Anda di halaman 1dari 30

Diajukan Kepada YTH:

dr. Slamet Widi S, Sp. A

Mini CEX
Seorang Anak dengan Dengue Shock Syndrome Dengan
Status Gizi Baik

Disusun oleh :
Afada Risa Sasmy 30101206819
Aria Tri Wahyu Santoso 30101206587
Nurlia Wulandari 012116476

Pembimbing:
dr. Slamet Widi S., Sp.A
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A
dr. Neni Sumarni, Sp.A
dr. Adriana, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. F
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
No. CM : 387xxxx
Alamat :Genuk sari
Nama Ayah : Tn. AS
Umur : 50 tahun
Pekerjaan : Pegawai Swasta

Nama Ibu : Ny. U


Umur : 45 tahun
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 03/02/2017 di ruang ICU dengan
pasien dan didukung catatan medis.
Keluhan Utama : Demam
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 3 hari SMRS, pasien mengeluh demam mendadak tinggi yang
dirasakan terus menerus. Keluhan disertai sakit kepala, nyeri di perut
kanan atas, serta nafsu makan menurun. Pasien dibawa oleh keluarganya
ke klinik dokter keluarga dan diberi obat penurun panas, panas sempat
turun namun tidak sampai pada suhu normal. Demam tidak diukur dengan
temperature, hanya menggunakan perabaan tangan. Ibu pasien menyangkal
adanya kejang saat ataupun diluar demam. Bintik-bintik merah di tangan

2
dan kaki (-), mimisan (-), gusi berdarah (-), nyeri otot (-), nyeri sendi (-),
BAK dan BAB seperti biasa, Batuk (-), pilek (-).

1 hari SMRS, demam masih dirasakan disertai timbul bintik-bintik merah


di tangan, muntah (+) sebanyak 2x berisi makanan dengan jumlah 1/3
gelas belimbing tiap kali muntah, nyeri di perut kanan atas dirasakan
semakin memberat, sakit kepala (+),nyeri otot (+), nyeri sendi (-),sesak
napas (-),batuk (-), pilek (-), dan BAB hitam (-), BAK seperti biasa.
Mimisan (-), gusi berdarah (-)

8 jam SMRS, ibu pasien menceritakan pasien terlihat semakin lemas, nyeri
perut dirasakan semakin memberat disertai sesak nafas dan kedua kelopak
mata terlihat membengkak. Demam sudah mulai turun setelah minum obat
penurun panas sekitar 1,5 jam sebelumnya disertai kedua kaki dan tangan
pasien dingin. BAK mulai berkurang, 1x/hari, warna kuning jernih, tidak
nyeri, jumlah berkurang dari biasanya. Mimisan (+) BAB berwarna hitam
(-). Nafsu makan dan minum menurun. Mual setiap kali mau makan dan
mengalami muntah 5x/hari, isi muntahan makanan dan minuman yg
dimakan. Teman di sekolah pasien ada yang terkena DBD yang sempat
dirawat di icu RS.Panti Wilasa Semarang. Kemudian oleh orang tuanya
dibawa berobat lagi ke IGD RSUD Kota Semarang, dan disarankan oleh
dokter untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Kemudian pasien
dipindahkan ke ruang ICU untuk perawatan selanjutnya.

b. Riwayat Penyakit Dahulu


i. Riwayat Demam : (-)
ii. Riwayat DBD : (+) 2 tahun yang lalu, tahun 2015.
iii. Riwayat Thypoid : (-)
iv. Riwayat Kejang : (-)
v. Riwayat Diare : (-)

3
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien saat ini tidak ada yang sakit seperti ini.
b. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak kedua dan hidup bersama kedua orangtuanya. Ayah
bekerja sebagai wiraswasta dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
Pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS.
Kesan : ekonomi cukup.
Teman di sekolah pasien ada yang terkena DBD yang sempat dirawat di
ICU RS.Panti Wilasa Semarang.

e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Perawatan ANC : tidak rutin, dilakukan sebanyak 4 kali selama
hamil dan diperiksakan ke bidan.
Tempat kelahiran : klinik bersalin
Penolong kelahiran : bidan
Cara persalinan : Spontan, usia kehamilan 38 minggu
Keadaan bayi : sehat, langsung menangis
BBL : 3200 gram
Kelainan bawaan : (-)
Riwayat ibu muntah berlebih (-), sakit kepala berat (-), riwayat jatuh saat
kehamilan (-), riwayat minum jamu dan pijat perut (-), selama hamil, ibu
pasien hanya menerima dan mengkonsumsi vitamin penambah darah yang
diberikan oleh bidan.
Kesan : riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik dan
neonatus aterm

g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

- Pertumbuhan
Berat badan : 18 kg

4
tinggi badan : 115 cm

Pemeriksaan status gizi:

- IMT = 18/1,32=13,63

- IMT = IMT-Median = 13,63-15,5 = -1,24 SD (normal)

SD 1,5

Kesan : status gizi baik.

- Perkembangan
Mengangkat kepala : tidak ingat
Memiringkan Badan : tidak ingat
Tengkurap dan mempertahankan posisi kepala : tidak ingat
Duduk : tidak ingat
Merangkak : tidak ingat
Berdiri : 11 bulan
Berjalan :12 bulan
Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umur .

h. Riwayat Imunisasi Dasar


0-7 hari : Hb0
1 bulan : BCG dan Polio 1
2 bulan : DPT-HB-HiB1, Polio 2
3 bulan : DPT-HB-HiB2, Polio 3
4 bulan : DPT-HB-HiB3, Polio 4
9 bulan : Campak
24 bulan : Campak
Kesan : Anak sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

5
i. Riwayat Pemberian Makan dan Minum
ASI hingga usia 1 tahun,tanpa meminum susu formula. 3 hari sebelum masuk
rumah sakit pasien mengeluh nafsu makan berkurang namun makan tetap 3x
sehari dan minum +/- 8 gelas sehari.
C. PEMERIKSAAN FISIK ( 3 Februari 2017)
Keadaan umum : tampak sakit
Kesadaran : Letargis
Tanda vital:
TD : 80/60 mmHg
HR : 112 x/menit, reguler, isi tegangan tidak kuat angkat
RR : 37 x/menit
T : 36,8 oC

a. Status Generalis
Kepala : Mesocephale, rambut hitam, tidak mudah dicabut.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-),sklera ikterik(-/-), mata cowong (-/-
), refleks pupil (+/+), isokor (+/+, 2mm), udem palpebra
(+/+)
Telinga : Simetris, normotia (+/+), Nyeri (-/-), otorhhea (-/-),
kemerahan (-/-)
Hidung : Bentuk normal, nafas cuping (-/-), discharge(-/-), mukosa
kemerahan (-/-), epistaksis (-/-)
Mulut : Sianosis (-),bibir kering(-), palatolabioskisis (-), makroglosi
(-), hipersalivasi (-), perdarahan (-), tonsil T1-T1 tidak
hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
b. Thorax
Inspeksi : Pergerakan dinding dada dextra dan sinistra simetris,
pernafasan thoracoabdominal (+), retraksi (-), masa (-),
Palpasi : Stem fremitus Kanan = kiri

6
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler menurun, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
c. Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba dengan 1 jari 2cm ke medial dari ICS
5linea midclavikula sininstra, thrill (-)
Perkusi
Batas kiri bawah : ICS V Linea midclavicula kiri, 2 cm ke medial
Batas kiri atas : ICS II Linea parasternal kiri
Batas kanan atas : ICS II Linea parasternais kanan
Batas kanan bawah :ICS III-IV Linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, bising jantung (-)
d. Abdomen
Inspeksi : datar, tidak tampak gerakan peristaltik
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : supel, turgor kembali cepat, nyeri tekan perut kanan
atas, hepar teraba 4 cm di bawah arcus
costa,permukaan rata,tepi tajam.
Kesan : hepatomegali
e. Extremitas
Ekstremity Superior Inferior
Pergerakan Normoaktif Normoaktif

Oedem -/- -/-

Akral dingin +/+ +/+

Capillary refill > 2 > 2

Rumple leed + +

7
f. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium darah
09Pemeri 2/02/20 2/02/201 3/02/201 3/01/201 03/02/20 04/02/20 04/02/20 05/02/20 05/02/20 06/02/20 07/02/2017

ksaan 17 7 7 7 17 17 17 17 17 17

14.00 19.00 08.00 13.00 21.00 09.00 17.00 09.00 17.00 09.00 08.30

Leukosit 1300/uL 2400/uL 4200/uL 4200/uL 6100/uL 5000/uL 5200/uL 3500/uL 4200/uL 3300/uL 3200/uL

Eritrosit - - - - - -

HB 13,7 12,9 g/dl 14,6 g/dl 14,8 g/dl 16,4 g/dl 15,5 g/dl 13,4 g/dl 11,9 g/dl 11,6 g/dL 11,9 11,2 g/dL

g/dl g/dL

HT 40% 37,40% 41,90 % 42,50 % 46,70 % 44,90 % 39,00 % 34,30 % 33,20% 33,30% 31,90%

Trombosi 59000/u 55.000/u 28000/u 44000/u 16000/u 19000/u 58000/u 31000/u 53000/uL 81.000/u 170000/uL

t L L L L L L L L L

IgM anti +

dengue

IgG anti +

dengue

Widal S Negatif

Typhi O

Widal S Negatif

Typhi H

8
b. HASIL RADIOLOGI:

X FOTO RLD : Tampak kesuraman homogen pada laterobasal hemithorax kanan


Kesan : Efusi pleura kanan
PEI = 28,2%

D. DAFTAR MASALAH
Demam
Nyeri perut
Mual
Muntah
Nafsu makan menurun
Lemas
Sesak napas
Epistaksis
Udema palpebra
Hepatomegali
Rumple leed +

9
Trombositopeni
Efusi pleura
Peteckie

E. RESUME
Riwayat Penyakit Sekarang
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kota Semarang dengan keluhan panas sudah
3 hari, panas dirasakan langsung tinggi,mendadak,terus menerus dan naik
turun. Pasien juga mengeluh lemas,mual, dan kadang sampai muntah.
3 hari SMRS pasien mengeluh demam, nyeri pada perut kanan atas.
Pasien juga merasa nyeri kepala dan nafsu makan menurun. Mual sampai
kadang muntah.1 hari SMRS demam masih dirasakan disertai timbul
bintik-bintik merah di tangan, muntah (+) sebanyak 2x berisi makanan
dengan jumlah 1/3 gelas belimbing tiap kali muntah, nyeri di perut kanan
atas dirasakan semakin memberat, sakit kepala (+),nyeri otot (+). 8 jam
SMRS, ibu pasien menceritakan pasien terlihat semakin lemas, nyeri perut
dirasakan semakin memberat disertai sesak nafas dan kedua kelopak mata
terlihat membengkak. Demam sudah mulai turun setelah minum obat
penurun panas sekitar 1,5 jam sebelumnya disertai kedua kaki dan tangan
pasien dingin. BAK mulai berkurang, 1x/hari, warna kuning jernih, tidak
nyeri, jumlah berkurang dari biasanya. Mimisan (+) BAB berwarna hitam
(-). Nafsu makan dan minum menurun. Mual setiap kali mau makan dan
mengalami muntah 5x/hari, isi muntahan makanan dan minuman yg
dimakan. Teman di sekolah pasien ada yang terkena DBD yang sempat
dirawat di icu RS.Panti Wilasa Semarang. Kemudian oleh orang tuanya
dibawa berobat lagi ke IGD RSUD Kota Semarang, dan disarankan oleh
dokter untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Kemudian pasien
dipindahkan ke ruang ICU untuk perawatan selanjutnya.

10
Dari pemeriksaan fisik ditemukan :
Keadaan umum : tampak sakit
Kesadaran : Letargis
Tanda vital:
TD : 80/60 mmHg
HR : 112 x/menit, reguler, isi tegangan tidak kuat angkat
RR : 37 x/menit
T : 36,8 oC
Status internus
Mata : Konjungtiva anemis (-/-),sklera ikterik(-/-), mata cowong (-/-
), refleks pupil (+/+), isokor (+/+, 2mm), udem palpebra
(+/+)
Thorax
Inspeksi : Pergerakan dinding dada dextra dan sinistra simetris,
pernafasan thoracoabdominal (+), retraksi (-), masa (-),
Palpasi : Stem fremitus Kanan = kiri.
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler menurun, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen
Inspeksi : datar, tidak tampak gerakan peristaltik
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi : supel, turgor kembali cepat,ada nyeri tekan epigastrik,
hepar teraba 4 cm di bawah arcus costa,permukaan
rata,tepi tajam.
Kesan : hepatomegali
Pemeriksaan Antropometri
Berat badan : 18 kg

tinggi badan : 115 cm

Pemeriksaan status gizi:

11
- IMT = 18/1,32=13,63

- IMT = IMT-Median = 13,63-15,5 = -1,24 SD (normal)

SD 1,5

Kesan : status gizi baik.

