riwayat Keluarga :
• Ibu pernah dirawat di RS karena TB paru berat ±
1 tahun yll, menjalani pengobatan rutin selama 6
bulan dan dinyatakan sembuh

• Pasien lahir dari ibu P1A0 usia gestasi 38 minggu,


3 Riwayat persalinan
spontan ditolong bidan
dan kelahiran :
• Berat lahir 2700 g, panjang lahir 45 cm, segera menangis
tidak biru. ANC rutin di PKM

4 Riwayat imunisasi, • Kesan tumbuh kembang sesuai usia


nutrisi, tumbuh • Konsumsi ASI sampai usia 7 bulan. Asupan makanan
kembang:
kesan kualitas dan kuantitas kurang
• Imunisasi dasar lengkap sesuai usia

5 Riwayat lingkungan
tempat tinggal : • Pasien tinggal bersama kedua orang tua, ventilasi dan
pencahayaan cukup. Lingkungan sekitar rumah tidak
padat
PEMERIKSAAN FISIS

KU: Tampak sakit berat


Tanda vital :
Kesadaran: koma (GCS: E1M2V1)
- Nadi : 152x/menit, teraba kuat, isi cukup, reguler
- Saturasi : 99% dengan 02 nasal kanul 2LPM
- Pernapasan : 28x/menit, napas cuping hidung (-), retraksi dinding
dada(+), reguler, pola napas abdominal
- Suhu : 38,5 C suhu axila

BB : 9 kg, BB sebelum sakit : 10 kg


TB : 75 cm
GiziKesan :Kesan
kurang perawakan sangat pendek
: gizi normal
STATUS GENERALIS
Kepala Lingkar kepala : 48cm (normal) , rambut hitam, distribusi merata
Pupil isokor, refleks cahaya langsung dan tak langsung +/+ melemah , konjungtiva anemis
Mata -/-, sklera ikterik -/-
Hiperemis -/-, serumen -/-, liang telinga lapang tidak hiperemis, membran timpani utuh,
Telinga tampak benjolan yang sudah pecah, kemerahan, tidak tampak pembengkakan pada regio
retroauricular dextra. KGB retroauriculer membesar

Hidung Deviasi septum (-), sekret (-)


Mulut Mukosa bibir lembab, sianosis (-)
Leher Pembesaran KGB (-)
  Thoraks Abdomen
Inspeksi Bunyi dan gerak simetris Bentuk normal
Palpasi Vokal fremitus sulit dinilai Supel , tidak teraba pembesaran hepar dan
lien, turgor kulit baik

Perkusi Sonor Timpani


Auskultasi Jantung: Bising usus 3x/menit
Bunyi jantung 1 dan 2 normal
murmur (-), gallop (-).
Paru: ronki +/+ kasar
wheezing -/-
Bunyi nafas vesikuler ki=ka,

Ekstremitas Simetris +/+ CRT < 2 detik +/+ akral hangat +/+, tampak spastik
Ruang golek (3/6/2020) Ruang HCU (7/6/2020)
STATUS NEUROLOGIS
Rangsang meningeal Refleks

• GCS : E1M2V1 • Kaku kuduk : (+) Refleks fisiologis :


(koma) • Brudzinski I : (+) - Bisep meningkat
• Doll’s eyes • Brudzinski II : (+) - Trisep meningkat
movement • Laseque : (+/+) - Patella meningkat
horizontal : -/- • Kernig : (+/+) - Achiles meningkat
(terfiksasi di
tengah) Clonus +/+
• Pupil : bulat, isokor
• refleks cahaya Refleks patologis:
langsung : +/+ - Hoffman +/+
melemah - Babinsky +/+
• Refleks cahaya tak - Chaddock +/+
langsung : +/+
melemah
Laboratorium 3 Juni 2020 (IGD)
     
Darah rutin Hasil Batas Hitung jenis Hasil 
Batas
normal normal 

Leukosit 13.600 6000- BAS% 1 0-1


17.000
EOS% 1 1-5
Eritrosit 5.2 3.6-5.2
STAB% 0 2-6
Hb 11,4 10.8-12.8
NEU % 69 25-60
Hematokrit 37,4 35-43
LYM% 23 25-50
Trombosit 717.000 217.000-
497.000 MON% 6 1-6

MCV 71 73-101 Glukosa 70 60-180


MCH 21,7 23-31 sewaktu

MCHC 30,4 25-37


Elektrolit Hasil  Batas
RDW CV 13,8 13.6-15.5
Natrium 132,4 129-139

Klorida 110,9 99-109

Kalium 4,50 4-5

Calsium 1,33 1-3


DIAGNOSIS

- Meningitis bakterialis dd/ serosa ec susp


TB
- Skrofuloderma et regio retroauricula
WD dextra dd/ mastoiditis
- Susp TB paru
- Status gizi kurang dengan perawakan
pendek
TATALAKSANA
• O2 2 lpm
• Nutrisi : makan cair 6x100cc/OGT
• Medikamentosa
• IVFD kaen 1b 12 tpm makro
• Sefotaksim 3x300 mg IV
• Parasetamol 4x100 mg IV
• Omeprazol 2x10 mg IV
• Fenobarbital 200 mg (loading )  selanjutnya 2x25 mg IV
• Deksametason 3x3 mg IV
• Ondansentron 3x2 mg IV
• Azitromisin 1x1/2 cth /oral /OGT
• Konsul DPJP THT untuk benjolan belakang telinga : terapi
sesuai DPJP + H202 3x3 tetes AD
• Non medikamentosa
• Perawatan luka
• Mobilisasi
• Kompres dingin
FOLLOW UP
ANAMNESIS
Hari 1-3 (R. golek) : Hari ke 14- 27 (R. Hari ke 28- 32 (R.
• Demam (+) Hari ke 4- 13 (R.
HCU) : golek) :
• Kejang (+) HCU) : • Demam (-) • Demam (-)
• Demam (+) naik • Kejang (-) • Kejang (-)
• Badan kaku (+)
• Tidur sulit turun • Ekstremitas kaku • Ekstremitas kaku
• Kejang (-) (+) (+)
dibangunkan
• Ekstremitas • Perbaikan • Perbaikan
kaku (+) kesadaran (GCS kesadaran (GCS
Pada hari ke 3 E1M4V1) E2M4V1)
• Penurunan
Terjadi perburukan • BAB cair pada hari • BAB cair mulai
kesadaran (GCS
kondisi  PRO ke 20. ampas (+) berkurang
E1M2V1) • Rencana pindah r. • Rawat jalan pada
HCU
golek (h. 27) (h.32)

KURVA SUHU
41
40
39
38
37
36
35
34
)
H1 H2 H3 CU H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15 H16 H17 H18 H19 H20 H21 H22 H23 H24 H25 H26 H27 H28 H29 H30 H31 H32
H
r o
(P
H3
PEMERIKSAAN FISIS
Hari 1-3 Hari 4- 13
• Tampak sakit sedang, GCS : E2M4V3 • Tampak sakit berat, GCS : E1M2V1
• Status generalis : Ronki +/+ , • Status generalis : Ronki +/+ , ekstremitas spastik
ekstremitas spastik • RCL /RCTL : ++/++ melemah
• RCL /RCTL : ++/++ • Kaku kuduk (+), brudzinsky 1 dan 2 (+), kerniq
• Kaku kuduk (+), brudzinsky 1 dan 2 +/+, laseq +/+
(+), kerniq +/+, laseq +/+ • Refleks patella dan achiles meningkat
• Refleks patella dan achiles meningkat • Refleks babinsky dan chaddock +
• Refleks babinsky dan chaddock + • Doll’s eyes movement horizontal (-) terfiksasi di
tengah

Hari 14-32
• Tampak sakit berat, GCS : E2M4V1
• Status generalis : Ronki +/+ , ekstremitas spastik
• RCL /RCTL : ++/++
• Kaku kuduk (+), brudzinsky 1 dan 2 (+), kerniq +/+, laseq +/+
• Refleks patella dan achiles meningkat
• Refleks babinsky dan chaddock +
• Doll’s eyes movement horizontal (+)
TATALAKSANA
Hari 4-32
• O2 2 lpm
Hari 1-3 • Nutrisi 6x100 cc cair/OGT
• O2 2 lpm • IVFD kaen 1b 12 tpm makro
• Nutrisi : makan cair6x100cc/OGT • Meropenem 3x1 g IV (21 hari)
• IVFD kaen 1b 12 tpm makro • Metronidazol 3x150 mg IV (14 hari)
• Sefotaksim 3x300 mg IV • Amikasin 1x200 mg IV (16 hari) mulai terapi pada hari
• Parasetamol 4x100 mg IV ke 15 perawatan
• Omeprazol 2x10 mg IV • Manitol 3x30 cc IV (10 hari)
• Fenobarbital 200 mg (loading )  • Parasetamol 4x125 mg IV
selanjutnya 2x25 mg IV • Omeprazol 2x10 mg IV
• Deksametason 3x3 mg IV • Deksametason 3x4 mg IV  H14 dosis naik 3x8 mg IV
• Ondansentron 3x2 mg IV • Fenobarbital 2x25 mg IV  ganti PO pada hari ke 15
• Azitromicin 1x1/2 cth /OGT perawatan
• OAT FDC pediatrik 1x2 tab (mulai terapi pada H7
• Konsul DPJP THT untuk benjolan perawatan)
• Etambutol 1x200 mg (mulai terapi pada H7
belakang telinga : terapi sesuai DPJP
perawatan)
+ H202 3x3 tetes AD
• Domperidon 3x3,5 cc (1/2 jam sebelum makan)
• Lacidofil ® 2x1 PO (mulai terapi pada H20)
• Zink sirup 1x20 mg /OGT (10 hari)
• Vit A 1x200.000 (2 hari)
• Proris Supp® 4x125 mg (jika T>38,5 C)
• Nebu combivent ® 1 ampul + NaCl 1 cc/ 8 jam
TATALAKSANA
Terapi rawat jalan :
• Nutrisi: diberikan 6-8x/hari, 150
cc (makan cair via OGT)
• Parasetamol sirup 4x1 cth (jika
perlu)
• Asam valproat 2x3,5 cc (pukul
08.00 dan 20.00)
• Lacidofil ® 2x1 (campur ke dalam
susu)
• Domperidon sirup 3x3,5 cc (1/2
jam sebelum makan)
• OAT FDC pediatrik 1x2 tablet
(pagi hari)
• Etambutol 1x200 mg (pagi hari)
Laboratorium 10 Juni 2020 (HCU)
     
Darah rutin Hasil Batas Hitung jenis Hasil 
Batas
normal normal 

Leukosit 18.100 6000- BAS% 0 0-1


17.000
EOS% 3 1-5
Eritrosit 4,7 3.6-5.2
STAB% 1 2-6
Hb 10,4 10.8-12.8
NEU % 49 25-60
Hematokrit 31,2 35-43
LYM% 36 25-50
Trombosit 535.000 217.000-
497.000 MON% 11 1-6

MCV 71 73-101 LED 40 <15

MCH 20,2 23-31


MCHC 28,3 25-37
RDW CV 12,9 13.6-15.5
Laboratorium 12 Juni 2020 (HCU)
     
Darah rutin Hasil Batas Hitung jenis Hasil 
Batas
normal normal 

Leukosit 14.100 6000- BAS% 0 0-1


17.000
EOS% 2 1-5
Eritrosit 5.3 3.6-5.2
STAB% 1 2-6
Hb 12,5 10.8-12.8
NEU % 57 25-60
Hematokrit 37,5 35-43
LYM% 37 25-50
Trombosit 524.000 217.000-
497.000 MON% 3 1-6

MCV 73 73-101
MCH 23,2 23-31
MCHC 32 25-37
RDW CV 14,6 13.6-15.5
Laboratorium 30 Juni 2020 (R. Golek)
     
Darah rutin Hasil Batas Hitung jenis Hasil 
Batas
normal normal 

Leukosit 7300 6000- BAS% 0 0-1


17.000
EOS% 1 1-5
Eritrosit 5.0 3.6-5.2
STAB% 0 2-6
Hb 11,5 10.8-12.8
NEU % 58 25-60
Hematokrit 34,5 35-43
LYM% 36 25-50
Trombosit 605.000 217.000-
497.000 MON% 5 1-6

