Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN


DI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN TANGGAL
19 FEBUARI – 16 MARET 2020

GAMBARAN KINERJA SEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN,


KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA PADA PILAR STOP
BABS DALAM PROGRAM STBM DI DINAS KESEHATAN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
PUTRI MEILANI
NPM. 14070016

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Laporan PBL Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al-Banjari di Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel
kelurahan Belitung utara, kecamatan Banjarmasin Barat.
Laporan PBL ini dapat disusun dengan baik oleh mahasiswa Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-
Banjari guna mendapatkan bekal pengalaman khususnya dibidang kesehatan
terutama mahasiswa yang nantinya akan terjun ke masyarakat.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada H. Khairul Anam, SH, M. Kes sebagai pembimbing Fakultas
dan M. Solihin, SKM, MPH sebagai pembimbing Instansi berkat bantuan
yang diberikan baik berupa bimbingan teknis, saran-saran, nasehat dan dorongan
moril dalam penggarapan laporan ini sampai selesai, kemudian tak lupa pula
penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. Fahrurazi, M.Si., M.Kes selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari.
2. Akhmad Fauzan, SKM., M.Kes selaku ketua prodi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari.
3. Dr. H. M. Muslim, SPd., M. Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan yang telah memberikan izin kepada mahasiswa untuk
melakukan pelaksanaan PBL di Instansi tersebut.
4. Nurul Ahdani, SKM, M. Kes Selaku kepala bidang Kesehatan Masyarakat di
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.
5. Budi Wahyudi, S.Sos, MPH selaku Kepala Seksi di bagian Kesehatan
Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga di Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan.
6. M. Solihin, SKM, MPH selaku Pembimbing Instansi yang telah banyak
memberikan masukan, pengarahan dan bantuan saat pelaksanaan PBL di
instansi maupun dalam pembuatan laporan PBL.
7. H. Khairul Anam, SH, M. Kes selaku Pembimbing Fakultas Universitas Islam
Kaliamantan Muhammad Arsyad Al-Banjari.
8. Seluruh staf dan kariyawan Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja
dan Olahraga yang telah banyak memberikan bantuan dalam penulisan ini.
9. Seluruh staf dan karyawan Dinas Kesehatan Provinsi kalimatan selatan yang
telah membantu dalam penulisan selama kegiatan PBL.
10. Kedua orang tua serta keluarga yang telah memberi dukungan dan
doa restunya.
11. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu selama
pelaksanaan PBL dan penulisan laporan ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Saya juga menyadari, bahwa laporan ini tentu saja jauh dari kesempurnaan.
Baik isi maupun tata tulisannya. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman penyusun.
Oleh sebab itu, keritik dan saran yang membangun dari pembimbing dan
rekan-rekan semua demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata kami berharap, semoga laporan ini tetap ada manfaatnya
khususnya bagi penyusun pribadi dan tentunya bagi para pembaca
pada umumnya, Aamiin.

Banjarmasin, Maret 2020

Putri Meilani
DAFTAR ISI

Halama
n
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i LEMBAR PENGESAHAN
............................................................................. ii KATA
PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
v DAFTAR TABEL
........................................................................................... vii DAFTAR
GRAFIK ......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................. 4
C. Manfaat................................................................................................ 5

BAB II GAMBARAN UMUM


A. Analisis Situasi Umum ......................................................................... 6
1. Geografi ........................................................................................ 6
2. Demografi ...................................................................................... 7
3. Visi Misi ........................................................................................ 8
4. Profil Tempat PBL .................................................................... 9
5. Tugas Pokok dan Fungsi Dinkes ..................................................... 12
6. Unsur-Unsur Organisasi Dinkes .................................................... 13
7. Jenis Kegiatan Pekerjaan Dinkes ................................................... 17

B. Analisis Situasi Khusus ........................................................................


18
1. Gambaran Bidang Kesehatan Masyarakat ....................................... 18
2. Gambaran Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesjaor ........................... 18
3. Tata Kerja Dinkes........................................................................... 19
4. Gambaran Prilaku Stop BABS ........................................................ 21

v
BAB III USULAN KEGIATAN
A. Uraian Kegiatan ................................................................................... 26
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 27
C. Rencana Anggaran Kegiatan ............................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

vi
DAFTAR TABEL

2.1 Jumlah Kecamatan dan Desa Kalimantan Selatan ................................... 7


2.2 Jumlah Penduduk Kalimantan Selatan .................................................... 8
2.3 Fasilitas Kesehatan di Prov. Kalsel ......................................................... 9
2.4 Kondisi Tenaga Kesehatan di Prov. Kalsel ............................................. 10
2.5 Persentase RT Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja ...................... 21
3.1 Rincian Kegiatan PBL ...................................................................... 26
3.2 Rincian Kegiatan PBL ...................................................................... 27
3.3 Menentukan Prioritas Masalah ................................................................ 33
3.4 Analisis SWOT ...................................................................................... 35
3.5 Rencana Kegiatam ................................................................................. 37

vii
DAFTAR GRAFIK

2.1 Jumlah Desa/kel STBM ........................................................................... 22


2.2 Jumlah Desa Stop BABS ......................................................................... 23
2.3 Persentase Trend Akses Jamban Sehatn 2016-2017 .................................. 23
2.4 Persentase Menggunakan Jamban Sehat di 2017 ...................................... 24

viii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Struktur Organisasi .................................................................................. 11


3.1 Diagram Fish Bone .................................................................................. 32

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah investasi utama bagi pembangunan
sumber daya manusia Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya
adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, serta kemampuan
setiap orang untuk dapat berperilaku hidup yang sehat untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan hal
tersebut, perlu perencanaan pembangunan kesehatan yang sistemat is,
terarah, terpadu dan menyeluruh, serta dibutuhkan keterlibatan berbagai
sektor dan seluruh komponen bangsa dalam pelaksanaannya.(Rakerkesnas,
2017).
Negara-negara berkembang khususnya Indonesia pada saat ini juga
menghadapi masalah di bidang sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat,
masih banyak pemerintah kabupaten/kota yang belum atau kurang
mampu memecahkan masalah di bidang sanitasi dan higiene sehingga masalah
sanitasi dan higiene ini tidak memperoleh prioritas dalam pembangunan.(Data
Kesling Dinkes Prov, 2017).
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan strategi dengan
melibatkan lintas sektor Kementerian Kesehatan dan aksi terpadu untuk
menurunkan angka kejadian penyakit menular berbasis lingkungan serta
menigkatkan perilaku higiene dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia.
(Zulfiherwindo, 2016).
STBM diselenggarakan dengan berpedoman pada lima pilar yaitu
Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS), Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS), Mengelola Air Minum dan Makanan yang Aman, Mengelola
Sampah dengan Benar, Mengelola Limbah Cair Rumah Tangga
dengan Aman. Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama
yaitu Stop BABS yang merupakan pintu masuk sanitasi total dan merupakan
upaya memutuskan rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air minum,
makan dan lainnya. STBM menggunakan pendekatan yang mengubah
perilaku hygiene dan

1
2

sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan.


Dengan metode pemicuan, STBM diharapkan dapat merubah perilaku
kelompok masyarakat dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi
lingkungan mereka, sehingga tercapai kondisi Open Defecation Free (ODF),
pada suatu komunitas atau desa. Suatu desa dikatakan ODF jika 100%
penduduk desa tersebut mempunyai akses BAB di jamban sehat.
(Zulfiherwindo, 2016).
Pembangunan sanitasi menjelma menjadi masalah yang kompleks,
yang tidak hanya menyangkut banyaknya variabel yang berpengaruh
terhadap kinerja melainkan juga perbedaan cara penanganan antara satu
daerah dengan daerah yang lainnya, tidak adanya informasi mengenai
permasalahan sanitasi dipedesaan juga mempunyai dampak terhadap
lingkungan seperti pilar pertama dalam STBM yaitu kebiasaan buang air
besar sembarangan atau ofen defecation free. Perilaku ini berakibat
langsung/tak langsung pada terkontaminasinya sumber air minum maupun
terjadinya pencemaran pada sumber air dan makanan.(Data Kesling Dinkes
Prov, 2017).
Upaya peningkatan perilaku higiene dan peningkatan akses sanitasi terus
dikembangkan, keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesinambungan antar program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya
yang telah dilaksanakan sebelumnya. Upaya penyehatan lingkungan juga
menunjukkan keberhasilan yang cukup bermakna. Persentasi rumah
tangga dengan penduduk Kalsel yang menggunakan jamban sehat sekitar
61,07
%.(Data Kesling Dinkes Prov, 2017).
Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang
dan berinduknya bibit penyakit menular (misal kuman/bakteri, virus dan
cacing). Apabila tinja tersebut dibuang di sembarang tempat, misal
kebun, kolam, sungai, dll maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke
lingkungan, dan akhirnya akan masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko
menimbulkan penyakit pada seseorang dan bahkan bahkan menjadi
wabah penyakit pada masyarakat yang lebih luas.(wahid, 2014).
Perilaku buang air besar sembarangan (BABS/Open defecation free)
termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat. BABS/Open
defecation
free adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan,
semak
– semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan
menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air.(Sugeng, 2016).
Perilaku buang air besar sembarangan (BABS) yang tidak menggunakan
toilet di Indonesia telah mencapai Lebih dari 31 juta penduduk dan Indonesia,
nomor 2 terbanyak di dunia dan berdampak buruk terhadap kesehatan dan
lingkungan, terutama pada anak-anak. Setiap jam, ada 15 sampai 22 anak di
Indonesia yang meninggal akibat diare dan pneumonia yang bisa
dihindari dengan kebersihan dan sanitasi yang baik. Kebiasaan ini sudah
tertanam sejak kecil. Susahnya menghapus kebiasaan ini juga dipengaruhi
oleh pengetahuan/pemahaman bahaya BABS, masalah kemiskinan (tidak
mampu membuat toilet), tidak memiliki lahan, tinggal di rumah yang tak
memiliki toilet (walau di daerah perkotaan) serta tidak adanya
kesadaran, sehingga menganggap prilaku BABS adalah hal yang biasa.
(WHO/UNICEF, 2017).
Pola pikir itulah yang saat ini tengah diubah dengan menjadikan buang air
besar sembarangan menimbulkan rasa malu, jijik dan gengsi. Mengubah pola
pikir adalah tujuan paling utama dalam mencapai Stop BABS.(Astuti, 2016).
Di Kalimantan selatan sudah diterapkan penggunaan jamban leher angsa
pada daerah perkotaan. Walaupun baru didaerah perkotaan namun tindakan ini
diharapkan bisa menekan angka kejadian penyakit. Warga kalsel juga sering
menggunakan jamban sungai terutama warga yang tinggal dipinggiran sungai
sebagai contoh warga pinggiran sungai Martapura. Jamban jenis ini biasa
dipilih karena murah. Akibat banyaknya jamban dipinggiran sungai martapura
yang diperkirakan sudah berjumlah 2.800 buah, sungai Martapura sudah
mengalami pencemaran tinja yang serius terbukti dengan dilakukannya
pengujian dan ditemukan kandungan bakteri E.Coli yang tinggi.(Mekada,
2016).
Apabila kondisi sungai yang seperti ini digunakan masyarakat untuk
mandi, minum dan melakukan aktifitas lainnya maka dikhawatirkan akan
terkena penyakit diare. Selain hubungan langsung dengan
bakteri,virus ataupun kuman penyebab diare, penularan diare juga bisa
lewat lalat.
Penggunaan sanitasi yang tidak sehat akan menyebabkan serangga seperti
lalat akan hinggap dan bertelur. Yang kemudian bakteri tersebut akan masuk
ketubuh kita melalui makanan yang dihinggapi lalat.(Mekada, 2016).
Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu stop BABS
yang merupakan pintu masuk sanitasi total dan merupakan upaya untuk
memutus terkontaminasinya sumber air minum maupun terjadinya
pencemaran pada sumber air dan makanan. Upaya peningkatan perilaku
higiene dan peningkatan akses sanitasi terus dikembangkan, perilaku
Stop BABS dengan empat srategi yaitu perubahan perilaku, peningkatan akses
sanitasi yang berkelanjutan, pengelolaan berbasis masyaratkat yang
berkelanjutan dan dukungan institusi kepada masyarakat.(Data Kesling
Dinkes Prov, 2017).
Berdasarkan data Kesehatan Lingkuan Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2017, penyehatan lingkungan menunjukkan
keberhasilan yang cukup bermakna. Persentasi rumah tangga dengan akses air
minum yang layak dari 47,7% menjadi 68.0% dan penduduk yang
menggunakan jamban sehat 63,09% menjadi 67,03%. Untuk itu dengan
adanya program ini akan membantu Provinsi Kalimantan Selatan
meempercepat pencapaian universal acces 100” 0 100“ (100% akes
masyarkat mendapatkan air minum yang sehat, 0 tidak ada lagi desa/kel
kumuh dan
100% tidak ada lagi buang air besar
sembarangan).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran kinerja kesehatan lingkungan, kesehatan kerja
dan olahraga terhadap program Stop BAB Sembaranagan Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan.

