Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN STROKE

DISUSUN OLEH :

1. S E P T I WA R D A N I ( P 0 7 1 2 0 11 6 0 6 2 )
2. R I N D A N G AY U N I N G T YA S ( P 0 7 1 2 0 11 6 0 6 3 )
3. HENDRIANA MUTIARA AJI ( P 0 7 1 2 0 11 6 0 6 4 )
4. FEBY REGEYSTIA HERDIANI ( P 0 7 1 2 0 11 6 0 6 5 )
5. TA N TA S U L I S T YA N A ( P 0 7 1 2 0 11 6 0 6 6 )
6. RIDA ISMANINGSIH ( P 0 7 1 2 0 11 6 0 6 7 )
7. A U R O R A F R I D A O K S T R A S E L I TA ( P 0 7 1 2 0 11 6 0 6 8 )
8. L I S T YA N I K A R T I K A D E W I ( P 0 7 1 2 0 11 6 0 6 9 )
9. I M R O AT U L E K A S E V R I TA ( P 0 7 1 2 0 11 6 0 7 0 )
DEFINISI

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan


harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan
fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya
gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan
kapan saja (Muttaqin, 2008).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang


berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.
ETIOLOGI
1) Thrombosis Cerebral.
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal
ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
2) Emboli.
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan
gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
3) Haemorhagi.
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan
mungkin herniasi otak.
Lanjut....

3) Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest.
c. Cardiac output turun akibat aritmia

4) Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan
subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
FAKTOR RESIKO

1. Hipertensi.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral.
3. Kelainan jantung.
4. Diabetes melitus.
5. Usia lanjut.
6. Polocitemia.
7. Peningkatan kolesterol
8. Obesitas.
9. Perokok .
10. Kurang aktivitas fisik
KLASIFIKASI STROKE

1. Stroke hemoragik
Terjadi perdarahan serebral dan mungkin juga perdarahan
subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak.
Umumnya terjadi saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi
pada saat istirahat. Kesadaraan umumnya menurn dan penyebab yang
paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.

2. Stroke non hemoragik


Dapat berupa iskemia, emboli spasme ataupun thrombus pembuluh
darah otak. Umumnya terjadi setelh istirahat cukup lama atau bangun
tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi
proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.
PATOFISIOLOGI

Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di


otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan
besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap
area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah
ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal
(thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Ada dua bentuk patofisiologi stroke hemoragik :

1. Perdarahan intra cerebral


Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema
di sekitar otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah
putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum.

2. Perdarahan sub arachnoid


Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM.
Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah
besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak
dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel
otak dan ruang subarakhnoid.
MANIFESTASI KLINIS

1. Defisit lapang penglihatan


 Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari.
 Diplopia : penglihatan ganda.

2. Defisite motorik
 Hemiparesis : kelemahan wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama.
 Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki.
 Ataksia : berjalan tidak mantap.
 Disartria : kesulitan dalam membentuk kata.

3. Defisit sensori
 Kebas dan semutan pada bagian tubuh.
Lanjut...

4. Defisit verbal
 Afasia ekspresif : tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami.
 Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi
tidak masuk akal.
 Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan afasi resptif.
5. Defisit kognitif
 Kehilangan memori jangka pendek dan panjang.
 Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
 Perubahan penilaian.
6. Defisit emosional
 Kehilangan kontrol diri.
 Labilitas emosional.
 Penurunan tpleransi pada situasi yang menimbulkan stres.
 Depresi.
 Menarik diri.
 Rasa takut, bermusuhan dan marah.
KOMPLIKASI

1. Berhubungan dengan immobilisasi.


2. Berhubungan dengan paralisis.
3. Berhubungan dengan kerusakan otak .
4. Hidrocephalus
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. CT Scan
2. MRI
3. Angiografi Serebri
4. USG Doppler
5. EEG
6. Sinar X tengkorak
7. Pungsi Lumbal
8. Pemeriksaan Laboratorium
PENGOBATAN KONSERVATIF

1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara


percobaan, tetapi maknanya : pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
PENGOBATAN PEMBEDAHAN

Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :


1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada
aneurisma.
PENCEGAHAN STROKE

 Hindari merokok, kopi, dan alkohol.


 Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal (cegah
kegemukan).
 Batasi intake garam bagi penderita hipertensi.
 Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat,
keju, dan lainnya).
 Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan
sayuran)
 Olahraga secara teratur.
PENGKAJIAN

1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian Fokus:

1. Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa,
paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia. Dan hipertensi arterial.
3. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
4. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
5. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
Lanjut...

6. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur,
dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada
bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi
yang sama di muka.
7. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
8. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas,
whezing, ronchi.
9. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan
persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan.
10. Interaksi social
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan


dengan aliran darah ke otak terhambat.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan neuromuskuler,
penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/
koordinasi otot.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.
4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi fisik.
5. Resiko tinggi kerusakan menelan berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler/ perseptual.
6. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan stress
psikologis.
INTERVENSI

1. DX : Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan


aliran darah ke otak terhambat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan suplai
aliran darah keotak lancar dengan kriteria hasil:
 Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai de-ngan hilang
 Berfungsinya saraf dengan baik
 Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
 Monitor tingkat kesadaran klien
Rasional : Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran
 Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah
Rasional : autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan.
Lanjut...

 Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier


Rasional : mengetahui kecenderungan kebutuhan oksigen untuk
melancarkan aliran darah ke otak
 Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikkan dan dalam posisi
anatomis (netral)
Rasional : menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan
meningkatkan sirkulasi/ perfusi serebral.
 Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur
Rasional : aliran oksigen melancarkan aliran darah ke otak
 Kolaborasi dengan tim medis dalam penggunaan obat : contohnya
antikoagulan (heparin)
Rasional : meningkatkan/memperbaiki aliran darah serebral dan
selanjutnya dapat mencegah pembekuan.
2. DX : Defisit perawatan diri berhubungan dengan neuromuskuler,
penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/ koordinasi
otot
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kebutuhan
mandiri klien terpenuhi, dengan kriteria hasil:
 Klien bersih dan klien dapat melakukan kegiatan personal hygiene
Intervensi :
 Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam perawatan diri
Rasional: Jika klien tidak mampu perawatan diri perawat dan keluarga
membantu dalam perawatan diri
Lanjut...

 Bantu klien dalam personal hygiene.


Rasional : Klien terlihat bersih dan rapi dan memberi rasa nyaman pada
klien.
 Rapikan klien jika klien terlihat berantakan dan ganti pakaian klien
setiap hari
Rasional : Memberi kesan yang indah dan klien tetap terlihat rapi
 Libatkan keluarga dalam melakukan personal hygiene
Rasional : Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam program
peningkatan aktivitas klien
3. DX : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama, diharapkan
klien dapat melakukan pergerakan fisik dengan kriteria hasil :
 Mempertahankan posisi yang optimal
 Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena,
 Mendemonstrasikan perilaku yang memungkinkan aktivitas.
Intervensi :
 Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
Rasional: mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan dan dapat memberikan
informasi bagi pemulihan
 Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring)
Rasional : menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia jaringan.
Lanjut...

 Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada


semua ekstremitas
Rasional: meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur.
 Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan
menggunakan ekstremitas yang tidak sakit.
Rasional : dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak
menjadi lebih terganggu.
 Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif, dan
ambulasi pasien.
Rasional : program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan
kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.
4. DX : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama, diharapkan pasien
mampu mengetahui dan mengontrol resiko dengan kriteria hasil :
 Klien mampu menge-nali tanda dan gejala adanya resiko luka tekan
 Kulit tidak kemerahan tidak terdapat lecet
Intervensi :
 Kaji integritas kulit pasien
Rasional : mengetahui sejauhmana perubahan integritas kulit pasien
 Berikan posisi miring kanan/ miring kiri tiap 2-4 jam
Rasional : menghindari terjadinya penekanan kulit yang terlalu lama
Lanjut...

 Jaga kerapihan dan kebersihan tempat tidur


Rasional : dapat meminimalkan penekanan yang berlebihan akibat
kerutan alat tenun
 Berikan massage pada daerah punggung pada saat memandikan dan
merubah posisi tidur pasien
Rasional : membantu sirkulasi ke daerah punggung/ bagian tubuh yang
tertekan sehingga suplay O2 optimal
 Libatkan keluarga untuk membantu memperhatikan pasien dalam
kesembuhan dan kebersihan.
Rasional : keluarga mampu membantu sebagian proses perawatan untuk
kesembuhan pasien
5. DX : Resiko tinggi kerusakan menelan berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler/ perseptual.
Tujuan : resiko kerusakan dalam menelan tidak terjadi dengan kriteria
hasil
 Mendemonstrasikan metode makan tepat untuk situasi individual
dengan aspirasi tercegah
 mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Intervensi :
 Monitor ulang patologi/ kemampuan menelan pasien secara individual
Rasional: mengetahui kemampuan menelan pasien
 Letakkan pasien pada posisi duduk/ tegak selama dan setelah makan
Rasional: menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan
dan menurunkan resiko terjadinya aspirasi.
Lanjut...

 Anjurkan pasien menggunakan sedotan untuk meminum cairan.


Rasional: menguatkan otot fasiel dan otot menelan dan menurunkan
resiko terjadinya aspirasi.
 Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan/ kegiatan.
Rasional: meningkatkan pelepasan endorphin dalam otak yang
meningkatkan perasaan senang dan meningkatkan nafsu makan.
 Berikan cairan melalui intra vena dan/ atau makanan melalui selang.
Rasional: memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika pasien
tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.
6. DX : Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan stress
psikologis.
Tujuan: tidak terjadi perubahan perubahan persepsi dengan kriteria hasil
 mempertahankan tingkat kesadarann dan fungsi perseptual
 mengakui perubahan dalam kemampuan.
Intervensi:
 Kaji kesadaran sensorik seperti membedakan panas/ dingin, tajam/
tumpul, rasa persendian.
Rasional : penurunan kesadaran terhadap sensorik dan kerusakan
perasaan kinetic berpengaruh buruk terhadap keseimbangan.
 Catat terhadap tidak adanya perhatian pada bagian tubuh
Rasional : adanya agnosia (kehilangan pemahaman terhadap
pendengaran, penglihatan, atau sensasi yang lain)
Lanjut...

 Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan seperti berikan pasien suatu


benda untuk menyentuh dan meraba.
Rasional: membantu melatih kembali jaras sensorik untuk
mengintegrasikan persepsi dan interprestasi stimulasi.
 Anjurkan pasien untuk mengamati kakinya bila perlu dan menyadari
posisi bagian tubuh tertentu.
Rasional: penggunaan stimulasi penglihatan dan sentuhan membantu
dalam mengintergrasikan kembali sisi yang sakit.
 Bicara dengan tenang dan perlahan dengan menggunakan kalimat yang
pendek.
Rasional: pasien mengalami keterbatasan dalam rentang perhatian atau
masalah pemahaman, berbicara dengan tenang dan perlahan dapat
membantu pasien memahami maksud kalimat

Anda mungkin juga menyukai