X FOTO RLD : Tampak kesuraman homogen pada laterobasal hemithorax kanan


Kesan : Efusi pleura kanan
PEI = 28,2%

F. DIAGNOSIS BANDING
- Dengue Shock Syndrome
- Syok Septik

G. DIAGNOSIS SEMENTARA
Dengue Shock Syndrome

12
H. INITIAL PLANNING
Initial Diagnosis:
Pemeriksaan darah ( Hb, Ht, Trombo serial/6 jam)
Tes widal
Tes serologis IgM dan IgG virus dengue
X-foto thoraks RLD
Initial Terapi:
2/2/2017
Infus RL loading 75cc/jam selama 4 jam

Infus RL loading 45cc/jam

Injeksi PCT 150mg jika suhu >39 C

Injeksi ranitidin 2x15mg

Peroral PCT sirup 3x1 cth

02 kanul nasal 2 lpm

3/2/2017
Infus RL loading 10cc/kgBB selama 1 jam

Infus RL loading 7cc/kgBB selama 1 jam

Infus RL loading 5cc/kgBB selama 4 jam

Infus RL loading 3cc/kgBB/jam


Injeksi dobutamin 5 meq
Injeksi ranitidin 2x 1/3A
Peroral PCT K/P
Peroral ulsafat 3x1 cth

4/2/2017
Infus RL loading 5cc/kgBB selama 6 jam

13
Infus RL loading 3cc/kgBB/jam
Injeksi dobutamin 5 meq
02 kanul nasal 2 lpm

5/2/2017

Infus RL loading 3cc/kgBB/jam


Injeksi dobutamin 3 meq
Injeksi ranitidin 2x 1/3A
Peroral PCT K/P
Peroral ulsafat 3x1 cth
02 kanul nasal 2 lpm

6/2/2017
Infus RL loading 30cc/jam
Injeksi ranitidin 2x 1/3A
Peroral PCT K/P
Peroral ulsafat 3x1 cth

7/2/2017
Peroral PCT K/P
Peroral ulsafat 3x1 cth

Initial Monitoring
Monitor keadaan umum (tanda syok), tanda tanda vital
Monitor jika terdapat perdarahan spontan
Monitor hasil laboratorium (Hb, Leukosit, Trombosit, Ht)
Monitor balance cairan

14
Initial Edukasi
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami,
penyebab, dan penatalaksanaan
Menjelaskan prognosis dan penyakit tersebut
Menjelaskan pada keluarga pasien dan pasien sendiri untuk
merubah gaya hidup menjadi lebih bersih. Menyarankan pasien dan
keluarganya agar melakukan kegiatan 3M: menguras bak
penampungan air minimal 3 kali seminggu, mengubur barang-
barang bekas yang dapat menampung air agar tidak menjadi sarang
nyamuk, dan menutup tempat penampungan air.
Memotivasi pasien dan keluarganya agar mengkonsumsi makanan
bergizi supaya meningkatkan daya tahan tubuh.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

15
Follow up

3/02/2017 S : demam naik turun +, pusing +, BAK dbn


O : sadar, s: 36,6 C, N : 124 x/m, TD 84/56 mm Hg, RR ; 35,
perdarahan
besok cek lab DR
Tho: pulmo = vesikuler +
cor = bj1 dan bj 2 reguler ulang, cek IgM
Abd: Hepatomegali - Ekstremitas : akral dingin
Dengue
Lab :
Hb= 16,4 g/dl
trombosit=16.000
Ht=46,70%
Leuko : 6100/uL
A : DSS
P :1. Infus RL loading 10cc/kgBB selama 1 jam

Infus RL loading 7cc/kgBB selama 1 jam

Infus RL loading 5cc/kgBB selama 4 jam

Infus RL loading 3cc/kgBB/jam


Injeksi dobutamin 5 meq
Injeksi ranitidin 2x 1/3A
Peroral PCT K/P
Peroral ulsafat 3x1 cth
O2 Kanul 2 lpm

Di Ruang Pengawasan IRNA

Pukul 19.30 WIB pindah ICU

4/02/2017 S : demam H6 besok cek lab DR


O : sadar, s: 36,9 C, N : 136 x/m, TD 108/68 mm Hg
ulang
,perdarahan
Tho: pulmo = vesikuler +,
cor = bj1 dan bj 2 reguler
Abd: Hepatomegali - Ekstremitas : akral hangat
A : DSS
P :1. Infus RL loading 3cc/kgBB/jam
Injeksi dobutamin 5 meq

