Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS PANJANG

“DEMAM BERDARAH DENGUE GRADE I”

Pembimbing:
dr. Husain Assagaf, M.Kes, Sp.A
Oleh:
Muh. Rizki Abd. Malik
10119210036

Bagian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


RSUD Chasan Boesoirie Ternate
Fakultas Kedokteran, Universitas Khairun
2022
I. LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. D.A
Tanggal Lahir : 06 September 2019
Umur : 2 tahun 7 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Tanah Raja
Ruangan : II B
No. RM : 486622
Masuk RS : 11/04/2022
Keluar RS : 13/04/2022

B. ANAMNESIS
Alloanamnesa dengan ibu pasien dilakukan tanggal 11 April 2022 pukul 21.30
WIT di ruang II B dengan didukung catatan medis.
Keluhan Utama
Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien diantar kedua orang tuanya ke UGD dengan keluhan demam sejak 5 hari
yang lalu (Rabu Pagi), menggigil (-), kejang (-). Batuk (-), lendir (-), sesak (-),
mimisan (-). Mual (-), muntah (-), nafsu makan dan minum menurun, nyeri perut
(-), BAB dan BAK normal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
Riwayat Pengobatan
Tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada

1
Riwayat kehamilan dan pemeliharaan Prenatal
Selama hamil, ibu rutin melakukan antenatal care, dan tidak ada kelainan
selama kehamilan
Riwayat Kelahiran
Bayi lahir secara normal, cukup bulan, ditolong oleh dokter. Bayi lahir
langsung menangis. Berat badan saat lahir 2900 gram
Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar lengkap terdiri dari:
 BCG : pernah 1 x diberikan saat usia 1 bulan.
 DPT : pernah 3 x diberikan saat usia 2, 3, 4 bulan.
 Polio : pernah 4x diberikan saat usia 1, 2, 3, 4 bulan.
 Hepatitis B : pernah 4x diberikan saat usia 0, 2, 3, 4 bulan.
 Campak : pernah 1x diberikan saat usia 9 bulan.
Riwayat Alergi
Tidak ada
Riwayat Makanan dan Minuman
Tidak pernah ASI, minum susu formula sejak lahir

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, dan GCS 15
Tanda-tanda vital
 Tekanan Darah : 90/60 mmHg
 SpO2 : 96%
 Nadi : 84 x/menit
 Pernapasan : 25 x/menit
 Suhu : 37,70C
Status Antropometri
 BB : 12,5 kg

2
 TB : 92 cm
Status Gizi

 BB/U : Gizi baik


 TB/U : Gizi baik
 BB/TB : Gizi baik
2. Pemeriksaan Khusus
 Kepala : Normochepal
 Muka : Simetris
 Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
 Telinga : Perdarahan aurikuler (-), otore (-)
 Mata : CA (-/-), SI (-/-), edema palpebra (-/-)
 Hidung : Sekret (-), pernapasan cuping hidung (-), epistaksis (-)
 Mulut : Gusi berdarah (-), bibir kering (-), bibir pucat (-)
 Lidah : Kotor (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-)

3
 Tonsil : T1/T1
 Kulit : Petechie (-)
 Edema : Tidak Ada
 Thorax : Normochest
 Paru-paru
 Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada(-)
 Palpasi : Massa (-), nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor (+/+) di kedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung
 Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi ictus cordis
 Palpasi : Pulsasi ictus teraba
 Perkusi : Redup
 Batas kanan atas : ICS II linea parasternalis dextra
 Batas kanan bawah : ICS IV linea parasternalis dextra
 Batas kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra
(pinggang jantung)
 Batas kiri bawah : ICS V linea mid clavicula sinistra
(iktus cordis)
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-)
 Abdomen
 Inspeksi : Datar mengikuti gerakan napas
 Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
 Perkusi : Timpani (+) seluruh regio abdomen, shifting dullness (+)
 Palpasi : Nyeri tekan (-)
 Massa : Tidak ada
 Hepar : Tidak ada
 Lien : Tidak teraba
 Ekstremitas : CRT < 2 detik, akral hangat, edema (-), deformitas (-), uji
provokasi: (+)

4
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Complete Blood Count (CBC)
11/02/2022 12/02/202
11/02/2022
Kedua 2 Rujukan
Petama
11:14 WIT
WBC 5.2 6.95 5.22 4.00 – 10.00 103/μL
RBC 4.4 4.77 4.36 4.00 – 6.00 106/μL
HB 12.0 12.8 11.6 12.0 – 14.0 g/dl
HCT 34.0 35.8 33.8 37.0 – 48.0 %
MCV 76.6 75.1 77.5 80.0 – 97.0 fl
MCH 26.9 26.8 26.6 27.5 – 32.5 pg
MCHC 35.1 35.8 34.3 32.3 – 38.3 g/dl
PLT 71 174 175 150 – 400 103/μL

5
E. FOLLOW UP
Tanggal 11/04/2022 12/04/2022
S Demam hari ke-5, menggigil Demam hari ke-6, menggigil (-),
(-), kejang (-), batuk (-), lender kejang (-), batuk (-), lender (-),
(-), sesak (-), mual (-), muntah sesak (-), mual (-), muntah (-),
(-), nafsu makan dan minum nafsu makan dan minum mulai
kurang, BAB dan BAK normal. membaik,BAB dan BAK normal.
O Keadaan umum Tampak sakit sedang Tampak sakit sedang
Tekanan Darah 90/60 mmHg 90/60 mmHg
Nadi 84 x/m, 102 x/m
Suhu 37,7 0C 37,0 0C
RR 25 x/m 24 x/m
SpO2 96% 98 %
Jantung Bunyi jantung I-II murni Bunyi jantung I-II murni reguler,
reguler, murmur (-), gallop (-) murmur (-), gallop (-)
Paru Suara vesikuler di seluruh Suara vesikuler di seluruh lapang
lapang paru, ronkhi (-/-), paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
wheezing (-/-)
Abdomen Datar mengikuti gerak napas, Datar mengikuti gerak napas,
bising usus (+) normal, shifting bising usus (+) normal, shifting
dullness (+) dullness (-)
Ekstremitas Akral hangat, edema (-), CRT Akral hangat, edema (-), CRT<2
<2 detik, uji provokasi (+)
A DBD grade I DBD grade I
P  IVFD Asering 60 ml/jam  IVFD Asering 60 ml/jam via
via infus pump infus pump
 Paracetamol 125  Paracetamol 125
mg/8jam/intravena mg/8jam/intravena
 Cek CBC  Cek CBC

6
Tanggal 13/04/2022
S Demam hari ke-7, demam (-),
menggigil (-), kejang (-), (-) batuk
(-), lender (-), sesak (-), mual (-),
muntah (-), nafsu makan dan
minum membaik, nyeri perut (-),
BAB dan BAK normal,
O Keadaan umum Baik
Tekanan Darah 90/60 mmHg
Nadi 100 x/m
Suhu 36,7 0C
RR 24 x/m
SpO2 96 %
Jantung Bunyi jantung I-II murni reguler,
murmur (-), gallop (-)
Paru Suara vesikuler di seluruh lapang
paru, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen Datar mengikuti gerak napas,
bising usus (+) normal
Ekstremitas Akral hangat, edema (-), CRT<2
A DBD grade I
P  Rawat Jalan

7
F. Resume
An. Laki-Laki usia 2 Tahun 7 Bulan dengan keluhan demam tinggi sejak ± 5 hari
lalu, tidak menggigil, tidak kejang, tidak batuk, tidak flu, tidak sesak nafas, dan
tidak ada mimisan. Anak tidak mengalami mual dan muntah, Ibu pasien
mengatakan selama sakit nafsu makannya dan minumnya berkurang. Ibunya
mengatakan BAB anak lancar dengan warna kekuningan, konsistensi normal.
BAK normal.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, kesadaran penuh, GCS
15, status gizi baik. Pada pemeriksaan uji provokasi rumple leed test (+),
pemeriksaan abdomen didapatkan asites (+) dengan pemeriksaan shifting dullness.
Tanda-tanda vital tekanan darah 90/60 mmHg, Nadi 84 x/menit, pernapasan 25
x/menit, suhu 37,7’C, SpO2 96%. Pada pemeriksaan penunjang pertama
didapatkan; hasil pemeriksaan darah lengkap: WBC: 5.2 , HGB: 12.0, HCT: 34.0,
PLT: 71.

G. Diagnosis Kerja
DBD Grade I

H. Anjuran pemeriksaan
 Complete blood count (CBC)
 Pemeriksaan uji serologi
 Radiologi

I. Penatalaksanaan
 IVFD Asering 60 ml/jam dengan infus pump
 Inj. Paracetamol 125 mg/8 jam/ IV (bila demam)

8
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis perdarahan
yang menimbulkan syok yang berujung kematian. Penyakit ini disebabkan oleh virus
genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-
2, DEN-3, dan DEN- 4, ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Ae.
albopictus. Keempat serotipe dengue terdapat di Indonesia, dengan DEN-3
merupakan serotipe dominan dan sering berhubungan dengan kasus yang berat. Pada
saat ini jumlah kasus di Indonesia masih tetap tinggi yaitu rata-rata 10-25 per
100.000 penduduk, namun angka kematian telah menurun bermakna sekitar <2%.
Spektrum klinis bervariasi mulai dari “undifferentiated febrile illness” yang ringan,
demam dengue (dengue fever) dan demam berdarah dengue (DBD/dengue
hemorrhagic fever) termasuk sindroma syok dengue (DSS/dengue shock syndrome). 1
B. Epidemiologi
Sejak 20 tahun terakhir, terjadi peningkatan frekuensi infeksi virus dengue secara
global. Di seluruh dunia 50-100 milyar kasus telah dilaporkan. Setiap tahunnya sekitar
500,000 kasus DBD perlu perawatan di rumah sakit, 90% diantaranya adalah anak-anak
usia < 15 tahun. Angka kematian DBD diperkirakan sekitar 5% dan sekitar 25,000
kasus kematian dilaporkan setiap harinya.2
Kasus demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi di
Indonesia dengan jumlah kasus 68,407 tahun 2017 mengalami penurunan yang
signifikan dari tahun 2016 sebanyak 204,171 kasus. Provinsi dengan jumlah kasus
tertinggi terjadi di 3 (tiga) provinsi di Pulau Jawa, masing-masing Jawa Barat dengan
total kasus sebanyak 10,016 kasus, Jawa Timur 7,838 kasus dan Jawa Tengah 7,400

9
kasus. Sedangkan untuk jumlah kasus terendah terjadi di Provinsi Maluku dengan
jumlah 37 kasus.2,3
C. Etiologi

Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Sampai saat ini dikenal ada 4
serotype virus yaitu:
1. Dengue 1 (DEN 1) diisolasi oleh Sabin pada tahun1944.
2. Dengue 2 (DEN 2) diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
3. Dengue 3 (DEN 3) diisolasi oleh Sather
4. Dengue 4 (DEN 4) diisolasi oleh Sather.
Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses
(arboviruses). type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan
yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia menunjukkan Dengue
type 3 merupakan serotype virus yang dominan menyebabkan kasus yang berat.
D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis pada demam berdarah dengue sebagai berikut4,5:
1) Demam tinggi, mendadak, terus menerus 2-7 hari
2) Manifestasi perdarahan melalui uji tornuquet ataupun perdarahan spontan
3) Hepatomegali
4) Renjatan ditandai dengan nadi cepat dan lemah sampai nadi tidak teraba, tekanan
nadi menyempit <20 mmgh atau hipotensi tekanan sistol <80 mmhg sampai tidak
terukur disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.

10
Gambar 1. Masalah klinis selama fase perjalanan penyakit dengue

E. Klasifikasi Infeksi Dengue


Klasifikasi diagnosis dengue, sebagai berikut (Gambar 2):
1. Dengue tanpa warning signs.
2. Dengue dengan warning signs.
3. Severe dengue.

11
Gambar 2.Klasifikasi Infeksi Dengue

F. Penegakan Diagnosis
1. Tes Diagnostik Dengue
Pemeriksaan tes cepat dapat dilakukan melalui serum, plasma atau darah untuk
mendeteksi antigen virus NS-1 pada fase demam dan antibodi IgM serta IgG baik
pada fase kritis atau konvalesens. Pemeriksaan virus berupa kultur dan molekuler
PCR dapat dikerjakan apabila terdapat sarana dan prasarananya. Bagan di bawah
ini menunjukkan waktu terbaik untuk melakukan pemeriksaan diagnostik dengue.
Masa/waktu deteksi antigen NS-1 pada infeksi sekunder lebih pendek
dibandingkan infeksi primer, dengan sensitivitas pemeriksaannya tertinggi pada
empat hari pertama infeksi.

Gambar 3. Pilihan Uji Diagnostik Dengue

12
2. Uji Bendung (tourniquet test)
Uji bendung atau dikenal juga sebagai tes Rumpel-Leede pada infeksi dengue
memiliki sensitivitas 58% dan spesifisitas 71%, sedangkan pada dengue tanpa
warning sign sensitivitas 55% dan spesifisitas 63%, pada dengue dengan warning
sign sensitivitas 62% dan spesifisitas 60%. Pada anak perlu menggunakan manset
yang sesuai. Uji bendung positif meningkatkan kemungkinan infeksi dengue.
3. Hematokrit dan Darah Perifer Lengkap
Pemantauan hematokrit (Ht) dan darah perifer lengkap (DPL), diperlukan
sebagai berikut:
a. Hematokrit (bukan hemoglobin) adalah salah satu pemeriksaan untuk
mengetahui terjadinya hemokonsentrasi atau peningkatan permeabilitas kapiler
(perembesan plasma). Hematokrit memperlihatkan evolusi penyakit dan
respons dari terapi cairan yang diberikan.
b. Pemeriksaan Ht dilakukan pada kunjungan pertama pasien dengue (dalam fase
demam atau sebelum masuk fase kritis).
c. Peningkatan hematokrit diikuti dengan penurunan jumlah trombosit yang cepat
(≤100.000/mm3) adalah salah satu tanda dari warning signs.
d. Hematokrit yang meningkat dan tidak turun dengan terapi cairan merupakan
tanda perembesan plasma hebat, sebaliknya pada severe dengue dengan
penurunan hematokrit dapat merupakan petanda adanya perdarahan.
e. Leukopenia sering dijumpai pada dengue dengan jumlah leukosit bahkan
mencapai <2000/mm3.
f. Pada infeksi dengue jumlah total leukosit, neutrofil dan trombosit lebih rendah
jika dibandingkan dengan penderita demam oleh virus lain pada daerah
endemis dengue.
4. Pemeriksaan Laboratorium Lain dan Pencitraan
Tabel di bawah ini memperlihatkan pemeriksaan laboratorium dan pencitraan
yang dilakukan pada pasien severe dengue. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan
indikasi dan bilamana pasien memiliki komorbid (penyakit tambahan).

13
Tabel 1. Pemeriksaan Penunjang Lain pada Infeksi Dengue

14
G. Penatalaksanaan

Tatalaksana infeksi dengue relatif sederhana, tidak mahal, dan sangat efektif
dalam menyelamatkan hidup pasien selama intervensi dilakukan secara benar dan
tepat waktu. Kuncinya terletak pada identifikasi dini, tepat menentukan hari sakit agar
dapat menempatkan dalam fase penyakit, serta memahami masalah klinis yang terjadi
pada tiap fase.

Berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan/atau pemeriksaan darah perifer


lengkap dan hematokrit, serta konfirmasi dengue bila memungkinkan, dokter harus
mampu menentukan apakah infeksi yang terjadi akibat dengue, berada pada fase apa
(fase demam, kritis atau pemulihan), apakah terdapat warning signs, bagaimana status
hidrasi dan status hemodinamik pasien, serta apakah pasien harus dirawat atau dapat
dipulangkan.
Tabel 2. Kriteria Rawat Inap

15
Tabel 3. Kriteria pasien dapat dipulangkan

16
Gambar 4. Tatalaksana Coiran Rawat Inap

BAB III. PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan penelitian Rudi
Fakhriadi dkk (2015) memiliki hasil penelitian bahwa jenis kelamin seseorang tidak
dapat memengaruhi ataupun menjadi faktor risiko penyebab terjadinya kejadian DBD.
Pada kasus ini pasien berusia 11 tahun 7 bulan Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Asidaz (2017) penderita DBD pada anak dengan kelompok umur 12-18 tahun
yang tergolong remaja adalah yang terbanyak, yaitu 47 orang (47.5%). Berbeda dengan yang
dilakukan oleh Cahyani et al. (2020) yang mendapatkan hasil penelitian yang berusia 5-
10 tahun merupakan usia terbanyak terjadinya DBD. Penelitian Bibah Novrita (2017)
menjelaskan adanya asosiasi antara umur dengan kejadian DBD karena faktor imunitas.
Penelitian ini juga ditunjang penelitian Bella Rosita Fitriana dkk (2018) juga
mengatakan bahwa setiap golongan umur memiliki tingkat risiko masing-masing dan
dapat memengaruhi terjadinya penularan penyakit dan didapatkan hasil bahwa golongan
umur kurang dari 15 tahun memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena DBD
karena faktor imun. Respon imun dengan spesifitas dan memori imunologik yang ada
pada kelenjar limfe dan sel dendrit belum sempurna, selain itu, fungsi makrofag dan

17
pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih minim menyebabkan
sekresi sitokin oleh makrofag akibat infeksi virus kurang yang menyebabkan kurangnya
produksi interferon (IFN) yang berfungsi menghambat replikasi virus dan mencegah
menyebarnya infeksi ke sel yang belum terkena. Hal ini menjadi alasan mengapa
rendahnya imun tubuh pada anak dibawah umur. Anak-anak dengan aktivitas
bermainnya dapat berisiko terkena DBD. Aedes aegypti umumnya aktif menghisap
darah pada siang hari (diurnal) dengan dua puncak gigitan yaitu jam 08.00-9.00 dan jam
16.00-17.00. Salah satu puncak jam menggigit pada siang hari (pukul 09.00 sampai
10.00) merupakan rentang waktu dimana anak usia sekolah berada di lingkungan
sekolah. Usia 5-10 tahun merupakan masa sekolah dimana, dan sekolah merupakan
tempat yang paling sering terjadinya penyebaran infeksi dengue8.
Pada kasus ini didapatkan pasien dengan hematokrit awal 41,4%. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Ni Putu Anindya Divy (2018) dimana hematokrit awal
pasien rawat inap adalah ≥ 40% (77.08%). Peningkatan hematokrit merupakan
manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma ke ruang
ekstravaskuler disertai efusi cairan serosa, melalui kapiler yang rusak. Peningkatan nilai
hematokrit atau hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, dan merupakan indikator
yang peka akan terjadinya perembesan plasma7.
Pada kasus ini lama rawat inap pasien DBD adalah 6 hari. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Agustini (2018) dimana distribusi pasien anak penderita DBD
yang rawat inap di RSUD Undata Palu tahun 2017 berdasarkan lama rawat inap yang
paling banyak adalah < 7 hari yaitu 42 orang dengan persentase 85%. Hasil ini
menunjukkan dalam waktu < 7 hari pasien telah memenuhi kriteria untuk dipulangkan
yaitu pasien DBD rawat inap diruang perawatan anak sampai hasil laboratorium normal
( trombosit > 150.000/mm3 dan hematokrit normal), < 7 hari merupakan waktu yang
lebih singkat dari masa pemulihan menurut standar pelayanan medis RSUD Undata Palu
yang menyatakan semua pasien tersangka DBD dan DBD dirawat inap 7 – 14 hari di
ruang perawatan anak sampai hasil laboratorium normal9.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Konsensus Tata Laksana Sindrom
Nefrotik Idiopatik Pada Anak. UKK Nefrologi IDAI; 2005.
2. Hunsperger E, et al. Laboratory Tests for The Diagnosis of Dengue Virus Infection. J
Clin Microbiol 2006;40:376-81.
3. Indrayani A, et al. Infodatin; Situasi penyakit demam berdarah di Indonesia Tahun 2017.
Kemenkes Republik Indonesia. 2018.
4. World Health Organization. Comprehensive guidelines for prevention and control of
dengue and dengue haemorrhagic fever. Revised and Expanded Edition. 2009.
5. Unit Kerja Koordinasi Infeksi IDAI. Memahami demam berdarah dengue. 2019; diakses
dari http://idai.or.id
6. Wirayanti PD, Yasa IWPS. Perbedaan Penurunan Trombosit pada Demam Berdarah
Dengue Derajat I dan II di RS Bhayangkara Trijata. Ejournal Medika Udayana.
2015;10(4).
7. Divy, N. P. A., Sudarmaja, I M., Swastika I K. 2018. Karakteristik Penderita Demam
Berdarah Dengue (DBD) di RSUP Sanglah Bulan Juli – Desember Tahun 2014. E- Jurnal

19
Medika. 7(7)
8. Asidaz, G.F., 2017. Profil Penderita Demam Berdarah Dengue pada Anak di Rumah
Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
9. Agustini, I.I., Bangkele, E.Y., Salman, M. and Munir, M.A., KARAKTERISTIK
PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA RUANG RAWAT INAP
ANAK DI RSUD UNDATA PALU TAHUN 2017. Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah
Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 5(3), pp.49-58.

20

Anda mungkin juga menyukai