Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

“HEPATITIS B DAN C “

Dosen : Eka Handayani, S.ST., M.Kes

Di Susun Oleh kelompok 4 :

1. Ajemalina ( 18070269 )
2. Angelina Sri Wulandari ( 18070258 )
3. Emillya Safitri ( 18070260 )
4. Nooraida Rahmawati (18070116)
5. Mailani ( 8070417 )
6. Selvia nur fitri ( 18070114 )
7. Sri handayani ( 18070489 )

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN

MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI

BANJARMASIN

2021
A. pengertian
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Hepatitis bisa disebabkan oleh infeksi
virus, bisa juga disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain, seperti kebiasaan
mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu, atau penyakit autoimun. Jika
disebabkan oleh infeksi virus, hepatitis bisa menular.
Pengertian hepatitis B dan C
1. Hepatitis B
adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VBH). Virus ini
dapat menular melalui hubungan seksual atau berbagi jarum suntik. Infeksi hepatitis B
merupakan penyakit yang tidak bertahan lama dalam tubuh penderita dan akan
sembuh sendiri tanpa pengobatan khusus.
2. Hepatitis c
Hepatitis C adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus tertentu yang
disebut virus hepatitis C (HCV). Kata “hepatitis” berasal dari dua segmen Latin:
“hepat” mengacu pada hati, dan “itis“, yang berarti peradangan. Istilah “hepatitis”
tidak spesifik untuk peradangan, seperti hepatitis dapat disebabkan oleh reaksi
terhadap obat, obat beracun, racun, alkohol, reaksi alergi, penyakit autoimun (ketika
serangan tubuh sendiri oleh karena kesalahan) dan varietas virus.
B. Penyebab
1. Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat 
ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita hepatitis B.
Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan
vagina, dan air mani.
2. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C juga
ditularkan melalui cairan tubuh. Penularan bisa terjadi saat berhubungan seksual
tanpa kondom atau menggunakan jarum suntik bekas penderita hepatitis C. Jika
ibu hamil menderita hepatitis C, bayinya dapat tertular penyakit ini saat melewati
jalan lahir ketika persalinan.
Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh beberapa hal
kondisi berikut:

1. Konsumsi alkohol secara berlebihan


Konsumsi alkohol secara berlebihan bisa menyebabkan peradangan pada hati
(hepatitis) dan menimbulkan kerusakan permanen pada sel-sel hati, sehingga
fungsi hati akan terganggu. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang
menjadi gagal hati dan sirosis.
2. Obat-obatan tertentu
Penggunaan obat-obatan melebihi dosis dan paparan racun juga dapat
menyebabkan peradangan pada hati. Kondisi ini disebut toxic hepatitis.
3. Penyakit autoimun
Pada hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, sistem imun tubuh
secara keliru menyerang sel-sel hati sehingga menimbulkan peradangan dan
kerusakan sel.

C. Faktor risiko
1. Faktor umum Risiko Hepatitis
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita hepatitis
adalah:

 Kurang menjaga kebersihan, seperti tidak mencuci tangan sebelum makan


 Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi virus hepatitis atau makanan yang tidak
dimasak hingga matang
 Berbagi penggunaan barang pribadi dan jarum suntik dengan orang lain
 Melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan penderita hepatitis akibat infeksi
virus
 Memiliki penyakit infeksi akut dan kronis
 Memiliki penyakit autoimun
 Memiliki riwayat hepatitis dalam keluarga
 Sering menerima transfusi darah, terutama bila darah yang didonorkan tidak melalui
pemeriksaan ketat atau alat yang digunakan tidak bersih
2. faktor resiko hepatitis B
 Bertukar Barang Pribadi 
Risiko penularan virus penyebab hepatitis B menjadi lebih tinggi pada orang yang
sering bertukar atau berbagai barang pribadi. Penyakit ini rentang menyerang orang
yang sering berbagi sikat gigi, alat cukur, dan handuk. Risiko penularan penyakit
meningkat saat barang tersebut terkontaminasi darah dari pengidap hepatitis B. 
 Kontak Darah 
Penularan penyakit hepatitis B juga menjadi lebih besar pada orang yang melakukan
kontak darah atau cairan tubuh lain pada pengidap penyakit ini. Hal ini bisa terjadi
melalui transfusi darah atau saat melakukan hubungan seksual. 
Risiko penyakit juga meningkat saat menjalani transfusi darah di klinik atau rumah
sakit yang tidak memeriksa darah untuk hepatitis B. Sebab, hal ini berarti tidak ada
pemeriksaan sebelum darah masuk ke dalam tubuh, dan bisa jadi darah yang diterima
mengandung virus hepatitis. 
 Penggunaan Obat Terlarang 
Salah satu faktor risiko penyakit hepatitis B adalah penggunaan obat terlarang. Virus
penyebab penyakit ini bisa menular melalui pemakaian jarum suntik secara bersama,
terutama dengan orang yang sebelumnya sudah hepatitis B. 
 Sembarangan Membuat Tato 
Membuat tato di tempat yang tidak terjadi kebersihan atau tingkat sterilnya tidak
diketahui juga bisa meningkatkan risiko penyakit hepatitis B. Risiko penularan
hepatitis B saat menato atau menindik terjadi karena peralatan yang digunakan
mungkin sudah terkontaminasi. 
 Seks tidak Sehat 
Cairan tubuh menjadi salah satu perantara utama penularan hepatitis B. Risiko
penularan penyakit ini meningkat pada orang yang melakukan seks tidak sehat,
misalnya tidak menggunakan kondom hingga berganti-ganti pasangan. 
3. Faktor Risiko Hepatitis C