MCV 67 73-101
MCH 22,6 23-31
MCHC 33,8 25-37
RDW CV 15 13.6-15.5
Thoraks AP

Corakan
vaskuler
kasar
Infiltrat di
perihiler
dan
pericardial

Kesan : BP
dd/ TB paru
CT SCAN kepala
tanpa kontras

Tampak lesi hipodens


yang cukup luas pada
temporo parietal kanan
dan kiri

Gambaran
meningoensefalitis
CT SCAN kepala
dengan kontrast

• Tampak peningkatan
vaskularisasi disertai
peningkatan
enhancement dari
cysterna
• Sistem ventrikel dan
system sisterna
tampak melebar
• Pneumatisasi air cell
mastoid kanan kiri baik

Kesan : gambaran
meningoensefalitis
TINJAUAN
PUSTAKA
MENINGITIS

Meningitis adalah Manifestasi klinis :


sindrom klinis yang • Gejala meningeal
ditandai dengan (sakit kepala, kaku
peradangan pada kuduk, fotofobia)
meningen, yang dapat • Gejala prodromal :
menyebabkan kerusakan demam, malaise, nyeri
neurologi yang menetap kepala, muntah
• Kejang

1. Hoffman O, Weber JR. pathophysiology and treatment of bacterial meningitis. Ther adv neurol disord. 2009;2[6] 401-412.
MENINGITIS BAKTERIALIS

• Peradangan lapisan otak dan medula spinalis yang disebabkan


oleh bakteri patogen. Ditandai dengan peningkatan PMN dalam
Definisi LCS dan terbukti adanya bakteri penyebab pada LCS

• 0-2 bulan : Streptococcus, E. coli


• 2-5 tahun : S. pneumonia, N. meningiditis, H. influenza
Etiologi • > 5 tahun : S. pneumonia, N. meningiditis

• Mortalitas tinggi (5-10%)


• Menimbulkan defisit neurologis yang menetap
Prognosis

1. Hoffman O, Weber JR. pathophysiology and treatment of bacterial meningitis. Ther adv neurol disord. 2009;2[6] 401-412.
MENINGITIS TUBERCULOSA

Terjadi akibat penyebaran Biasanya meningitis TB


TB primer (paru), merupakan
penyebaran sekunder meningoensefalitis.
melalui : Terjadi karena fibrosis
• pembentukan tuberkel basalis meningen dan
pada permukaan otak inflamasi vaskular 
 pecah ke rongga obstruksi sisterna basalis
arachnoid  kelainan saraf pusat /
• Perkontinuitatum dari hidrocephalus
mastoiditis/ spondilitis
1. Hoffman O, Weber JR. pathophysiology and treatment of bacterial meningitis. Ther adv neurol disord. 2009;2[6] 401-412.
PATOGENESIS MENINGITIS
BAKTERIALIS

1. Hoffman O, Weber JR. pathophysiology and treatment


Isabel BE, Pathogenesis and Immuneof bacterial
Response meningitis.
in Tuberculous Ther adv
Meningitis neurol
Malays disord.
J Med 2009;2[6]
Sci. Jan-Feb 2014; 401-412.
21(1): 4-10
PATOGENESIS TB

.Dinihari TN, Dewi RK. Petunjuk Teknis Menejemen TB Anak.Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2016
PATOGENESIS MENINGITIS TB

Isabel BE, Pathogenesis and Immune Response in Tuberculous Meningitis Malays J Med Sci. Jan-Feb 2014; 21(1): 4-10
KALENDER PERJALANAN PENYAKIT TB
Erosi bronkus
Kompleks primer, 3-9 bln
sebagian besar
sembuh sendiri TB tulang
3-24 bln Dalam 3 th
TB milier

