Anda di halaman 1dari 24

ASKEP GANGGUAN

PEMBULUH DARAH :
STROKE

Our team :
1. Ellyta Nafa Prastika (2001014)
2. Erika Noviana Rizky (2001015)
3. Fitriana Nugraheni (2001017)
Kelompok 5
Pengertian
Stroke
Stroke/penyakit serebrovaskuler menunjukkan adanya beberapa kel
ainan otak baik secara fungsional maupun structural yang disebabk
ann oleh keadaan patofisiologis dari pembuluh darah serebral atau
dari seluruh system pembuluh darah otak.
Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral merupakan suatu ga
ngguan neurologis fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu pros
es patologi pada pembuluh darah serebral.
Klasifikasi Stroke
Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
Stroke Haemoragi Stroke Non Haemoragic (CVA Infark)

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,
akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi ot biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru ban
ak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma gun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namu
kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arter n terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutn
i, vena dan kapiler. Biasanya kejadiannya saat melaku ya dapat timbul edema sekunder
kan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
saat istirahat 1. TIA (Trans IskemikAttack) : Gangguan neurologis set
Perdarahan otak dibagi 2 empat yag terjadi selama beberapa menit sampai beber
1. Perdarahan Intraserebral : Pecahnya pembuluh dara apa jam saja
h (mikroaneurisma) terutama karena hypertensi me 2. Stroke involusi : Stroke yang terjadi masih terus berke
ngakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, mbang dimana gangguan neurologis terlihat semakin b
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan eratt dan bertambah buruk
meninmbulkan edema otak. 3. Stroke komplit : Gangguan neurologi yang timbul sud
2. Perdarahan Subarachnoid :Perdarahan ini berasal d ah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilah strok
ari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurism e komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang
a yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkul
asi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapatt di
luar parenkim otak.
Etiologi Stroke
Trombosis Serebri
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab uta
ma thrombosis serebral yang adalah penyebab paling umum dari stroke

Emboli Serebri
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama strok
e. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibandingkan dengan penderita th
rombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombus dalam jantu
ng sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan pen
yakit jantung

Hemoragi
Hemoragi dapat terjadi di luar durameter (hemoragi ekstra dural atau epidural)
di bawah durameter (hemoragi subdural) di ruang sub arachnoid (hemoragi su
barachnoid) atau dalam substansial otak (hemoragi intra serebral)
Faktor Risiko Stroke
Obesitas
Hipertensi
1 2
Arterosklerosis
Diabetes 4
Melitus
3
Kontasepsi
6
Penyakit
Kadrdiovaskuler
5
Stres
8 emosional
Merokok
7
10 Umur
Alkoholik
9
12 Riwayat Kesehatan
Peningkatan keluarga adanya
11
Kolesterol stroke
Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen.
Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena thrombus dan embolus,
maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat pulih sepe
rti kehilangan kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu yang le
bih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron. Area nekrot
ik kemudian disebut infark.
Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti
jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukara
n untuk nernafas. Sroke karena embolus dapat merupakan akibat dari bekuan da
rah, udara, palque, atheroma fragmen lemak.
Jika etiologi stroke adalah hemoragi maka factor pencetus adalah hipertensi. Ab
normalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi rupture dan dapat menyeba
bkan hemorragi.
Tanda dan Gejala Stroke

Pada stroke non haemoragik gejala utamanya adalah timbulnya deficit neurologis secara mendadak atau subakut, did
ahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun, kecuali
bila embolus cukup besar
Menurut WHO, dalam Internasional Statistic Classification Of Diseases And Related Helath
Problem 10th Revision, stroke dapat dibagi atas:
Perdarahan Subrakahnoid PSA
Perdarahan Intraserebral (PIS)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan a
Stroke akibat PIS mempunyai gejala pro kut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala atau tanda rangsang
dromal yang tidak jelas, kecuali nyeri ke an meningeal. Manifestasi stroke dapat berupa:
pala karena hipertensi. Serangan seringk a. Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak
ali setiap hari, saat aktivitas atau emosi/ b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekal c. Perubahan mendadak status mental
i. Mual dan muntah seringkali terjadi sej d. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan)
ak permulaan serangan. e. Ataksia anggota badan
f. Vertigo, mual, muntah atau nyeri
Gejala Khusus pasien stroke
Stroke adalah penyakit moto Fungsi otak yang dipengaruhi o 1. Homonimus hemianopsia,yaitu kehilangan s
r neuron atas dan mengakiba leh stroke adalah Bahasa dan k etengah lapang pandang dimana sisi visual yan
g terkena berkaitandengan sisi tubuh yang paral
tkan kahilangan control volu omunikasi, misalnya:
isis.
nteer terhadap Gerakan mot
1. Disartria, yaitu kesulitan ber 2. Amorfosintesis,yaitu keadaan dimana cender
oric, misalnya:
bicara ung berpaling dari sisi tubuh yang sakit dan me
1. Hemiplegia (paralisis pad ngabaikan sisi yang sakit tersebut.
2. Disfasia atau afasia atau kehi
a salah satu sisi tubuh)
langan bicara yang terutama ek 3. Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gan
2. Hemiparesis (kelemahan spresif/represif. gguan dalam mendapatkan hubungan dua atau l
ebih objek dalam area spasial
pada salah satu sisi tubuh)
4. Kehilangan sensori : tidak mampu merasaka
3. Menurunnya tonus otot ab n posisi dan Gerakan bagian tubuh (kehilangan
normal proprioseptik) sulit menginstrupsikan stimulus
visual, taktil, auditorius
Kehilangan Kehilangan
Gangguan
motorik komunikasi
persepsi
Pemeriksaan Diagnostik
a. Angiograffi serebral
b. Elektro encefalography
c. Sinar x tengkorak
d. Ultrasonography doppler
e. CT-Scan
f. MRI
g. Pemeriksaan foto thorax
h. Pemeriksaan Laboratorium
Komplikasi
a. Berhubungan dengan Imobilisasi

• Infeksi pernafasan

• Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan

• Konstipasi

• Tromboflebitis

b. Berhubungan dengan mobilisasi

• Nyeri pada daerah punggung

• Dislokasi sendi

c. Berhubungan dengan kerusakan otak

• Epilepsi

• Sakit kepala

• Kraniotomi

d. Hidrosefalus
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Umum

a. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral decubitus bila disertai munt
ah. Boleh dimulai mobilisasi terhadap bila hemodinamik stabil
b. Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berikan oksigen 1-2 l
iter/menit bila adahasil gas darah
c. Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter
d. Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal
e. Suhu tubuh harus dipertahankan
f. Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah tes fungsi menelan baik, bila terdapat
gangguan menelan atau pasien yang kesedaran menurun, dianjurkan pipi NGT
g. Mobilisasi dan rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi
Penatalaksanaan
Penatalaksaan Medis

a. Trombolitik (streptokinase)
b. Anti plapelet/ ati trombolitik asetosol, ticlopidine, cilostazzol, dipiridamol)
c. Antikoagulan (heparin)
d. Hemorrhagea (pentoxyfilin)
e. Antagonis serotonin (Noftidrofurly)
f. Antagonis calcium (nomodipin, piracetam)
Penatalaksanaan
Penatalaksaan Khusus/Komplikasi

a. Atasi kejang (antikonvulsan)