16
Injeksi ranitidin 2x 1/3A
Peroral PCT K/P
Peroral ulsafat 3x1 cth
02 kanul nasal 2 lpm

5/02/2017 S : demam H7 Cek DR ulang


O : sadar, s: 36,4 C, N : 106x/m, RR 30 x/m TD 100/80mm Hg
sore, jika hasil lab
,perdarahan
Tho: pulmo = vesikuler +, baik pindah ruang
cor = bj1 dan bj 2 reguler
Abd: Hepatomegali - Ekstremitas : akral hangat
A : DSS
Infus RL loading 3cc/kgBB/jam
Injeksi dobutamin 3 meq
Injeksi ranitidin 2x 1/3A
Peroral PCT K/P
Peroral ulsafat 3x1 cth
02 kanul nasal 2 lpm

6/02/2017 S : demam - Cek DR ulang, aff


O : sadar, s: 36,3 C, N : 110x/m, RR 26 x/m TD 110/90mm Hg
O2
,perdarahan
Tho: pulmo = vesikuler +,
cor = bj1 dan bj 2 reguler
Abd: Hepatomegali - Ekstremitas : akral dingin
A : Post DSS
Infus RL loading 30cc/jam
Injeksi ranitidin 2x 1/3A
Peroral PCT K/P
Peroral ulsafat 3x1 cth

7/2/2017 S : tidak ada keluhan Aff infus, BLPL


O : sadar, s: 36,2 C, N : 100x/m, RR 18 x/m TD 110/80mm Hg
,perdarahan
Tho: pulmo = vesikuler +,

17
cor = bj1 dan bj 2 reguler
Abd: Hepatomegali - Ekstremitas : akral dingin
A : post DSS
P; Peroral PCT K/P
Peroral ulsafat 3x1 cth

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Dengue Shock Syndrome
Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindrom syok yang terjadi
pada pasien Dengue Hemorhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah
Dengue.
Dengue Shock Syndrome bukan saja merupakan suatu permasalahan
kesehatan masyarakat yang menyebar dengan luas dan tiba-tiba, tetapi
juga merupakan suatu permasalahan klinis, karena 30-50% pasien demam
berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan kematian
terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat.
2. Etiologi
Virus Dengue grub B Arbovirus yang sekarang dikenal dengan Genus
Flavivirus Famili Flaviviridae mempunyai 4 Serotipe :
Den-1
Den-2
Den-3, paling sering di Indonesia
Den-4
Demam dengue dan DHF disebabkan oleh salah satu dari 4
serotipe virus yang berbeda antigen.Virus ini adalah kelompok Flavivirus
dan serotipenya adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi oleh salah
satu jenis serotipe ini akan memberikan kekebalan seumur hidup tetapi
tidak menimbulkan kekebalan terhadap serotipe yang lain. Sehingga
seseorang yang hidup di daerah endemis DHF dapat mengalami infeksi
sebanyak 4 kali seumur hidupnya.Dengue adalah penyakit daerah tropis
dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti.Nyamuk ini adalah nyamuk
rumah yang menggigit pada siang hari.Faktor resiko penting pada DHF
adalah serotipe virus, dan faktor pasien seperti umur, status imunitas, dan
predisposisi genetis.

19
Virus dengue yang matur terdiri dari single stranded RNA genom
(ssRNA) yang mempunyai polaritas positif. Genom ini dikelilingi oleh
Nucleocapsid icosahedral dengan diameter 30 nm.Nucleocapsid ini
ditutupi oleh suatu lipid envelope yang tebalnya 10 nm.Genom virus
mengandung 3 protein struktural dan 7 protein non struktural.Protein
struktural termasuk kapsul protein yang kaya arginine dan lisin serta
protein prM nonglycosylated. Sedangkan protein non struktural dikenal
sebagai NS1-7 yang mempunyai fungsi yang berbeda.13
3. Insiden
Suatu penelitian di Jakarta oleh Sumarmo (1973-1978)
mendapatkan bahwa pasien DSS terutama pada golongan umur 1-4 tahun
(46,5%), sedang wong (1973) dari singapura melaporkan pada umur 5-10
tahun dan di Manadoterutama dijumpai pada umur 6-8 tahun kemudian
pada tahun 1983 didapatkan terbanyak pada umur 4-6 tahun.Tidak terdapat
perbedaan antara jenis kelamin tetapi kematian lebih banyak ditemukan
pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
Jumlah pasien DBD/DHF yang mengalami renjatan berkisar antara
26-65%, dimana Sumarmo dkk.(1985) mendapatkan 63%, Kho dkk.
(1979) melaporkan 50%, Rampengan (1986) melaporkan 59,4%
sedangkan WHO (1973) melaporkan 65,45% dari seluruh pasien demam
berdarah dengue yang dirawat.
4. Patofisiologi
Patofisiologi pada Dengue Shock Syndrom ialah tejadinya
peninggian permeabilitas dinding pembuluh darah yang mendadak dengan
akibat terjadinya perembesan plasma dan elekrolit melalui endotel dinding
pembuluh darah dan masuk kedalam ruang interstitial, sehingga
menyebabkan hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia dan efusi
cairan ke rongga serosa.
Pada pasien dengan renjatan berat maka volume plasma dapat
berkurang sampai kurang lebih 30 % dan berlangsung selama 24-48
jam.Renjatan hipovolemi ini bila tidak segera diatasi maka dapat

