Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

Asuhan Keperawatan Narapidana Anak

Disusun oleh :

Naza Khusna Silfiya

30901900144

Dosen Pengampu :

Ns. Wigyo Susanto, M.kep

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

TAHUN PELAJAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan

rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan

pada Narapidana”. Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan, saran,

dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Maka pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada dosen

pembimbing bapak Ns.Wigyo susanto,M.Kep. Keluargaku tercinta yang telah banyak

memberikan doa, motivasi dan dukungan. Rekan-rekan seangkatan dan seperjuangan serta semua

pihak yang telah memberikan masukan dan dukungan dalam penyelesaian makalah ini. Penulis

menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dapat

bermanfaat bagi mahasiswa/I Universitas Islam Sultan Agung dalam meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan.

Semarang,13 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.................................................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................5
2.1 Pengertian Narapidana...........................................................................................................5
2.2 Etiologi...................................................................................................................................6
2.3 Masalah Kesehatan Narapidana.............................................................................................9
2.4 Klasifikasi............................................................................................................................10
2.5 Penatalaksanaan...................................................................................................................11
2.6 Asuhan Keperwatan narapidana..........................................................................................13

BAB III..........................................................................................................................................26
3.1 Kasus....................................................................................................................................26

3.2 Kesimpulan...........................................................................................................................26
3.3 Saran.....................................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Anak merupakan suatu faktor yang penting dari suatu bangsa, dimana anak merupakan

karunia dari Tuhan Yang Maha Esa dan generasi penerus bangsa yang seharusnya dijaga dan

dilindungi. Sebagaimana amanat konstitusi Indonesia atau Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945, bahwa:

“setiap anak berhak atas kelangsungan tumbuh, hidup, dan berkembang serta berhak atas

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.” Salah satu hak dari seorang anak adalah

mendapatkan perlindungan. Secara hukum, negara Indonesia telah memberikan perlindungan

kepada anak melalui berbagai peraturan perundang-undangan. Ada Undang-Undang No.23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Selain itu perlindungan anak juga diberikan kepada

anak yang telah disempurnakan dengan berlakunya UndangUndang No.11 Tahun 2012 tentang

Sistem Peradilan Anak.

Kejahatan merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia di dunia. Pada

prinsipnya masalah kejahatan tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan masalah kejahatan

tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan dengan masalah lain seperti sosial, ekonomi, politik dan

budaya yang mana hal tersebut sebagai fenomena yang saling mempengaruhi satu sama lain.

Karenanya kejahatan adalah adalah hasil interaksi yang disebabkan adanya interrelasi antara

fenomena yang ada dan saling mempengaruhi, interaksi sebagai fenomena yang ikut serta dakam

terjadinya kejahatan, serta mempunyai hubungan fungsional satu sama lain. Kejahatan juga

1
2

sangat mungkin terjadi pada anak-anak. Tidak jarang dijumpai tindak-tindak kriminal yang

dilakukan seorang anak, atau remaja, baik yang secara ringan maupun yang berat. Kriminalitas

yang dilakukan oleh anak-anak dan para remaja di Indonesia adalah seperti pencurian dan

pencopetan yang biasa dilakukan oleh anak-anak jalanan, dan yang sekarang ini dapat kita lihat

sendiri pengaruh media internet yang seharusnya dipergunakan sebagai media untuk menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan, ternyata disalah gunakan oleh penggunanya terutama dalam

fokus kita, anak-anak yang ternyata mengerti dengan hal tersebut lalu mempergunakannya

dengan hal-hal yang negatif. Kecenderungan kenakalan adalah dari faktor bawaan yang

bersumber dari kelainan otak.

Menurut pemahaman Freudian (aliran psikoanalisis), bahwa kepribadian jahat (deliquent)

bersumber dari id (bagian kepribadian yang bersumber dari hawa nafsu). Kenakalan-kenakalan

yang dilakukan oleh anak dan remaja seyogyanya diupayakan secara sungguh-sungguh,

teristimewa didalam penanggulangan yang setuntas - tuntasnya. Upaya ini merupakan aktifitas

yang pelik, apabila ditinjau secara integral, akan tetapi apabila ditinjau secara terpisah maka

upaya ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara profesional yang menuntut ketekunan

dan berkesinambungan dari satu kondisi menuju kondisi yang lain.

Secara umum tujuan hukum pidana adalah menciptakan ketertiban, keadilan dan

kedamaian dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan jalan mencegah dan

melindungi kepentingan-kepentingan hukum baik kepentingan orang-perorangan atau individu,

kepentingan masyarakat atau kolektivitas serta kepentingan negara atau pemerintah, dan

perbuatan-perbuatan yang dapat merugikannya. Sehingga pemberian sanksi pidana bukan

merupakan tujuan akhir melainkan merupakan sarana untuk mencapai tujuan hukum pidana yang

sesungguhnya. Anak Deliquent (yang terlibat dalam kejahatan) yang telah menjadi kenyataan
3

dalam masyarakat perlu perbaikan secara integral. Upaya merehabilitasi anak deliquent

memerlukan langkah-langkah secara khusus secara komprehensif. Beraneka ragam aspek yang

bersangkut paut dengan kehidupan anak deliquent baik secara fisik maupun psikis yang perlu

dibenahi secara mapan. Dewasa ini pemerintah telah banyak menyediakan sarana untuk

membina anak deliquent, yakni Lembaga Pemasyarakatan Anak Negara. Dalam ketentuan hakim

tidak berwenang untuk menentukan lamanya masa pendidikan yang harus dijalani oleh anak

yang bersangkutan. Menurut Pasal 46 KUHP dijelaskan bahwa pendidikan bagi anak tersebut

akan diakhiri setelah ia mencapai usia 18 tahun dihitung berdasarkan umur yang disebutkan

dalam vonis hakim. Pembinaan terhadap remaja yang telah mengalami tingkah laku kenakalan

atau yang telah menjalani suatu hukuman kerena kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar supaya

mereka tidak mengulangi lagi kenakalannya.

1.2 Rumusan masalah

1.Apa pengertian pada narapidana.?

2. Apa faktor penyebab pada narapidana.?

3. Bagaimana klasifikasi pada narapidana.?

4. Apa masalah kesehatan pada narapidana.?

5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana.?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian narapidana

2. Untuk mengetahui faktor penyebab pada narapidana

3. Untuk mengetahui klasifikasi pada narapidana

4. Untuk mengetahui masalah kesehatan pada narapidana

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan jiwa pada narapidana


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Narapidana

Secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari narapidana adalah

orang yang sedang menjalani hukuman karena telah melakukan suatu tindak pidana10,

sedangkan menurut kamus induk istilah ilmiah menyatakan bahwa narapidana adalah orang

hukuman atau orang buian. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

tercantum pada Pasal 1 angka 32, terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Menurut Pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan menjelaskan bahwa narapidana adalah terpidana yang sedang menjalani pidana

hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan, menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, terpidana adalah seseorang yang di pidana

berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa narapidana adalah seseorang atau terpidana

yang sebagian kemerdekaannya hilang sementara dan sedang menjalani suatu hukuman di

Lembaga Pemasyarakatan. Sebelum istilah narapidana digunakan, yang lazim dipakai adalah

orang penjara atau orang hukuman. Dalam Pasal 4 ayat (1) Gestichtenreglement (Reglemen

Penjara) Stbl. 1917 No. 708 disebutkan bahwa orang terpenjara adalah :

4
5

a. Orang hukuman yang menjalani hukuman penjara (Gevengenis Straff)

atau suatu status/keadaan dimana orang yang bersangkutan berada

dalam keadaan Gevangen atau tertangkap;

b. Orang yang ditahan buat sementara;

c. Orang di sel;

d. Sekalian orang-orang yang tidak menjalani hukuman orang-orang hilang

kemerdekaan (Vrijheidsstraaf) akan tetapi dimasukkan ke penjara dengan sah

2.2 Etiologi

Faktor - faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi narapidana adalah :

a. Faktor ekonomi

1. Sistem Ekonomi

Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan bebas, menghidupkan

konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan

keinginan untuk memiliki barang dan sekaligus mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan

melakukan penipuan-penipuan.

2. Pendapatan

Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan ekonomi nasional,

upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari itu

perubahan-perubahan harga pasar (market fluctuations) harus diperhatikan.

3. Pengangguran

Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak, mempengaruhi terjadinya

kriminalitas, terutama dalam waktu- waktu krisis, pengangguran dianggap paling penting.

Bekerja terlalu muda, tak ada pengharapan maju, pengangguran berkala yang tetap,
6

pengangguran biasa, berpindahnya pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang lain, perubahan

gaji sehingga tidak mungkin membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga dapat

disimpulkan bahwa pengangguran adalah faktor yang paling penting.

b. Faktor Mental

1. Agama

Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila dihubungkan

dengan pengertian dan perasaan moral yang telah meresap secara menyeluruh. Meskipun adanya

faktor-faktor negatif , memang merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang secara teratur

diajarkan oleh bimbingan agama dan khususnya bersambung pada keyakinan keagamaan yang

sungguh, membangunkan secara khusus dorongan-dorongan yang kuat untuk melawan

kecenderungan- kecenderungan kriminal.

2. Bacaan dan film

Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan factor krimogenik yang kuat,

mulai dengan roman-roman dari abad ke-18, lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis

dan pornografi, buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita- cerita detektif dengan penjahat

sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah. Pengaruh crimogenis yang lebih

langsung dari bacaan demikian ialah gambaran suatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh

langsung dan suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si pembaca. Harian-

harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada umumnya juga dapat berasal dari koran-koran.

Di samping bacaan- bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan

pertumbuhan kriminalitas tertutama kenakalan remaja akhir- akhir ini.


7

c. Faktor Pribadi

1) Umur

Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara yuridis maupun

kriminal dan sampai suatu batas tertentu berhubungan dengan faktor-faktor seks/kelamin dan

bangsa, tapi faktor-faktor tersebut pada akhirnya merupakan pengertian- pengertian netral bagi

kriminologi. Artinya hanya dalam kerjasamanya dengan faktor-faktor lingkungan mereka baru

memperoleh arti bagi kriminologi. Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama

masih sekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan- lahan sampai umur 40,

lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak

berbeda pada garis aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan manusia.

2) Alkohol

Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti pelanggaran lalu

lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan, pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan

pembakaran, walaupun alcohol merupakan faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda tanya,

sampai berapa jauh pengaruhnya.

3) Perang

Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan, seringkali terjadi bahwa

orang yang tadinya patuh terhadap hukum, melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu

sesudah perang, ada krisis-krisis, perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi dan

revolusi ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi kasar karena perang, kepemilikan senjata

api menambah bahaya akan terjadinya perbuatan-perbuatan criminal :


8

2.3 Masalah Kesehatan Narapidana

a) Kesehatan Mental

Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000 tahanan dilembaga

pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa. Penyakit jiwa yang sering dijumpai adalah

skozofrenia, bipolar affective disorder dan personality disorder. Karena banyak yang mengalami

gangguan kesehatan jiwa maka pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan mental.

b) Kesehatan fisik

Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan penyakit menular

seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis.

1. HIV

Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6 kali lebih tinggi aripada populasi

umum. Tingginya angka infeksi HIV ini berkaian dengan perilaku yang beresiko tinggi seperti

penggunaan obat-obaan, sexual intercourse yang tidak aman dan pemakaian tato. Pendekatan

yang dilakukan utnuk menekan angka kejadian yaitu dengan dilakukannya penegaan dan

program pendidikan kesehatan mengenai HIV dan AIDS.

2. Hepatitis

Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada populasi umum walaupun data yang ada

belum lengkap. Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obat lewat suntikan, tato, imigran dari

daerah dengan insiden hepatitis B dan C tinggi. National Commision on Correctional Healt Care

(NCCHC) menyarankan agar dilakukan skrining pada semua tahanan dan jika diindikasikan

maka harus segera diberikan pengobatan. NCCHC juga merekomendasikan pendidikan bagi

semua staf dan tahanan mengenai cara penyebaran, pencegahan, pengobatan

dan kemajuan penyakit.


9

3. Tuberculosis

Angka TB tiga kali lebih besar di LP dibanding populasi umum. Hal ini terkait dengan

kepadatan penjara dan ventilasi yang buruk, yang mempengaruhi penyebaran penyakit. Pada

tahun 196, lembaga yang menangani tuberculosis yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan

pengontrolan TB di lembaga pemasyarakatan yaitu :

1. Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan tahanan

2. Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan pengobatan yang sesuai

3. Monitoring dan evaluasi skrinin

2.4 Klasifikasi

Berdasarkan populasi narapidana yang mempunyai masalah kesehatan pada lembaga

pemasyarakatan, yaitu :

a. Wanita

Masalah kesehatan yang ada mungkin lebih komplek misalnya tahanan wanita yang

dalam keadaan hamil, meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain (terpisah dari anak),

korban penganiayaan dan kekerasan social, penyalahgunaan obat terlarang. Tetapi pelayanan

kesehatan yang selama ini diberikan belum cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan mereka

seperti pemeriksaan ginekologi untuk wanita hamil dan korban kekerasan seksual. NCCHC

menawarkan ketentuan-ketentuan berikut untuk pemenuhan

pelayanan kesehatan :
10

1. LP memberikan pelayanan lengkap secara rutin termasuk pemeriksaan ginekologi secara

koprehensif.