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui kinerja seksi kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
olahraga yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.
b. Mengetahui mekanisme kegiatan kesehatan lingkungan, kesehatan
kerja dan olahraga.
c. Mengetahui pelaksanaan program yang ada di seksi kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.
d. Mampu memberikan alternative pemecahan masalah BABS di Provinsi
Kalimantan Selatan.

C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
a. Sebagai proses belajar dalam menerapkan teori yang telah didapatkan
selama kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat.
b. Dapat mempelajari cara kerja yang sebenarnya sesuai dengan lokasi
PBL, memperoleh sikap kerja dan menambah wawasan dan
pengetahuan.
c. Memperdalam tentang cara berpikir dan bekerja yang komperatif,
sehingga dapat menemukan suatu permasalahan kesehatan yang
dihadapi di instansi PBL serta meningkatkan daya penalaran dalam
melakukan perumusan masalah dan pemecahan masalah kesehatan
masyarakat.
d. Mempunyai kesempatan mengenali isu-isu yang dapat di jadikan topik
dalam pembuatan laporan PBL.
e. Merupakan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan individu
sebagai calon Sarjana Kesehatan Masyarakat yang handal.

2. Bagi instansi PBL


a. Dapat memanfaatkan tenaga terdidik untuk kepentingan kegiatan
institusi kesehatan baik di dalam ruangan ataupun di luar ruangan.
b. Sebagai bahan masukan untuk pembuatan kebijakan dan penanganan
yang akan datang demi membantu kelancaran program kesehatan
masyarakat.
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Analisis Situasi Umum


1. Data Geografi
Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari 4 provinsi di pulau
Kalimantan yang terletak antara 50 200 – 10 100 LS 1140 00 – 1170 400 BT,
dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah Barat : Provinsi Kalimantan Tengah
b. Sebelah Timur : Selat Makassar
c. Sebelah Selatan : Laut Jawa
d. Sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Timur
Luas wilayah provinsi Kalimantan Selatan sebesar 37.530,52 km2
dengan presentase luas terbesar adalah kabupaten Kotabaru (25,11%)
selanjutnya kabupaten Tanah bumbu (13,50%), sedangkan presentase luas
wilayah kurang dari 1% didapatkan pada kota Banjarmasin (0,19%) dan
kota Banjarbaru (0,87%).
Kondisi geografis Kalimantan Selatan terdiri dari daerah pegunungan
dan rawa, banyak dialiri sungai Barito, Riam Kanan, Balangan, batulicin,
Batang Alai, Tapin, Kintap, Sampanahan, martapura dan sebagainya.
Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal pada pegunungan
meratus dan bermuara di laut jawa dan laut Makassar.
Secara administrasi wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dengan
Kota Banjarmasin sebagai ibukotanya, terdiri atas 13 Kabupaten/Kota
yaitu 11 kabupaten dan 2 kota, 152 kecamatan dan 2008 desa. Sebagian
besar desa ini berada pada daerah daratan (Profil Dinkes Prov. Kalsel,
2016).

6
10

Tabel 2.1
Jumlah Kecamatan dan Desa Se-Kalimantan Selatan Tahun 2016
No Kab/Kota Jumlah
Kecamatan Desa
1 Tanah Laut 11 135
2 Kotabaru 21 202
3 Banjar 19 290
4 Barito Kuala 17 201
5 Tapin 12 135
6 Hulu Sungai Selatan 11 148
7 Hulu Sungai Tengah 11 169
8 Hulu Sungai Utara 10 219
9 Tabalong 12 131
10 Tanah Bumbu 10 149
11 Balangan 8 157
12 Banjarmasin 5 52
13 Banjarbaru 5 20
Jumlah 152 2008
(Sumber : Profil Dinkes Prov Kalsel, 2016)

2. Data Demografi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kalimantan
Selatan, jumlah penduduk Kalimantan Selatan pada tahun 2016 adalah
4.055.479 jiwa. Perincian jumalah penduduk per kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada table 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Kalimantan Selatan tahun 2016
No Nama Kelurahan/Desa Jumalah Penduduk
1 Tanah Laut 329.286
2 Kotabaru 325.827
3 Banjar 563.062
4 Barito Kuala 302.304
5 Tapin 184.330
6 Hulu Sungai Selatan 229.889
7 Hulu Sungai Tengah 263.376
8 Hulu Sungai Utara 228.528
9 Tabalong 243.477
10 Tanah Bumbu 334.314
11 Balangan 125.534
12 Banjarmasin 684.183
13 Banjarbaru 241.369
Puskesmas 4.055.476
(Sumber : Profil Dinkes Prov Kalsel, 2016)