20
mengakibatkan anoksia jaringan, asidosis metabolik, sehingga terjadi
pergeseran ion kalium intraseluler ke ekstraseluler. Mekanisme ini diikuti
pula dengan penurunan kontraksi otot jantung dan venous pooling,
sehingga lebih lanjut akan memperberat renjatan.
Sebab lain kematian pasien DSS ialah perdarahan hebat saluran
pencernaan yang biasanya timbul setelah renjatan berlangsung lama dan
tidak diatasi adekuat.
Terjadinya perdarahan ini disebabkan oleh :
a. Trombositopenia hebat, dimana trombosit mulai menurun pada
masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa renjatan.
b. Gangguan fungsi trombosit
c. Kelainan system koagulasi, masa tromboplastin partial,
masaprotrombin memanjang sedangkan sebagian besar pasien
didapatkan masa thrombin norma. Beberapa factor pembekuan
menurun, termasuk factor II, V, VII, IX, X dan fibrinogen.
d. Pembekuan intravaskuler yang meluas (Disseminated Intravascular
Coagulation-DIC).
5. Manifestasi Klinis
Dengue Shock Syndrome (DSS) menurut klasifikasi WHO (1975)
merupakan demam berdarah dengue derajat III dan IV atau demam
berdarah dengue dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai tingkat
renjatan.
Renjatan :
Terjadinya renjatan pada DBD biasanya terjadinya pada saat atau
setelah demam menurun yaitu antara hari ke-3 dan ke-7, bahkan renjatan
dapat terjadi pada hari ke-10.
Manifestasi klinik renjatan pada anak terdiri atas :
a. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki,
tangan
dan hidung.
b. Anak semula rewel, cengeng dan gelisah lambat-laun ksadaran

21
menurun menjadi apati, spoor dan koma.
c. Perubahan nadi baik frekuensi maupun amplitudonya.
d. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang.
e. Tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang.
f. Oligouri sampai anuria.

6. Diagnosis
Hingga kini diagnosis DBD/DSS masih berdasarkan atas patokan
yang telah dirumuskan oleh WHO pada tahun 1975 yang terdiri dari 4
kriteria klinik dan 2 kriteria laboratorik dengan syarat bila criteria
laboratorik terpenuhi ditambah minimal 2 kriteria klinik (satu diantaranya
ialah panas) seperti yang telah diuraikan diatas.
Derajat I dan II disebut DHF/DBD tanpa renjatan sedang derajat III
dan IV disebut DHF/DBD dengan renjatan atau DSS.Wong dkk. (1973)
juga mengemukakan beberapa tanda dan gejala yang perlu diperhatikan
dalam diagnosis klinik pasien dengue shock syndrome, yaitu :
1. Clouding of sensorium
2. Tanda-tanda hipovolemia, seperti akral dingin, tekanan darah menurun
3. Nyeri perut
4. Tanda-tanda perdarahan diluar kulit, dalam hal ini seperti epistaksis,
hematemesis, melena, hematuri, dan hemoptisis
5. Trombositopenia berat
6. Adanya pleural efosion pada toraks foto
7. Tanda-tanda miokarditis pada EKG

Diagnosa (Kriteria WHO) :


Klinis :
1. Panas 2 7 hari
2. Tanda-tanda perdarahan, paling tidak tes RL yang positif
3. Adanya pembesaran hepar

22
4. Gangguan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah,
nadi meningkat dan lemah serta akral dingin

Laboratorium :
1. Terjadi hemokonsentrasi (PCV meningkat > 20 %)\
2. Thrombocytopenia (Thrombocyte <100.000/cmm)