2. Pelayanan kesehatan komprehensif meliputi kesehatan reproduksi, korban dari penipuan,

konseling berkaitan dengan peran sebagai orang tua dan pemakaian obat- obatan dan

alcohol.

b. Remaja

Meningkatnya jumlah remaja yang terlibat tindak kriminal membuat mereka harus ikut

dihukum dan ditahan seperti orang dewasa. Hal ini akan menghalagi pemenuhan kebutuan untuk

berkembang seperti perkembangan fisik, emosi dan nutrisi yang dibutuhkan. Para remaja ini

akan mempunyai masalah- masalah kesehatan seperti kekerasan seksual, penyerangan oleh

tahanan lain atau tindakan bunuh diri. Disini perawat harus memantau tingkat

perkembangan dan pengalaman mereka dan perlu waspada bahwa pada usia ini paling rentan

terkena masalah kesehatan.

2.5 Penatalaksanaan

a) Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,

penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena

bila ia menarik diri ia apat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk

mengadakan permainan atau latihan bersama.


11

b) Keperawatan

Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif

persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita

dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi). Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok diatas yang

paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah

terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi

adalah terapi yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau

kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa

kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.

c) Terapi kerja

Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang

untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus ada pengenalan

kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk

membentuk seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan

Purwanto, 20)

1. Terapi kerja pada narapidana laki laki

a. Pelatih binatang

Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang- binatang dianggap dapat membantu

narapidana untuk mendapatkan terapi secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara

emosional. Binatang yang dilatih tidak hanya binatang peliharaan, namun juga binatang yang

ditinggalkan atau dibuang oleh pemiliknya. Diharapkan nantinya binatang- binatang ini juga

dapat berguna di masyarakat, sama seperti narapidana yang mendapatkan pelatihan untuk dapat

diterima dan bekerja dengan masyarakat lainnya.


12

b. Bidang kuliner

Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai pelatihan memasak bagi para

narapidana. Meskipun ada yang mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng,

banyak pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara khusus, mulai dari membuat menu

hingga menyusun anggaran. Beberapa penjara juga bekerja sama dengan restoran local untuk

memberi pelatihan ini. Selain itu, dengan pekerja di dapur, mereka tidak perlu banyak

berinteraksi dengan masyarakat yang mungkin memandang negatif.

c. Konseling

Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk berkonsultasi pada mantan penjahat, namun

di penjara, narapidana diberikan pengetahuan mengenai rehabilitasi dan terapi konseling. Hal ini

dikarenakan narapidana memiliki pengalaman yang membuat mereka lebih mengerti mengenai

tindak kejahatan. Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan untuk dapat memberikan konseling

dengan lebih baik kepada orang-orang yang bermasalah berdasarkan pengalaman pribadi mereka

serta pelatihan yang mereka terima.

2. Terapi kerja pada anak

Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai bekal baginya setelah kembali

kemasyarakat nantinya, kepada mereka di berikan latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini dapat

dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan sedangkan tempat penentuan kerja dan jenis pekerjaan

yang akan diberikan kepada narapidana ditetapkan oleh Tim Pengamat Pemasyarakatan. Latihan

kerja ini berupa latihan kerja di bidang pertanian, Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan dan lain

sebagainya.
13

3. Terapi kerja pada narapidana perempuan

Program pembentukan perilaku wirausaha narapidana di Lapas IIB dilaksanakan melalui

pembinaan soft kill dan hard skill dengan pendekatan perilaku wirusaha. Pembinaan soft skill

yang dilaksanakan yaitu pembinaan intelektual, pembinaan kerohanian dan pembinaan rekreatif.

Pembinaan hard skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan keterampilan dan kemandirian melalui

bimbingan kerja.Ketrampilan khusus yang di latihkan pada naraidana perempuan berupa

ketrampilan hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan sapu, las listrik, batik tulis,kerajinan

sangkar burung,perkebunan, dan pembuatan souvenir.

2.6 Asuhan Keperawatan pada Narapidana

Tanggal Pengkajian : 13 Februari 2020

Tanggal Masuk : 24 Oktober 2020

Ruang : Mawar

a. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. B

Umur : 17 Tahun

Alamat : Bulakan

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Melayu / Indonesia

Pendidikan : SMA
14

Pekerjaan : Tidak ada

Penanggung Jawab

Nama : Ny. Y

Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung

Alamat : Bulakan

2. Alasan Masuk
Dua bulan sebelum masuk lapas klien melakukan tindakan pencurian.

3. Faktor Predisposisi
1) Klien belum pernah melakukan kejahatan sebelumnya.
2) Klien dan keluarga memiliki ekonomi yang susah
3) Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu ketika sekolah
selalu di bully.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda – tanda vital
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 Suhu : 36,5 ºC
 Pernafasan : 26 x/menit
b) Ukuran
 Tinggi badan : 150 cm
 Berat badan : 49 Kg
c) Kondisi Fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.

5. Psikososial
a. Konsep Diri
 Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah mata karena
bisa melihat.
15

 Identitas : Klien mengatakan anak ke-2 dari 3 bersaudara.


 Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah sebagai anak.
 Ideal diri : Klien mengatakan merasa takut jika keluar dari lapas
 Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain selain ibu
dan adiknya,klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang lain, kurang interaksi
social karena statusnya sebagai narapidana. Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
b. Hubungan Sosial
 Orang yang dekat dengan klien adalah ibu dan adiknya.
 Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien masuk lapas sering keluyuran tidak
jelas
c. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, akan tetapi selama di lapas pasien sering
sholat.

d. Status Mental
 Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir, klien menggunakan
baju yang disediakan di lapas.
 Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat dipahami.
 Aktivitas Motorik : Klien lebih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan.
 Alam perasaan : Klien mengatakan merasa malu jika masa tahanan nya sudah selesai
karena takut tidak diterima oleh masyarakat
 Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
 Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali klien
menengadah,selalu menjawab jika ditanya.
 Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
 Pola Fikir : Tidak ada waham.
 Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari jum’at
tanggal 18 Februari 2020 jam 16.30 WIB,hari berikutnya juga klien sadar hari sabtu
tanggal 19 Februari 2019.
 Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masalalunya.
 Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 – 15= 5
 Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah makan atau
16

membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih membereskan kursi.


 Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit jiwa.
e. Pola Fungsional Kesehatan
1) Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.
2) BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri.
3) Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore, gosok gigi setiap kali mandi, mandiri.
4) Berpakaian / berhias
Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
5) Istirahat dan Tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang 12.30 WIB15.00 WIB,tidur malam jam 20.00WIB
04.30 WIB.
6) Penggunaan obat
Klien minum obat 3x sehari setelah makan. Haloperidol 2x5 mg, trihexiperidine 2x2 mg.
7) Pemeliharaan Kesehatan
Klien sudah pernah periksa di RSJD Soedjarwadi Klaten tetapi rawat jalan.
8) Kegiatan di Dalam Rumah
9) Klien dirumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah

f. Mekanisme Koping

1) Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu


2) Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
3) Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.
17

g. Masalah Psikososial dan Lingkungan


1) Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien menarik diri dari lingkungan
2) Masalah dengan kesehatan (-)
3) Masalah dengan perumahan :Klien tinggal dengan kedua orang tua dan 2 saudaranya.
4) Masalah dengan Ekonomi : Kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya akan tetapi ekonomi
keluarganya sulit.

h. Aspek Medik
1) Diagnosa Medis : Schizofrenia
2) Terapi
 Haloperidol 2x5 mg
 Trihexiperidine 2x2 mg
3) Masalah Keperawatan
 Harga Diri Rendah
 Isolasi sosial
 Koping Individu Tidak Efektif

4) Pohon Masalah
Isolasi sosial

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif


18

a. Analisis data

No Data Etiologi Problem

1. Ds : Koping Individu Harga Diri Rendah


o Klien mengatakan teman Tidak Efektif
berkurang
semenjak di lapas

o Klien malu dengan


teman karena klien
merasa tidak pantas
diantara mereka
o Klien mengatakan malu
untuk jika keluar dari
lapas karena statusnya
sebagai napi

Do :

o Klien tampak malu saat


berbicara

b. Diagnosa Keperawatan

Harga diri rendah b/d koping individu tidak efektif


19

c. Intervensi
20

No Dx.Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Interveni

1. Harga Diri Rendah TUM


berhubungan Klien dapat melakukan  Klien mampu
1. Lakukan pendekatan
dengan Koping keputusan yang efektif duduk
dengan baik, menerima
Individu Tidak untuk mengendalikan berdampingan
klien apa adanya dan
Efektif situasi kehidupan dengan
bersikap empati
perawat
2. Cepat mengendalikan
 Klien
perasaan dan reaksi
mampu
perawatan diri sendiri
misalnya rasa marah
empati
3. Sediakan waktu untuk
yang demikian berbincang - berdiskusi dan bina
menurunkan perasaan bincang hubungan yang sopan.
rendah diri TUK 1 dengan 4. Berikan kesempatan
Klien dapat menbina perawat kepada klien untuk
hubungan terapeutik Klien merespon.

dengan perawat mampu
merespon
tindakan
perawat
21

 Klien dapat
TUK 2 1. Tunjukan emosional
mengungkapk
yang sesuai
Klien dapat an perasaannya
2. Gunakan tekhnik
mengenali dan  Klien mampu
komunikasi terapeutik
mengekspresik mengenali
terbuka,
an emosinya emosinya dan
3. Bantu klien
dapat
mengekspresikan
mengekspresi
perasaannya
kannya
4. Bantu klien
mengidentifikasikan
situasi kehidupan yang
tidak berada dalam
kemampuan dan
mengontrolnya
5. Dorong untuk
Menyatakan secara
verbal perasaan –
perasaan yang
berhubungan dengan
ketidak mampuannya
TUK 3 Klien dapat 1. Diskusikan masalah
22

Klien dapat mengidentifik yang dihadapi klien


memodifikasi asi pemikiran dengan memintanya
pola kognitif yang negatif untuk menyimpulkannya
yang negative  Klien dpat 2. Identifikasi pemikiran

menurunkan negatif klien dan bantu

penilaian untuk menurunkan

yang melalui interupsi dan

negatifpada substitusi

dirinya. 3. Evaluasi ketetapan


persepsi logika dan
kesimpulan yang dibuat
klien
4. Kurangi penilaian klien
yang negatif terhadap
dirinya
5. Bantu klien menerima
nilai yang dimilikinya
atau perilakunya atau
perubahan yang terjadi
pada dirinya.

 Klien
TUK 4 1. Libatkan klien dalam
mampu menetapkan tujuan yang
Klien dapat
menentukan ingin dicapai
berpartisipasi
kebutuhan 2. Motivasi klien untuk
dalam
untuk membuat jadwal
mengambil
perawatan Aktivitas perawatan
keputusan yang
pada dirinya dirinya
berkenan
 Klien dapat 3. Berikan privasi sesuai
dengan
berpartisipasi kebutuhan yang
23

dalam ditentukan
perawatan
pengambilan 4. Berikan reinsforcement
dirinya

keputusan posotif tentang


pencapaian kegiatan yang
telah sesuai dengan
keputusan yang
ditentukannya
24

d. Emplementasi dan evaluasi

Tanggal No Implementasi Evaluasi

/ Jam
S:

18 1. Bina hubungan saling


percaya dengan :
Februari Klien menjawab salam dan
 Menyapa klien
2020 mengatakan selamat
dengan ramah
Jam pagi,menyebutkan nama dan
12.30  Memperkenalkan
alamat
diri dengan sopan
O:
 Menanyakan nama
lengkap serta
alamat lengkap klien
-Klien mau berjabat tangan
 Menunjukan sikap
empati, jujur dan -Klien mau duduk berdampingan

menempati janji dengan perawat


-Klien mau mengutarakan
 Menanyakan
masalahnya
masalah yang
A : SP 1 tercapai
dihadapi
P:
 Lanjutkan SP 2 adakan
kontrak waktu
pertemuan berikutnya.
 Anjurkan klien untuk
dapat menyapa perawat
jika bertemu dan
percaya jika perawat
25

akan membantu
masalah yang dihadapi
S:
2. Bina hubungan terapeutik
19
dengan perawat dengan :
Februari  Pendekatan dengan Klien mau duduk berdampingan
2020 baik ,menerima klien dengan perawat
Jam apa adanya O:
15.30  Mengidentifikasi
perasaan dan reaksi
perawatan diri - Klien mampu berbincang – bincang
sendiri dengan perawat
 Menyediakan waktu -Klien mampu merespon tindakan
untuk bina perawat.
hubungan yang A : SP 2 tercapai
sopan P:
 Menberikan  Lanjutkan SP 3 adakan
kesempatan untuk kontrak waktu pertemuan
merespon berikutnya.