Meningitis
Pleural effusion Dalam 12 bln TB Ginjal
Infeksi 3-6bln Setelah 5 th

Hipersensitivitas Kekebalan didapat


Tes Tuberkulin Positif

1 tahun
2-12 minggu
(6-8mgg)
Risiko tertinggi untuk Risiko menurun

Komplikasi lokal dan diseminasi

Raharjoe N, Basir D, MS Makmuri, Kartasasmita B. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. Jakarta : UKK Respirologi IDAI.2009
KRITERIA DIAGNOSIS
MENINGITIS TB
Anamnesis :
• Paparan dengan
Pemeriksaan fisik :
individu terinfeksi TB • Nyeri pada leher dan
• Kurangnya minat tahanan saat fleksi leher
bermain atau karena iritasi meningen
perubahan perilaku • Paresis nervus kranial
• Nyeri kepala yang • Perubahan tingkat
bersifat gradual,
kesadaran
terutama bila disertai
muntah • Defisit neurologis fokal
• Iritabilitas, kebingungan
(confusion), Somnolen,
penurunan kesadaran.
• Kejang
• Penurunan berat badan
Department of Health, Republic of South Africa. National Tuberculosis Management Guidelines 2014. ISBN: 978-1-920031-82-4
KRITERIA DIAGNOSIS
MENINGITIS TB
Pemeriksaan cairan serebro spinal CT scan kepala dengan
(CSS) : kontras:
• CSS jernih atau xantokrom, • Basal meningeal
pleositosis dengan predominan sel enhancement
limfosit. • Hidrosefalus
• Peningkatan kadar protein dalam
• Lesi hipodens
CSS
• Peningkatan jumlah limfosit (30- karena infark
300/mm3 ) • Oedem serebri
• Kadar glukosa dalam CSS yang
rendah, kurang dari 45 mg/dL atau
rasio glukosa CSS: plasma

Department of Health, Republic of South Africa. National Tuberculosis Management Guidelines 2014. ISBN: 978-1-920031-82-4
PERBEDAAN PEMERIKSAAN
CSS PADA MENINGITIS
Penyakit Leukosit Protein Glukosa Mikroskopis None Pandy

MTB Meningkat Meningkat Menurun BTA (+) Gene xantokrom -


L>PMN Xpert (+)

Meningitis Meningkat Meningkat Menurun Bakteri (+) + ++


bakterialis PMN>L pada
pemeriksaan
gram

L : limfosit, PMN : polimorfonuklear

Department of Health, Republic of South Africa. National Tuberculosis Management Guidelines 2014. ISBN: 978-1-920031-82-4
TATALAKSANA
Tatalaksana meningitis tuberculosis :
• Obat anti tuberculosis (OAT)
• Fase intensif (2 bulan) :
• Isoniazid
• Rifampisin
• Pirazinamid
• Etambutol / streptomisin
• Fase lanjutan (4 bulan) :
• Rifampisin
• Isoniazid
Pada meningitis TB fase lanjutan dilanjutkan hingga 9-12 bulan
• Kortikosteroid (untuk inflamasi )
• Deksametason :
• 0,4 mg/kgBB/hari 1 minggu
• 0,3 mg/kgBB/hari 1 minggu
• 0,2 mg/kgBB/hari 1 minggu
• 0,1 mg/kgBB/hari 1 minggu
• Diikuti 4 minggu untuk tappering off
PDPI. Pedoman Penatalaksanaan TB (Konsensus TB). Perhimpun Dokter Paru Indonesia. 2011;1–55.
TATALAKSANA MENINGITIS BAKTERI

Terapi untuk meningitis bakterialis adalah :


• Terapi antibiotik :
• Kombinasi vankomisin dan seftriakson/sefotaksim 
• Vankomisin : 60 mg/kgBB/hari
• Sefotaksim 300mg/kgBB/hari
• Terapi dengan karbapenem (untuk patogen yang
resisten sefalosporin) 
• Meropenem lebih dipilih karena resiko kejang
lebih rendah
• Kortikosteroid
• Terapi suportif

Tunkel AR, etc. Practice Guidelines for the Management of Bacterial Meningitis. Infectious Diseases Society of America. 2004; 39:1267–84
PEMBAHASAN
KASUS
Anamnesis : terdapat defisit Selain itu pasien juga memiliki
neurologis berupa penurunan riwayat demam dan batuk
kesadaran dan kejang. Keluhan berulang hilang timbul sejak 3
disertai dengan demam. bulan yll. Terdapat penurunan BB
pada pasien, pasien memiliki
kontak TB dari ibunya

