Anda di halaman 1dari 39

Laporan Kasus

Kejang Demam Sederhana

Tety Tarwiani Muchsin


10119230140

Pembimbing
Dr. Gebi Noviyanti, Sp.A
BAB I PENDAHULUAN
Identitas Pasien
 Nama : An. R. A. H.
 Tanggal Lahir : 29 Mei 2019
 Usia : 4 tahun 6 Bulan
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Jati, Kota Ternate, Maluku Utara
 Agama : Islam
 No. Rekam Medik : 474101
 Tanggal Masuk RS : Sabtu, 18 November 2023 (Pukul 19.20 WIT)
 Tanggal Keluar RS : Selasa, 21 November 2023 (pukul 12.30 WIT)
 Lama Perawatan : 3 Hari
Anamnesis
 Keluhan Utama : Kejang
 Anamnesis Terpimpin (Alloanamnesis) :
Pasien datang dibawa oleh ayah dan ibunya ke IGD RSUD Chasan Boesoirie pada pukul
19.20 WIT dengan keluhan kejang. Kejang terjadi satu kali pada pukul 19.00 WIT. Kejang
berlangsung selama <5 menit. Saat kejang, kedua tangan pasien mengepal dan mata mendelik ke
atas. Pasien kemudian tersadar sendiri dan terdiam, lalu pasien menangis. Ibu pasien mengatakan
sekitar 4 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami demam dengan suhu 39’C. Demam
terjadi terus-menerus tanpa penurunan ke suhu normal hingga pasien masuk ke IGD. Keluhan
menggigil disangkal, keluhan batuk tidak ada, sesak disangkal, keluhan muntah sebanyak satu
kali pada saat perjalanan dari IGD ke bangsal, muntah berisi sisa makanan yang dimakan. Napsu
makan pasien menurun sejak sakit, BAB dan BAK dalam batas normal.
 Riwayat Penyakit Dahulu : Disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal
 Riwayat Pengobatan : Disangkal
 Riwayat Alergi : Tidak ada
 Riwayat Kehamilan : ANC rutin di klinik dan tidak ada kelainan saat kehamilan
 Riwayat Persalinan : Lahir normal/pervaginam di klinik, dibantu oleh bidan, lahir
cukup bulan dengan BBL 2500 kg, PBL tidak diingat oleh ibu pasien.
 Riwayat ASI : ASI hingga usia 2 tahun dan MPASI sejak usia 6 bulan.
 Riwayat Imunisasi :
Jenis Imunisasi Jumlah Usia

BCG 1x 0 bulan

DPT 3x 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan

Polio 4x 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan

Hepatitis B 3x 0 bulan, 1 bulan, 6 bulan

Campak 1x 9 bulan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum: Sakit Sedang - BB/U : <-2 (gizi kurang)
Kesadaran : GCS E4M6V5 - TB/U : >-2 (normal)
(Composmentis) - BB/TB : <-2 (kurus)
Tanda-Tanda Vital - Status gizi : Gizi kurang
 TD : 100/60 mmHg
 HR : 106 x/menit (Kuat angkat)
 RR : 27 x/menit
 SB : 38,5 oC
 SpO2 : 99 %
Status Antropometri
 BB : 13 kg
 TB : 101 cm
BB/U: <-2 (gizi kurang)
TB/U: >-2 (normal)
BB/TB: <-2 (kurus)
 Pemeriksaan Kepala
- Bentuk : Mesocephali
- Rambut : Hitam, tidak mudah rontok, distribusi merata
- Wajah : Simetris
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), papil edema (-/-)
- Telinga : Otore (-/-), perdarahan membran timpani (-/-)
- Hidung : Epistaksis (-/-), pernapasan cuping hidung (-), sekret (-/-)
- Bibir : Pucat (+), kering (+), sianosis (-)
- Mulut : Lidah kotor (-), Tonsil T1/T1 Hiperemis (-)

 Pemeriksaan Leher
- Pembesaran KGB : (-)
- Massa Tumor : (-)
Pemeriksaan Thoraks

a. Paru
- PP : Bentuk dada normal, simetris, retraksi dinding dada (-)
- PR : Nyeri tekan (-), vocal fremitus dalam batas normal
- PK : Sonor di kedua lapang paru
- PD : Bronkovesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
b. Jantung
- PP : Ictus cordis tidak terlihat
- PR : Ictus cordis teraba di ICS 4-5 midclavicula sinistra
- PK : Redup, jantung dalam batas normal
- PD : BI/II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen
- PP : Simetris dan datar mengikuti gerak napas
- PD : Peristaltik kesan normal
- PR : Supel (+), distensi (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien dbn
- PK : Timpani, redup (-)

