Disusun Oleh
HELMINA 11S10015
NURFITRILIANI 11S10022
1
2
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala piji bagi Allah SWT, tuhan sekalian alam yang telah
memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita sekalian dan juga memberi
kesehatan, khususnya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan PKL Gizi Masyarakat ini dengan baik.
Amin.
Tim penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2. Tujuan Kegiatan Praktek .......................................................................... 3
1.2.1. Tujuan Umum ....................................................................................... 3
1.2.2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 3
1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL...................................................... 3
BAB II. IDENTIFIKASI MASALAH GIZI
2.1. Gambaran Lokasi Praktek ....................................................................... 4
2.1.1. Gambaran Umum Kalimantan Selatan ................................................. 4
2.1.2. Gambaran Umum Kabupaten Banjar .................................................... 6
2.1.3. Gambaran Umum Kecamatan Karang Intan ......................................... 7
2.1.4. Gambaran Umum Puskesmas Karang Intan ......................................... 8
2.1.5.Gambaran Umum Desa Sungai Besar ................................................... 11
2.2. Daftar Masalah Gizi Masyarakat .............................................................. 13
2.2.1. Balita..................................................................................................... 14
2.2.2. Ibu Hamil .............................................................................................. 18
2.2.3. Lansia ................................................................................................... 22
BAB III. PRIORITAS MASALAH GIZI
3.1. Penentuan Prioritas Masalah Gizi di Desa Sungai Besar Tahun 2014 27
3.2. Prioritas Masalah I (Balita Status Gizi Kurang/BGM) ............................... 29
3.3. Prioritas Masalah II (Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik) ...................... 30
3.4. Prioritas Masalah III (Hipertensi pada Lansia) .......................................... 31
5
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan PKL Gizi Masyarakat ini adalah menyediakan
pengalaman keprofesian yang nyata dan tersupervisi sesuai standar kompetensi
dengan mengaplikasikan pembelajaran teoritis, menyesuaikan praktek yang ideal
dengan situasi dan kondisi yang ada dan berinteraksi sebagai seorang
profesional dengan profesional yang lain.
16
17
W E
Tpl1.shp
K hyr1.shp
Alh alh.shp
Jb br.shp
Gbt.shp
Kr int1.shp
S alg.shp
S tbk.shp
S lulut1.shp
Lb.shp
Sp.shp
Se2.shp
Pgrn.shp
Smb mmk.shp
Prms.shp
B sln.shp
Arn2.shp
Mtp1.shp
Ski.shp
Ast.shp
0 40 80 120 Kilometers S rgs.shp
Psy1.shp
D pgr.shp
a. Gambaran Umum
Batas wilayah Kab. Banjar yaitu Sebelah Utara berbatasan dengan Kab.
Tapin, Sebelah Timur, berbatasan dengan Kab. Tanah Bumbu, Sebelah Selatan
Berbatasan dengan Kota Banjarbaru dan Kab. Tanah Laut, dan Sebelah Barat
Berbatasan dengan Kab. Batola dan Kota Banjarmasin.
b. Geografi
Luas Wilayah kabupaten banjar sebesar 4668,50 KM. Kondisi Tahun 2014
terdiri dari, jumlah Kecamatan 20 Kecamatan, jumlah Kelurahan 13 Kelurahan,
dan jumlah Desa 277 Desa.
c. Demografi
Jumlah Penduduk di kabupaten Banjar tahun 2014 sebesar 541.221 Jiwa
(Proyeksi), yang terdiri Jumlah Bayi 11.650 Jiwa (2,1% x jumlah Penduduk),
jumlah Balita 43.326 Jiwa (11% x jumlah Penduduk), jumlah Bumil 12.815 Jiwa
(1,1% x jumlah Bayi), Jumlah Bulin 11.650 Jiwa (1,05% x jumlah Bayi), jumlah
Remaja 110.949 jiwa (20% x jumlah Penduduk), dan Jumlah Usila 47.153 Jiwa
(8,5% x jumlah Penduduk).
d. Sarana
Sarana dan kesehatan yang ada di kabupaten banjar yaitu berjumlah
Rumah Sakit 4 buah, jumlah Puskesmas 23 buah, jumlah Puskesmas Pembantu
74 buah, jumlah Pondok Bersalin Desa/Pos Kesehatan Desa 217 buah, jumlah
Pos Kesehatan Pesantren 22 buah dan jumlah Pos Pelayanan Terpadu 493
buah.
2.1.3. Gambaran Umum Kecamatan Karang Intan
Kecamatan Karang Intan mempunyai luas 215,85 km2, berpenduduk 33673
jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 16972 jiwa dan perempuan sebanyak
16701 jiwa, jumlah Kepala Keluarga sebanyak 10598. Kecamatan Karang Intan
memiliki sebesar di 26 desa yang lokasi desanya berdekatan dan prasarana
jalan kedesa-desa sangat lancar. Kecamatan Karang Intan mempunyai 2 wilayah
kerja puskesmas yaitu puskesmas karang intan dan puskesmas sungai alang.