Pada pemeriksaan fisik didapatkan


Pada pemeriksaan
GCS E1M2V1, disertai peningkatan
fisik didapatkan
suhu sebesar 38,5. pada
rhonki di kedua
pemeriksaan neurologis didapatkan
lapang paru
tanda-tanda rangsang meningeal
berupa kaku kuduk, brudzinsky 1 dan
2 (+), kerniq +/+ laseq+/+,
Pada pemeriksaan foto thoraks
peningkatan refleks fisiologis, dan
didapatkan hasil tuberculosis paru,
adanya refleks patologis 
dan pada pemeriksaan CT scan
menandakan lesi pada UMN
kepala + kontras didapatkan hasil
hidrocefalus, peningkatan
vaskularisasi dan meningeal
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik,
enhancement dari sisterna, dan lesi
didapatkan 2 dari trias meningitis, yaitu
hipodens (gambaran
demam dan kaku kuduk
meningoensefalitis)
Kriteria diagnosis meningitis

Possible MTB bila total skor > 6 atau


6- 9 jika tanpa imaging
6-11 jika dengan imaging
Probable MTB bila skor antara >10-12
>10 jika tanpa imaging
>12 jika dengan imaging

Total : 14 dengan imaging


 probable meningitis
TB

Department of Health, Republic of South Africa. National Tuberculosis Management Guidelines 2014. ISBN: 978-1-920031-82-4
Skoring TB pada pasien

Di diagnosis TB jika skor


lebih dari = 6

 Skor : 7

.Dinihari TN, Dewi RK. Petunjuk Teknis Menejemen TB Anak.Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2016
TATALAKSANA

Tatalaksana meningitis bakterialis:


Tatalaksana meningitis tuberculosis : • Terapi antibiotik :
• Obat anti tuberculosis (OAT) • Kombinasi vankomisin dan
• Fase intensif (2 bulan) : seftriakson/sefotaksim 
• RHZE • Vankomisin : 60
• Fase lanjutan (4 bulan) : mg/kgBB/hari
• Sefotaksim 300mg/kgBB/hari
• RH
• Terapi dengan karbapenem (untuk
Pada meningitis TB fase
patogen yang resisten
lanjutan dilanjutkan hingga 9- sefalosporin) 
12 bulan • Meropenem lebih dipilih
• Kortikosteroid (untuk inflamasi ) karena resiko kejang lebih
rendah
• Kortikosteroid

Aulakh R, Chopra S. Pediatric Tubercular Meningitis: A Review. J Pediatr Neurosci. 2018;13(4):373-382.

Tunkel AR, etc. Practice Guidelines for the Management of Bacterial Meningitis. Infectious Diseases Society of America. 2004; 39:1267–84
KEADAAN SAAT RAWAT JALAN

Taerapi rawat jalan :


Pada hari ke 27 perawatan • Nutrisi: diberikan 6-8x/hari, 150 cc
pasien mengalami perbaikan (makan cair via OGT)
kondisi. Pasien dipindahkan dari • Parasetamol sirup 4x1 cth (jika perlu)
ruang HCU ke ruang perawatan • Asam valproat 2x3,5 cc (pukul 08.00
dan 20.00)
biasa (R. Golek).
• Lacidofil ® 2x1 (campur ke dalam susu)
Pada hari ke 32 perawatan, • Domperidon sirup 3x3,5 cc (1/2 jam
kodisi pasien semakin membaik. sebelum makan)
Demam (-) kejang (-) diare • OAT FDC pediatrik 1x2 tablet (pagi
berkurang. Pasien dapat rawat hari)
jalan. • Etambutol 1x200 mg (pagi hari)
EDUKASI
Edukasi saat kejang :
• Memberikan gizi
• Tetap tenang dan tidak panik
yang cukup untuk • Kendorkan pakaian yang ketat terutama
anak disekitar leher
• Menjaga kebersihan • Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang
• Edukasi sumber dengan kepala miring. Bersihkan muntahan
penularan TB atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
• Meningkatkan kemungkinan lidah tergigit, jangan
pengetahuan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
keluarga mengenai • Ukur suhu, observasi dan catat lama dan
TB
bentuk kejang.
• Jika pasien demam
• Tetap bersama pasien selama kejang
segera diberikan
obat penurun panas • Berikan diazepam rektal. Dan jangan
dan dilakukan diberikan bila kejang telah berhenti.
kompres dingin • Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang
berlangsung 5 menit atau lebih
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai