Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSSION (SGD)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Disusun Oleh Kelompok 15:

1. Anita Amelia (30901900026)


2. Ayu Ulan Agustina (30901900035)
3. Endah Ayunengrum (30901900065)
4. Fina Anugrah Wijhatin (30901900074)
5. Lumatut Thoiyah (30901900103)
6. Maryama Luqmana Alfafa (30901900112)
7. Naza khusna Silfia (30901900144)
8. Nisa Utami Nurcahyani (30901900153)
9. Revina Damayanti Dewi (30901900184)
10. Rizik Muhamad Al Faris (30901900194)
11. Tania Aprilia (30901900227)
12. Wasilatun Nurus Sa’adah (30901900236)

Dosen Pengampu :

Ns. Dyah Wiji Puspita Sari,M.Kep

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2021

Ketua : Endah Ayunengrum


Sekretaris : Fina Anugrah Wijhatin

KASUS

A. Judul : Tangan dan kaki kiri tidak bisa digerakan


B. Scenario :

Seorang laki-laki 54 tahun dirawat di bangsal penyakitsaraf, hari ke 1. Sebelum dibawa ke


rumah sakit oleh keluarga, pasien terjatuh di kamar mandi kemudian tidak sadarkan diri selama
10 menit kemudian langsung dibawa ke RS. Hasil pengkajian saat ini didapatkan
TD180/100mmHg, frekuensi nadi 108 x/menit, frekuensi nafas 26 x/menit, GDS 240 mg/dl.
Pasien memiliki riwayat diabetes melitus sejak 10 tahun yang lalu namun tidak pernah minum
obat. Hasil pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras didapatkan kesan hiperdens pada area
ganglia basalis, temporal sinistra dengan volume 30 cc. Saat ini klien berbicara pelo, tersedak
saat diberikan minum, tangan dan kaki kanannya mengalami kelemahan. Kekuatan otot
ekstremitas kanan 3333/3333 dan ekstremitas kiri 5555/5555. Perawat Primer (PP) telah
menegakkan diagnosis keperawatan penurunan kapasitas adaptif intrakranial dan
menginstruksikan kepada perawat assosiate (PA) melakukan tindakan keperawatan mandiri
dengan memberikan posisi fowler, dan pemberian oksigen 3 LPM.. Kemudian PA
menyampaikan kepada PP bahwa pasien masih mengeluh pusing. Saat ini pasien mendapatkan
terapi anti hipertensi

STEP 1 (Kata Sulit)

1. intrakranial (ENDAH)
2. Temporal Sinistra(Naza)
3. pelo ( ayu ulan )
4. hipedens (nisa)
5. posisi fowlwe (lumatut)
6. Ganglia Basalis (Fina)

Jawab

1. Tekanan intrakranial adalah nilai tekanan di dalam rongga kepala. Tekanan ini dapat
menunjukkan kondisi jaringan otak, cairan otak atau cairan serebrospinal, dan pembuluh
darah otak.(Ayu Ulan)
2. Temporal sinistra adalah kawasan korteks otak besar yang terletak dibawah sulkus lateral
dikedua belahan serebral otak mamalia. Lobus temporalis berperan memperkuat ingatan
visual, memproses input indra, memahami bahasa, menyimpan ingatan baru, emosi, dan
mengambil kesimpulan atau arti (Fina)
3. Pelo is one type of speech disorder that often occurs. Pelo can be an early sign of
someone having a stroke and can stay on someone after a stroke (nisa)
4. Lesi hiperdens artinya bagian yang tampak lebih putih dari sekitarnya (biasanya jaringan
yang lebih padat). (Lumatut)
5. Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien (Maryama)
6. Ganglia Basalis Yaitu masa yang terdiri dari sekumpulan inti-inti di subtansia abu-abu
pada bagian hemisfer otak. (NAZA)

STEP 2 (Menyusun Pertanyaan)

1. penatalaksanaan apa yang dapat di terapkan untuk kasus tersebut ? (Anita)


2. Pemeriksaan penunjang dari kasus tersebut ( Ayu Ulan )
3. What is the pathophysiology of this case (Endah)
4. what are the complications that can occur in this case? (Fina)
5. apakah terapi anti hipertensi dapat berpengaruh pd kasus tsb? (lumatut)
6. Does the patient with a history of diabetes mellitus, have any relationship with the
weakness feel were now? (Maryama?
7. apa tanda dan gejala pada kasus tersebut? (Naza)
8. what causes the patient to speak slurred (nisa)
9. Apa saja intervensi yang dapat dilakukan pada kasus tersebut? ( Revina)
10. Faktor apa saja yang dapat memperparah penyakit tersebut? (Riziq)
11. What is the approiate therapy for this case? (Tania)
12. Apa tujuan pemberian oksigen 3LPM dan posisi flower) (Wasilatun)
13. Fokus Pengkajian pada kasus diatas?
14. Askep pada kasus stroke hemoragik?
15. Diagnose yang tepat pada kasus tsb?

STEP 3 (Menjawab Pertanyaan)


1. Penatalaksanaan
a. Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan kecepatan
20m/jam
b. Pemberian oksigen melalaui nasal kanul
c. Jangan memberikan apapun melalui mulut
d. Pemeriksaan EKG
e. Pemeriksaan rontgen toraks
f. Pemeriksaan darah
g. Jika ada indikasin lakukan pemeriksaan yaitu: kadar alcohol, fungsi hepar, analisa
gas darah dan krining toksikologi. (nisa)
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) CT scan Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark
b) MRI (Magnetic resonance imaging) Menunjukkan daerah yg mengalami infark
c) Pemeriksaan lumbal fungsi untuk memastikan apakah cairan serebrospinal
bercampur dengan darah (tanda positif stroke hemoragik subarachnoid)
d) Pemeriksaan darah lengkap untuk memeriksa seberapa cepat pembekuan darah
bisa terjadi (Anita)
Tambahan Jawaban :
 Angiografi serebral
 Elektro encefalography
 Sinar x tengkorak
 Ultrasonography dopler
 Ct scan
 Mri
 Foto thorax
 Pemeriksaan lumbal fungsi
 Pemeriksaan darah
 EEG ( electro enchepalografi). (Fina)

3. Patofisiologi stroke hemoragik


- Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di otak pecah atau mengalami kebocoran,
sehingga terjadi perdarahan ke dalam otak. Bagian otak yang dipengaruhi oleh
pendarahan dapat menjadi rusak, dan darah dapat terakumulasi sehingga memberikan
tekanan pada otak. Stroke hemorrhagik dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan
perdarahan subaraknoid.
- Perdarahan Intraserebral Pada perdarahan intraserebral Masuknya darah ke dalam
parenkim otak menyebabkan terjadinya penekanan pada berbagai bagian otak seperti
serebelum, batang otak, dan thalamus. Darah mendorong struktur otak dan merembes ke
sekitarnya bahkan dapat masuk ke dalam ventrikel atau ke rongga subaraknoid yang akan
bercampur dengan cairan serebrospinal dan merangsang meningen. Hal ini menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial yang menimbulkan tanda dan gejala seperti nyeri kepala
hebat, papil edema, dan muntah proyektil. (Lumatut)
4. Komplikasi
a) berhubungan dengan imobilitas
 infeksi pernapasan
 timbulnya rasa nyeri pd daerah yang tertekan
b) berhubungan denga mobilisasi
 nyeri pada daerah punggung
 hambatan mobilitas fisik
c) berhubungan dengan kerusaksn otot
 epilepsy
 sakit kepala ( naza )
5. Obat antihipertensi adalah kelompok obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan
darah akibat hipertensi. Hipertensi yang tidak ditangani dengan
benar dapat menyebabkan komplikasi, mulai dari stroke, serangan jantung, gagal jantung,
hingga gagal ginjal. Ada korelasi antara pemberian antihipertensi terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita stroke. (Wasilatun Nurus)
6. Hubungan Diabetes dan Stroke Diabetes dapat menyebabkan stroke jika gula darah tidak
terkontrol dengan baik. Kadar gula darah yang terlalu tinggi dalam darah dapat
menyebabkan terbentuknya sumbatan dan deposit lemak di pembuluh darah. Ketika
pembuluh darah tersumbat, suplai oksigen dan darah ke otak akan terganggu sehingga
terjadilah penyakit stroke. (Revina)
7. Tanda dan gejala
 Mual muntah
 Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan
pusing berputar (vertigo)
 Penurunan kesadaran.
 Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak.
 Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi.
 Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda (Lumatut)
8. Bicara pelo disebabkan oleh kelemahan otot-otot yang berperan penting
dalam berbicara seperti otot bibir, lidah, dan rongga mulut. Kelemahan otot tersebut
disebabkan oleh adanya gangguan aliran darah ke otak yang menyebabkan terkenanya
bagian pengontrol gerakan otot rongga mulut di otak.(revina)
9. Intervensi utama : Manajemen peningkatan tekanan intrakranial dan pemantauan tekanan
intrakranial. Intervensi pendukung: dukungan kepatuhan program pengobatan
Intervensi utama: Pemantauan Tekanan Intrakranial
- Definisi: Mengumpulkan dan menganalisis data terkait regulasi tekanan di dalam ruang
intrakranial.
- Tindakan
1) Observasi
 dentifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. lesi menempati ruang, gangguan
metabolisme, edema serebral, peningkatan tekanan vena, obstruksi aliran cairan
serebrospinal, hipertensi intrakranial idiopatik)
 Monitor peningkatan TD
 Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan TDD)
 Monitor penurunan frekuensi jantung
 Monitor ireguleritas irama napas
 Monitor penurunan tingkat kesadaran
 Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan respon pupil
 Monitor kadar CO2 dan pertahankan dalam rentang yang diindikasikan
 Monitor tekanan perfusi serebral
 Monitor Jumlah, kecepatan, dan karakteristik drainase cairan serebrospinal
 Monitor efek stimulus lingkungan terhadap TIK
2) Terapeutik
 Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
 Kalibrasi transduser
 Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
 Pertahankan posisi kepala dan leher netral
 Bilas sistem pemantauan, jika perlu
 Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
3) Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu (maryama)
10. Ada beberapa Faktor resiko yaitu :
1) Faktor kesehatan :
 Hipertensi
 Diabetes
 kolestrol tinggi
 obesitas
 penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakitjantung bawaan,
infeksijantung, atau aritmia.
 sleep apnea
 pernah mengalami TIA atau serangan jantung sebelumnya
2) Faktor gaya hidup :
 Merokok
 kurang olahraga atau aktivitas fisik
 konsumsi obat-obatan terlarang
 kecanduan alkohol
3) Faktor lainnya :
 faktor keturunan
 dengan bertambahnya usia (TANIA)
11. TERAPI :
a. Terapi untuk meningkatkan kemampuan fisik. Terapi yang biasanya disarankan
oleh dokter untuk para penderita stroke adalah fisioterapi, atau terapi fisik.
b. Terapi fisik dengan bantuan teknologi.
c. Terapi kognitif dan emosi.
d. Terapi alternatif. (ENDAH)
12. Untuk menurunkan konsumsi oksigen dan sesak napas mempertahankan kenyaman
pasien agar dpt mengurangi resiko statis sekresi ( Naza )
Tambahan jawaban :
Tujuan pemberian oksigen 3 Liter per menit adalah Untuk memberikan oksigen dengan
konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan oksigen minimal serta untuk memberikan
oksigen yang tidak terputus saat pasien makan/minum sehingga kebutuhan oksigen dapat
tercukupi dan mencegah atau mengatasi hipoksia. Sementara Posisi semi fowler
memungkinkan ekspansi dada lebih mudah sehingga memudahkan pasien untuk bernafas.
(Maryama)
13. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
o Identitas klien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia lanjut), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, tanggal dan waktu MRS, nomor
registrasi, diagnosis medis.
o Keluhan utama
o Riwayat penyakit sekarang
o Riwayat penyakit dahulu
o Riwayat penyakit keluarga (nisa)
14.
15. Diagnosa :
a. Ansietas b.d krisis situasional d.d perbubahan kondisi fisik dan emosi
b. Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi kepusat bicara
c. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan keseimbangan dan koordinasi (ENDAH)

STEP 4 (Konsep Mapping)


ETIOLOGI TANDA & GEJALA

Stroke hemoragik terjadi 1) Kehilangan kesadaran


ketika pembuluh darah di dalam 2) Berbicara pelo
atau di sekitar otak pecah. Kondisi 3) Tersedak saat diberikan
ini menyebabkan darah mengalir
minum
ke dalam rongga di dalam
STROKE HEMORAGIK

DEFINISI

Pecahnya pembuluh darah di


otak,sehingga darah tidak dapat
mengalir dengan semestinya yang
dapat menyebabkan otak mengalami
hipoksia dan berakhir dengan PEMERIKSAAN PENUNJANG Diagnosa :
kelumpuhan(NAZA)
 Angiografi serebral 1) Ansietas b.d krisis
 Elektro encefalography situasional d.d
 Sinar x tengkorak perbubahan kondisi
FAKTOR RESIKO  Ultrasonography dopler fisik dan emosi
faktor resiko Kebiasaan merokok  Ct scan 2) Kerusakan komunikasi
-Konsumsi minuman beralkohol  Mri verbal b.d penurunan
secara berlebihan -Konsumsi obat  Foto thorax sirkulasi kepusat bicara
antikoagulan atau pengencer darah,  Pemeriksaan lumbal fungsi
3) Kerusakan mobilitas
seperti warfarin - Penggunaan obat-  Pemeriksaan darah
fisik b.d gangguan
obatan terlarang atau NAPZA - Pola  EEG ( electro enchepalografi)
keseimbangan dan
makan yang tidak sehat - Kondisi koordinasi
(Fina Anugrah dan Amel)
yang menyebabkan tekanan darah
tinggi, misalnya gagal ginjal kronis
dan eklamsia - Waktu tidur yang
berlebihan, atau gangguan tidur
seperti sleep apnea - Kondisi genetik Manifestasi klinis
yang menyebabkan dinding pembuluh
darah lemah dan mudah pecah, seperti Stroke diantaranya hipertensi; gangguan
sindrom Ehler-Danlos motorik (kelemahan otot, hemiparese);
(LUMATUT) gangguan sensorik; gangguan visual ;
gangguan keseimbangan ; nyeri kepala
(migrain, vertigo) ; muntah ; disatria
(kesulitan berbicara) (Wasilatun Nurus)

STEP 5 (Menjawab pertanyaan yang belum terjawab)


16. Askep pada kasus stroke hemoragik diatas ?
Jawab

1) Pengkajian
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 54 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.
Golongan Darah :O