Pemeriksaan Ekstremitas
a. Extremitas Superior (Atas) b. Extremitas Inferior (Bawah)
- Akral hangat - Akral hangat
- Deformitas (-) - Deformitas (-)
- Edema (-) - Edema (-)
- CRT < 2 detik - CRT < 2 detik
Pemeriksaan Status Neurologis
a.Nervus Cranialis
- N. II (Opticus) : Visus (+/+), pengenalan warna tidak dilakukan.
- N.III (Occulomotorius) : Ptosis (-/-), pupil isokor (+/+), refleks cahaya langsung
dan tidak langsung (+/+).
- N.V (Trigeminus) : Sensibilitas wajah dalam batas normal
- N.VII (Facialis) : Kerutan dahi (+), kedipan mata (+/+), sudut mulut simetris,
mengangkat alis (+/+), meringis (+), menutup mata (+/+), menggembungkan
pipi (+/+).
- Pemeriksaan nervus cranialis lain dalam batas normal.
a. Motorik
- Gerakan : Dextra dan sinistra bebas, tidak terdapat tahanan.
- Tonus : Dextra dan sinistra dalam batas normal
- Trofi : Dextra dan sinistra eutrofi
- Kekuatan : Extremitas Superior (5/5), Extremitas Inferior (5/5)

b. Tanda Rangsang Meningeal


- Kaku Kuduk : (-)
- Brudzinski I : (-)
- Brudzinski II : (-)
- Kernig Sign : (-)
Refleks Fisiologis
- Refleks Biceps-Triceps : Normal / Normal
- Refleks Patella-Achilles : Normal / Normal
- Kesan :
Normorefleks

Refleks Patologis ->


Pemeriksaan Dextra Sinistra
Hoffman - -
Tromner - -
Babinski - -
Chaddock - -
Rosolimo - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaffer - -
Pemeriksaan Complete Blood Count (CBC) 18 November 2023, Pukul 20.30 WIT
Status
Indikator Hasil Nilai Normal Satuan

WBC 15.2 4.5-13.5 High (10³/uL)

RBC 4.35 4.0-5.2 Normal (10⁶/uL)

HGB 12.9 11.5-14.5 Normal g/dL

HCT 35.1 32-42 Normal %

MCV 80.7 80-94 Normal fL

MCH 29.7 27-31 Normal Pg

MCHC 36.8 33-37 Normal %

PLT 173 140-450 Normal (10³/uL)


Resume
Pasien datang dibawa oleh ayah dan ibunya ke IGD RSUD Chasan Boesoirie
pada pukul 19.20 WIT dengan keluhan kejang. Kejang terjadi satu kali pada pukul
19.00 WIT. Kejang berlangsung selama <5 menit, saat kejang kedua tangan pasien
mengepal dan mata mendelik ke atas. Pasien kemudian tersadar sendiri dan terdiam,
lalu pasien menangis. Ibu pasien mengatakan sekitar 4 jam sebelum kejang, pasien
mengalami demam dengan suhu 39’C. Demam terjadi terus-menerus tanpa penurunan
ke suhu normal hingga pasien masuk ke IGD. Keluhan menggigil disangkal, keluhan
batuk tidak ada, sesak disangkal, keluhan muntah sebanyak satu kali pada saat
perjalanan dari IGD ke bangsal, muntah berisi sisa makanan yang dimakan, napsu
makan pasien menurun sejak sakit, BAB dan BAK dalam batas normal.
Saat hamil, ibu pasien rutin ANC, pasien lahir secara normal/pervaginam, cukup
bulan, lahir di klinik dan dibantu bidan. BBL : 2.500 gr, PBL tidak diingat oleh ibu
pasien. Pasien mengonsumsi ASI eksklusif hingga 6 bulan, dilanjutkan dengan susu
formula dan MPASI.

Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran
penuh, tanda-tanda vital tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 106 x/menit, pernapasan
27 x/menit, suhu badan 38,5℃ dan SpO2 99%. Pada pemeriksaan fisik sistematis,
pemeriksaan kepala, mata, telinga, hidung, mulut dan leher dalam batas normal.
Pemeriksaan paru, jantung, abdomen, dan ekstremitas dalam batas normal.
Pemeriksaan status neurologis dalam batas normal, pada pemeriksaan penunjang
CBC diperoleh hasil WBC : 15.2 103/uL, RBC : 4.35 103/uL, HGB : 12.9 g/dL, HCT :
35.1 %, MCV : 80.7 fL, MCH : 29.7 pg, MCHC : 36.8%, PLT : 173 103/uL.
• Diagnosis Kerja: Kejang Demam Sederhana
• Rencana Pemeriksaan Penunjang: Complete Blood Count (CBC)
• Tatalaksana:

• Terapi Instalasi Gawat Darurat (IGD) :


- IVFD Asering 15 tpm
- Paracetamol 130 mg/8 jam/IV
- Diazepam rektal 10 mg (K/P)
- Pemeriksaan CBC dan GDS

• Terapi Ruang Rawat Inap (Bangsal)


- IVFD Asering 15 tpm
- Inj. Cefotaxime 650 mg/12 jam/IV
- Paracetamol 130 mg/8 jam/IV
- Diazepam rektal 10 mg (K/P)
Follow up hari-1, Minggu, 19 November 2023
Waktu : 07.00 WIT
Keluhan kejang (-), demam (-), batuk (-), sesak (-), nyeri perut (-), napsu makan baik, minum baik, BAK normal,
S
BAB normal
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : GCS E4M6V5
Tanda-Tanda Vital :
- TD : 100/60 mmHg
- HR : 106 x/menit (Kuat angkat, reguler)
- SB : 36,5 oC
- RR : 27 x/menit
O
- SpO2 : 99 %
Pemeriksaan Kepala : Mesoocephali
Pemeriksaan Mata : Conjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-) Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), perdarahan aurikuler
(-/-)
Pemeriksaan Mulut : Lidah kotor (-), Tonsil T1/T1 Hiperemis.
Pemeriksaan Leher : Pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Paru : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Pemeriksaan Jantung : BJ I/II Murni Reguler (+), murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen : Peristaltik dalam batas normal
O
Pemeriksaan Extremitas : CRT <2 detik, edema (-)

A Kejang Demam Sederhana


- IVFD Asering 12 tpm
- Inj. Cefotaxime 650 mg/12 jam/IV
P
- Diazepam rectal 10 mg (K/P)
- Inj. Paracetamol 130 mg/8 jam/IV (K/P)
Follow up hari ke-2, Senin, 20 November 2023
Waktu : 07.00 WIT
Keluhan kejang (-), demam (-), batuk (-), sesak (-), nyeri perut (-), napsu makan baik, minum baik,
S
BAK normal, BAB normal
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : GCS E4M6V5
TTV:
O •
TD : 90/70 mmHg
• HR : 96 x/menit (Kuat angkat, reguler)
• SB : 37 oC
• RR : 28 x/menit
• SpO2 : 96 %

A Kejang Demam Sederhana


- IVFD Asering 12 tpm
- Inj. Cefotaxime 650 mg/12 jam/IV
P
- Diazepam rectal 10 mg (K/P)
- Inj. Paracetamol 130 mg/8 jam/IV (K/P)
Follow up hari ke-3, Selasa, 21 November 2023
Waktu : 07.00 WIT
Keluhan kejang (-), demam (-), batuk (-), sesak (-), nyeri perut (-), napsu makan baik, minum baik,
S
BAK normal, BAB normal
KU : Sakit Sedang
Kesadaran : GCS E4M6V5
TTV:
O •
TD : 100/60 mmHg
• HR : 106 x/menit (Kuat angkat, reguler)
• SB : 36,5 oC
• RR : 27 x/menit
• SpO2 : 99 %

A Kejang Demam Sederhana


- IVFD Asering 12 tpm
- Inj. Cefotaxime 650 mg/12 jam/IV
P
- Diazepam rectal 10 mg (K/P)
- Inj. Paracetamol 130 mg/8 jam/IV (K/P)
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

Berdasarkan definisi dari The International League Againts Epilepsy, kejang


demam: kejang akibat kenaikan suhu tubuh >38,4o C tanpa adanya infeksi SSP
atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat
kejang tanpa demam sebelumnya.
Prevalensi kejang demam di Amerika
Serikat dan Eropa berkisar 2 – 5%.

Di Asia prevalensi kejang demam meningkat


2x lipat dibandingkan Eropa dan di Amerika

Epidemiologi

Indonesia : belum diketahui secara pasti karena belum ada


data secara nasional mengenai insidensi kejang demam.
• Menurut The American Academy of Pediatrics (AAP): usia termuda bangkitan
kejang demam -> usia 6 bulan.
• Kejang demam -> salah satu kelainan saraf tersering pada anak.
• Sekitar 2 – 5% anak dibawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang
demam.
• Paling banyak: KDS pada anak usia 6 bulan-22 bulan, insiden bangkitan kejang
demam tertinggi pada usia 18 bulan.
Klasifikasi
Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks
(Simple Febrile Seizure) (Complex Febrile Seizure)

• Singkat, <15 menit • > 15 menit,


• Kejang berbentuk umum tonik, klonik, • Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang
tonik- klonik, tanpa gerakan fokal umum didahului kejang parsial,
• Tidak berulang dalam 24 jam • Berulang atau >1 kali dalam 24 jam
• 80 % diantara seluruh kejang demam
Etiologi
Kejang demam diakibatkan karena respon otak yang belum matang terhadap demam -> mudah terjadi
peningkatan eksitasi neuron. Kejang demam juga diturunkan secara genetik, namun pewarisan genetik
masih belum diketahui pastinya. Berdasarkan beberapa studi penelitian membuktikan bahwa terdapat
keterkaitan dengan lokus kromosom dengan terjadinya bangkitan kejang.

Faktor Risiko
• Demam Terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab kejang demam,
• Riwayat kejang demam dari orang yaitu :
tua • imaturitas otak dan termoregulator
• Perkembangan terlambat • demam -> kebutuhan oksigen meningkat
• Masalah pada masa neonatus • predisposisi genetik : >7 lokus kromosom (poligenik,
• Kadar natrium rendah autosomal dominan)
Suhu badan mencapai 39’C
Bersifat umum, tonik klonik, berlangsung <15 menit,

Saat kejang anak kehilangan kesadaran, kadang napas terhenti


beberapa saat

Lidah atau pipi tergigit, gigi atau rahang terkatup rapat

Manifestasi Warna kulit berubah pucat bahkan kebiruan dan bola mata naik ke

klinis
atas

Inkontinensia

Umumnya berhenti sendiri->anak tidak memberi reaksi apapun


untuk sejenak

Beberapa detik/menit kemudian anak akan terbangun dan


sadar kembali
Diagnosa

Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang
Tatalaksana
Edukasi
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang sebagian
besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan
cara yang diantaranya :

1. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik


2. Memberitahukan cara penanganan kejang
3. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek
samping obat.
Prognosis

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.


Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan
neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan biasanya terjadi pada kasus
dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal
BAB III PEMBAHASAN
Kejang demam -> bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rektal di atas 38oC) akibat proses ekstrakranium. Kejang demam sederhana berlangsung
singkat, <15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum, tonik,
klonik, tonik- klonik, tanpa gerakan fokal, dan kejang tidak berulang dalam 24 jam.
Pada pasien ini ditemukan gejala dan tanda khas dari kejang demam sederhana yaitu,
pasien awalnya demam hingga suhu mencapai 39oC kemudian pasien mengalami kejang
yang berlangsung singkat sekitar 5 menit (<15 menit), kejang bersifat tonik-klonik dan
hanya berlangsung 1 kali tidak berulang dalam 1 x 24 jam.
Pada pasien ini diberikan terapi sbb:
• Infus Asering 15 TPM -> selain dapat menggantikan cairan tubuh yang hilang->
meringankan beberapa kondisi tubuh, seperti tetani hipokalsemia (kejang)
• Cefotaxime 650 mg/8 jam/IV -> mencegah kemungkinan penyebab demam yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
• Paracetamol 130 mg/8 jam/IV -> menurunkan demam -> mencegah terjadinya kejang
berulang
• Diazepam rektal 10 mg (K/P), -> Diazepam oral 4 mg diberikan 3 kali sehari –>
antikejang (antikonvulsan) dan pelemas otot (muscle relaxan) -> efek tenang, relaks dan
kantuk.
BAB IV KESIMPULAN
Kejang demam -> kejang yang terkait dengan demam dan usia, tidak didapatkan infeksi
intrakranial ataupun kelainan lain di otak. Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas 38 0C rektal
atau di atas 37,80C aksila. Kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 6 bulan sampai 5
tahun. Berkisar 2% - 5% anak dibawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Kejang
demam sederhana adalah ketika bangkitan kejang hanya terjadi sebentar, biasanya berhenti sendiri
kurang dari 15 menit, dan tidak berulang dalam 24 jam.

Tatalaksana pasien kejang demam pada saat pasien kejang dapat diberikan anti konvulsan yaitu
diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang
dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Pada saat pasien demam dapat diberikan
anti piretik dan anti konvulsan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai