Anda di halaman 1dari 21

REFLEKSI KASUS Oktober 2020

“DEMAM DENGUE

DENGAN PERDARAHAN”

Nama : Shofa Aji Setyoko


No. Stambuk : N 111 16 034
Pembimbing : dr. Kartin Akune, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes


aegypty masih merupakan masalah kesehatan penting di dunia. Di Indonesia,
demam berdarah dengue mulai dikenal pertama kali pada tahun 1968 di DKI
Jakarta dan Surabaya, dan terus menyebar ke seluruh tiga puluh tiga propinsi di
Indonesia.1
Pada tahun 2008 didapatkan angka kesakitan 58,85/ 100.000 penduduk.
Angka kematian menurun dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi
kurang dari 2% sejak tahun 2000, dan pada tahun 2008 angka kematian menurun
menjadi 0,86%. Semua serotipe virus dengue ditemukan di Indonesia, namun
serotipe virus den-3 masih dominan menyebabkan kasus dengue yang berat dan
fatal.1
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi
klinis yang bervariasi antara penyakit paling ringan (mild undifferentiated febrile
illness), demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) dan demam berdarah
dengue disertai syok (dengue shock syndrome = DSS). Gambaran manifestasi
klinis yang bervariasi ini memperlihatkan sebuah fenomena gunung es, DBD dan
DSS sebagai kasus yang dirawat di rumah sakit merupakan puncak gunung es
yang kelihatan diatas permukaan laut, sedangkan kasus dengue ringan (silent
dengue infection dan demam dengue) merupakan dasarnya.2
Pertolongan yang cepat dan tepat sangat membantu penyelamatan hidup
pada kasus kegawatan demam berdarah dengue. Disfungsi sirkulasi atau syok
pada DBD, dengue shock syndrome (DSS), disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas vaskular yang pada akhirnya mengakibatkan turunnya perfusi organ.
Pemberian cairan resusitasi yang tepat dan adekuat pada fase awal syok
merupakan dasar utama pengobatan DSS. Prognosis kegawatan DBD tergantung
pada pengenalan, pengobatan yang tepat segera dan pemantauan ketat syok. Oleh
karena itu peran dokter sangat membantu untuk menurunkan angka kematian.3

2
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
 Nama Penderita : An. R
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 5 tahun
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. Yos Sudarso
 Tanggal masuk : 12 Januari 2017

Pedigree

II. ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Demam

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Keluhan demam dirasakan sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk
RS. Demam dirasakan terus menerus. Tidak turun dengan pemberian obat
penurun demam. Demam dirasakan meningkat saat sore dan malam hari.
Demam tidak disertai menggigil dan berkeringat. Pasien juga
mengeluhkan mimisan saat pagi hari ini sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluhkan sakit kepala terutama di daerah sekitar mata.
Kejang (-), nyeri sendi (-).
Batuk (-), pilek (-), sesak (-). Sakit menelan (-), mual (-), muntah
(-). Sejak sakit, pasien menjadi kurang nafsu makan dan menjadi rewel.
Pasien juga mengeluhkan sakit perut sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk

3
RS. Buang air kecil lancar dan biasa. Buang air besar kurang lancar sejak 3
hari yang lalu.
 Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Pasien sering mengalami demam namun biasanya hanya sekitar 2 hari
namun belum pernah dirawat di rumah sakit.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-).
 Riwayat Sosial-Ekonomi :
Pasien tinggal serumah dengan orang tua. Pasien berobat
menggunakan BPJS.
 Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien merupakan anak yang aktif dalam lingkungan bermain. Pasien
jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan ataupun sebelum dan
sesudah buang air besar dan buang air kecil. Di lingkungan tempat tinggal
pasien ada seorang anak yang di rawat di RS dengan diagnosa DBD.
 Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Pasien lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis dengan berat
badan lahir 3700 gram, panjang badan 52 cm. Proses persalinan dibantu
oleh bidan di RSUD Undata Palu.
 Riwayat Kemampuan dan Kepandaian :
Tengkurap dan telentang : 4 bulan
Duduk : 8 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berbicara : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun
 Anamnesis Makanan:
- ASI eksklusif saat berusia 0-6 bulan
- MP-ASI sejak usia 6 bulan-1 tahun.
- Susu formula dari umur 2 tahun sampai sekarang
 Riwayat Imunisasi :

4
Imunisasi Dasar Lengkap
III. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Berat Badan : 21 kg
 Tinggi Badan : 118 cm
 Status Gizi : Gizi Baik
(CDC: 21/23 x 100% = 91%)
 Tanda Vital
- Denyut nadi : 120 Kali/menit
- Suhu : 38,9o C
- Respirasi : 26 kali/menit
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Kulit
Warna kulit kuning langsat, turgor kulit kembali cepat (<2 detik). Rumple
leed test (+) >25 petechie (2,5 x 2,5 cm). Terdapat bercak petechie di
tangan dan kaki.
 Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Tidak mudah tercabut, berwarna hitam
Mata : Edema palpebral (-/-), Conjungtiva: anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Cornea reflex : Normal
Pupil : Isokor (+/+)
Lensa : Normal
Telinga : Otorrhea (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir: sianosis (-)
Lidah : Kotor (-)
Gigi : Caries (-)

5
Selaput mulut : Normal
Gusi : Perdarahan (-)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1
Pharynx : Hiperemis (-)
Kelenjar : Pembesaran kelenjar getah bening (-); pembesaran
kelenjar tiroid (-)
 Thorax
Bentuk simetris, retraksi otot dinding dada (-)
 Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi
intercostal (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Bronchovesiculer (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V
linea parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V
linea axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-)
 Abdomen
- Inspeksi : Permukaan kesan datar
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Tympani (+).
- Palpasi : Organomegali (+), nyeri tekan (+) regio epigastrium,
hepatomegaly (+), lien tidak teraba (-).

6
 Genitalia : Tidak ada kelainan (-)
 Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
 Punggung : Tidak ada deformitas
 Otot-otot : Eutrofi, tonus otot baik
 Refleks : Fisiologis (+/+), Patologis (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Rutin
Jenis Hasil
Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 6,73 x 103 /uL 4,8 – 10,0 Normal
RBC 4,11 x 106 /uL 4,0 – 5,50 Normal
HGB 10,9 g/dl 12,0 – 18,0 ↓
HCT 32,7% 30,0 – 47,0 Normal
MCV 89,6 fL 80,0 – 100 Normal
MCH 26,5 pg 25 – 34 Normal
MCHC 33,3 g/dl 30 – 35 Normal
RDW 12,9% 10 – 16 Normal
PLT 84 x 103 /uL 150 – 450 ↓

V. RESUME
Seorang pasien anak laki-laki usia 5 tahun masuk RS Wirabuana
dengan keluhan demam dirasakan sejak 4 hari yang lalu sebelum masuk
RS. Demam dirasakan terus menerus. Tidak turun dengan pemberian obat
penurun demam. Demam dirasakan meningkat saat sore dan malam hari.
Demam tidak disertai menggigil dan berkeringat. Pasien juga
mengeluhkan mimisan saat pagi hari ini sebelum masuk rumah sakit.
Pasien juga mengeluhkan sakit kepala terutama di daerah sekitar mata.
Kejang (-), nyeri sendi (-). Batuk (-), pilek (-), sesak (-). Sakit menelan (-),
mual (-), muntah (-). Sejak sakit, pasien menjadi kurang nafsu makan dan

7
menjadi rewel. Pasien juga mengeluhkan sakit perut sejak 3 hari yang lalu
sebelum masuk RS. Buang air kecil lancar dan biasa. Buang air besar
kurang lancar sejak 3 hari yang lalu.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis, status gizi : gizi baik (CDC 91%). Tanda-tanda
vital tekanan darah: 100/60 mmHg, suhu: 38,9°C, denyut nadi: 120
x/menit, dan respirasi: 26 x/menit. Pemeriksaan rumple leed test (+). Pada
pemeriksaan abdomen, didapatkan adanya nyeri tekan pada epigastrium.
Hasil pemeriksaan penunjang untuk darah rutin menunjukkan adanya
penurunan kadar hemoglobin sebesar 10,9 g/dl serta trombositopenia
sebesar 84 x 103/uL tanpa hemokonsentrasi (HCT: 32,7% normal).

VI. DIAGNOSIS KERJA


Demam dengue dengan perdarahan.

VII. TERAPI
a. Medikamentosa
- IVFD RL 30 gtt/menit
- Paracetamol syr. 4 x 2 cth
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan biasa
- Anak dianjurkan cukup minum, boleh air putih atau teh namun
lebih baik jika diberikan cairan yang mengandung elektrolit seperti
jus buah, oralit atau air tajin.
- Observasi tanda-tanda vital per 3 jam.

VIII. ANJURAN :
- Pemerikaan serologi dengue anti IgG dan dengue anti IgM
- Pemeriksaan darah rutin control

8
- DDR

FOLLOW UP

Perawatan Hari ke-2 (13 Januari 2017)


Subjek (S):
Demam (-) hari ke-6 (bebas demam H-1), mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-),
sakit perut (+), sakit kepala (-), nyeri sendi (-). Nafsu makan baik, minum baik
(+). BAB lancar dan biasa. BAK lancar dan biasa.

Objek (O):
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Status gizi : Gizi (CDC 91%)
d. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 88 kali/menit
o Respirasi : 24 kali/menit
o Suhu : 37,10C
o Tekanan darah : 100/60 mmHg
e. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (+), pucat (-)
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut: bibir: cyanosis (-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (-), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru bronchovesiculer (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).

9
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (+) regio epigastrium, hepatomegaly (+) dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).
f. Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan Darah Rutin
Jenis Hasil
Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 4,45 x 103 /uL 4,8 – 10,0 ↓
RBC 4,08 x 106 /uL 4,0 – 5,50 Normal
HGB 11,0 g/dl 12,0 – 18,0 ↓
HCT 32,0% 30,0 – 47,0 Normal
MCV 78,4 fL 80,0 – 100 ↓
MCH 27,0 pg 25 – 34 Normal
MCHC 34,4 g/dl 30 – 35 Normal
RDW 13,1% 10 – 16 Normal
PLT 81 x 103 /uL 150 – 450 ↓

 Pemeriksaan Antigen Dengue


Jenis Hasil
Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan Pemeriksaan
Dengue Anti Ig M Reaktif Non Reaktif +
Dengue Anti IgG Reaktif Non Reaktif +

Assesment (A):
Demam dengue dengan perdarahan.

10
Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD RL 30 gtt/menit
- Paracetamol syr. 4 x 2 cth
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan biasa
- Anak dianjurkan cukup minum, boleh air putih atau teh namun lebih baik
jika diberikan cairan yang mengandung elektrolit seperti jus buah, oralit
atau air tajin.
- Observasi tanda-tanda vital.

Perawatan Hari ke-3 (14 Januari 2017)


Subjek (S):
Demam (-) hari ke-7 (bebas demam H-2), mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-),
sakit perut (-), sakit kepala (-), nyeri sendi (-), mimisan (+) saat pagi hari. Nafsu
makan baik, minum baik (+). BAB lancar dan biasa. BAK lancar dan biasa.

Objek (O):
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Status gizi : Gizi (CDC 91%)
d. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 82 kali/menit
o Respirasi : 28 kali/menit
o Suhu : 36,70C
o Tekanan darah : 100/70 mmHg
e. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-)
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

11
Mulut: bibir: cyanosis (-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (-), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru bronchovesiculer (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-), hepatomegaly (+) dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).

Assesment (A):
Demam dengue dengan perdarahan.

Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD RL 30 gtt/menit
- Paracetamol syr. 4 x 2 cth
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan biasa
- Anak diajurkan cukup minum, boleh air putih atau teh namun lebih baik
jika diberikan cairan yang mengandung elektrolit seperti jus buah, oralit
atau air tajin.
- Observasi tanda-tanda vital.

Perawatan Hari ke-4 (15 Januari 2017)


Subjek (S):

12
Demam (-) hari ke-8 (bebas demam H-3), mual (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-),
sakit perut (-), sakit kepala (-), nyeri sendi (-), mimisan (+) saat pagi hari. Nafsu
makan baik, minum baik (+). BAB lancar dan biasa. BAK lancar dan biasa.
Objek (O):
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
f. Status gizi : Gizi (CDC 91%)
g. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 92 kali/menit
o Respirasi : 23 kali/menit
o Suhu : 36,90C
o Tekanan darah : 100/70 mmHg
h. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Ruam (-), pucat (-)
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Mulut: bibir: cyanosis (-)
Sistem pernapasan: Bentuk dada normal, ekspansi simetris kiri dan kanan,
retraksi intercostal (-), vocal fremitus normal kiri dan kanan, perkusi sonor,
batas paru hepar linea midclavicularis dextra spasium intercostal VI, bunyi
auskultasi paru bronchovesiculer (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Sistem kardiovaskuler: denyut ictus cordis tidak terlihat, denyut ictus cordis
teraba di SIC V linea midclavicular sinistra, batas jantung normal, bunyi
jantung S1/S2 murni regular, bunyi tambahan (-).
Sistem gastrointestinal: inspeksi kesan datar, ruam (-), peristaltik usus (+)
kesan normal, perkusi bunyi timpani di seluruh kuadran abdomen, palpasi
nyeri tekan (-), hepatomegaly (+) dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat (+), edema (-), pucat (-).
Genitalia: Tidak ada kelainan (-).
i. Pemeriksaan Laboratorium

13
Jenis Hasil
Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 5,78 x 103 /uL 4,8 – 10,0 ↓
RBC 4,13 x 106 /uL 4,0 – 5,50 Normal
HGB 12,0 g/dl 12,0 – 18,0 ↓
HCT 34,2% 30,0 – 47,0 Normal
MCV 84,0 fL 80,0 – 100 ↓
MCH 28,0 pg 25 – 34 Normal
MCHC 35,6 g/dl 30 – 35 Normal
RDW 15,6% 10 – 16 Normal
PLT 80 x 103 /uL 150 – 450 ↓

Assesment (A):
Demam dengue dengan perdarahan.

Plan (P):
a. Medikamentosa
- IVFD RL 30 gtt/menit
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet makanan biasa
- Anak diajurkan cukup minum, boleh air putih atau teh namun lebih baik
jika diberikan cairan yang mengandung elektrolit seperti jus buah, oralit
atau air tajin.
- Observasi tanda-tanda vital.

14
DISKUSI

Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang


disebabkan oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, mempunyai 4 jenis
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara nyamuk
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Keempat serotipe dengue terdapat di
Indonesia, DEN-3 merupakan serotipe dominan dan banyak berhubungan dengan
kasus berat, diikuti serotipe DEN-2. Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi
rata-rata 10-25 per 100.000 penduduk, namun angka kematian telah menurun
bermakna <2%. Umur terbanyak yang terkena infeksi dengue adalah kelompok
umur 4-10 tahun, walaupun makin banyak kelompok umur lebih tua. Spektrum
klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi (1) gejala klinis paling ringan tanpa
gejala (silent dengue infection), (2) demam dengue (DD), (3) demam berdarah
dengue (DBD) dan (4) demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok
dengue/DSS).4
Secara umum patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh interaksi
berbagai komponen dari respon imun atau reaksi inflamasi yang terjadi secara
terintegrasi. Sel imun yang paling penting dalam berinteraksi dengan virus dengue
yaitu sel dendrit, monosit/makrofag, sel endotel dan trombosit. Akibat interaksi
tersebut akan dikeluarkan berbagai mediator antara lain sitokin, peningkatan
aktivasi sistem komplemen, serta terjadi aktivasi limfosit T. Apabila aktivasi sel
imun tersebut berlebihan, akan diproduksi sitokin (terutama proinflamasi),
kemokin dan mediator inflamasi lain dalam jumlah banyak. Akibat produksi