Dengan merujuk kepada pengertian dari DHF Shock (DSS), yaitu


demam berdarah dengue yang disertai dengan gangguan sirkulasi, terdiri
dari, maka dapat diperoleh pula kriteria klinis DSS sebagai berikut
DHF grade III :
1. Tekanan darah sistolik < 80 mmHg
2. Tekanan nadi < 20 mmHg
3. Nadi cepat dan lemah
4. Akral dingin

DHF grade IV :
1. Shock berat
2. Tekanan darah tidak terukur, nadi tidak teraba

7. Penatalaksanaan
Pada dasarnya bersifat suportif,yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai
akibat perdarahan. Pasien DB dapat berobat jalan,sedangkan pasien DBD
dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DBD dengan
komplikasi diperlukan perawatan intensif. Fase kritis pada umunya terjadi
pada hari ke-3.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam
tinggi,anoreksia dan muntah. Pasien perlu diberi minum
banyak,50ml/kgBB dalam 4-6 jam pertama berupa air teh dengan
gula,sirup,susu,sari buah atau oralit. Setelah keadaan dehidrasi dapat

23
diatasi,berikan cairan rumatan 80-100ml/kgBB dalam 24 jam berikutnya.
Hipererksi dapat diatasi dengan antipiretik,dan bila perlu surface cooling
dengan kompres es dan alkohol 70%.Parasetanol direkomendasikan untuk
mengatasi demam dengan dosis 10-15mg/kgBB/kali.
Segera beri infus kristaloid (Ringer Laktat atau NaCl 0,9% ) 20
ml/kgBB secepatnya( diberikan dalam lobus selama 30 menit) dan oksigen
2 liter/menit. Untuk DSS berat (DBD derajat IV, nadi tidak teraba dan
tensi tidak terukur, diberikan ringer laktat 20 mg/kgBB bersama koloid).
Observasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6
jam. Periksa elektrolit dan gula darah.
Apabila dalam waktu 3 menit syok belum teratasi, tetesan ringer
laktat belum dilanjutkan 20 ml/kgBB, ditambah plasma (fresh frozen
plasma) atau koloid (dekstran 40) sebanyak 10-20 ml/kgBB, maksimal 30
ml/kgBB (koloid diberikan pada jalur infus yang sama dengan kristaloid,
diberikan secepatnya. Observasi keadaan umum, tekanan darah,keadaan
nadi tiap 15 menit, dan periksa hematokrit tiap 4-6 jam. Koreksi
asidosis,elektrolit dan gula darah.

1. DBD Tanpa Syok (Derajat I dan II)


a. Medikamentosa
Antipiretik
Kortikosteroid dan Antibiotik diberikan pada Ensefalopati Dengue
b. Suportif
Mengatasi kehilangan cairan plasma karena peningkatan
permeabilitas kapiler pembuluh darah
Cairan intravena diberikan apabila
Anak muntah terus menerus
Anak tidak mau minum
Demam tinggi
Dehidrasi
Pada pemriksaan darah tepi terdapat peningkatan hematokrit

24
2. DBD Disertai Syok (Dengue Syok Sindrom(DSS)/Derajat III, IV)
Penggantian Volume plasma segera
Cairan IV Bolus RL 10-20 ml/KgBB dalam 30 menit
Bila Syok belum teratasi berikan
RL 20 ml/KgBB + Koloid 20-30 ml/KgBB/Jam Max 1500
ml/hari
Pemberian cairan 10 ml/KgBB/Jam tetap diberikan ! Jam Paska
Syokditurunkan 7 ml/KgBB/Jam diturunkan 5ml/KgBB/Jam
sampai 3 ml/KgBB/Jam apabila TTV dan Diuresis baik
Monitoring Urin 1 ml/KgBB/Jam