Semua orang sebenarnya rentan terhadap hepatitis. Namun, ada beberapa faktor
yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena hepatitis C, antara lain
memiliki luka segar atau terbuka yang terpapar darah yang terinfeksi,
menggunakan narkoba suntik, hubungan intim tidak menggunakan kondom dan
berganti pasangan, membuat tato atau tindik tubuh dengan peralatan yang tidak
steril, serta faktor keturunan (memiliki orangtua yang mengidap hepatitis C).

D. Ciri-ciri Hepatitis
1. Ciri - ciri hepatitis b yang bisa diwaspadai:
- Demam
- Kelelahan yang berlangsung selama berminggu-minggu
- Sakit kuning yang terlihat dari mata yang menguning
- Mual dan muntah
- Hilang nafsu makan
- Gejala yang hampir mirip dengan pilek seperti nyeri tubuh dan sakit kepala
2. Ciri – ciri hepatitis C yang bisa diwaspadai :

 Merasa kelelahan.
 Mudah berdarah atau memar.
 Kerap tidak nafsu untuk makan.
 Perubahan warna kuning pada kulit dan mata (penyakit kuning).
 Penurunan berat badan.
 Urine yang dihasilkan berwarna gelap.
 Kulit yang gatal.
 Pembengkakan di kaki.
 Mengalami ensefalopati hepatik.
 Pembuluh darah yang menyerupai laba-laba di kulit (spider angiomas).

E. Diagnosis
1. Dalam mendiagnosis hepatitis B, awalnya dokter akan menanyakan gejala dan
memeriksa tanda kerusakan hati, seperti kulit dan mata yang berwarna
kuning atau nyeri perut. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan
lanjutan untuk memastikan diagnosis terhadap pasien. Salah satu tes tambahan
yang dilakukan adalah tes darah. Tes darah dilakukan untuk mendeteksi
keberadaan virus hepatitis B, memeriksa fungsi hati, dan menentukan apakah
jenis hepatitis B yang diderita pasien bersifat akut atau kronis.Tes pencitraan,
seperti USG perut, juga dilakukan untuk memeriksa dan mendeteksi kerusakan
pada organ hati. Pada kasus tertentu, prosedur biopsi dengan mengambil
sampel jaringan hati dilakukan untuk memeriksa tingkat kerusakan organ hati.
Seperti telah dikatakan sebelumnya, sebagian besar penderita hepatitis B tidak
mengalami gejala. Itulah sebabnya, hepatitis B sering kali ditemukan saat
penderita melakukan medical check-up rutin.
2. Dokter dapat mendiagnosis hepatitis C melalui tes darah. Ada 2 jenis tes darah
yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit ini, yaitu:

 Tes antibodi hepatitis C


Tes ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi (kekebalan tubuh) yang dihasilkan tubuh
untuk melawan virus. Bila positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
menentukan apakah penyakit hepatitis C menjadi kronis atau tidak. Pemeriksaan
antibodi hepatitis C akan tetap positif walaupun seseorang sudah sembuh dari
hepatitis C.

 Tes genetik virus (HCV RNA)


Jika tes ini menunjukkan hasil positif, artinya tubuh gagal membunuh virus tersebut,
dan hepatitis C sudah berkembang menjadi kronis. Tes ini juga dapat menentukan
respon pengobatan.