3. Visi dan Misi


a. Visi
Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak
ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur
Kalimantan Selatan yaitu
“Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera,
Berkeadilan, Berdikari dan Berdaya Saing”
Visi tersebut mengandung makna bahwa kondisi Kalsel pada Tahun
2021 berada dalam kondisi mapan, yang berarti (baik, tidak
goyah, stabil)
b. Misi
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 6 misi
pembangunan, yaitu :
1) Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang agamis, sehat, cerdas
dan terampil.
2) Mewujudkan Tata kelola pemerintahan yang professional
dan berorientasi pada pelayanan publik.
3) Memantapkan kondisi sosial budaya daerah yang berbasis
kearifan lokal.
4) Mengembangkan infrastruktur wilayah yang mendukung percepatan
pengembangan ekonomi dan social budaya.
5) Mengembangkan daya saing ekonomi daerah yang berbasis
sumberdaya Lokal, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan.
4. Profil Instansi
Nama Instansi : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
Alamat : JL. Belitung Darat No.188 Banjarmasin
No. Telepon : (0511)3355661
a. Fasilitas Kesehatan
Tabel 2.3 Fasilitas Kesehatan di Provinsi Kalimantan Selatan
No KAB/KOTA Rumah Puskesmas PUSTU POS POLINDES Posyandu
sakit KESDES Aktif
1 Tanah Laut 9 26 35 7 - 387
2 Kotabaru 5 8 13 19 19 157
3 Banjar 6 24 69 195 152 494
4 Barito Kuala 1 13 47 56 16 213
5 Tapin 4 21 69 - 103 290
6 Hulu Sungai 1 19 45 39 78 404
Selatan
7 Hulu Sungai 1 13 33 76 8 219
Tengah
8 Hulu Sungai 1 11 21 105 105 159
10

Utara
9 Tabalong 2 15 33 109 103 271
10 Tanah Bumbu 1 19 65 91 54 382
11 Balangan 2 19 59 53 58 273
12 Banjarmasin 2 14 10 97 10 183
13 Banjarbaru 1 27 68 195 55 164
KALSEL 36 230 569 1042 761 3596
(Sumber : Profil Dinkes Prov Kalsel, 2016)

b. Ketenagaan
Tabel 2.4 Kondisi Tenaga Kesehatan di Prov. Kalimantan Selatan
No Kab/Kota Dr. Dr. Dr. Perawat Bidan Gizi Tenaga Tenaga Tenaga Tenaga
Spe Um Gg Analisis Kesling Farmasi Kesmas

1 Tanah Laut 12 36 17 163 167 53 30 39 71 23


9
2 Kotabaru 18 41 14 85 104 18 15 17 10 7
3 Banjar 27 38 14 319 476 41 39 26 33 22
4 Barito Kuala 11 21 10 180 210 29 19 29 18 2
5 Tapin 29 27 5 147 414 41 33 34 23 17
6 Hulu Sungai 14 24 5 80 189 24 12 18 8 17
Selatan
7 Hulu Sungai 13 21 4 136 155 27 21 37 25 25
Tengah
8 Hulu Sungai 6 11 1 226 146 18 15 13 12 11
Utara
9 Tabalong 11 31 10 171 160 37 21 20 30 5
10 Tanah Bumbu 13 28 8 189 291 41 20 19 22 1
11 Balangan 15 40 18 173 208 31 22 22 23 24
12 Banjarmasin 12 40 9 205 214 25 8 18 23 16
13 Banjarbaru 10 39 17 188 229 35 17 19 30 21
Total 308 397 132 2262 2963 420 272 311 328 191

(Sumber : Profil Dinkes Prov Kalsel, 2016)


c. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Provinsi KEPALA DINAS KESEHATAN PROV.
KALSEL
SEKRETARIS

K
S
E
1 S U
.2 U B
.3
.4 B
A
. G
I
A
N

U
M
U
M

K
E
P
E
G
A
W
A
I
A
N
BIDAN
5 BI B G
. D PI PE
A E LA
r YA
s NA
N
i KE
p SE
a HA
r TA
i N
s
6
.
P
u
s
t
a
SEKSI M
NG I KEFAR A
F SEKSI SEKSI YANKES PRIMER S
A G S
R E
I S
M M S E
A SEKSI YANKES RUJUKAN E
S
I
S
S LING S
U SEKSI YANKES TRADISIONAL E
M
B
E
R

D
A
Y
A

K
E
S
E
H
A
T
A
N
K A I S M B 11
S U E
I
A
L 1. Bal
A 2. Balai
T
4.Instalasi
K
E
S Gambar 2.1
E
H Struktur
A Organisasi
T
A Dinas
N Kesehatan
P
Provinsi
K Kalimantan
R
T
Selatan
(Sumber :
S
Profil Dinas
E Kesehatan
K
S
Prov. Kalse
I 2016)
S
U
M
B
E
R

D
A
Y
A

M
A
N
U
S
I
A

K
E
S
E 11
H
A
T
12

5. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan


Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 6
Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dan Peraturan Gubernur Kalimantan
Selatan Nomor 048 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Uraian
Tugas Unsur-unsur Organisasi Dinas Kesehatan, Balai Pelatihan
Kesehatan, Laboratorium Kesehatan, Balai Kesehatan Olahraga
Masyarakat, Instalasi Gudang Farmasi dan Perlengkapan Kesehatan dan
Unit Kewaspadaan dan Penanganan Krisis Kesehatan, Dinas Kesehatan
mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di
bidang kesehatan sesuai dengan azas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas
pembantuan. Uraian tugas sebagaimana tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
a. Merumuskan kebijakan teknis di bidang kesehatan sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang kesehatan.
c. Merumuskan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan dan
fasilitasi kegiatan pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan.
d. Merumuskan kebijakan operasional pembinaan, pengaturan dan
fasilitasi promosi kesehatan, peningkatan jaminan kesehatan
masyarakat dan peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan.
e. Merumuskan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan dan
fasilitasi pengembangan dan peningkatan pelayanan kesehatan.
f. Merumuskan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan dan
pengawasan kefarmasian, penelitian dan pengembangan.
g. Membina, mengawasi dan pengendalian kegiatan unit pelaksana
teknis.
h. Mengelola kesekretariatan.
13

i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai


dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Dinas
Kesehatan mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang kesehatan.
c. Perumusan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan dan
fasilitasi kegiatan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
d. Perumusan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan dan
fasilitasi promosi kesehatan, peningkatan jaminan kesehatan
masyarakat dan peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan.
e. Perumusan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan dan
fasilitasi pengembangan dan peningkatan pelayanan kesehatan.
f. Perumusan kebijakan operasional, pembinaan, pengaturan dan
pengawasan kefarmasian, penelitian dan pengembangan.
g. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian unit pelaksana
teknis. h. Pengelolaan dan kegiatan kesekretariatan.

6. Unsur-unsur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan


Selatan adalah sebagai berikut :
a. Sekretariat
1) Sekretariat dipimpin oleh Sekretariat yang memiliki tugas
pokok mengkoordinasikan penyusunan program dan rencana
kegiatan Dinas Kesehatan, mengelola urusan keungan, mengelola
urusan ketatausahaan, rumah tangga dan perlengkapan serta
mengelola urusan administrasi kepegawaian.
2) Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Sekretaris mempunyai
fungsi :
a) Penyusunan program, pembinaan, pengaturan dan
evaluasi kegiatan penyusunan program dan rencana kegiatan
Dinas Kesehatan.
b) Penyusunan program, pembinaan, pengendalian dan evaluasi
kegiatan penyusunan rencana anggaran, pengelolaan
administrasi keungan dan penyusunan laporan pertanggung
jawaban keungan.
c) Penyusunan program, pembinaan, pengendalian dan evaluasi
pengelolaan urusan ketatausahaan, rumah tangga dan
perlengkapan, hubungan masyarakat dan keprotokolan.
d) Penyusunan program, pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
evaluasi pengelolaan administrasi kepegawaian.
3) Unsur-unsur organisasi Sekretariat adalah :
a) Sub Bagian Program.
b) Sub Bagian Keuangan.
c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
b. Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
1) Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
dipimpin oleh Kepala Bidang yang memiliki tugas pokok
melaksanakan pembinaan, pengendalian, pengamatan,
penyelidikan epidemiologi dan kesehatan matra, pemberantasan
penyakit menular, pengawasan air dan lingkungan, pemukiman
serta pengawasan tempat-tempat umum dan tempat pengolahan
makanan.
2) Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Bidang
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan mempunyai
fungsi :
a) Penyusunan program, pengaturan dan pengendalian
pelaksanaan pengamatan, penyelidikan epidemiologi,
imunisasi dan kesehatan mata.
b) Penyusunan program, pengaturan dan pengendalian
pelaksanaan pemberantasan dan pengendalian penyakit.
c) Penyusunan program, pengaturan dan pengendalian
pelaksanaan pengawasan kualitas air dan lingkungan
pemukiman.
d) Penyusunan program, pengaturan dan pengendalian
pelakasanaan pengawasan tempat-tempat umum dan tempat
pengolahan makanan.
3) Unsur-unsur organisasi Bidang Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan adalah :
a) Seksi Surveilans dan Imunisasi
b) Seksi Pengendalian dan Pemberantasan
Penyakit. c) Seksi Penyehatan Lingkungan.
c. Bidang Promosi dan Sumber Daya Kesehatan
1) Bidang Promosi dan Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh
Kepala Bidang yang memiliki tugas pokok melaksanakan
pembinaan, koordinasi dan pengembangan system informasi
kesehatan, pemberdayaan masyarakat, pengendalian jaminan
kesehatan, tenaga dan sarana kesehatan.
2) Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Bidang Promosi dan
Sumber Daya Kesehatan mempunyai fungsi :
a) Perumusan program, Ppengaturan, pengendalian,
evaluasi pemberdayaan masyarakat.
b) Perumusan program, pengaturan dan pengendalian
evaluasi jaminan kesehatan masyarakat.
c) Perumusan program, pengaturan dan pengendalian
evaluasi tenaga kesehatan dan sarana kesehatan.
3) Unsur-unsur organisasi Bidang Promosi dan Sumber Daya
Kesehatan adalah :
a) Seksi Pemberdayaan Kesehatan
Masyarakat. b) Seksi Jaminan Kesehatan
Masyarakat.
c) Seksi Tenaga Kesehatan dan Sarana Kesehatan
d) Bidang Pelayanan Kesehatan
d. Bidang Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Bidang yang
memiliki tugas pokok melaksanakan pembinaan dan koordinasi
peningkatan mutu pelayanan kesehatan dasar, rumah sakit
dan rujukan, kesehatan khusus, kesehatan keluarga serta gizi. Untuk
melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan
mempunyai fungsi :
1) Seksi Kesehatan Dasar, Rumah Sakit dan Rujukan.
2) Seksi Kesehatan Keluarga.
3) Seksi Gizi.
e. Bidang Farmasi, Penelitian dan Pengembangan
1) Bidang Farmasi, Penelitian dan Pengembangan dipimpin oleh
Kepala Bidang yang memiliki tugas pokok melaksanakan
pembinaan, koordinasi, fasilitas penelitian dan
pengembangan teknis produksi, distribusi, pengadaan dan
pengelolaan obat, alat kesehatan, kosmetik, obat tradisional,
makanan dan minuman, narkotika dan bahan berbahaya.
2) Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Kepala Bidang Farmasi,
Penelitian dan Pengembangan mempunyai fungsi :
a) Perumusan program, pengaturan, pengendalian dan evaluasi
pembinaanpengembangan penelitian farmasi, alat kesehatan,
kosmetik dan obat tradisional,
b) Perumusan program, pengaturan, pengendalian dan evaluasi
pembinaan pengembangan makanan, minuman, narkoba dan
bahan berbahaya,
c) Perumusan program, pengaturan, pengendalian dan evaluasi
pembinaan, penelitian, pengembangan, hukum dan
kemasyarakatan.
3) Unsur-unsur organisasi Bidang Farmasi, Penelitian dan
Pengembangan adalah :
a) Seksi Farmasi, Alat Kesehatan, Kosmetik dan Obat
Tradisional b) Seksi Makanan, Minuman, Narkotika dan Bahan
Berbahaya
c) Seksi Penelitian, Pengembangan, Hukum dan
Kemasyarakatan. f. Unit Pelaksanaan Teknis
g. Kelompok Jabatan Fungsional
7. Jenis Kegiatan Pekerjaan Dinas Kesehatan
Jenis kegiatan Pekerjaan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan melaksanakan 17 program dan 86 kegiatan dengan rincian
sebagai berikut :
a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
b. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Aparatur
c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
d. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya
Aparatur e. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
f. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
g. Program Pengawasan Obat dan Makanan
h. Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
i. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat j. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
k. Program Pengembangan Lingkungan Sehat
l. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular m. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
n. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan
Kesehatan o. Program Peningkatan Sumber Daya
Kesehatan
p. Program Peningkatan Kebijakan dan Manajemen
Kesehatan q. Program Peningkatan Pelayanan Keluarga
Berencana
B. Analisis Situasi Khusus
1. Gambaran Bidang Kesehatan Masyarakat
Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas pokok
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan oprasional di bidang
kesehatan masyarakat.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud Bidang Kesehatan Masyarakat
mempunyai fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan operasional di bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;
c. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi di bidang kesehatan
keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;
d. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga, gizi
masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.
Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri dari :
a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat;
b. Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat; dan
c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga.

2. Gambaran Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan


Olahraga
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
memiliki uraian tugas seperti berikut :
a. Menyiapkan bahan, peralatan, administrasi dan proses awal
pengelolaan program kegiatan sebagaimana tugas dan fungsi staf
dalam kesehatan lingkungan kegiatan pengelolaan air dan sanitasi
dasar, penyehatan pangan, penyehatan udara, tanah dan kawasan,
pengamanan limbah dan radiasi, kesehatan okupasi dan surveilans,
kesehatan kapasitas kerja, kesehatan kerja dan olahraga.
b. Melaksanakan penyusunan perencanaan program kegiatan
bekerjasama dengan staf lainnya yang ada di seksi kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga.
c. Melaksanakan pengelolaan program/kegiatan bersama-sama staf seksi
kesehatan lingkungan kerja dan olahraga dalam kegiatan penyehatan
air dan sanitasi dasar, penyehatan pangan, penyehatan udara, tanah dan
kawasan, pengamanan limbah dan radiasi, kesehatan okupasi dan
surveilans, kesehatan kapasitas kerja, kesehatan kerja dan olahraga.
d. Melaksanakan dokumentasi administrasi hasil pekerjaan
program/kegiatan seksi kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
olahraga.
e. Melaksanakan tugas khusus administrasi dan SPJ (Surat Pertanggung
Jawaban) program/kegiatan seksi kesehatan lingkungan, kesehatan
kerja dan olahraga.
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan/pimpinan untuk
dilaksanakan sesuai bidang tugas dan tanggung jawab.

3. Tata Kerja
Dalam melaksanakan tugasnya setiap hari pimpinan unit
organisasi dan kelompok jabatan fungsional dilingkungan Dinas wajib
menerapkan prinsif koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik
dilingkungan masing- masing maupun antar satuan organisasi, serta
dengan instansi lain di luar Dinas sesuai dengan bidang tugasnya masing-
masing.
a. Setiap pimpinan unit organisasi dilingkungan Dinas bertanggung
jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing dan
memberi bimbingan serta petunjuk terhadap pelaksanaan tugas
bawahannya.
20

b. Setiap pimpinam unit orgnisasi wajib mengikuti dan mematuhi


petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan
menyampaikan laporan berkala tepat waktunya.
c. Setiap pimpinan unit organisasi wajib mengawasi
bawahannya masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar
mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan Peraturan
Perundang- Undangan yang berlaku.
d. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan unit organisasi dari
bawahan, wajib diolah dan digunakan sebagai bahan penyusunan
laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk teknis kepada
bawahan.

Kepala Dinas menyampaikan laporan kepada Gubernur secara berkala


melalui Sekretaris Daerah.
a. Dalam hal Kepala Dinas berhalangan sementara, maka Sekretaris
Dinas sebagai pejabat yang menjalankan tugas Pelaksana Harian (Plh)
Kepala Dinas.
b. Jika Kepala Dinas dan Sekretaris Dinas berhalangan sementara, maka
ditunjuk salah seorang Kepala Bidang sebagai Pelaksana Harian (Plh)
dengan memperhatikan senioritas.
4. Gambaran Prilaku Stop BABS
Di Indonesia setiap Provinsi masing-masing belum mencapai
100% masyarakatnya berprilaku stop BABS dan belum memiliki
jamban sehat dirumah.
Tabel 2.5 Persentase RT menurut tempat pembuangan akhir tinja di Indonesia

(Sumber : Kemenkes RI, 2017)


Dari tabel 2.5 persentase rumah tangga menurut tempat pembuangan
akhir tinja tahun 2016, di Provinsi Kalimantan Selatan persentase
pengguna septik tank sebanyak 62,75 dan 0,18% menggunakan SPAL,
Sedangkan sisanya tercatat persentase 37, 07% yang berada pada
peringkat ke 9 dari
34 provinsi di Indonesia yang masih BABS. 17,72% Pada kolam, sawah,
sungai, danau, laut. 17,95% pada lubang tanah, dan 1,40% masih BABS
pada tanah lapang, kebun dan lain-lain.
Grafik 2.1 Jumlah desa/kel yang melaksanakan STBM per Kabupaten/kota
Tahun (2016- 2017)
2500
2008
2000
1500 1385
Jml desa
1043
1000 2016
2017
500

