Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN KEDOKTERAN WISATA

PADA TEMPAT WISATA SAM POO KONG

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat


Dalam menempuh Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat

DisusunOleh :
Bella Rosari (030.11.054) Lidia Debby (030.11.167)
Dhimas Agung P (030.11.076) Riswan Seftian M (030.11.258)
Elisa Novianti (030.11.085) Veny Agustine (030.11.296)
Isyfaun’nisa (030.11.143) Winny Mauli (030.11.310)
Komang Ayu RP (030.11.158) Yanna Rizkia (030.11.313)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
PERIODE 24 JULI – 29 SEPTEMBER 2017
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG .............................................................................. 1

1.1.1 KEADAAN GEOGRAFIS ............................................................... 1

1.1.2 KEPENDUDUKAN ......................................................................... 2

1.1.3 SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN .............................. 7

1.1.4 Tempat – Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TTU

dan TUPM) ..................................................................................................... 8

1.1.5 SITUASI DERAJAT KESEHATAN ............................................... 9

1.2 PROFIL TEMPAT WISATA................................................................. 11

1.2.1 Sejarah ................................................................................................ 11

1.2.2 Stuktur Organisasi dan Susunan Kepengurusan Kelenteng Sam Po

Kong 15

1.2.3 Kegiatan-kegiatan di Kelenteng Sam Po Kong............................... 17

1.2.4 Arsitektur Bangunan Kelenteng Sam Po Kong............................... 19

1.2.5 Filosofi Bangunan Tradisional Tiongkok (Kelenteng) ................... 22

1.2.6 Filosofi Bangunan Tradisional Jawa (Joglo) .................................. 27

i
BAB II LAPORAN KUNJUNGAN ..................................................................... 33

2.1 PELAYANAN KESEHATAN YANG ADA ........................................ 33

2.2 KONDISI TEMPAT WISATA .............................................................. 33

2.3 POTENSI BAHAYA KESEHATAN DI TEMPAT WISATA .............. 34

2.4 PENCEGAHAN YANG SUDAH DILAKUKAN DI TEMPAT

WISATA ........................................................................................................... 35

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 38

3.1 SEBELUM KUNJUNGAN.................................................................... 38

3.1.1 Konsultasi Wisatawan ..................................................................... 39

3.1.2 Penilaian Resiko.............................................................................. 41

3.1.3 Manajemen Resiko .......................................................................... 42

3.2 PADA SAAT KUNJUNGAN ................................................................ 44

3.2.1 Motion Sickness .............................................................................. 44

3.2.2 Sunburn ........................................................................................... 46

3.2.3 Problems with Heat ......................................................................... 48

3.2.4 Injuries and Safety .......................................................................... 49

3.2.5 Animal-Associated Hazards ............................................................ 51

a. Arthropoda dan Serangga ....................................................................... 51

3.2.6 ISPA baru yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap

kesehatan masyarakat .................................................................................... 52

ii
3.3 SESUDAH KUNJUNGAN .................................................................... 56

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 58

4.1 KESIMPULAN TENTANG TEMPAT WISATA ................................. 58

4.2 SARAN UNTUK TEMPAT WISATA .................................................. 59

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2014 ......................... 3

Tabel 2. Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang

Periode 2006 – 2014 ............................................................................................... 6

Tabel 3. Sarana dan Prasarana Kesehatan ............................................................... 7

Tabel 4. Data 10 Besar Penyakit Puskesmas .......................................................... 9

Tabel 5. Daftar Potensi Bahaya di Tempat Wisata ............................................... 34

Tabel 6. Daftar Pencegahan yang sudah dilakukan di Tempat Wisata ................. 35

Tabel 7. Direkomendasikan strategi untuk mengurangi cedera saat bepergian

secara internasional (Sleet, 2012) ......................................................................... 49

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Denah Kota Semarang........................................................................... 2

Gambar 2. Komposis Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 ................... 5

Gambar 3. Sejarah Sam Poo Kong ....................................................................... 11

Gambar 4. Denah Sam Poo Kong ......................................................................... 32

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.1.1 KEADAAN GEOGRAFIS

a. Letak

Kota Semarang terletak antara garis 6º50’ - 7º10’ Lintang Selatan dan

garis 109º35’ - 110º50’ Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan

Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan

dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa

dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang

terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai.

b. Luas Wilayah Kota Semarang

Dengan luas wilayah sebesar 373,67 km2, dan merupakan 1,15% dari

total luas daratan Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16

kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, kecamatan Mijen

(57,55 km2) dan Kecamatan Gunungpati (54,11 km2), dimana sebagian besar

wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan

dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan

Semarang Tengah (6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat

perekonomian dan bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall, pasar,

perkantoran dan sebagainya.

1
Gambar 1. Denah Kota Semarang

1.1.2 KEPENDUDUKAN

a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Semarang sampai dengan akhir Desember tahun 2014

sebesar : 1.575.068 jiwa, terdiri dari 773.764 jiwa penduduk laki-laki dan

801.304 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan data penduduk tahun 2014

berdasarkan BPS sampai buku profil ini dicetak belum ada rilis resmi dari

BPS Kota Semarang.

2
Tabel 1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2014

Tahun Jumlah Penduduk Tingkat Pertumbuhan Setahun (%)

2004 1.399.133 1,52

2005 1.419.478 1,45

2006 1.434.132 1,02

2007 1.454.594 1,43

2008 1.481.640 1,86

2009 1.506.924 1,53

2010 1.527.433 1,41

2011 1.544.358 1,11

2012 1.559.198 0,96

2013 1.575.105 0,83

2014 1.761.414

Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang – Semarang Dalam Angka

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk selama 7 tahun terakhir

menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tren semakin meningkat.

b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena

berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis

wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah ( Kota

Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah merupakan pusat

3
kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas lebih

banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan.

Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat

dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan.

Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum

terlalu padat. Pada tahun 2013 kepadatan penduduknya sebesar 4.207 jiwa per

km2 sedikit mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2012. Bila

dilihat menurut Kecamatan terdapat 3 kecamatan yang mempunyai kepadatan di

bawah angka rata-rata Semarang, sebagai berikut: Kecamatan Tugu sebesar 984

jiwa per km2 , Kecamatan Mijen (1.006 jiwa/ km2), Kecamatan Gunungpati

(1.402 jiwa/ km2). Dari ketiga Kecamatan tersebut, dua diantaranya merupakan

daerah pertanian dan perkebunan, sedangkan satu kecamatan lainnya merupakan

daerah pengembangan industri.

Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat

kota, dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya

sangat banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi

kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Semarang Selatan 13.882 jiwa/km2,

kemudian Kecamatan Candisari 12.187 jiwa/km2 , dan Kecamatan Gayamsari

11.939 jiwa/km2.

Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat

dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 4 (empat)

anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang

ada.

4
c. Komposisi Penduduk

Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus

dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis

kelamin. Menurut data dari dispendukcapil Kota Semarang dari 1.761.414

penduduk Kota Semarang pada tahun 2014 terdiri dari 879.030 jiwa penduduk

laki-laki dan 882.380 jiwa penduduk perempuan. Indikator dari variabel jenis

kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara

penduduk laki-laki dan perempuan.

Gambar 2. Komposis Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014

Sumber : Dispendukcapil Kota Semarang

d. Kelahiran, Kematian Penduduk

Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh

tingkat pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar

sedangkan tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi

5
kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya

menjadi sangat berat.

Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan

alamiah dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah

secara sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir

dan mati. Pada periode waktu tertentu digambarkan dengan Angka Kelahiran

Kasar atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian Kasar atau Crude

Death Rate ( CDR ) yang merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran dan

kematian selama 1 tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.

Selama periode 9 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian

penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa

untuk CBR periode 2006 – 2014. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang

Periode 2006 – 2014

Tahun Jumlah Penduduk CBR (/1000 pddk) CDR (/1000 pddk)

2006 1.434.025 15,10 6,35

2007 1.454.594 16,06 7,04

2008 1.481.640 16,60 6,79

2009 1.506.924 17,01 6,98

2010 1.527.433 14,98 6,77

2011 1.544.358 16,09 6,76

2012 1.559.198 15,23 6,45

2013 1.575.068 15,18 6,5

6
2014 1.761.414

Sumber data : BPS Kota Semarang – Profil Kependudukan

1.1.3 SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN

Tabel 3. Sarana dan Prasarana Kesehatan

A. SARANA DAN PRASARANA 2012 2013 2014

KESEHATAN

1. Rumah Sakit Umum :

 Rumah Sakit Swasta 10 10 12

 Rumah Sakit Umum Daerah 2 2 2

 Rumah Sakit Umum Pusat 1 1 2

 Rumah Sakit TNI / POLRI 3 3 3

 Rumah Sakit Khusus, terdiri dari 9 9 9

: 1 1 1

RS Jiwa 1 1 1

RS Bedah Plastik 3 3 3

Rumah Sakit Ibu dan Anak ( 3 2 2

RSIA ) 6 6 6

Rumah Sakit Bersalin ( RSB ) 37 37 37

2. Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA 12 12 12

3. Puskesmas , terdiri dari : 25 25 25

 Puskesmas Perawatan 35 35 35

37 37 37

7
 Puskesmas Non Perawatan 1.556 1.559 1.561

4. Puskesmas Pembantu 1.150 1.202 1.214

5. Puskesmas Keliling 403 406 401

6. Posyandu yang ada 32 34 30

7. Posyandu Aktif 31 36 37

8. Apotik 9 7 20

9. Laboratorium Kesehatan 12 23 83

10. Klinik Spesialis / Klinik Utama 72 80 8

11. Klinik 24 Jam 25 25 1.798

12. Toko Obat 1.512 1.640 745

13. BP Umum (Klinik Pratama) 691 730 415

14. BP Gigi 358 393

15. Dokter Umum Praktek Perorangan

16. Dokter Spesialis Praktek

17. Dokter gigi praktek

Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Semarang

1.1.4 Tempat – Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TTU

dan TUPM)

Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat

umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar

dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang vektor

penyakit yang dapat menimbulkan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan

8
masyarakat di sekitarnya. Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi

umum yang disediakan oleh badan – badan pemerintah, swasta atau perorangan

yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan

tetap, memiliki fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan

limbah) untuk kebersihan dan kesehatan di lingkungan. Tempat-tempat umum

yang sehat berpengaruh cukup besar di masyarakat karena masyarakat

menggunakan fasilitas umum tersebut untuk berbagai kepentingan.

Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi sarana pendidikan, sarana kesehatan,

hotel, dan tempat umum lain. Adapun yang memenuhi syarat kesehatan dapat

digambarkan sebagai berikut;

1.1.5 SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insidensi maupun

angka prevalensi dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian

penyakit dalam suatu populasi dan pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga

berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat di suatu wilayah

a. Pola 10 Besar Penyakit Puskemas

Tabel 4. Data 10 Besar Penyakit Puskesmas

No. Jenis penyakit Kode ICD Jumlah

1. Infeksi Saluran Nafas Atas Akut J.06 56.376

pada banyak tempat tidak dapat

dispesifikasi

2. Hipertensi Esensial I.10 26.567

9
3. Faringitis akut J.02 22.541

4. Gastritis dan duodenitis K.29 11.339

5. Diabetes mellitus yang tidak E.11 11.307

tergantung insulin

6. Gangguan otot yang lain M.62 11.189

7. Dermatitis kontak alergika L.23 6.632

8. Diare dan gastrititis oleh A.09 6.547

penyebab infeksi tertentu

9. Arthritis lainnya M.13 5.731

10. Gangguan jaringan lunak M.79 4.869

lainnya, NOS

Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK

b. Daftar 10 Besar Penyakit Rumah Sakit

Grafik 1. Data 10 Besar Penyakit Rumah Sakit

Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK

10
1.2 PROFIL TEMPAT WISATA

Gambar 3. Sejarah Sam Poo Kong


1.2.1 Sejarah

Kelenteng Sam Poo Kong adalah kelenteng kombinasi, dimana bukan

hanya penganut agama Buddha, Konghuchu atau keturunan Tionghoa saja yang

11
boleh datang, tetapi penganut agama lain yang non Tionghoa juga boleh

mengadakan selamatan atau acara lain. Kelenteng Sam Poo Kong terletak di

daerah Gedong Batu yaitu di kaki Bukit Simongan, tepi sungai Garang, barat

daya Kota Semarang. Pantai tersebut merupakan pantai yang ramai pada abad

ke-14 M. Daerah ini dulu di kenal juga dengan nama Bukit Simongan, di atas

bukit terdapat sebuah gua yang menurut cerita merupakan tempat persinggahan

Laksamana Zheng He beserta pengawal-pengawalnya. Untuk menghormati

Laksamana Zheng He, di Semarang dibangunlah kelenteng Gedong Batu (Sam

Po Kong) yang pada awalnya adalah sebuah masjid.11 Di kelenteng ini banyak

pengunjung yang datang untuk berziarah, baik dari kalangan keturunan

Tionghoa maupun muslim Jawa. Di dekat kelenteng juga terdapat makam

Wang Jinghong (Kiai Jurumudi) yang dikabarkan meninggal dalam usia 87

tahun dan dikuburkan secara Islam. Kelenteng Sam Po Kong mulanya adalah

kelenteng yang sangat sederhana,hanya sebuah gua yang di dalamnya terdapat

patung Zheng He. Pada tahun 1704 M gua tersebut runtuh akibat angin ribut

dan hujan lebat. Peristiwa tersebut mengakibatkan sepasang pengantin tewas

akibat tertimbun ketika memuja di situ.12 Tidak lama kemudian gua yang

runtuh itu digali dan dipulihkan seperti semula. Pada tahun 1724 M diadakan

upacara sembahyang besar-besaran oleh penduduk Tionghoa Semarang,

sebagai ucapan terimakasih karena dalam waktu yang sangat lama kota

Semarang tidak mendapat gangguan apapun dan perdagangan mereka juga

semakin maju. Bersamaan dengan acara tersebut juga diadakan pengumpulan

dana untuk memperbaiki Kelenteng Sam Po Kong. Kemudian di depan gua

12
tersebut didirikan sebuah teras, agar bisa di jadikan tempat berteduh bagi

orang-orang yang selesai bersembahyang bisa beristirahat untuk melewati

waktu. 13 Pada pertengahan abad ke-19 M, kawasan Simongan dikuasai oleh

Johannes, seorang tuan tanah keturunan Yahudi. Masyarakat yang ingin

melakukan ibadat di Kelenteng Sam Po Kong dikenai cukai yang tinggi.

Karena mereka tidak mampu membayar secara perorangan kemudian

mengumpulkan dana sebesar 2000 gulden sebagai biaya buka pintu selama satu

tahun. Meskipun biaya diturunkan menjadi 500 gulden, tetapi masih dirasa

memberatkan masyarakat. Demi kelanjutan kegiatan penyembahan terhadap

Sam Po Kong, maka dibuatlah patung duplikat Sam Po Kong yang diletakkan

di kelenteng Tay Kak Sie yang dibangun tahun 1771 M di Gang Lombok.

Sejak saat itu, setiap tanggal 29 atau 30 bulan 6 pada kalender Imlek, patung

tersebut diarak ke Kelenteng Sam Po Kong Gedung Batu. Kegiatan arak-arakan

tersebut menjadi kegiatan rutin yang berlangsung sekali dalam setahun. Pada

jaman Belanda acara tersebut hanya diperbolehkan berhenti di depan pagar

kompleks yang didirikan oleh Johannes.

Pada tahun 1879 M atau tahun Guāngxù ke-5, seorang pengusaha

keturunan Tionghoa terkemuka bernama Oei Tjie Sien membeli kawasan

Gedung Batu. Peralihan hak persil ini ditandai dengan sebuah batu peringatan

pada tahun 1879 M. Masyarakat Semarang mengadakan sembahyang besar-

besaran di Kelenteng Sam Po Kong sebagai ungkapan rasa syukur. Sehubungan

dengan berkuranganya perhatian dari masyarakat keturunan Tionghoa di

Semarang terhadap Kelenteng Sam Po Kong pada masa itu, pada tahun 1930 M

13
Li Hoo Sun yang memiliki kuasa untuk mengurus perumahan dan tanah milik

Oei Tiong Ham (anak dari Oei Tjie Sien) mengambil inisiatif untuk

mengadakan arak-arakan kembali. Dengan dibantu oleh beberapa orang

temannya, didirikanlah Komite Sam Po Tay Djien yang kemudian mengadakan

arak-arakan sehingga perayaan menjadi meriah kembali. 14

Pada tahun 1925 M Oie Tiong Ham meninggal, kemudian Li Hoo Sun

mengajukan permintaan kepada ahli waris Oei, agar tanah sekitar Kelenteng

Sam Po Kong diberikan kepada yayasan yang nantinya bertugas mengurus

kompleks tersebut. Setelah permintaan tersebut dikabulkan, pada tahun 1937

didirikanlah Yayasan Sam Po Kong. Yayasan Sam Po Kong didirikan dengan

ketua Lie Ho Soen dan wakil ketuanya Pei Ing Poen. Pada awalnya yayasan

Sam Po Kong merupakan yayasan keluarga, yang anggotanya terdiri dari

pegawai Kian Gwan. Oleh sebab itu, dibuatlah peraturan yang berisi bahwa

orang luar tidak boleh memasuki yayasan. Sampai tahun 1965 M, Yayasan

Sam Po Kong dipimpin oleh ketua baru Thio Siong Thouw, yang bukan dari

pegawai Kian Gwan. Sejak saat itu yayasan terbuka untuk umum, sehingga

siapapun bisa menjadi ketua asal disetujui oleh sidang. Setelah Thio Siong

Thouw meninggal pada bulan Pebruari tahun 1981 M, sidang panitia memilih

Ir. Priambudi sebagai ketua yayasan.

Pada masa kekuasaan Orde Baru tahun 1989 M, semua ijin yang

dimiliki oleh kelenteng dicabut oleh Pemda (Pemerintah daerah) Semarang.

Selain itu pintu gerbang utama dan beberapa bangunan dirobohkan dengan

paksa. Tindakan tersebut dilakukan dengan dalih pelaksanaan Kepres. Tahun

14
1995 M yayasan kembali mengalami masa kritis, ijin HGB (Hak Guna

Bangunan) yang sudah hampir habis masa berlakunya dinyatakan tidak akan

diperpanjang dan akan dicabut. Keadaan ini dimanfaatkan oleh oknum tertentu

untuk mendirikan ruko. Karena kegigihan anggota yayasan, tanah seluas 3,2

hektar sah menjadi milik yayasan dengan sertifikat Hak Milik. Setelah

reformasi, Yayasan Sam Po Kong memperoleh kebebasan untuk menjalankan

misi pembangunan dan perluasan dari kawasan Kelenteng.

1.2.2 Stuktur Organisasi dan Susunan Kepengurusan Kelenteng Sam Po

Kong

Organisasi merupakan bagian terpenting dalam suatu kepengurusan

mencapai tujuan bersama. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas

pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan

menggambarkan hubungan antara aktivitas dan fungsi yang dibatasi. Dalam

suatu struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang

antara atasan dan bawahanya, perintah ada pada satu komando. Suatu

organisasi mempunyai karakteristik tersendiri, yaitu tujuan, kumpulan orang,

struktur, serta sistem dan prosedur.15 Alasan didirikannya suatu organisasi

berarti mempunyai tujuan yang hendak dicapai, organisasi tidak dapat berdiri

sendiri tanpa ada yang menjalankan yakni sekumpulan orang. Sedangkan

sekumpulan orang tidak mumgkin semuanya menjadi pemimpin maka

dibentuklah suatu struktur organisasi. Struktur organisasi dibentuk bertujuan

agar posisi setiap anggota organisasi dapat dipertanggungjawabkan. Setelah itu,

15
organisasi dijalankan dengan adanya sistem dan prosedur yang diatur

berdasarkan peraturan-peraturan. Yayasan Kelenteng Sam Po Kong merupakan

organisasi yang didirikan dengan maksud dan tujuan tertentu. Kepengurusan

Yayasan Kelenteng Sam Po Kong bertempat di komplek yang sama dengan

lokasi Kelenteng Sam Po Kong. Adapun struktur kepengurusan Yayasan

Kelenteng Sam Po Kong sebagai berikut:

Pembina : Ir. Priambudi Setiakusuma

Penasehat : 1. Tjia Lam Seng

2. Ny. Tjia Lam Seng

3. Siem Kiem Bik

4. Po Soen Kok

5. Djay Ming Fang

Ketua Umum : Mulyadi Setikusuma,SE.

Ketua I : Lauw Tjhioe Tjoa

Ketua II : Oei Tjong Yen

Sekretaris I : Alfonsus Bambang, S.Kom.

Sekretaris II : Monica, SE.

Bendahara I : Go Sioe Djing

Bendahara II : Tan Siu Tzhen

Selain dari anggota kepengurusan juga ada pemandu wisata, tim

keamanan, bagian kebersihan, bagian tiket dan juru kunci (bio kong). Juru kunci

dari setiap kelenteng berbeda-beda, setiap kelenteng ada yang mempunyai 2

16
juru kunci juga ada yang 3 juru kunci. Terdapat sekitar 12 juru kunci dari semua

komplek kelenteng.

1.2.3 Kegiatan-kegiatan di Kelenteng Sam Po Kong

Kelenteng Sam Po Kong tidak hanya dipergunakan sebagai tempat

sakral untuk melaksanakan ibadah dan ziarah, namun juga berfungsi sebagai

pusat pendidikan, wisata, kebudayaan dan sosial masyarakat. Sebagai pusat

pendidikan di sini bukan berarti pendidikan formal seperti sekolah dan

sebagainya, tetapi sebagai tempat wisata yang bisa memberikan pengetahuan

dan sarana pembelajaran sejarah kepada para pengunjung.

Adapun hari-hari perayaan atau sembahyang yang dilakukan di

Kelenteng Sam Po Kong adalah sebagai berikut:

1. Sembahyang Sin Cia (新年/ xīnnián)

Sin Cia merupakan sembahyang untuk menyambut Tahun Baru bagi orang

orang Tionghoa yang jatuh pada tanggal 1 bulan 1kalender Imlek.

2. Sembahyang Besar kepada Tuhan Yang Maha Esa

Sembahyang ini dilaksanakan pada tanggal 8 bulan 1 kalender Imlek,

Tuhan dalam Tri Dharma digambarkan sebagai alam semesta atau 天/ tiān

yang berarti langit. Sembahyang ini dilakukan secara bersama-sama oleh

umat Tri Dharma pada malam hari.

3. Cap Go Meh (元宵节/ yuánxiāo jié)

Cap Go Meh dilakukan pada tanggal 15 bualn 1 kalender Imlek, yaitu

merupakan puncak dari Tahun Baru Imlek.

17
4. Peh Cun (端阳节/ duānyáng jié)

Peh Cun jatuh pada tanggal 5 bulan 5 kalender Imlek, yang berarti cinta

tanah air dan menghormati para pahlawan.

5. Tiong Jiu (中秋节/ zhōngqiū jié)

Tiong Jiu jatuh tanggal 15 bulan 8 kalender Imlek. Pada malam tersebut

bulan terlihat bulat dan terang, oleh karena itu sembahyang yang dilakukan

disebut dengan Sembahyang Bulan.

6. Sembahyang Sam Gia Hio

Sam Gia Hio adalah sembahyang untuk memperingati kedatangan Sam Po

Kong di Semarang yang dilakukan pada tanggal 29 atau 30 bulan 6

kalender Imlek.

7. Sembahyang King Hong Ping Besar

King Hong Ping Besar adalah sembahyang untuk memperingati awak kapal

Zheng He yaitu Wang Jinghong.

8. Tang Cik (冬至/ dōngzhì)

Tang Cik juga disebut Winter Solstice yang jatuh pada tanggal 21,22

atau 23 bulan 12 kalender Imlek, Tang Cik merupakan hari kasih sayang.

Perlu diketahui pula bahwa di Kelenteng Sam Po Kong Gedong Batu,

Semarang juga diadakan sembahyang 17 Agustus. Pelaksanaan

sembahyang ini merupakan salah satu bukti bahwa hari Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia juga merupakan hari besar bagi masyarakat

keturunan Tionghoa di Indonesia sejak tahun 1945 M. Di antara

sembahyang-sembahyang tersebut, sembahyang yang paling ramai adalah

18
sembahyang Sam Po Gia Hio karena berhubungan dengan hari kedatangan

Sam Po Kong di Gedong Batu Semarang.

1.2.4 Arsitektur Bangunan Kelenteng Sam Po Kong

Arsitektur adalah ilmu dan seni perencanaan dan perancangan

lingkungan binaan (artefak), mulai dari lingkup makro, seperti perencaan dan

perancangan kota, kawasan, lingkungan, dan lansekap hingga lingkup mikro,

seperti perencanaan dan perancangan bangunan, interior, perabot, dan produk.

Dalam arti yang sempit, arsitektur sering kali diartikan sebagai ilmu dan seni

perencanaan dan perancangan bangunan. Dalam pengertian lain, istilah

“arsitektur” sering juga dipergunakan untuk menggantikan istilah “hasil-hasil

proses perancangan”.16

Kawasan Kelenteng Sam Po Kong yang dulunya berupa lautan

mempunyai luas wilayah 3,2 hektar ini terdapat 5 komplek bangunan. Kelima

komplek bangunan ini mempunyai arsitektur unik berupa perpaduan antara

arsitektur Tiongkok, Jawa dan Islam. Tata letak k-5 bangunan tersebut dari

utara ke selatan yaitu sebagai berikut:

 Kelenteng Dewa Bumi

Kelenteng ini di kenal sebagai Te Ti Kong, tempat penyembahan Kelenteng

Dewa Bumi ini digunakan untuk mereka yang mengharap berkah dari

Dewa Bumi Te Ti Kong.

19
 Makam Kiai Juru Mudi

Makam ini merupakan makam dari Wang Jinghong salah satu orang

kepercayaan Zheng He yang meninggal di Gedong Batu. Tempat ini sering

dikunjungi oleh orang-orang yang ingin sukses dalam bisnis. Kiai Juru

Mudi juga dikenal sebagai Dampu Awang. Bangunan ini terdapat pohon

besar yang berusia 600 tahun, jika di lihat dengan seksama ranting pohon

tua itu memeluk atap dari bangunan makam Kiai Juru Mudi. kain merah ini

di sebut sebagai jangkar suci sehingga disembah dan disembahyangi bagi

yang mempercayainya guna mendapatkan berkah.

 Gua Sam Po Kong

Gua Sam Po Kong berada di dalam Bangunan utama Kelenteng Sam Po

Kong. Konon bangunan megah tersebut dulunya adalah masjid yang

digunakan untuk beribadah Zheng He beserta awak kapalnya. Di dalam

kelenteng tersebut terdapat sebuah bedug, bagi orang Islam bedug berfungsi

untuk menyampaikan pesan bahwa sudah tiba waktunya shalat. Di

belakang Kelenteng terdapat bangunan dengan dinding dipenuhi dengan

relief yang mengisahkan kedatangan Zheng He di Semarang. Di antara

dinding itu terdapat sebuah lorong gua yang sering digunakan untuk

sembahyang juga untuk membaca keberuntungan (djiamsie). Di dalam gua

itu ada sebuah altar, peralatan meramal, sebuah patung kecil Zheng He

yang dilapisi emas seberat 50 gram, dan sebuah sumur yang airnya

dipercaya dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Sebelum renovasi

20
tahun 2002, kelenteng ini mempunyai luas 16x16 meter, sekarang menjadi

34x34 meter.

 Tempat Pemujaan Kiai Jangkar

Dalam satu bangunan ini terdapat tiga altar pemujaan yaitu:

a. Kiai Jangkar

Dalam bangunan yang semi kelenteng ini terdapat jangkar kapal yang

konon adalah jangkar dari kapal Zheng He. Jangkar berbalut kain merah

ini di sebut sebagai jangkar suci sehingga disembah dan disembahyangi

bagi yang mempercayainya guna mendapatkan berkah

b. Arwah Hoping

Dibagian depannya terdapat altar yang digunakan untuk menyembah

arwah dari para pasukan armada Zheng He yang kemungkinan belum

memperoleh tempat di alam baka.

c. Nabi Kong Hu Chu

Di sisi kanannya terdapat altar yang serupa untuk mengenang dan

menghormati Konfusius yang merupakan seorang guru dari dasar ajaran

moral Tiongkok. Menurut pemeluk agama Kong Hu Chu, Konfusius

diakui sebagai nabi.

 Makam Kiai dan Nyai Tumpeng

Tempat ini terdapat 2 makam yang di yakini makam dari Kyai dan Nyai

Tumpeng yang merupakan juru masak dari armada Zheng He yang tinggal di

Simongan untuk melayani Wang Jinghong. Digunakan untuk bersemedi atau

21
memohon berkah. Masyarakat sekitar mengenalnya sebagai Mbah Kiai

Tumpeng dan Nyai Tumpeng.

Selain ke-5 tempat tersebut juga terdapat satu tempat dan sebuah replika

kapal Zheng He. Tempat tersebut merupakan tempat penyimpanan segala

macam pusaka atau senjata anak buah Zheng He. Bagi yang mempercayai

bahwa senjata- senjata itu dapat mendatangkan berkah, maka senjata-senjata

tersebut disembah dan disembahyangi.

Kelenteng Sam Po Kong juga dilengkapi dengan musholla, kamar

mandi, mini market dan bangunan-bangunan lain. Di antara bangunan-

bangunan yang megah tersebut terdapat sebuah patung raksasa Laksamana

Zheng He dengan tangan kiri memegang pedang dan tangan kanan memegang

misi dari kerajaan. Patung tersebut diresmikan pada tanggal 29 Juli 2011 oleh

H. Bibit Waluyo sebagai Gubernur Jawa Tengah. Menurut wawancara penulis

dengan narasumber, patung tersebut merupakan hadiah dari Pemerintah

Tiongkok sebagai hadiah kepada Yayasan Kelenteng Sam Po Kong Semarang

karena Kelenteng Sam Po Kong Semarang merupakan kelenteng terbesar di

dunia yang bertema Sam Po Kong.

1.2.5 Filosofi Bangunan Tradisional Tiongkok (Kelenteng)

Kelenteng merupakan sebutan tempat yang digunakan untuk ibadah

para penganut agama tradisional Tiongkok. Sedangkan di Indonesia rata-rata

penganut agama tradisonal Tiongkok adalah agama Konghuchu, jadi Kelenteng

22
di Indonesia dikenal sebagai tempat ibadah pemeluk agama Konghuchu.

Sebutan kelenteng ini kemungkinan hanya ada di Indonesia karena muncul dari

Indonesia. Sampai saat ini, yang lebih dipercaya sebagai asal mula kata

Kelenteng adalah bunyi teng-teng-teng dari lonceng di dalam kelenteng sebagai

bagian ritual ibadah.

Tiongkok sangat kental dengan budayanya yang selalu mengaitkan

sesuatu dengan arti, tak dapat dipungkiri bahwa bangunan kelenteng pun

didirikan dengan maksud dan juga mengandung makna tertentu. Secara fisik

kelenteng pada umumnya mempunyai empat bagian, yaitu:

1. Halaman Depan

Halaman depan biasanya digunakan untuk berlangsungnya upacara

keagamaan. Lantai halaman depan pada umumnya dilapisi dengan ubin, tetapi

tidak jarang jika hanya berupa tanah yang diperkeras. Perlu diketahui bahwa

tata cara peribadatan di kelenteng tidak dilakukan secara bersama-sama dan

pada waktu tertentu, seperti halnya di gereja atau di masjid. Cara peribadatan

di kelenteng dilakukan secara pribadi, sehingga di dalam kelenteng tidak

terdapat ruangan yang luas untuk menampung banyak umat. Di halaman

depan ini biasanya juga terletak tempat pembakaran kertas (jin-lu), tiang-tiang

pagoda juga sepasang singa batu (kadang-kadang tertera tahun

pembuatannya). Singa melambangan keberuntungan serta pelindung dari

berbagai pengaruh jahat. Di halaman depan ini biasanya juga dipakai untuk

tempat bermain barongsai ketika ada perayaan acara tertentu.

23
2. Ruang Suci Utama

Ruang suci utama merupakan bagian utama dari sebuah kelenteng. Di

dalam bangunan kelenteng biasanya mempunyai hiasan yang beragam, indah

dan detail. Atapnya yang berbentuk perisai dengan ‘nok’ melengkung ditengah

serta ujung atapnya menjulang keatas. Nok selalu sejajar dengan jalan, dan di

atas nok tersebut biasanya terdapat sepasang naga yang memperebutkan

‘mutiara surgawi’. Naga ( 龙 /lóng), menggambarkan kemakmuran,

keperkasan dan kekuatan, naga dipercaya menajaga dan mengawasi manusia

serta jagad raya. Desain atap yang menjulang ke atas pada bagian ujungnya

mempunyai makna bahwa budaya masyarakat Tiongkok kalau mencari rizki

selalu ingin naik, tidak ingin turun.

Di depan ruang suci utama biasanya terdapat semacam teras tambahan.

Pintu depannya terdiri dari dua daun kayu yang sering dihias dengan lukisan

dua orang penjaga (men-sen). Tapi banyak kelenteng yang pintunya dibiarkan

terus terbuka dan di depan atau di dalam ruang suci utama ini selalu terdapat

papan yang melintang (bian-e) atau papan membujur (dui-lian). Sumbangan

dari para dermawan yang sudah berabad-abad. Dari tulisan ini kita bisa

mendapat informasi tentang sejarah kelenteng serta masayarakat

pendukungnya dimasa lampau. Ukuran besar dan kecilnya ruang suci utama

ini berbeda pada setiap kelenteng, tapi pada umumnya berbentuk segi empat.

Di kelenteng-kelenteng besar terdapat semacam courtyard ditengahnya

yang digunakan sebagai tempat masuknya cahaya alami, serta menampung air

hujan dari atap. Konstruksi utamanya adalah kolom dan balok. Kolom yang

24
ada di dalam kelenteng mempunyai interior yang dipahat dengan indah.

Sebuah altar utama terdapat pada dinding belakang ruang suci utama, dan

Dewa utama terletak di sini.

Di depan altar biasanya terdapat sebuah meja, terkadang juga lebih

dari satu meja atau diapit dengan dua altar di samping. Diatas meja pertama

selalu terdapat tempat untuk menaruh dupa. Di depan tempat dupa terdapat

beberapa batang hio yang di bakar hingga mengepulkan asap. Di meja altar

depan terdapat mu-yu, semacam alat bunyi-bunyian dari kayu, juga ada

berbagai macam sesajen tertentu berupa bauh-buahan, kue dan makanan lain.

Meja ini dipenuhi dengan makanan terutama pada hari-hari raya keagamaan.

Di dekat pedupaan terdapat benda-benda penting yang dipercaya dengan

lantaran benda ini memungkinkan dapat menanyai para dewa masa depan.

Misalnya seperti bei-jiao (dua potong kayu berbentuk tiram yang dapat

dilempar ke tanah) dan sebuah vas kayu berbentuk silinder (gian-tong), yang

di dalamnya berisi beberapa lusin bilah kayu (bu-qian). Tiap-tiap bilah cocok

dengan syair yang tertulis pada secarik kertas yang merupakan jawaban dari

Sang Dewa. Biasanya orang yang sembahyang mengocok vas tersebut sampai

sebilah kayu jatuh kelantai lalu mengambil secarik kertas dari salah satu laci

di sebuah lemari kecil yang sesuai dengan nomor kayu tadi. Ada kelenteng

tertentu yang menyediakan kertas (hoe), kertas ini digunakan untuk meminta

keselamatan dan kesehatan. Besar kecilnya ukuran ruang suci utama

bermacam-macam dari satu kelenteng dengan kelenteng lainnya.

3. Ruangan Tambahan

25
Ruangan tambahan biasanya dibangun setelah ruang suci utama berdiri.

Bahkan tidak jarang jika ruangan tambahan ini di bangun setelah kelenteng

berdiri selama bertahun-tahun. Hal Ini disebabkan karena adanya kebutuhan

yang terus meningkat dari kelenteng yang bersangkutan.

4. Bangunan Samping

Bangunan samping biasanya dipakai untuk menyimpan peralatan yang

sering digunakan pada upacara atau perayaan keagamaan. Misalnya untuk

menyimpan Kio (joli), yang berupa tandu, yang digunakan untuk memuat arca

dewa yang diarak pada perayaan keagamaan tertentu.

Beberapa ciri dari arsitektur Tiongkok yang telah dikemukakan oleh

David G. Khol dalam bukunya “Chinese Architecture in The Straits Settlements

and Western Malaya” yang di terbitkan pada tahun 1984. 19 Ciri ini

memberikan gambaran bagi orang awam, bagaimana melihat ciri-ciri dari

arsitektur orang Tiongkok

1. Courtyard (ruangan terbuka pada rumah tradisonal Tiongkok)

2. Penekanan pada bentuk atap yang khas (atap yang melengkung keatas).

3. Elemen-elemen struktural yang terbuka dan disertai dengan ornamen ragam

hias (Ukir-ukiran serta konstruksi kayu).

4. Penggunaan warna yang khas.

Warna pada arsitektur bangunan tradisional Tiongkok mempunyai makna

simbolik. Warna tertentu pada umumnya diberikan pada elemen yang spesifik

26
pada bangunan. Meskipun banyak warna-warna yang digunakan pada

bangunan, tapi warna merah dan kuning keemasan paling banyak dipakai

dalam arsitektur Tionghoa di Indonesia. Warna merah banyak dipakai pada

dekorasi interior dan warna pilar. Merah dapat disimbolkan sebagai warna api

dan darah, yang dihubungkan dengan kemakmuran dan keberuntungan. Merah

juga simbol dari kebajikan, kebenaran dan ketulusan. Warna merah juga

dihubungkan dengan arah, yaitu arah Selatan, serta sesuatu yang positif.

Sedangkan warna kuning keemasan mewakili simbol dari warna emas yang

dihubungkan dengan kekayaan dan harta. Itulah sebabnya warna merah dan

kuning sering dipakai dalam arsitektur tradisional Tiongkok.

1.2.6 Filosofi Bangunan Tradisional Jawa (Joglo)

Joglo adalah salah satu kekayaan dari budaya Indonesia sebagai ciri

rumah adat Jawa Tengah yang umumnya terbuat dari kayu jati. Disebut joglo

karena mengacu pada bentuk atapnya yang mengambil filosofi dari bentuk

gunung. Pada awalnya filosofi atap berbentuk gunung tersebut diberi nama atap

Tajug, kemudian berkembang menjadi atap Joglo/Juglo atau Tajug Loro (dua

tajug/penggabungan dari dua tajug).20 Karena pengaruh kepercayaan yang

kuat, filosofi sebuah gunung selalu dikaitkan dengan sesuatu yang sakral,

tempat yang tinggi dianggap suci dan menjadi tempat tinggal para Dewa.

Orang Jawa mengenal bangunan yang lebih sempurna dari bangunan-

bangunan sebelumnya yaitu bentuk bangunan joglo.21 Bangunan joglo

merupakan bangunan yang ukurannya lebih besar di bandingkan dengan bentuk

27
bangunan lainnya. Sehingga membutuhkan penggunaan bahan-bahan kayu

yang lebih banyak. Keuntungan dari bentuk bangunan joglo adalah

memungkinkan untuk membuat tambahan ruangan karena ukurannya yang

besar. Susunan ruangan pada bangunan joglo terbagi menjadi tiga bagian,

diantaranya:

1. Pendopo

Pendopo ini terletak di depan tidak mempunyai dinding atau

terbuka, hal ini berkaitan dengan filosofi orang Jawa yang selalu bersikap

ramah, terbuka dan tidak memilih dalam hal menerima tamu. Pada

umumnya pendopo tidak di beri meja ataupun kursi, hanya diberi tikar

apabila ada tamu yang datang, hal ini dimaksudkan agar antara tamu dan

yang punya rumah mempunyai kesetaraan dan juga dalam hal

pembicaraan terasa akrab dan rukun. Biasanya digunakan untuk acara

formal, seperti pertemuan, upacara, pagelaran seni dan sebagainya.

2. Pringgitan

Pringgitan merupakan penguhubung antara pendopo dan omah

njero, memiliki makna konseptual yaitu tempat untuk memperlihatkan diri

sebagai simbolisasi dari pemilik rumah bahwa dirinya hanya merupakan

bayang-bayang atau wayang dari Dewi Sri (dewi padi) yang merupakan

sumber dari kehidupan, kesuburan, dan kebahagiaan. Pringgitan digunakan

sebagai tempat pertunjukan wayang (ringgit), kesinian, acara publik dan

sebagainya.

28
3. Omah Njero (Ruang Utama)

Omah Njero dalam rumah joglo merupakan ruang pribadi

pemilik rumah. Dalam ruang utama ini ada beberapa bagian yaitu ruang

keluarga dan beberapa kamar atau yang disebut senthong. Pada zaman

dulu, kamar atau senthong ini hanya terdiri dari tiga kamar. Adapun

fungsinya yaitu kamar pertama untuk tidur atau istirahat laki-laki,

kamar kedua kosong namun tetap diisi tempat tidur lengkap dengan

perlengkapan tidur, dan yang ketiga sebagai tempat tidur atau istirahat

perempuan. Senthong tengah atau kamar tengah biasa disebut dengan

krobongan, yaitu tempat untuk menyimpan pusaka dan tempat

pemujaan terhadap Dewi Sri. Senthong tengah atau krobongan

merupakan tempat paling suci dan bersifat privat bagi penghuninya.

Dalam bangunan joglo juga terdapat bangunan yang disebut gandhok.

Bangunan ini merupakan bangunan tambahan yang mengelilingi sisi samping

dan belakang bangunan inti. Bangunan joglo mempunyai bagian inti sebagai

berikut:

1. Soko Guru

Soko guru merupakan tiang utama yang menopang kontruksi atap

joglo. Soko guru berjumlah empat buah yang merupakan simbol adanya

pengaruh kekuatan yang berasal dari empat penjuru arah mata angin.

2. Tumpangsari

29
Tumpangsari merupakan blandar bersusun ke atas berbentuk

piramida, yang ditopang oleh soko guru, blandar ini disusun semakin ke

atas semakin melebar.

Bangunan joglo mempunyai bentuk bujur sangkar, akan tetapi dalam

perkembangannya bangunan joglo mengalami beberapa perubahan. Sehingga

dapat ditemui beragam variasi dari bangunan joglo. Seperti salah satu bangunan

yang ada di lingkungan Kelenteng Sam Po Kong, bangunan yang bentuk bagian

ujung atap susun tiga dan turun ke bawah. Hal tersebut menunjukkan bahwa

budaya masyarakat jawa yang selalu menerima apa yang telah didapat atau

nerimo.

Bangunan kelenteng merupakan ciri dari arsitektur tradisional

Tiongkok. Berbeda dengan bentuk bangunan kelenteng pada umumnya,

Kelenteng Sam Po Kong mempunyai ciri khas tersendiri yaitu dengan

bangunan yang unik perpaduan antara bangunan tradisonal Tiongkok dengan

bangunan tradisional Jawa serta sentuhan unsur Islami (bangunan masjid).

Sentuhan unsur dari masjid tersebut meliputi :

1. Bangunan Kelenteng Sam Po Kong menghadap ke kiblat

2. Tidak seperti kelenteng pada umumnya, Kelenteng Sam Po Kong terdapat

sentuhan warna hijau pada bagian atap. Di dalam Alqur’an warna hijau

adalah simbol dari warna pakaian penghuni surga.23 Warna hijau juga

termasuk warna yang disukai Nabi Muhammad.

30
3. Terdapat beduk besar yang terletak di dalam bangunan utama Kelenteng

Sam Po Kong.

Walaupun rombongan dari armada Zheng He adalah penganut agama

yang berbeda, yaitu agama Islam, Buddha dan Konghuchu. Akan tetapi

pimpinan dari mereka yaitu Laksamana Zheng He menganut agama Islam,

maka tak heran jika di Kelenteng Sam Po Kong terdapat sentuhan Islam. Tidak

hanya sentuhan Islam, tapi banguna Kelenteng Sam Po Kong merupakan

perpaduan antara bangunan. tradisonal Tiongkok dengan tradisional jawa

(joglo). Beberapa ciri yang menunjukkan akulturasi budaya arsitektur

Tiongkok dengan Jawa yaitu:

1. Di dalam kawasan Kelenteng Sam Po Kong, ada sebuah bangunan joglo

yang disebut pendopo. Pendopo ini biasanya digunakan untuk acara-

acara gathering instansi, perusahaan dan lain-lain.24

2. Pada bangunan Kelenteng Sam Po Kong tahun 1920, atap kelenteng

menunjukkan ciri dari atap joglo yang berbentuk atap susun dan turun

ke bawah. Akan tetapi, atap tersebut tidak meninggalkan ciri khas dari

bangunan tradisional Tiongkok, yakni ornamen yang terletak pada

setiap ujung atap.25

3. Terdapat ornamen garis pada atap Kelenteng Sam Po Kong yang mirip

dengan ornamen pada atap joglo.26

31
Ketiga ciri tersebut menunjukkan bahwa budaya arsitektur Tiongkok

dapat membaur dengan budaya arsitektur Jawa serta tidak ada batasan

mengenai perkembangan bentuk arsitektur dalam suatu bangunan. Hal ini dapat

disebut sebagai akulturasi budaya karena menciptakan suatu kebudayaan baru

Gambar 4. Denah Sam Poo Kong

tanpa meninggalkan ciri khas dari salah satu kebudayaan tersebut.

32
BAB II

LAPORAN KUNJUNGAN

2.1 PELAYANAN KESEHATAN YANG ADA

Di daerah Klenteng Sam Poo Kong terdapat beberapa fasilitas pelayanan

kesehatan, salah satunya adalah

 RSUP dr. Kariadi, yaitu berjarak 1.3 Km dari Klenteng Sam Poo Kong,

 Puskesmas Pandanaran yang berjarak 1.6 Km dari Klenteng Sam Poo Kong

 Klinik MItrakita, yaitu berjarak sekitar 1.5 Km dari Klenteng Sam Poo Kong.

2.2 KONDISI TEMPAT WISATA

a. Parkir di Sam po Kong luas dapat manampung 20 mini bus

b. Lapangan tengah dan bangunan yang luas namun masih ada sampah yang

berserakan di beberapa tempat

c. Terdapat beberapa pohon perindang bisa untuk tempat berteduh dari panas

matahari

d. Terdapat beberapa tempat duduk di sebelah bangunan untuk tempat

beristirahat

e. Sangat panas karena pohon perindangnya sedikit

f. Terdapat kios yang berjualan makanan ringan dan minuman

g. Terdapat tempat penyewaan kostum khas tiongkok dan adat korea untuk

berfoto

h. Terdapat toilet umum yang bersih namun tidak menyediakan sabun dan tissue

i. Terlihat beberapa orang yang sedang beribadah di dalam bangunan

33
2.3 POTENSI BAHAYA KESEHATAN DI TEMPAT WISATA

Tabel 5. Daftar Potensi Bahaya di Tempat Wisata


No Hazard Akibat

1. Lantai licin dan tidak ada handrail Wisatawan mempunyai

resiko jatuh/terpeleset.

2. Tertimpa lampu gantung Cedera atau trauma fisik

3. Kabel listrik berserakan dan Panel box Konsleting listrik, kebakaran

listrik pada tempat terbuka tanpa penutup.

4. Tempat akhir pembakaran dupa di dekat Konsleting listrik, kebakaran

arus listrik

5. Tertimpa ranting pohon Cedera dan trauma fisik

6. Tidak ada jalur evakuasi dan titik tumpul Sulit mengevakuasi

7. Tidak terdapat pagar pada kolam lilin Terjatuh

8. Tumpukan sampah pada selokan yang Banjir, pencemaran air

berada di dalam tempat wisata

9. APAR tidak pada tempatnya, kurang Bahaya tidak tertangani

perawatan dan petugas tidak tahu cara

pemakaian

10. SPAL terbuka Pencemaran air dan

penyebaran penyakit

11. Tidak ada penutup selokan untuk daerah Terjatuh, cedera

pejalan kaki.

12. Perletekan barang bekas tidak pada Cedera dan trauma fisik

34
tempatnya

13. Cuaca panas dan terik. Dehidrasi, heat stroke.

2.4 PENCEGAHAN YANG SUDAH DILAKUKAN DI TEMPAT

WISATA

Tabel 6. Daftar Pencegahan yang sudah dilakukan di Tempat Wisata


No Hazard Pencegahan yang Saran

sudah dilakukan

1. Lantai licin dan Sudah dipasangkan Dipasang handrail pada setiap

tidak ada handrail karpet hanya pada tangga dan Yellow tape anti

bagian lantai yang slip pada setiap tangga.

menanjak, dan Floor

sign pada beberapa

tempat.

2. Tertimpa lampu - Pengecekan berkala pada

gantung lampu gantung.

3. Kabel listrik Beberapa panel box Kabel listrik ditata dengan

berserakan dan sudah diberikan rapi dan terbungkus, serta

Panel box listrik penutup namun panel box diberikan penutup.

pada tempat masih ada yang Tambakan juga sticker

terbuka tanpa belum peringatan arus listrik.

penutup.

35
4. Tempat akhir - Kabel dipasangkan penutup

pembakaran dupa anti api, dan diberikan sticker

di dekat arus listrik peringatan.

5. Tertimpa ranting - Pasang paranet.

pohon

6. Tidak ada jalur - Pasang sign titik tumpul dan

evakuasi dan titik sticker jalur evakuasi serta

tumpul lakukan pelatihan evakuasi

pada petugas.

7. Tidak terdapat - Pasang pagar kecil sebagai

pagar pada kolam pembatas.

lilin

8. Tumpukan sampah - Pembersihan dan pengecekan

pada selokan yang selokan tiap minggu. Berikan

berada di dalam tanda peringatan dilaarang

tempat wisata membuang sampah.

9. APAR tidak pada - Sediakan tempat khusus untuk

tempatnya, kurang APAR dan dilakukan

perawatan dan pengecekan rutin. Dibuat

petugas tidak tahu poster cara pemakaian di

cara pemakaian dekat APAR. Berikan

pelatihan penggunaan cara

pemakaian APAR pada

36
petugas.

10. SPAL terbuka - SPAL diberikan penutup serta

pengecekan berkala.

11. Tidak ada penutup Sudah diberikan Dipasangkan penutup selokan

selokan untuk beberapa penutup (Grating).

daerah pejalan dengan kayu namun

kaki. belum seluruhnya.

12. Perletekan barang - Diberikan tempat khusus

bekas tidak pada untuk pengumpulan barang

tempatnya bekas atau tidak terpakai

(gudang).

13. Cuaca panas dan Terdapat tempat Diberikan tempat penyewaan

terik. berteduh dan kantin. payung. Memasang Misty Fan

disekitar tempat wisata.

37
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 SEBELUM KUNJUNGAN

Informasi yang aktual dan akurat sangat penting dalam kedokteran wisata

sehingga rekomendasi yang diberikan bukan didasarkan pada opini tetapi

evidence-based. Konsultasi persiapan perjalanan yang efektif membutuhkan

perhatian terhadap latar belakang kesehatan wisatawan dan pembuatan jadwal

perjalanan, waktu perjalanan, tujuan perjalanan, dan aktivitas, dan menentukan

semua resiko kesehatan. Konsultasi persiapan perjalanan merupakan kesempatan

besar untuk mengajari wisatawan mengenai resiko kesehatan pada lokasi wisata

dan bagaimana menguranginya. Konsultasi persiapan perjalanan tidak

memasukkan pemeriksaan fisik untuk menilai kebugaran tubuh seseorang untuk

melakukan perjalanan. Karena wisatawan tidak perlu hadir saat edukasi persiapan

perjalanan, konsultasi persiapan perjalanan sebaiknya dilakukan seusai jadwal

agar informasi yang dibuthkan. Pengetahuan yang penting dikuasai oleh tenaga

kesehatan sehubungan dengan hal ini antara lain medical geography, distribusi

dan epidemiologi penyakit infeksidan penyakit non infeksi pada derah tertentu

seperti cedera, infeksi melalu makanan dan air, infeksi saluran napas, dan infeksi

menular seksual.1

Konsultasi pra-perjalanan yang terorganisasi dengan baik dan dijalankan

dengan baik dapat mendukung konsisten, tepat, dan efisien pra-perjalanan

persiapan kesehatan dengan 3 elemen penting berikut: konsultasi wisatawan,

komunikasi resiko, dan manajemen resiko. 1

38
3.1.1 Konsultasi Wisatawan

Pra-perjalanan kesehatan penilaian risiko melibatkan pengumpulan

informasi terkait tentang rencana perjalanan (where, when, dan what) dan

wisatawan (who, why, dan how) untuk menilai resiko kesehatan wisatawan,

menyoroti potensi bahaya perjalanan dan cara pencegahan, dan waspada terhadap

kontraindikasi suatu perjalanan dan tindakan pencegahan seperti vaksinasi atau

obat yang dapat diindikasikan. Sebuah kuesioner yang dirancang untuk

mengumpulkan dan mengatur data jadwal dan wisatawan adalah alat penting

untuk membantu mendukung proses penilaian risiko. 1

Informasi yang paling penting untuk dikumpulkan adalah sebagai berikut:

 Jadwal Data

o Negara dan wilayah yang akan dikunjungi, dalam rangka perjalanan

o Kunjungan ke daerah perkotaan dibandingkan di pedesaan

o Tanggal dan panjang perjalanan di daerah masing-masing

o Waktu keberangkatan

o Tujuan perjalanan (seperti bisnis, berlibur, mengunjungi teman dan

kerabat)

o Jenis transportasi

o Kegiatan yang direncanakan dan akan dilakukan (seperti hiking, scuba

diving, berkemah, dll)

o Jenis akomodasi di daerah masing-masing (seperti ber-AC, tenda) 1

 Demografi dan kesehatan / riwayat medis wisatawan

o Usia, jenis kelamin

39
o Riwayat penyakit sekarang

o Riwayat vaksinasi, termasuk tanggal, berapa banyak dosis yang diterima

dalam serangkaian dijadwalkan.

o Riwayat medis dan psikiatris (masa lalu dan saat ini), termasuk kondisi

atau obat yang menekan sistem kekebalan tubuh

o Obat-obatan (saat ini atau yang diambil dalam 3 bulan terakhir)

o Alergi (khususnya untuk telur, lateks, ragi, merkuri, atau thimerosal)

o Kondisi khusus :

o Kehamilan dan menyusui (status saat ini dan rencana)

o Diabilitas

o Kondisi imunokompromis

o Lansia

o Setiap rencana operasi atau perawatan medis lainnya selama

perjalanan (wisata medis) 1

o Pengalaman perjalanan sebelumnya:

o Pengalaman kemoprofilaksis malaria

o Penyakit yang berhubungan dengan perjalanan1

Selama penilaian risiko, penyedia harus tetap waspada terhadap

faktor-faktor lain tentang "who" akan berpergian. Faktor-faktor tersebut

termasuk pengalaman perjalanan sebelumnya, persepsi risiko, latar

belakang budaya, kelompok sebaya, dan hambatan mungkin untuk

perawatan, seperti masalah ekonomi, sikap tentang keamanan vaksin, dan

40
keterbatasan bahasa. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kemampuan

wisatawan dan kemauan untuk menerima dan mematuhi rekomendasi1

Pentingnya penilaian risiko dapat diilustrasikan dengan 3 wisatawan pergi

ke negara yang sama: satu untuk perjalanan selama seminggu, perkotaan berbasis

bisnis; berikutnya pada pencari petualangan, backpackers ke daerah pedesaan

selama beberapa bulan; dan ketiga wisatawan hamil. Rekomendasi dan persiapan

untuk masing-masing wisatawan akan bervariasi berdasarkan kebutuhan mereka

dan rincian jadwal. 1

Sebelum kunjungan ke Sam Poo Kong, sebagian besar pengunjung tidak

melakukan konsultasi dengan penyedia pelayanan kesehatan. Sehingga tidak ada

data mengenai profil kesehatan wisatawan dan resiko pada tempat wisata. 1

3.1.2 Penilaian Resiko

Banyak elemen yang perlu dipikirkan dalam menilai resiko kesehatan.

Rawat inap terakhir pada penyakit serius dapat membuat dokter menyarankan

menunda perjalanan. Perjalanan udara dikontraindikasikan pada kondisi tertentu

seperti <3 minggu setelah infark miokard dan <10 hari setelah operasi abdomen.

Penyedia layanan kesehatan dan wisarawan sebaiknya mengkonsultasikan kepada

penyedia layanan kesehatan yang lebih lengkap untuk pernyakit tertentu. Penyedia

layanan kesehatan sebaiknya menentukan apakah kejadian luar biasa atau

peringatan keamanan dikeluarkan oleh Negara/daerah tujuan yang tersedia di

website CDC dan sumber lainnya. 1

41
Selain karakteristik wisatawan, latar belakang kesehatan, dan resiko

tertentu di daerah tujuan merupakan diskusi penting oleh penyedia layanan

kesehatan dan wisatawan. 1

Sebelum kunjungan ke Sam Poo Kong, sebagian besar pengunjung tidak

mdilakukan penilaian resiko individu dan tempat wisata, sehingga tidak ada

pengawasan terhadap wisatawan apakah layak untuk melakukan perjalanan ke

suatu daerah disesuaikan dengan kondisi kesehatan wisatawan. penilaian resiko

terhadap tempat wisata juga dianggap penting untuk menentukan daerah tersebut

dapat dikunjungi atau tidak, namun hal ini tidak dilakukan oleh wisatawan di Sam

Poo Kong. 1

3.1.3 Manajemen Resiko

Elemen-elemen penting dari manajemen risiko adalah sebagai berikut (Acosta,

2012):

- Vaksin: seleksi, administrasi, dan dokumentasi vaksinasi.

- Diperlukan pertimbangan, rekomendasi, dan vaksinasi rutin.

- Diskusikan indikasi vaksin, kontraindikasi, tindakan pencegahan, dosis

dan waktu

- Tawarkan dan diskusikan informasi vaksin sebelum vaksin diberikan

- Pengobatan: Rekomendasi dan resep yang sesuai menurut risiko, seperti

kemoprofilaksis antimalaria, pertolongan pertama diare, dan obat untuk

penyakit ketinggian

42
- Pendidikan: Malaria pencegahan dan kepatuhan terhadap kemoprofilaksis

(jika ditunjukkan dengan penilaian risiko)

- Risiko dan pencegahan penyakit insect borne lain

- Manajemen diri diare

- Menghindari gigitan hewan dan pencegahan rabies

- Mengurangi efek negatif dari risiko selama perjalanan

- Resiko dari aktivitas yang spesifik (seperti keselamatan di jalan, diving,

arung jeram, dan perjalanan jalan pedesaan)

- Resiko prilaku pribadi (seperti penyakit menular seksual dan penggunaan

narkoba ilegal)

- Pedoman umum: Gejala yang mungkin memerlukan perhatian medis

selama atau setelah perjalanan (seperti demam, gejala gastrointestinal, atau

gejala dermatologi)

- Mempersiapkan sebuah medical health kit

- Mengakses perawatan medis di luar negeri dan mendapatkan asuransi

kesehatan / evakuasi

Sebelum kunjungan ke Sam Poo Kong, konsultasi resiko dan penilaian resiko

tidak dilakukan pada wisatawan yang mengunjungi tempat tersebut. Hal ini

menyebabkan manajemen resiko tidak dapat dilaksanakan. Salah satu manajemen

resiko yang dianggap penting adalah kotak P3K yang berisikan obat-obatan

penyakit yang mungkin terjadi dalam perjalanan. 1

43
3.2 PADA SAAT KUNJUNGAN

3.2.1 Motion Sickness

Motion sickness merupakan suatu gangguan yang terjadi pada telinga

bagian dalam (labirin) yang mengatur keseimbangan, dan disebabkan karena

gerakan yang berulang, seperti gerak ombak di laut, pergerakan mobil, perubahan

turbulensi udara di pesawat, dll. Gerakan dirasakan oleh otak melalui 3 jalur pada

sistem saraf, yang akan mengirim signal dari telinga bagian dalam (perasaan

terhadap gerakan, percepatan, gravitasi), dari mata (penglihatan), dan jaringan

lebih dalam pada permukaan tubuh manusia (yang disebut proprioceptors). Ketika

tubuh digerakkan dengan sengaja, misalnya kita jalan, input dari ketiga jalur tadi

akan dikoordinasikan oleh otak. Ketika terjadi gerakan yang tidak disengaja,

seperti ketika mengendarai mobil, kadang otak tidak bisa mengkordinasikan

ketiga input tadi dengan baik. Adanya konflik dalam koordinasi 3 input tadi

diduga menyebabkan orang merasa mabuk jalan atau motion sickness, dengan

gejala mual, pusing, sampai muntah. Konflik input dalam otak ini diduga

melibatkan level neurotransmiter yaitu histamin, asetilkolin, dan

norepinefrin. Karena itu, obat yang bekerja melawan motion sickness adalah obat

yang mempengaruhi atau menormalkan lagi level neurotransmiter ini di otak

(Caroll, 2012).

Anak yang menderita mabuk perjalanan, merupakan hal yang harus

mendapat perhatian dari orang tua. Perasaan mual akibat goncangan kendaraan

dapat dikurangi dengan duduk di mobil bagian depan, dekat jendela sehingga anak

dapat melihat keluar dengan bebas, dan hindari makanan yang mengenyangkan

44
sebelum berangkat. Kaca mata hitam dapat mengurangi rasa mual dan bepergian

pada malam hari dapat lebih menyenangkan untuk anak yang sangat sensitif

tersebut. Obat anti mabuk hanya diperbolehkan diberikan pada anak berumur

lebih dari 2 tahun dan diberikan satu jam sebelum berangkat (Rezeki, 2006)

Beberapa langkah dibawah ini dapat mencegah atau meminimalkan

terjadinya motion sickness, antara lain (Caroll, 2012):

1. Naiklah kendaraan di bagian di mana mata Anda akan melihat gerakan

yang sama dengan yang dirasakan oleh tubuh (jadi jangan duduk

menghadap ke belakang misalnya, atau di samping, yang tidak searah

dengan gerakan mobil). Kalau di mobil atau bus, duduklah di depan dan

lihat pemandangan. Kalau di kapal, pergilah ke dek dan melihat gerakan

horizon. Kalau di pesawat, duduklah dekat jendela dan melihat keluar.