(Pemerintah Kab. Banjar, 2008)
20
4 DIV Kesling 1
5 DIII Kebidanan 1
6 DIII Keperawatan 5
7 DIII Analis 1
8 DIII Farmasi (Asisten Apoteker) 1
9 SPPH 2
10 Tenaga Laboratorium (SMAK) 1
11 Perawat Kesehatan (SPK) 2
12 Pembantu Ahli Gizi (SPAG) 1
13 SPRG 1
14 SPK 2
15 Pekarya Kesehatan (SMA+) 1
II Puskesmas Pembantu :
1 DIII Keperawatan / PTT 2
IV Honorer / TKS :
1 S1 Kesehatan Masyarakat 1
2 DIII Keperawatan 1
3 DIII Kebidanan 4
4 DIII Perawat Gigi 2
5 DIII Analis 1
6 Cleaning Service 1
7 Jaga Malam 1
Jumlah 50 1
Sumber : Puskesmas Karang Intan 2013
Adapun jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Karang Intan
Kecamatan Karang Intan adalah sebagai berikut :
22
Tabel 2.2. Demografi Penduduk Sungai Besar Kecamatan Karang Intan Juni 2014
NO Data Desa Jumlah
1 Laki –laki 367
2 Perempuan 368
3 Jumlah KK 364
4 Jumlah RT 3
5 Jumlah RW 1
6 Jumlah Rumah 194
7 Jumlah Bidan 1
JUMLAH 1298
Sumber : Laporan Perkembangan Penduduk Kecamatan Karang Intan 2014
Tabel 2.3. Rekapitulasi Data Jumlah Penduduk Kecamatan Karang Intan Juni 2014
NO Jenis Data Jumlah Penduduk
1 Laki – laki 16972
2 Perempuan 16701
3 Jumlah KK 10598
4 Wajib KTP 16666
5 Jumlah Rumah 8738
JUMLAH 69678
Sumber : Laporan Perkembangan Penduduk Kecamatan Karang Intan 2014
Tabel 2.4. Rincian Data Penduduk Yang Lahir Kecamatan Karang Intan Juni 2014
NO Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)
1 Laki-laki 19
2 Perempuan 14
JUMLAH 33
Sumber : Laporan Perkembangan Penduduk Kecamatan Karang Intan 2014
Tabel 2.5. Rincian Data Penduduk Yang Mati Kecamatan Karang Intan Juni 2014
NO Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)
1 Laki-laki 8
2 Perempuan 8
JUMLAH 16
Sumber : Laporan Perkembangan Penduduk Kecamatan Karang Intan 2014
Tabel 2.6. Data Jumlah Penduduk dan Sasaran Gizi Puskesmas Karang Intan Tahun
2014
Desa Sungai Besar
Jumlah penduduk 753
Jenis Kelamin:
Laki-laki 370
Perempuan 383
Bayi 16
Balita 59
Remaja 151
Bumil 17
Bufas 16
Usila 64
Sumber : Puskesmas Karang Intan 2013
23
Dari hasil observasi lapangan yang telah dilakukan ditemukan kasus balita
BGM, ibu hamil kekurangan energi kronis serta kasus hipertensi pada lansia.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut:
Tabel 2.8. Daftar Masalah gizi yang Di Dapat Di Desa Sungai Besar
No Indikator Masalah Target 2013 Realisasi
1 Balita BGM <5% 20%
2 Bumil KEK - 100%
3 Hipertensi pada Lansia - 55 %
Keterangan hasil survei 20 responden untuk balita yang mengalami BGM
sebanyak 4 orang atau 20%. Bumil di Desa Sunagi Besar yang mengalami KEK
sebanyak 6 orang atau 100%, 20 responden untuk lansia yang mengalami
hipertensi sebanyak 11 orang atau 55%.
2.2.1. Balita
a. Status Gizi Balita
Status Gizi menurut Khomsan (2010) adalah keadaan gizi anak yang
sesuai dengan standar acuan status gizi balita adalah berat badan menurut umur
(BB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan tinggi badan menurut
umur (TB/U). Jika seseorang makan makanan yang tidak mencukupi kebutuhan
zat gizi dalam waktu lama maka orang tersebut akan mengalami kekurangan zat
gizi.
Tabel 2.9. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita (BB/U) di Desa Sungai
Besar 2014
BB/U (Berat Badan Menurut Umur)
Status Gizi
N %
Lebih - -
Baik 8 40
Kurang 8 40
Buruk 4 20
Jumlah 20 100%
Pada tabel 2.9. tersebut diketahui berdasarkan survei yang telah dilakukan
dengan perhitungan Berat Badan Menurut Umur (BB/U) dengan rumus sebagai
berikut:
))
.
Keterangan:
SD = Standar Deviasi
Berdasarkan perhitungan diatas terdapat 20 sampel balita yang memiliki
status gizi kurang (-3SD s/d -2SD) sebanyak 8 orang atau 40%, status gizi baik (-
27
2SD s/d 2 SD) sebanyak 8 otang atau 40% dan status gizi buruk (<-3SD)
sebanyak 4 orang atau 20%.
b. Keluarga Balita
Tabel 2.10. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di Desa Sungai
Besar 2014
Responden
Jenis Kelamin Balita
N %
Laki – laki 8 40
Perempuan 12 60
Jumlah 20 100
Dari tabel 2.10. dapat diketahui bahwa dari 20 sampel balita terdapat
sebanyak 60% jenis kelamin perempuan dan 40% dengan jenis kelamin laki–laki.
Tabel 2.11. Distribusi Responden Bedasarkan Tingkat Pendidikan Ibu di Desa Sungai
Besar 2014
Responden
Pendidikan Ibu
N %
Tidak tamat SD 3 15
SD 6 30
Tidak Tamat SLTP 1 5
SLTP 4 20
SLTA 5 25
Perguruan Tinggi 1 5
Jumlah 20 100
Dari tabel 2.11. dapat diketahui bahwa ibu yang berpendidikan SD
sebanyak 6 orang (30%), SLTA sebanyak 5 orang (25%), SLTP sebanyak 5
orang (20%), yang tidak tamat pendidikan dasar sebanyak 3 orang (15%), tidak
tamat pendidikan SLTP sebanyak 1 orang (5%), dan perguruan tinggi sebanyak
1 orang (5%). Tingkat pendidikan rendah ini akan menjadi penghambat terhadap
penyampaian informasi kesehatan khususnya gizi maupun perkembangan
informasi kesehatan. Padahal dalam hal ini ibu sangat berpengaruh terhadap
peningkatan keluarganya.
Tabel 2.12. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Keluarga per bulan
per kapita di Desa Sungai Besar 2014
Tingkat Pendapatan Keluarga Responden
/bulan /kapita N %
≤ Rp 72.780,00 0 0
>Rp 72.780,00 20 100
Jumlah 20 100
Tingkat pendapatan per kapita adalah jumlah pendapatan tetap dan
sampingan dari kepala keluarga, ibu dan anggota keluarga lain dalam 1 bulan
dibagi jumlah seluruh anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah per kapita
28
per bulan. Guna keperluan analisis, tingkat pendapatan per kapita dibagi dalam 2
kategori yaitu miskin (jika pendapatan/kapita/bulan ≤Rp 72.780,00) dan tidak
miskin (jika pendapatan/kapita/bulan >Rp 72.780,00). Dari tabel di atas diketahui
sebagian besar keluarga responden mempunyai tingkat pendapatan rata–rata
lebih dari Rp. 72.780,00 sebanyak 100%. Pendapatan tersebut sebagian besar
didapatkan dari mata pencaharian masyarakat setempat yaitu menyadap karet.
Tabel 2.13. Distribusi Responden Bedasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu Balita di
Desa Sungai Besar 2014
Tingkat Pengetahuan Responden
Gizi Ibu N %
Baik (>9) 4 20
Kurang (≤9) 16 80
Jumlah 20 100
Tingkat pengetahuan gizi ibu merupakan tingkat pengetahuan ibu
mengenai makanan yang bergizi dan sumber bahan makanan. Dari tabel 2.13.
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu balita mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik (jika jumlah skor nilai benar >9) sebanyak 4 orang
dengan persentasi 20% dan mempunyai pengetahuan yang kurang (jika jumlah
skor benar ≤9) sebanyak 16 orang dengan persentasi 80%. Tingkat pengetahuan
ibu tentang gizi adalah jumlah skor kemampuan responden menjawab
pertanyaan dari koesioner dengan benar tenang gizi yang meliputi pentingnya
penimbangan balita, pentingnya ASI, dan pedoman pemberian makanan pada
balita yang tersusun dalam 11 pertanyaan. Setiap jawaban responden diberi
skor. Jika jawaban responden benar nilainya 1, sedangkan jika jawaban salah
nilainya 0. (Sitti Asyirah, FKM UI, 2012)
Tabel 2.14. Distribusi Responden Bedasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Sungai
Besar 2014
Jumlah Anggota Keluarga Responden
N %
Sedikit (anggota keluarga <6) 20 100
Banyak(anggota keluarga ≥6) - -
Jumlah 20 100
Dari tabel 2.14. dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu balita
mempunyai jumlah anggota keluarga yang sedikit, yaitu anggota keluarganya <6
orang sebanyak 20 orang dengan persentasi 100%.
29
Tabel 2.18. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Kejadian ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan bagian Atas) di Desa Sungai Besar 2014
Riwayat kejadian ISPA Responden
(Infeksi Saluran Pernapasan
N %
bagian Atas)
Ya - -
Tidak 20 100
Jumlah 20 100
Dari tabel 2.18. diketahui untuk Riwayat kejadian ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan bagian Atas) sebanyak 20 orang atau 100% tidak terkena ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan bagian Atas).
Tabel 2.19. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Diare di Desa Sungai Besar
2014
Responden
Riwayat Diare
N %
Ya - -
Tidak 20 100
Jumlah 20 100
Dari tabel 2.19. diketahui untuk Riwayat Diare sebanyak 20 orang atau
100% tidak terkena diare.
Tabel 2.21. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu Hamil di Desa Sungai Besar
Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Umur
N %
Risiko tinggi (<20 th dan >35 th) 2 33,4
Risiko rendah (20-35 th) 4 66,6
Jumlah 6 100
Dari tabel 2.21. dapat diambil kesimpulan responden yang risiko rendah
(bila 20-35 thn) sebanyak 4 orang atau 66,6% dan yang risiko tinggi (bila <20 thn
dan >35 thn) sebanyak 2 orang atau 33,4%.
Tabel 2.22. Distribusi Responden Berdasarkan Paritas Ibu Hamil di Desa Sungai Besar
Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Paritas
N %
Risiko tinggi (≥4 kali) 2 33,4
Risiko rendah (<4 kali) 4 66,6
Jumlah 6 100
Dari tabel 2.22. dapat diambil kesimpulan responden yang risiko rendah
(bila <4 kali) sebanyak 4 orang atau 66,6% dan yang risiko tinggi (bila ≥4 kali)
sebanyak 2 orang atau 33,4%.
Tabel 2.23. Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Status Gizi di Desa Sungai Besar
Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Status Gizi
N %
Gemuk (IMT >25) - -
Normal (IMT 18,5 - 24,9) 5 83,3
Kurus (IMT <18,5) 1 16,7
Jumlah 6 100
Dari tabel 2.23. diketahui ada 6 sampel yang diambil di Desa Sungai Besar
dimana kebanyakan ibu hamil diketahui status gizinya normal (IMT 18,5-24,9)
sebanyak 5 orang atau 83,3% dan lebih (>25,0) sebanyak 1 orang atau 16,7%.
Tabel 2.24. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Berdasarkan LILA Ibu Hamil
di Desa Sungai Besar Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Status Gizi
N %
Kurang (<23,5 cm) - -
Normal (≥23,5 cm) 6 100
Jumlah 6 100
Tabel 2.25. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi ANC Ibu Hamil di Desa
Sungai Besar Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Frekuensi ANC
N %
Kurang 4 66,6
Cukup 2 33,4
Jumlah 6 100
Dari tabel 2.25. dapat diambil kesimpulan responden yang memeriksakan
kehamilannya kurang dari 4 kali selama kehamilan sebanyak 4 orang atau 66,6%
dan yang memeriksakan kehamilannya lebih dari 4 kali yaitu trimester pertama
sebanyak 1 kali, trimester kedua sebanyak 1 kali dan trimester ketiga sebanyak 2
kali sebanyak 2 orang atau 33,4%.
Tabel 2.26. Pemeriksaan Kehamilan yang Baik
Pemeriksaan Trimester I Trimester II Trimester III
kehamilan
Dua kali
Satu kali Satu kali kunjungan
kunjungan kunjungan (antara minggu
Pemeriksaan
(sebelum 14 (antara minggu 14 28 – 36 dan
minggu) – 28) sesudah minggu
ke 36)
Adapun pemeriksaan kehamilan yang baik minimal empat kali, satu kali
pada trimester pertama sebelum 14 minggu, satu kali pada trimester kedua
antara minggu 14-28 dan dua kali pada trimester ketiga antara minggu 28-38 dan
sesudah minggu ke 36.
Tabel 2.27. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Hamil di Desa Sungai
Besar Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Pengetahuan ibu
N %
Kurang pengetahuannya 2 33,4
Cukup pengetahuannya 4 66,6
Jumlah 6 100
Dari tabel 2.27. dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang
pengetahuannya cukup (bila jawaban benar responden < 75%) sebanyak 4
orang atau 66,6% dan pengetahuannya kurang (bila jawaban benar responden ≥
75%) sebanyak 2 orang atau 33,4%.
Tabel 2.28. Distribusi Responden Berdasarkan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Ibu Hamil
di Desa Sungai Besar Kecamatan Karang Intan 2014
Kebiasaan Konsumsi Tablet Responden
Besi N %
Kurang (fe <90 tablet) - -
Cukup (fe ≥90 tablet) 6 100
Jumlah 6 100
33
Dari tabel 2.28. dapat diambil kesimpulan responden yang cukup (bila ibu
hamil mengkonsumsi tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan) sebanyak
6 orang atau 100%. Selain itu juga ibu hamil di Desa Sungai Besar
mengkonsumsi 10 tablet tambah darah seperti Sangobion dan Hemafort yang
diperoleh dari bidan, dikarenakan ibu hamil yang tidak tahan mengkonsumsi
tablet besi dari pemerintah karena kadar besi yang tinggi.
Tabel 2.29. Distribusi Responden Berdasarkan Berdasarkan Konsumsi Energi di Desa
Sungai Besar 2014
Responden
Tingkat Konsumsi Energi
N %
Baik (>100% AKG) - 0
Sedang (80-99% AKG) - 0
Kurang (70-79% AKG) - 0
Defisit (<70% AKG) 6 100
Jumlah 6 100
Tingkat konsumsi energi adalah jumlah rata-rata konsumsi energi yang
diperoleh melalui recall 24 jam selama 3 hari secara tidak berurutan
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizinya (energi) berdasarkan Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 yang dihitung secara manual dan
dinyatakan dalam %. Dari tabel 2.29. diketahui tingkat konsumsi energi ibu hamil
dengan tingkat konsumsi Defisit (<70% AKG) sebanyak 6 orang atau 100%.
Tabel 2.30. Distribusi Responden Berdasarkan Berdasarkan Konsumsi Protein di Desa
Sungai Besar 2014
Responden
Tingkat Konsumsi Protein
N %
Baik (>100% AKG) - 0
Sedang (80-99% AKG) - 0
Kurang (70-79% AKG) - 0
Defisit (<70% AKG) 6 100
Jumlah 6 100
Tingkat konsumsi protein adalah jumlah rata-rata konsumsi protein yang
diperoleh melalui recall 24 jam selama 3 hari secara tidak berurutan
dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizinya (energi) berdasarkan Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 yang dihitung secara manual dan
dinyatakan dalam %. Dari tabel 2.30. diketahui tingkat konsumsi protein ibu hamil
dengan tingkat konsumsi defisit (<70% AKG) sebanyak 6 orang atau 100%.
34
2.2.3. Lansia
a. Status Gizi Lansia
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan kondisi makanan,
penyerapan dan penggunaan makanan dalam tubuh (Suhardjo, 1987). Jika
seseorang makan makanan yang tidak mencukupi kebutuhan zat gizi dalam
waktu lama maka orang tersebut akan mengalami kekurangan zat gizi.
Tabel 2.31. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Lansia di Desa Sungai Besar
Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Umur
N %
Lansia (60-74 tahun) 16 80%
Lansia Tua (75-90 tahun) 3 15%
Lansia Sangat Tua (90 tahun) 1 5%
Jumlah 20 100%
Dari tabel 2.31. diketahui ada 20 responden yang didata di Desa Sungai
Besar dengan katagori lansia (60-74 tahun) sebanyak 16 orang atau 80%, lansia
tua (75-90 tahun) sebanyak 3 orang atau 15% dan lansia sangat tua (>90 tahun)
sebanyak 1 orang atau 5%.
Tabel 2.32. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Lansia di Desa Sungai
Besar Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Jenis Kelamin
N %
Laki-laki 3 15%
Wanita 17 85%
Jumlah 20 100%
Dari tabel 2.32. diketahui bahwa lansia yang berjenis kelamin wanita
sebesar 17 orang atau 85%, dan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 3
orang atau 15%.
Tabel 2.33. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Lansia di Desa
Sungai Besar Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Tingkat Pendidikan
N %
Rendah 20 100%
Menengah - -
Jumlah 20 100%
Dari tabel 2.33. dapat diketahui bahwa seluruh pendidikan yang dimiliki
lansia atau keluarga lansia tergolong rendah (≤ SMP) sebanyak 20 orang atau
100%.
35
Tabel 2.38. Distribusi Responden Berdasarkan Gangguan Suasana Hati Lansia di Desa
Sungai Besar Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Gangguan Suasana Hati
N %
Tidak Terganggu 18 90%
Terganggu 2 10%
Jumlah 20 100%
Dari tabel 2.38. dapat disimpulkan lansia di Desa Sungai Besar yang tidak
terganggu suasana hati sebanyak 18 orang atau 90% dan yang terganggu
suasana hati (skor ≤3 dengan manifestasi) pertanyaan 1, 3, 5, 8 sebanyak 2
orang atau 10%.
Tabel 2.39. Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok Lansia di Desa
Sungai Besar Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Kebiasaan Merokok
N %
Tidak Merokok 17 85%
Merokok 3 15%
Jumlah 20 100%
Dari tabel 2.39. dapat disimpulkan lansia di Desa Sungai Besar yang tidak
merokok sebanyak 17 orang atau 85% dan yang merokok sebanyak 3 orang
atau 15%.
Tabel 2.40. Distribusi Responden Bedasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Lansia atau
Keluarga Lansia di Desa Sungai Besar Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Tingkat Pengetahuan
N %
Baik (skor >80% total
jawaban benar dari 10 8 40%
pertanyaan)
Sedang (skor 60-80% total
jawaban benar dari 10 10 50%
pertanyaan)
Kurang (skor <60% total
jawaban benar dari 10 2 10%
pertanyaan)
Jumlah 20 100%
Tingkat pengetahuan gizi lansia atau keluarga lansia adalah suatu
pengetahuan mengenai makanan yang bergizi dan cara pengolahan makanan.
Dari tabel 2.40. dapat disimpulkan bahwa sebagian lansia atau keluarga lansia
mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang sebanyak 10 orang (50%), baik
sebanyak 8 orang (40%) dan kurang sebanyak 2 orang (10%). Hal ini sangat
mempengaruhi dalam hal menyediakan makanan yang bergizi dan seimbang.
Hal ini di karenakan kurangnya pendidikan, wilayah terpencil, dan
kurangnya informasi sehingga tingkat pengetahuan gizi lansia di Desa Sungai
Besar masih sedang.
37
Tabel 2.41. Distribusi Responden Bedasarkan Status Gizi Lansia (IMT) di Desa Sungai
Besar Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Status Gizi Lansia
N %
Lebih 2 10
Normal 11 55
Kurang 7 35
Jumlah 20 100
Dari tabel 2.41. diketahui dari 20 sampel yang diambil di Desa Sungai
Besar ada sebanyak 11 orang atau sebanyak 55% lansia yang status gizinya
normal (18,5-25), status gizi kurang (<18,5) sebanyak 7 orang dengan persentasi
35% dan status gizi lebih (>25) sebanyak 2 orang dengan persentasi 10%.
Tabel 2.42. Distribusi Responden Bedasarkan Aktifitas Fisik di Desa Sungai Besar
Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Aktifitas Fisik
N %
Tinggi - -
Sedang 5 25
Rendah 15 75
Jumlah 20 100
Dari tabel 2.42. diketahui dari 20 sampel yang diambil di Desa Sungai
Besar dengan aktifitas fisik rendah (<1398 kkal) sebanyak 15 orang atau 75%,
sedang (1398-2316 kkal) sebanyak 5 orang atau 25%.
Tabel 2.43. Distribusi Responden Bedasarkan Riwayat Sakit di Desa Sungai Besar
Kecamatan Karang Intan 2014
Responden
Riwayat Sakit
N %
Tidak Punya 2 10
Punya 18 90
Jumlah 20 100
Dari tabel 2.43. diketahui dari 20 sampel yang diambil di Desa Sungai
Besar yang mempunyai riwayat sakit sebanyak 18 orang atau 90% dan yang
tidak mempunyai riwayat sakit sebanyak 2 orang atau 10%.
Tabel 2.44. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Energi di Desa Sungai
Besar 2014
Responden
Tingkat Konsumsi Energi
N %
Kurang (<80 % AKG) 12 60
Cukup (≥80% AKG ) 8 40
Jumlah 20 100
Dari tabel 2.44. diketahui tingkat konsumsi energi lansia dengan tingkat
konsumsi yang kurang sebanyak 12 orang atau 60%, untuk tingkat konsumsi
cukup sebanyak 8 orang atau 40%.
38
39
40
baik mengakibatkan
timbulnya penyakit
Hipertensi dan status
gizi kurang pada lansia
di Desa Sungai Besar
Tahun 2014, dengan 20
responden didapat 11
orang yang mengalami
hipertensi yaitu 55%
Metode yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas masalah salah
satunya adalah dengan menggunakan metode Bryant berdasarkan kriteria
Prevalence atau besar masalah yaitu jumlah atau kelompok masyarakat yang
terkena masalah. Seriousness pengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu
masalah dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan, dan
angka kematian, akibat masalah kesehatan tersebut. Managebility yaitu
kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya. Community
concern yaitu sikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah kesehatan
tersebut.
Kriteria prioritas pemecahan masalah menurut metode Bryant adalah :
a. Besarnya Masalah (Prevalence)
Makin besar masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya. Skor
penilaian yang diberikan mulai dari 1 sampai dengan 5, dimana semakin tinggi
skor, maka besarnya masalah semakin besar.
1. Menyatakan kurang sekali gawat
2. Menyatakan kurang gawat
3. Menyatakan cukup gawat
4. Menyatakan gawat
5. Menyatakan sangat gawat
b. Pengaruh buruk (Seriousness)
Merupakan besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh masalah tersebut
yang dapat berupa kerugian. Skor penilaian yang diberikan mulai dari 1 sampai
dengan 5, dimana semakin tinggi skor maka derajat keparahan masalah semakin
besar.
1. Menyatakan kurang sekali mendesak
2. Menyatakan kurang mendesak
41
Kurangnya Kurangnya
dukungan penyuluhan
keluarga
Lingkungan
Pendidikan yang sosial yang tidak
rendah mendukung
Ket :
: yang dapat diintervensi
: yang tidak dapat diintervensi
44
45
Rendahnya konsumsi
Rendahnya pemahaman ibu, keluarga bumil terhadap makanan
dan masyarakat tentang pentingnya yang bergizi dan
kebutuhan gizi pada ibu hamil seimbang
Ket :
: Dapat diintervensi
: Tidak dapat diintervensi
Feasibility 5 5 3
(sangat dapat (sangat dapat (kuranng dapat
dijalankan) karena dijalankan), karena dijalankan), karena
dapat berkomunikasi dapat langsung ini termasuk
langsung dengan ibu- ditentukan waktu dan program
ibu hamil tempatnya dan tidak puskesmas dan
perlu mengeluarkan waktu
banyak biaya pemantauannya
cukup lama
Efektif 5 4 4
(sangat efektif), karena (efekrif), karena (efektif) karena
ini termasuk cara yang dapat diterima oleh pemberian PMT
lebih cepat untuk kalangan ibu hamil dapat memberikan
merubah perilaku, sikap untuk mengetahui contoh langsung
dan pengetahuan ibu tumbuh kembang kepada ibu hamil
hamil agar janinya bagaimana bentuk
mementingkan makanan yang
pertumbuhan janinnya bergizi dan sehat
yg dapat diberikan
langsung kepada
ibu hamil berupa
biskuit ibu hamil
dan susu formula
49
Sustainabilit 5 5 3
(Sangat berkelanjutan), (sangat (kurang
karena bisa merubah berkelanjutan), berkelanjutan)
langsung pengetahuan karena ini bisa di karena diberikan
ibu hamil dan pantau setiap bulan satu bulan sekali
informasinya bisa diberikan secara
disebarluaskan ke ibu- berkala (bisa 1
ibu hamil lainya bulan sekali)
mengingat
persediaan barang
dan biaya yang
terbatas
TOTAL 20 18 15
PRIORITAS I II III
Dari tabel 4.3. dapat diambil prioritas nilai tertinggi dari seleksi intervensi
rendahnya pengetahuan dan kesadaran ibu hamil tentang pola makan yang
bergizi diwilayah Desa Sungai Besar seleksi intervensi yaitu: Memberikan
penyuluhan mengenai pengetahuan tentang pentingnya pengetahuan gizi karena
program ini dapat mudah dijalankan dan tidak memerlukan biaya yang cukup
mahal dan hasilnya bisa mencapai target yang sudah ada ditetapkan serta
efektif, sehingga sebagian besar ibu hamil mendapatkan gizi yang baik kelak
nantinya tidak ada lagi ibu hamil yang keguguran, berat badan lahir rendah
(BBLR), kekurangan energi kronis (KEK) dan sadar akan pentingnya datang
keposyandu guna memeriksakan kehamilannya.
Tabel 4.4. Intervensi Gizi Pada Ibu Hamil
Program Kerja Kegiatan Target Indikator
Pendidikan dan Memberikan 100% semua kader Meningkatnya
pelatihan untuk pendidikan dan pusyandu pengetahuan
meningkatkan pelatihan kader mendapatkan dan
kemampuan kader pelatihan kemapuan
kader
4.3. LANSIA
4.3.1. Penentuan Problem Tree
Ket :
: Dapat diintervensi
: Tidak dapat diintervensi
Dari tabel 4.5. dapat diambil prioritas nilai tertinggi dari seleksi intervensi
yaitu banyak terdapatnya status gizi lansia yang mengalami gizi kurang dan pola
makan yang salah seleksi intervensi 1:
Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan pola makan dan
upaya kesehatan yang telah dilakukan. Ini sangat relevan dilakukan disore hari
karena mayoritas penduduk adalah petani dan sebagian tidak bekerja. Sangat
mudah dijalankan karena dapat langsung berkomunikasi dengan lansia atau
dengan yang mewakilinya. Sangat efektif karena cara ini yang lebih cepat untuk
merubah perilaku, sikap, dan pengetahuan lansia. Sangat berkelanjutan karena
bisa merubah lansung pengetahuan untuk gizi lansia.
Tabel 4.6 Intervensi Gizi Pada Lansia
Program Kerja Kegiatan Target Indikator
53
54
Kurang = <60%
Dari tabel 5.3. dapat dilihat mengenai pengetahuan ibu setelah diintervensi
dan diberikan pre test post test dan penyuluhan tentang Gizi bagi Balita yang
mencakupi makanan yang bergizi untuk balita, sebelum diberikan penyuluhan
tingkat pengetahuan masih kurang yaitu sebesar 67,1%, dengan adanya
penyuluhan ini diharapkan ibu bisa memberikan makanan yang bergizi bagi
balitanya.
k. Evaluasi
Pengetahuan masyarakat akan gizi yang baik, dengan kriteria sebagai
berikut:
Baik = > 80%
Sedang = 60-80%
Kurang = < 60%
Tabel 5.4 Distribusi Responden Bedasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Lansia/
Keluarga Lansia Sebelum Penyuluhan
Tingkat Pengetahuan Gizi Responden
Lansia/ Keluarga Lansia n %
Baik 0 0
Sedang 5 25
Kurang 15 75
Total 20 100
Tingkat pengetahuan gizi lansia/ keluarga lansia adalah sesuatu yang
diketahui dan diingat oleh seseorang mengenai makanan yang bergizi dan cara
pengolahan makanan. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar lansia/keluarga lansia mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang
dengan persentase 25% dan kurang dengan persentase 75%, sedangkan tingkat
pengetahuan yang baik tidak ada. Hal ini dikarenakan responden belum
mendapatkan penyuluhan. Dan sangat mempengaruhi dalam hal menyediakan
makanan yang bergizi dan seimbang.
Tabel 5.5 Distribusi Responden Bedasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Lansia/
Keluarga Lansia Sesudah Penyuluhan
Tingkat Pengetahuan Gizi Responden
Lansia/ Keluarga Lansia n %
Baik 15 75
Sedang 5 25
Kurang 0 0
Total 20 100
Tingkat pengetahuan gizi lansia/ keluarga lansia adalah sesuatu yang
diketahui dan diingat oleh seseorang mengenai makanan yang bergizi dan cara
pengolahan makanan. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar lansia/ keluarga lansia mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dengan
persentase 75% dan sedang dengan persentase 25% . Hal ini dikarenakan
responden sudah mendapatkan penyuluhan.
58
lansia ini rata-rata ditanggapi dengan positif terhadap apa yang disampaikan oleh
mahasiswa.
c. Evaluasi Output
Pada evaluasi output kegiatan penyuluhan gizi yang menjadi indikatornya
adalah meningkatkan pengetahuan lansia/ keluarga lansia akan pentingnya
pemberian menu seimbang bagi makanan lansia dengan pola makan yang
benar. Pengetahuan gizi sebagian besar masyarakat setelah mendapat
penyuluhan sudah termasuk kategori baik sesuai target.
j. Biaya
Biaya pelaksanaan berasal dari mahasiswa jurusan Prodi S1 Gizi STIKES
Husada Borneo Banjarbaru
k. Evaluasi
Pengetahuan masyarakat akan gizi yang Seimbang, dengan kriteria sebagai
berikut:
Baik = > 80%
Sedang = 60-80%
Kurang = < 60%
Tabel 5.7. Intervensi Gizi Pada Ibu Hamil
Program Kerja Kegiatan Target Indikator
Pendidikan dan Memberikan 100% semua kader Meningkatnya
pelatihan untuk pendidikan dan pusyandu pengetahuan
meningkatkan pelatihan kader mendapatkan dan
kemampuan kader pelatihan kemapuan
kader
dan gejala anemia dan makanan yang bergizi seimbang saat hamil dan
kesehatan untuk janinnya, dengan diadakannya penyuluhan ini diharapkan ibu
hamil bisa melakukan atau menerapkan kebiasaan ini dihari-hari mendatang.
5.3.3. Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan
a. Evaluasi Input
Penyuluhan pengetahuan gizi dan kesehatan janin, dilaksanakan oleh
Mahasiswa PKL Jurusan Gizi Stikes Husada Borneo Banjarbaru selama 4 hari
dan kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kesadaran ibu hamil akan
pentingnya hidup sehat pada saat hamil maupun pada saat tidak hamil.
Adapun sasaran dari penyuluhan adalah ibu hamil yang termasuk sampel
dalam penelitian. Materi yang disampaikan meliputi anemia, Makan makanan
yang bergizi seimbang, memeriksa kesehatan secara teratur.
Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab dengan
menggunakan media leaflet dan Kuisioner. Adapun dana yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah berasal Mahasiswa PKL Gizi STIKES Husada Borneo
Banjarbaru.
a. Evaluasi Proses
Waktu pelaksanaan selama 1 hari dan pelaksanaan kegiatan ini sudah
direncanakan sebelumya. Pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan
pengetahuan gizi dan kesehatan janin ini rata-rata ditangagapi dengan positif
terhadap apa yang disampaikan oleh mahasiswa. Hal ini dapat di ketahui dari
pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan dan mereka sangat menyimak apa
yang disampaikan.
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Penyuluhan
Frekuensi Persentasi
Penyuluhan
N %
Dapat 6 100
Tidak dapat 0 0
Jumlah 6 100
Berdasarkan tabel 5.9. terlihat bahwa dari 6 responden yang mendapatkan
penyuluhan/informasi tentang pengetahuan gizi dan kesehatan janin sebanyak 6
orang 100%,
62
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan data yang didapat dari praktek kerja lapangan yang telah
dilakukan di Desa Sungai Besar, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Berdasarkan hasil observasi terdapat tiga masalah gizi di Desa Sungai Besar
yaitu balita BGM, ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis), dan hipertensi
pada lansia.
b. Prioritas masalah yang pertama adalah rendahnya kesadaran ibu tentang
pertumbuhan dan perkembangan balita berdampak pada tingginya prevalensi
status gizi kurang (BGM) di Desa Sungai Besar Tahun 2014, dengan 20
responden didapat 4 orang yang BGM atau 20% sedangkan targetnya adalah
<5%. Yang kedua kurangnya pengetahuan ibu hamil di Desa Sungai Besar
tahun 2014 untuk mengkonsumsi makanan bergizi sehingga berdampak
pada kurangnya energi kronis (KEK) pada ibu hamil yaitu sebanyak 100%.
Dan yang ketiga rendahnya pengetahuan lansia yang terbatas tentang pola
konsumsi yang baik mengakibatkan timbulnya penyakit Hipertensi dan status
gizi kurang pada lansia di Desa Sungai Besar Tahun 2014, dengan 20
responden didapat 11 orang yang mengalami hipertensi yaitu 55%.
c. Program intervensi untuk balita BGM yaitu memberikan penyuluhan kepada
ibu hamil mengenai pengetahuan tentang pentingnya gizi seimbang untuk
ibu hamil. Dan prioritas masalah balita BGM adalah kurangnya penyuluhan.
d. Program intervensi untuk ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) yang
yaitu memberikan penyuluhan kepada ibu hamil mengenai pengetahuan
tentang pentingnya gizi seimbang untuk ibu hamil. Dan prioritas masalah ibu
hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) adalah kurangnya penyuluhan
tentang pentingnya kebutuhan gizi ibu hamil.
e. Program intervensi untuk lansia yaitu memberikan penyuluhan dan
pengetahuan tentang pentingnya pola makan yang benar dan upaya
kesehatan untuk lansia. Dan prioritas masalah lansia adalah kurangnya
penyuluhan tentang hipertensi dan gizi seimbang untuk lansia.
f. Monitoring dan evaluasi untuk masalah balita BGM, bumil KEK dan hipertensi
pada lansia dilakukan pre test dan post test.
63
64
8.2. Saran
a. Diharapkan agar penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan, khususnya
gizi untuk lebih ditingkatkan lagi sehingga masyarakat dapat
menerapkannya di dalam keluarga secara mandiri
b. Diharapkan agar peranan tenaga kader di posyandu selalu aktif dan
ditingkatkan lagi keterampilannya agar dapat melaksanakan pelayanan
kesehatan dengan baik
c. Perlu adanya dukungan moral, motivasi dan keikutsertaan masyarakat
dalam meningkatkan derajat kesehatan, sehingga program-program
kesehatan khususnya gizi dapat mencapai hasil yang diharapkan
65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
67
Penanggung Jawab:
NURFITRILIANI 11S10022
Anggota:
HELMINA 11S10015
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penanggung Jawab:
HELMINA 11S10015
NURFITRILIANI 11S10022
Anggota:
BAB I
PENDAHULUAN
dan pertumbuhan bayi serta kemungkinan hidupnya. Selain itu tampak juga
berpengaruh buruk pada keadaan ibu hamil antara lain terjadinya kekurangan energi
kronik (KEK) (Depkes. RI, 1996).
Masalah ibu hamil yang menderita KEK mempunyai resiko kesakitan yang
lebih besar dibandingkan dengan ibu normal. Akibatnya mereka mempunyai resiko
yang lebih besar untuk melahirkan bayi berat badan lahir rendah dan kematian saat
persalinan.
Berdasarkan data UNICEF tahun 1995 diperoleh prevalensi ibu hamil yang
kurang energi kronik (KEK) sebesar 41% berdasarkan estimasi pada 2,0 juta
populasi. Sedangkan data Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995
diperoleh prevalensi ibu hamil yang rawan gizi di Indonesia sebesar 50,9% (Hadju,
1999).
1.2. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mengetahui terjadinya kurang
energi kronis pada ibu hamil dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.3. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pendapatan dengan terjadinya kurang energi
Sasaran dari penyuluhan pentingnya asupan zat gizi pada ibu hamil adalah
ibu-ibu yang sedang mengandung/hamil di Desa Sungai Besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
akan mengalami persalinan yang sulit karena lemah dan mudah mengalami
gangguan kesehatan (Depkes, 1995).
B. Tinjauan Tentang Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
Kenaikan berat badan ibu hamil selama kelahiran adalah sekitar 10-12,5 Kg,
termasuk penimbunan lemak pada ibu lebih kurang 3,5 Kg setara dengan 30.000
kkal. Dimana pada trimester pertama kenaikan berat badan ibu hanya sekitar 1 kg,
trimester kedua 3 kg dan trimester ketiga 6 kg.
Pada trimester ketiga sekitar 90% dari kenaikan ini diguankan untuk
pertumbuhan janin, plasenta dan cairan amonium. Terdapat perbedaan kenaikan
berat badan ibu hamil yang cukup gizi dan yang tidak.
1. Trimester I: 1 kg, kenaikannya minimal, hampir seluruhnya adalah bagian dari
ibu.
2. Trimester II: 3 kg, kenaikannya sekitar 0,3 kg/minggu, sekitar 60% adalah bagian
dari ibu.
3. Trimester III: 6 kg, kenaikannya sekitar 0,3-0,5 kg/minggu, sekitar 60% adalah
bagian dari janin.
Kenaikan berat badan ibu hamil dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan
status gizi wanita hamil, karena terdapat kesamaan dalam jumlah kenaikan berat
badan dan berat badan diwaktu hamil pada semua ibu hamil.
Di Indonesia saat ini digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil. Dengan
KMS ini diharapkan diketahui secara dini kalau terdapat kenaikan berat badan ibu
hamil yang tidak sesuai, sehingga kita bisa melakukan suatu intervensi guna
menaikkan status gizi ibu hamil tersebut.
C. Tinjauan Tentang Pengukuran Status Gizi
1. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
Salah satu cara digunakan untuk mengetahui terjadinya kurang energi kronis
yaitu dengan melaksanakan pengukuran lingkar lengan atas (LILA) hal ini
disebabkan karena pengukuran lingkar lengan atas dapat memberikan gambaran
tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak dibawah kulit dimana pada
pengukuran yang lain tidak diperoleh, dari keseluruhan energi pada masa kehamilan
50% disimpan dalam bentuk lemak. (Dini Latief, 1997).
80
Apabila LILA > 23,5 cm menunjukkan keadaan gizi normal dan jika LILA < 23,5
cm menunjukkan gizi kurang atau biasa disebut kurang energi kronis. Ukuran LILA
pada ibu hamil yang < 23,5 cm merupakan indikator yang kuat untuk mengetahui
status gizi ibu yang kurang, sehingga ia berisiko untuk melahirkan bayi berat badan
lahir rendah(Suryani As’ad, 1999).
Cara pengukuran Lingkar lengan atas (LILA) yaitu (Hadju, 1997) :
Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung bebas disamping badan
dan bagian telapak tangan menghadap ke paha.
Subjek menggunakan pakaian longgar dan lengan baju sebaiknya agak longgar
sehingga tidak menekan kulit dari lengan atas.
Dengan keadaan tangan yang rileks dan tergantung bebas dan agak berjauhan
dari sisi badan, telapak tangan menghadap kepaha, letakkan alat pengukur
melingkari lengan sehingga menyentuh kulit tetapi tidak menekannya. Hasil
pengukuran diukur mendekati 0,1 cm.
Berikan tanda titik tengah saat siku dalam posisi 900 dimana telapak tangan
menghadap keatas. Titik tengah diukur dari bagian lateral sepanjang permukaan
superior dan processus spinosius ke bagian paling bawah dari processus
acromeon.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah :
Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali
orang kidal kita ukur lengan kanan).
Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan
tidak tegang atau kencang.
Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat
sehingga permukaannya sudah tidak rata-rata (Supariasa dkk, 2002)
2. Food Recaal 24 jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini,
responden adalah ibu disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum
selama 24 jam yang lalu (kemarin). Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin
sampai dia istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat
81
tahun, penyelidikan ini membuktikan resiko yang tinggi bagi ibu dan anak yang
dilahirkan oleh jarak anak yang terlalu dekat. Bahkan anak yang terkecil pun akan
menghadapi bahaya, karena munculnya bayi yang dengan cepat, akan
menyebabkan terlantarnya pemeliharaan akan makanan bagi anak tersebut.
Karena itu jarak anak kurang dari dua tahun dapat berhubungan dengan
kejadian kematian dan kesakitan ibu, bayi serta kejadian prematuritas. Kehamilan
pada usia remaja, jarak anak yang rapat dan banyak akan meningkatkan kematian
ibu dan bayi. Seorang wanita memerlukan 2-3 tahun antara kelahiran agar pulih
secara fisiologik dari suatu kehamilan dan persalinan. Makin pendek jarak antara
kehamilan maka, makin besar pula resiko kematian ibu dan anak, terutama jika jarak
tersebut kurang dari 2 tahun dapat terjadi komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan seperti anemia berat dan kematian perinatal tinggi (Lukman Halim, 1998).