F. Pemcegahan

1. Mencegah Hepatitis B

Ada berbagai cara yang bisa diterapkan untuk mencegah penyakit hepatitis B, di
antaranya:

a. Pemberian Vaksin

Cara paling efektif untuk mencegah infeksi hepatitis B adalah dengan menerima vaksin. Namun
sebelum divaksin, kamu perlu tahu terlebih dahulu apakah virus telah masuk dan menginfeksi tubuh
atau belum. Untuk mendapatkan pemeriksaan, kamu bisa pesan layanan Hepatitis B Pre-Vaccination
di fitur Pemeriksaan Lab pada aplikasi Halodoc.

Jika ditemukan terdapat infeksi, dokter biasanya akan merekomendasikan obat hepatitis B
khusus bernama immunoglobulin, untuk dikonsumsi secara rutin selama 2 minggu. Namun,
jika infeksi tidak ditemukan, vaksin hepatitis B bisa dilakukan.

Vaksin hepatitis B ini dapat berupa Recombivax HB, Comvax, dan Engerix-B, yang dibuat


dari virus yang tidak aktif dan dapat diberikan sebanyak 3 atau 4 kali dalam waktu 6 bulan.
Vaksin ini bekerja dalam tubuh dengan cara merangsang produksi antibodi yang akan
melawan virus hepatitis B jika sewaktu-waktu masuk ke dalam tubuh. 

Vaksin hepatitis B sangat dianjurkan bagi:

 Bayi baru lahir.


 Anak-anak dan remaja yang belum divaksinasi saat lahir.
 Orang yang mengidap penyakit menular seksual, termasuk HIV.
 Petugas layanan kesehatan, petugas gawat darurat, dan orang-orang yang sering mengalami
kontak dengan darah.
 Pria yang melakukan hubungan intim dengan pria lainnya.
 Seseorang yang bergonta-ganti pasangan seksual.
 Pengidap penyakit hati kronis.
 Orang yang menggunakan narkoba suntik.
 Pengidap penyakit ginjal stadium akhir.
 Merupakan pasangan seksual dari pengidap hepatitis B.
 Orang yang berencana bepergian ke wilayah di dunia dengan tingkat infeksi hepatitis B
tinggi.

Perlu diketahui bahwa pemberian vaksin hepatitis B bagi ibu hamil perlu didiskusikan dahulu
dengan dokter, karena dikhawatirkan akan berdampak pada kesehatan janin dalam
kandungan. Sekarang, diskusi dengan dokter bisa dilakukan di mana dan kapan saja
melalui Halodoc, lewat fitur Chat atau Voice/Video Call. Jadi, pastikan kamu
sudah download aplikasinya di ponselmu, ya.

b. Berhati-Hati dengan Penggunaan Jarum


Penggunaan jarum atau peralatan medis yang kurang steril dapat meningkatkan risiko
seseorang terkena infeksi hepatitis B. Karena itu, kamu perlu berhati-hati dengan penggunaan
jarum, baik pada aktivitas medis maupun non-medis, seperti pembuatan tato atau narkoba
suntik. 

c. Jaga Kebersihan Tubuh

Meski terdengar sepele, nyatanya rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah
dari kamar mandi, serta sebelum dan setelah mengolah makanan, efektif untuk mencegah
penyebaran hepatitis B. Tidak hanya itu, menjaga kebersihan tubuh secara keseluruhan juga
penting untuk dilakukan, untuk memperkecil risiko hepatitis B. 

d. Hindari Berbagi Peralatan Pribadi

Kamu terbiasa berbagi barang-barang pribadi seperti sikat gigi atau pisau cukur dengan orang
lain? Sebaiknya mulai hentikan kebiasaan ini, deh. Sebab, berbagi barang-barang pribadi
seperti itu dapat meningkatkan risiko kamu untuk terinfeksi hepatitis B.

Sebab, bisa saja darah orang yang terinfeksi hepatitis B menempel secara tidak sadar pada
sikat gigi, pisau cukur, atau gunting. Jika benda-benda tersebut kamu pakai, kamu bisa
tertular. 

e. Melakukan Hubungan Seksual yang Aman

Hepatitis B dapat menular melalui darah, atau cairan tubuh lainnya seperti air mani. Karena
itu, kamu perlu melakukan hubungan seksual yang aman, jika tidak ingin tertular hepatitis B.
Hubungan seksual aman yang dimaksud adalah dengan tidak bergonta-ganti pasangan,
memeriksa riwayat kesehatan pasangan, dan gunakan kondom, termasuk saat melakukan seks
oral dan anal.