15
berlebih dari zat-zat tersebut akan menimbulkan berbagai kelainan yang akhirnya
menimbulkan berbagai bentuk dan gejala infeksi virus dengue.5
Demam dengue sering ditemukan pada anak besar, remaja, dan dewasa.
Setelah melalui masa inkubasi dengan rata-rata 4-6 hari (rentang 3-14 hari),
timbul gejala berupa demam, myalgia, sakit punggung, dan gejala konstitusional
lain yang tidak spesifik seperti rasa lemah (malaise), anoreksia, dan gangguan rasa
kecap. Demam pada umumnya timbul mendadak, tinggi (39oC-40oC), terus
menerus (pola demam kurva kontinua), bifasik, biasanya berlangsung antara 2-7
hari. Pada hari ketiga sakit pada umumnya suhu tubuh menurun, namun masih di
atas normal, kemudian suhu naik tinggi kembali, pola ini disebut sebagai pola
demam bifasik. Demam disertai myalgia, sakit punggung (karena gejala ini,
demam dengue pada masa lalu disebut sebagai breakbone fever), arthralgia,
muntah, fotofobia (mata seperti silau saat terkena cahaya dengan intensitas
rendah) dan nyeri retroorbital pada saat mata digerakkan atau ditekan. Gejala lain
dapat ditemukan berupa gangguan pencernaan (diare atau konstipasi), nyeri perut,
sakit tenggorokan, dan depresi.5
Pada hari sakit ke-3 atau 4 ditemukan ruam maculopapular atau
rubeliformis, ruam ini segera berkurang sehingga sering luput dari perhatian orang
tua. Pada masa penyembuhan timbul ruam di kaki dan tangan berupa ruam
maculopapular dan petekie diselingi bercak-bercak putih (white islands in the sea
of red), dapat disertai rasa gatal yang disebut sebagai ruam konvalesens.
Manifestasi perdarahan pada umumnya sangat ringan berupa uji tourniquet yang
positif (≥ 10 petekie dalam area 2,8 x 2,8 cm) atau beberapa petekie spontan. Pada
beberapa kasus demam dengue dapat terjadi perdarahan massif. Pada kasus ini
anak masuk dengan riwayat epistaksis sebelumnya. Serta pada pemeriksaan fisik
ditemukan uji tourniquet positif >25 petechie (2,5 x 2,5 cm).5
Kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 2011 dibagi menjadi
infeksi dengue dapat terjadi asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue
simtomatik terbagi menjadi undifferentiated fever (sindrom infeksi virus) dan
demam dengue (DD) sebegai infeksi dengue ringan; sedangkan infeksi dengue
berat terdiri dari demam berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue.

16
Perembesan plasma sebagai akibat plasma leakage merupakan tanda
patognomonik DBD, sedangkan kelainan organ lain serta manifestasi yang tidak
lazim dikelompokkan ke dalam expanded dengue syndrome atau isolated
organopathy. Secara klinis, DD dapat disertai perdarahan atau tidak, sedangkan
DBD dapat disertai syok atau tidak.5
Diagnosis demam dengue dengan perdarahan dapat ditegakkan
berdasarkan penilaian klinis pada pasien yaitu terdapat: (1) demam 2-7 hari yang
timbul mendadak, tinggi, terus-menerus, bifasik; (2) ada manifestasi perdarahan
baik spontan seperti petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis dana tau melena; maupun berupa uji tourniquet positif. (3) nyeri
kepala, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital; (4) dijumpai kasus DBD baik di
lingkungan sekolah, rumah atau di sekitar rumah; (5) leukopenia <4.000/mm 3
serta (6) trombositopenia <100.000/mm3. Apabila ditemukan gejala demam
dengan adanya dua atau lebih tanda dan gejala lain, diagnosis klinis demam
dengue dapat ditegakkan.5
Pada kasus ini, anak didiagnosis demam dengue dengan perdarahan
dengan memenuhi kriteria demam, ada manifestasi perdarahan spontan
(epistaksis) disertai uji tourniquet positif, nyeri kepala, dijumpai kasus DBD
dilingkungan sekitar rumah, serta trombositopenia 84.000/mm 3. Pada kasus ini
tidak ditemukan adanya hemokonsentrasi sehingga anak ini belum didiagnosis
DBD.
Pengobatan demam dengue bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas
adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan.
Perembesan plasma dapat mengakibatkan syok, anoksia, dan kematian. Deteksi
dini terhadap adanya perembesan plasma dan penggantian cairan yang adekuat
akan mencegah terjadinya syok, Perembesan plasma biasanya terjadi pada saat
peralihan dari fase demam (fase febris) ke fase penurunan suhu (fase afebris).
Oleh karena itu pada periode kritis tersebut diperlukan pengawasan klinis dan
pemantauan kadar hematokrit dan jumlah trombosit. Pemilihan jenis cairan dan
jumlah yang akan diberikan merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Kunci
keberhasilan tatalaksana DBD/SSD terletak pada ketrampilan para dokter dapat

17
mengatasi masa peralihan dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis,
fase syok) dengan baik.5
Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi terapi suportif dan
simtomatik. Terapi suportif yang diberikan adalah pemasangan infus cairan
intravena berupa ringer laktat. Menurut referensi Ringer laktat adalah salah satu
larutan kristaloid yang direkomendasikan WHO pada terapi DBD. Secara umum,
penggunaan kristaloid dalam tatalaksana DBD aman dan efektif. Ada dua hal
yang penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan khususnya pada
penatalaksanaan demam berdarah dengue: pertama adalah jenis cairan kedua
adalah jumlah serta kecepatan cairan yang akan diberikan. Karena tujuan terapi
cairan adalah untuk mengganti kehilangan cairan di ruang intravascular, pada
dasarnya baik kristaloid maupun koloid dapat diberikan. WHO menganjurkan
terapi kristaloid sebagai cairan standar dibandingkan koloid, dikarenakan
kristaloid lebih mudah didapat dan lebih murah. Jenis cairan yang ideal yang
sebenarnya dibutuhkan dalam penatalaksanaan antara lain memiliki sifat bertahan
lama di intravascular, aman dan relatif mudah di ekskresi, tidak mengganggu
sistem koagulasi tubuh, dan memiliki efek alergi yang minimal.5
Anak yang menderita infeksi dengue perlu diperhatikan warning signs.
Warning signs yaitu: (1) Tidak ada perbaikan klinis setelah demam reda; (2)
Menolak makan/minum; (3) Muntah berulang; (4) Nyeri perut hebat; (5) Lethargi,
perubahan perilaku; (6) Pucat, ekstremitas dingin; (7) Perdarahan, epistaksis,
BAB hitam, hematemesis, menoragia, BAK coklat (hemoglobinuria atau
hematuria); serta (8) Diuresis menurun selama 4-6 jam. Apabila terdapat tanda
bahaya sebaiknya anak diberikan rawat inap serta pemantauan klinis dan
laboratorium.7
Terapi suportif pada kasus ini anak dengan tanda-tanda vital stabil,
diberikan cairan IVFD bertahap 7, 5, 3, dan 1,5 ml/kgBB/jam. Berdasarkan berat
badan anak ini 21 kg, untuk 7 ml/kgBB/jam anak diberikan cairan 147 ml/jam 
150 ml/jam. Kemudian untuk 5 ml/kgBB/jam anak diberikan cairan 105 ml/jam
 110 ml/jam. Lalu untuk 3 ml/kgBB/jam anak diberikan cairan 63 ml/jam  70
ml/jam. Serta untuk 1,5 ml/kgBB/jam anak diberikan cairan 31,5 ml/jam  35