Jarak kehamilan adalah jarak atau waktu antara kelahiran terakhir dengan
kehamilan yang sedang berlangsung. Seorang ibu yang hamil atau melahirkan
dengan jarak kelahiran kurang dari 2 tahun mempunyai resiko lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang jarak kehamilannya lebih dari 2 tahun. Dengan
demikian semaikn dekat jarak kelahiran denagn kehamilan berikutnya, maka
semakin besar peluang kematian perinatal (Depkes, 1995).
G. Tinjauan Tentang Konsumsi Energi
Ada 3 kelompok zat sebagai penghasil energi yaitu karbohidrat, protein dan
lemak. Proporsi yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah energi 50-60% dari
karbohidrat, 25-35% dari lemak dan 10-15% dari protein (Sayogo Savitri, 1997).
Kebutuhan energi untuk ibu hamil lebih besar bila dibandingkan dengan ibu
yang tidak hamil karena pada ibu yang hamil fungsi energi adalah untuk menjaga
kesehatan ibu dan bayi diperlukan lebih banyak makanan dari pada sebelum hamil
(Satriono,1989).
H. Tinjauan Tentang Konsumsi Protein
Yang harus diperhatikan dalam makanan pada wanita yang sedang hamil
adalah protein, karena unsur ini sangat perlu untuk pertumbuhan janin. Selain
seabgai sumber energi (setiap gram mengahsilkan 4 kkal), protein juga berperan
dalam tubuh sebagai zat pembangun yang berguna untuk :
83
Penanggung Jawab:
Anggota:
HELMINA 11S10015
NURFITRILIANI 11S10022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena
termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih
dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala tersebut
seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat menyadari akan
datangnya penyakit (Sustrani, 2006).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan hipertensi sistolik
terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya
kemungkinan timbulnya kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun
tekanan diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated
systolic hypertension adalah bentuk hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia.
Pada suatu penelitian, hipertensi menempati 87% kasus pada orang yang berumur
50 sampai 59 tahun. Adanya hipertensi, baik HST maupun kombinasi sistolik dan
diastolik merupakan faktor risiko morbiditas dan mortalitas untuk orang lanjut usia.
Hipertensi masih merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung
penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada
orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2007)
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai
hasil pembangunan yang pesat dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan
hidup, sehingga jumlah lansia bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut
sering diikiuti dengan meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan
lain pada kelompok ini. Hipertensi sebagai salah satu penyakit degeneratif yang
sering dijumpai pada kelompok lansia (Abdullah.2005).
1.2. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat di Desa Sungai Besar tentang hipertensi.
1.3. Tujuan Khusus
Pengertian hipertensi
Etiologi hipertensi
Jenis hipertensi
Patofisiologi
Klasifikasi hipertensi
b. Gejala hipertensi
c. Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi
d. Komplikasi hipertensi
e. Pencegahan hipertensi
f. Makanan yang diperbolehkan
g. Makanan yang tidak diperbolehkan
1.4. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan nutrisi pada lansia adalah responde lansia di Desa
Sungai Besar.
1.5. Strategi Pelaksanaan
NO TAHAP WAKTU KEGIATAN
1 Pembukaan ± 5 menit 1. Perkenalan
2. Tujuan
2 Pengembangan ± 20 menit 1. Menjelaskan pengertian
hipertensi
2. Menjelaskan penyebab,
tanda dan gejala
hipertensi.
3. Menjelaskan cara
mengatasi dan
pencegahan hipertensi
3 Penutup ± 5 menit 1. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
2. Diskusi singkat
87
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg,
dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg (Rohaendi, 2008).
B. Etiologi
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
C. Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi lebih
sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes
melitus. Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
89
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan ( keluar darah dari hidung).
G. Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang
dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
c. Stroke
d. Kerusakan ginjal
e. Kerusakan penglihatan
I. PENCEGAHAN HIPERTENSI
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya
(Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:
a. Mengurangi konsumsi garam.
b. Menghindari kegemukan (obesitas).
c. Membatasi konsumsi lemak.
d. Olahraga teratur.
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
f. Tidak merokok dan minum alkohol.
g. Berusaha membina hidup yang positif.
J. MAKANAN YANG DI PERBOLEHKAN
a. Bayam
b. Kacang-kacangan
c. Pisang
d. Kedelai
e. Kentang
f. Coklat pekat
K. MAKANAN YANG TIDAK DI PERBOLEHKAN
1. Roti, kue yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
2. Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan dengan
menggunakan garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan kaleng, kornet,
dan ebi.
3. Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi asin,
asinan, acar.
4. Garam dapur, soda kue, baking powder , MSG (penyedap rasa).
5. Margarin dan mentega biasa.
93
6. Bumbu yang mengandung garam dapur yaitu terasi, kecap, saus tomat,
petis, tauco.
Keterangan:
Makanan nomor 1, 3, 4, 6 adalah pangan yang mengandung garam
(terutama mengandung ion natrium atau Na+). Ion natrium yang tinggi dalam darah
dapat meningkatkan kandungan air sehingga kerja jantung meningkat dan dapat
meningkatkan tekanan darah.
Sedangkan makanan nomor 2, 5, adalah pangan yang mengandung
lemak/minyak dan kolesterol tinggi. Konsumsi lemak dan minyak yang tinggi akan
meningkatkan kandungan kolesterol dalam darah (terutama pangan dengan
kandungan asam lemak jenuh tinggi). Kolesterol yang tinggi dalam darah dapat
menyebabkan timbulnya penyumbatan pembuluh darah sehingga tekanan darah
menjadi tinggi (hipertensi).
94
Lampiran 11. Soal Pre Test dan Post Test Ibu Hamil
Lampiran 13. Hasil Pre Test dan Post pada Responden Balita
Jawaban Jawaban
Soal yang Benar % yang Benar %
(n) (n)
a. Makanan sehat 13 65 20 100
b. Agar tubuh selalu sehat 18 90 20 100
c. Jenis makanan yang 10 50 19 95
menyediakan sumber
energi/tenaga
d. Jenis makanan yang 15 75 19 95
menyediakan
vitamin/mineral
e. Jenis makanan yang 10 50 16 80
menyediakan protein
f. Cara mencuci sayuran 13 65 20 100
g. Cara memasak sayuran 15 75 20 100
Rata – Rata 67,1% 95,7%
111
Lampiran 14. Hasil Pre Test dan Post pada Responden Ibu Hamil
Lampiran 15. Hasil Pre Test dan Post pada Responden Lansia
Lampiran 24. Cakupan Bumil (Fe1 dan Fe3) dan Bufas (Fe1 dan Fe3)
Posyandu Balita
170
Posyandu Balita