Disusun oleh :
30901900144
Dosen Pengampu :
TAHUN PELAJAR
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
pada Narapidana”. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan, saran,
dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Maka pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada dosen
memberikan doa, motivasi dan dukungan. Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan serta semua
pihak yang telah memberikan masukan dan dukungan dalam penyelesaian makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa/I Universitas Islam Sultan Agung dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
2.1 Pengertian Narapidana...........................................................................................................5
2.2 Etiologi...................................................................................................................................6
2.3 Masalah Kesehatan Narapidana.............................................................................................9
2.4 Klasifikasi............................................................................................................................10
2.5 Penatalaksanaan...................................................................................................................11
2.6 Asuhan Keperwatan narapidana..........................................................................................13
BAB III..........................................................................................................................................26
3.1 Kasus....................................................................................................................................26
3.2 Kesimpulan...........................................................................................................................26
3.3 Saran.....................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Anak merupakan suatu faktor yang penting dari suatu bangsa, dimana anak merupakan
karunia dari Tuhan Yang Maha Esa dan generasi penerus bangsa yang seharusnya dijaga dan
“setiap anak berhak atas kelangsungan tumbuh, hidup, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.” Salah satu hak dari seorang anak adalah
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Selain itu perlindungan anak juga diberikan kepada
anak yang telah disempurnakan dengan berlakunya UndangUndang No.11 Tahun 2012 tentang
Kejahatan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia. Pada
prinsipnya masalah kejahatan tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan masalah kejahatan
tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan masalah lain seperti sosial, ekonomi, politik dan
budaya yang mana hal tersebut sebagai fenomena yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Karenanya kejahatan adalah adalah hasil interaksi yang disebabkan adanya interrelasi antara
fenomena yang ada dan saling mempengaruhi, interaksi sebagai fenomena yang ikut serta dakam
terjadinya kejahatan, serta mempunyai hubungan fungsional satu sama lain. Kejahatan juga
1
2
sangat mungkin terjadi pada anak-anak. Tidak jarang dijumpai tindak-tindak kriminal yang
dilakukan seorang anak, atau remaja, baik yang secara ringan maupun yang berat. Kriminalitas
yang dilakukan oleh anak-anak dan para remaja di Indonesia adalah seperti pencurian dan
pencopetan yang biasa dilakukan oleh anak-anak jalanan, dan yang sekarang ini dapat kita lihat
sendiri pengaruh media internet yang seharusnya dipergunakan sebagai media untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan, ternyata disalah gunakan oleh penggunanya terutama dalam
fokus kita, anak-anak yang ternyata mengerti dengan hal tersebut lalu mempergunakannya
dengan hal-hal yang negatif. Kecenderungan kenakalan adalah dari faktor bawaan yang
bersumber dari id (bagian kepribadian yang bersumber dari hawa nafsu). Kenakalan-kenakalan
yang dilakukan oleh anak dan remaja seyogyanya diupayakan secara sungguh-sungguh,
teristimewa didalam penanggulangan yang setuntas - tuntasnya. Upaya ini merupakan aktifitas
yang pelik, apabila ditinjau secara integral, akan tetapi apabila ditinjau secara terpisah maka
upaya ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara profesional yang menuntut ketekunan
Secara umum tujuan hukum pidana adalah menciptakan ketertiban, keadilan dan
kedamaian dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan jalan mencegah dan
kepentingan masyarakat atau kolektivitas serta kepentingan negara atau pemerintah, dan
merupakan tujuan akhir melainkan merupakan sarana untuk mencapai tujuan hukum pidana yang
sesungguhnya. Anak Deliquent (yang terlibat dalam kejahatan) yang telah menjadi kenyataan
3
dalam masyarakat perlu perbaikan secara integral. Upaya merehabilitasi anak deliquent
memerlukan langkah-langkah secara khusus secara komprehensif. Beraneka ragam aspek yang
bersangkut paut dengan kehidupan anak deliquent baik secara fisik maupun psikis yang perlu
dibenahi secara mapan. Dewasa ini pemerintah telah banyak menyediakan sarana untuk
membina anak deliquent, yakni Lembaga Pemasyarakatan Anak Negara. Dalam ketentuan hakim
tidak berwenang untuk menentukan lamanya masa pendidikan yang harus dijalani oleh anak
yang bersangkutan. Menurut Pasal 46 KUHP dijelaskan bahwa pendidikan bagi anak tersebut
akan diakhiri setelah ia mencapai usia 18 tahun dihitung berdasarkan umur yang disebutkan
dalam vonis hakim. Pembinaan terhadap remaja yang telah mengalami tingkah laku kenakalan
atau yang telah menjalani suatu hukuman kerena kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar supaya
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian narapidana
PEMBAHASAN
Secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari narapidana adalah
orang yang sedang menjalani hukuman karena telah melakukan suatu tindak pidana10,
sedangkan menurut kamus induk istilah ilmiah menyatakan bahwa narapidana adalah orang
hukuman atau orang buian. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
tercantum pada Pasal 1 angka 32, terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan
Pemasyarakatan menjelaskan bahwa narapidana adalah terpidana yang sedang menjalani pidana
Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, terpidana adalah seseorang yang di pidana
Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah seseorang atau terpidana
yang sebagian kemerdekaannya hilang sementara dan sedang menjalani suatu hukuman di
Lembaga Pemasyarakatan. Sebelum istilah narapidana digunakan, yang lazim dipakai adalah
orang penjara atau orang hukuman. Dalam Pasal 4 ayat (1) Gestichtenreglement (Reglemen
Penjara) Stbl. 1917 No. 708 disebutkan bahwa orang terpenjara adalah :
4
5
c. Orang di sel;
2.2 Etiologi
a. Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi
konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan
keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan
melakukan penipuan-penipuan.
2. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan ekonomi nasional,
upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari itu
3. Pengangguran
kriminalitas, terutama dalam waktu- waktu krisis, pengangguran dianggap paling penting.
Bekerja terlalu muda, tak ada pengharapan maju, pengangguran berkala yang tetap,
6
pengangguran biasa, berpindahnya pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang lain, perubahan
gaji sehingga tidak mungkin membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga dapat
b. Faktor Mental
1. Agama
Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila dihubungkan
dengan pengertian dan perasaan moral yang telah meresap secara menyeluruh. Meskipun adanya
faktor-faktor negatif , memang merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang secara teratur
diajarkan oleh bimbingan agama dan khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan yang
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan factor krimogenik yang kuat,
mulai dengan roman-roman dari abad ke-18, lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis
dan pornografi, buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita- cerita detektif dengan penjahat
sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih
langsung dari bacaan demikian ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh
langsung dan suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian-
harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat berasal dari koran-koran.
Di samping bacaan- bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan
c. Faktor Pribadi
1) Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara yuridis maupun
kriminal dan sampai suatu batas tertentu berhubungan dengan faktor-faktor seks/kelamin dan
bangsa, tapi faktor-faktor tersebut pada akhirnya merupakan pengertian- pengertian netral bagi
kriminologi. Artinya hanya dalam kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru
memperoleh arti bagi kriminologi. Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama
masih sekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan- lahan sampai umur 40,
lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak
berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan manusia.
2) Alkohol
lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan, pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan
pembakaran, walaupun alcohol merupakan faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda tanya,
3) Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan, seringkali terjadi bahwa
orang yang tadinya patuh terhadap hukum, melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu
sesudah perang, ada krisis-krisis, perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi dan
revolusi ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi kasar karena perang, kepemilikan senjata
a) Kesehatan Mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000 tahanan dilembaga
pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa. Penyakit jiwa yang sering dijumpai adalah
skozofrenia, bipolar affective disorder dan personality disorder. Karena banyak yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa maka pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan mental.
b) Kesehatan fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan penyakit menular
1. HIV
Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6 kali lebih tinggi aripada populasi
umum. Tingginya angka infeksi HIV ini berkaian dengan perilaku yang beresiko tinggi seperti
penggunaan obat-obaan, sexual intercourse yang tidak aman dan pemakaian tato. Pendekatan
yang dilakukan utnuk menekan angka kejadian yaitu dengan dilakukannya penegaan dan
2. Hepatitis
Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada populasi umum walaupun data yang ada
belum lengkap. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obat lewat suntikan, tato, imigran dari
daerah dengan insiden hepatitis B dan C tinggi. National Commision on Correctional Healt Care
(NCCHC) menyarankan agar dilakukan skrining pada semua tahanan dan jika diindikasikan
maka harus segera diberikan pengobatan. NCCHC juga merekomendasikan pendidikan bagi
3. Tuberculosis
Angka TB tiga kali lebih besar di LP dibanding populasi umum. Hal ini terkait dengan
kepadatan penjara dan ventilasi yang buruk, yang mempengaruhi penyebaran penyakit. Pada
tahun 196, lembaga yang menangani tuberculosis yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan
2.4 Klasifikasi
pemasyarakatan, yaitu :
a. Wanita
Masalah kesehatan yang ada mungkin lebih komplek misalnya tahanan wanita yang
dalam keadaan hamil, meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain (terpisah dari anak),
korban penganiayaan dan kekerasan social, penyalahgunaan obat terlarang. Tetapi pelayanan
kesehatan yang selama ini diberikan belum cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan mereka
seperti pemeriksaan ginekologi untuk wanita hamil dan korban kekerasan seksual. NCCHC
pelayanan kesehatan :
10
koprehensif.