18
ml/jam. Kemudian maintenance dengan cairan ringer laktat 20 tetes per menit
dimana kebutuhan cairan sesuai umur anak ini 90 ml/kgBB/hari, dengan berat
badan anak 21 kg yaitu 1.890 ml/hari.
Terapi simtomatik diberikan untuk mengurangi gejala yang ditimbulkan.
Terapi simtomatis yang dapat diberikan yaitu pemberian paracetamol 10-15
mg/kgBB/kali diberikan apabila suhu >38oC dengan interval 4-6 jam, hindari
pemakaian aspirin/NSAID/ibuprofen. Serta pemberian kompres hangat. Pada
kasus ini diberikan terapi simtomatik berupa pemberian paracetamol dengan dosis
210 – 315 mg/kali. Adapun pada anak ini diberikan sediaan syrup 120 mg/5 ml
diberikan 4 x 2 cth yang diberikan 4-6 kali sehari apabila suhu pasien >38oC.
Terapi lain yang dapat diberikan seperti tirah baring, diet makanan biasa
serta anak diajurkan cukup minum, boleh air putih atau teh namun lebih baik jika
diberikan cairan yang mengandung elektrolit seperti jus buah, oralit atau air tajin.
Jus buah seperti jus jambu biji banyak memiliki kandungan vitamin C dan vitamin
A yang tinggi. Vitamin C berfungsi dalam meningkatkan kecerdasan sel,
sedangkan vitamin A berfungsi menjaga regenerasi sel agar selalu tepat waktu.
Kehadiran dua vitamin ekstra dalam jambu biji tadi amat penting bagi asam amino
dalam jambu biji mampu membentuk trombopoietin dari serin dan threonine,
yang berfungsi dalam maturase megakariosit menjadi trombosit. Memperbanyak
minum air putih untuk mengembalikan homestasis (kecenderungan menetap
dalam keadaaan tubuh normal dalam organisme) cairan tubuh.5,6
Komplikasi pada infeksi dengue seperti (1) kelebihan cairan yang dapat
ditemukan pada fase kritis dan konvalesens, (2) perdarahan massif akibat adanya
aktivasi koagulasi yang luas menyebabkan pembentukan fibrin intravascular dan
oklusi pembuluh darah kecil yang mengakibatkan timbulnya thrombosis, serta (3)
kelainan ginjal sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Pada
pasien ini, tidak terdapat komplikasi.5
Kriteria pasien dapat dipulangkan apabila sudah tidak demam selama 48
jam tanpa antipiretik, nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis,
hematokrit stabil, tiga hari setelah syok teratasi, jumlah trombosit > 50.000/mm3

19
dan cenderung meningkat, serta tidak dijumpai adanya distress pernafasan
(disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis).5
Pada kasus ini, pasien sudah bisa dipulangkan karena memenuhi kriteria
tidak demam selama 48 jam tanpa antipiretik. Nafsu makan membaik, tampak
perbaikan secara klinis. Serta jumlah trombosit 80.000/ μl (>50.000/ μl), dan tidak
ada distress pernapasan. Adapun kemungkinan kesembuhan pada pasien ini sangat
besar karena telah melewati fase kritis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soegeng Soegijanto. 2008. Demam Berdarah Dengue – Edisi 2. Surabaya:


Airlangga University Press
2. Depkes RI. 2004. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia.
Jakarta: Departemen Kesehatan
3. IDAI 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak
Indonesia
4. Sumarmo, 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jakarta.
5. IDAI, 2014. Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue
pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
6. Sunaria, M.D, 2015. Ekstrak Jambu Biji Bisa Mengatasi Demam Berdarah
Dengue. Artikel Kesehatan IDAI Cabang Ngada Nusa Tenggara Timur.
7. Bektiwibowo, 2015. Bogor Pediatric Update 2015. Bogor: Ikatan Dokter
Anak Indonesia.

20
21

Anda mungkin juga menyukai