25
Bcairan tidak perlu diberikan 48 pasca syok teratasi
Oksigen 2-4 L/Menit
Koreksi Asidosis Metabolik
Tranfusi Darah

e. Penanganan perdarahan klinis

26
Setelah pemberian kristaloid + Koloid, syok menetap dan Ht
turun Curuga terdapat perdarahanBerikan darah segar 10
ml/KgBB
Apabila Hematokrit tetap >40% berikan darah dalam volume
kecil
Fresh Frozen Plasma + Trombosit untuk gangguan koagulasi
/ Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID) pada syok berat
dengan perdarahan masif.
f. Trasfusi Darah
Whole blood
Indikasi pemberian trombosit
Klinis terdapat perdarahan
Jumlah trombosit rendah bukan indikasi
Suspensi trombosit tidak pernah diberikan sebagai
profilaksis
g. Pengawasan
TANDA KLINIS
- Syok teratasi dengan baik
- Pembesaran Hati membaik
- Perdarahan Saluran cerna membaik
- Menilai Hasil pengobatan
LABOLATORIUM
- Monitoring kadar Ht, Hemoglobin, Trombosit,
- Balans cairan (jumlah cairan yang masuk disesuaikan dengan
diuresis)
- Cross match bila diperlukan Transfusi darah
h. Factor Risiko Komplikasi
- Ensefalopati dengue dengan atau tanpa syok
- Kelainan ginjal akibat Syok berkepanjangan
- Edema Paru Akibat Overloading cairan
i. Komplikasi terjadi karena :

27
- Keterlambatan datang berobat
- Keterlambatan/ kesalahan diagnosis
- Kurang mengenal tanda DBD yang tidak lazim
- Kurang mengenal tanda kegawatan

8. Komplikasi
1. Perdarahan massif
2. Kegagalan pernapasan akibat udema parau atau kolaps paru
3. Ensefalopati dengue
4. Kegagalan jantung
9. Indikasi Memulangkan Pasien
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Tampak perbaikan secara klinis
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit >50.000/ml
7. Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura
atau asidosis)
10. Pencegahan
Pengembangan vaksin untuk dengue sangat sulit karena
keempat jenis serotipe virus bisa mengakibatkan
penyakit.Perlindungan terhadap satu atau dua jenis serotipe
ternyata meningkatkan resiko terjadinya penyakit yang serius.
Saat ini sedang dicoba dikembangkan vaksin terhadap
keempat serotipe sekaligus.sampai sekarang satu-satunya usaha
pencegahan atau pengendalian dengue dan dhf adalah dengan
memerangi nyamuk yang mengakibatkan penularan.A. aegypti
berkembang biak terutama di tempat-tempat buatan manusia,
seperti wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat-tempat lain
yang menampung air hujan. nyamuk ini menggigit pada siang hari,

28
beristirahat di dalam rumah dan meletakkan telurnya pada tempat-
tempat air bersih tergenang.

Pencegahan dilakukan dengan langkah 3M :


1. menguras bak air
2. menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat
berkembang biak nyamuk
3. mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air.

Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan


insektisida yang membunuh larva nyamuk seperti abate. Hal ini
bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama beberapa
minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap beberapa waktu
tertentu.di tempat yang sudah terjangkit dhf dilakukan
penyemprotan insektisida secara fogging, tapi efeknya hanya
bersifat sesaat dan sangat tergantung pada jenis insektisida yang
dipakai. Di Samping itu partikel obat ini tidak dapat masuk ke
dalam rumah tempat ditemukannya nyamuk dewasa.Untuk
perlindungan yang lebih intensif, orang-orang yang tidur di siang
hari sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa nyamuk di
pintu dan jendela, menggunakan semprotan nyamuk di dalam
rumah dan obat-obat nyamuk yang dioleskan.

11 Prognosis
Prognosa pasien tergantung dari beberapa faktor :
1. Sangat erat kaitannya dengan lama dan beratnya renjatan, waktu,
metode, adekuat tidaknya penanganan
2. Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam
pertama pemberian infuse dimulai
3. Panas selama renjatan
4. Tanda-tanda serebral

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilmu kesehatan anak FK UI jilid 2


2. Buku saku Pelayanan kesehatan anak dirumah sakit WHO
3. WHO. 2011. Dengue in the Western Pacific Region.
4. Hasan, Rusepno. 2000, Buku Kuliah 2, Ilmu Kesehatan Anak, Infomedika,
Jakarta.
5. Buku Ajar Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI 2008
6. Pedoman Pelayanan Medis 2010
7. Soedarmo SSP, Gama H, Hadinegoro SR, buku ajar infeksi dan pediatric
tropis. Balai penerbit. Edisi kedua. FK UI 2012. Hal 155-180
8. Pujiadi AH, Hegar B, Handryastuti S. Pedoman Pelayanan Medis. Jilid
pertama. 2010. Hal 141-149.
9. WHO/SEARO. Concrete measure key in controlling dengue in South East
Asia. Press Release SEA/PR/1479. New Delhi, World Health Organization
Regional Ofice (http://www.searo.who.int/EN/Section316/Section503/for
South-East Asia, 2008. Section2463_14619.htm).

30

Anda mungkin juga menyukai