konseling berkaitan dengan peran sebagai orang tua dan pemakaian obat- obatan dan
alcohol.
b. Remaja
Meningkatnya jumlah remaja yang terlibat tindak kriminal membuat mereka harus ikut
dihukum dan ditahan seperti orang dewasa. Hal ini akan menghalagi pemenuhan kebutuan untuk
berkembang seperti perkembangan fisik, emosi dan nutrisi yang dibutuhkan. Para remaja ini
akan mempunyai masalah- masalah kesehatan seperti kekerasan seksual, penyerangan oleh
tahanan lain atau tindakan bunuh diri. Disini perawat harus memantau tingkat
perkembangan dan pengalaman mereka dan perlu waspada bahwa pada usia ini paling rentan
2.5 Penatalaksanaan
a) Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena
bila ia menarik diri ia apat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
b) Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif
persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita
dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi). Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang
paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi
adalah terapi yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau
kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
c) Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang
untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus ada pengenalan
kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk
membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan
Purwanto, 20)
a. Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang- binatang dianggap dapat membantu
narapidana untuk mendapatkan terapi secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara
emosional. Binatang yang dilatih tidak hanya binatang peliharaan, namun juga binatang yang
ditinggalkan atau dibuang oleh pemiliknya. Diharapkan nantinya binatang- binatang ini juga
dapat berguna di masyarakat, sama seperti narapidana yang mendapatkan pelatihan untuk dapat
b. Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai pelatihan memasak bagi para
narapidana. Meskipun ada yang mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng,
banyak pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara khusus, mulai dari membuat menu
hingga menyusun anggaran. Beberapa penjara juga bekerja sama dengan restoran local untuk
memberi pelatihan ini. Selain itu, dengan pekerja di dapur, mereka tidak perlu banyak
c. Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk berkonsultasi pada mantan penjahat, namun
di penjara, narapidana diberikan pengetahuan mengenai rehabilitasi dan terapi konseling. Hal ini
dikarenakan narapidana memiliki pengalaman yang membuat mereka lebih mengerti mengenai
tindak kejahatan. Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan untuk dapat memberikan konseling
dengan lebih baik kepada orang-orang yang bermasalah berdasarkan pengalaman pribadi mereka
Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai bekal baginya setelah kembali
kemasyarakat nantinya, kepada mereka di berikan latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini dapat
dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan sedangkan tempat penentuan kerja dan jenis pekerjaan
yang akan diberikan kepada narapidana ditetapkan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan. Latihan
kerja ini berupa latihan kerja di bidang pertanian, Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan dan lain
sebagainya.
13
pembinaan soft kill dan hard skill dengan pendekatan perilaku wirusaha. Pembinaan soft skill
yang dilaksanakan yaitu pembinaan intelektual, pembinaan kerohanian dan pembinaan rekreatif.
Pembinaan hard skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan keterampilan dan kemandirian melalui
ketrampilan hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan sapu, las listrik, batik tulis,kerajinan
Ruang : Mawar
a. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. B
Umur : 17 Tahun
Alamat : Bulakan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
14
Penanggung Jawab
Nama : Ny. Y
Alamat : Bulakan
2. Alasan Masuk
Dua bulan sebelum masuk lapas klien melakukan tindakan pencurian.
3. Faktor Predisposisi
1) Klien belum pernah melakukan kejahatan sebelumnya.
2) Klien dan keluarga memiliki ekonomi yang susah
3) Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu ketika sekolah
selalu di bully.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
Pernafasan : 26 x/menit
b) Ukuran
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 49 Kg
c) Kondisi Fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.
5. Psikososial
a. Konsep Diri
Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah mata karena
bisa melihat.
15
d. Status Mental
Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, klien menggunakan
baju yang disediakan di lapas.
Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat dipahami.
Aktivitas Motorik : Klien lebih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan.
Alam perasaan : Klien mengatakan merasa malu jika masa tahanan nya sudah selesai
karena takut tidak diterima oleh masyarakat
Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali klien
menengadah,selalu menjawab jika ditanya.
Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
Pola Fikir : Tidak ada waham.
Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari jum’at
tanggal 18 Februari 2020 jam 16.30 WIB,hari berikutnya juga klien sadar hari sabtu
tanggal 19 Februari 2019.
Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masalalunya.
Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 – 15= 5
Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah makan atau
16
f. Mekanisme Koping
h. Aspek Medik
1) Diagnosa Medis : Schizofrenia
2) Terapi
Haloperidol 2x5 mg
Trihexiperidine 2x2 mg
3) Masalah Keperawatan
Harga Diri Rendah
Isolasi sosial
Koping Individu Tidak Efektif
4) Pohon Masalah
Isolasi sosial
a. Analisis data
Do :
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi
20
Klien dapat
TUK 2 1. Tunjukan emosional
mengungkapk
yang sesuai
Klien dapat an perasaannya
2. Gunakan tekhnik
mengenali dan Klien mampu
komunikasi terapeutik
mengekspresik mengenali
terbuka,
an emosinya emosinya dan
3. Bantu klien
dapat
mengekspresikan
mengekspresi
perasaannya
kannya
4. Bantu klien
mengidentifikasikan
situasi kehidupan yang
tidak berada dalam
kemampuan dan
mengontrolnya
5. Dorong untuk
Menyatakan secara
verbal perasaan –
perasaan yang
berhubungan dengan
ketidak mampuannya
TUK 3 Klien dapat 1. Diskusikan masalah
22
negatifpada substitusi
Klien
TUK 4 1. Libatkan klien dalam
mampu menetapkan tujuan yang
Klien dapat
menentukan ingin dicapai
berpartisipasi
kebutuhan 2. Motivasi klien untuk
dalam
untuk membuat jadwal
mengambil
perawatan Aktivitas perawatan
keputusan yang
pada dirinya dirinya
berkenan
Klien dapat 3. Berikan privasi sesuai
dengan
berpartisipasi kebutuhan yang
23
dalam ditentukan
perawatan
pengambilan 4. Berikan reinsforcement
dirinya
/ Jam
S:
akan membantu
masalah yang dihadapi
S:
2. Bina hubungan terapeutik
19
dengan perawat dengan :
Februari Pendekatan dengan Klien mau duduk berdampingan
2020 baik ,menerima klien dengan perawat
Jam apa adanya O:
15.30 Mengidentifikasi
perasaan dan reaksi
perawatan diri - Klien mampu berbincang – bincang
sendiri dengan perawat
Menyediakan waktu -Klien mampu merespon tindakan
untuk bina perawat.
hubungan yang A : SP 2 tercapai
sopan P:
Menberikan Lanjutkan SP 3 adakan
kesempatan untuk kontrak waktu pertemuan
merespon berikutnya.
positif O:
Mendorong agar
berpenilaian positif
Klien dapat mengungkapkan
perasaannya
A : SP 3 teratasi sebagian
Membantu P:
mengungkapkan lanjutkan SP 1 keluarga
perasaannya
BAB III
3.2 Kasus
Seorang laki-laki berusia 17 tahun melakukan pencurian, setelahdi penjara dia tampak
malu saat berbicara sama orang,dia mengatakan teman berkurang semenjak di lapas dan dia malu
dengan temannya karena dia merasa tidak pantas diantara mereka, dia juga malu jika keluar dari
3.1 Kesimpulan
pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995). Seseorang yang terpaksa tinggal di
pemasyarakatan, tetapi mereka harus tetap mengikuti aturan - aturan yang berlaku di lembaga
pemasyarakatan. Selain itu, mereka juga harus terpisah dari keluarganya, kehilangan barang dan
jasa, kehilangan kebebasan untuk tinggal diluar, atau kehilangan pola seksualitasnya. Faktor-
faktor yang menyebabkan seorang menjadi narapidana adalah faktor ekonomi, faktor mental, dan
faktor pribadi.
Masalah kesehatan yang muncul pada narapidana yang berada di lapas yaitu kesehatan
mental dan fisik. Kebanyakan masalah kesehatan terjadi pada narapidana wanita dan remaja
karena adanya koping tidak efektif. Penatalaksanaan pada narapidana yang mengalami gangguan
jiwa yaitu terapi psikoterapi, keperawatan, terapi kerja. Perawat sebagai profesi yang berorientasi
28
pada manusia mempuyai andil dalam memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan
keperawatan kepada semua masyarakat bahkan narapidana sekalipun, karena banyak narapidana
yang mengalami gangguan psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan sampai berat.
3.2 Saran
khusunya pada narapidana harus memiliki pengetahuan yang luas dan tindakan yang dilakukan
harus rasional sesuai gejala penyakit dan asuhan keperawatan hendaknya diberikan secara
Dewi , N. (2015). Hubungan antara gangguan jiwa dengan kualitas hidup narapidana wanita.
jakarta: skripsi fakultas kedokteran indonesia.
29