b. Atasi tekanan intracranial yang meninggi (manitol, gliserol, furosemide, intubasi, ste
roid)
c. Atasi dekompresi (kraniotomi)
d. Untuk penatalaksanaan factor risiko
• Atasi hipertensi (anti hipertensi)
• Atasi hiperglikemia (anti hiperglikemia)
• Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas klien : Umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dll
b. Riwayat Kesehatan Dahulu: Riwayat Hipertensi, Riwayat penyakit kardiovaskuler misaln
ya emblisme serebral, Riwayat tinggi kolesterol, Obesitas, Riwayat DM, Riwayat Ateroskler
osis, Merokok, Riwayat pemakaian kontrasepsi yang disertai hipertensi dan meningkatnya k
adar esterogen, Riwayat konsumsi alkohol
c. Riwayat Kesehatan sekarang: Kehilangan komunikasi, Gangguan persepsi, Kehilangan m
otoric, Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan sensasi at
au paralisis (hemiplegia), merasa mudah Lelah, susah beristirahat (nyeri, kejang otot)
d. Riwayat Kesehatan keluarga: Apakah ada Riwayat penyakit degenerative dalam keluarga
• Pemeriksaan Data Dasar
a. Aktivitas/istirahat
✓ Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan se
nsasi atau paralisis (hemiplegia)
✓ Merasa mudah Lelah, susah beristirahat (nyeri, kejang otot)
✓ Gangguan tonus otot (flaksid, spastik) paralitik, hemiplegia dan terjadi kelem
ahan umum
✓ Gangguan penglihatan
✓ Gangguan tingkat kesadaran
b. Sirkulasi
✓ Adanya penyakit jantung (mis. Reumatik/penyakit jantung vaskuler, endocar
ditis, polisitemia, Riwayat hipotensi postural)
✓ Hipotensi arterial berhubungan dengan embolisme/malformasi vaskuler
✓ Frekuensi nadi dapat bervariasi karena ketidakefektifan fungsi/keadaan jantu
ng
c. Integritas ego
✓ Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
✓ Emosi labil, ketidaksiapan untuk makan sendiri dan gembira
✓ Kesulitan untuk mengekspresikan diri
d. Eliminasi
✓ Perubahan pola berkemih seperti: inkontensia urin, anuria
✓ Distensi abdomen, bising usus
e. Makanan/cairan
✓ Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut/peningkatan TIK
✓ Kehilangan sensasi (rasa kecap pada lidah, pipi dan tengkorak)
✓ Disfagia, Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
✓ Kesulitan menelan (gangguan pada reflek palatum dan faringeal), obesitas
f. Neurosensori
✓ Adanya sinkope/pusing, sakit kepala berat
✓ Kelemahan, kesemutan, kebas pada sisi terkena seperti mati/lumpuh
✓ Penglihatan menurun: buta total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutuhan monokuler), penglihata gand
a (diplopia)
✓ Sentuhan: hilangnya rangsangan sensoris kontra lateral (ada sisi tubuh yang berlawanan/pada ekstremitas
dan kadang pada ipsilateral satu sisi) pada wajah
✓ Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
✓ Status mental/tingkat kesadaran: koma pada tahap awal hemorrhagik, tetap sadar jika thrombosis alami
✓ Gangguan fungsi kognitif: penurunan memori
✓ Ekstremitas : kelemahan/paralise (kontralateral), tidak dapat menggenggam, refleks tendon melemah sec
ara kontralateral
✓ Afasia : gangguan fungsi Bahasa, afasia motoric (kesulitan mengucapkan kata) atau afasia sensorik (kesu
litan memahami kata-kata bermakna)
✓ Kehilangan kemampuan mengenali//menghayati masuknya sensasi visual pendengaran, taktil (agnosia se
perti gangguan kesadaran terhadap citra diri, kewaspadaan kelainan terhadap bagian yang terkena, gangg
uan persepsi, kehilangan kemampuan menggunakan motoric saat klien ingin menggunakannya 9peredara
n/hernia
g. Nyeri
✓ Sakit kepala dengan intensitas berbeda (karena arteri karotis terkena)
✓ Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketergantungan pada otot/fasia
h. Pernafasan
✓ Merokok
✓ Ketidakmampuan menelan, batuk/hambatan jalan nafas
✓ Pernafasan sulit, tidak teratur, suara nafas terdengar/ronki (aspirasi sekresi)
i. Keamanan
✓ Motorik/sensorik: masalah penglihatan, perubahan persepsi terhadap orientasi tentang tubu
h (stroke kanan), kesulitan melihat objek dari sisi kiri, hilangnya kewaspadaan terhadap bag
ian tubuh yang sakit
✓ Tidak mampu mengenali objek, warna dan wajah yang pernah dikenali
✓ Gangguan berespon terhadap panas dan dingin, gangguan regulasi tubuh
✓ Tidak mandiri, gangguan dalam memutskan, perhatian terhadap keamanan sedikit
✓ Tidak sadar/kurang kesadaran diri
j. Interaksi social
✓ Masalah bicara, tidak mau berkomunikasi
• Pemeriksaan Neurologis
a. Status mental
✓ Tingkat kesadaran: kualitatif dan kuantitatif
✓ Pemeriksaan kemampuan bicara
✓ Orientasi (tempat, waktu, orang)
✓ Pemeriksaan daya pertimbangan
✓ Penilaian daya obstruksi
✓ Penilaian kosakata
✓ Pemeriksaan respon emosional
✓ Pemeriksaan daya ingat
✓ Pemeriksaan kemampuan berhitung
✓ Pemeriksaan kemampuan mengenal benda
b. Nervus kranialis
✓ Olfaktorius :penciuman
✓ Optikus : penglihatan
✓ Okulomotorius : gerak mata, konstiksi pupil akomodasi
✓ Troklear : gerak mata
✓ Trigeminus : sensasi umum pada wajah, kulit kepala, gigi, gerak megunyah
✓ Abducen : gerak mata
✓ Fasialis : pengecap, sensasi umum pada palatum dan telinga luar, sekresi kelenjar lakrimalis, submandibular, sublin
gulial, ekspresi wajah
✓ Vestibulokoklearis: pendengaran dan keseimbangan
✓ Aksesoris spinal: fonasi, Gerakan kepala, leher dan bahu
✓ Hipoglosus: gerak lidah
c. Fungsi motorik
✓ Masa otot, kekuatan otot dan tonus otot. Pada pemeriksaan ini ekstremitas diperiksa lebih d
ulu
✓ Fleksi dan ekstensi tangan
✓ Abduksi lengan dan abduksi lengan
✓ Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan
✓ Adduksi dan abduksi jari
✓ Abduksi dan adduksi pinggul
✓ Fleksi dan ekstensi lutut
✓ Dorsofleksi dan fleksi plantar pergelangan kaki
✓ Dorsofleksi dan fleksi plantar ibu jari kaki
d. Fungsi sensori: Sentuhan ringan, Sensasi nyeri, Sensasi posisi, Sensasi getaran, Lokalsasi taktil
e. Fungsi serebelum: Tes jari hidung, Tes tumit lutut, Gerakan berganti, Tes Romberg, Gaya berjalan
f. Refleks: Biceps, Triceps, Brachioradialis, Patella, Achilles
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
b. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan embolin
c. Gangguan Komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi serebral
ASUHAN KEPERAWATAN
C. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Gangguan mobilitas fisik berh Setelah dilakukan Tindakan keperaw Dukungan Mobilisasi
ubungan dengan gangguan n atan diharapkan gangguan mobilitas Observasi
euromuscular fisik teratasi dengan kriteria hasil 1.Identifikasi adanya neri atau keluhan fisik lainnya
1.Pergerakan ekstremitas meningkat 2.Identifikasi toleransi fisik melakukan mobilisasi
2.Kekuatan otot meninkat 3.Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi
3.Rentang gerak (ROM) meningkat
Terapeutik
1.Fasilitasi aktifitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)
2.Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
3.Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergeraka
n