Juga duduklah di bagian dekat sayap, di mana gerakan terasa paling

minimal.

2. Jangan membaca di perjalanan.

3. Jangan melihat atau bicara dengan orang lain yang juga gampang mabuk

jalan.

4. Hindari bau-bauan yang kuat, makanan yang berbumbu tajam, terutama

sebelum dan selama perjalanan.

5. Gunakan obat anti mabuk minimal 30-60 menit sebelum melakukan

perjalanan atau seperti yang direkomendasikan oleh dokter.

6. Beradaptasi dengan kondisi ini.

45
Pada saat kunjungan banyak wisatawan yang datang dari berbagai daerah

dan negara, sehingga tidak heran ketika berkunjung menuju ke tempat wisata

banyak wisatawan menggunakan kendaraan mobil karena biasanya yang datang

bersama keluarga atau rombongan sehingga tidak menutup kemungkinan bisa

terjadinya mabuk saat kunjungan dan ketika sampai ditempat wisata menjadi tidak

nyaman karena mabuk saat diperjalanan tersebut.

3.2.2 Sunburn

Setiap orang menyukai cuaca yang cerah. Sinar matahari merupakan

sumber cahaya yang natural dan energik. Hal ini sangat baik bagi kesehatan,

bersifat dapat menyembuhkan dan memberi perasaan yang baik. Meskipun

berjemur di bawah sinar matahari sangat menyenangkan, perlu di ingat bahwa

paparan sinar matahari yang berlebihan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan

yang dikarenakan efek berbahaya dari radiasi sinar ultraviolet pada kulit (Pharm,

2002).

Matahari memancarkan dua jenis sinar ultraviolet, yaitu (1) UVA, dimana

sinar ultraviolet jenis ini dapat menembus ke dalam kulit dan dapat memicu reaksi

alergi serta dapat menyebabkan penuaan dini serta kerutan dan (2) UVB, dimana

jenis sinar ultraviolet ini dapat mempengaruhi lapisan atas kulit dan memicu

produksi melanin yang menyebabkan tanning. Terlalu banyak terpapar sinar UVB

dapat menyebabkan terbakar, freckling, dan penebalan kulit serta dalam jangka

waktu yang lama dapat menyebabkan kanker kulit (Pharm, 2002).

46
Sunburn dapat dicegah. Meskipun pada beberapa kelompok orang seperti

orang kulit putih, orang dengan kondisi medis tertentu (seperti albinisme, kanker

kulit), orang yang menggunakan obat-obatan tertentu seperti tetrasiklin atau

diuretik, orang dengan kondisi kulit tertentu (kulit sensitif), orang lanjut usia, serta

bayi dan anak dapat dilakukan kewaspadaan terhadap terjadinya sunburn ini.

Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain (Pharm, 2002):

1. Setiap orang harus menghindari sinar matahari pada tengah hari, biasanya

sejak pukul 2 siang atau pukul 3 siang di daerah tropis.

2. Menggunakan topi bertepi lebar, baju lengan panjang dan kaca mata

hitam. Bagi anak-anak harus memakai baju lengan panjang, topi dan high-

factor waterproof sunscreen. Sementara pada bayi dibawah 9 bulan harus

dihindari kontak sinar matahari secara langsung.

3. Jangan pernah berada di bawah sinar matahari untuk mengeringkan badan

setelah berenang, karena kulit dapat terbakar dalam hitungan menit.

4. Pendaki ketinggian tinggi harus menggunakan topi dengan penutup leher

dan kacamata hitam dengan penutup hidung.

5. Gunakan kain yang terbuat dari bahan cotton. Hindari menggunakan bahan

tenun longgar karena dapat memungkinkan terjadinya penetrasi sinar

matahari.

Pada saat kunjungan yang dilakukan suhu lingkungan panas dan terpapar

langsung dengan matahari sehingga risiko langsung terkena kulit dapat terjadi.

Hal ini tentu meningkatkan terjadinya sunburn ditambah para pengunjung

jarang yang menggunakan sunblock sehingga tidak adanya perlindungan yang

47
dapat menyebabkan kulit mudah terbakar dan terpapar sinar UV yang dapat

pencetus kanker.

3.2.3 Problems with Heat

Heat Stroke adalah suatu kondisi serius yang disebabkan kegagalan

termostat alami tubuh yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk

mendinginkan diri ke bawah dengan cara normal. Biasanya terjadi sebagai

akibat dari paparan lingkungan sangat panas. Onset bisa tiba-tiba, sehingga

tidak sadar dalam hitungan menit. Bantuan medis harus dicari segera

mungkin (Pharm, 2002)

Tanda-tanda utama dari stroke panas adalah:

- Sakit kepala, pusing, kebingungan & kegelisahan

- Panas, memerah, kulit kering karena kegagalan mekanisme berkeringat

- Denyut nadi meningkat

- Suhu tubuh di atas 40C

- Level respon mengalami kemunduran

Ketika terjadi heat stroke prioritas utama adalah untuk mendinginkan

pasien secepat mungkin tetapi jangan pernah dengan menggunakan es atau air

yang sangat dingin karena dapat mengakibatkan termal shock yang dapat

menyebabkan kematian (Pharm, 2002).

Pindahkan pasien dari sumber panas dan dikompres dengan air biasa,

basah dan menjaga mereka tetap berventilasi baik. Pastikan kain kompresan

tetap basah. Pantau secara ketat untuk tanda-tanda gagal napas-jantung dan

bersiaplah untuk resusitasi jika diperlukan. Bila suhu turun di bawah 38C

48
kompres dapat dihentikan tetapi jika suhu mereka mulai bangkit kembali,

lakukan pengkompresan ulang dan terus seperti sebelumnya (Pharm, 2002).

Seperti yang dijelaskan diatas yaitu saat kunjungan pengunjung

umumnya jarang membawa air mineral untuk menghilangkan dahaga dan

rasa haus, selain itu kantin atau warung di dalam tempat wisata memang

menyediakan minuman dingin dan berasa. Namun terkadang para pengunjung

malas untuk membeli dikarenakan memilih untuk menahan dahaganya

sampai menemukan toko kelontong atau toko yang bisa lebih murah.

Walaupun ada beberapa pengunjung yang merasa bisa membeli, terkadang

pengunjung tidak tahu manfaat untuk meminum air yang tidak hanya untuk

pereda dahaga namun untuk mengganti cairan dan ion tubuh karena banyak

dampak yang dapat diakibatkan karena banyaknya cairan dan ion tubuh yang

hilang karena suhu lingkungan yang sangat panas seperti yang diterangkan di

atas.

3.2.4 Injuries and Safety

Tabel 7. Direkomendasikan strategi untuk mengurangi cedera saat

bepergian secara internasional (Sleet, 2012)

MEKANISME PENCEGAHAN STRATEGI

ATAU JENIS

CEDERA

49
MEKANISME PENCEGAHAN STRATEGI

ATAU JENIS

CEDERA

Bus perjalanan Hindari mengendarai penuh sesak, bus kelebihan berat badan,

atau top-berat atau minivan.

Pejalan kaki Jadilah waspada saat melintasi jalan-jalan, terutama di negara di

mana pengendara mengemudi di sisi kiri jalan. Berjalanlah

dengan teman atau seseorang dari negara tuan rumah.

Kekerasan

Khusus negara Departemen Luar Negeri memberikan informasi berguna bagi

keselamatan wisatawan internasional. Bacalah lembar informasi

konsuler, peringatan perjalanan, dan pengumuman publik untuk

negara tertentu risiko keamanan pribadi dan tips keselamatan

( www.travel.state.gov ).

Penyerangan Ketika di negara berpenghasilan rendah atau tinggi-kemiskinan

daerah, menghindari perjalanan pada malam hari di lingkungan

yang asing. Gunakan alkohol, dan tidak melakukan perjalanan

sendirian. Jika dihadapkan, memberikan semua barang

berharga, dan tidak melawan penyerang.

50
Berdasarkan infomasi pengunjung bahwa kewaspadaan yang dilakukan

oleh pengunjung saat menghindari cedera tidak ada perhatian khusus atau tidak

adanya perlengkapan khusus lainya.

3.2.5 Animal-Associated Hazards

a. Arthropoda dan Serangga

Gigitan dan sengatan dari laba-laba dan kalajengking dapat menyakitkan

dan dapat menyebabkan penyakit dan kematian, terutama pada bayi dan anak-

anak. Serangga lainnya dan arthropoda, seperti nyamuk dan kutu, dapat

menularkan penyakit menular. Gigitan dan sengatan dapat terjadi tanpa

kesadaran perjalanan dari gigitan, terutama ketika berkemah atau tinggal di

akomodasi pedesaan (Marano, 2012).

Telah ada kebangkitan baru dalam infestasi bug tempat tidur seluruh

dunia, terutama di negara maju, diduga terkait dengan peningkatan perjalanan

internasional dan resistensi insektisida. Bed bug infestasi telah semakin

dilaporkan dalam hotel. Bed bugs mungkin diangkut dalam bagasi dan pakaian

(Marano, 2012).

Pencegahan

Gigitan serangga dapat dihindari dengan menggunakan penolak dan

insektisida, mengenakan baju lengan panjang dan celana saat hiking pakaian,

tidur di bawah kelambu, dan gemetar dan sepatu sebelum menempatkan

mereka pada. Paparan tidur bug dapat dihindari dengan memeriksa tempat dari

hotel atau lokasi lainnya tidur asing untuk tempat tidur di kasur, mata air

51
kotak, tempat tidur, dan furnitur. Jauhkan koper tertutup ketika mereka tidak

digunakan dan mencoba untuk menjaga mereka dari lantai ketika bepergian

(Marano, 2012).

Pada saat kunjungan tidak adanya pencegahan khusus berkaitan dengan

gigitan serangga seperti menggunakan lotion untuk mencegah serangga.

Didalam tempat wisata terdapat beberapa pohon rindang yang menjadi habitat

serangga khusunya serangga kecil hinggap.

3.2.6 ISPA baru yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap

kesehatan masyarakat

Penyakit menular telah menyebar ke semua penduduk dan wilayah

sepanjang sejarah dan mungkin penyakit menular yang baru muncul akan terus

teridentifikasi. Banyak penyakit menular mempunyai tandon hewan dan dapat

menginfeksi manusia dalam keadaan tertentu. Faktor-faktor berikut ini terbukti

berkaitan dengan kemunculan dan penyebaran penyakit menular :

 perubahan pada demografi dan perilaku manusia

 dampak teknologi baru dan industri

 perkembangan ekonomi dan perubahan dalam penggunaan tanah

 peningkatan perjalanan dan perdagangan internasional

 adaptasi dan perubahan mikroba

 kegagalan program kesehatan masyarakat, dan

 tinggal di lingkungan yang sama dengan hewan atau burung

peliharaan atau liar.

52
Faktor-faktor ini dapat memudahkan penularan agen infeksius dari hewan ke

manusia dan dari manusia ke manusia. Saat penyakit menular baru dikenali, cara

penularannya belum benar-benar dipahami. Penelitian epidemiologi dan

mikrobiologi untuk membantu menentukan cara penularan dan mengidentifikasi

langkah pencegahan dan pengendalian yang mungkin dilakukan dapat

diperpanjang. Karena kurangnya informasi mengenai cara penularan,

Kewaspadaan Transmisi Airborne dan Kontak harus dilakukan sebagai tambahan

bagi Kewaspadaan Standar bila memungkinkan untuk mengurangi risiko

penularan suatu agen yang baru muncul. Tindakan pencegahan ini harus

dilakukan sampai penelitian lebih lanjut mengungkapkan cara penularannya.

Indikasi yang menunjukkan bahwa tindakan pencegahan tambahan diperlukan

mencakup tanda-tanda epidemiologis dan klinis..

Pengawasan ketat atas petugas kesehatan harus terus dilakukan sejak awal

dan selama terjadinya wabah yang disebabkan patogen baru, karena patogen ini

mungkin menjadi sumber informasi penting mengenai cara penularan, baik untuk

penularan di luar rumah sakit maupun penularan yang berkaitan dengan rumah

sakit.

Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan

kesehatan umumnya didasarkan pada jenis pengendalian berikut ini:

a. Reduksi dan Eliminasi

Pasien yang terinfeksi merupakan sumber utama patogen di fasilitas

pelayanan kesehatan dan penyebaran agen infeksius dari sumbernya harus

53
dikurangi/dihilangkan. Contoh pengurangan dan penghilangan adalah

promosi kebersihan pernapasan dan etika batuk (Lampiran C.1.3) dan

tindakan pengobatan agar pasien tidak infeksius.

b. Pengendalian administratif

Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan harus menjamin sumber daya

yang diperlukan untuk pelaksanaan langkah pengendalian infeksi. Ini

meliputi pembangunan prasarana dan kegiatan pencegahan dan pengendalian

infeksi yang berkelanjutan, kebijakan yang jelas mengenai pengenalan dini

ISPA yang dapat menimbulkan kekhawatiran, pelaksanaan langkah

pengendalian infeksi yang sesuai (misalnya, Kewaspadaan Standar untuk

semua pasien), persediaan yang teratur dan pengorganisasian pelayanan

(misalnya, pembuatan sistem klasifikasi dan penempatan pasien). Pimpinan

fasilitas pelayanan kesehatan juga harus melakukan perencanaan staf untuk

mempromosikan rasio pasien-staf yang memadai, memberikan pelatihan

staf, dan mengadakan program kesehatan staf (misalnya, vaksinasi,

profilaksis) untuk meningkatkan kesehatan umum petugas kesehatan.

c. Pengendalian lingkungan dan teknis

Pengendalian ini mencakup metode untuk mengurangi konsentrasi

aerosol pernapasan infeksius (misalnya, droplet nuklei) di udara dan

mengurangi keberadaan permukaan dan benda yang terkontaminasi sesuai

dengan epidemiologi infeksi. Contoh pengendalian teknis primer untuk

aerosol pernapasan infeksius adalah ventilasi lingkungan yang memadai (≥

54
12 ACH) dan pemisahan tempat (>1m) antar pasien. Untuk agen infeksius

yang menular lewat kontak, pembersihan dan disinfeksi permukaan dan

benda yang terkontaminasi merupakan metode pengendalian lingkungan

yang penting.

d. Alat Pelindung Diri (APD)

Semua strategi di atas mengurangi tapi tidak menghilangkan

kemungkinan pajanan terhadap risiko biologis. Karena itu, untuk lebih

mengurangi risiko ini bagi petugas kesehatan dan orang lain yang

berinteraksi dengan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan, APD harus

digunakan bersama dengan strategi di atas dalam situasi tertentu yang

menimbulkan risiko penularan patogen yang lebih besar. Penggunaan APD

harus didefinisikan dengan kebijakan dan prosedur yang secara khusus

ditujukan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi (misalnya,

kewaspadaan isolasi). Efektivitas APD tergantung pada persediaan yang

memadai dan teratur, pelatihan staf yang memadai, membersihkan tangan

secara benar, dan yang lebih penting, perilaku manusianya.Semua jenis

pengendalian di atas sangat saling berkaitan. Semua jenis pengendalian

tersebut harus diselaraskan untuk menciptakan budaya keselamatan kerja

institusi, yang menjadi landasan bagi perilaku yang aman.

Berdasarkan informasi pengunjung bahwa pengunjung jarang membawa

masker atau alat perlindungan terhadap debu dan asap yang ditimbulkan dari

pembakaran dupa. Hampir seluruh bagian atap terdapat debu dan jarang

55
dibersihkan karena memang hampir semua bangunan terdapat atap yang

tinggi dan susah dijangkau sehingga jarang dibersihkan, tentunya hal ini

dapat mengakibatkan berkembangnya patogen yang menyebabkan penyakit

salah satunya adalah ISPA. Namun tidak ada data khusus berkaitan dengan

jumlah kasus ISPA di Sam Poo Kong. Diperkirakan dengan kondisi

lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya dapat mengganggu sistem

pernapasan juga.

3.3 SESUDAH KUNJUNGAN

Pelayanan kedokteran wisata atau travel medicine yang ideal merupakan

suatu kesinambungan sejak sebelum berangkat sampai setelah pulang dari

perjalanan. Penyakit yang berhubungan dengan wisata dilaporkan sebanyak 22%-

64% pada Negara berkembang. Meskipun kebanyakan penyakit tidak berat,

sekitar 8% wisatawan mengalami penyakit serius dan mencari penyedia

pelayanan kesehatan, sedangakn 1 dari 100.000 orang meninggal. Orang-orang

yang mengalami sakit berat umumnya mereka yang mengunjungi kenalan atau

sanak saudara dan tinggal di rumah mereka sehingga risiko terpapar patogen lebih

besar daripada turis biasa. 1

Pada wisatawan yang telah kembali ke daerah asal perlu dilakukan

evaluasi kesehatan yang berisi elemen-elemen antara lain:

1. Keparahan penyakit

2. Rute perjalanan dan waktu perjalanan

56
3. Onset penyakit yang berhubungan dengan perjalanan internasional

4. Riwayat penyakit dahulu dan pengobatan

5. Riwayat konsultasi sebelum perjalanan

o Imunisasi/vaksin

o Kemoprofilaksis malaria

6. Paparan individu

o Jenis akomodasi

o Sumber minuman

o Daging atau makanan laut mentah atau makanan yang tidak

dimasak

o Gigitan serangga atau arthropoda

o Paparan air (seperti berenang dan rafting)

o Paparan cairan tubuh (seperti tattoo, aktivitas seksual)

o Pengobatan selama dalam perjalanan. 1

Kebanyakan wisatawan dapat ditangani di rawat inap kecuali pada penyakit yang

disertai demam yang membutuhkan rawat inap. Pelayanan konsultasi pasca-

perjalanan membutuhkan lebih banyak keahlian dan sumber daya (dokter

spesialis, laboratorium dan penunjang diagnostik lainnya). Hal ini dapat disiasati

dengan membangun kerja sama antara beberapa provider kesehatan, misalnya

rumah sakit, laboratorium 24 jam, dan lain sebagainya. 1

57
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN TENTANG TEMPAT WISATA

Kelenteng Sam Poo Kong adalah kelenteng kombinasi, dimana bukan

hanya penganut agama Buddha, Konghuchu atau keturunan Tionghoa saja yang

boleh datang, tetapi penganut agama lain yang non Tionghoa juga boleh

mengadakan selamatan atau acara lain. Pelayanan kesehatan yang ada di Sam Poo

Kong adalah RSUP Kariadi, Puskesmas Pandanaran, Klinik Mitrakita. Potensi

bahaya yang ada di Sam Poo Kong adalah lantai licin dan tidak ada handrail,

tertimpa lampu gantung, kabel listrik berserakan dan panel box listrik pada tempat

terbuka tanpa penutup, tempat akhir pembakaran dupa di dekat arus listrik,

tertimpa pohon, tidak ada jalur evakuasi dan titik kumpul, tidak ada pagar pada

kolam lilin, tumpukan sampah pada selokan yang berada di dalam tempat wisata,

APAR tidak pada tempatnya, kurang perawatan dan petugas tidak tahu cara

pemakaian, SPAL terbuka, tidak ada penutup selokan untuk daerah pejalan kaki,

perletekan barang bekas tidak pada tempatnya, cuaca panas dan terik.

Persiapan yang dilakukan dilakukan sebelum kunjungan meliputi:

informasi yang aktual dan akurat serta kunsultasi persiapan perjalanan berupa

persiapan kesehatan dengan 3 elemen penting: konsultasi wisatawan, komunikasi

resiko, dan manajemen resiko. Persiapan saat kunjungan berupa motion sickness,

sunburn, problem with heat, injuries and safety, animal associated hazards, dan

ISPA baru yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap kesehatan

masyarakat. Persiapan sesudah kunjungan yaitu dilakukan evaluasi kesehatan

58
yang berisi elemen-elemen antara lain: keparahan penyakit, rute perjalanan dan

waktu perjalanan, onset penyakit yang berhubungan dengan perjalanan

internasional, riwayat penyakit dahulu dan pengobatan, riwayat konsultasi

sebelum perjalanan, dan paparan individu.

4.2 SARAN UNTUK TEMPAT WISATA

1. Penanganan hazard yang ada di Sam Poo Kong sesegera mungkin untuk

menghindari kejadian ataupun kecelakaan yang tidak diinginkan.

2. Perlu ada klinik untuk pemeriksaan kesehatan terutama untuk wisatawn

asing dan wisatawan domistik yang berisiko untuk mencegah penularan

penyakit jika ada.

3. Kebersihan di dalam Sam Poo Kong perlu ditingkatkan karena ada

beberapa tempat yang masih terlihat sampah berserakan.

4. Diperlukan tenda untuk tempat berteduh atau penyewaan payung.

5. Toilet umum perlu disediakan sabun dan tissue toilet.

59

Anda mungkin juga menyukai