2. Mencegah hepatitiis C

Hingga saat ini, belum ada vaksin khusus untuk mencegah hepatitis C. Meski demikian, ada
beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi virus hepatitis C, yaitu:

 Mencuci tangan secara teratur dengan air dan sabun, terutama setelah beraktivitas di
luar ruangan dan sebelum makan.
 Tidak menggunakan NAPZA, apalagi berbagi jarum suntik dengan pengguna lainnya.
 Tidak berbagi penggunaan barang pribadi, seperti alat cukur, sikat gigi, dan gunting
kuku, karena mudah tercemar dengan darah.
 Berhati-hati saat ingin ditindik atau ditato. Pilihlah tempat tindik atau tato yang
terpercaya, dan pastikan bahwa peralatannya steril.
 Menggunakan alat pelindung diri saat kontak dengan darah orang lain, terutama bagi
petugas medis. Gunakanlah sarung tangan sekali pakai.
 Menggunakan kondom saat berhubungan seksual, dan tidak berhubungan seks saat
sedang menstruasi.
 Meningkatkan kekebalan tubuh, dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan
berolahraga secara teratur.
 Menutup luka terbuka dengan plester, khusus untuk penderita hepatitis C. Hal ini
dapat mencegah penularan kepada orang lain.

G. Pengobatan

1. Pengobatan Hepatitis B

Jika kamu memiliki hepatitis B segera melakukan kontak dengan dokter. Pada umumnya,
dokter akan memberikan vaksin dan suntikan immunoglobulin hepatitis B. Protein ini
meningkatkan sistem kekebalanmu yang membantunya melawan infeksi.

Jika tubuhmu sakit, dokter mungkin akan menempatkan di tempat tidur untuk membantu
pemulihan menjadi lebih cepat. Bila kamu mengonsumsi alkohol dan asetaminofen maka ini
waktu yang tepat untuk berhenti mengonsumsinya.

Ketika kamu mengonsumsi obat lain sebelum kunjungan ke dokter, ada baiknya diskusikan
ke dokter untuk menghindari konsumsi obat yang berlawanan. Kamu juga dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan sehat untuk meningkatkan imun tubuh.

2. Hingga saat ini, belum ada vaksin khusus untuk mencegah hepatitis C. Meski
demikian, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya
infeksi virus hepatitis C, yaitu:

 Mencuci tangan secara teratur dengan air dan sabun, terutama setelah beraktivitas di
luar ruangan dan sebelum makan.
 Tidak menggunakan NAPZA, apalagi berbagi jarum suntik dengan pengguna lainnya.
 Tidak berbagi penggunaan barang pribadi, seperti alat cukur, sikat gigi, dan gunting
kuku, karena mudah tercemar dengan darah.
 Berhati-hati saat ingin ditindik atau ditato. Pilihlah tempat tindik atau tato yang
terpercaya, dan pastikan bahwa peralatannya steril.
 Menggunakan alat pelindung diri saat kontak dengan darah orang lain, terutama bagi
petugas medis. Gunakanlah sarung tangan sekali pakai.
 Menggunakan kondom saat berhubungan seksual, dan tidak berhubungan seks saat
sedang menstruasi.
 Meningkatkan kekebalan tubuh, dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan
berolahraga secara teratur.
 Menutup luka terbuka dengan plester, khusus untuk penderita hepatitis C. Hal ini
dapat mencegah penularan kepada orang lain.

kesimpulan

Hepatitis B menular kepada orang lain dimana sumber penularannya dapat melalui darah.
Tetapi berdasarkan penilitian yang pernah dilakukan dilaporkan bahwa sumber penularan hepatitis
yang lain dapat juga melalui cairan sekresi dan saliva dimana dijumpai HbsAg pada saliva penderita
hepatitis B. Oleh karena sumber penularan virus hepatitis B bisa melalui darah dan saliva maka
hepatitis B ini erat kaitannya dengan dokter gigi karena dokter gigi dalam bertugas sehari-hari akan
selalu berkontak dengan darah dan saliva.

Hepatitis C merupakan penyakit yang seringkali tidak menimbulkan gejala pada infeksi akut.
Sehingga banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi hepatitis C. Dari data terlihat
adanya peningkatan prevalensi pada bulan dimana penyumbang darah berasal dari satu komunitas
yang hidup bersama menunjukkan bahwa transmisi secara horizontal memegang peranan yang
penting

Anda mungkin juga menyukai