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


a. Alasan masuk rumah sakit
Pasien terjatuh di kamarmandi
b. Keluhan Utama
Tn. J terjatuh di kamar mandi sebelum di bawa ke rumah sakit. Saat
pengkajian hasil CT scan kepala tanpa kontras di dapatkan kesan
hiperdens pada area ganglia basalis, temporal sinistra.
III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
 Kesehatan sebelumnya
Pasien mengalami riwayat Diabetes Melitus sejak 10 tahun yang lalu
namun tidak pernah minum obat.
 Riwayat alergi
-
IV. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
 Persepsi pasien tentang penyakitnya
Tn. J optimis untuk sembuh dari penyakitnya.
 Konsep diri:
o Gambaran diri : Tn. J menerima keadaan yang sekarang, dan tetap
semangat untuk dirinya sembuh.
o Ideal diri : Tn. J ingin cepat sembuh seperti semula.
o Harga diri : Tn. J mengatakan senang jika diberi dukungan didalam
keluarga.
o Peran diri : Tn. J berperan sebagai seorang ayah.
o Identitas : Tn. J berjenis kelamin laki-laki.
 Keadaan emosi
Keadaan emosi pasien masih dapat terkontrol.
 Hubungan sosial:
o Orang yang berarti : Tn. J mengatakan orang yang berarti dalam
hidupnya adalah keluarganya.
o Hubungan dengan keluarga : Tn. J menjalin hubungan baik dengan
keluarga.
o Hubungan dengan orang lain : Tn y. J dapat berinteraksi dengan
orang yang ada di sekitarnya.
o Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
 Spiritual
o Nilai dan keyakinan Tn. J beragama Islam dan rajin berdoa agar
penyakitnya bisa cepat sembuh.
o Kegiatan ibadah Tn. J mengatakan rutinmengerjakan ibadah sholat
waktu di tempat tidur walaupun aktivitasnya terbatas.
V. STATUS MENTAL
 Tingkat kesadaran : Compos Mentis
 Penampilan : Kurang rapi
 Pembicaraan : Pelo (dysathria)
 Afek : Sesuai
 Interaksi selama wawancara : Kooperatif dan kontak mata ada
 Persepsi : Tidak ada
 Proses fikir : Sesuai pembicaraan
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum Keadaan
Tn. J pada saat dilakukan pengkajian terlihat sadar penuh (compos
mentis). Ekstremitas atas dan bawah kanan mengalami kelemahan.
Pasien berbicara pelo, pasien tersedak saat di berikan minum.
Setelah di berikan antihipertensi pasien masih mengeluh pusing.
B. Tanda –tanda vital
 Suhu tubuh : 36,5
 Tekanan darah : 180/100 mmHg
 Nadi : 108x/menit
 Pernafasan : 26x/menit
 GDS :240 mg/dl
C. Pemeriksaan Head to Toe Kepala dan rambut
 Kepala
Bentuk : simetris
Ubun-ubun : normal
Kulit kepala : kurang bersih
 Rambut
Penebaran dan keadaan rambut : rambut tersebar merata
dan beruban
Bau : rambut bau keringat
 Warna kulit : sawo matang
 Wajah
Warna kulit : sawo matang
Struktur wajah : normal
 Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
Palpebra : normal
Konjungtiva dan sclera : konjungtiva tidak pucat dan sclera
berwarna
 Hidung
Tulang hidung : simetris dan tidak ada kelainan
Lubang hidung : ukuran normal
Cuping hidung : tidak ada kelainan
 Telinga
Bentuk telinga : normal, simetris
Ukuran telinga : normal
Lubang telinga : bersih
Ketajaman pendengaran : normal
 Mulut
Keadaan bibir : mukosa bibir kering
Keadaan gusi dan gigi : gigi tampak bersih
Keadaan lidah : normal
 Leher
Posisi trachea/thyroid : normal dan tidak ada tampak
kelainan kelenjar thyroid
Suara : normal
Vena jugularis : tidak ada pembengkakan vena jugularis
 Pemeriksaan integumen
Kebersihan : Ny. J tidak mampu melakukan kebersihan
secara mandiri
Kehangatan : 36,5
Warna : sawo matang
Turgor : kembali < 2 detik
Kelembaban : keadaan kulit lembab
Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan
 Pemeriksaan thoraks/dada
Inspeksi thoraks : normal, simetris
Pernafasan : 26x/menit
Tanda kesulitan bernafas : normal
 Pemeriksaan paru
Palpasi getaran suara : gerak dada normal
Perkusi : didapati suara resonan
Auskultasi : suara nafas vesikuler
 Sistem muskulosketal
Kekuatan otot : Tn. J mengalami penurunan kekuatan otot
pada ekstremitas kiri atas=2, ekstremitas kiri bawah=3,
tingkat keterbatasan mobilisasi Ny. J= 2
 Pemeriksaan edema : tidak terdapat edema
Kelainan ekstremitas : ekstremitas bagian kanan atas dan
bawahnya terasa lemah dan sulit digerakkan.
VII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
i. Pola makan dan minum
 Frekuensi makan/hari : 3 kali/hari
 Nafsu/selera makan : Tn. J mengatakan nafsu makan baik
 Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri
 Alergi : tidak alergi makanan
 Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah
 Masalah makan dan minum : tidak ada masalah
ii. Perawatan diri/personal hygiene