Edukasi
1.Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2.Anjurkan melakuakn mobilisasi dini
3.Ajarkan mobilisasi sederhana (mis duduk ditempat tidur, duduk di sisi temp
at tidur, pindah fari tempat tidur ke kursi)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif Setelah dilakukan Tindakan keperawatan di Manajemen peningkatan tekanan intracranial
dibuktikan dengan embolisme harapkan perfusi serebral membaik dengan Observasi
kriteria hasil 1.Identifikasi penyebab TIK
1.Tingkat kesadaran meningkat 2.Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
2.Tekanan intracranial menurun
3.Nilai rata-rata tekanan darah membaik Terapeutik
1.Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
2.Berikan posisi semi fowler
3.Cegah terjadinya kejang

Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan, jika perlu
2.Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu
3. Gangguan Komunikasi verbal berh Setelah dilakukan Tindakan keperawatan di Promosi Komunikasi: Defisit Bicara
ubungan dengan penurunan sirkula harapkan komunikasi verbal meningkat den Observasi
si serebral gan kriteria hasil: 1.Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume, dan diksi bicara
1.Kemampuan berbicara meningkat 2.Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengna bicara
2.Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh mening 3.Identifikasi perilaku emosional dan fisik sebagai bentuk komunikasi
kat
Terapeutik
1.Gunakan metode komunikasi alterative (mis. Mata berkedip, papan komunikasi dengan
gambar atau huruf, isyarat tangan)
3. Sesuaikan gaya komunikasi dengan kebutuhan

Edukasi
1.Anjurkan berbicara perlahan
2.Ajarkan pasien dan keluarga proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berhubunga
n dengan kemampuan berbicara

Kolaborasi
1.Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis
Thank you

Anda mungkin juga menyukai