 Anjurkan klien mampu


berkomunikasi,mampu
memulai berbicara dan
tidak janggung.
S:
3. Mengidentifikasi
20
kemampuan dan aspek
Februari
Positif yang dimiliki dengan : Klien mengatakan cara penilaian
2020
 Membantu positif tidak boleh berfikir jelek
Jam
mengidentifikasi terhadap orang lain,sopan santun dan
17.00
dengan aspek yang ramah yang diutamakan.
26

positif O:
 Mendorong agar
berpenilaian positif
Klien dapat mengungkapkan
perasaannya
A : SP 3 teratasi sebagian
 Membantu P:
mengungkapkan  lanjutkan SP 1 keluarga
perasaannya

 Anjurkan klien untuk


mempertahankan hubungan
saling percaya berinteraksi
secara terarah.
27

BAB III
3.2 Kasus

Seorang laki-laki berusia 17 tahun melakukan pencurian, setelahdi penjara dia tampak

malu saat berbicara sama orang,dia mengatakan teman berkurang semenjak di lapas dan dia malu

dengan temannya karena dia merasa tidak pantas diantara mereka, dia juga malu jika keluar dari

lapas karena statusnya narapidana. Hasil pemeriksaan fisik , TD : 130/80 mmHg, RR :

26x/menit, nadi : 84x/menit, suhu : 36,5 ºC.

3.1 Kesimpulan

Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga

pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995). Seseorang yang terpaksa tinggal di

lembaga pemasyarakatan karena menjalani hukuman akan mempengaruhi kondisi psikologisnya.

Mereka akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan kehidupannya di lembaga

pemasyarakatan, tetapi mereka harus tetap mengikuti aturan - aturan yang berlaku di lembaga

pemasyarakatan. Selain itu, mereka juga harus terpisah dari keluarganya, kehilangan barang dan

jasa, kehilangan kebebasan untuk tinggal diluar, atau kehilangan pola seksualitasnya. Faktor-

faktor yang menyebabkan seorang menjadi narapidana adalah faktor ekonomi, faktor mental, dan

faktor pribadi.

Masalah kesehatan yang muncul pada narapidana yang berada di lapas yaitu kesehatan

mental dan fisik. Kebanyakan masalah kesehatan terjadi pada narapidana wanita dan remaja

karena adanya koping tidak efektif. Penatalaksanaan pada narapidana yang mengalami gangguan

jiwa yaitu terapi psikoterapi, keperawatan, terapi kerja. Perawat sebagai profesi yang berorientasi
28

pada manusia mempuyai andil dalam memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan

keperawatan kepada semua masyarakat bahkan narapidana sekalipun, karena banyak narapidana

yang mengalami gangguan psikologis seperti cemas, stress, depresi dari ringan sampai berat.

3.2 Saran

Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penangan masalah keperawatan

khusunya pada narapidana harus memiliki pengetahuan yang luas dan tindakan yang dilakukan

harus rasional sesuai gejala penyakit dan asuhan keperawatan hendaknya diberikan secara

komprehensif, biopsiko sosial cultural dan spiritual.


DAFTAR PUSTAKA

abdullah, r. (2015). URGENSI PENGGOLONGAN NARAPIDANA DALAM LEMBAGA

PEMASYARAKATAN. Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume 9 No. 1, Januari-Maret


2015.,1978-5186.

Dewi , N. (2015). Hubungan antara gangguan jiwa dengan kualitas hidup narapidana wanita.
jakarta: skripsi fakultas kedokteran indonesia.

Fitri Maharani, S. (2019). DUKUNGAN SOSIALDAN HUBUNGANNYA DENGAN


TINGKAT DEPRESI PADA NARAPIDANA ANAK. Jurnal keperawatan jiwa 6 (2),
83-90.

Mustikasari. (2014). LOGOTERAPI MENINGKATKAN HARGA DIRI NARAPIDANA


PEREMPUAN PENGGUNA NARKOTIKA. Jurnal keperawatan Indonesia , 48-56. 25

29

Anda mungkin juga menyukai