o Kebersihan tubuh :Tn. J tidak mampu melakukan
kebersihan secara mandiri
o Kebersihan gigi dan mulut : gigi tampak bersih
o Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku tampak panjang
dan kotor
2) Diagnosa
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d aliran darag ke otak
terhambat.
b) kerusakan Mobilitas fisik b.d kerusakan neurovas-kuker
c) Kerusakan Komunikasi verbal b.d penurunan sarkulasi ke otak
3) Intervensi
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d aliran darag ke otak
terhambat.
Dukungan mobilisasi
Observasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilisasi
4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu( mis; duduk diatas
tempat tidur)
2. Fasilitasi melakukan pergerakan
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis: duduk diatas
tempat tidur)
b) kerusakan Mobilitas fisik b.d kerusakan neurovas-kuker
Pemantauan Neurologis
Observasi :
1. Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaktifitas pupil.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor status pernapasan : analisa gas darah, oksimetri nadi,
kedalaman napas, pola napas, dan usaha napas
5. Monitor refleks kornea
6. Monitor kesimetrisan wajah
7. Monitor respons babinski
8. Monitor respons terhadap pengobatan.
Terapeutik
1. Tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis, jika perlu
2. Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial
3. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan.
c) Kerusakan Komunikasi verbal b.d penurunan sarkulasi ke otak
Promosi komunikasi defisit bicara
Observasi
1. Monitor frustasi, marah, depresi, atau hal lain yang mengganggu bicara
2. Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
Terapeutik
1. Gunakan metode komunikasi alternatif(mis: menulis, mata berkedip,
isyarat tangan)
2. Berikan dukungan psikologis
3. Ulangi apa yang disampaikan pasien
4. Gunakan juru bicara
Edukasi
1. Anjurkan berbicara perlahan
2. Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif dengan kemampuan
berbicara
Kolaborasi
1. Rujuk keahli patologi bicara atau terapis
4) IMPLEMENTASI
 Implementasi yang dilakukan pada diagnosa Ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral b.d aliran darah ke otak terhambat diantaranya :
 memonitor neurologi.
Tindakan keperawatan monitor neurologi diantaranya menilai
kesadaran dan GCS dengan memeriksa pupil; gerakan,
kesimetrisan, reaksi pupil, dan menilai kekuatan otot dimana hal
ini sudah sesuai dengan teori M.Clevo rendi (2012)
dalam tindakan keperawatan pada diagnosa pertama.
 Tindakan kolaborasi
pemberian obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dapat
membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi/kimia
untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan
udem otak, M.Clevo rendi (2012)
 Implementasi dari diagnosa kerusakkan mobilitas fisik
1. Mengkaji kemampuan klien dalam mobilisasi
2. Mendampingi dan bantu klien saat mobilisasi
3. Mengajarkan klien dan keluarga proses berpindah (ambulasi/mika miki)
4. Melakukan ROM pasif kepada klien
5. Mengajarkan ROM pasif (libatkan keluarga)
6. Memposisikan klien dengan posisi fowler
7. Melakukan mengubah posisi klien minimal setiap 2 jam
8. Mengajarkan kepada keluarga mengubah posisi minimal tiap 2 jam
 Implementasi Kerusakan Komunikasi verbal b.d penurunan sarkulasi
ke otak
1) Membuat suasana tenang
2) Menganjurkan pasien untuk berbicara pelan, tenang dan jelas
3) Menggunakan bahasa yang mudah dan konsisten saat berkomunikasi
4) Menggunakan teknik validasi dan klarifikasi
5) Memfokuskan pembicaraan hanya pada satu topik
5) EVALUASI
a) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak
S:
 Klien mengatakan kepalanya masih pusing
 Klien mengatakan kaki dan tangan sebelah kanan sulit digerakkan
O:
 TD180/100mmHg
 frekuensi nadi 108 x/menit
 Frekuensi nafas 26 x/menit,
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
b) kerusakan Mobilitas fisik b.d kerusakan neurovas-kuker
S:
o Pasien mengatakan sulit menggerakkan tangan dan kaki kanan
O:
o Ekstremitas kanan 3333/3333
o Pasien berbicara pelo
o Pasien tersedak saat diberikan minum
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
c) Kerusakan Komunikasi verbal b.d penurunan sarkulasi ke otak
Gangguan Komunikasi Verbal
S :Klien mengatakan susah berbicara
O:
 Klien pelo
 Klien tampak sulit mengungkapkan kata-kata
 Tidak ada kontak mata
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervens

Anda mungkin juga menyukai