0
Kalsel
(Sumber : Data Kesling Dinkes Prov Kalsel, 2017)
Adapun Tujuan dari Program STBM (Sanitasi Total berbasis
Masyarakat) yaitu mewujudkaan akses dan menggunakan jamban
sehat, mencuci tangan pakai sabun(CTPS), mengelola dan
menyimpan air minum dan makanan yang aman, mengelolah samapah
dengan baik, serta mengelola limbah rumah tangga. Yang dilakukan
pendekatan dengan cara pemicuan.
Dari grafik 2.1 Kalimantan Selatan memiliki 13
kabupaten/kota yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan terdapat
2008 desa. Program stop BAB sembarangan berjalan sesuai yang
diinginkan pada tahun 2016 sudah tercapai 1043 desa dan meningkat lagi
pada tahun 2017 yaitu 1385 desa yang melakukan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) yang dimana didalam 5 pilar STBM terdapat pilar
yang pertama yaitu stop BAB sembarangan. Target yang dicapai
ditahun 2019 pencapaian universal Acces sebesar 2008 Desa. Provinsi
Kalimantan Selatan perlu bekerja keras dalam pencapaian tersebut
mengingat masih ada 623 desa belum STBM atau masih ada yang buang
air besar sembarangan.(Data Kesling Dinkes Prov Kalsel, 2017).
Grafik 2.2 Persentase Akses Jamban Sehat Provinsi Kalimantan Sehat
Tahun 2016 – 2017

(Sumber : Data Kesling Dinkes Prov Kalsel, 2017)

Grafik 2.3 Persentase menggunakan jamban sehat Provinsi Kalimantan


Selatan Tahun 2017

KALSEL
Banjarmasin
Banjarbaru Jamban
Tapin
Tanah Laut
Tanah Bumbu BAB
Tabalong Sembar
Kotabaru
HSU
HST
HSS
Barito Kuala
Banjar
Balangan

0% 20% 40% 60% 80% 100%

(Sumber : Data Kesling Dinkes Prov Kalsel, 2017)


Dari grafik 2.3 diatas dapat dilihat bahwa belum seluruh masyarakat
Kalimantan Selatan yang menggunakan jamban sehat terutama
kabupaten/kota barito kuala yang dimana persentase penggunaan jamban
sehat hanya 42,1% di tahun 2016 meningkat di tahun 2017 sejumlah
43,5% peningkatan ini tergolong lamban dibandingkan dengan kabupaten
yang lain dan masih ada 56,5% yang masih BAB sembarangan di
kabupaten barito kuala. Mengingat sebagaimana diketahui bahwa wilayah
Kabupaten Barito Kuala diapit oleh dua buah sungai besar yaitu Sunga
i Barito dan Sungai Kapuas, disamping itu terdapat pula 3 buah
terusan buatan yang menghubungkan Sungai Barito dan Sungai
Kapuas yaitu Anjir Talaran, Anjir Serapat dan Anjir Tamban.
Dapat dibayangkan masih tingginya prilaku BABS di kabupaten
barito kuala sudah menjadi kebiasaan turun temurun akibat ketidak tahuan
dari dampak negatif yang ditimbulkan dan banyaknya rumah yang masih
berada dipinggiran sungai mengakibatkan kebiasaan masyarakat ini
sulit dibenahi.(Pemkab Batola, 2016).

Grafik 2.4 Jumlah Desa Pamsimas yang sudah berstatus Stop


BABS Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2017
Banjarbaru; 0 Tala; 15 Bmasin; 0

Tanbu; 56
Batola; 16 Tabalong; 56

Banjar; 37 Balangan; 30

HSS; 38
HSU; 21

Kotabaru; 19

HST; 16 Tapin; 7 Kalsel : 311

(Sumber : Data Kesling Dinkes Prov Kalsel, 2017)


Pengertian Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat) adalah salah satu program yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Indonesia dengan dukungan Bank Dunia, program ini
dilaksanakan di wilayah perdesaan dan pinggiran kota. Bertujuan untuk
meningkatkan jumlah fasilitas pada masyarakat kurang terlayani termasuk
masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan. Diharapkan
mereka dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang
berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat.
Indikator kinerja Pamsimas yang mengacu pada persentase sasaran
masyarakat wilayah dusun yang bebas buang air besar sembarangan.
Sasaran keberhasilan program Pamsimas yaitu minimal 60% masyarakat
dusun lokasi program menerapkan Stop BABS dan memiliki sasaran
lokasi yang prevalensi penyakit diare/penyakit yang ditularkan melalui air
dan lingkungan masih tergolong tinggi. Program Pamsimas bertujuan
untuk mencapai target akses aman air minum dan sanitasi di tahun 2019.
11 kabupaten sasaran pamsimas di provinsi Kalimantan selatan.
Data Pamsimas I dan II (2008-2016) jumlah data Desa Stop BABS
berjumlah 194 Desa. Sedangkan Data Stop BABS sampai tahun 2017
Pamsimas III (2016-2019) menunjukan kenaikan menjadi 311 desa yang
dimana ada 60% dusunnya berstatus Stop BABS.
Dari grafik 2.4 diatas kabupaten tanah bumbu tertinggi dalam
jumlah desa Stop BABS berjumlah 56 desa, sedangkan desa Stop BABS
terendah di Kabupaten tapin berjumlah 7 desa. Hal ini dikarenakan
kabupaten tapin adalah kabupaten yang baru bergabung dengan pamsimas
II yaitu kabupaten pamsimas tahun anggaran 2014-2015, jadi
perkembangannya masih belum bisa diketahui. Akan tetapi dengan
adanya tindakan dari pamsimas II, diharapkan akan bermunculan desa-
desa yang berstatus Stop BABS pada akhirnya. Untuk kabupaten tabalong
rutin menyumbangkan desa berstatus Stop BABS setiap 2 bulan sekali.
Dari data tahun 2015 sampai tahun 2017 terjadi kenaikan 80 persen.
BAB III
USULAN KEGIATAN

A. Uraian Kegiatan
PBL merupakan kegiatan kurikulum wajib dengan beban studi
sebesar 2 SKS yang dilaksanakan selama ±5 minggu dengan rincian sebagai
berikut :
1. Persiapan, orientasi lapangan dan pembekalan selama 1 minggu.
2. Pelaksanaan kerja PBL selama 3 minggu efektif di lapangan,
pelaksanaan di lapangan disesuaikan dengan jam kerja di tempat PBL.
3. Konsultasi laporan PBL pada dosen pembimbing Fakultas
dilaksanakan mulai minggu ke 3 dan 4.
4. Pembuatan laporan dan hasil PBL selama 2 minggu.
5. Seminar laporan PBL pada minggu ke 5.
Adapun secara rinci tahapan kegiatan PBL dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Rincian Kegiatan PBL Berdasarkan Waktu (Tahapan Minggu)
Kegiatan MingguKe
I II III IV V
Persiapan&Pembekalan
Pelaksanaan PBL

Konsultasi
Pembuatan Laporan
Seminar Laporan PBL

26
27

B. Identifikasi Masalah
1. Mengidentifikasi Masalah
Berdasarkan data yang diperoleh saat PBL di Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan, maka penulis mengidentifikasi beberapa
permasalahan di bidang Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan
Lingkungan. Adapun rumusan permasalahan yang didapat adalah sebagai
berikut :
a. Bebarapa Puskesmas belum melakukan penganggaran pelaksanaan
STBM di dana BOK
b. Kurangnya petugas sanitarian di puskesmas yang belum mendapatkan
pelatihan STBM atau pun pelatihan dalam pemicuan
c. Faktor lingkungan, terutama warga masyarakat yang tinggal disekitar
lingkungan sungai, mereka sangat sulit untuk diajak agar tidak BAB
disungai
d. Kurangnya dana program STBM yang dianggarkan dari sumber baik
APBD dan APBN
e. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi
f. Adanya perubahan atau pergantian fasilitator kabupaten di
kabupaten/kota

C. Rencana Anggaran Kegiatan

No Jenis Pengeluaran Biaya yang


Diusulkan (Rp)
1 Bahan habis pakai dan peralatan 530.000
2 Perjalanan 1.000.000
3 Lain-lain (publikasi, jilid laporan, jurnal) 770.000
Jumlah 2.500.000
DAFTAR PUSTAKA

Astuti., 2016. Pemicuan Sebagai Salah Satu Alat Untuk Mencapai SBS. [online].
Available from
(https://www.kompasiana.com/astuti_delza/pemicuan- sebagai-salah-satu-
alat-untuk-mencapai-
sbs_5744761ed27a618d0e499721, diakses pada 06 Maret 2018)
Batola, Pemkab., 2016. 44.390 Kepala Keluarga di Barito Kuala Belum Miliki
Akses Jamban Sehat. [online]. Available from
(http://pemkabbaritokuala.tribunnews.com/2016/11/14/44390-kepala-
keluarga-di-barito-kuala-belum-miliki-akses-jamban-sehat, diakses
pada
12 Maret 2016)
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Laporan Tahunan Seksi Kesehatan
Lingkuangan, Lingkungan Kerja dan Olahraga Tahun 2017. Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin 2018
Makeda., 2016. Makalah Lengkap Hubungan Jamban dan Diare di Kalimantan
Selatan. [online]. Available from
(http://mekadax.blogspot.co.id/2016/04/makalah-lengkap-hubungan-
jamban-dan.html, diakses pada 08 Maret)
Pamsimas., 2014. Menjawab tantangan Air Minum dan Sanitasi di Wilayah
Perdesaan Indonesia. [online]. Available from
(http://documents.worldbank.org/curated/en/257891467999387680/pdf/10
1178-BAHASA-WP-P085375-PUBLIC-Box393259B.pdf, diakses pada
12 Maret 2018)
Rakerkesnas., 2017.Integrasi Seluruh Komponen Bangsa Mewujudkan Indonesia
sehat. [online]. Available from
(http://www.depkes.go.id/article/print/17022700006/rakerkesnas-2017-
integrasi-seluruh-komponen-bangsa-mewujudkan-indonesia-sehat.html,
diakses pada 15 Maret 2018)
Sugeng., 2016. Konsep Dasar Open Defecation Free (ODF) / Buang Air Besar
Sembarangan (BABS). [online]. Available from
(http://warungbidan.blogspot.co.id/2016/05/konsep-dasar-open-
defecation-free-odf.html, diakses pada 15 Maret 2018)
Superadmin., 2017. Program 100-0-100 Untuk Indonesia Bersih dan Sehat. [online].
Available from (http://habitatindonesia.org/program-100-0-100- untuk-indonesia-
bersih-dan-sehat/, diakses pada 15 Maret 2018)
Unicef., 2017. Dampak dan Ancaman BABS. [online]. [online]. Available from
(http://www.tinjutinja.com/dampak-dan-ancaman-babs, diakses pada 15
Maret 2018)
Wahit., 2016. Stop Buang Air Besar di Sembarangan (SBS). [online]. Available from
(http://wahid81.blogspot.co.id/2014/11/stop-buang-air-besar- sembarangan-
sbs.html?m=1, diakses pada 15 Maret 2018)
Zulfiherwindo., 2016. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. [online]. Available from
(http://scholar.unand.ac.id/12624/2/BAB%20I.pdf, diakses pada 16
Maret 2018)

Anda mungkin juga menyukai